Professional Documents
Culture Documents
Materi Peny. Trafficking
Materi Peny. Trafficking
Tahukah kamu bahwa human trafficking atau perdagangan orang merupakan satu bentuk
kejahatan luar biasa yang masuk dalam kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
berat?
Tindak kejahatan ini tidak hanya merugikan secara fisik sepeti cacat tubuh dan/atau penyakit
pada korban, tapi juga merusak mental dan jiwa yang mengancam masa depan korban hingga
dapat menghilangkan nyawa. Bukan itu saja, kecemasan yang terjadi di masyarakat karena
tingkat kriminalitas menjadi semakin meningkat.
Bayangkan seandainya tetangga, teman, sahabat, bahkan anggota keluargamu sendiri yang
menjadi korban perdagangan orang. Inilah yang menjadi fokus dan perjuangan dari Ronaldus
Asto Dadut yang berhasil dinobatkan sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu
untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 di bidang kesehatan.
Suatu hari, dia diminta oleh dosen dari Kampus Unwira Kupang untuk menjemput
korban human trafficking yang sudah disekap selama 3 bulan. Inilah awal yang membuat
dirinya tidak menyangka bahwa pekerja migran bisa begitu buruk nasibnya. Dari 15 orang
korban, kebanyakan adalah perempuan dan ditemukan dalam keadaan depresi dan tidak
terurus.
Melihat hal itu, dia bersama teman-temannya berinisiatif dan segera mendirikan Jaringan
Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) di Sumba. Mereka memberikan berbagai penyuluhan
mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sosialisasi pencegahan human
trafficking.
Sudah sebanyak 2889 anak mendapatkan pembekalan mengenai kebersihan dan kesehatan
dan sebanyak 5307 orang dewasa mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan
praktek human trafficking, sampai dengan saat ini. Di masa mendatang, ia bercita-cita
membangun rumah singgah bagi anak-anak di Nusa Tenggara Timur.
2. Apa itu human trafficking atau perdagangan orang?
Pengertian perdagangan orang adalah proses perekrutan dan pemindahan seseorang yang
dilakukan dengan cara penipuan maupun kekerasan lainnya untuk mengekploitasi dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Misalnya uang, kekuasaan atas orang lain, dan lain-lain.
Dasar aturan yang diambil untuk definisi perdagangan orang adalah Undang-Undang No. 21
Tahun 2007, Pasal 1 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Bunyinya
adalah tindakan perekrutan, pengangkutan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali orang lain tersebut, baik dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau menyebabkan orang
tereksploitasi.
3. Siapakah korbannya?
ilustrasi korban trafficking (pexels.com/Kat Smith)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, korban adalah mereka yang mengalami
eksploitasi dengan cara ditipu maupun mengalami kekerasan-kekerasan lainnya untuk
mendapatkan keuntungan berupa uang atau kekuasan dan hal lainnya dari pihak tertentu.
Korban bisa laki-laki maupun perempuan, orang dewasa hingga anak-anak di bawah umur.
Kebanyakan kasus ini terjadi pada mereka yang sedang mencari pekerjaan alias
pengangguran, atau sedang membutuhkan uang dan ingin mendapatkan hidup yang lebih
layak, memiliki pendidikan dan pengetahuan rendah, anak yatim, bahkan anak broken home.
4. Siapakah pelakunya?
ilustrasi child abuse (pixabay.com/geralt)
Pelaku human trafficking adalah orang atau mereka yang melakukan tindakan perekrutan,
pengangkutan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat, baik dilakukan di dalam negara maupun antar
negara, untuk tujuan eksploitasi atau menyebabkan orang tereksploitasi. Contohnya agen-
agen perekrut tenaga kerja "nakal", sindikat pengambil, dan penjual organ tubuh ilegal.
5. Beberapa mitos dan kenyataan yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan human
trafficking
Ada beberapa asumsi atau mitos yang dipercaya oleh masyarakat namun kenyataannya
berbeda di lapangan yang sering dialami oleh para korban human trafficking.
o Mitos: human trafficking terjadi pada orang yang tertipu tentang jenis
pekerjaan saja. Contohnya akan dijanjikan pekerjaan sebagai sekretaris namun
malah dijadikan pekerja seks komersial (PSK) atau dijanjikan bekerja sebagai
teknisi namun akhirnya hanya menjadi cleaning service
Fakta: hal itu sering terjadi, namun banyak juga korban yang sudah
mengetahui jika ia akan dipekerjakan sebagai apa, tapi korban tidak
mengetahui kondisi pekerjaannya dan keadaan-keadaan lainnya. Contoh:
kurangnya jam istirahat, dipekerjakan melebihi waktu yang ditentukan tanpa
ada tambahan upah, tidak pernah diupah hanya diberi makan dan disediakan
tempat tinggal saja, tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak.
o Mitos: perdagangan orang hanya terjadi pada pekerja yang bekerja di luar
negeri saja.
Fakta: banyak korban yang diperdagangkan di dalam negeri. Baik
antarprovinsi, dari desa ke kota, atau dari kota ke kota contoh dijadikan PSK.
Mitos: hanya orang yang tidak berpendidikan tinggi dan miskin yang
mengalami trafficking.
Fakta: orang berpendidikan tinggi juga berisiko tinggi mengalaminya karena
sedikitnya lapangan kerja yang tersedia di kampung halaman mereka sehingga harus
mencari pekerjaan di daerah lain.
Mitos: pekerja legal dengan surat-surat administrasi lengkap tidak akan menjadi
korban human trafficking.
Fakta: Pekerja legal juga bisa menjadi korban human trafficking. Contohnya paspor
dan surat-surat penting lainnya ditahan oleh majikan, diancam tidak boleh keluar dari
lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja.
Selain Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 mengenai perdagangan orang secara garis besar
atau umum, di bawah ini terdapat beberapa undang-undang yang mengatur tentang pekerja di
bawah umur khusus anak:
1. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di dalamnya ada pasal
68 No. 13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pengusaha di larang mempekerjakan
anak dibawah umur 18 tahun.
2. Undang-undang mengenai Batas Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja yaitu No. 20
Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973.
3. Undang-Undang mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-
bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak yaitu UU No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi
Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999.
4. Ada pasal 1 ayat 1 pada UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak.
Adanya perlindungan hukum oleh negara maka masyarakat terutama korban perdagangan
orang harus lebih berani dan percaya diri untuk melaporkan tindak kejahatan yang
dialaminya.
Sebuah amanat dituangkan di dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Pasal 57 yaitu
pencegahan trafficking menjadi tugas bersama yang wajib dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat dan keluarga.
Oleh karena itu, kita wajib untuk saling peduli. Berikut di bawah ini cara mencegah tindak
pidana perdagangan orang baik terorganisasi maupun tidak terorganisasi, baik dalam negeri
maupun luar negeri.
Tim Reaksi Cepat, Kementrian Sosial. Telp: (021) 3913330 & 085717999911
Hotline Kementrian Kesehatan. Telp: (021) 5201590 ext. 5306
Siaga Bareskrim, Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri. Telp: (021) 7218337
Bagian Pengaduan Masyarakat pada Biro Hukum dan Humas Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Telp/Fax: (021) 3517038 (jam
kerja: 08.00 s/d 16.00 WIB), Hotline: 082125751234 (24 jam), Email:
pengaduan_masyarakatKPPPA@yahoo.com
Halo TKI (BNP2TKI Call Centre/24 jam)
Indonesia: 0800 1000 (bebas pulsa)
Luar Negeri: +62 21 2924 4800 (berbayar)
SMS: 7266 (bebas pulsa) > ketik ACA#TKI#nama pengirim#masalah yang diadukan
dan kirim 7266
Email: halotki@bnp2tki.go.id