You are on page 1of 4

1.Sajak Matahari (W.S.

Rendra)

SAJAK MATAHARI

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia !

2. Sajadah panjang ( Taufiq Ismail)

SAJADAH PANJANG

Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian


Sampai ke tepi kuburan hamba

Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan sujud

Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara azan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan rukuk

Hamba sujud dan tak lepas kening hamba

Mengingat Dikau

Sepenuhnya

3. Jadi (Sutardji Calzoum Bachri)

JADI

Tidak setiap derita Jadi luka

Tidak setiap sepi Jadi duri

Tidak setiap tanda Jadi makna

Tidak setiap makna Jadi ragu

Tidak setiap jawabJadi sebab

Tidak setiap jangan Jadi pegang

Tidak setiap kabar Jadi tahu

Tidak setiap luka Jadi kaca

Memandang Kau pada wajahku


4.Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu (Widji Thukul)

DIBAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU

apa guna punya ilmu

kalau hanya untuk mengibuli

apa gunanya banyak baca buku

kalau mulut kau bungkam melulu

di mana-mana moncong senjata

berdiri gagah

kongkalikong

dengan kaum cukong

di desa-desa

rakyat dipaksa

menjual tanah

tapi, tapi, tapi, tapi

dengan harga murah

apa guna banyak baca buku

kalau mulut kau bungkam melulu

5.Biru Bukit, Bukit Kelu (Taufiq Ismail)

BIRU BUKIT,BUKIT KELU

Adalah hujan dalam kabut yang ungu

Turun sepanjang gunung dan bukit biru

Ketika kota cahaya dan dimana bertemu

Awan putih yang menghinggapi cemaraku.

Adalah kemarau dalam sengangar berdebu

Turun sepanjang gunung dan bukit kelu

Ketika kota tak bicara dan terpaku

Gunung api dan hama di ladang-ladangku.

Lereng-lereng senja
Pernah menyinar merah kesumba

Padang ilalang dan bukit membatu

Tanah airku.

6.Malam Laut (Sudarto Bachtiar)

MALAM LAUT

Karena laut tak pernah takluk, lautlah aku

Karena laut tak pernah dusta, lautlah aku

Terlalu hampir tetapi terlalu sepi

Tertangkap sekali terlepas kembali

Ah malam, gumpalan cahaya yang selalu berubah warna

Beginilahh jika mimpi menimpa harapan banci

Tak kusangka serupa dara

Sehabis mencium bias mendera

Karena laut tak pernah takluk, mereka tak tahu aku di mana

Karena laut tak pernah dusta, ku tak tahu cintaku di mana

Terlalu hampir tetapi terlalu sepi

Tertangkap sekali terlepas kembali

You might also like