You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/372677566

SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI IKAN

Preprint · July 2023


DOI: 10.13140/RG.2.2.34637.61925

CITATIONS READS

0 2,511

2 authors:

Nurhaida Nurhaida Syarif Hidayat Amrullah


Universitas Islam Negeri Alauddin Universitas Islam Negeri Alauddin
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 24 PUBLICATIONS 17 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nurhaida Nurhaida on 27 July 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI IKAN

Nurhaidaa, Wahdaniyah Asa, Irmayania, Astriyaa, Muhammad Resky Nura, Muh. Fikria,
Syarif Hidayat Amrullaha*
a
Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
*Dosen Pengampu Mata Kuliah Ikhtiologi
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2023

Corresponding author: : Jl. H.M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan, 92113,
Indonesia.
E-mail addresses: syarifhidayat.amrullah@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan Sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan telah berkembang secara
Osmoregulasi evolusioner sebagai respons terhadap kebutuhannya untuk beradaptasi
Sistem ekskresi dengan lingkungan air yang berbeda. Ikan memiliki organ ekskresi utama
yang disebut ginjal. Ginjal ikan berfungsi untuk mengeluarkan limbah
nitrogen, seperti amonia, yang dihasilkan oleh metabolisme protein. Ginjal
ikan juga berperan dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam
tubuh. Untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit yang tepat,
ikan perlu melakukan osmoregulasi. Ikan memiliki mekanisme khusus untuk
mengatasi perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan air di sekitarnya.
Sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan berperan penting dalam menjaga
keseimbangan air, elektrolit, dan konsentrasi zat-zat dalam tubuh agar tetap
sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.

1. Pendahuluan
Sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan telah berkembang secara evolusioner
sebagai respons terhadap kebutuhannya untuk beradaptasi dengan lingkungan air yang
berbeda. Ikan adalah hewan yang hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun air laut.
Ikan menghadapi tantangan unik terkait dengan perbedaan konsentrasi air dan garam antara
tubuh dan lingkungan sekitarnya [1].
Ekskresi adalah proses penghilangan produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan
dari dalam tubuh. Pada ikan, produk sisa metabolisme utama yang dihasilkan adalah amonia,
karbon dioksida, dan urea. Amonia adalah hasil akhir metabolisme protein yang bersifat
toksik bagi ikan jika dibiarkan menumpuk dalam tubuhnya. Oleh karena itu, ikan perlu
menghilangkan amonia secara efisien melalui sistem ekskresi yang dimilikinya [2].
Ginjal adalah organ utama dalam sistem ekskresi ikan. Ginjal ikan memiliki struktur
yang berbeda-beda tergantung pada spesies dan lingkungan hidupnya, namun prinsip
kerjanya tetap sama. Ginjal mengatur filtrasi darah untuk menghilangkan produk sisa dan
mengekskresikannya sebagai urin. Proses ini melibatkan unit fungsional nefron yang
berperan dalam filtrasi dan penyerapan kembali zat-zat yang diperlukan oleh tubuh [3].
Osmoregulasi adalah proses pengaturan keseimbangan air dan garam dalam tubuh.
Konsentrasi air dan garam dalam lingkungan air tempat ikan hidup dapat bervariasi secara
signifikan. Ikan memiliki mekanisme osmoregulasi yang kompleks untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik yang tepat dalam tubuhnya [4].
Ikan air laut menghadapi tekanan osmotik yang lebih tinggi, di mana konsentrasi
garam dalam air laut lebih tinggi daripada tubuhnya. Untuk mengatasi hal ini, ikan air laut
mengeluarkan air yang berlebihan melalui urin yang lebih pekat dan mengambil air melalui
makanan yang dikonsumsinya. Ikan juga memiliki kemampuan untuk mengekskresikan
garam berlebih melalui organ rectal [5].

1
Di sisi lain, ikan air tawar menghadapi tantangan osmoregulasi yang berbeda. Air
tawar memiliki konsentrasi garam yang lebih rendah daripada tubuh ikan. Oleh karena itu,
ikan air tawar perlu mengambil garam dari lingkungan sekitarnya melalui insang dan
mengeluarkan urin yang sangat encer untuk menghilangkan kelebihan air. Beberapa ikan air
tawar juga memiliki kemampuan untuk menyerap garam langsung dari air melalui sel khusus
di insang mereka. Pemahaman tentang sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan penting
untuk memahami bagaimana ikan bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan air
yang berbeda [5].

2. Sistem Ekskresi Ikan


Sistem ekskresi merupakan proses pembuangan sisa metabolisme berupa cairan, gas
mau pun padatan melalui kulit, ginjal dan salurah pencernaan. Sistem ekskresi pada hewan
vertebrata berbeda dengan hewan invertebrata. Ikan memiliki alat ekskresi berupa sepasang
ginjal berwarna kemerahan yang disebut opistonefros yang merupakan tipe ginjal paling
primitif. Sepanjang ginjal tersebut berada di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah
tulang punggung dan aorta dorsalis. Fungsi ginjal yaitu untuk menyaring zat-zat sisa
metabolisme dan mengedarkan kembali zat-zat yang masih berguna ke seluruh tubuh,
menjaga keseimbangan tekanan osmotik tubuh dan menjaga kekentalan urine [6].
Sistem ekskresi ikan sama seperti hewan vertebrata (bertulang belakang) lain, yang
memiliki banyak fungsi. Fungsi sistem eksresi ikan yaitu untuk regulasi kadar air tubuh,
mengeliminasi sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein dan menjaga keseimbangan
garam. Alat ekskresi ikan terdiri atas:
Insang- Insang pada ikan berfungsi untuk mengeluarkan CO2 dan H2O.
Kulit- Kelenjar kulit mengeluarkan lendir agar tubuh ikan menjadi licin sehingga
memudahkan ikan bergerak dalam air.
Sepasang ginjal- Pada sebagian besar ikan sepasang ginjal berfungsi untuk
mengeluarkan urine. Ginjal pada umumnya terletak di antara columna vertebralis dan
gas bladder. Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun atas
jaringan hemapoeitik, limfoid dan endokrin serta trunkus renalis posterior yang
tersusun atas jaringan nefron-nefron dikelilingi interstitial limfoid. Sisi kanan dan kiri
dari trunkus renalis berfusi dan membentuk pelangi yang mengisi ruangan diantara
kedua kantong gas. Di bagian posterior dari lengkungan ini trunkus renalis menipis
menyesuaikan lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas bagian kana dan
kiri, terletak di anterior dari lengkungan tersebut memasuki daerah tengkorak [7].

Pada ikan, terdapat dua tipe perkembangan ginjal yaitu sebagai berikut:
Pronefros
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ginjal pada ikan merupakan ginjal tipe primitif,
dalam artian bahwa fungsi dan komponennya tidak sesempurna manusia. Ginjal tipe
Pronefros terdapat pada tahap perkembangan embrional ikan, namun saat ikan beranjak
dewasa ginjal Pronefros tidak berfungsi lagi. Pada ginjal jenis ini tubulus-tubulus bagian
anterior tidak ada, beberapa tubulus yang berada di tengah berhubungan dengan testis,
terdapat konsentrasi dan pelipatgandaan tubulus dibagian posterior. Namun terdapat
pengecualian pada ikan jenis Hagfish dan Lamprey [6].
Mesonefros
Pada umumnya fungsi ginjal tipe mesonefros sama seperti ginjal tipe pronefros,
perbedaannya terdapat pada prinsip sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas dan
efisiensi kerja ginjal [6].
Ada perbedaan adaptasi antara ikan yang hidup di air laut dan air tawar kaitannya
dengan proses ekskresi. Keduanya memiliki cara berbeda untuk mempertahankan kadar

2
garam di dalam tubuh mereka. Jumlah glomerolus ikan air tawar lebih banyak serta
diameternya lebih besar dibanding ikan yang hidup di air laut.

2.a. Ekskresi Ikan Air Tawar


Ikan air tawar memiliki cairan tubuh dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan
dengan lingkungan sekitarnya. Dapat dikatakan juga bahwa darah ikan air tawar memiliki
sifat hipertonis terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini menyebabkan air akan terus
menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui kulit serta sebagian besar melalui membran
insang dengan cara difusi. Untuk menjaga konsentrasi tubuh, ikan air tawar juga harus secara
terus menerus mengekresiakan kelebihan air yang diserap dengan cara menghasilkan urine
yang banyak dan encer. Sehingga ikan air tawar harus mengeluarkan sejumlah besar air dari
darah dengan cara meningkatkan laju filtrasi air ke dalam tubulus ginjal [8].

[8]

Gambar 1. Sistem Ekskresi Ikan Air Tawar

Hal demikian terjadi karena ikan air tawar memiliki ginjal yang memiliki banyak
badan malphigi dengan ukuran yang besar serta mengandung banyak glomeruli yang besar
juga. Urine yang dihasilkan oleh ikan air tawar ini mengandung senyawa nitrogen, yaitu
amonia, dalam konsentrasi yang sangat rendah. Urine yang keluar dengan jumlah yang
banyak dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar garam serta bahan-bahan terlarut
lainnya. Garam-garam tersebut seperti beberapa ion natrium dan klorida juga akan hilang
melalui membran insang dengan cara difusi. Beberapa garam yang hilang tersebut akan
digantikan oleh ion-ion yang terkandung di dalam makanan [2].
Tetapi, pada umumnya garam-garam yang digantikan tersebut dilakukan oleh sel-
sel sekretoris klorida di insang dengan cara mempertukarkan ion-ion melawan perbedaan
konsentrasi dengan menggunakan energi dari hasil respirasi.

2.b. Ekskresi Ikan Air Laut


Ikan air laut memiliki tubuh yang hipotonis terhadap lingkungan sekitarnya. Itu
artinya darah ikan air laut memiliki konsentrasi air yang lebih tinggi dibandingkan air laut
di sekelilingnya. Hal ini akan menyebabkan tubuh ikan laut kehilangan air secara osmosis
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Untuk mencegah dehidrasi, tubuh ikan harus
menurunkan laju filtrasi air ke dalam tubulus ginjal [2].

3
Gambar 2. Sistem Ekskresi Ikan Air Laut

Hal tersebut dikarenakan kebanyakan ikan laut memiliki ginjal yang kecil dengan
glomeruli yang juga kecil. Sehingga urine yang dihasilkan memiliki jumlah yang sedikit
dan memiliki konsentrasi tinggi atau pekat. Hasil ekskresi yang terbentuk adalah berupa
urea serta trimetilamin oksida. Ikan laut yang memiliki tulang rawan seperti ikan hiu dan
ikan pari memiliki osmoregulasi yang berbeda. Urine yang berada di dalam tubuh ikan hiu
diserap kembali oleh tubuh dan masuk ke dalam aliran darah, ini bertujuan untuk
mempertahankan kensentrasi cairan tubuhnya. Tingginya konsentrasi urea menjadikan
cairan di dalam tubuh hiu bersifat hipertonis dibandingkan lingkungannya. Karena hal
tersebut, mengakibatkan air masuk ke tubuh hiu secara osmosis. Selanjutnya, air keluar
sebagai urine hipotonis yang dibentuk dalam ginjal hiu yang memiliki glomeruli besar.
Untuk ion natrium dan ion klorida diekskresikan keluar tubuh hiu oleh kelenjar pengekresi
garam melalui anus [8].

Secara umum, perbedaan sistem ekskresi pada ikan air tawar dan ikan air laut adalah
sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan sistem ekskresi pada ikan air tawar dan ikan air laut
IKAN AIR LAUT IKAN AIR TAWAR
Tubuh lebih hipotonis dari air laut sehingga Tubuh lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga
banyak yang kelur dari tubuh air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya

Akibatnya ikan laut banyak minum air laut untuk Akibatnya ikan air tawar sedikit minum air
menutupi kehilangan air yang besar

Urin yang dihasilkan sedikit dan pekat Urin yang dihasilkan banyak dan encer

Ginjal memiliki sedikit glomelurus sehingga Ginjal dilengkapi sejumlah glomelurus yang
penyaringan sisa hasil metabolism berjalan lambat jumlahnya lebih banyak sehingga penyaringan sisa
hasil metabolism berjalan cepat

Sebaliknya pada air laut mengekskresikan sampah Ikan air tawar mengekskresi ammonia dan aktif
nitrogen berupa trimetilamin oksida (TMO), menyerap ion anorganik melalui insang serta
mengekskresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urine dalam jumlah besar
mengeluarkan urine sedikit

3. Osmoregulasi pada Ikan


Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan air untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui
mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya

4
perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel
menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu
sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai
sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup [9].
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk
menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan
melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik
antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk
mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam
mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas. Hal ini karena dalam
osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan air di dalam tubuh
dengan kondisi dalam lingkungan hidupnya [10].

3.a. Osmoregulasi Ikan Air Tawar


Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan upaya untuk mempertahankan
keseimbangan air dan garam dalam tubuhnya saat hidup dalam lingkungan dengan
konsentrasi garam yang rendah. Ikan air tawar hidup dalam lingkungan dengan
konsentrasi garam yang lebih rendah daripada tubuhnya. Untuk menjaga keseimbangan
osmotik, ikan ini menghadapi dua tantangan utama: penyerapan air berlebih dan
kehilangan garam. Ikan air tawar memiliki ginjal yang efisien untuk membuang air
berlebih dari tubuhnya dan menghasilkan urine yang sangat encer. Ikan air tawar juga aktif
dalam menyerap garam dari lingkungan melalui insang dan membran tubuhnya. Ikan ari
tawar juga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan kelebihan garam melalui urin dan
sedikit melalui kulit [3]. Berikut adalah beberapa mekanisme osmoregulasi pada ikan air
tawar:
Penyerapan Air: Ikan air tawar cenderung menyerap air melalui proses osmosis
melalui insang, kulit, dan selaput lendir mereka. Sel-sel tubuh ikan memiliki
konsentrasi garam yang lebih tinggi daripada air sekitarnya, sehingga air secara alami
bergerak ke dalam tubuh ikan untuk menjaga keseimbangan osmotik.
Mengeluarkan Urine yang Encer: Ikan air tawar memiliki ginjal yang efisien dalam
membuang air berlebih dari tubuh mereka. Ginjal ini menghasilkan urine yang sangat
encer, sehingga air yang diserap oleh ikan dapat dikeluarkan dengan cepat. Hal ini
membantu ikan untuk mempertahankan konsentrasi garam yang lebih tinggi di dalam
tubuh mereka.
Menyerap Garam: Ikan air tawar juga memiliki kemampuan untuk menyerap garam
dari lingkungan melalui insang dan membran tubuh mereka. Ikan ini menggunakan
protein khusus dalam insang yang disebut Na+/K+-ATPase untuk mengambil ion-ion
natrium dari air sekitar dan menggantikannya dengan ion kalium dalam tubuh ikan.
Ekskresi Garam: Ikan air tawar juga mengeluarkan kelebihan garam melalui urine dan
sedikit melalui kulit. Ginjal ikan mengatur tingkat ekskresi garam tergantung pada
kondisi lingkungan dan keseimbangan osmotik tubuh.
Selain mekanisme ini, ikan air tawar juga dapat mengandalkan makanan yang
mereka konsumsi untuk memenuhi kebutuhan garam. Mereka dapat memperoleh garam
yang diperlukan dari makanan alami yang mengandung garam, seperti serangga air dan
tumbuhan air. Dengan demikian, ikan air tawar secara aktif mengatur keseimbangan air
dan garam dalam tubuh mereka untuk mempertahankan homeostasis dan kelangsungan
hidup [11].

5
3.b. Osmoregulaso Ikan Air Asin
Osmoregulasi pada ikan air asin melibatkan upaya untuk mempertahankan
keseimbangan air dan garam dalam tubuh mereka saat hidup dalam lingkungan dengan
konsentrasi garam yang tinggi. Berikut adalah beberapa mekanisme osmoregulasi pada ikan
air asin:
Mengatasi Kehilangan Air: Ikan air asin menghadapi tantangan dalam mengatasi
kehilangan air yang berlebihan melalui osmosis. Untuk mengatasinya, ikan air asin
memiliki kulit yang kurang permeabel terhadap air. Selain itu, mereka memiliki gugus
sel di dalam insang yang menghasilkan lendir berlebih. Lendir ini membantu
mengurangi kehilangan air melalui insang dan kulit.
Menyingkirkan Kelebihan Garam: Ikan air asin secara aktif mengeluarkan kelebihan
garam dari tubuh mereka melalui beberapa mekanisme. Salah satunya adalah
pengeluaran garam melalui urin. Ginjal ikan air asin kurang menghasilkan urine yang
encer dibandingkan dengan ikan air tawar. Sebaliknya, ginjal ikan air asin
menghasilkan urine yang lebih konsentrasi, sehingga mengurangi kehilangan air yang
berlebihan.
Mengambil Air dari Lingkungan: Ikan air asin mengambil air melalui proses osmosis
dari lingkungan melalui insang, kulit, dan saluran pencernaan mereka. Air yang diserap
membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh mereka.
Mengeluarkan Garam melalui Kelenjar Klorida: Ikan air asin memiliki kelenjar
klorida khusus di insang yang berperan dalam mengeluarkan kelebihan garam dari
tubuh. Kelenjar ini mengeluarkan ion klorida dan natrium, sehingga membantu
menjaga konsentrasi garam dalam tubuh ikan agar tidak terlalu tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa mekanisme osmoregulasi pada ikan air asin dapat
berbeda-beda antara spesies. Beberapa spesies ikan air asin juga memiliki adaptasi khusus,
seperti ginjal yang lebih efisien dalam mempertahankan air atau organ khusus untuk
menghasilkan urine yang lebih konsentrasi. Adaptasi ini memungkinkan ikan air asin untuk
bertahan hidup dan berfungsi dengan baik dalam lingkungan yang memiliki konsentrasi
garam yang tinggi[12] .

3.c. Faktor yang Mempengaruhi Osmoregulasi pada Ikan


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi osmoregulasi pada ikan, baik
itu ikan air tawar maupun ikan air asing sebgaia berikut:
Lingkungan Osmotik: Lingkungan osmotik di mana ikan hidup adalah faktor penting
yang mempengaruhi osmoregulasi. Ikan air tawar hidup dalam lingkungan dengan
konsentrasi garam yang rendah, sementara ikan air asin hidup dalam lingkungan dengan
konsentrasi garam yang tinggi. Perbedaan lingkungan osmotik ini mempengaruhi cara
ikan mengatur keseimbangan air dan garam dalam tubuh mereka [7].
Struktur dan Fungsi Ginjal: Ginjal adalah organ utama yang terlibat dalam
osmoregulasi pada ikan. Struktur dan fungsi ginjal ikan dapat berbeda-beda antara
spesies yang berbeda. Beberapa spesies ikan memiliki ginjal yang lebih efisien dalam
mempertahankan air atau mengeluarkan garam, sementara yang lain memiliki ginjal
yang kurang efisien. Perbedaan ini dapat mempengaruhi kemampuan ikan dalam
mengatur keseimbangan air dan garam dalam tubuh mereka [3].
Adaptasi Fisiologis: Ikan memiliki berbagai adaptasi fisiologis yang mempengaruhi
osmoregulasi mereka. Ini termasuk struktur insang, kulit, dan organ-organ lain yang
terlibat dalam pertukaran air dan garam. Beberapa spesies ikan memiliki insang yang
lebih efisien dalam menyerap atau mengeluarkan garam, sementara yang lain memiliki
kulit yang kurang permeabel terhadap air.
Hormon dan Regulasi Genetik: Hormon dan regulasi genetik juga memainkan peran
penting dalam osmoregulasi pada ikan. Hormon seperti hormon antidiuretik (ADH) dan

6
hormon kortikosteroid terlibat dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam
tubuh ikan. Regulasi genetik juga mempengaruhi ekspresi gen yang terlibat dalam
proses osmoregulasi [13].
Perubahan Lingkungan: Perubahan lingkungan, seperti perubahan suhu atau salinitas
air, dapat mempengaruhi osmoregulasi pada ikan. Lingkungan yang tidak stabil atau
ekstrem dapat menyebabkan gangguan osmoregulasi dan stres pada ikan.
Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor ini saling terkait dan kompleks, dan
osmoregulasi pada ikan adalah respons yang kompleks dan terkoordinasi terhadap
lingkungan osmotik mereka [9].

4. Kesimpulan
Ikan memiliki organ ekskresi utama yang disebut ginjal. Ginjal ikan berfungsi untuk
mengeluarkan limbah nitrogen, seperti amonia, yang dihasilkan oleh metabolisme protein.
Ginjal ikan juga berperan dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit yang tepat, ikan perlu melakukan
osmoregulasi. Ikan memiliki mekanisme khusus untuk mengatasi perbedaan tekanan
osmotik antara tubuh dan air di sekitarnya. Sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan
berperan penting dalam menjaga keseimbangan air, elektrolit, dan konsentrasi zat-zat
dalam tubuh agar tetap sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.

Daftar Pustaka
[1] Campbell, “Osmoregulation and Excretion,” Reece Biol., pp. 97–125, 2013, doi:
10.1007/978-94-007-6949-6_4.
[2] Lailatul Ngarofah, “Modul Pembelajaran Fisiologi Hewan,” J. Inf., pp. 1–102, 2020.
[3] S. Mandia, N. Marusin, P. Santoso, L. Struktur, P. Hewan, and J. Biologi, “Analisis
Histologis Ginjal Ikan Asang (Osteochilus hasseltii ) di Danau Maninjau dan Singkarak,
Sumatera Barat Histological Analysis of Kidney of Silver Sharkminnow (Osteochilus
hassletii) from Maninjau and Singkarak Lakes, West Sumatra,” J. Biol. Univ. Andalas
(J. Bio. UA.), vol. 2, no. 3, pp. 2303–2162, 2013.
[4] B. M. Syakirin, “MEKANISME POMPA NATRIUM KALIUM (Na+ - K +) PADA
OSMOREGULASI IKAN BERTULANG SEIATI (TELEOST),” J. Ilm. Perikan. dan
Kelaut., vol. 1, no. 1, pp. 24–33, 2007.
[5] S. A. Rahman, A. Athirah, and R. Asaf, “KONSENTRASI PENGENCERAN
SALINITAS TERHADAP KEMAMPUAN OSMOREGULASI IKAN CAPUNGAN
BANGGAI (Pterapogan cauderni) Concentration Dilution Salinity Towards The Ability
of Fish Taken from Capungan Osmoregulasii,” SAINTEK Peternak. dan Perikan., vol.
4, no. 1, pp. 74–79, 2017.
[6] W. Azani and E. Rahmi, “GAMBARAN HISTOLOGIS SISTEM URINARIA IKAN
GABUS (Channa striata),” Jimvet, vol. 01, no. 4, pp. 709–714, 2017.
[7] A. Asmaini, L. Handayani, and N. Nurhayati, “Penambahan nano CaO limbah cangkang
kijing (Pilsbryocncha exilis) pada media bersalinitas untuk pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus),” Acta Aquat. Aquat. Sci. J., vol. 7, no. 1, p. 1, 2020, doi:
10.29103/aa.v7i1.1927.
[8] Khalisni, “Spesies Ikan Tangkapan Nelayan di Pesisir Pantai Lhok Pawoh Kabupaten
Aceh BArat Daya Sebagai Referensi Tambahan Materi Keanekaragaman Hayati Kelas
X Mas Manggeng,” pp. 1–99, 2020.
[9] M. A’tourrohman, “Termogulasi, Respirasi dan Osmoregulasi pada Ikan Mas (Cyprinus
carpio),” Prakt. Fisiol. Hewan, vol. 2, no. 1, pp. 1–9, 2019.
[10] D. H. Evans, “Teleost fish osmoregulation: What have we learned since August Krogh,
Homer Smith, and Ancel Keys,” Am. J. Physiol. - Regul. Integr. Comp. Physiol., vol.
295, no. 2, pp. 704–713, 2008, doi: 10.1152/ajpregu.90337.2008.
[11] W. Pamungkas, “AKTIVITAS OSMOREGULASI, RESPONS PERTUMBUHAN,
DAN ENERGETIC COST PADA IKAN YANG DIPELIHARA DALAM
LINGKUNGAN BERSALINITAS,” Media akuakultur, vol. 7, 2012.

7
[12] N. ANNET and J. Naranjo, “Pengaruh Salinitas terhadap Penetasan Telur Ikan Jambal
Siam (Pangasius hypohthalmus),” J. Akuakultur Rawa Indones., vol. 85, no. 1, pp. 2071–
2079, 2014.
[13] Imam Taufik and Eni Kusrini, “Peran Hormon Dan Syaraf Pada Osmoregulasi Hewan
Air,” Media Akuakultur, vol. 1, no. 2. pp. 81–85, 2006.

View publication stats

You might also like