You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preparasi gigi adalah pembuangan jaringan karies dan jaringan yeng telah lemah
dari gigi dan membentuk gigi yang masih sehat sedemikian rupa sehingga dapat menerima
restorasi permanen atau sementara. Perawatan dilakukan untuk mencegah dan
menaggulangi perjalanan penyakit jaringan pulpa ke daerah apeks. Prinsip dari preparasi
adalah menghilangkan penyebab dan mencegah timbulnya reinfeksi.

Perawatan saluran akar terdiri dari dua tahap pekerjaan yaitu preparasi saluran akar
dan pembentukan saluran akar. Pembersi saluran akar meliputi pengambilan jaringan
organik dalam sistem saluran akar yang terdiri dari jaringan pulpa yang terinfeksi , dan
yang masih sehat, bakteri, dan endotoksinnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan preparasi gigi?
2. Apa syarat-syarat dari preparasi gigi?
3. Apa tujuan dari preparasi gigi?
4. Bagaimana langkah-langkah pembuatan preparasi gigi?
5. Apa yang dimaksud dengan proteksi pulpa?
6. Apa saja bahan proteksi pulpa?
7. Bagaimana teknik pengisian saluran pulpa?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Mendenskripsikan apa yang dimaksud dengan preparasi gigi
2. Mendenskripsikan apa syarat-syarat preparasi gigi
3. Mendenskripsikan apa tujuan preparasi gigi
4. Mendenskripsikan bagaimana langkah-langkah pembuatan preparasi gigi
5. Mendenskripsikan apa yang dimaksud dengan proteksi pulpa
6. Mendeskripsikan apa saja bahan proteksi pulpa
7. Mendeskripsikan teknik pengisian saluran akar

1
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Bagi mahasiswa, makalah ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi
pembelajaran

- Bagi pembaca, dapat mengetahui tentang preparasi gigi dan proteksi pulpa

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Preparasi Gigi


Preparasi gigi adalah pembuangan jaringan karies dan jaringan yeng telah lemah
dari gigi dan membentuk gigi yang masih sehat sedemikian rupa sehingga dapat menerima
restorasi permanen atau sementara. Perawatan dilakukan untuk mencegah dan
menaggulangi perjalanan penyakit jaringan pulpa ke daerah apeks. Prinsip dari preparasi
adalah menghilangkan penyebab dan mencegah timbulnya reinfeksi.

Perawatan saluran akar terdiri dari dua tahap pekerjaan yaitu preparasi saluran akar
dan pembentukan saluran akar. Pembersi saluran akar meliputi pengambilan jaringan
organik dalam sistem saluran akar yang terdiri dari jaringan pulpa yang terinfeksi , dan
yang masih sehat, bakteri, dan endotoksinnya.

Klasifikasi preparasi gigi

Klasifikasi G.V. Black (1924) à preparasi kavitas :

Berdasarkan pada area anatomi yang termasuk dari tipe perawatan dari Black.
Teridiri dari kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V dan ada kelas tambahan
yaitu kelas VI.

Klas I : Pit dan fissure permukaan oklusal dari M + P pit bukal dan lingual dari
semua gigi posterior dan cingulum (gigi anterior).

Klas II : Permukaan proksimal gigi M + P dengan jalan masuk melalui oklusal.


Biasanya berada pada tiik kontak yang sulit dibersihkan.

Klas III : Permukaan proksimal gigi anterior dengan atau tanpa labial atau lingual
eksterior (tidak mengenai sudut incisal), biasanya terjadi pada permukaan mesial
atau distal dari incisivus atau kaninus daan biasnaya terjadi dibawah tiik kontak.

3
Klas IV : Terjadi pada proksimal gigi anterior yang yang telah meluas sampai ke
sudut incisal

Klas V : terjadi pada permukaan fasial maupun lingual, namun lebih sering terjadi
pada permkaan yang menghadap ke bibir daan pipi.

Klas VI : Cavity pada incisal edge atau pada oklusal cusp

2.2 Syarat-syarat Preparasi Gigi


Syarat yang di perlukan untuk preparasi:
1. Cavitas harus bersih
2. Tepi cavitas halus dan terletak pada glasir yang sehat
3. Glasir harus disokong dentin sesuai arah enamel rods
4. Bentuk cavitas harus menanggung tambalan yang kuat , tidak pecah (resisten )
5. Bentuk tambalan memberikan retensi yang cukup pada tambalan
6. Tepi cavitas harus diambil di mana tempat tidak akan terjadi karies sekunder

Syarat yang di perlukan untuk preparasi harus memperhatikan:


a. Prinsip preparasi gigi
Prinsip preparasi ini meliputi tiga aspek yaitu aspek biologi , mekanik, dan estetik.
Aspek biologi meliputi dari konservasi gigi , supragingival margins dan kontur
yang tepat dan perlindungan gigi dari fraktur. Aspek mekanik terdiri dari resistensi
erhadap deformasi. Aspek estetik adalah ketebalan porselen yang cukup. Preparasi
gigi penyangga harus sesuai dengan desain retainer yang akan dibuat. Preparasi
yang mengambil jaringan yang berlebihan pada gigi penyangga dapat
menyebabkan bentuk gigi menjadi kerucut sehingga dapat menurunkan
resistensinya,gigi juga menjadi lebih sensitiv tehadap suhu karena dentin terbuka
bahkan dapat menyebabkan kematian pulpa.
b. Kekuatan geser
Adalah kekuatan maksimum yang dapat di terima suatu material sebelum terpisah,
kekuatan perlekatan geser perlu diperhatikan dalam membuat suatu GGT karena
gaya geser merupakan salah satu unsur tekanan yang menunjang terwujudnya
tekanan kunyah yang diterima GGT di dalam rongga mulut.
c. Dentin

4
Pengeringan dentin setelah dentn setelah preparasi secara teori
menyebabkanpergerakan cairan dentin bergerak keluar sebanyak 2-3 mm per detik
(cohen dan burms, 2002 ). Pergerakan cairan pada tubuli dentin yang telah terbuka
ini mampu mempengaruhi ujung syaraf pada odontoblas maupun ujung syaraf pada
pulpa. Efek ini menjadi dasar dari teori hidrodinamim penyebab hiperalgesia atau
hipersensitivitas.

2.3 Tujuan Preparasi Gigi

Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigi
tiruan jembatan. Preparasi bertujuan menghilangkan daerah yang gorong, memberi tempat
bagi bahan retainer atau mahkota, menyesuaikansumbu mahkota, memungkinan
pembentukan retainer atau mahkota sesuai dengan bentuk anatomi gigi yang telah
dipreparasi, membangun bentuk retensi dan menghilangkan jaringan-jaringan yang lapuk
oleh karies. Prinsip preparasi gigi adalah mendapatkan bentuk akhir yang menjamin
retensi yang sebesar besarnya bagi retainer. Untuk mencapai hal tesebut dibuat dasar dasar
bentuk preparasi yaitu kemiringan dinding aksial, bentuk preparasi mengikut bentuk
anatomi gigi dan pengambilan jaringan gigi yang cukup untuk memberi ketebalan bagi
bahan retainer.
Disamping dasar-dasar bentuk retensi ada factor lain yang mempengaruhi retensi
preparasi seperti bentuk dan ukuran gigi,luas bidang permukaan preparasi dan kekerasan
permukaan preparasi.

2.4 Langkah-langkah Pembuatan Preparasi Gigi

1. Menentukan ouline form

Outline form yaitu garis terluar dar hasil preparasi kavitas yang terdapat di
permukaan gigi. Penentuan outline form ini meliputi membuka kavitas dengan bor,
menghaluskan kavitas, alas dari kavitas diratakan, lalu inggir dari kavitas
dihaluskan lagi.

2. Membuat resistence form.

5
Prinsip kedua dalam preparasi kavitas adalah resistance form (bentuk resistensi)
yatitu bentuk yang dibuat Sedemikian rupa pada kavitas untuk mencegah pecahnya
tumpatan atau sisa jaringan gigi. Ini meliputi pembuatan dasar gingival dan pulpa
yang horizontal terhadap aksis panjanggigi. Resistensi formadalah bentuk reparasi
kavitas dimana sisa Jaringan gigi yang ada tetap kuat dan menerima daya kunyah/
tidak pecah oleh daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan peluasan preparasi harus
diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal.

Membuat retention form

Retention form dibuat pada kavitas dengan tujuan agar tmpatan mempunyai pegangan
yang kuat dan tidak bergeser dari tempatnya bila gigi digunakan mengunyah.

Macam bentuk retensi :

•Frictional wall retention

•Undercut mekanis

•Groove

•Posthole

•Dovetail

Retensi frictional wall disebabkan karena adaya nterlocking dari bahan tupatan. Dari
pemikiran ini dinding kavitas yang kasar akan mempunyai retensi yang lih baik.
Perhatikan untuk pemilihan bahan restorasinya. Undercat mekanisumumnya dibuat pada
sudut preparasi Klas V. Restorasi amalgam pada kavitas yang luas dapat di tambahkan
pinuntuk meningkatkan retensinya.

3. Membuat convinence form

Conveniece form adalaha membentuk kavitas seemikian rupa untuk mempermudah


pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatanke dalam kavitas.Convenience
Form diperoleh dengan cara :

•Memperluas preparasi kavitas

•Pemilihan alat yang dapat memudahkan peerjaan

6
•Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingival

4. Membuang sisa jaringan karies

Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding aktivitas. Karies
tidak boleh ditinggalkan di dalam kavitas. Sebab jika teradi kebocoran, bakteri yang
tinggal di dalam kavitas akan aktif dan dapat menimbukan gejala sakitinding kavitas.

5. Merapikan dan menghaluskan tepi dan dinding karies

Tindakan yang dilakukanuntuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan
rata untuk mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang
baik.Dindingkavitas dibuat lurus dan rata. Tepi cavosurface dibuat bevel atau sudut
90. Untuk meratakan dinding kavitas dapat digunakan bur putaran rendah
ataudikombinasi dengan hand cutting instrumen yang tajam contoh pada tumpatan
amalgam, dinding kavitas yang agak kasar dapat menambah retensi. Pada tumpatan
tuang sebaiknya dinding kavitas dibuat halus.

6. Membersihkan kavitas

Tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas, yang bertujuan untuk


membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat. Untuk
pembersihan yang lebih efektif dianjurkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti
H2O2 3%

2.5 Pengertian Proteksi Pulpa

Semen dental juga digunakan sebagai intermediet base atau liner ketika ketebalan
dentin yang tersisa kurang dari 2mm. Base dan liner diletakkan di atas dentin di antara
pulpa dan bahan restorasi. Karena kelarutan semen dental lebih besar dari bahan restorasi,
base dan liner tidak diaplikasikan pada tepi restorasi.

1. Liner
Liner digunakan untuk memproteksi pulpa dari iritasi kimia. Liner dapat
menstimulasi pembentukan dentin sekunder atau membebaskan fluorida.
Karena fungsinya untuk melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, sehingga

7
bahan pelapisnya sendiri jangan sampai merupakan bahan yang iritatif. Fungsi
lainnya adalah sebagai kelengkapan suatu tumpatan dan membantu pengobatan.
Liner terlalu tipis untuk mencegah thermal insulation dan terlalu lemah untuk
mendukung bahan restorasi dan menahan tekanan kondensasi amalgam. Fungsi
protektifnya terutama berupa pencegahan kuman atau toksinnya yang
umumnya terdapat disekitar tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi
pulpa. Selapis tipis pelapik diaplikasikan di dasar kavitas, dinding aksial, dan
dinding gingival untuk menutupi dentin yang terbuka. Dinding gingival sangat
penting untuk dilapik karena setiap millimeter perseginya berisikan banyak
sekali tubulus tetapi dentin sklerotiknya sedikit sekali. Akan sangat bermanfaat
jika bahan pelapis juga merupakan bahan yang bersifat bakteriostatika. Di
Amerika Utara, istilah yang digunakan adalah basis, bukan pelapis, dan yang
disebut pelapis kavitas (cavity liner) adalah suatu pernis yang mengandung
kalsium hidroksida atau Zn.O. Liner sering dilindungi dengan bahan base
seperti semen Zink Fosfat.
2. Base
Base lebih kuat dan tebal dibanding liner. Base memberikan thermal
insulation.Beberapa dapat mendukung bahan restorasi dan melepaskan fluor.
Beberapa base juga dapat mengiritasi pulpa sebelum setting. Restorasi logam
adalah restorasi yang bisa menghantar panas dan telah sejak lama dianggap
perlu meletakkan base di bawahnya agar pulpa terlindung dari renjatan suhu.
Akan tetapi Braden pada tahun 1964 meragukan manfaat prosedur demikian.
Braden berpendapat bahwa dentin sendiri merupakan isolator yang lebih baik
daripada bahan pelapik yang dapat diperoleh saat itu yang hanya efektif jika
diberikan dalam ketebalan tertentu, sedangkan kebanyakan pelapik kalau
dipotong melintang ternyata merupakan lapisan tipis saja. Brannstrom (1982)
menyokong pendapat ini yakni bahwa pelapikan diatas kavitas yang dalam agar
pulpa terlindung dari renjatan suhu, yang berbeda dengan pendapat
konvensional.

2.6 Bahan Proteksi Pulpa

Sebelum penempatan restorasi, pulpa mungkin mengalami iritasi atau kerusakan


dari berbagai sumber, misalnya karies dan pengeboran gigi. Sifat fisik dan kimia dari

8
berbagai restorasi permanen sendiri dapat menyebabkan iritasi atau memperparah kondisi
yang sudah ada.

Vernis, pelapik, dan basis dirancang sebagai pelengkap bahan restorasi untuk
melindungi pulpa dari trauma kimia dan panas. Selain berfungsi sebagai barier perubahan
panas, iritan di dalam bahan, serta kebocoran antarmuka yang berkaitan dengan invasi
bakteri, beberapa bahan ini juga memberikan manfaat pada pulpa. Secara teknis, vernis
dan pelapik dapat diklasifikasikan sebagai bahan pelapik kavitas, karena digunakan
sebagai lapisan pelindung untuk struktur gigi yang baru dipotong dari kavitas yang
dipreparasi. Sedangkan, basis berfungsi juga sebagai penahan panas untuk restorasi logam.

Vernis dan pelapik biasanya membentuk lapisan melalui penguapan dari bahan
pelarut, sedangkan basis dan beberapa pelapik jenis baru mengeras melalui reaksi kimia.

A. VERNIS KAVITAS / CAVITY VARNISH

Vernis digunakan pada tambalan amalgam atau emas. Vernis kavitas pada dasarnya
adalah karet alam (copal), gala (rosin), atau resin sintetis yang dilarutkan dalam suatu
larutan, seperti aseton, eter atau kloroform. Pelarut tersebut akan menguap dan
meninggalkan lapisan tipis pada preparasi kavitas. Lapisan tipis ini merupakan balut
terhadap dentin yang terpotong. Salah satu fungsi utamanya adalah mengurangi kebocoran
mikro pada restorasi amalgam.

Indikasi :

1. Restorasi amalam

2. Restorasi emas

Kontra-Indikasi :

1. Restorasi resin komposit

2. Restorasi resin nirpasi

3. Restorasi semen ionomer kaca

B. PELAPIK KAVITAS / CAVITY LINERS

Pelapik adalah bahan-bahan yang berupa lapisan tipis dan fungsi utamanya adalah
memberikan suatu perlindungan terhadap iritasi kimiawi. Bahan ini tidak berfungsi sebagai
penyekat panas. Yang termasuk pelapik kavitas adalah vernis yang kedalamnya
ditambahkan bubuk kalsium hidroksida atau oksida seng.

9
C. BASIS SEMEN

1. Kalsium Hidroksida (Ca (OH)2)

Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang secara ekstensif digunakan untuk
perlindungan pulpa tidak hanya untuk resin, tetapi untuk seluruh bahan restoratif.
Kalsium hidroksida sangat efektif dalam meningkatkan pembentukan dentin sekunder.

Bahan ini memiliki kekerasan dan kekuatan yang cukup untuk digunakan sebagai
fondasi untuk bahan penambalan. Karena itu, merupakan bahan-bahan yang efektif
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan untuk lesi karies profunda.

Indikasi :

1. Pulpa yang tebuka dalam pulp capping dan pulpotomy

2. Leakage canal

3. Apexification, merangsang pembentukan apex

4. Membentuk jaringan keras gigi

5. Bahan tambalan sementara untuk infeksi saluran akar

Kontra-Indikasi :

1. Peradangan pulpa (pulpitis)

2. Kasus gangren pulpa, seperti: abses.

2. Semen Ionomer Kaca (GI)

Karena sifat biologisnya yang baik dan memiliki potensi perlekatan ke kalsium
yang ada di dalam gigi (sama seperti sistem polikarboksilat), ionomer kaca terutama
digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan
penyemenan. Juga dapat digunakan sebagai basis walaupun bahan ini sangat sensitif
terhadap air.

Ada 2 tipe ionomer kaca. Yang pertama adalah sistem bubuk-cairan konvensional,
serupa dengan semen tipe II. Tipe II adalah ionomer kaca yang dikeraskan dengan

10
sinar. Tipe ini juga sistem bubuk-cairan. Bagian bubuknya berisi unsur partikel kaca
konvensional yang larut dalam asam ditambah aselelator foto-aktivasi. Cairannya
adalah larutan cair asam poliakrilat, atau kopolimer, gugusan grup metaklirat.

Cairan ionomer kaca merupakan larutan dari asam poliakrilat dalam konsentrasi
kira-kira 50%. Cairannya cukup kental dan cenderung membentuk gel setelah beberapa
waktu. Pada sebagian besar semen, asam poliakrilat dalam cairan adalah dalam bentuk
kopolimer dengan asam itikonik, maleik, atau trikarbalik. Asam tartaik juga terdapat
dalam cairan. Penambahan asam tartaik memperbaiki karakteristik manipulasi dan
meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek waktu pengerasan.

Bubuknya adalah kaca alumino-silikat. Dilihat dari sistem dasar semen ini
memiliki potensi melekat ke struktur gigi, baik secara biologis, dan memiliki beberapa
karakterikstik antikaries karena kandungan flouridanya.

Karena sifat biologisnya yang baik dan memiliki potensi perlekatan ke kalsium
yang ada di dalam gigi (sama seperti sistem polikarboksilat), ionomer kaca terutama
digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan
penyemenan. Juga dapat digunakan sebagai basis walaupun bahan ini sangat sensitif
terhadap air.

Kegunaan utama ionomer kaca adalah untuk perekat antara gigi dengan tambalan
komposit. Pada dasarnya berperan sebagain bonding terhadap dentin. Kelebihan
ionomer kaca dibanding resin terletak pada perlekatan adhesifnya, hasil preparasi yang
kurang ngilu, serta adanya mekanisme perlepasan flour.

Indikasi :

1. Restoratif gigi yang mengalami erosi

2. Basis

3. Pelapik kavitas

4. Sementasi

5. Bonding untuk tambalan komposit

6. Core build-up

7. Restorasi gigi desidiu

Kontra-Indikasi :

11
1. Pulp Capping

3. Semen Oksida Seng Eugenol (OSE)

Semen oksida seng eugenol adalah suatu tipe sedatif yang lembut. Biasanya
disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basis insulatif
(penghambat). Bahan ini juga sangat sering digunakan untuk balutan sementara. pH-
nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling
sedikit mengiritasi.

Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satu
kelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen untuk
meminimalkan kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan
ini paling sering digunakan ketika merawat lesi-lesi karies yang besar.

Senyawa-senyawa yang baru ini disebut sebagai semen oksida seng eugenol
“fortifikasi”, “diperkuat”, “modifikasi”, satu “diperbaiki.” Secara komersial ada yang
disebut semen EBA bila produk tersebut mengandung o-etoksibenzoat sebagai
pengganti sebagai eugenol. Semen-semen ini didesain terutama menyemen secara tetap
inlay, mahkota tiruan, dan jembatan. Sifat fisiknya (misal, kekuatan) adalah lebih baik
dibanding semen oksida seng konvensional atau semen oksida seng eugenol yang tidak
diperkuat.

Derajat kelarutan semen-semen ini masih kontroversial. Kelebihan semen oksida


seng eugonel yang telah disempurnakan ini pada umumnya bersifat biologis.

Indikasi :

1. Meredakan rasa sakit

2. Basis insulatif

3. Tambalan Sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung

4. Sementasi inlay,crown, dan bridge

5. Karies dentin

Kontra-Indikasi :

1. Kasus pulpa gangren atau mati

12
4. Semen Polikarboksilat

Ini merupakan salah satu semen gigi yang baru dan memberikan bukti perlekatan
baik pada komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun agak sulit dimanipulasi,
memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion-ion kalsium pada email dan dentin.

Pemakaian utamanya adalah sebagai bahan penyemenan, tetapi dapat juga sebagai
basis, lapik penyekat, dan sebagai bahan penutup di bawah email yang tipis untuk
mencegah bahan-bahan berwarna metalik transparan melalui email. Bahan ini
cenderung cepat mengeras, sehingga tidak dilakukan upaya mengaduk semen sampai
menyerupai konsistensi pasta seperti pada semen seng fosfat.

Bubuk semen ini mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida magnesium.
Beberapa produk sekarang ini mengganti oksida magnesium dengan oksida stannic dan
stannous flourida untuk memodifikasi waktu penggerasan dan meningkatkan kekuatan
serta karakterikstik-karakteristik manipulasinya. Flourida yang ditambahkan
mempunyai sedikit potensi antikaries.

Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. Alasan utama kepopuleran semen baru
ini adalah penerimaan biologis yang baik oleh pulpa dan karena itu memiliki insedens
sensitivitas pasca-operatif yang rendah.

Indikasi :

1. Sementasi

2. Basis

3. Lapik pelekat

Kontra-Indikasi :

1. Perawatan pulpa

2. Kasus pulpa gangren atau mati

5. Semen Silikofosfat

Semen ini merupakan hibrid, kombinasi dai bubuk semen seng fosfat dengan
semen silikat. Salah satu semen silikofosfat yang paling terkenal terdiri atas 90%

13
bubuk semen silikat dan 10% bubuk semen fosfat. Dengan adanya kandungan flourida
dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen tersebut memberikan pencegahan
karies sekunder.

Senyawa-senyawa yang pertama mempunyai sifat menipulasi yang buruk dan


ketebalan lapisannya sangat tinggi. Karena ketebalannya lapisan yang besar ini, semen
ini tidak cocok untuk penyemenan restorasi-restorasi emas secara tepat. Senyawa-
senyawa baru telah dikembangkan dengan meningkatkan karakteristik manipulasi dan
mengurangi ketebalan lapisan. Dari titik pandang sifat antikariesnya, seng silikofosfat
sering merupakan bahan semen pilihan untuk mulut yang angka kariesnya tinggi. Aksi
untuk perrlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.

Indikasi :

1. Basis

2. Sementasi untuk mulut yang angka kariesnya tinggi

Kontra-Indikasi :

1. Kasus pulpa gangren atau mati

5. Calcium Hydroxide

•Pelindung dentin dan pupa


•Kompatibel dengan segala jenis bahan restorasi
•Efek CaOH terhadap pulpa-dentin
-Melindungi pulpa dari iritasi kimia dengan kemampuan sealing yang dimiliki.

-Menstimulasi pembentukan dentin reparatif atau dentin skunder.


-Stimulasi pembentukan dentinal bridge ketika diaplikasikan langsng pada jaringan pulpa
-Mengurangi permeabilitas dentin segera karena adanya CAOH
-Jangka panjag: deposisi intratubular garam mineral dalam dentin

2.7 Teknik Pengisian Proteksi Pulpa/Saluran Akar

Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha:


- Single cone.
- Kondensas
- Kloropercha / eucapercha
- Kompaksi
- Termoplastis
Teknik single cone :

14
Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan kon gutta point tunggal ke dalam saluran
akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya.Untuk menambah adaptasi
gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar ditambahkan semen
saluran akar (sealer)

 Teknik kondensasi
Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam saluran
akar,kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral
maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya
oval atau tidak teratur.

Teknik kondensasi lateral :


Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25) dimasukkan
sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader ke
arah lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point tambahan
(lebih kecil dari spreader) hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

Teknik kondensasi vertikal :


Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai
dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan
dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap
percha tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga
seluruh saluran akar terisi sempurna.

 Teknik kloropercha / eucapercha


Teknik ini dilakukan dengan m elunakkan ujung guttap point utama
dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar
hingga guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya
terutama daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan
pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke
dalam saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi
sempurna.

 Teknik Termokompaksi

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor


atau E ngine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat
putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan
guttap point dan mendorong ke arah apikal

 Teknik termoplastis
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu
alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta
mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apikal

Teknik Pengisian Ag Point :


 Grossman
- Asepsis
- Memilih Ag-point

15
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Ag-point dipotong sebatas orifice
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan tang “Stieglietz forcep”.
- Basis dengan semen
- Foto pengisian

 Sommer
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.
- Sekitar orifice diberi gutta-percha
- Basis dengan semen
- Ag-point dipotong pada bidang oklusal
- Foto pengisian

 Nichols / sectional
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan carborundum-
Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.
- Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.
- Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
- Foto pengisian

 Ag-Tip
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan aplikator.
- Aplikator diputar
- Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
- Foto pengisian

Teknik Pengisian Amalgam :

Pengisian amalgam dari servikal (orthograde). Indikasi : saluran akar pada 1/ 3


apikal sempit / buntu. Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran
akar dengan menggunakan plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan
kondensasi.
Pengisian amalgam dari apikal (retrograde)
Indikasi :

16
- Saluran akar bengkok
- Saluran akar melebar ke apikal
- Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone
Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah pemotongan
apeks, dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan ditumpat dengan amalgam
melalui apikal.
BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Preparasi gigi adalah pembuangan jaringan karies dan jaringan yeng telah lemah
dari gigi dan membentuk gigi yang masih sehat sedemikian rupa sehingga dapat menerima
restorasi permanen atau sementara. Perawatan dilakukan untuk mencegah dan
menaggulangi perjalanan penyakit jaringan pulpa ke daerah apeks. Prinsip dari preparasi
adalah, menghilangkan penyebab dan mencegah timbulnya reinfeksi.

Perawatan saluran akar terdiri dari dua tahap pekerjaan yaitu preparasi saluran akar
dan pembentukan saluran akar. Pembersi saluran akar meliputi pengambilan jaringan
organik dalam sistem saluran akar yang terdiri dari jaringan pulpa yang terinfeksi , dan
yang masih sehat, bakteri, dan endotoksinnya

4.2 Saran
Untuk senantiasa lebih efektif dalam menjaga kebersihan rongga mulut dan rutin
melakukan check up ke dokter gigi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Grossman, l.i., oliet, s. & del rio, c. e. 1988. Endodontic practice. 11 th ed. Lea and
febiger. 263-285.

Harty, f.j. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) endodonti klinis. Cetakan ke 3.

Penerbit hipokrates. 184-194. Ingle, j.i. & bakland, l.k. 1994. Endodontics. 4th ed.
Philadelphia. Lea and febiger. 228-251.

Walton, r.e. & torabinejad, m.1998. (penerjemah. N. Sumawinata) prinsip danpraktek ilmu
endodonsi. Cetakan ke i. Jakarta. Penerbit buku kedokteran egc.305.hal 315 – 337.

http://www.sanedentist.com/want-to- know-best- filling-material- for-you- read-this.html

Roberson, Heyman, Edward J. Swift ; Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry
5th

Baum, Philips, Lund; Buku Ajar Ilmu Konervasi Gigi 3rd; Jakarta : EGC, 1997

Torabinejad Walton; Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia 3rd ;Jakarta; EGC, 2008

18

You might also like