You are on page 1of 5

Medical Imaging and Radiation Protection Research Journal EISSN: 2808 - 5272

2022, Volume 2, Issue 1, Page No: 22-26


Copyright CC BY-NC 4.0
Available online at: ojs.stikesawalbrospekanbaru.ac.id/index.php/mirror
DOI:10.54973/mirror.v2i1.79

APPENDICOGRAM EXAMINATION MANAGEMENT WITH


APPENDICITIS IN RADIOLOGY INSTALLATION OF ARIFIN
ACHMAD HOSPITAL RIAU PROVINCE

PENATALAKSANAAN APPENDICOGRAM DENGAN KLINIS


APENDISITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU

Shelly Angella1), Agus Salim), Saidatia Aninda Hawari)


Universitas Awal Bros1)
e- mail : shelly.angella92@gmail.com

ABSTRACT
Appendicogram is the barium appendix examination in the form of photo that can help to see blockages
or dirt in the appendix. The purpose of this study was to find the Appendicogram examination
management with clinical appendicitis in the Radiology Installation of Arifin Achmad Hospital, Riau
Province, to find out why there were differences in appendicogram examination techniques between the
theory and the Arifin Achmad Regional Hospital in Riau Province and to see the Appendicogram
radiograph results with eight hours waiting time. This research is qualitative with a descriptive research
design and a study case approach. The subjects used were 3 radiologists, 1 sending doctor, and 3
radiographers. The object of the study was 2 patients who had undergone an appendicogram
examination with appendicitis clinical at Arifin Achmad Hospital, Riau Province. The results showed
that the appendicogram examination did not need specific preparation. The patient was not subjected to
plain radiographic before given contrast because plain radiographs on the appendicogram because it did
not give any information. The patient was given a contrast of 50gr of barium sulfate mixed with 250ml
of water. Post contrast photo 8 hours later, the reason for using 8 hours is because normal human
peristalsis ranges from 6-8 hours. The results of the radiographic are visualized, namely, the contrast
journey to the appendix is smooth, there is no visible pressure on the cecum, the appendix is not filled
with contrast.
Keywords: appendix, appendicogram, appendicitis, Radiology

Received: 18/09/2021
Accepted: 30/05/2022

PENDAHULUAN
Radiologi merupakan ilmu kedokteran Appendicogram adalah salah satu
yang digunakan untuk melihat bagian tubuh pemeriksaan radiologi pada sistem
manusia yang menggunakan pancaran atau pencernaan tepatnya pada organ appendix
radiasi gelombang elektromagnetik maupun yang menggunakan media kontras. Salah satu
gelombang mekanik (Kartawiguna & indikasi pemeriksaan appendicogram yaitu
Georgiana, 2011). Menurut Patel, 2015, apendisitis. Apendisitis merupakan salah satu
pemeriksaan radiologi adalah cara-cara klinis pada appendix. Yang mana Apendisitis
pemeriksaan yang menghasilkan gambar merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal
bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan berperan sebagai faktor pencetusnya, antara
diagnostik yang dinamakan pencitraan lain sumbatan lumen appendix, hyperplasia
diagnostik. jaringan limfoid, tumor appendix, cacing
askaris, erosi mukosa appendix, pola makan
serat rendah mengakibatkan konstipasi serta waktu tunggu selama 8 jam, sedangkan dokter
timbulnya Apendisitis (Arifuddin, 2017)
pengirim mempunyai peran untuk
Penyakit Apendisitis umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor mengetahui sebab pemilihan appendicogram.
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang
Objek dalam penelitian ini yaitu data pasien
sampai sekarang belum dapat diketahui secara
pasti, diantaranya faktor penyumbatan yang telah menjalani pemeriksaan
(obstruksi) pada lapisan saluran (lumen)
Appendicogram dengan klinis Apendisitis
appendix oleh timbunan tinja/feses yang keras
(fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan dengan jumlah pasien sebanyak 2 orang.
limfoid, erosi mukosa oleh cacing askaris dan
Alat dan bahan yang digunakan pada
E.histolytica, parasit, benda asing dalam
tubuh, kanker primer dan striktur (Zulfikar, penelitian ini adalah lembar daftar
2015).
wawancara, alat tulis, perekam suara, dan
Teknik pemasukan kontras yang
digunakan pada pemeriksaan appendicogram kamera. Peneliti melakukan wawancara
yaitu secara oral atau diminumkan. Kontras
dengan informan secara mendalam dan hasil
yang diminumkan yaitu barium sulfat
sebanyak 50gr atau setara 3 sendok makan. wawancara direkan untuk kemudian
Peminuman dilakukan 12 jam sebelum
dilakukan transkripsi data. Data ini nantinya
pemeriksaan dimulai (Wijokongko, 2016, Siti
Masrochah, 2017, dan Bruce W long, 2017). akan dianalisis serta direduksikan untuk yang
Pemeriksaan appendicogram memiliki
tidak menyangkut dalam kepentingan
perbedaan pelaksanaan secara teori. Menurut
teori bahwa media kontras harus diberikan 12 penelitian.
jam dari waktu pemeriksaan, sedangkan di
Pengambilan data dilakukan dengan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
memiliki perbedaan waktu tunggu, yaitu 8 cara mengambil data pasien yang sudah
jam. Dengan teknik yang digunakan sama,
melakukan pemeriksaan appendicogram di
yaitu melalui oral. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui mengapa terjadi ruangan radiologi RSUD Arifin Achmad
perbedaan teknik pemeriksaan
Provinsi Riau sebanyak 2 pasien.
appendicogram pada teori dengan RSUD
Arifin Achmad.
HASIL
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan penelitian Pada pemeriksaan appendicogram di RSUD
Arifin Achmad tidak ada persiapan khusus.
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pasien tidak diwajibkan untuk melakukan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit puasa dan tidak dilakukan foto polos sebelum
pasien diminumkan barium sulfat. Pasien
Pekanbaru pada bulan Juli tahun 2020. hanya diminta untuk meminum barium
Subyek penelitan ini yaitu 3 Dokter kontras yang telah dicampurkan dengan air 8
jam sebelum pemeriksaan.
Spesialis Radiologi, 1 Dokter Pengirim dan 3 Barium Sulfat (BaSO4) kontras dicampurkan
Radiografer. Dokter radiologi memiliki peran dengan satu gelas kaki lima, atau setara 250
ml. Pasien diminta untuk meminum barium
dalam mendapatkan persepsi dokter terhadap kontras pada pukul 24.00 dan datang kembali
kelayakan gambar, radiographer dapat pada pukul 07.30 pagi untuk dilakukan foto
post kontras
membantu dalam menjawab alasan pemilihan
Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan Bumi Provinsi Riau. Data yang didapatkan
appendicogram di Instalasi Radiologi RSUD kemudian diolah menggunakan triangulasi
Arifin Achmad Provinsi Riau adalah foto post data dari 3 perspektif informan tentang
kontras yang terdiri dari proyeksi Antero SMKR di Rumah Sakit Tersebut.
Posterior (AP) dan Right Posterior Oblik Instalasi Radiologi RSUD Petala Bumi
kanan (RPO). Foto post kontras dilakukan 8 dalam menyelenggarakan proteksi radiasi
jam setelah pasien meminum media kontras telah membentuk Organisasi Proteksi.
barium sulfat. Berdasarkan PP RI no 33 tahun 2007, bahwa
organisasi proteksi radiasi harus memiliki
unsur pengusaha instalasi, petugas proteksi
radiasi, dan petugas radiasi yang telah
dipenuhi oleh lahan penelitian. Namun, tidak
Surat Keputusan (SK) dari Pengusaha
Instalasi terkait Organisasi Proteksi. dapat
dikatakan bahwa organisasi proteksi radiasi di
instalasi radiologi RSUD petala bumi sesuai
dengan PP RI No. 63 Tahun 2000 yang diatur
dalam Pasal 8 yang berbunyi bahwa
pengusaha instalasi harus memiliki organisasi
proteksi radiasi.
Gambar 1. Hasil radiograf Appendicogram Peralatan pemantauan dosis perorangan
proyeksi AP post kontras pada tempat penelitian Thermolumiscense
Dosimeter (TLD). Pencacatan Dosis
Adapun kriteria radiograf pada proyeksi AP dilakukan per 3 (tiga) bulan dan dikirimkan
appendicogram post kontras ini adalah pasase kepada Balai Pengamanan Fasilitas
kontras lancar, appendix tidak tampak terisi Kesehatan (BPFK) Medan. Tiap pekerja
kontras. Tidak tampak filling defect pada memiliki 3 (tiga) buah TLD agar saat
caecum. Tidak tampak pendesakan pada melakukan pengiriman TLD kepada pihak
caecum. BPFK Medan, pekerja radiasi masih dapat
menggunakan TLD yang lain untuk
pemantauan dosisnya. Hal ini sudah sesuai
dengan PP RI No.63 Tahun 2000 Pasal 10
ayat 1 yang berbunyi pengusaha instalasi
harus mewajibkan setiap pekerja radiasi untuk
memakai peralatan pemantau dosis
perorangan, sesuai dengan jenis instalasi dan
sumber radiasi yang digunakan. Alat
pemantau dosis peroragan wajib dimiliki oleh
petugas yang bekerja di medan radiasi agar
kita dapat mengetahui seberapa banyak
Gambar 2. Hasil radiograf appendicogram radiasi yang diterima petugas selama bekerja
proyeksi RPO di medan radiasi.
Untuk melindungi pekerja radiasi dari
Adapun kriteria radiograf pada proyeksi bahaya radiasi, maka instalasi radiologi harus
RPO yaitu, tampak media kontras melapisi memiliki Alat Pelindung Diri (APD) radiasi.
ileocaecal junction. Tak tampak adanya Berdasarkan PERKA BAPETEN no 4 tahun
pengisian media kontras pada organ 2020 bahwa instalasi radiologi minimal harus
appendix. memiliki beberapa APD sebagai Langkah
Data yang dikumpulkan melalui perlindungan diri pekerja radiasi. Tempat
wawancara berhasil menggambarkan Penelitian telah menyediakan APD radiasi
Sebagian besar dari SMKR di RSUD Petala yang yang sudah lengkap sesuai dengan
PERKA BAPETEN diantaranya yaitu: lead Catatan dosis dari pekerja tidak
apron; shield gonad; thyroid shield; tabir diinformasikan kepada pekerja bersangkutan.
pelindung radiasi; dan kacamata Pb. Namun, jika terdapat kelebihan jumlah dosis
Pemantauan Kesehatan berdasarkan radiasi maka pekerja akan dipanggil dan
dari PP no 33 tahun 2007 bahwa setiap dilakukan Standar Operational Procedure
pekerja wajib mendapatkan pemeriksaan (SOP) terkait kelebihan dosis radiasi pekerja.
kesehatan di awal dan di akhir masa Dari awal beridirinya rumah sakit hingga
pekerjaannya. Pada tempat penelitian ini telah penelitian ini dilakukan, belum pernah ada
melakukan pemeriksaan kesehatan di masa pekerja yang mempunyai dosis yang berlebih.
awal bekerja untuk setiap tenaga kerja, Hal sesuai dengan PP RI No. 63 Tahun
bahkan pemantauan kesehatan juga dilakukan 2000 pasal 12 ayat (3) setiap pekerja radiasi
dalam waktu yang berkala. Namun, pada berhak mengetahui catatan dosis selama
masa akhir pekerjaan, pekerja tidak bekerja. Catatan dosis yang diterima pekerja
diharuskan untuk melakukan pemeriksaan seharusnya diberitahukan kepada pekerja
kesehatan. tidak sepenuhnya terpenuhi karna yang bersangkuta, ini juga berguna apabila
sebagian responden ada yang menjawab pekerja menerima paparan radiasi yang
bahwa tidak ada dilakukannya pemeriksaan berlebih maka pekerja akan menjaga
kesehatan di awal masa kerja, secara berkala kesehatannya, dan lebih memperhatikan
dan di akhir masa kerja, ini bertentangan aspek proteksi radiasi kedepannya.
dengan PP RI No. 63 Tahun 2000 Evaluasi kesehatan di tempat penelitian
Pemeriksaan kesehatan wajib terpenuhi dilakukan berupa Medical Check-Up (MCU)
seperti dikatakan dalam undang-undang di berupa pemeriksaan umum dengan pengujian
atas. Pemeriksaan kesehatan di awal, berkala, terhadap thorax, darah, dan urin. Apabila ada
dan di akhir masa kerja ketiganya sama-sama pekerja yang telah berumur di atas 40 tahun
penting, di awal untuk mengetahui seberapa maka pemeriksaan rekam jantung dilakukan.
sehat fisik pekerja untuk bekerja di tempat Dokumen catatan dosis juga disimpan
yang mempunyai resiko tinggi, tetapi itu tidak dalam bentuk hard-file. Hal ini sesuai dengan
untuk ditempat yang beresiko tinggi saja, PP RI No. 63 Tahun 2000 Pasal 11 Ayat (2).
dimanapun kita instansi manapun sekarang Penjaminan mutu dalam bentuk
wajib melakukan pemeriksaan fisik di awal penjaminan mutu alat di ruangan instalasi
masa kerja, guna mengatahui bagaimana radiologi di tempat penelitian dilakukan
kondisi kesehatan pekerja, untuk secara rutin dengan dilakukannya kalibrasi
pemeriksaan berkala juga perlu dilakukan dari pihak terkait. sesuai dengan PP RI No. 63
minimal satu tahun sekali guna mengetahui Tahun 2000 Pasal 26 ayat (1) yang berbunyi
bagaimana perkembangan kesehatan pekerja. pengusaha instalasi harus membuat program
di akhir masa kerja juga penting dilakukan jaminan kualitas bagi instalasi yang
guna mengetahui bagaimana kondisi pekerja mempunyai potensi dampak radiologi tinggi
sebelum memutuskan hubungan kerja. untuk kegiatan perencanaan, pembangunan,
Penyimpanan dokumen kartu kesehatan pengoperasian, dan perawatan instalasi, serta
hasil catatan dosis pemantauan tidak pengelolaan limbah radioaktif.
tersimpan dari awal berdirinya rumah sakit Pendidikan dan pelatihan terhadap
dengan alasan-alasan tertentu. Salah satu keselamatan kerja juga sudah dilakukan
alasannya adalah pada masa-masa awal kepada pekerja melalui PPR yang
karena masih sedikitnya jumlah pasien, bertanggung jawab atas terlaksananya
namun di tahun berikutnya barulah dilakukan Program Proteksi Radiasi di Instalasi
pemantauan dosis daerah kerja. Kartu Radiologi Rumah Sakit dilakukannya
kesehatan kerja juga tidak tersedia di tempat penelitian.
penelitian, tetapi telah disimpan dalam bentuk
rekapan file. Seharusnya dokumen
penyimpanan pantauan daerah kerja disimpan
dari awal berdirinya instalasi.
PEMBAHASAN tunggunya. Radiograf yang didapatkan juga
memiliki beberapa kekurangan
Pelaksanaan pemeriksaan
appendicogram di Instalasi Radiologi RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau tidak DAFTAR PUSTAKA
membutuhkan persiapan khusus, dan pasien
tidak diwajibkan untuk berpuasa. Ariffudin, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian
Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Apendisitis Di Bagian Rawat Inap
Riau, pasien tidak diminta untuk merubah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
pola makan ataupun puasa sebelum 8(1)..
pemeriksaan. Pasien hanya diminta untuk
meminum kontras positif barium sulfat Kartawiguna & Gergiana. 2011.Radiologi
sebanyak 3 sendok makan atau setara 50 gr Kedokteran Nuklir & Radioterapi
yang diseduh dengan air mineral sebanyak . Graha Ilmu.:Jakarta
segelas kaki lima atau setara 250 ml. Kontras
Long, B. W., Rollins, J.H. Smith, B.J. 2016.
diminum 8 jam sebelum pemeriksaan. Foto
Merril’s
polos abdomen sebelum pasien meminum
kontras juga tidak dilakukan. Wijokongko, S., Ardiyanto, J., Utami, A.P.,
Alasan tidak dilakukannya foto polos Rustanto., Setiyawan, D.A.,
abdomen pada pemeriksaan appendicogram
Trisikwanto, H., Sugeng, H.,
di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yaitu, Saputro, S.D., Widiastuti, E.F.
karna foto polos abdomen sebelum tindakan 2016. Protokol Radiologi:
appendicogram tidak akan menampilkan Radiografi Konvensional
informasi apapun.
Kedokteran Nuklir Radioterapi
Alasan penggunaan waktu setelah CT Scan dan MRI. Magelang: Inti
peminuman kontras 8 jam adalah gerak Medika Pustaka.
peristaltic pada system pencernaan manusia
normal adalah 6-8 jam. Kontras diminumkan Zulfikar, Fandy. 2015. Studi Penggunaan
pada malam hari karna pada malam hari Antibiotik pada Kasus Bedah
organ-organ pencernaan pada manusia Apendiks di Instalasi Rawat Inap
bekerja secara maksimal. Dan diharapkan RSD dr. Soebandi Jember Tahun
setelah 8 jam media kontras dapat sampai di 2013. 3(1).
appendix, dan mengisi lumen appendix.
Hasil radiograf yang tervisualisasi dari Zuzilla, Yoshandi, T., & Hulmansyah, D.
appendicogram dengan waktu tunggu 8 jam (2021). COMPARISON OF
tersebut yaitu, perjalanan kontras menuju ANATOMICAL
appendix lancar, tidak tampak pendesakan INFORMATION OF COLUMNA
pada caecum, dan appendix tidak terisi oleh VERTEBRAE CERVICAL IN 15
kontras. TO 20-DEGREE RIGHT
POSTERIOR OBLIQUE
KESIMPULAN PROJECTION. Medical Imaging
and Radiation Protection
Setelah dilakukannya pengambilan data Research (MIROR) Journal, 1(1),
dari lapangan maka didapatkan bahwa 8–12.
pemeriksaan appendicogram di RSUD Arifin https://doi.org/10.54973/miror.v1i
Achmad memiliki perbedaan dalam waktu 1.74

You might also like