You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “A” USIA 5 TAHUN DENGAN


DEHIDRASI AKIBAT DIARE DENGAN PEMASNGAN INFUS DI
KLINIK VARIAN MEDIKA

Disusun Oleh:

SISCA ARINA

23159010055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2023/2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam


penyelenggaraan Praktik Stase Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2023

Tangerang, September 2023

Mengetahui :

Pembimbing Stase Pembimbing Lahan /CI

( Eka Mardiana Afrilia, SST., Bd., MKM ) ( Esteria NissanPolycarpus, SST)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Stase
Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Penulisanan
laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Bayi, Balita dan Anak Prasekolah yang merupakan salah satu mata kuliah
yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan
laporan pendahuluan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Imas Yoyoh, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Tangerang
2. Catur Erty Suksesty, Bd., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang
3. Eka Mardiana Afrilia, SST., Bd., MKM selaku Dosen Pembimbing
Institusi
4. Esteria nissan polycarpus, SST selaku Pembimbing Lahan

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh


dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk
dan saran serta kritik dari berbagai pihak. Akhir kata semoga hasil laporan ini
memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Tangerang, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 1

A. Definisi diare............................................................................................. 1
B. Definisi pemasangan infus ..................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
TINJAUAN TEORI

A. Diare
1. Definisi diare
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya terlihat sehat (Yusuf, 2011), dengan pengeluaran feses
yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air
besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x
buang air besar (Dewi, 2010).
Komplikasi yang dapat terjadi jika pasien dehidrasi karena diare
adalah renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia,
kejang, malnutrisi energi protein (Dewi, 2010).
Penyakit diare dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak
diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena
usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang
terlarut didalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh
kekurangan cairan atau dehidrasi (Mardayani, 2014).
2. Etiologo diare
Menurut Wong (2009), penyebab diare kebanyakan yaitu
mikroorganisme patogen yang disebarluaskan lewat jalur fekal-oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-
manusia dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan
anak).Kurang bersihnya air, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk,
kurang gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama,
khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen.
Peningkatan insidensi dan beratnya penyakit diare pada bayi juga
berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut usia pada
kerentanan terhadap mikroorganisme pathogen. Sistem kekebalan bayi
belum pernah terpajan dengan banyak mikroorganisme patogen

1
2

sehingga tidak memiliki antibody pelindung yang didapat. Rotavirus


merupakan agens paling penting yang menyebabkan penyakit diare
disertai dehidrasi pada anak-anak kecil diseluruh dunia.
Gejalanya dapat berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa
manifestasi gejala sehingga kematian akibat dehidrasi. Infeksi
rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena
diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial
(infeksi yang didapat dalam rumah sakit) yang signifikan oleh
mikroorganisme patogen.
Faktor sosial demografi yang paling dominan menyebabkan diare
pada balita yaitu usia anak, pendidikan ibu, pekerjaan dan sosial
ekonomi. faktor perilaku yang paling dominan menyebabkan diare
pada balita yaitu kebersihan pribadi seperti kebiasaan mencuci tangan
dan tidak memberi ASI eksklusif.
3. Klarifikasi Diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
( umumnyakurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah
berlangsung < 2 minggu sebelumdatang berobat. Akibat diare akut
adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasimerupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung
> 2 minggusebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari
disentriadalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadikomplikasi pada mukosa.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terusmenerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan
berat badan dangangguan metabolisme.
Terdapat beberapa pembagian diare ( Juffrie,2011) :
1) Pembagian diare menurut etiologi
3

a) Diare Spesifik Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,


virus, atau parasit. Contoh: disentri
b) Diare Non Spesifik Diare yang disebabkan oleh
malabsorbsi makanan, rangsangan oleh zatmakanan,
gangguan saraf.
2) Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a) Absorpsi
b) Gangguan sekres
3) Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi noninfeksi.
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi infeksi.

4. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu, menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan
gangguan sirkulasi darah. Mekanisme terjadinya diare dan termasuk
juga peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi cairan dan elektrolit
dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi
mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare akut
4

diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non-


inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi
bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri
dengan diare disertai lendir dan darah.
5. Manifestasi Klinis
1) Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2) Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3) Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4) Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5) Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada
disentri am uba)
6) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
7) Terdapat gejala dehidrasi turgor kulit jelek (elastisitas
kulitmenurun), ubunubun dan mata cekung, membran mukosa
kering
8) Kram abdominal
9) Demam
10) Mual dan Muntah
11) Anoreksia
12) Lemah
13) Pucat
14) Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15) Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah,
demam, tenesmus,hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang
perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi
yangmenimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berupa asidosismetabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
5

menonjol,turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan


dan gejala ini disebabkanoleh deplesi air yang isotonic.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka
perbandingannya denganasam karbonat berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang
berat dapat beruparenjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat
(> 120 x/menit), tekanan darahmenurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dankadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbularitmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurunsampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak
segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang
berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
6. Penatalaksanaan Diare
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama
dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan
banyak air putih atau oralrehidration solution (ORS) seperti oralit
harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah
mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri dirumah. Kesalahan
yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan
elektrolit secaraintravena merupakan pilihan utama untuk mengganti
cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul
karena ada sebagian masyarakat yang engganuntuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya,kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, danlain-
6

lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk


mengatasimasalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan
kondisi pasien kearahyang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain
selain ORS.Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab
infeksi virus penyebab diaredapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-
limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp,
Giardialamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik
yang rasional, artinyaantibiotik yang diberikan dapat membasmi
kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak
memerlukanantibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan
laboratorius perlu dilakukanuntuk menentukan penyebab pasti. Pada
kasus diare akut dan parah, pengobatansuportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjutkalau kondisi
sudah membaik Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Banyak minum
2) Rehidrasi Perinfus
3) Antbiotika yang sesuai
4) Diit tinggi protein dan rendah residu
5) Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6) Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat
lain)
7) Transfusi bila terjadi perdarahan
8) Pembedahan bila terjadi perforasi
9) Observasi keseimbangan cairan
10) Cegah komplikasi
7

7. Komplikasi Diare
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh
diare adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
c. Hipoglikemi
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

8. Pencegahan Diare
Berdasarkan Kemenkes RI (2011), kegiatan pencegahan diare yang
benar dan efektif adalah sebagai berikut:
a. Pemberian ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu ) adalah makanan yang paling baik untuk
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain
seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air
atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor.
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.
b. Makanan pendamping ASI
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik
meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan. Saran untuk meningkatkan pemberian
makanan pendamping ASI yaitu :
1) Perkenalkan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan
dapat diteruskan pengetahuan ASI.
2) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan
bijibijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan kacang-
kacangan, susu, telur, ikan, daging, buah-buahan, dan sayuran.
c. Menggunakan air bersih yang cukup.
8

d. Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar,


setelah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, dan
sebelum menyuapi makan anak.
e. Membuang tinja bayi dengan benar
f. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting
untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak
yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
9. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-
tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi penurunan BB, denyut
nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa
bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat
ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltic
usus dan adanya luka lecet sekitar anus.
 Pengkajian per system :
1. Sistem Pencernaan
Subyektif, kelaparan, haus inspeksi. BAB, konsistensi (cair,
padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari,
adakah bau, disertai lender atau darah. Kontur permukaan
kulit menurun, retraksi (-) dan kesemitrisan abdomen,
auskultasi, bising usus (dengan menggunakan diafragma
stetoskope), peristaltic usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik, perkusi, mendengar adanya gas, cairan
atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani,
palpasi adakah nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa
(-), Hepar dan linen tidak teraba.
2. Sistem Integumen
9

Subyektif, kulit kering, inspeksi, kulit kering, sekresi


sedikit, selaput mukosa kering, palpasi, tidak berkeringat,
turgor kulit, kekenyalan kulit kembali dalam :
 1 detik = dehidrasi ringan
 1-2 detik = dehidrasi sedang
 >2 detik = dehidrasi berat (Lan IKA FKUI, 1988).
10. Terapi Cairan
Berdasarkan derajat kehilangan cairan saat diare, diare dibagi
menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi tak berat, dan diare
dehidrasi berat. Derajat ini kemudian menentukan tatalaksana yang
diberikan dokter. Rekomendasi World Health Organization (WHO)
untuk diare tanpa dehidrasi adalah :
1. Rehidrasi
2. Pemberian zinc selama 10 hari
3. Meneruskan ASI dan nutrisi
4. Antibiotik sesuai indikasi
5. Edukasi terhadap keluarga
Prinsip terapi cairan pada diare adalah mengganti cairan
yang hilang, memberikan cairan rumatan, dan mengganti on
going loss. Terapi cairan ini tergantung pada masing-masing
individu. Cairan yang digunakan adalah cairan yang mungkin
ada dan bisa dibuat di rumah, misalnya oralit, makanan cair,
atau air matang. Untuk anak di bawah usia 6 bulan dan belum
makan makanan padat, lebih baik diberi oralit dan air matang
daripada makanan cair. Cairan diberikan sebanyak jumlah yang
diinginkan anak. Cairan diberikan sampai anak berhenti diare.
Dosis pemberian zinc adalah 10 mg untuk pasien di bawah 6
bulan dan 20 mg untuk pasien dengan umur di atas 6 bulan,
sekali sehari. Keluarga harus diedukasi bahwa pemberian zinc
selama 10 hari tetap dilanjutkan walaupun anak sudah tidak
diare. Zinc di sini berfungsi sebagai booster immune,
10

antisecretory effect, dan antioksidan. Anak dengan diare


dehidrasi tak berat masih bisa dirawat di rumah, tentunya
dengan edukasi kepada keluarga seperti pada kasus diare tanpa
dehidrasi.
Terapi cairan intravena diperlukan dalam tatalaksana kasus
diare dehidrasi berat. Bayi berumur < 1 tahun dapat diberikan
cairan 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama disusul dengan 70
mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya. Anak 1-5 tahun diberikan
30 mL/kgBB dalam 30 menit pertama dilanjutkan dengan 70
mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.Cairan yang
direkomendasikan adalah Ringer Laktat. Pasien tidak sadar
yang tidak memungkinkan mendapat akses intravena dan telah
dipasang pipa nasogastrik bisa mendapatkan rehidrasi lewat
pipa tersebut. Cairan yang diberikan adalah 20 mL/kgBB/jam
selama 6 jam. Pasien harus diobservasi setiap 1-2 jam. Bila
muntah atau kembung, cairan diberikan pelan-pelan. Apabila
rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, pasien harus dirujuk
untuk mendapatkan akses intravena. Pasien diare dari daerah
yang baru saja terjangkit kolera dapat diberikan antibiotik yang
tepat secara per oral. Indikasi pemberian antibitoik adalah :
1. Diare berdarah (disentri)
2. Kolera
3. Amoebiasis
4. Giardiasis

Pada pasien disentri, antibiotik yang direkomendasikan


adalah Ciprofloxacin 30-50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis
selama 5 hari, Cefixim 5 mg/kgBB/hari, atau menurut peta
kuman daerah setempat Beberapa pasien diare anak yang
membutuhkan pengawasan lebih dalam rehidrasi adalah
11

pasien dengan malnutrisi berat, bronkopneumonia, gagal


jantung, dan pasien dengan hipernatremia.

Pemberian antimuntah diperbolehkan dalam kondisi


muntah profus. Pilihan anti-muntahnya meliputi
ondansetron, metoclopramide, dan domperidone. Namun,
sebenarnya masih menjadi pro-kontra tentang efektivitas
anti-muntah pada pasien anak dengan diare akut. Banyak
guideline yang tidak merekomendasikan. Kita perlu
waspada terhadap efek samping yang mungkin ditimbukan.
Sampai saat ini, probiotik belum masuk guideline terapi
diare akut. Pemberian anti-diare tidak direkomendasikan.

 Kriteria MRS pasien diare adalah :


1. Dehidrasi berat
2. Penurunan status neurologis
3. Pasien dengan muntah persisten
4. Gagal terapi oral rehidrasi
5. Muncul gejala sistemik, misalnya demam
6. Ada komorbid lain misalnya malnutrisi atau gagal
jantung
7. Keluarga tidak yakin dengan perawatan di rumah
8. Pasien dengan indikasi bedah
9. Pasien yang tidak dapat dinilai derajat dehidrasinya
misalnya pasien obesitas.
12

B. Pemasangan Infus
1. Definisi pemasangan infus
Pemasangan infus adalah pemasukan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak dan
waktu yang lama dengan menggunakan alat infus set. Pemasangan
infus adalah suatu tindakan memasukan cairan elektrolit, obat, atau
nutrisi ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu
tertentu dengan menggunakan set infus ( Hidayati, et al., 2018 ).
2. Tujuan Pemasangan Infus/Terapi Intravena
Memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan
elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan
glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme,
memenuhi kebutuhan vitamin larut-air, serta menjadi media untuk
pemberian obat melalui vena(Mubarak, et al., 2018). Selain itu,
sebagai pengobatan, mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan
elektrolit, memberi zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh makan melalui mulut ( Hidayati, et al., 2018 ).
Pemasangan infus intravena merupakan tindakan yang di lakukan
dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan
infus set,bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai Tindakan pengobatan dan pemberian makanan
( Maryiunani,2018 ).
3. Jenis Cairan intravena
a. Larutan nutrien
Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat dan air seperti
dekstrosa dan glukosa. Larutan nutrient yang digunakan
umumnya adalah 5% dekstrosa dalam air (D,W), 3,3%glukosa
dalam 0,3% NaCL, dan 5% glukosa dalam 0,45% Nacl.Setiap
satu lite cairan dekstrosa 5% mengandung 170-200 kalori,
13

mengandung asam amino (Amigen,Anunasol, Travamin) atau


lemak (Lipomul dan liposin).
b. Larutan elektrolit
Larutan elektrolit meliputi larutan salin, baik isotonic,
hipotonik, maupun hiperonik.jenis larutan elektrolit yang paling
banyak digunakan adalah normal salin (isotonik) yaitu NaCl
0,9%. Contoh larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer
(Na ,K ,Cl ,Ca2 ) dan cairan Bulter (Na ,K ,Mg2 ,Cl ,HCO ).
c. Cairan asam-basa
Jenis cairan yang termasuk cairan asam basa adalah natrium
laktat dan natrium bikarbonat.Laktat merupakan jenis garam
yang dapat mengikuti ion H dari cairan⁺sehingga
mempengaruhi keasaman lingkungan.
4. Pemberian Cairan intravena
1) Sebelum melakukan pemasangan infus ada hal hal yang perlu
diperhatikan:
a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus
baru.
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24048 jam dan evaluasi
tanda-tanda infeksi.
c. Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi
lain.
2) Persiapan alat
a. Larutan sesuai kebutuhan atau kolaborasi missal Ringer laktat
(RL); dekstrosa
b. 5%; PZ/NS/nacl 0,9% dan lain-lain.
c. Jarum/pungsi vena yang terdiri dari keteter plastic dan
sylet/madrim missal medicet,surflo, venflon,abocath. Sesui
ukuran.
 Dewasa = 18, 20, 22
d. Set infus
14

 Dewasa = makrodrip
e. Alcohol 70%
f. Kapas
g. Povidon –iodin/betadin
h. Kasa steril
i. Tournigued
j. Papan penyangga lengan (bila diperlukan)
k. Plester / hipafix
l. Perlak dan alas perlak
m. Tiang infus
n. Sarung tangan sekali pakai
o. Bengkok
p. Gunting
q. Baki beralas/ troli/ dressing car
3) Persiapan pasien dan lingkungan
a. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan,
dimaksud , dan tujuan tindakan (informed consent)
b. Atur posisi pasien pada lokasi yang akan di pasang infus
c. Bebaskan daerah yang akan dipasang infus dari pakayan yang
menutupi.
d. Pastikan cahaya terang
4) Prosedur pemasangan infus intravena
a. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
b. Mendekatkan peralatan ke pasien agar mudah terjangkau.
c. Menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan sensasi
yang akan dirasakan
d. Mengatur posisi pasien dalam keadaan berbaring
e. Menyiapkan cairan infus dan menyambungkan ke selang infus
ke standar infus
f. Menentukan area vena yang di tusuk untuk meyalurkan infus.
g. Memasang alas
15

h. Memasangkan tourniquet pembendung kurang lebih 15 cmdi


atas vena yang hendak di tusuk.
i. Menggunakan sarung tangan steril
j. Memberikan desinfektan pada area yang akan di tusuk dengan
diameter 5 cm hingga 10cm
k. Menusukkan IV catheter ke vena menggunakan jarum yang
meghadap ke jantung
l. Memastikan jarum IV telah benar-benar masuk ke vena
m. Menyambungkan jarum IV yang telah ditusuk ke selang infus.
n. Menutup area insersi menggynakan kasa kering yang steril
kemudian diberikan plester.
o. Mengatur tetesan infus yang sesuai.
p. Melepaskan sarung tangan.
q. Memasangkan label pelaksanaan yang mencantum informasi
mengenai nama pelaksana dan waktu pelaksana.
r. Membereskan alat – alat
s. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir. (Ellis,Mary
Ellen,2017 dan Case Lo,2021).
5) Evaluasi Observasi pasien terhadap:
a. Jumlah larutan yang benar.
b. Kecepatan aliran.
c. Kecepatan jarum intravena.
d. Infiltrasi,fleboitis,dan inflamasi.
6) Dokumentasi
a. Tulis di catatan perawat pada catatan medis pasien tentang:
1) jenis cairan.
2) Tempat insersi.
3) Kecepatan aliran.
4) Ukuran dan tipe kateter IV.
5) Waktu infu di mulai (tanggal dan jam).
6) Respon pasien setelah pemasangan.
16

7) Prosedur Perawatan Infus Intavena


Prosedur perawatan pada daerah kulit tempat pemasangan
infus (Dr.Doris Sylvanus palangka Raya Tahun 2018 ).
1. Tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
a. Indikasi:
1. Pasien yang terpasang infus lebih dari 1x24 jam.
2. IV set harus diganti jika telah terpasang selama 3 x 24
jam
3. IV canula tiap 3 x atau jika ada tanda infeksi.
4. Selang IV set TPN harus diganti setelah pemakaian 1 x
24 jam
5. Cairan infus harus diganti jika sudah terpasang 3 x 24
jam
b. Persiapan alat :
1. Kasa steril
2. Sarung tangan steril
3. Gunting plester
4. Plester/ hypavic fallow
5. Lidi kapas
6. Alkohol 70%
7. Iodin povidon solution10 % / sejenis
8. Penunjuk waktu
9. NaCL 0,9%
10. Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
c. Tindakan
1. Lakukan verifikasi data sebelumnya
2. Cuci tangan
3. Tempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4. Berikan salam sebagai pendekatan terapeutik
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
pasien
17

6. Tanyakan apakah klien sudah siap sebelum kegiatan


dilakukan
7. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
8. Pakai sarung tangan.
9. Basahi plester dengan alcohol dan buka balutan.
10. Bersihkan berkas pleter.
11. Bersihkan daerah suntikan dan sekitarnya dengan NaCl.
12. Olesi tempat tusukan dengan Iodin Cair/ salf.
13. Tutup dengan kassa steril dengan rapi.
14. Pasang plester penutup.
15. Atur tetesan infus sesuia program.
16. Lakukan evaluasi Tindakan.
17. Pamitan dengan pasien.
18. Bereskan alat-alat.
19. Cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir
kemudian keringkan dengan tisu.
18

DAFTAR PUSTAKA

Axton , Sharon, dan Terry. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan


Pediatrik. Jakarta: EGC.
Cas Lo, Christine.2021. Intravenous Madication Administration : what to
know.
DepKes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.
Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun ( 2018 ). Prosedur Perawatan
Infus Intravena
Ellis,Mary Ellen, 2017. Intravenous Fluid Regulation.
Eprints.umbjm.ac.id pertama kali diindeks oleh google pada July 2018
https://eprints.umbjm.ac.id/1084/4/BAB%202.pdf
Hidayati,et al. ( 2018 ). Definisi pemasangan infus
https://aido.id/amp/healt-articles/perlu-diketahui-begini-cara-
memasang-infus-yang-baikdan-benar/detail#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16705768023714&referrer= https
%3A%2F%2Fwww.google.com.
Mubarak,et al. ( 2018 ). Tujuan pemasangan infus / Terapi intravena.
Maryiunani,( 2018 ). Pemasangan infus intravena.
Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal
Hygiene Ibu Dan Kejadian Diare. KEMAS 8 (2) (2013) 176-
182.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Nur, Arif, A. H., dan Hardika. 2013. Nanda NIC NOC: Jilid I. Yogyakarta:
Media Action.
Nuryanto et al. ( 2018 ). Pemasangang infus untuk pemberian hidrasi
inravena.
Purnamasari, Hani dkk. 2011.Pengaruh Suplementasi Seng dan Prebiotik
Terhadap Kejadian Diare Berulang. Sari Pediatri, Vol. 13,
No. 2, Agustus 2011. .
19

Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.


Tangerang: Binarupa Aksara.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak; Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak: untuk Perawat dan bidan: Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Denpasar: CV. Sagung Seto
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern,. 2011. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan: Edisi 9: Edisi
Revisi. Jakarta: EGC Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan
pediatrik. Edisi 6.Jakarta:EGC
Wulandari Ade. 2013. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan
Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita.
Journal of Chemical Information and Modeling. vol. 53
Yusuf Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari
Pediatri, Vol. 13, No. 4,

You might also like