You are on page 1of 10

BAB V

PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Analisis Univariat

a. Pola Asuh Orang Tua

Dari hasil penelitian sebagian besar responden yaitu seorang ibu

memiliki pola asuh tertinggi yaitu baik sebanyak 26 orang tua (54,2%) dan

pola asuh kurang baik sebanyak 22 responden orang tua yaitu (45,8%). Dalam

hal ini pola asuh responden mengatakan sudah baik.

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang tua yang menerapkan

pola asuh dengan baik pada anak, dimana pola asuh orang tua yang baik itu

adalah tidak memaksakan anak untuk selalu mengikuti kehendak atau

keinginan orang tua, dapat memberikan penghargaan pada setiap hal positif

yang dilakukan oleh anak, sebagai orang tua dapat memberikan arahan

menegenai hal yang baik dan yang buruk pada anak, memberikan kebebasan

pada anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya namun tetap

dalam pengawasan orang tua, sebagai orang tua juga tidak menelantarkan anak

serta masih banyak hal baik yang orang tua lakukan dan berikan pada anak

tanpa adanya tekanan (Marvia, 2021).

Menurut asumsi peneliti bahwa pola asuh orang tua yang

menggunakan komunikasi terbuka, seperti bila mana orang tua menunjukkan

adanya kasih sayang, disertai aturan-aturan dengan menetapkan batas dan

kontrol yang mendukung anak pada tindakan konstruktif sehingga tercipta

kemandirian pada anak secara alami pada anak itu sendiri. Pada orang tua

disarankan untuk tidak menekan dan memaksa anak-anaknya dengan aturan-


aturan yang dibuat oleh orang tua dikarenakan sangat berdampak pada

psikologi anak, akan tetapi sebagai orang tua dapat lebih bersifat

mengutamakan keinginan anak dengan tetap mengarahkan, mengawasi dan

mengontrol. Namun, terdapat pola asuh orang tua yang buruk seperti lebih

memaksakan kehendak pada anaknya, memberikan aturan-aturan dan jika

anak melanggar aturan tersebut anak akan diberikan hukuman fisik serta

ancaman, orang tua yang tidak mempunyai banyak aturan kepada anak dan

anak bebas melakukan apa yang dia inginkan namun tanpa pengawasan yang

cukup dan bersifat tidak peduli apa yang dilakukan oleh anak. Pola asuh orang

tua yang baik sangat berpengaruh pada perkembangan anak (Oktaviari, 2019).

b. Keberhasilan Toilet Training pada Anak

Hasil penelitian didapatkan data bahwa distribusi frekuensi

keberhasilan toilet training dari 48 responden dengan kategori Berhasil

sebanyak 29 responden (60,4%) dan kategori Tidak Berhasil sebanyak 19

responden (39,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua

menerapkan toilet training pada anak usia prasekolah di Kelurahan Mangsang

RT 01 sampai RT 05 dilakukan dengan baik seperti orang tua selalu

mengajarkan anaknya untuk belajar mandiri ke toilet sendiri dan menjadi role

model yang baik untuk anaknya. Hal ini sangat berpengaruh pada perubahan

anak untuk membantu keberhasilan toilet training pada anak.

Toilet training merupakan bentuk dari peraturan yang membantu anak

untuk buang air kecil dan besar ditoilet bukan di sembarang tempat ataupun

ngompol di kasur pada malam hari. Toilet training membantu anak untuk lebih

kooperatif dan mandiri dalam menahan keinginan untuk buang air.

Keberhasilan toilet training tidak terlepas dari tahapan usia anak yang sudah
dilewati. Semakin bertambah usia maka semakin tinggi tingkat keberhasilan

anak dalam program toilet training, hal ini dikarenakan anak sudah siap dalam

menerima informasi, peraturan, emosi stabil dan sudah menyadari pentingnya

buang air pada tempatnya (Reza, 2020).

Toilet training adalah bagaimana cara anak mengontrol buang air kecil

dan buang air besar seperti anak sudah mampu mengetahui waktu ketika ingin

buang air kecil dan buang air besar, anak tidak buang air besar dan buang air

kecil di sembarangan tempat. Dalam hal ini orang tua menjadi faktor utama

dalam keberhasilan toilet training pada anak karena orang tua merupakan

sumber pendidikan yang utama dalam mengasuh anak serta mengajarkan

banyak hal dimulai dari memberikan pengetahuan pada anak. Apabila anak

menerapkan toilet training dengan baik dan berhasil maka anak juga akan

menerima manfaat dari toilet training tersebut, misalnya dapat membuka

celana dan memakai celana sendiri, dapat membedakan yang kotor dan bersih

karena anak sebelumnya mengompol sehingga membuat tidak nyaman dengan

rasa dan baunya, dapat menjaga kebersihan karena dapat cebok dan menyiram

toilet secara mandiri, dapat membedakan tempat/ruangan karena setiap tempat

berbeda jenis dan fungsinya (Filipus Waruwu, 2021).

Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini sebagian besar orang tua

sudah berhasil menerapakan toilet training kepada anak dan untuk lebih

mengoptimalkan toilet training pada anak perlu di lakukan pengkajian terus-

menerus untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam toilet training. Adapun

Faktor kegagalan dalam toilet training dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor

fisik anak seperti anak tidak dapat duduk di toilet dalam waktu yang lama,

anak masih kesulitan membuka dan memakaikan celananya sendiri secara


mandiri. Faktor mental pada anak seperti anak masih belum bisa mengenali

rasa buang air besar dan buang air kecil di toilet. Faktor psikologis anak

seperti anak meniru kebiasaan saudara atau temannya ketika BAB dan BAK

tidak pada tempatnya, anak masih betah menggunakan popok atau celana yang

sudah basah dan anak tidak ingin segera menggantikannya. Ibu yang memiliki

latar pendidikan SMA dapat dikatakan memiliki pengetahuan yang baik

tentang pengasuhan anak. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

pendidikan ibu maka semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

pemahaman dan kepedulian terhadap sesuatu hal akan semakin tinggi. Ibu

dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dalam praktek pola asuhnya

tampak sering membaca artikel ataupun mengikuti kemajuan pengetahuan

mengenai perkembangan anaknya, sehingga dalam mengasuh anak mereka

menjadi siap.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Keberhasilan

Toilet Training pada Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Mangsang

Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mangsang RT 01 sampai RT 05

oleh peneliti mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat

keberhasilan toilet training di Kelurahan Mangsang Tahun 2023. Di dapatkan

data orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah sebanyak 48 responden

dan terdapat responden yang memiliki pola asuh orang tua dalam kategori baik

sebanyak 26 responden (54,2%) dengan toilet traning berhasil sebanyak 23

anak (47,9%) dan toilet training tidak berhasil sebanyak 3 anak (6,3%),

sedangkan responden yang memiliki pola asuh orang tua kurang baik

sebanyak 22 responden dengan toilet training berhasil sebanyak 6 anak


(12,5%) dan toilet training tidak berhasil sebanyak 16 anak (33,3%).

Berdasarkan hasil output uji statistik Chi Square diperoleh P Value sebesar

0,000. Hal ini menunjukan bahwa P Value (0,000) < nilai α (0,05). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, dengan demikian dapat diartikan bahwa

terdapat adanya Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat

Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan

Mangsang Tahun 2023.

Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa terdapat adanya hubungan

antara pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada

anak usia prasekolah di Kelurahan Mangsang Tahun 2023. Hasil kuesioner

pada saat melakukan penelitian pada responden di Kelurahan Mangsang RT

01 sampai RT 05 peneliti melihat keseluruhan jawaban responden rata-rata

orang tua melakukan pola asuh dengan baik dan rata-rata toilet training pada

anak berhasil. Hal ini dapat terjadi karena keberhasilan atau kegagalan toilet

training sendiri di pengaruhi oleh 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berupa faktor dalam diri anak itu sendiri. Faktok ekternal

berupa faktor dari orang tua, lingkungan, pola asuh dan pengetahuan. Orang

tua memiliki peran penting dalam upaya perkembangan anak dimana keluarga

menjadi lingkungan utama bagi setiap individu sejak lahir sampai tiba

masanya meninggalkan rumah. Dalam proses toilet training, dimana anak

belajar mengendalikan buang air kecil dan buang air besar, dukungan keluarga

sangat dperlukan dalam proses belajar anak.


Penelitian ini sejalan dengan (Siauta, 2020) yang menyatakan bahwa

keberhasilan toilet training di TK Dharma dikatakan berhasil. Penelitian ini

dilihat dari hasil yang dilakukan pada 35 responden dinyatakan toilet training

berhasil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang relatif baik akan

mempengaruhi keberhasilan pada toilet training anak. Terdapat hubungan

antara pola asuh dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra

sekolah di TK Dharma Wanita Tunggul Wulung Malang yaitu dengan pola

asuh demokratis dan didapatkan nilai signifikansi (0.034 < 0.050).

Hal ini juga didukung oleh penelitian (Sudirman, 2021) didapatkan

nilai p value 0,001 (α < 0,05) yang menunjukkan terdapat adanya hubungan

yang bermakna antara Pola Asuh Orang Tua yang demokratis dengan

Keberhasilan Toilet Training pada Anak. Hubungan pola asuh orang tua yang

demokratis dengan keberhasilan toilet training ditunjukkan dengan tabulasi

silang dimana 13 orang tua yang memiliki pola asuh yang tidak demokratis

terhadap anak, 10 orang anak (23,8%) toilet traning tidak berhasil dan 3 orang

anak (7,1%) toilet training berhasil sedangkan 29 orang tua yang memiliki

pola asuh anak yang demokratis, 7 anak (16,7%) toilet training tidak berhasil

dan 22 orang anak (52,4%) toilet training berhasil.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa terdapat 26 responden (54,2%)

yang memiliki pola asuh baik, namun toilet training pada anak yang tidak

berhasil hal ini dikarenakan akibat dari faktor kesiapan fisik anak tersebut.

Seperti anak tidak dapat jongkok dalam waktu yang lama saat buang air besar

(BAB) dan buang air kecil (BAK), anak masih kesulitan membuka pakaian,

anak tidak dapat memakaikan celana secara mandiri, anak masih

menggunakan popok. Keberhasilan toilet training dapat dicapai karena pola


asuh yang positif yang diberikan oleh ibu kepada anak atau juga sebelumnya

ibu pernah mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak.

Pengalaman merupakan suatu proses belajar yang informal. Pengalaman

dalam memberikan toilet training dapat diperoleh dengan cara melihat orang

lain yang mempunyai anak yang usianya sama atau melakukannya sendiri. Hal

ini memungkinkan dapat mempengaruhi pola asuh ibu dalam menyiapkan

anak untuk toilet training (Lestari 2020).

Penelitian ini juga sejalan dengan (Fatimah 2020) terdapat 23

responden (63,9%) yang dibesarkan orang tua dengan pola asuh yang baik dan

terdapat 20 responden (55,6%) berhasil menjalankan toilet training. Nilai p

value 0,003 dapat disimpulkan dari hasil uji statistik yang menunjukkan

adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet

training pada anak di BA ‘Aisyiyah Kertosari. Pola asuh dapat membantu

anak kecil dalam belajar mengontrol urin dan fese saat menjalani toilet

training. Toilet training merupakan isu utama pada masa tumbuh kembang

anak prasekolah.

Menurut penelitian (Anwar, 2022) diketahui hasil keberhasilan toilet

training pada anak dengan pola asuh orangtua dalam kategori baik (pola asuh

demokratif) yaitu 9 orang (25,7%) dibandingkan pada pola asuh orangtua yang

buruk (otoriter dan permisif) hanya 4 orang (11,4%). Hasil uji statistik (uji chi-

square) diperoleh nilai P = 0.002 (P<0.05), artinya hipotesa alternatif diterima

yaitu terdapat adanya hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua

dengan keberhasilan toilet training pada anak di PAUD Adil Ibara Aceh Jaya.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Rahma, 2022) bahwa

didapatkan nilai p-value = 0.012 < 0.05 artinya penelitian ini ada hubungan

yang signifikan pola asuh dengan keberhasilan toilet training pada anak usia

prasekolah di Paud Tunas Harapan. Pola asuh demokratis mempunyai

persentase lebih besar berhasilnya terhadap toilet training pada anak usia

prasekolah yaitu (77.8%). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua

mempunyai peran penting dalam membentuk kemandirian anak dalam

menerapkan toilet training. Penerapan pola asuh demokratis dalam pelatihan

toilet training mempunyai tindakan yang berpola dengan mengutamakan kasih

sayang dan perhatian. Selain itu pola asuh demokratis jauh dari sebuah

tindakan kekerasan verbal dengan memarahi menggunakan kata-kata yang

tidak pantas dan kekerasan fisik seperti memukul dan mencubit tubuh anak.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh (Yuliana, 2018) berdasarkan

hasil uji Rank Spearman didapatkan angka p value sebesar 0,000< dari tingkat

signifikansi ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan ada hubungan pola

asuh ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di

Posyandu Banjar Intaran Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring II. Antara

variabel pola asuh ibu dengan keberhasilan toilet training terdapat hubungan

yang positif antar variabel dengan ibu yang menerapkan pola asuh demokratis

maka anak melakukan toilet training akan semakin berhasil juga.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Lestari, 2020) diketahui hasil

analisis data diperoleh nilai р-value 0,000 dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah (4-6 tahun) di Raudhatul Kabupaten

Ciamis. Keberhasilan toilet training dapat dicapai karena pola asuh yang
positif yang diberikan oleh ibu kepada anak nya atau juga sebelumnya ibu

pernah mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak. Serta pengalaman

dalam memberikan toilet training dapat diperoleh dengan cara melihat orang

lain yang mempunyai anak yang usianya sama atau melakukannya sendiri. Hal

ini memungkinkan dapat mempengaruhi pola asuh ibu dalam menyiapkan

anak untuk toilet training.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Nur, 2022) diketahui

terdapat ada hubungan pola asuh ibu terhadap keberhasilan toilet training pada

anak usia prasekolah di Desa Wisata Sade menunjukkan nilai p-value 0,002

< 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu

dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di Desa Wisata

Sade. Dari keseluruhan jawaban responden rata-rata ibu melakukan pola asuh

dengan baik dan rata-rata toilet traininganak berhasil. Hasil ini dapat terjadi

karena keberhasilan dan kegagalan toilet training dipengaruhi oleh 2 faktor

yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal berupa faktor dalam

diri anak itu sendiri. Faktor eksternal berupa faktor dari orangtua,

lingkungan, pola asuh dan pengetahuan. Ibu memiliki peran penting dalam

upaya perkembangan anak. Dalam proses toilet training, dimana anak belajar

mengendalikan BAK dan BAB, dukungan keluarga sangat diperlukan dalam

proses belajar anak.

Menurut asumsi peneliti, penelitian ini menghasilkan bahwa pola asuh

orang tua mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan

keberhasilan toilet training pada anak karena pola asuh memberikan dorongan

atau motivasi kepada anak untuk mandiri, namun tetap memberikan batasan

atau kontrol perilaku anak selama toilet training. Sebagai orang tua dapat
menjalankan peran seperti hubungan saling memberi dan menerima,

mendengar dan didengarkan, merespon dan berpusat pada anak akan

meningkatkan keberhasilan toilet training. Kehangatan dan komunikasi yang

berkualitas akan menciptakan hubungan yang erat pada anak, sehingga anak

akan merasa percaya, dilindungi dan dicintai maka anak akan lebih berusaha

mempelajari dan mencoba hal-hal yang baru terkait keberhasilan dalam

program toilet training.

B. Implikasi Penelitian

Penelitian ini memiliki implikasi bahwa peran orang tua pada anak sebagai

educator dan role model yang baik. Untuk meningkatkan kemandirian pada anak

dalam melaksanakan toilet training melalui pola asuh orang tua yang baik sehingga,

dapat mendukung anak agar mampu berespon pada setiap bimbingan dan yang

diberikan oleh ibu. Sebagai peneliti mengharapkan penelitian ini mampu menjadi

sumber acuan untuk pengumpulan data dan referensi bagi peneliti selanjutnya dan

mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan untuk mengembangkan praktik

keperawatan anak, terutama peran perawat sebagai edukator baik di instansi

pendidikan maupun di rumah sakit dan memberi dampak yang baik bagi

pengembangan ilmu keperawatan yang berkaitan dengan pentingnya pola asuh yang

baik dan keberhasilan toilet training terhadap anak.

C. Keterbatasan Peneliti

Dalam melakukan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian yaitu :

1. Peneliti tidak dapat mengumpulkan responden dalam suatu tempat dikarenakan

waktu dan ketersediaan tempat yang tidak memungkinkan orang tua untuk

dikumpulkan. Sehingga membuat peneliti memberikan kuesioner ke rumah

masing-masing responden untuk mengumpulkan respon dari setiap responden.

You might also like