You are on page 1of 12

HUKUM KONTRAK DAN JUAL BELI

Dosen Pengampu : Dr. Syamsuddin, M.M., M.T.

Di Susun Oleh :
Muh. Fidayin Al Aqsha ( 45221087 )
Nirwana ( 45221088 )
Nurasia ( 45221090 )
Nurul Haliza ( 45221091 )
Putra Dea Arsita ( 45221092 )

PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan semesta alam, Tuhan yang Maha Esa, Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah memberi karunia dan kasih sayang terhadap seluruh Makhluk ciptaan-Nya.
Tiada hal yang lebih baik daripada mengirimkan seluruh pujian kepada-Nya. Karena kuasa-
Nya lah makalah ini mampu dapat diselesaikan sebagaimana mestinya agar dapat digunakan
sebaik-baiknya untuk kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara. Makalah ini
memuat tugas dari mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis dengan judul “Hukum Kontrak dan
Jual Beli”.
Dalam proses pembuatan makalah ini, tentu kami sadar bahwa ada banyak
kekurangan di dalamnya. Hal itu tidak luput dari kami sebagai manusia yang tidak pernah
mencapai titik kesempurnaan sejati.
Namun, dalam proses ini pula ada banyak pihak-pihak yang mendukung dan memberi
bantuan kepada kami dalam penyelesaiannya. Sebagai makhluk sosial, ini merupakan bukti
bahwa manusia selama ini akan selalu dan sejatinya membutuhkan manusia lain untuk
menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan olehnya. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Makassar, 8 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3

2.1 Pengertian Hukum Kontrak dan Jual Beli.....................................................................................3

2.2 Asas-asas dan Syarat Sah Hukum Kontrak....................................................................................3

2.3 Subjek dan Objek Perjanjian Jual Beli..........................................................................................5

2.4 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli.....................................................6

2.5 Bentuk-Bentuk Perjanjian Jual Beli...............................................................................................6

2.6 Resiko Dalam Perjanjian Jual Beli................................................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kontrak dan jual beli adalah dua elemen utama dalam hukum perdata yang mengatur
hubungan antara individu, perusahaan, dan entitas hukum lainnya dalam konteks transaksi
komersial. Kontrak merupakan perjanjian hukum yang mengikat antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu. Sementara itu, jual
beli adalah proses pertukaran barang atau jasa dengan imbalan berupa uang atau
kompensasi lainnya.
Konsep kontrak telah ada sejak zaman kuno, bahkan sebelum masyarakat mencatat
hukum secara tertulis. Dalam masyarakat awal, perjanjian lisan dan pertukaran barang atau
jasa adalah cara umum untuk mengatur hubungan ekonomi. Contohnya, di Mesir kuno dan
Babilonia, terdapat catatan awal mengenai perjanjian tertulis yang mengatur transaksi
tanah dan properti.
Hukum Romawi juga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan kontrak.
Prinsip-prinsip dasar kontrak, seperti kebebasan berkontrak dan kepatuhan terhadap
perjanjian, mulai terbentuk. Prinsip "pacta sunt servanda" (perjanjian harus ditepati)
menjadi landasan penting dalam hukum kontrak modern
Abad Pertengahan di Eropa menyaksikan pertumbuhan perdagangan internasional.
Pertukaran budaya dan komoditas antar negara-negara Eropa membawa konsep-konsep
hukum kontrak dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Meskipun pengawasan Gereja
terhadap kegiatan ekonomi membatasi kebebasan berkontrak pada saat itu, tetapi konsep
dasar hukum kontrak terus berkembang.
Revolusi Industri di abad ke-18 dan ke-19 membawa perubahan besar dalam hukum
kontrak. Pertumbuhan ekonomi yang pesat memerlukan kerangka hukum yang lebih
terstruktur untuk mengakomodasi transaksi yang semakin kompleks. Inggris, melalui
kasus hukum seperti kasus Carlill v. Carbolic Smoke Ball Company, menetapkan prinsip-
prinsip penting dalam pembentukan kontrak, termasuk penawaran yang jelas dan
penerimaan yang tegas.
Amerika Serikat juga mengalami perkembangan penting dalam hukum kontrak
selama periode ini. Negara-negara bagian di AS mulai membentuk hukum kontrak yang
relevan dengan realitas ekonomi baru. Prinsip-prinsip hukum kontrak yang diakui secara
nasional juga mulai terbentuk

1
Sejarah jual beli dapat dilacak hingga ke peradaban awal. Praktik jual beli barang dan
jasa telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sejak zaman prasejarah. Pada
awalnya, jual beli sering kali dilakukan melalui sistem barter, di mana barang atau jasa
ditukar tanpa menggunakan uang sebagai medium pertukaran.
Dengan perkembangan sistem moneter dan perdagangan, jual beli menjadi lebih
terstruktur dan formal. Undang-undang tentang kontrak dan jual beli mulai muncul dalam
sistem hukum untuk memberikan kerangka kerja yang jelas dan adil bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian hukum kontrak dan jual beli
2. Apa saja asas-asas dan syarat hukum kontrak
3. Apa saja subjek dan objek perjanjian jual beli
4. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli
5. Apa saja bentuk-bentuk dari perjanjian jual beli
6. Apa saja resiko dalam perjanjian jual beli

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum kontrak dan jual beli
2. Untuk mengetahui asas-asas dan syarat hukum kontrak
3. Untuk mengetahui subjek dan objek perjanjian jual beli
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari perjanjian jual beli
6. Untuk mengetahui resiko dalam perjanjian jual beli

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Kontrak dan Jual Beli
a. Hukum Kontrak
Pengertian perjanjian atau kontrak diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Pasal tersebut berbunyi: “Perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih”.
b. Jual Beli
Pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata adalah : “Suatu
persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.”
2.2 Asas-asas dan Syarat Sah Hukum Kontrak
a. Asas-asas Perjanjian/Hukum Kontrak
Asas-asas yang terdapat dalam suatu perjanjian umumnya terdapat dalam
perjanjian jual beli. Dalam hukum perjanjian ada beberapa asas, namun secara umum
asas perjanjian ada lima yaitu :
1) Asas Kebebasan Berkontrak
“Asas Kebebasan Berkontrak dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “ Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Asas Kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian:
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun:
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang paling penting di dalam
perjanjian karena di dalam asas ini tampak adanya ungkapan hak asasi manusia
dalam membuat suatu perjanjian serta memberi peluang bagi perkembangan
hukum perjanjian.
2) Asas Konsensualitas
Asas Konsensualisme Asas konsensualisme dapat dilihat dalam pasal 1320
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam pasal tersebut dinyatakan

3
bahwa salah satu syarat adanya suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan dari
kedua belah pihak.
3) Asas mengikatnya suatu perjanjian
Asas ini terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dimana suatu
perjanjian dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pembuatnya.
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut
karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji
tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
4) Asas iktikad baik (Goede Trouw)
Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata). Iktikad baik ada dua yaitu : Bersifat objektif, artinya mengindahkan
kepatutan dan kesusilaan. Bersifat subjektif, artinya ditentukan sikap batin
seseorang.
5) Asas Kepribadian
Asas Kepribadian Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan
perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat dalam pasal
1317 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang janji untuk pihak ketiga.
b. Syarat Sah Perjanjian/Hukum Kontrak
Syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata merupakan syarat sahnya perjanjian adalah :
1) Kesepakatan para pihak
Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu
kesepakatan atau konsensus pada para pihak. Yang dimaksud dengan kesepakatan
adalah persesuaian kehendak antara para pihak dalam perjanjian.
2) Cakap untuk membuat suatuperjanjian
Cakap artinya adalah kemampuan untuk melakukan suatu perbuatan hukum
yang dalam hal ini adalah membuat suatu perjanjian. Dalam pasal 1330
disebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum
adalah :
1. Orang yang belum dewasa
2. Orang yang dibawah pengampuan
3. Seorang istri
3) Suatu hal tertentu

4
Suatu hal tertentu disebut juga dengan objek perjanjian. Objek perjanjian
harus jelas dan ditentukan oleh para pihak yang dapat berupa barang maupun jasa
namun juga dapat berupa tidak berbuat sesuatu.
4) Suatu sebab yang halal
Di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum perdata tidak dijelaskan
pengertian sebab yang halal. Yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah
bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.
2.3 Subjek dan Objek Perjanjian Jual Beli
a. Subjek dari Suatu Perjanjian
Perjanjian jual beli adalah merupakan perbuatan hukum. Subjek dari perbuatan
hukum adalah Subjek Hukum. Subjek Hukum terdiri dari manusia dan badan hukum.
Namun secara yuridis ada beberapa orang yang tidak diperkenankan untuk melakukan
perjanjian jual beli, sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1) Jual beli Suami istri
Pertimbangan hukum tidak diperkenankannya jual beli antara suami istri
adalah karena sejak terjadinya perkawinan, maka sejak saat itulah terjadi
pencampuran harta, yang disebut harta bersama kecuali ada perjanjian kawin.
Namun ketentuan tersebut ada pengecualiannya yaitu:
 Jika seorang suami atau istri menyerahkan benda-benda kepada isteri atau
suaminya, dari siapa ia oleh Pengadilan telah dipisahkan untuk memenuhi apa
yang menjadi hak suami atau istri menurut hukum.
 Jika penyerahan dilakukan oleh seorang suami kepada isterinya, juga dari
siapa ia dipisahkan berdasarkan pada suatu alasan yang sah, misalnya
mengembalikan benda-benda si istri yang telah dijual atau uang yang menjadi
kepunyaan istri, jika benda itu dikecualikan dari persatuan.
 Jika istri menyerahkan barang-barang kepada suaminya untuk melunasi
sejumlah uang yang ia telah janjikan kepada suaminya sebagai harta
perkawinan.
b. Jual beli oleh para Hakim, Jaksa, Advokat, Pengacara, Juru Sita dan Notaris
Para Pejabat ini tidak diperkenankan melakukan jual beli hanya terbatas pada
benda-benda atau barang dalam sengketa. Apabila hal itu tetap dilakukan, maka jual
beli itu dapat dibatalkan, serta dibebankan untuk penggantian biaya, rugi dan bunga.
c. Pegawai yang Memangku Jabatan Umum

5
Yang dimaksud dalam hal ini adalah membeli untuk kepentingan sendiri terhadap
barang yang dilelang.

2.4 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli
a. Hak dan Kewajiban Penjual
Hak Penjual:
1. Hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan harga dan syarat
pembayaran.
2. Hak untuk menolak penawaran yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian.
3. Hak untuk menuntut ganti rugi jika pembeli melanggar perjanjian.
4. Hak untuk menahan barang yang dijual sampai pembeli membayar sepenuhnya.
Kewajiban Penjual:
1. Kewajiban untuk menyediakan barang yang sesuai dengan deskripsi dan kualitas
yang dijanjikan.
2. Kewajiban untuk memberikan dokumen dan bukti kepemilikan yang sah kepada
pembeli.
3. Kewajiban untuk mengantarkan barang sesuai dengan kesepakatan waktu dan
tempat.
b. Hak dan Kewajiban Pembeli
Hak Pembeli:
1. Hak untuk menerima barang sesuai dengan deskripsi dan kualitas yang dijanjikan.
2. Hak untuk menuntut ganti rugi jika penjual melanggar perjanjian.
3. Hak untuk menolak barang yang tidak sesuai dengan kesepakatan.
Kewajiban Pembeli:
1. Kewajiban untuk membayar harga sesuai dengan kesepakatan.
2. Kewajiban untuk menerima dan memeriksa barang sesuai dengan perjanjian.
3. Kewajiban untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan kepada penjual.
Perlu diingat bahwa hak dan kewajiban dalam perjanjian jual beli dapat berbeda-
beda tergantung pada perjanjian yang dibuat, jenis barang atau jasa yang
diperdagangkan, dan hukum yang berlaku di wilayah tempat perjanjian tersebut
dilakukan. Pastikan untuk selalu memahami dan mematuhi semua ketentuan dalam
perjanjian jual beli yang Anda ikuti.
2.5 Bentuk-Bentuk Perjanjian Jual Beli
Berikut adalah beberapa bentuk perjanjian penjualan beli yang umum:

6
1. Jual Beli Tunai: Penjual dan pembeli menyetujui pembayaran dan pengambilan
barang secara langsung pada saat yang sama.
2. Jual Beli Kredit: Pembeli dapat membayar dalam jangka waktu tertentu setelah
menerima barang, seringkali dengan bunga atau biaya tambahan.
3. Perjanjian Jual Beli Online: Transaksi jual beli yang dilakukan melalui platform e-
commerce atau situs web, seringkali melibatkan proses pembayaran online.
4. Jual Beli Barang Barter: Pihak-pihak yang terlibat menukarkan barang atau jasa tanpa
menggunakan uang sebagai alat pembayaran.
5. Perjanjian Jual Beli Properti: Jual beli rumah, tanah, atau properti komersial yang
melibatkan peraturan hukum properti.
6. Kontrak Jual Beli Grosir: Biasanya terjadi dalam bisnis, di mana barang dijual dalam
jumlah besar dengan harga diskon.
7. Perjanjian Jual Beli Mobil: Melibatkan pembelian kendaraan bermotor, seringkali
dengan ketentuan tentang pembiayaan atau pembayaran angsuran.
8. Jual Beli Saham: Transaksi saham di pasar saham atau perjanjian antara pemegang
saham dan investor.
9. Perjanjian Jual Beli Barang Antik: Pembelian dan penjualan barang-barang antik atau
koleksi seni.
10. Perjanjian Jual Beli Waralaba: Pembelian hak untuk mengoperasikan bisnis
berdasarkan merek dagang dan model bisnis tertentu.
Setiap jenis perjanjian jual beli memiliki persyaratan dan ketentuan yang khas, dan
seringkali memerlukan dokumen tertulis untuk mengikat kesepakatan. Penting untuk
memahami dan mematuhi hukum yang berlaku di wilayah Anda ketika membuat
perjanjian jual beli.
2.6 Resiko Dalam Perjanjian Jual Beli
a. Pengertian Resiko dalam Jual Beli
Resiko dalam jual beli mengacu pada kemungkinan kerusakan, kehilangan, atau
masalah lain yang mungkin terjadi pada barang yang diperjualbelikan. Resiko ini
dapat muncul sepanjang proses jual beli, mulai dari penawaran hingga penyerahan
barang.
b. Pasal-pasal Terkait Resiko dalam Jual Beli
1. Pasal 1460 KUHPerdata
”Pasal 1460 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Indonesia
mengatur tentang bagaimana resiko dalam jual beli biasanya berpindah dari

7
penjual ke pembeli. Resiko barang biasanya berpindah bersamaan dengan
kepemilikan atau penyerahan barang. Namun, penjual dan pembeli dapat sepakat
untuk mengatur perpindahan resiko secara berbeda dalam perjanjian jual beli
mereka”
2. Pasal 1461 KUHPerdata
”Pasal 1461 KUHPerdata membahas situasi di mana pembeli telah membayar
harga barang sebelum menerima barangnya. Jika barang tersebut rusak sebelum
diterima oleh pembeli dan rusaknya tidak disebabkan oleh kelalaian pembeli,
maka penjual masih bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Ini adalah contoh
di mana perpindahan resiko masih diatur oleh hukum dalam hal pembayaran
sebelum penyerahan”
3. Pasal 1462 KUHPerdata
”Pasal 1462 KUHPerdata mengatur situasi di mana penjual harus mengirimkan
barang kepada pembeli dan telah memberikannya kepada pengangkut yang
ditunjuk oleh pembeli. Dalam hal ini, resiko barang tetap berada di pihak penjual
sampai ada tanda terima oleh pembeli atau pengangkut yang diakui sebagai
perwakilan pembeli”
4. Perjanjian Tambahan
Perjanjian jual beli seringkali mencakup klausul-klausul yang lebih rinci
mengenai resiko. Dalam praktiknya, penjual dan pembeli dapat menentukan
secara khusus bagaimana resiko akan ditangani, termasuk siapa yang bertanggung
jawab jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang.
Resiko dalam jual beli adalah bagian penting dalam transaksi ekonomi. Hukum
perdata, khususnya Pasal 1460 hingga 1462 KUHPerdata, memberikan kerangka kerja
untuk mengatur perpindahan resiko antara penjual dan pembeli. Namun, perjanjian
jual beli juga memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana resiko akan
ditangani. Pemahaman yang baik tentang konsep resiko dalam jual beli dapat
membantu melindungi hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi ini.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum kontrak adalah bidang hukum yang mengatur perjanjian antara dua pihak
yang bersedia untuk menjalankan kewajiban tertentu. Kontrak jual beli adalah salah satu
jenis kontrak yang umum, di mana satu pihak setuju untuk mentransfer kepemilikan
barang atau jasa kepada pihak lain dengan imbalan pembayaran. Dalam hukum kontrak,
penting untuk memahami prinsip-prinsip kontrak, termasuk keabsahan, kesepakatan,
kapasitas, tujuan yang sah, dan lainnya. Penegakan hukum kontrak adalah kunci untuk
menjaga keadilan dan kepastian dalam transaksi bisnis dan kehidupan sehari-hari.

You might also like