Professional Documents
Culture Documents
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
OLEH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
SKRIPSI
Oleh
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
tempat yang dapat menampung aktifitas pengguna ruang, yaitu transakasi jual beli
berdagang tidak pada tempat yang telah disediakan. Munculnya pedagang yang
dan adjustment yang dilakukan pengguna ruang terhadap kondisi pasar. Jenis
penelitian yang digunakan dalam skripsi sarjana ini adalah penelitian kualitatif
perilaku untuk mendapatkan pola aktifitas yang terjadi, dan kusioner/ wawancara
untuk mendapatkan latar belakang sosial pengguna ruang. Berdasarkan survey pada
studi kasus pasar tradisioanal Melati, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasar
tradisional melati sekarang tidak dapat menampung segala aktiftas pengguna ruang
Traditional market buildings are architectural spaces that function as a place that
can accommodate the activities of space users, namely buying and selling
transactions between merchants and buyers. But in its development, the market
space has turned into chaos. One example is the merchants do not sell at the place
provided. They sell in the road corridor. This study aims to describe the pattern of
spatial use and space user behavior in a territorial, the crowd, adaptation and
get social background of space users. Based on the case study, the results obtained
that the Melati traditional market is currently not able to accommodate all activities
of space users, which then impacts on the merchants sell in the outside of market.
ii
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku dosen pembimbing yang telah
ini.
2. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. dan ibu Beny O. Y. Marpaung, S.T.,
M.T., Ph. D. Selaku penguji yang telah memberikan komentar serta kritik
Penulis
iii
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
iv
LAMPIRAN .................................................................................................. 85
vi
4.1. Jumlah pedagang berdasarkan komoditi pedagang di ruang dalam pasar ...45
vii
viii
ix
5.20. Titik distribusi pedagang (formal dan PKL) di lingkungan pasar .............66
5.26. Perilaku PKL sejenis terhadap teritori menggunakan alat bantu ..............72
5.32. Kondisi ruang dalam dan ruang luar pasar Melati ...................................78
dipasar ....................................................................................................79
kota tersebut. Perkembangan perekonomian kota ini secara spesifik akan ditentukan
oleh dinamika sistem perdagangan yang ada di kota itu dan juga di kawasan
sekitarnya. Salah satu sarana perdagangan yang ada di kota adalah pasar, baik pasar
sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya
interaksi secara langsung antara penjual dan pembeli berupa transaksi tawar-
menawar. Umumnya pasar ini terdiri dari kios, los maupun dasaran yang dibuka
oleh penjual maupun pengelola pasar. Di pasar ini dapat ditemukan banyak jenis
dengan keramah tamahan yang khas, otentik, dan tanpa dibuat-buat. Dalam pasar
ini, interaksi antara penjual dan pembeli bukan hanya tindakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam hal ekonomis, namun juga untuk memenuhi kebutuhan sosial.
bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang
Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara yang sangat
pemerintah dan swasta sangat berbeda. Pada pasar tradisional swasata masih minim
pemerintah.
Salah satu pasar tradisional yang cukup ramai di kota Medan adalah pasar
tradisional Melati atau yang lebih dikenal dengan istilah pajak Melati. Pasar ini
Tuntungan. Pasar ini dikelola oleh pihak swasta, pasar ini menjadi salah satu pusat
yang kuat bagi para pelaku di pasar dan penduduk di sekitar pasar.
ini selalu ramai dikunjungi di setiap hari oleh penduduk sekitar pasar maupun luar
tertata dengan baik. Hal ini terlihat dengan sistem aksesbilitas menuju kawasan
pasar ini mengalami kemacetan pada jam waktu operasional pasar. Adapun
penyebab kemacetan pada pasar ini disebabkan banyak pedagang pasar yang
bagaimana peran pedagang memanfaatkan ruang yang ada di pasar. Apakah yang
mendasari pemilihan ruang, dan bagaimana pola perilaku mereka. Maka penelitian
Melati dan lingkungannya menyebabkan situasi yang tidak nyaman bagi para
pedagang, pembeli, dan penduduk setempat. Hal ini terlihat dari menurunya
penelitian ini terletak pada user (pengguna ruang). Maka pokok permasalahan yang
dan lingkungannya?
lingkungannya?
lingkungannya.
lingkungannya.
1. Studi kasus penelitian ini yaitu pasar tradisional Melati dan lingkungan.
3. Kemudian penelitian ini tidak melibatkan faktor ekonomi pasar, dan faktor
perilaku.
Latar Belakang
Fenomena: Adanya pertumbuhan dan perilaku pedangang yang berdagang tidak pada
tempatnya pada lingkungan pasar tradisional Melati
Aktualitas: Menurunya kualitas lingkungan pasar seperti munculnya pedangang
yang berdagang tidak pada tempatnya sehingga mengakibatkan kemacetan sirkulasi
jalan.
Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka Sebagai masukan dalam regulasi
Pasar tradisional. perencanaan dan penataan pasar
Ruang, dan arsitektur perilaku. tradisional yang tanggap terhadap
perilaku pengguna ruang.
Sebagai bahan literature mengenai
hubungan antara ruang terhadap
perilaku manusia
Metode Penelitian
Jenis penelitian kualitatif
deskriptif.
Pemilihan sampel purposive Temuan
sampling. Kajian penggunaan ruang di pasar
Teknik pengumpulan data: survei tradisional dengan pendekatan
visual, wawancara, dan arsitektur perilaku.
penyebaran kuisioner.
Objek Penelitian
Analisis
Pengguna ruang, yaitu pedagang.
Analisi pengguna ruang, yaitu
Lokasi, yaitu pasar tradisional karakter fisik dan non fisik pasar
Melati dan lingkungan serta aktivitas pasar.
sekitarnya.
Analisis pola perilaku pedagang,
yaitu adaptasi, adjustment, teritori
dan crowding.
merancang sebuah bangunan, seni dalam arsitektur mempunyai tiga nilai, yaitu
diperhitungkan karena manusia adalah user (pengguna ruang) dari sebuah proses
arsitektur.
aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun
dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behaviorisme lebih dikenal dengan nama
teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek, rasional atau emasional,
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku manusia
kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bias diamati secara jelas oleh orang
lain.
terdapat keterkaitan yang erat dan pengaruh timbal balik diantara setting tersebut
dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, apabila terdapat perubahan setting yang
disesuaikan dengan suatu kegiatan, maka akan ada imbas atau pengaruh terhadap
a. Ruang. Hal yang paling penting dari pengaruh ruang terhadap perilaku
fungsi yang akan diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil akan
dengan sifat dari kegiatan yang ada di ruang tersebut. Penataan yang
pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin, tetapi
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari lingkungan yang
membentuk diri mereka. Diantara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang
didesain manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku
manusia yang hidup didalam arsitektur dan lingkungan tersebut. Sebuah arsitektur
itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali (Tandal dan Egam, 2011).
kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam bangunan
tersebut dan mulai membatasi manusia untuk bergerak, berperilaku, dan cara
keselarasan lingkungan.
dimana hanya terjadi hubungan satu arah yaitu desain arsitektur yang dibangun
manusia kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun atas dasar perilaku
yang baru.
bentuk sketsa atau diagram mengenai suatu area dimana manusia melakukan
frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud
perancangan yang spesifik. Ada dua cara untuk melakukan pemetaan perilaku
demikian, teknik ini akan berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau
Menurut Tandal dan Egam (2011) kata perilaku menunjukan manusia dalam
aksinya, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia
sebagai apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak waktu tertentu. Rapoport
10
2.2.1. Teritori
didasarkan pada kepemilikan ruang fisik yang terdefenisi, objek atau ide yang
a. Teritori primer, adalah teritori yang daya aksesnya tinggi. Dimana penghuni
Teritori dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah
faktor personal dimana jenis kelamin, usia, kepribadian, dan tingkat intelektual
mengambil peran. Faktor kedua adalah faktor situasional seperti setting fisik, iklim,
11
berarti rasio fisik yang tinggi, namun dapat juga berarti pemahaman subjektif
seseorang bahwa individu yang hadir di sekelilingnya terlalu banyak. Sama halnya
dengan teritori, crowding juga dapat dipengaruhi oleh faktor personal, sosial, dan
situasional.
a. Mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan yang disebut dengan
adaptasi.
adjustment.
diri seseorang. Baum (1985:188). Stress mempunyai reaksi yang berbeda-beda, bisa
12
faktor jarak atau lokasi menjadi penting. Penataan ruang bukanlah sesuatu
yang penting dalam pendekatan ini karena mekanisme pasar akan dengan
sosial tertentu.
13
a. External public space. Ruang publik ini berbentuk ruang luar yang dapat
diakses oleh semua orang seperti taman kota, alun-alun, jalur pejalan kaki,
b. Internal public space. Ruang publik ini berupa sebuah bangunan fasilitas
umum yang dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas
tanpa ada batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, dan pusat
c. External and internal public space. Ruang publik ini berupa fasilitas umum
yang dikelola oleh sektor privat dan ada batasan atau aturan yang harus
sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha
sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan
kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang
relativ murah, dan cara pembeliannya dengan sistem tawar menawar. Para
14
menurut beberapa hal, yakni menurut jenis kegiatannya, menurut lokasi dan
kepemilikannya.
a. Pasar eceran, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang
secara eceran.
b. Pasar grosir, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam
jumlah besar.
c. Pasar induk, yaitu pasar yang melayani lebih besar dari pasar grosir atau
a. Pasar regional, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis dan luas,
seluruh wilayah kota bahkan sampai ke luar kota, serta barang yang
b. Pasar kota, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis dan luas,
15
grosir.
c. Pasar wilayah (distrik), yaitu pasar yang terletak di lokasi yang cukup
pelayanan yang meliputi seluruh wilayah kota, serta barang yang diperjual
eceran.
e. Pasar khusus, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis, bangunan
wilayah kota, serta barang yang diperjual belikan terdiri dari satu macam
a. Pasar siang hari, yaitu pasar yang beroperasi dari pukul 04.00-16.000.
b. Pasar malam hari, yaitu pasar yang beroperasi dari pukul 16.00-04.00.
16
umum tertentu atas penetapan Kepala Daerah dan ditiadakan pada saat
a. Pasar pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah
b. Pasar swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh badan hukum yang
c. Pasar liar, yaitu pasar yang aktivitasnya diluar pemerintah daerah, yang
keramaian, permodalan dan laus areal pasar. Aspek-aspek tersebut berbeda untuk
17
18
dengan alat bantu berjualan yang dibawa dari tempat tinggalnya dan dibawa pulang
sederhana terbuat dari bahan seperti bambu, kayu dan menempati ruang bercampur
dengan para pedagang yang berjualan dengan cara sebelumnya. Campur tangan
pihak pengelola daerah pada aktivitas pasar ini adalah berupa pembuatan kios/ los
a. Pada awalnya pasar berada pada ruang terbuka seperti lapangan, dan lokasi
c. Pasar lokasinya tetap dibawah pohon-pohon, tetapi pada saat yang sama
19
baru.
Secara umum yang dimaksud dengan tempat berdagang adalah suatu area
atau tempat yang ada di dalam kawasan pasar yang dipergunakan oleh pedagang
sebagai sarana atau fasilitas untuk menempatkan barang dan jasa yang diperjual
belikan. Adapun beberapa jenis tempat berdagang yang ada di dalam pasar
a. Kios Permanen. Kios permamen ini memiliki bentuk bangunan beratap yang
b. Kios semi permanen. Kios semi permanen ini memiliki bentuk bangunan
papan).
c. Los Permanen. Los permanen ini memiliki bentuk bangunan beratap atau
d. Los semi permanen. Los semi permanen ini memiliki bentuk bangunan
lingkungan pasar.
20
berdagang.
Menurut David Dewar dan Vannesa W (1990), lokasi sebuah pasar adalah
Pada skala kota ada 3 faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut yakni :
konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu lintas dan paling berhasil dari sebuah
pasar adalahj karena begitu dekat dengan orang banyak. Karena itu pasar-
terminal transportasi umum (terminal bus, stasiun kereta api, dsb) dan lokasi
21
sesuai sifat barang tersebut. Barang-barang yang memiliki karakter hampir sama
daging dan ikan, telur, dsb. Penempatan barang-barang yang memiliki karakter
membandingkan harganya.
konsumen.
d. Setiap barang mempunyai efek-efek samping yang berlainan seperti bau dan
pandangan.
22
ruang pasar adalah problem ruang terpinggirkan atau spatial marginalization (D.
sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los/ kios-kiosnya. Penyebaran dari flow
atau pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni: lingkungan,
orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan, dan kontak visual.
Pergerakan/ sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering atau jarangnya
suatu tempat/ kios/ los dikunjungi atau dilewati oleh calon pembeli, sehingga di
mati/ jarang dikunjungi oleh pembeli (dead spots). Ada 4 bentuk dari dead spots
ini yang perlu diperhatikan untuk diamati pada sebuah pasar yakni:
a. Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan atau
23
pengunjung.
24
25
senantiasa diabaikan oleh pemerintah kota. Pkl dapat ditemukan hampir di seluruh
kota dan kebanyakan berada di ruang fungsional kota seperti pusat perdagangan,
pusat rekreasi, taman kota, dan tempat-tempat umum yang dapat menarik sejumlah
ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil
dan bersifat harian, tempat tidak tetap dan berdiri sendiri, berlaku di kalangan
26
Simanjuntak (2013), penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pkl
Tenggara menunjukkan bahwa pola aktivitas pkl menyesuaikan terhadap irama dari
didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku
kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas
Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan menurut Mc Gee dan Yeung
(1977), sangat dipengaruhi oleh sifat pelayanan pkl. Berdasarkan hasil dari
keliling atau semi menetap. Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan
27
dan lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan pkl yang semi menetap.
dan beratap atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis pkl yang
menetap.
d. Gerobak/ Kereta Dorong. Bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu berate atau
tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis pkl yang menetap dan tidak
e. Warung semi permanen. Terdiri dari beberapa gerobak yang diatur bereret
ini beratap dari bahan terpal atau plastic yang tidak tembus air. Pkl dengan
pedagang yang menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat
dari papan.
berbeda-beda, sehingga berbeda pula ukuran ruang yang diperlukan. Besaran ruang
28
studi kasus Pasar Tradisional Melati Medan dan Lingkungan Sekitarnya” adalah
suatu objek atau populasi secara sistematis, faktual dan akurat (Sinulingga, 2011).
deskriptif bertujuan untuk melihat kasus yang akan ditinjau merupakan perilaku
manusia terhadap ruang yang disebut sebagai kondisi alamiah, dan untuk
kebenaran data dari lapangan lalu di analisis dan dipaparkan secara deskriptif untuk
29
a. Setting. Setting adalah data fisik ruang yang akan diteliti dengan observasi
Tata guna lahan, yaitu peta lokasi proyek yang akan diteliti.
Tapak (lay out), yaitu gambar site plan dan ground plan pasar tradisional
Melati.
pasar.
b. Pola aktivitas pada setting. Pola aktivitas meliputi segala kegiatan dan
Durasi I 06.00-09.00
Durasi II 10.00-13.00
tradisional Melati, dilihat dari teori arsitektur perilaku dan ruang, yaitu:
30
Crowding.
Adaptasi.
Adjustment.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas subjek atau objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
populasi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang baik pedagang formal maupun
Sedangkan sampel adalah sebagian dari objek atau individu yang mewakili
suatu populasi. Adapun penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya
bias lebih representatif (Sugiyono, 2000). Cara pengambilan sampel ini adalah
dengan memilih sub grup dari populasi pada ruang pasar tradisional Melati
sehingga sampel yang dipilih memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan karakteristik
permanen.
31
(berdagang) di luar ruang pasar atau lebih tepat nya berada di tepi jalan dan
Waktu pengambilan sampel ini pada hari sabtu atau akhir pekan, dimana
pada hari ini jumlah kuantitas pedagang kaki lima cukup tinggi. Jumlah sampel
yang diambil pada penelitian ini yang meliputi pedagang formal maupun pedagang
kaki lima adalah sebesar 100 responden, dengan rasio pedagang formal dan
pedagang kaki lima adalah 40 : 60 pada ruang pasar tradisional Melati. Adapun
kriteria sampel pada penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis barang yang
a. Pedagang formal, yaitu terdiri dari 40 responden yang terdiri dari masing
masing 8 responden yang mewakili pedagang sayur, buah, ikan, daging, dan
sembako.
b. Pedagang kaki lima, yaitu terdiri dari 60 responden yang terdiri dari masing-
dan sembako.
kuantitatif dan data kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pengamatan atau observasi, dan metode wawancara
yang terdiri dari kuisioner serta depth interview. Wawancara difokuskan pada
pengguna ruang yaitu pedagang baik berupa pedagang formal maupun pedagang
32
instansi terkait.
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
dokumen dan sumber referensi lainnya yang relevan dengan penelitian. Adapun
adjustment, beserta teori pasar. Selain itu data-data sekunder seperti peta lokasi
didapatkan dari instansi terkait seperti Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
33
Selamat, kecamatan Medan Tuntungan kota Medan provinsi Sumatera Utara. Pasar
tradisional Melati berada tepat di koridor jalan Flamboyan Raya, lebih tepatnya
dimulai dari persimpangan sudut jalan Seroja Raya hingga persimpangan sudut
sepanjang koridor jalan Flamboyan Raya tepat dipersimpangan sudut jalan Seroja
Raya hingga persimpangan sudut jalan Bunga Sakura banyak terlihat pedagang kaki
kemacetan pada jam-jam keramaian pasar. Berikut ini merupakan gambaran lokasi
wilayah penelitian.
ruang pasar di pasar tradisional Melati dan lingkungannya. Dari data fisik ruang
yang didapat, akan dideskripsikan fungsi ruang yang sebenarnya lalu bagaimana
pengguna ruang di pasar tradisional Melati dan lingkungannya. Adapun pada tahap
ini adalah kajian terhadap teori pola perilaku pengguna ruang meliputi bentuk
Melati, dilihat dari teori arsitektur perilaku dan ruang, yaitu: Teritori, Crowding,
Adaptasi,dan Adjustment.
35
Tanjung Selamat, kecamatan Medan Tuntungan. Pada lokasi ini, terdapat dua area
pasar tradisional yang dibedakan berdasarkan jenis barang komoditi yang dijual.
Area pertama, yaitu pasar tradisional Melati yang menjual pakaian bekas. Pada
pasar ini memiliki luas area pasar yang cukup luas. Kemudian pada area kedua,
yaitu pasar tradisional Melati yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari atau lebih
dikenal sebagai pasar segar. Keberadaan pasar tradisional melati ini pada hari-hari
Pasar tradisional Melati yang akan diteliti seperti terlihat pada Gambar 4.1,
a. Sebelah Utara berbatasan dengan koridor jalan Bunga Sakura dan gedung
bekas.
36
37
Tidak diketahui jelas kapan berdirinya pasar tradisional Melati berdiri dan
pasar Melati, pasar tradisional Melati mulai beroperasi sebagai pasar di tahun 2000-
an. Pada waktu itu bentuk pasar tradisional Melati sebatas tanah lapang yang tanpa
ada bangunan permanen. Diatas lahan ini, para pedagang dari berbagai kecamatan
Pada zaman dahulu dulu sistem berdagang yang dilakukan pedagang adalah
pasar dadakan. Para pedagang membayar retribusi berdagang kepada pemilik lahan
setiap ingin berdagang di pagi hari. Menurut pemilik lahan, yaitu bapak B.
Sembiring pasar ini dahulunya beroperasi pada pagi hingga siang hari. Ketika sore
hari tidak ditemukan adanya proses transaksi perdagangan di lahan ini. Pada
umumnya masyarakat sekitar, ketika sore hari mereka sibuk untuk bertani di
kebunnya masing-masing.
Medan Tuntungan, Medan Selayang dan kabupaten Deli Serdang sebagai tempat
perdagangan hasil kebun mereka dan kebutuhan pokok sehari-hari. Pada waktu itu
Serdang adalah petani berkebun hasil-hasil bumi. Jauhnya letak lokasi pasar yang
38
hari.
waktu itu bentuk pasar berbentuk bangunan semi permanen sederhana, dimana
diberi sekat tiang-tiang kolom kayu beratap tenda dan seng di setiap masing-masing
lapak pedagang. Belum ada meja sebagai tempat meletakkan barang dagangan yang
disediakan oleh pengelola pasar, para pedagang yang menempati (menyewa) lapak
lingkungan sekitar pasar tradisional Melati mulai berkembang pasar barang pakaian
bekas. Munculnya pasar barang pakaian bekas ini akibat dari pelarangan pedagang
pakaian bekas di jalan Mongosidi atau lebih dikenal dengan istilah Monja
Pada tahun 2000 hingga akhir tahun 2010 mulai dibangun pasar tradisional
barang pakaian bekas secara masal dengan unit-unit lapak pedagang yang banyak.
Tak heran pasar tradisional Melati semakin ramai dikunjungi oleh khalayak ramai
yang ingin membeli pakaian-pakaian bekas. Muncul istilah baru untuk penamaan
39
daerah sekitar dan luar daerah untuk berdagang pasar tradisional Melati. Alasan
faktor utama mereka memilih pasar tradisional sebagai alasan untuk memulai
pokok sandang dan pangan, kemudian jauhnya pasar tradisional yang disediakan
oleh Pemerintah dan pengaruh dari pasar barang pakaian bekas yang bereporeasi di
hingga ke bagian sirkulasi jalan atau badan jalan, istilah ini dikenal dengan pasar
tumpah.
oleh K. Ketaren di sekitar jalan seroja atau dibelakang area pasar tradisional Melati
bangunan awal. Pasar ini dibangun dengan dua unit bangunan pasar yang berbentuk
semi permanen tanpa dinding. Hanya sekat kolom kolom dan garis putih di lantai
Melati. Sehingga banyak pedagang kaki lima yang berdagang di trotoar, hingga ke
badan jalan. Tak ubahnya setiap jam-jam tertentu ditemukan kemacetan dan
40
41
sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan. Hal ini terlihat dari
ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga
kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik. Pasar tradisonal Melati dapat
yaitu pasar eceran. Hal ini terlihat dari permintaan dan penawaran antara pedagang
dan pembeli barang secara eceran. Pada pasar tradisional Melati melayani penjualan
kebutuhan pokok rumah tangga untuk wilayah kelurahan tanjung selamat dan
Melati digolongkan jenis pasar lingkungan. Hal ini terlihat dari lokasi pasar
kelurahan tanjung Selamat dan kelurahan tanjung Anom. Pasar lingkungan ini
42
pokok masyarakat.
tradisional Melati terjadi pada pukul 07.00-11.00 WIB dan 15.00-19.00 WIB setiap
hari. Pasar tradisonal Melati digolongkan pasar siang malam berdasarkan waktu
keramaian pengunjung atau pembeli yang datang ke pasar pada jam-jam tersebut.
milik swasta. Hal ini terlihat dari pengelolaan pasar tradisional Melati yang dikuasai
43
pada pasar kelas III (pasar Lingkungan). Adapun prinsip klasifikasi pasar
permanen terlihat dari tiang-tiang kayu kolom dengan penutup atap seng.
menempati ruang pasar dan diluar ruang pasar sebanyak 270 jiwa.
f. Tingkat keramaian di pasar tradisional Melati pada hari biasa dan hari pekan
selalau ramai.
termasuk relatif kecil. Hal ini terlihat dari uang sewa pasar tradisional Melati
berkisar Rp. 700.000,- untuk sewa lapak di ruang dalam pasar tradisonal
Melati.
h. Luas area pasar tradisonal Melati berkisar lebih kurang 0,10 ha. Jumlah ini
44
bumbu, palawija.
b. Dagangan kering antara lain: pakaian, kelontong, plastik, jajanan, alat tulis
Sedangkan jenis jasa yang ditawarkan di pasar tradisional Melati yaitu Bank
Pasar. Jumlah pedagang yang berdagang di dalam ruang pasar tradisional Melati
pasar tradisonal Melati adalah pedagang sayur. Berikut ini tabel klasifikasi jumlah
Tabel 4.1. Jumlah pedagang berdasarkan komoditi pedagang di ruang dalam pasar
(Sumber : Olahan peneliti, 2018)
No. Jenis Komoditi Jumlah
1. Pedagang daging 3
2. Pedagang ikan 10
3. Pedagang sayur 12
4. Pedagang buah 8
5. Pedagang bumbu 2
6. Pedagang palawija -
Total 35
Pedagang yang berdagang di luar ruang pasar tradisional Melati terdiri dari
pedagang tetap dan pedagang tidak tetap atau istilah pedagang kaki lima. Adapun
lingkungan sekitar pasar tradisional Melati yang memiliki tempat berdagang yang
45
berdagang di area trotoar dan pinggir jalan. Bentuk tempat berdagangnya seperti
los dasaran terbuka dengan tenda. Berikut ini klasifikasi pedagang yang berdagang
di lingkungan sekitar pasar tradisional Melati diambil berdarkan hari pekan yang
Tabel 4.2. Jumlah pedagang berdasarkan komoditi pedagang di ruang luar pasar
(Sumber : Olahan peneliti, 2018)
No. Jenis Komoditi Jumlah Jenis Pedagang
1. Pedagang daging 20 Pedagang tetap
2. Pedagang ikan 18
3. Pedagang sayur 30
4. Pedagang buah 35
5. Pedagang bumbu 11
6. Pedagang palawija 8
7. Pedagang pakaian 45
8. Pedagang kelontong 8
9. Pedagang plastik 5
10. Pedagang alat tulis 9
11. Pedagang makanan 8
Total 197
1. Pedagang daging 10 Pedagang kaki
2. Pedagang ikan 12 lima
3. Pedagang sayur 25
4. Pedagang buah 13
5. Pedagang bumbu 9
6. Pedagang palawija -
7. Pedagang pakaian 18
8. Pedagang kelontong -
9. Pedagang plastik -
10. Pedagang alat tulis -
11. Pedagang makanan 8
Total 95
adalah pedagang pakaian. Sementara untuk pedagang kaki lima pada lokasi
46
merupakan ruang publik eksternal yang dapat diakses oleh semua orang. Pasar
tradisional Melati, khusus pasar segar berada di persimpangan sudut koridor jalan
Flamboyan Raya dan jalan Seroja Raya. Adapun luas area pasar tradisional Melati
permukiman berfungsi sebagai toko atau istilah rumah toko (ruko) di sekitar jalan
Flamboyan Raya. Adapun toko-toko yang berdiri di koridor jalan Flamboyan Raya
antara lain: toko pakaian, toko perhiasan, toko sembako, toko barang pecah belah,
toko perabot, toko bahan bangunan, toko percetakan, pangkas, apotik, bengkel, dan
pelayanan bank.
Sementara pada koridor jalan Seroja Raya menuju area Simpang Selayang
pasar tradisional Melati khususnya pasar barang bekas, rumah penduduk yang
berada di persimpangan koridor jalan Seroja Raya dan Flamboyan Raya mulai
mengalamai perubahan fungsi dari rumah permukiman menjadi komersial. Hal ini
terlihat mulai berdiri kios toko-toko sembako di depan halaman permukiman rumah
masayarakat.
47
pendirian bangunan pasar tradisional. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Medan, bahwa pasar tradisional Melati
khususnya pasar segar belum memperoleh ijin pengoperasian sebagai pasar swasta
di lokasi tersebut. Bentuk bangunan pasar tradisonal Melati khusus pasar segar dan
luas lokasi yang saat ini menyebabkan tidak diberikan nya ijin pengoperasian pasar
48
perkembangan lajur hijau di rencana tata ruang kota. Lajur jalur hijau merupakan
lajur yang diperuntukkan sebagai area koridor jalan alternatif. Selama ini pasar
tradisional Melati beroperasi dan membayar retribusi pajak bumi bangunan (PBB)
kepada pemko Medan. Berikut ini adalah data-data tata ruang yang diperoleh dari
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan untuk lahan pasar segar tradisional Melati.
Pertokoan
Lebar Jalan 26 m 7m
GSB 10 m 5m
KLB 8 3
KDH minimal 20 % 60 %
Luas lantai 32 m 40 m
49
Bangunan pasar segar tradisional Melati berbentuk huruf “L”, dimana fasad
depan menghadap ke koridor jalan Flamboyan Raya dan sisi tampak belakang
menghadap ke jalan Seroja Raya. Pada bagian ruang belakang pasar tradisional
Melati terlihat tidak dihuni sebagian oleh pedagang, sedangkan pada bagian ruang
Pada bagian tampak depan pasar tradisional Melati, bentuk bangunan pasar
semi permanen dengan tidak terlihatnya ruang peralihan entrance dari koridor
menuju ruang pasar. Pada bagian tampak depan pasar ini, tidak tertata baik parkir
dan lapak pedagang sehingga menutupi area masuk kedalam ruang pasar.
50
Pada bagian tampak belakang pasar tradisional Melati terlihat tertata rapi
dengan bentuk bangunan semi permanen lebih baik dari tampak depan pasar. Hal
ini disebabkan oleh sebagian pedagang menempati pasar tradisional Melati bagian
belakang. Adanya aktifitas generator pasar barang bekas yang ramai dikunjungi
Pasar segar tradisional Melati bentuk bangunan satu lantai dengan penutup
atap seng, di apit oleh bangunan rumah toko (ruko) dua lantai pada kedua sisi. Pasar
segar tradisional Melati pada awalnya dibangung dengan bentuk persegi panjang
51
Menurut David Dewar dan Vannesa W (1990), lokasi sebuah pasar adalah
Pada skala kota ada 3 faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut yakni:
perdagangan lainnya seperti keberadaan pasar barang bekas, bank, dan toko
kebutuhan sandang seperti pakaian, toko emas, peralatan rumah tangga dan
Melati.
52
Tanjung Anom.
Tanjung Sari dan kelurahan Tanjung Anom. Para pengunjung yang berasal
karena berada di sekitaran koridor jalan Flamboyan Raya yang dapat dilalui
utama syarat penentuan pasar pada sebuah lokasi menurut David Dewar dan
Vannesa W (1990).
53
54
Tanjung Anom dapat mengakses melalui koridor jalan Flamboyan Raya kemudian
memutar balik arah menuju pasar tradisional Melati. Sementara pedagang yang
berasal dari kelurahan Tanjung Sari dapat mengaksesnya langsung melalui koridor
jalan Flamboyan Raya. Pedagang yang berasal dari kelurahan Simpang Selayang
dapat mengakses langsung melalu koridor jalan Seroja Raya. Daerah kawasan pasar
segar tradisional Melati ini dinilai sangat mudah dicapai baik menggunakan
kendaraan umum seperti angkutan kota, dan becak bermotor, maupun kendaraan
55
5.4. Parkir
Fasilitas parkir pada daerah pasar segar tradisional Melati tidak tertata
dengan baik. Hal ini terlihat munculnya kesemrawutan dan kemacetan pada jam
ramai pasar tradisional Melati. Keberadaan titik lokasi parkir pada pasar tradisional
Pada ruang belakang pasar segar tradisional Melati yang tidak ditempati
oleh pedagang, kini beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan roda dua. Tinggi
nya jumlah pengunjung yang datang ke pasar tradisional Melati pada hari pekan
berubah fungsi menjadi tempat parkir dengan biaya retribusi. Kemudian pada
bagian belakang ruang pasar tradisional Melati berubah fungsi menjadi lokasi
mulai berdagang dari jam 06.00-19.00 WIB yang membawa kendaraan roda dua
56
tradisional Melati harus memakirkan kendaraan sejauh 300 meter dari pusat pasar.
Keberadaan lokasi parkir roda empat yang lokasi jauh dari pasar, mengakibatkan
roda dua.
Dari hasil kuisioner terhadap 100 responden (pedagang formal dan pkl)
pedagang dan meningkatkan nilai jual komoditi barang mereka. Sebanyak 65%
57
5%
30%
Setuju
65% Tidak Setuju
Tidak Tahu
hampir sama seperti buah-buahan sayur, ditempatkan pada tempat yang berdekatan
Pada pasar tradisional Melati penataan ruang dalam pasar tidak beraturan.
Disini pedagang komoditi basah dan komoditi kering bebas memilih lokasi kios
untuk berdagang. Tidak ada aturan penangaan tempat berdasarkan komoditi pada
ruang pasar ini. Pedagang bebas memilih tempat kios berdasarkan kriteria spot yang
retribusi sewa kepada pedagang berdasarkan titik spot yang mudah dijangkau
pengunjung. Harga sewa kios yang berda di pintu masuk untuk satu bulan sebesar
Rp. 500.000,- sedangkan untuk kios yang berada didalam sebesar Rp.400.000,-.
58
mengakibatkan pedagang komoditi basah seperti pedagang ikan segar memilih spot
titik berdagang pada area pintu masuk entrance dari jalan Flamboyan Raya dan
Seroja Raya. Alasan ini dipilih disebabkan kemudahan untuk tempat bongkar dan
pencucuian ikan yang menghasilkan limbah air kotor lebih mudah dialirkan
langsung ke saluran drainase koridor jalan Flamboyan Raya dan jalan Seroja Raya.
Untuk utilitas air bersih, pedagang komoditi basah sangat sulit mengakses air
bersih. Cara yang digunakan adalah mengalirkan air bersih dari satu sumber dengan
menggunakan selang air. Bentuk penataan yang kurang tertata baik ini
mengakibatkan bahu koridor jalan Seroja Raya dan Flamboyan Raya digunakan
dalam Widodo, 2008 adalah los permanen dan los semi permanen. Untuk pedagang
komoditi kering bentuk tempat berdagang los permanen dengan ukuran 2,5 m x 1,5
m. Sementara untuk los semi permanen yang ditempati pedagang komoditi pasar
Sistem sirkulasi ruang pasar tidak saling terhubungan, hal ini dapat dilihat
dari adanya ruang pasar yang terpinggirkan. Penyebab terjadinya ruang pasar pada
bagian belakang yang tidak dihuni oleh pedagang disebabkan oleh pola sirkulasi
ruang pasar antar ruang yang tidak terhubung. Ukuran lebar sirkulasi pasar sebesar
1,5 m.
59
60
adanya ruang yang memang sudah direncanakan dan sudah digunakan sebagaimana
mestinya, adanya ruang yang direncanakan tetapi tidak optimal termanfaatkan dan
adanya ruang yang tidak terencanakan tetapi muncul ruang karena perilaku
yang terjadi antara arsitektur sebagai hasil desain dan interpretasi aktivitas
ruang dengan membuat dasaran yang tidak sesuai dengan fungsinya seperti yang
terjadi pada pasar segar tradisional Melati dengan cara menempati areal trotoar
muncul beberapa hal yang patut diteliti yaitu ruang yang direncanakan atau
dibangun tetapi tidak optimal termanfaatkan karena kurang diminati pedagang dan
ruang yang tidak direncanakan tetapi muncul ruang karena perilaku para pedagang.
Karakter pedagang baik yang basah dan kering, yang berjualan di pasar
segar tradisional Melati dapat dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, asal,
lamanya berdagang, lamanya kepindahan ke ruang trotoar dan badan jalan, rentang
61
dari segi usia , pedagang yang berjualan di pasar tradiisonal Melati didominasi oleh
Usia Responden
0%
17%
50% Remaja (15-25 thn)
Dewasa (25-35 thn)
33%
Orang tua (>35 thn)
Lainnya
33%
Laki
67% Perempuan
Lainnya
lebih banyak dari pada pedagang yang berasal dari luar sekitar kelurahan Tanjung
Anom.
62
Penduduk kelurahan
6% Tanjung Anom
15%
Penduduk kelurahan
Tanjung Sari
Gambar 5.14. Diagram asal responden.
(Sumber : Data primer diolah, 2018)
Sebagaian besar dari mereka telah berdagang selama lebih dari 6 tahun
(spot) mana yang memberikan lebih banyak keuntungan dari segi ekonomi.
Misalnya mereka lebih suka menempati ruang trotoar dan badan jalan
Flamboyan Raya dan Seroja Raya sudah lebih dari 1 tahun, karena memberikan
menguntungkan.
63
> 24 bulan
Rentang waktu usaha biasanya lebih ramai antara pukul 16.00 WIB-19.00
64
10% 3%
Lulus SD
Lulus Perguruan
Tinggi/ Akademi
75% . 5.00 m²
Berikut ini gambar titik distribusi pedagang formal dan pkl yang berdagang
di lingkungan sekitar pasar segar tradisional Melati, isu fenomena lokasi pedagang
65
kendaraan, sudah beralih fungsi menjadi pasar tumpah pada jam-jam tertentu. Para
PKL pun menggelar berdagang di trotoar hingga ke bahu jalan. Setiap hari pasar
66
Selain aktivitas jual-beli, pada pasar ini juga terekam interaksi sosial dan
Hal ini menunjukkan bahwa pasar ini bukan hanya dianggap sebagai tempat jual-
memiliki hubungan sosial yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner
Melati, organisasi ini dibentuk atas dasar sebagai tempat saling berbagai keadaan
67
ekologi melihat ruang sebagai suatu ekosistem dan menganggap bahwa komponen-
ruang dan analisis ekonominya. Pendekatan sosial politik adalah pendekatan yang
Pada pasar tradisional Melati khususnya pasar segar, dalam hal ini lebih
Para pedagang pkl yang tidak berdagang di dalam ruang pasar dan lebih
memilih ruang pinggir jalan tidak melihat fungsionalitas ruang tersebut sebenarnya.
68
dapat dilihat pada Gambar 5.23. Pemetaan ini menggambarkan aktivitas seorang
pkl yang menjual sayur yang datang ke pasar jam 06.00 WIB dengan becak
Pada jam 07.00-09.00 WIB pembeli berdatangan satu per satu untuk membeli bahan
pokok untuk dimasak siang hari. Kemudian pedagang mengupas sayur barang
WIB merupakan puncak kesibukan dari pedagang ini. Para pembeli berdatangan ke
lokasi ini pada jam-jam pulang kantor. Mereka membeli kebutuhan pokok untuk
hari esok. Disini tingkat keramaian pasar sangat padat. Sekitaran jam 19.00 WIB
pasar sudah mulai sepi, dan pedagang mulai membereskan barangnya. Barang yang
tidak laku terjual di tutup dengan tenda dan sebagian dibawah pulang. Jam 19.30
WIB becak langganan akan datang, penjual pun menaikkan sisa dagangannya dan
meninggalkan pasar tersebut. Urutan kegiatan seperti ini dilakukan setiap harinya
69
70
disasarkan pada kepemilikan atau penguasaan ruang fisik. Pada pasar tradisional
Melati, pedagang pkl membagi ruang fisik dengan pedagang pkl lainnya dengan
Menggunakan alat
13% bantu berdagang
20% Pengaturan barang-
barang dagangan
67%
Membuat gelaran,
dasaran tanpa
dinding
menciptakan teritori suatu ruang, salah satunya dengan cara pengaturan tempat
berdagang Sebagian besar pedagang pkl, yaitu 67% membatasi ruang yang
71
biasanya dilakukan oleh pedagang yang berdagang dalam jumlah banyak. Selain
itu, pengaturan barang alat/ barang dagangannya juga salah satu usaha untuk
Gambar 5.26. Perilaku PKL sejenis terhadap teritori menggunakan alat bantu
(Sumber: Data Primer diolah, 2018)
72
teritori publik yang dapat diakses oleh semua orang tanpa kecuali, sedangkan
tempat berdagang atau lapak pedagang merupakan teritori sekunder yang mana
pedagang memiliki kekuatan penuh atas ruang tersebut selama jam pengoperasian
membayar iuran retribusi kepada pengelola pasar. Harga iuran tiap pendagang
berbeda-beda tergantung pada titik lokasi spot. Untuk pedagang pkl , harga iuran
menempati tempat tersebut, jika pendagang yang sudah berjualan selama 10 tahun,
iuran pasar hanya berkisar Rp. 100.000 untuk satu bulan. Sementara untuk
pedagang yang berdagang dibawah 10 tahun iuran berkisar Rp. 150.000 untuk satu
bulan. Untuk retribusi kebersihan dan keamanan pedagang pkl dikenakan retribusi
sebesar Rp. 7.000,-. Retribusi tersebut terdiri dari Rp. 2.000,- untuk biaya
kebersihan dan Rp. 5.000,- untuk biaya jaga malam. Untuk jaga malam, organisasi
73
berarti rasio fisik yang tinggi, namun dapat juga berarti pemahaman subjektif
lalu lintas. Kehadiran pkl ini menyebabkan kesesakan bagi pengunjung pembeli
masayarakat dan toko disekitar pasar tradisional Melati pada halaman depan
entrance masuk sudah berubah atau beralih menjadi lapak berdagang pkl.
memanjang. Pola penyebaran memanjang ini dipengaruhi oleh pola jaringan jalan,
yaitu koridor jalan Flamboyan Raya. Pola penyebaran memanjang ini terjadi
74
komoditi yang sama seperti pedagang sayur dan buah-buahan. Faktor yang paling
dihubungkan dengan kemudahan dekat dengan arus lalu lintas dan akses jalur
bagi mereka untuk berinteraksi dengan konsumen yang mempergunakan lalu lintas
dan transportasi umum. Bahu jalan merupakan suatu ruang yang dapat memberikan
kehadiran mereka justru mulai mengakuisisi jalur untuk pengunjung yang berjalan
7% 26%
Dekat dengan arus
lalu lintas dan akses
jalur transportasi
67% umum
Dekat dengan jalan
ke luar atau jalan
masuk pasar
5.10. Adaptasi
mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan disebut adaptasi. Perilaku
penyesuaian diri pada penelitian ini adalah responden yaitu pedagang yang
75
penyesuaian adaptasi.
yang kotor dan bising secara bertahap dan akan menjadi hal biasa terhadap
lingkungannya.
peralatan berdagang yang sifatnya mudah dibawa dan dibongkar pasang. Adapun
peralatan berdagang tersebut adalah payung tenda, tikar, dan kotak kota meja
tempat menyimpan barang dagangan dan sebagai tempat etalase barang dagangan
Pkl memilih menyimpan barang dagang yang tidak mudah dibawa pada
rumah penduduk sekitar. Bagi pedagang pkl yang tidak memiliki tempat
tenda plastik. Wujud adaptasi ini adalah perlindungan pedagang pkl terhadap
76
Pedagang formal yang menjual komoditi basah, memilih lokasi spot berada
di atasa saluran air koridor jalan. Hal ini dilakukan agar mempermudah
pembuangan saluran air limbah kotor, sebab pada ruang pasar tradisional Melati
tidak tersedia jaringan utilitas air bersih. Wujud adaptasi ini adalah efisiensi tempat.
5.11. Adjustment
sesuai dengan tingkah laku disebut adjustment. Perilaku manusia disebut sebagai
77
koridor jalan. Keadaan lingkungan ditempat tesebut sudah tidak bisa ditolelir,
penjualan. Harga sewa yang mahal tidak sebanding dengan fasilitas area yang
jalan.
Gambar 5.32. Kondisi ruang dalam dan ruang luar pasar Melati
(Sumber : Data primer diolah, 2018)
mengubah lingkungan yang sekarang agar sesuai dengan tujuan dan misi dirinya
sendiri dari berdagang yaitu menghasilkan laba. Karena mereka tidak biasa
merubah lingkungan ruang dalam pasar segar tradisional Melati sesuai dengan
keinginannya maka muncullah ruang yang tidak direncanakan tetapi muncul ruang
karena perilaku pedagang, yaitu menempati ruang koridor jalan Flamboya nRaya
fenomena yang menunjukkan adanya interaksi yang terjadi antara arsitektur sebagai
hasil desain dan interpretasi aktivitas pedagang yang berbeda sebagai pengguna.
78
79
6.1. Kesimpulan
Pasar tradisional Melati khususnya pasar segar atau dikenal dengan istilah
Pajak Melati yang berlokasi di persimpangan sudut koridor jalan Flamboyan Raya
dengan koridor jalan Seroja Raya di kelurahan Tanjung Selamat, kecamatan Medan
Johor merupakan pasar swasta. Pasar ini berdiri diwilayah permukiman (jalan
Seroja Raya) dan kawasan komersial (jalan Flamboyan Raya). Pasar ini berdiri
tahun 2002 dengan bentuk bangunan yang masih sederhana dan dapat menampung
aktivitas perdagangan kebutuhan pokok. Pasar ini berdiri disekitar lingkungan pasar
barang bekas. Pasar barang bekas simbol di lingkungan ini dan menjadi generator
dikategorikan pasar siang dan malam; dan berdasarkan status kepemilikannya pasar
tradisional Melati menurut Kotller (1976) pasar kelas III atau disebut juga pasar
lingkungan.
didalam ruang pasar ini adalah pedagang kebutuhan pokok dan mayoritas pedagang
80
sebagai bangunan pasar yang layak. Hal ini diperkuat dari Dinas Perindustri
pasar dan retribusi kepada pengelola pasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemilik pasar, pasar tradisional Melatai hanya membanyar retribusi pajak bumi dan
penentuan pasar pada sebuah lokasi menurut David Dewar dan Vannesa W (1990).
Sari, dan Simpang Selayang. Sebanyak 65% pedagang mengatakan setuju terhadap
meningkatkan nilai jual komoditi barang mereka. Lokasi parkir yang berada di
pasar tradisional Melati masih belum tertata dengan baik dan menimbulkan
Pada pasar tradisional Melati penataan ruang dalam pasar tidak beraturan.
Terlihat pedagang komoditi basah dan kering bebas memilih lokasi kios atau
komoditi pada ruang pasar ini. Pedagang bebas memilih tempat kios berdasarkan
kriteria spot yang mudah dilihat pembeli. Sistem sirkulasi ruang pasar tidak saling
81
Penyebab terjadinya ruang pasar pada bagian belakang yang tidak dihuni oleh
pedagang disebabkan oleh pola sirkulasi ruang pasar antar ruang yang tidak
terhubung.
mayoritas berusia diatas 35 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Asal pedagang
yang berdagang di pasar tradisional Melati berasal dari kelurahan Tanjung Anom
telah berdagang di pinggir jalan selama 2 tahun. Rentan waktu usaha pedagang
setiap hari berdagang di pasar tradisional mulai dari jam 16.00-19.00 bertepatan
dengan jam pulang kantor para pegawai. Rata-rata pedagang berpendidikan hanya
sampai lulusan SD, bagi mereka menjadi pedagang tidak perlu memiliki pendidikan
tinggi dan ukuran luas lahan dasaran yang dibutuhkan pedagang minimal 2m²-5m².
Pola perilaku pengguna ruang secara teritori yaitu membatasi ruang yang
kayu atau meja dan juga menggunakan bakul keranjang diletakkan di depannya.
Pasar tradisional Melati merupakan teritori publik dan lapak pedagang teritori
sekunder. Pola perilaku pengguna ruang secara crowding terlihat dari situasi
Seperti hadir PKL yang berdagang bersampingan dengan pedagang tetap. Hal itu
terlihat dari banyak PKL yang memilih lokasi tempat berjualan dekat dengan arus
82
langsung dan penyesuaian mental. Contoh dari wujud adaptasi pedagang yang
berupa tindakan langsung adalah dengan membawa peralatan berdagang yang tidak
tersedia di pasar tradisional Melati. Tindakan ini tidak merubah lingkungan karena
peralatan tersebut tidak permanen dan dapat dibongkar. Contoh dari wujud adaptasi
pedagang yang berupa penyesuaian mental adalah masalah kebisingan, polusi udara
dan kekotoran pasar. Sebuah pasar tidak akan pernah lepas dari kebisingan dan
pedagang yang menggelar lapak berdagang di pinggir koridor jalan. Hal ini terjadi
akibat ruang dalam pasar tradisional Melati tidak dapat menampung aktivitas
pedagang dan harga sewa yang mahal tidak sebanding dengan fasilitas ruang pasar,
tempat oleh pemilik rumah di sekitar pasar. Bentuk perilaku ini merupakan
arsitektur sebagai hasil desain dan interpretasi aktivitas pedagang yang berbeda
tradisional Melati pada saat ini belum memadai untuk menampung aktivitas
menempati ruang pasar dan berpindah berdagang ke luar ruang pasar di sekitar
83
berikut:
b. Adanya kebijakan dan sanksi yang jelas mengenai pemanfaatan ruang yang
84
Altman. 1975. The Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space,
Ass. Paul.
David Dewar dan Vanessa Watson. 1990. Urban Market Developing Informal
Friedmann, John dan Weaver, Clyde. 1979. Territory and Function: The Evolution
Harvey, David. 1973. Social Justice and The City. London: Edward Arnold.
Kebudayaan.
Indriati, D. SCP dan Arif Widyatmoko. 2008. Pasar Tradisional. Semarang: PT.
Bengawan Ilmu.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Senin
25 April 2005
85
Mc. Gee, T.G. dan Yeung, Y.M. 1977. Hawkers in South East Asian Cities:
Karya.
Rapoport, Amos. 1986. The Use And Design Of Open Spaces In Urban
Indonesia.
Tandal dan Egam. 2011. Arsitektur Berwawasan Perilaku. Jurnal, Vol. 8, No. 1,
86
87
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Dalam hal
ini saya sedang melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
skripsi. Kuisioner ini berhubungan dengan tanggapan bapak/ ibu dalam berdagang
Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih
Hari / Tanggal :
No. Kuisioner :
b. 10.00-13.00 WIB
c. 16.00-19.00 WIB
(PKL)
c. Pedagang ikan
88
Petunjuk : Isilah data pribadi ini dengan benar, kemudian beri tanda
1. Nama : …………………………
4. Alamat : …………………………
89
1. Berapa ukuran minimal luas lahan dasaran yang dibutuhkan anda untuk
a. < 2.00 m²
b. 2.00 m²-5.00 m²
c. 5.00 m²
tradisional Melati?
b. Buruk d. Baik
b. Tidak setuju
b. Kenal beberapa
90
tempat berdagang?
……………………………………………………………………………
7. Berapa tariff restribusi kebersihan, listrik, dan kemanan yang anda harus
b. Dekat dengan arus lalu lintas dan akses jalur transportasi umum
(adaptasi)
91