You are on page 1of 18

JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 13 (1) (2021): 290-306

DOI: https://doi.org/10.24114/jupiis.v13i1

JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

PERBEDAAN KELAS SOSIAL DALAM PAKET MANJOLAG


SUAGHANG:
PRAKTEK BUDAYA ORANG OCU
(Studi Antropologi Sosial Budaya)

Syafrizal
Dosen Kopertis Wilayah I
Dpk Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik UMSU

Email: syafrizal@umsu.ac.id
Diterima: Maret 2021; Disetujui: Mei 2021; Dipublish: Juni 2021

Abstrak
Tujuan penguraian artikel ini adalah untuk menjelaskan fenomena Manjolang Suaghang dalam praktek budaya orang Ocu.
Praktek Manjolang Suaghang merupakan salah satu aspek budaya orang Ocu yang khas dan belum banyak dikenal oleh
masyarakat pada umumnya. Sebagai budaya khas dari masyarakat orang Ocu, praktek Manjolang Suaghang selain
dilaksanakan secara bersamaan dalam satu paket kegiatan budaya, namun sebenarnya masing-masing memiliki
kandungan makna yang berbeda. Manjolang memiliki substansi praktek budaya memberikan penghambaan atau
penghormatan kepada keluarga pihak perempuan terutama kepada abang atau adik dari pihak ibu perempuan, yang
secara adat adalah orang yang memiliki andil dan kuasa untuk memberikan Suaghang kepada laki-laki yang baru beberapa
waktu sebagai orang baru dikeluarga pihak perempuan yang disebut dengan istilah menantu. Manjolang dimaknakan
sebagai proses penghambaan dan Suaghang dimaknai sebagai penyerahan atau pemberian sebagai akibat status baru
seorang laki-laki yang masuk ke dalam keluarga perempuan sebagai suami atau menatu. Praktek budaya ini biasanya
dilakukan selang beberapa hari setelah dilangsungkannya sebuah perkawinan, dan bukanlah satu proses yang menyatu
dalam keseluruhan tahapan perkawinan dalam masyarakat orang Ocu, akan tetapi murni sebagai salah satu bentuk
penghargaan yang sangat tinggi terhadap seorang laki-laki baru yang akan hidup bersama dalam keluarga pihak
perempuan dengan status menantu. Dalam realitasnya praktek budaya ini tidak semua orang Ocu keluarga orang mampu
untuk melakukannya, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh perbedaan kelas sosial. Artikel ini merupakan hasil penelitian,
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam, kepada nara sumber terpilih. Adapun
lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah Di Kenegarian Rumbio Lama, Kecamatan Kampar Propinsi Riau, dengan jangka
waktu lebih kurang selama 7 (tujuh bulan), antara bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Juni 2017. Hasil
penganalisaan terhadap data didapatkan bahwa praktek Manjolang Suaghang sebagai praktek budaya lokal (kearifan lokal)
masyarakat orang Ocu, ternyata memiliki sisi-sisinya yang unik, yaitu sejak awal sudah tercium perbedaan kelas sosialnya
dan tidak jarang akan bermetamorposis menjadi bibit konflik dalam keluarga perempuan sekaligus penyebab retaknya
suatu perkawinan.

Kata kunci : Kelas Sosial, Manjolang Suaghang, Praktek Budaya

How to Cite:
*Corresponding author: ISSN 2085-482X (Print)
E-mail: syafrizal@umsu.ac.id ISSN 2407-7429 (Online)

290
Syafrizal. Perbedaan Kelas Sosial Dalam Paket Manjolag Suaghang: Praktek Budaya Orang Ocu (Studi Antropologi
Sosial Budaya)

PENDAHULUAN mungkin dan akan menjadi tabu atau tidak


bermakna apa-apa apabila dilaksanakan lebih
Praktek perkawinan di dalam kelompok
masyarakat manapun, tidak terkecuali dalam dari seminggu. Ketiadaan makna apa-apa atas
kumpulan orang Ocu, secara harfiah akan keterlambatan jumlah bilangan hari
pelaksanaan Suaghang tersebut, dapat
memunculkan hak dan kewajiban baru bagi
dipersepsikan dalam beberapa aspek, yakni 1)
ke dua belah pihak. Demikian halnya praktek
legitimasi Suaghang dalam arti sesungguhnya
perkawinan masyarakat orang Ocu, selain
akan hilang, 2) bagi laki-laki sebagai suami
memunculkan hak dan kewajiban baru
oleh istri, dan menantu oleh keluarga besar
sebagai suami istri sebagaimana perkawinan
perempuan akan merasa malu untuk
pada masyarakat pada umumnya, ternyata
mengambil atau memanfaatkan benda-benda
praktek perkawinan masyarakat orang Ocu
yang di Suaghangkan itu, 3) keluarga
memiliki sisi-sisi lain yang cukup menarik
perempuan akan mendapatkan sanksi sosial
untuk selami secara mendalam, yaitu
dan akan tersimpan sebagai suatu kesalahan
Suaghang. Sebagai salah satu bentuk kearifan
dalam masyarakat, 4) akan memberikan rasa
lokal, Suaghang dapat dimaknai sebagai
malu kepada kaum adat, tokoh adat.
bentuk penyerahan atau pemberian (bukan
Secara umum pola perkawinan dalam
jual beli) sebagai akibat status baru sebagai
praktek perkawinan masyarakat orang Ocu,
suami bagi istri atau menantu bagi keluarga
lebih didominasi oleh perkawinan kultur
besar istri. Uraian di atas, memiliki
kesesuaian dengan apa yang dikemukakan mengikuti alur kebiasaan dengan
oleh Prajitno Putro (2019), tentang apa itu memanfaatkan hubungan darah atau
kekerabatan (indogen). Gambaran tentang
kearifan lokal, yaitu gagasan setempat yang di
bagaimana sebenarnya perkawinan alur
dalamnya berisi pandangan hidup dan
kebiasaan dengan memanfaatkan hubungan
pengetahuan lokal yang mengandung
darah atau kekerabatan (indogen),
kebijaksanaan, kearifan, bernilai baik yang
sebagaimana praktek perkawinan pada
tertanam dan diikuti dari satu generasi
masyarakat di Minangkabau, yang membagi
kegenerasi berikutnya. Ternyata
perkawinan itu dalam dua bentuk, antara lai:
untuk memunculkan dan mewujudkan serta
1) perkawinan ideal disebut juga dengan
memelihara kearifan lokal itu tidak mudah,
perkawinan “awak samo awak atau pulang ka
memerlukan kemampuan seseorang atau
bako”. Menurut alam pikiran
suatu kelompom untuk menciptakannya, dan
orang Minangkabau perkawinan yang paling
kemampuan itu dapat disebut sebagai anugera
ideal ialah perkawinan antara keluarga dekat.
sebagai anugerah sang Pencipta alam semesta
seperti perkawinan antara anak kemenakan.
dan seisinya. Oleh Anson Ferdiant Diem
Pulang ke Mamak artinya mengawini anak
(2012), kearifan lokal adalah salah satu sifat
mamak, sedangkan Pulang ke Bako
yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa
maksudnya adalah mengawini kemenakan
kepada manusia. Sifat inilah yang
Ayah. Tingkat perkawinan
menyebabkan mereka dapat mencapai tingkat
ideal berikutnya ialah perkawinan ambil
yang tertinggi di sisi Tuhan. Mereka diberi
mengambil. Artinya kakak beradik laki-laki
kemampuan untuk memilih dan memilah
dan perempuan A menikah secara bersilang
mana yang baik dan mana yang buruk, mana
dengan kakak beradik laki-laki dan perempuan
yang benar dan mana yang salah.
B. Urutan selanjutnya ialah perkawinan orang
sekorong sekampung. Senagari. seluhak. dan
Praktek budaya lokal ini biasanya
akhirnya sesama Minangkabau. Perkawinan
dilakukan sesegera mungkin selang beberapa
dengan orang luar kurang disukai, meskipun
hari setelah dilangsungkannya sebuah
tidak dilarang. Dengan kata lain. perkawinan
perkawinan, bahkan berdasarkan informasi
yang berkembang dari mulut ke mulut yang ideal bagi masyarakat Minangkabau ialah
perkawinan antara "awak samo awak", itu
belum diketahui asal usulnya, bahwa
bukan menggambarkan bahwa mereka
Suaghang harus dilaksanakan sesegera
menganut sikap yang eksklusif. Pola
291
perkawinan "awak sarna awak" itu berlatar di atas, pada azaznya terdapat aspek-aspek
belakang sistem komunal dan kolektivisme kesamaan dengan praktek perkawinan pada
yang dianutnya. 2) perkawinan pantang yaitu masyarakat orang Ocu, meskipun salah aspek
perkawinan yang dilarang atau tidak boleh pokok dalam masyarakat orang Ocu yakni
dilakukan oleh orang Minangkabau, apabila Suaghang tidak terdapat dalam praktek
tetap dilakukan akan mendapatkan sanksi masyarakat Minangkabau. Mengapa
hukuman. Di samping itu ditemui pula Suahgang menjadi salah aspek penting dalam
semacam perkawinan sumbang, yang tidak praktek perkawinan masyarakat orang Ocu,
ada larangan dan pantangannya, akan tetapi karena Suaghang selain memberikan
lebih baik tidak dilakukan. Perkawinan yang kenyamanan bagi pihak laki-laki dengan status
dilarang ialah perkawinan yang terlarang menantu, walaupun sejak pemberian atau
menurut hukum perkawinan yang telah umum penyerahan itu dilakukan kepada seorang laki-
seperti mengawini ibu, ayah. anak saudara laki dengan status menentu, sejak itu pulalah
seibu dan sebapak, saudara ibu dan bapak, akumulasi Suaghang menjadi bibit konflik
mamak, adik dan kakak, mertua dan menantu. keluarga pihak istri yang tidak jarang berimbas
anak tiri dan ibu atau bapak tiri. saudara kepada retaknya suatu perkawinan.
kandung istri atau suami, dan anak saudara Sebagaimana yang telah dikemukakan
laki-Iaki ayah. pada bagian latar belakang masalah bahwa
Perkawinan pantang ialah perkawinan Suaghang merupakan salah satu aspek budaya
yang akan merusakkan sistem adat mereka, orang Ocu yang khas, sehingga budaya lokal ini
yaitu perkawinan orang yang setali damh belum dipahami atau dimengerti oleh banyak
menurut stelsel matrilineal, sekaum, dan juga pihak, baik masyarakat pemilik budaya itu
sesuku meskipun tidak ada hubungan sendiri masyarakat orang Ocu terutama para
kekerabatan dan tidak sekampung halaman.
generasi mudanya akibat berbagai kemajuan
Kemudian Anismar (2018), Minangkabau
zaman, apalagi masyarakat umumnya. Untuk
sering lebih dikenal sebagai bentuk
kebudayaan dari pada sebagai bentuk negara menjelaskan fenomena ini, secara berurutan
yang pernah ada dalam sejarah. Hal itu akan diuraian beberapa aspek teoritis, berikut
mungkin karena dalam catatan sejarah yang ini:
dapat dijumpai hanyalah hal pergantian nama 1. Perkawinan Sebagai Prasyarat
kerajaan yang menguasai wilayah itu. Tidak Manjolang Suaghang
ada suatu catatan yang dapat memberi Fenomena Suaghang memiliki
petunjuk tentang sistem pemerintahan yang keterkaiatan dengan perkawinan, tanpa
demokratis dengan masyarakatnya yang ber- didahului oleh suatu perkawinan tentunya
stelsel matrilineal serta tidak ada catatan praktek Manjolang Suaghang tidak akan
sejarah kelahiran sistem matrilineal ini pernah ada. Melihat begitu pentingnya
sebagaimana yang dikenal orang seperti perkawinan sebagai proses melaksanakan
sekarang. Minang atau Minangkabau adalah Manjolang Suaghang, berikut dikemukakan
kelompok etnis Nusantara yang berbahasa beberapa pengertian perkawinan. Menurut
dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah Ma’ruf (2006), dalam agama Islam
penganut kebudayaannya meliputi Sumatera
perkawinan adalah salah satu ibadah yang
Barat, separuh daratan Riau, bagian utara
kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah
Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan
Sumatera Utara, Barat Daya Aceh, dan juga pihak baik suami maupun istri. Oleh Windari
Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam Subangkit (2020), menikah merupakan
percakapan awam, orang Minang seringkali prosesi sakral yang bertujuan untuk
disamakan sebagai orang Padang, merujuk menyatukan dua keluarga besar menjadi
kepada nama ibukota propinsi Sumatera Barat satu. Selain menentukan tempat resepsi serta
yaitu kota Padang. jumlah undangan, kamu juga perlu
Minyimak bagaimana khasnya praktek memikirkan apakah pestamu ini akan digelar
perkawinan masyarakat orang Minangkabau dengan menggunakan adat atau tidak.
292
Apalagi jika keluargamu atau pasanganmu juga memiliki pengaruh besar. Anda mungkin
memegang teguh adat istiadat dari segera memutuskan menikah ketika anda
keturunan leluhur, tentunya kamu tidak bisa semester tiga karena anda melihat teman
sembarangan menggelar pernikahan yang anda yang sudah menikah tampak lebih
biasa-biasa saja. Menilik tujuannya, bahagia, secara psikis lebih tenang dan lebih
pernikahan bertujuan untuk membentuk bersemangat hidupnya. Akibatnya anda
keluarga yang bahagia dan sejahtera. terdorong untuk segera menikah dengan
Selanjutnya, Subekti (1982), harapan dapat menemui pernikahan yang
perkawinan secara konseptual dapat ditinjau sama, yakni pernikahan yang membuat hidup
dari berbagai perspektif, bahwa setiap lebih bersemangat, padahal boleh jadi, anda
perkawinan menimbulkan hak dan belum betul-betul siap untuk menikah
kewajiban di antara kedua belah pihak yang dibanding dengan teman anda, meskipun usia
harus diindahkan. Perkawinan oleh Undang- anda lebih tua satu tahun. Diane E. Papilla dan
undang (Nomor 1 Tahun 1974), dipandang Sally Wendkos Olds mengemukakan, usia
sebagai suatu perkumpulan (echtvereniging), terbaik untuk menikah bagi perempuan
suami mengurus kekayaan mereka bersama adalah 19-25 tahun sedangkan bagi laki-laki
disamping berhak mengurus kekayaan pihak usia 20-25 tahun diharapkan sudah menikah.
istri, menentukan tempat tinggal bersama, Ini adalah usia terbaik untuk menikah, baik
termasuk berbagai hal lainnya. Kemudian, untuk memulai kehidupan rumah tangga
Herawati (2019), perkawinan adalah ikatan maupun untuk mengasuh anak pertama.
lahir seorang pria dan seorang wanita Akan tetapi Hoffman dan kawan-kawan
sebagai suami istri dengan tujuan menunjukkan bahwa saat yang tepat untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang menikah juga dipengaruhi oleh dukungan
bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang sosial dan budaya, termasuk budaya keluarga.
Maha Esa. Kemudian Suparyanto (2012), Budaya yang memandang pernikahan dini
hakekat perkawinan yaitu suatu perjanjian sebagai keputusan yang baik, akan cenderung
perikatan antara seorang pria dan wanita menjadikan para pemuda lebih cepat
yang diakui secara sah oleh masyarakat, mengalami kesiapan menikah.
hukum maupun agama dan mengandung 3) Persiapan Perkawinan, oleh Mathis
seperangkat hak dan kewajiban suami istri (2010), meliputi: i) kesehatan (fisik dan non
dalam peranan baru yang dijalani, serta fisik), termasuk psikososial dan spiritual.
bertujuan untuk membentuk keluarga. Oleh Aspek fisik yakni terkait usia antara 20
Yumar (2006), suatu perkawinan memiliki sehingga 25 tahun untuk perempuan, dan 25
aspek-aspek yang tidak terpisahkan, di sehingga 30 tahun untuk laki-laki. Kesehatan
antaranya: fisik memprioritaskan masalah penyakit
1) Tujuan Perkawinan, yakni untuk menular dan lainnya, oleh karenanya
melestarikan keturunan, terjaga dari hal-hal dipandang perlu untuk melakukan
yang tidak diinginkan, menentramkan hati pemeriksaan kesehatan secara serius, serta
dalam rumah tangga dengan ikatan kasih melaklukan konsultan pranikah agar
sayang, membersihkan hati dari sifat-sifat perkawinan benar-benar baik untuk kedua
duniawi, melatih dan memerangi hawa nafsu belah pihak, ii) aspek mental, yang meliputi
dengan menjalankan hak dan kewajiban kepribadian, pendidikan dan tingkat
berumah tangga. kecerdasan, psikososial atau spiritual (agama,
2) Usia Dalam Perkawinan, oleh Mathis latar belakang sosial, latar belakang budaya,
(2010), salah satu hal yang sangat pergaulan, pekerjaan) yang layak.
berpengaruh terhadap keputusan untuk 4) Dampak Perkawinan, menurut Mathis
menikah pada usia muda adalah tanggung (2010), dampak perkawinan yakni: i) dampak
jawab. Meskipun demikian, faktor eksternal terhadap suami istri, terutama pada
293
perkawinan usia muda akibat yakni: 1) S. Swarsi Geriya, kearifan lokal
ketidakmatangan fisik maupun mental, yang merupakan kebijaksanaan manusia yang
lebih cenderung mengedepan sikap egoisme bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-
atau ingin menang sendiri, ii) dampak cara, dan perilaku yang melembaga secara
terhadap anak-anak yang diindikasikan akan tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang
kurang menadapatkan perhatian, kasih dianggap baik dan benar sehingga dapat
saying yang maksimal, ii) dampak terhadap bertahan dalam waktu yang lama, bahkan
masing-masing keluarga, bila suatu melembaga. 2) Phongphit dan Nantasuwan,
perkawinan yang dijalankan oleh anak kearifan lokal sebagai pengetahuan yang
mereka maka keluarga akan ikut merasakan berdasarkan pengalaman masyarakat turun-
bahagia, namun apabila berlaku sebalik temurun antargenerasi. Pengetahuan ini
sudah tentu akan berimbas kepada keluarga menjadi aturan bagi kegiatan sehari-hari
masing-masing suami dan istri. masyarakat ketika berhubungan dengan
Seperti halnya praktek perkawinan keluarga, tetangga, masyarakat lain dan
masyarakat orang Minangkabau, setiap lingkungan sekitar, 3) Ketut Gobyah, kearifan
perkawinan memunculkan hak dan lokal (local genius) adalah kebenaran yang
kewajiban serta dampak-dampaknya telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
terhadap pasangan suami dan istri, Akan daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan
demikian pula halnya dengan praktek antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan
perkawinan masyarakat orang Ocu, selain berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal
berdampak kepada ketiga aspek yang terbentuk sebagai keunggulan budaya
dikemukakan di atas, praktek perkawinan masyarakat setempat maupun kondisi
masyarakat orang Ocu memunculkan hak geografis dalam arti luas. Kearifan lokal
dan kewajiban khusus bagi seorang laki-laki merupakan produk budaya masa lalu yang
dengan status sebagai suami atau menantu patut secara terus-menerus dijadikan
bagi keluarga besar pihak perempuan. Dalam pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal
konteks seperti ini, Manjolang Suaghang tetapi nilai yang terkandung di dalamnya
menjadi suatu yang unik karena hanya dianggap sangat universal. 4) Quaritch Wales,
memunculkan hak dan kewajiban kepada local genius atau kearifan lokal berarti
seorang laki-laki dengan status suami bagi kemampuan budaya setempat dalam
anak perempuan pihak keluarga perempuan, menghadapi pengaruh kebudayaan asing
dan tidak berlaku bagi seorang istri pada pada waktu kedua kebudayaan itu
keluarga pihak laki-laki meski dengan status berhubungan, 5) Paulo Freire, kearifan lokal
yang sama sebagai menantu. adalah pendidikan yang mengajarkan peserta
2. Manjolang Suaghang Sebagai didik untuk selalu konkret dengan apa yang
Kearifan Lokal mereka hadapi. Hal ini sebagaimana Paulo
Disamping sebagai suatu budaya lokal Freire, seorang filsuf pendidikan dalam
yang unik, ternyata Manjolang Suaghang bukunya Cultural Action for Freedom (1970),
tumbuh dan berkembang serta terpelihara menyebutkan dengan dihadapkannya pada
secara turun temurun, bahkan telah diwarisi problem dan situasi konkrit yang dihadapi,
kepada anak cucu. Dengan kedudukan peserta didik akan semakin tertantang untuk
seperti itu, Manjolang Suaghang dapat menanggapinya secara kritis. Oleh karena itu
kategorikan sebagai wujud budaya lokal atau di perlukan adanya integrasi ilmu
kearifan lokal masyarakat orang Ocu. pengetahuan dengan kearifan lokal.
Selanjutnya, untuk memperoleh Dari sejumlah konsep kearifan lokal
pemahaman lebih mendalam bekaitan yang diuaraikan di atas, pada dasarnya
dengan kearifan lokal, berikutakan `memiliki aspek pokok yang sama bahwa
dikemukakan beberapa pengertiannya kearifan lokal adalah muncul tumbuh dan
294
berkembang dari nilai-nilai yang dianut oleh Ibeng, legitimasi adalah sebuah kualitas
seseorang atau kelompok, yang kemudian hukum yang berbasis pada penerimaan
dinilai memberikan kebaikan terhadap putusan dalam peradilan, namun dapat juga
kehidupan kelompok, atau memberikan diartikan seberapa jauh masyarakat mau
suasana harmonis ketika behubungan menerima dan mengakui kewenangan,
dengan kelompok lain, dipelihara secara keputusan serta kebijakan yang diambil
bersama bahkan diwariskan kepada anak seorang pemimpin. Legitimasi dalam hal
cucu sebagai upaya untuk menjaga hubungan antara pemimpin dan masyarakat
keberlangsungannya. Hal ini sangat penting yang dipimpin lebih ditentukan adalah
karena erat kaitannya dengan fungsi keputusan masyarakat untuk menerima atau
kearaifan lokal itu sendiri, 1) untuk menolak kebijakan yang diambil oleh
konservasi dan pelestarian sumber daya pemimpin. Namun secara tradisional
alam, 2) untuk pengembangan sumber daya legitimasi dapat dimaknakan seberapa jauh
manusia, misalnya berkaitan dengan upacara masyarakat mau menerima sebuah
daur hidup, konsep kanda pat rate, 3) untuk kewenangan, keputusan ataupun kebijaksaan
pengembangan kebudayaan dan ilmu yang diambil pemimpin dalam ruang lingkup
pengetahuan, misalnya pada upacara tradisional, seperti misalnya dalam kehidupan
saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada keraton yang masyarakatnya terikat akan
pura Panji, 4) sebagai petuah, kepercayaan, kewenagan yang dipegang oleh pimpinan
sastra dan pantangan, 5) bermakna sosial mereka dan juga karena hal itu mampu
misalnya upacara integrasi komunal/kerabat, menimbulkan gejolak dalam nurani mereka
6) bermakna sosial, misalnya pada upacara bahwa mereka yaitu bawahan yang selalu
daur pertanian, 7) bermakna etika dan moral, menjadi alas dari pemimpinnya.
yang terwujud dalam upacara Ngaben dan Selain pandangan dengan konteks
penyucian roh leluhur, 8) bermakna politik, tertentu di atas, legitimasi dalam makna yang
misalnya upacara ngangkuk merana dan lebih luasdapat juga diartikan sebagai
kekuasaan patron client. tindakan membolehkan, membenarkan,
memberikan kepercayaan kepada sesuatu
3. Manjolang Suaghang : Legitimasi dan perbuatan atau tindakan seseorang.
Konflik Pernyataan di atas memiliki kesesuaian
Penguraian terdahulu telah dengan pandangan yang dikemukakn oleh
diungkapkan bahwa Manjolang Suaghang Lerner, Daniel (1958), kemunduran
sebagai praktek budaya lokal (kearifan lokal) masyarakat tradisional memang disebabkan
masyarakat orang Ocu, ternyata memiliki oleh banyak aspek yang mempengaruhinya,
sisi-sisinya yang unik, 1) bukan saja dalam namun yang dianggap paling penting adalah
aspek penyerahan atau pemberian sebagai kehilangan legitimasi masyarakat terhadap
prasyarat untuk memperoleh kenyamanan pihak-pihak yang dianggap sebagai penegak,
bagi pihak laki-laki dengan status menantu pemerhati, pemelihara budaya tertentu suatu
sebagai wujud legitimasi, 2) namun sejak itu masyarakat. Dalam hal ini Manjolang
pulalah praktek Suaghang menjadi bibit atau Suaghang sebagai legitimasi lebih
potensi konflik dalam keluarga perempuan dimaknakan sebagai suatu pemberian
sekaligus penyebab retaknya suatu kepercayaan di dalam menggunakan,
perkawinan, sebagai wujud konflik. Untuk memanfaatkan pemberian atau penyerahan
memdapatkan penjelasan lebih mendalam sesuatu kepada pihak lelaki dengan status
mengenai aspek-aspek tersebut, akan dijelas sebagai suami, setelah melaksanakan
berikut ini. perkawinan dengan keluarga perempuan.
3.1 Legitimasi. Adapun pihak yang dianggap sebagai
Dalam konteks hukum, oleh Parta pemberi legitimasi adalah pengetua adat
295
diinternal masyarakat orang Ocu. Legitimasi 3.2 Potensi Konflik
yang dimaksud dalam adat budaya lokal Sebagaimana yang dikemukakan pada
(kearifan lokal) masyarakat orang Ocu bagian pendahuluan, bahwa perkawinan akan
terletak pada 2 (dua) aspek pokok, yakni memunculkan hal-hal baru bagi kedua-dua
menggunakan, dan memlihara, serta orang yang berkawin, bahkan seluruh
mengambil hasil dari sesuatu yang di keluarga yang terkait dengan perkawinan
Suaghangkan kepadanya sebagai menantu tersebut. Munculnya hak dan kewajiban baru
tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada yang harus ditaati secara bersama-sama oleh
siapapun. Artinya dengan tidak perlu untuk dua orang yang berkawin ataupun seluruh
memperoleh keizinan untuk mengambil, keluarga besar yang berkawin, adalah salah
menggunakan, memelihara suatu yang telah satu konsekwensi logis yang mesti dipahami
diSuaghangkan tersebut, dapat diartikan secara mendalam agar terhindar dari salah
sebagai wujud legitimasi bagi seorang laki- langkah dalam bertindak. Kewaspadaan
laki dengan status barunya sebagai suami dalam berperilaku atau bertindak tersebut,
dikeluarga pihak perempuan. Dengan diharapkan akan menjauhkan berbagai
demikian proses perkawinan dalam potensi konflik dalam keluarga besar kedua-
masyarakat orang Ocu tidak hanya sebatas dua keluarga yang berkawin. Namun
pernikahan semata-mata, namun terdapat seberapa besar hasrat ataupun keinginan
ruang dan fasilitas oleh budaya lokal untuk menjauhkan diri dari konflik tersebut,
(kearifan lokal) kepada seorang laki-laki justru potensi tersebut tidak akan dapat
sebagai menantu untuk merasakan dihindari, karena sesungguhnya bibit konflik
kenyamanan, misalnya seorang laki-laki itu sudah bersemanyam di dalam Mnjolang
dengan ststus menantu barau pulang dari Suaghang itu sendiri. Sebagaimana
bepergian, lalu merasa haus, ternyata yang telah ditegaskan bahwa Manjolang
dengan adanya Suaghang ianya dengan Suaghang sebagai praktek budaya lokal
leluasa untuk mengambil, memakai, (kearifan lokal) masyarakat orang Ocu,
memanfaatkan hasil tanaman untuk pelepas ternyata memiliki sisi-sisinya yang unik, yakni
dahaga tanpa adanya rasa sungkan, karena bukan saja dalam aspek penyerahan atau
adat telah membolehkan dan memfasilitasi pemberian sebagai prasyarat untuk
hal tersebut. memperoleh kenyamanan bagi pihak laki-laki
Kemudian, oleh Syafrizal (2019), dalam dengan status menantu, namun sejak itu
pemahaman masyarakat orang Ocu, pulalah praktek Manjolang Suaghang menjadi
legitimasi disama artikan dengan istilah “osa bibit konflik dalam keluarga perempuan
atau labulio” dengan makna yang sama sekaligus penyebab retaknya suatu
dengan keadaan di atas. Istilah osa atau perkawinan. Biasanya konflik ini muncul
labulio mengandung arti telah dalam wujud konflik waris, dan tidak jarang
membebaskan pihak lelaki sebagai menantu yang menjadi objeknya adalah lahan yang
untuk memanfaatkan, menggunakan seluruh telah di Suaghangkan sejak lama, yang
hal yang di Suaghangkan kepadanya tanpa kemudian dipermasalahkan oleh saudara-
ada memberikan sedikitpun resistensi adat saudara istri, bahkan anak-anak dari saudara
kepadanya. Namun demikian terdapat pula istri, bahkan ikut diintervensi oleh kaum adat
pembatasan di dalam menggunakan atau tertentu secara personal. Oleh Syafrizal
memanfatkannya sesuatu hasil Suaghang, (2019), sesungguhnya budaya lokal (kearifan
yaitu tidak boleh dijual, diwariskan kepada lokal) merupakan akumulasi nilai yang dianut
keluarga pihak lelaki, bahkan dijadikan bersama sejak lama oleh suatu kelompok
jaminan/boroh dalam perjanjian jual beli. masyarakat dengan tujuan utapanya
memberikan kenyamanan, keharmonisan
hubungan antar anggota kelompok sendiri,
296
maupun keluar anggota kelompok. Namun sampai dengan bulan Juli 2018, dibagi dalam
adakalanya budaya lokala (kearifan lokal) beberapa tahapan, yakni, tahapan persiapan,
tertentu, pada situasi dan kondisi tertentu, lebih dalam masa 25 hari, dengan agenda
serta pada generasi tertentu akan seperti persiapan kajian perpustakaan
mempersoalkan keberadaan budaya lokal berkaitan dengan data demografi,
tersebut. Keadaan seperti ini diperkirakan dokumentasi yang bersinggungan dengan
akan dapat terjadi pada semua budaya lokal institusi pemerintah pada tingkat Kenegarian
(kearifan lokal) tanpa terkecuali, meskipun Rumbio Lama, Kecamatan Kampar Propinsi
secara umum semua budaya lokal (kerifan Riau, tahapan pelaksanaan, dalam bentuk
lokal) memiliki tujuan sangat baik. Oleh Eka kegiatan pengumpulan data dengan
Evitasari (2020), setiap budaya lokal melakukan interview mendalam kepada
(kearifan lokal) ingin memastikan informan terpilih dengan memakan waktu
masyarakat pemiliknya merasakan kebaikan- lebih kurang 120 hari kerja, termasuk
kebaikan, antara lain: 1) untuk melakukan interview ulang terhadap
mengembangkan sumber daya manusia, informan bila dianggap perlu, tahapan
contohnya dalam konteks upacara siklus penganalisaan data, yang dibarengi dengan
hidup, serta dalam sebuah konsep tingkat kegiatan penulisan laporan penelitian sampai
ganda, 2) berfungsi sebagai keyakinan, saran, selesai. deng Penelitian ini dilaksanakan Di
pantangan, dan sastra, melindungi dari Kenegarian Rumbio Lama, Kecamatan
sebuah proses sumber daya alam, melayani Kampar Propinsi Riau, dengan jumlah
pengembangan budaya dan ilmu demografi 25.129 jiwa. Oleh karena
pengetahuan, seperti upacara saraswati, demografinya bersifat homogeny
iman dan ibadah di kuil panji, 3) memiliki (masyarakat orang Ocu secara keseluruhan)
makna yakni moral dan etis, yang memberi peluang kepada peneliti untuk
memanifestasikan dirinya dalam upacara memilih informan secara langsung dengan
ngaben dan pemurnian roh leluhur, 4) mengedepankan pertimbangan kelayakan,
mempunyai sebuah makna sosial contohnya kepakaran, ketokohan, dan kewibawaan,
ialah dalam upacara integrasi relatif atau serta senioritas/prioritas. Informan penelitian
komunal, 5) penting secara sosial, yakni sebanyak 5 orang, yang berasal 4 (empat)
dalam upacara daur ulang pertanian, 6) kesukuan yang ada di daerah ini, yakni suku
memiliki sebuah makna politik, contohnya Domo, suku kampai, suku putopang, suku
upacara mangkuk mendekam dan kekuatan piliang, ditambah dengan 1 orang sebagai
pelanggan. Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut
Spredley (1977), walaupun setiap orang dapat
METODE PENELITIAN menjadi informan, namun tidak setiap orang
Pendekatan digunakan dalam dapat menjadi informan yang baik.
penelitian ini adalah pendekatan kwalilatif, Penentuan dan kecermatan terhadap
yang memfokuskan pada penelaahan informan akan menentukan kwalitas proses
terhadap berbagai fenomena sosial yang interview yang akan dilaksanakan nantinya di
terjadi dalam masyarakat. Berbagai lapangan. Kegiatan pengumpulan data
fenomena sosial yang umum tersebut merupakan bagian terpenting dalam sebuah
kemudian diamati, dipertanyakan sehingga penelitian, dimana penelitian ini
memunculkan rasa ingin tahu tentang apa menggunakan metode interaktif yang
sebenarnya yang terjadi, dan untuk meliputi interview secara mendalam,
mendapatkan jawaban atas pertanyaan termasuk pula observasi, sedangkan non
tersebut, maka dilakukan penelitian. interaktif sebagai sumber data tambahan
Penelitian ini dilaksanakan lebin kurang 6 seperti catatan serta dokumen yang ada, yang
(enam bulan) dimulai pada bulan Februari sesuai dengan permasalahan penelitian.
297
HASIL DAN PEMBAHASAN dolumaso anaktino dikowinkan bulio
1. Hasil Penelitian puluotahunlalamo. Topinan
mampakaghokandu doolu pajiele
Setelah memperoleh data yang lengkap
kinigolagodang, mancubo mampatonyokan
dari kegiatan interview mendalam dengan khohgongdu, la babanta adiobaghadiok.
informan, tentang aspek-aspek yang menjadi Dekapodu tajadiyie, adodu duonyonyodeyen,
kategori penelitian ini, selanjutnya dilakukan nanpatamo, suaghangge ndakloadode
proses penyajian data secara keseluruhan. wakotumbai dooludu mambaibatede lowejie,
tutiekinigo gaalaparolulo mambaibate
Penyajian data dari ke lima informan terpilih biamdak basilolanjiede, cubolapikiukandu
diungkapkan dengan menggunakan bahasa lowejie ndaklai babate ughangla mangaluyak
masyarakat orang Ocu (bahasa Ocu), kini adiokbagadiok lamalampuoma kan
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa dibopon koghong salowetujienyie,
Indonesia, berikut ini: nankaduoyie, laijuo disobabkan dekpaghangai
simanontudu lajole kotu mambaikan
1.1. Penyajian Data Perihal Manjolang
suaghangge labasobukkan ndabuliodijual
Suaghang: Praktek Budaya Orang Ocu, H. ditukautangankan topi aponantajadi
Yahya, tokoh adat dari suku Domo, Pekerjaan labanyaklo nanbalaku dekula puangai
Dagang dan Pemborong Bangunan, manontu ndotau dighide inyomanontu
mengemukakan: mambuak pakagholo kekuma mintuo tutienan
waiiyotiodunaang, itutionan kodudu manjadibauba kafaedaancak congkuoghiadek
tondoghangocu. Laiciekleyie badondong ghangbanjauge, lakan condo apolole
kodukodudunang. Suaghangge congkuoghi isuokge.Kan yie bondokoge
ghangocu laadojak doluleunyang bakolekolelonaang ndak salolan jod,kolondak
ndoniniokledo launyanglole. Suagangge codakde jandibuekmola, cacawikgok dekdu.
sabonaundak saketekancakde mampakuek
umatanggo. Nhgintinyie mombai kapicayoan Artinya,
kekghangbawu kaumaghangtino, ntaawi Perihal ini memang menyangkut hal prinsip
tangbakojo, ntaponek tangbajalanjawuo tentang budaya lokal (kearifan lokal)
ndosogansoganle ncaibua oponanado
dikghongde condoawi ambiokbua kambiu. masyarakat orang Ocu. Selain hal ini terdapat
Sabotue mbailalu ghangsumondo maambiok satu lagi budaya asli masyarakat orang Ocu yaitu
otoghangkaluarga tinotopilabulio nyanyian khas yang dianggap terlarang untuk
nampakpun dekghang ndolemanjadi dinyanyikan disembarangan tempat, waktu dan
pakagho dimuikoadek kabiasoan
ruang. Kebiasaan masyarakat orang Ocu ini
ghangkompungkole. Topinyie ndososodo
ghangbakawinocu nanmambuek telah ada dalam praktek nenek moyang, dengan
pakaghoikogodo nancodakcodak juolanan tujuannya yang sangat mulia terutama untuk
mambueknyo. Dekapoyie kolondaklo menjaga keharmonisan rumah tangga. Pada
manawuodo apokan dibaikekghang jantan prinsipnya budaya lokal (kearifan lokal)
bawudu. Kolondo bakalodakde kandibopon, memberikan penghambaan, penghargaan yang
tutiemoko tuaadekkogo ndodibuek
deksosodo ghangbanjaugede. Kotumambuek sangat besar kepada seorang menantu untuk
suaghangge dicopekkan nanelok, agak lebih terhormat dan tidak merasa asing di
duatigoaghi salopebagolek buekle janloe rumah mertua (pihak perempuan). Pemberian
lalamode, lasapokan olunjuoleyie lahan tertentu yang di dalamnya berdiri
landoadogunole topiko dipondangadatgua. bermacam-macam tanaman tahunan (kelapa,
Dicopekkanlobio ancak dimotoghangbanjau
tondoolek nanbabuekdu barosio. Laiciek nangka, papaya dan lainnya) dapat dinikmati,
nantajadi pakagho bawutontang suaghangge diambil hasilkan untuk sekedar pelepas rasa
topikinikobau condoikoko haus entah dari pulang kerja, atau pulang dari
doolundaknawuode, laadolo baubazomange, mana-mana kepergian, dengan penuh rasa
topiyotioyo baubawakotu baubale percaya diri untuk mengambil buah-buahan
pamohamankek adekkabiasoaan banjauge,
apotu? Uponyo pakaghosuaghangge yang ada di dalam lahan tanah yang diberikan
lamanjadi pakgho adiokbaadiok kepadanya dalam batas-batas ketentuan adat.
diumatanggo ghangocuge tamasuok Budaya lokal (kearifan lokal) ini merupakan
pakagho koghongnandipona disuaghangkan
298
bentuk majlis khusus yang dilaksanakan selang dalam kenyataannya itu dilakukan oleh
beberapa hari sesudah dilaksanakan menantu, tentu akan mendapatkan reaksi dari
pernikahan, yang dilaksanakan oleh pihak pihak keluarga besar perempuan. Adanya
perempuan saja (pihak istri) kepada seorang permasalahan seperti ini, entah bagaimanlah
laki-laki dengan status suami atau menantu budaya lokal (kearifan lokal) dimasa yang akan
bagi seluruh keluarga perempuan. Kegiatan ini datang. Namun tradisi ini amat sangat
tidak baik dilaksanakan melewati waktu yang ditentukan oleh kemampuan seseorang (kelas
lama atau sampai batas waktu seminggu, dana sosial ekonomi), bila tidak mampu ya tidak
apabila melewati waktu tersebut majlis ini akan memberikan dampak apa-apa terhadap sebuah
dianggap tidak akan memberikan makna apa- perkawinan, dan tentunya apa yang
apa dalam pandangan masyarakat orang Ocu. dibincangkan di atad tidak terjadi.
Kegiatan memberikan sesuatu kepada laki-laki 1.2. Penyajian Data Perihal Manjolang
baru dengan status suami ini memberikan Suaghang:Praktek Budaya Orang Ocu,
makna yang sangat dalam, yaitu sebagai Baharuddin, tokoh adat dari suku Putopang,
pertanda bahwa perkawinan yang Pekerjaan Wiraswasta, mengemukakan :
dilaksanakan tersebut bersih, murni dan Suaaghange ancaktie koloughangocuge
bermartabat. manjolankan sosuijo agamoislamge. Ikogeyie
agamosabonawge cubolacai ndoadonan
Namun segala sesuatu akan mengalami salagode. Ghangjantan bakawinjoghangtino tudek
perubahan termasuk budaya lokal masyarakat laibadaki ghangtinodu baidekkhoghong
orang Ocu ini. Dalam kenyataan budaya tuoksijantange ntaawitangkojo, tangjalanjalangai
masyarakat orang Ocu telah menjelma menjadi lasonangjiele maambiok
masalah keluarga antara adik beradik terutama buabuakiyambiumudodu, tutiogunide, tengokpun
dekughang ndoinyo soganle labasuoghangkanma.
dalam pihak perempuan. Adik beradik mulai Kojokogeyie dicopenla duaaghi salosaioleh
mempertanyakan perihal lahan yang diberikan buekladu janlamo ndakadole ngunodu
kepada laki-laki sebagai suami saudara mbuekmbuekugijeolale. Topilata dongujuoyie
perempuannya sewktu perkawinan puluhan deksuaghangge lamanjadi babantalo
tahun lalu, kini mulai dipersoalkan oleh adiokbaghadiok. Laadopakagho suaghangge
panyobab babantabanta deapodu, nyonyodeyen
anggota keluarga lainnya. Menurut pandangan disobabkandek ndakmangaroti malotan
infoman ini, hal ini terjadi disebabkan 2 (dua) suaghangge sosuainandi buekdek ghangtuotuo
sebab, antara lain : 1) bahwa sewaktu ghangocuge doolu. Suaghangge pabuatan
memberikan sesuatu (lahan yang biasanya arifjokajodiokkan niniokninokwak dolu untuok
tidak berjauhan dengan rumah induk) tidak mampatimbangkan ghaso koktagamang minontu
diuma bini, ambiokambiokkijie lasobuik
menetapkan batas waktu yang dapat lodekkaluarga ghangtino ndakbaadatde.
dipergunakan oleh seorang laki-laki dengan Tutiobabuekkan suaghangge, samemangyie
status suami atau menantu bagi keluarga besar ndolobulio dijualde, kodijuallo dekmanontulodu
perempuan. labansai patuiknyo dikoton dekghangbanjauge
Boleh jadi sewaktu pernikahan kakak wanita ndobaadatde. Topisa lataghaso alabanyak
baubabondoge, kandibopon ughangsamakin
bagi adik laki-laki dalam keluarga perempuan ghamai tanahsadetujuonyie, ughanga
masih kecil, akan tetapi ketika sudah dewasa samakincodioklodu.
hal ini mulai dipertanyakan yang tidak jarang
akan menjadi cikal bakal konflik warisan Artinya,
dengan ditambah oleh ketika kedua orang tuia Sebenarnya budaya lokal (kearifan lokal)
mereka sudah tiada, 2) disebabkan oleh masyarakat orang Ocu ini sangatlah baik dan
kelalaian atau ketidakbaikan seorang laki-laki sesuai dengan ajaran agama Islam. Coba kita
sebagai menantu yang melanggar kesepakatan lihat seorang laki-laki mengawini seorang
atau peraturan adat yang tidak membolehkan perempuandan pihak perempuan menyerahkan
lahan yang diberikan kepadanya sewaktu sebidang lahan kepada pihak laki-laki sebagai
perkawinan dulu untuk dijual. Akan tetapi menantunya dalam rangka meniadakan
299
perasaan kaku akibat menjadi orang baru 1.3. Penyajian Data Perihal Manjolang
dikeluarga perempuan, atau mendahului Suaghang: Praktek Budaya Orang Ocu,
kemungkinan seorang menantu merasa haus Sukiman, tokoh adat dari suku Piliang,
dari pulang bekerja dan ingin minum kelapa Pekerjaan Wiraswasta, mengemukakan :
muda, maka dengan adanya penyerahan lahan Suaghangge ndocondo komuale
kepadanya tentu akan memudahkan seorang ghangocuge laiduik podozoman labauba.
Nompaknyonyie lakan ditinggen dekpapajiegole.
menantu untuk meperolehnya tanpa dianggap Topindaksaketek eloknyode budayokonaang.
melanggar adat atau terlalu lancang tanpa Deyenkomuage ponajuo dapeksuaghange
mendapatkan restu dari pihak keluarga ndesonagso balioktang jalanawi ambiokjo
perempuan. buahbotiokdu, ambiokjo buahkambiudu.
Suaghang hendaknya diberikan sesegera Sabonawnyie suaghang mailangkan ghasosogan
ghasotakuik ghangjantan bawudiuma ghangtino,
mungkin setelah proses perkawinan selesai, kanndaksaketek codiokghanag tuotuowak
jangan sampai lewat waktu lama, karena kalau doludunyie, lapakighode aponankan tajadi
lama hal ini akan dianggap tidak memiliki kologhang jantanbawu diuma ghangtino kan
legitimasi adat sehingga akan sisa-sia. lomuladunyie kan sogansogandu, tutie
Suaghang ini belakangan ini memang sudah ladipikiukan dekghangtuotuoocuge. Olunnyatole
latapikiudekdu, topikinige bondokoge lamanjadi
menjadi satu isu perkelahian dalam keluarga, pabantahan antagho adiobaadiok, tukanjoman
terutama pada keluarga perempuan. labauba lajawuo ndocondonan komuajuole.
Perbantahan adik beradik dengan motif waris, Podohe suaghangge sasudakawin
termasuk lahan yang pernah dijadikan pacopekdiabikan kek ghangjantange topi kingie
Suaghang. Sebenarnya hal ini terjadi akibat ghangjantan baulalo herandeyen duniokinige.
Topiapopun nantajadi suaghangge laibabuekjuo
ketidakmengertian masing-masing pihak yang dekghangocu kingie, memang kaluarganan codak
bersengketa, terutama pihak menantu yang laibadaki itunyie kanmambuek suaghangge,
secara adat dan budaya lokal (kearifan lokal) jamankino ditambale kolominantudu ditengoklai
tidak boleh menjual lahan yang diserahkan manjonjikan kojonyo, laikanmalaghek iduiknyo
kepadanya semasa perkawinan dahulu dengan kanmambo anakcucu keknansonang.
apapaun alasan.
Artinya,
Ternyata larangan itu tidak diindahkan dan
Seperti telah ada isyarat bahwa masyarakat
dengan alas an-alasan tertentu, mungkin
orang Ocu ini telah hidup pada zaman yang
terjadi persekongkolan dengan pihak istri,
sudah berubah, boleh jadi budaya lokal
maka hal yang dilarang tersebut dilakukan.
(kearifan lokal) ini mulai akan ditinggalkan,
Menurut informan tentu sudah banyak faktor
meskipun kini tidak diharapkan. Sesungguhnya
yang membuat perilaku anggota keluarga dan
budaya lokal ini amat sangat faedahnya bagi
pihak menantu sehingga terjadi hal-hal yang
seorang laki-laki dan perempuan yang memulai
tidah diingini terjadi saat sekarang ini, manusia
hidup berumah tangga. Saya (informan) adalah
semakin banyak tanah/lahan tidak pernah
seorang laki-laki dengan status menantu yang
bertambah. Memang kita akui bahwa praktek
pernah mendapatkan hal ini, alangkah
Manjolang Suaghang ini penuh dengan nuansa
senangnya, apabila saya (informan) pulang
perbedaan kelas sosial.
kerja, pulang dari perjalanan jauh saya
Nampak-nampaknya praktek sejak lama
(informan) tinggal ambil buah-buahan (papaya,
kebanyakan hanya terpraktekkan oleh anggota
kelapa muda) yang ada dilahan yang diberikan
masyarakat atau keluarga yang dianggap
kepada saya sewaktu perkawinan dahulu.
memiliki kemampuan dan kepemilikan harta
Kebaikan manjolang Suaghang itu adalah
benda. Namun saya berkeyakinan semua orang
memberikan jalan keluar terhadap sesuatu yang
yang merasa sebagai masyarakat orang Ocu
belum terjadi kepada setiap laki-laki yang akan
sejak awal ketika anaknya masih kecil sudah
melakukan perkawinan, yang dipastikan akan
berandai-andai suatu hari nanti akan
mengalami rasa kaku, segan dengan keadaan
melakukan tradisi manjolang Suaghang ini.
baru di rumah mertua. Budaya lokal ini telah
300
mempersiapkan agar menantu di rumah dilaksanakan. Budaya lokal ini dinilai sangat baik
mertua tidak kaku dan segan, makanya setelah terutama memberikan kebaikan kepada kaum
perkawinan cepat-cepat diberikan laki-laki yang akan melaksanakan perkawinan
kepercayaan untuk mengambil apa-apa yang atau beristri (hanya berlaku untuk istri yang
ada dilahan pemberian mertua tersebut. pertama kali).
Namun perkembangan saat ini telah Budaya lokal ini dilaksanakan sesegera
memunculkan suasana baru, dimana mungkin setalah proses perkawinan selesai
peenyerahan lahan tersebut telah dijadikan (jangan sampai seminggu) jangan sampai lama
bahan persengketaan, perebutan hak waris setelah pesta pernikahan itu, karena hal
oleh anak cucu, terutama pada keluarga pihak dianggap sebagai alas, pondasi bagi laki-laki
perempuan. Namun demikian, diseluruh baru sebagai suami atau menantu di rumah
daerah nampaknya masih mempraktekkan pihak perempuan, akan sangat sungkan, ragu-
tradisi Manjolang Suaghang ini masih tetap ragu, malu untuk melakukan aktivitas apa-apa
dipraktekkan masyarakat orang Ocu, meskipun di rumah mertuanya, apa lagi perbuatan dalam
hanya dilakasanakan oleh anggota masyarakat bentuk mengambil sesuatu.
orang Ocu yang memiliki kemampuan (kelas Untuk itu para orang tua (nenek moyang)
sosial ekonomi yang mumpuni), atau melihat masyarakat orang Ocu dahulu sudah
keadaan pihak menantu dari sisi prospek mempersiapkan nilai-nilai budaya lokal
kehidupan yang akan menyenangkan anak (kearifan lokal) sebagaimana yang dikemukakan
cucu mereka. di atas. Memang sudah ada terdengar bahwa
budaya lokal ini telah menjadi salah satu yang
1.4. Penyajian Data Perihal Manjolang menjadi permasalahan masyarakat orang Ocu
Suaghang: Praktek Budaya Orang Ocu, Munir, sekarang ini, budaya lokal ini telah dianggap
tokoh adat dari suku Kampai Pekerjaan menjadi perkara yang membuat persengketaan
Wiraswasta, mengemukakan : antara adik beradik terutama pada keluarga
boponle itulonantajadima. Topi perempuan. Besar kemungkinan disebabkan
suaghangge olunbauba saketekjuole Podo oleh perkembangan cara berpikir para anak
masyarakat ghangocu kampailanyie
towijuobabueknyie. Suaghangge kanancaktie
cucu dan akibat perkembangan zaman yang
untuokghangjantan kolonakbabini, topikolo semakin maju, sedih rasanya kalau-kalau
babini soghangnyie. Suaghanggekan babuek permasalahan ini semakin tidak terselesaikan.
satolabagolek, duatigo aghibuekle, janlalamo Sungguhpun begitu praktek suaghang ini
kughangancakdu. Suaghanggenyie tetap saja dilaksanakan masyarakat orang Ocu
condommbuek ale, tutie codioknyo
ghangtuotuoocu dooludu. Ale apodu tontude
karena dianggap budaya lokal (kearifan lokal)
kolokolo ghangjantan bakawinsuok kansogantie yang baik.
kiankomai apolai maabiokambiok 1.5. Penyajian Data Perihal Manjolang
goosalaambioklo lasobuik dekghang ndaklo Suaghang: Praktek Budaya Orang Ocu,
baadat. Tutie babaikek ghangjantange biasonya Manjaruddin, Aparatur Sipil Negara (ASN)
kohgong dokekkekua mintuodu, isibiasonya
kambiu, cubodak, pulasan mocamla. Bilojola
sebagai Guru Sekolah Dasar (SD) di Pulau Baru,
pulaangtang bakojo, tang bajalanjawuo awi, mengemukakan :
litak tingeambiokjole labuliodeadat deyenmayokiniyie suaghangge
budayoocuge. Iyotio sosuaijo pakombangan ghangocuge masiledipacoyai kantotapjuokan
pikighan dan zomanyie tadongaujuo adocondo apopun pakombangan dunioge.
pakaghokoge lamanjadi sangketo adiokbaadik, Apobeetu sobab budayoikoge indakado
sodiosonyodu, tapikan towijo dbuekdek buwuokdo kolodibuek, tundaklo
ghangocuge, baghapoaghi sasudabagolek mamboghekkan banaw kakaluarga
dibuekle, olangkaeloklenyie . ghangtinode. Suaghangge buliodibuek buliojuo
ndakbuek, kalolaicodakdibuek, bakolondak
Artinya, bakalodakde jandibuek, topidek adekkogoancak
Pada masyarakat orang Ocu suku Kampai totapjuo dibuek ghamaighangocuge. Pakagho
budaya lokal (kearifan lokal) ini tetap copeklambek mambuek suaghangge tontuelok
301
dipacopekle, apojolakojo elokdipacopekle dalam kehidupan masyarakat orang Ocu,
condotujuo suaghangge. Adojienyie lamoiduik sekaligus menjadi tugas berat para generasi
banyaklekan dighaso itutie papata
ghangsaisuok. Tontanglaadolo
muda serta masyarakat orang Ocu yang lainnya
budayoghangocuge panyobab silangsangketo, termasuk yang bekerja diberbagai tempat yang
buliojuo topikan ciekcieknyie. Nanpontiong punya kuasa, agar jangan lupa untuk
budayokoge janilang koloilangyie ilanglo memperjuangkan budayanya agar jangan
ghangocuge, tulakojo boghek ghang sampai hilang.
mudomudoge tamasuok ghangocu nanpunyo
kuasob dimanomano inyo bakojo janlupolo
kecangkuaghinyo. 2. Pembahasan Penelitian
Artinya, Pada bagian ini akan dilakukan
pembahasan dan penganalisaan terhadap data
Saya (informan) meyakini budaya lokal yang diperoleh sebelumnya dari informan-
(kearifan lokal) ini akan tetap eksis dalam informan terpilih. Hasil dari penganalisaan
kehidupan masyarakat orang Ocu, tersebut akan disajikan secara berurutan,
bagaimanapun laju perkembangan yang terjadi bahwa Informan (H. Yahya, tokoh adat dari suku
di dunia ini, meskipun kerja manjolang Domo), secara tegas tidak menyatakan bahwa
Suaghang ini tidak dapat dilakukan oleh kearifan lokal praktek budaya masyarakat orang
sembarang keluarga orang Ocu, tetapi Ocu masih dilaksanakan atau tidak, namun
tergantung kepada kelas sosial ekonomi informan ini menyebutkan bahwa praktek
(pekerjaan atau pendapatan). Keyakinan budaya ini amat bernilai tinggi.
didasarkan karena budaya lokal ini dirasakan Dikemukakannya pula, bukan Manjolang
begitu baik apabila dipraktekkan dalam Suaghang saja budaya bernilai tinggi
masyarakat. Selain itu ternyata budaya lokal ini masyarakat orang Ocu, terdapat pula praktek
tidak memberikan pemaksaan kalau dibuat, budaya Badondong.
dan tidak pula memberatkan kepada keluarga Lebih jauh beliau katakana bahwa pada
yang melaksanakannya. Artinya kalau suatu prinsipnya Manjolang Suaghang adalah budaya
keluarga ingin melaksanakan silahkan, lokal (kearifan lokal) memberikan penghargaan
kalaupun tidak tidak mengapa. Tapi yang kita yang sangat besar kepada seorang menantu
lihat praktek ini masih ramai dipraktekkan oleh untuk lebih terhormat dan tidak merasa asing di
masyarakat orang Ocu. Bagi yang rumah mertua (pihak perempuan). Selain itu
melaksanakan budaya lokal ini, pastilah ada pula yang menyatakan bahwa budaya lokal
keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi (kearifan lokal) masyarakat orang Ocu ini
serta memiliki harta yang memadai untuk sangatlah baik dan sesuai dengan ajaran agama
diserahkan kepada menantu mereka. Proses Islam, dan sangat faedahnya bagi seorang laki-
pelaksanaannya lebih baik diselenggarakan laki dan perempuan yang memulai hidup
dalam waktu yang tidak lama setelah berumah tangga, hanya berlaku untuk istri yang
perkawinan selesai, jangan tunggu lama-lama pertama kali saja.
tidak akan memberikan kebaikan. Keberfaedahan tersebut wujud dalam
Sebagaimana suatu pekerjaan akan lebih baik bentuk perhargaan kepada seorang laki-laki
dikerjakan secepatnya dari pada diperlambat, dengan status baru sebagai suami atau status
demikian halnya dengan pelaksanaan budaya menantu bagi keluarga besar pihak perempuan.
lokal ini. Perihal munculnya isu bahwa budaya Mengenai tujuan sebenarnya penyerahan atau
lokal ini telah menjadi persengketaan dalam pemberian lahan dengan luas tertentu yang
keluarga terutama keluarga besar pihak tidak boleh berjauhan dengan rumah induk,
perempuan, hal itu dianggap lumrah karena sebagian informan menyatakan tujuannya
dalam jumlah sengketa keluarga yang masih sangat baik, sebagai penghargaan kepada laki-
kecil. Hal yang lebih penting adalah jangan laki dengan status baru sebagai menantu di
sampai budaya lokal (kearifan lokal) ini hilang rumah pihak perempuan, sekaligus sebagai
302
simbol bahwa perkawinan yang dilaksanakan dilaksanakan dan boleh pula tidak dilaksanakan.
tersebut adalah perkawinan penuh Hal ini sesungguhnya bukanlah sebuah pilihan,
keberkahan, murni dan suci, akan menjadi namun sangat tergantung kepada kemampuan
keluarga yang harmonis. ekonomi seseorang.
Akan tetapi empat informan lainnya yakni Apabila ekonomi seseorang merasa
Baharuddin, tokoh adat dari suku Putopang, mampu untuk melaksanakan budaya lokal
Pekerjaan Wiraswasta, Sukiman, tokoh adat (kearifan lokal) ini dipersilahkan disampaikan
dari suku Piliang, Pekerjaan Wiraswasta, dan kepada pihak pengetua adat agar
Munir, tokoh adat dari suku Kampai Pekerjaan penadapatkan legitimasi adat. Apabila secara
Wiraswasta, serta Manjaruddin, Aparatur Sipil ekonomi tidak memiliki kepampuan budaya
Negara (ASN) sebagai Guru Sekolah Dasar (SD) lokal (kearifan lokal) tidak akan menjadi satu
di Pulau Baru, pada intinya menyebutkan permasalahan apapun. Bagi yang memiliki
bahwa pratek kearifan lokal Manjolang kemampuan dan berkeingian melaksanakan
Suaghang tetap ada dan dilaksakanan oleh budaya lokal (kearifan lokal) ini,
masyarakat orang Ocu, tentu disesuaikan diperintahkan atau diharapkan untuk
dengan kemampulan tiap-tiap keluarga. melaksanakannya secepat mungkin setelah
Kederadaan keluarga dengan kelas sosialnya proses perkawinan dilaksanakan. Diharapkan
adalah prasyarat pokok untuk melakukan jangan sampai pelaksanaan budaya lokal
tradisi khas orang Ocu ini, kalau tidak mampu (kearifan lokal) ini dilaksanakan melebihi
tentu tidak apa-apa dan tiada akan mengurangi seminggu setelah perkawinan selesai, karena
nilai dan makna sebua perkawinan, karena tidak akan memiliki nilai dihadapan kaum
tradisi ini bukan rangkaian dari sebuah adat. Selanjutnya, dikemukakan
perkawinan yang wajib dilakukan. bahwa budaya lokal (kearifan lokal)
Dikatakan selanjutnya bahwa tujuan masyarakat orang Ocu telah mengalami
pemberian atau penyerahan kepada seorang perubahan, meskipun belum sampai pada
laki-laki dengan status baru sebagai suami dan tingkat mengkhawatirkan. Dikatakan indikasi
status menantu bagi seluruh anggota keluarga telah terjadi perubahan tersebut dapat dilihat
perempuan sebagai alas atau pondasi bagi laki- dari beberapa aspek, yakni : 1) telah muncul
laki dengan status baru sebagai manantu bila beberapa kasus waris yang berujung sengketa
merasa malu, kaku, penuh dengan rasa segan antara adik beradik dalam keluarga besar istri
untuk meminta, apalagi mengambil sesuatu di atau pihak perempuan, yang salah satu isunya
rumah mertua. Budaya lokal (kearifan lokal) berkaitan dengan budaya lokal (kearifan
masyarakat orang Ocu telah melakukan lokal) ini. Informan berpendapat kasus seperti
antisipasi jikalau keadaan seperti terjadi. ini belum pernah terjadi selama ini, dan
Pengalaman (informan) bahwa sungguh apabila tidak ada upaya penyelesaian akan
seorang laki-laki dengan status baru sebagai memberi dampak buruk kepada budaya lokal
menantu di rumah keluarga besar pihak (kearifan lokal) masyarakat orang Ocu dimasa
perempuan penuh dengan rasa malu, kaku, yang akan datang, 2) munculnya beberapa
segan umtuk melakukan suatu aktivitas. kasus waris beberapa tahun belakangan ini
Namun secara substansi perbedaan diakibat kurang perhatian, tidak mau tahu
pandangan antara informan ini masih generasi muda masyarakat orang Ocu
memberikan penilaian positif bahwa budaya berkaitan dengan filosofis budaya lokal
lokal (kearifan lokal) masyarakat orang Ocu (kearifan lokal) ini, sehingga para generasi
memiliki tujuan yang baik. Ditegaskan muda terpedaya oleh rasa ingin memiliki
kembali bahwa pemberian atau penyerahan melalui keputusan rasional semata.
lahan kepada laki-laki dengan status baru Sebagian informan
sebagai menantu, adalah wujud budaya lokal berpandangan bahwa munculnya beberapa
(kearifan lokal) masyarakat orang Ocu, boleh kasus waris ini sebagai reaksi anggota
303
keluarga pihak perempuan untuk mencari status menantu.
tahu atau kebenara atas prilaku seorang Praktek ini dalam realitasnya tidak semua
suami bagi anak perempuan mereka atau orang Ocu mampu untuk melakukannya, karena
menantu bagi keluarga besar pihak praktek Suaghang menghendaki ukuran
perempuan yang telah melakukan kesalahan, kemampuan tertentu pihak perempuan (kelas
dan pelanggaran, atau ketidakpatutan sosial ekonomi). Biasanya terwujud dalam
terhadap suatu yang tidak boleh ia lakukan, bentuk saebidang tanah (lahan) dengan luas
seperti menjual belikan lahan yang diberikan tertentu beserta tanaman yang ada di dalamnya
kepadanya sebagai menantu sewaktu disekitar rumah induk (rumah utama), dalam
perkawinan dahulu. Sewaktu majlis adat bahasa orang Ocu disebut dengan istilah
pada pelaksanaan penyerahan atau Koghong. Keberfaedahan Suaghang wujud
pemberian lahan dahulu telah diingatkan dalam bentuk perhargaan kepada seorang laki-
bahwa kepada laki-laki dengan status laki dengan status baru sebagai suami atau
sebagai suami tidak diperbolehkan untuk status menantu bagi keluarga besar pihak
menjual belikan lahan tersebut, hanya boleh perempuan. Mengenai tujuan sebenarnya
memakai, mengambil hasil dalam batas- Manjolang Suaghang sangat baik, sebagai
batas kepatutan. Namun demikian, sebagian wujud penghambaan atau penghormatan,
informan lain berpandangan bahwa penghargaan kepada laki-laki dengan status
munculnya beberapa kasus waris belakangan barunya di rumah pihak perempuan, sekaligus
ini tidak perlu dirisaukan, selain jumlahnya sebagai simbol bahwa perkawinan yang
masih kecil, hal ini sesungguhnya menjadi dilaksanakan tersebut adalah perkawinan
pengingat kepada seluruh masyarakat orang penuh keberkahan, murni dan suci, akan
Ocu agar lebih perduli dengan budaya lokal menjadi keluarga yang harmonis.
(kearifan lokalnya). Bagaimanapun budaya Selain itu tujuan Manjolang Suaghang adalah
lokal (kearifan lokal) ini masih tetap sebagai alas atau pondasi bagi laki-laki dengan
konsisten dilaksanakan oleh masyarakat status baru sebagai manantu bila merasa malu,
orang Ocu sampai saat ini. kaku, penuh dengan rasa segan untuk meminta,
apalagi mengambil sesuatu di rumah mertua.
KESIMPULAN Budaya lokal (kearifan lokal) masyarakat orang
Hasil penganalisaan yang dilakukan secara Ocu telah melakukan antisipasi jikalau keadaan
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa seperti terjadi. Pengalaman (informan) bahwa
Manjolang Suaghang adalah salah satu budaya sungguh seorang laki-laki dengan status baru
lokal (kearifan lokal) masyarakat orang Ocu. sebagai menantu di rumah keluarga besar pihak
Sebagai sebuah tradisi Manjolang Suaghang perempuan penuh dengan rasa malu, kaku,
dapat dimaknakan sebagai penghambaan dan segan umtuk melakukan suatu aktivitas. Tradisi
penyerahan atau pemberian sebagai akibat ini boleh dilaksanakan dan boleh pula tidak
status baru seorang laki-laki yang masuk ke dilaksanakan. Hal ini sesungguhnya bukanlah
dalam keluarga perempuan sebagai suami. sebuah pilihan, namun sangat tergantung
Praktek budaya ini biasanya dilakukan selang kepada hal-hal yang telah dikemukakan di atas,
beberapa hari setelah dilangsungkannya yakni aspek kemampuan ekonomi seseorang.
sebuah perkawinan. Selain itu praktek Apabila ekonomi seseorang merasa mampu
Suaghang sesungguhnya bukanlah satu proses untuk melaksanakan budaya lokal (kearifan
yang menyatu dalam keseluruhan tahapan lokal) ini dipersilahkan disampaikan kepada
perkawinan dalam masyarakat orang Ocu, akan pihak pengetua adat agar penadapatkan
tetapi murni sebagai salah satu bentuk legitimasi adat. Apabila secara ekonomi tidak
penghargaan yang sangat tinggi terhadap memiliki kepampuan budaya lokal (kearifan
seorang laki-laki baru yang akan hidup bersama lokal) tidak akan menjadi satu permasalahan
dalam keluarga pihak perempuan dengan apapun. Selanjutnya, budaya lokal (kearifan
304
lokal) ini masih tetap konsisten dilaksanakan didownload 05/05/2018.
oleh masyarakat orang Ocu ketika anak cucu Critian Pelras, 1996. The Bugis, Bleckwell
mereka melakukan perkawinan. Publihers Limited, Oxford (penyt), Abdul
Praktek Manjolang Suaghang dalam Rahman Abu, 2006. Manusia Bugis,
perkembanagnnya tidak terlepas dari Jakarta; Nalar.
perundungan masalah, akibat terladinya Dosen Pendidikan. Com. 2014, Pengertian
berbagai perkembangan zaman sertta Kearifan Lokal,
pekembangan pemikiran para anak cucu https://www.dosenpendidikan.co.id/ke
masyarakat orang itu sendiri. Dalam realitasnya arifan-lokal/ didownload 05/05/2018
praktek tradisi atau kearifan lokal ini
sebahagian telah dianggap menjadi pemicu Diane E. Papilla dan Sally Wendkos Olds,
munculnya permasalahan dalam keluarga Dalam Suparyanto. 2012. Konsep Dasar
pihak perempuan. Sebahagian generasi baru Perkawinan. http://dr-
masyarakat orang Ocu telah suparyanto.blogspot.com/2012/02/kon
mempermasalahkan tanah atau lahan yang sep-
telah diberikan kepada seorang laki-laki setelah dasarperkawinan.html#:~:text=Menuru
melakukan pernikahan dengan seorang anak t%20UU%20No.%201%20Tahun,Esa%2
perempuan pada keluarga perempuan dengan 0(Herawati%2C%202009). didownload
status menantu sewaktu Manjolang Suaghang 27/04/2018
lalu. Eka Evitasari, 2020. Pengertian Kearifan Lokal,
Keadaan ini seperti ini muncul dodorong https://Ruangguru.Co/Pengertian-
oleh beberapa alasan, 1) ketidakpahaman Kearifan-Lokal/ didownload 27/05/2018
terhadap proses dan legitimasi adat tradisi Herawati. 2009. Pengertian Perkawinan,
sendiri, 2) desakan atau dorongan beban Dalam Suparyanto. 2012. Konsep Dasar
keperluan hidup yang semakin besar, dan 3) Perkawinan. http://dr-
wujud kelalaian kaum adat, tokoh adat, kaum suparyanto.blogspot.com/2012/02/kon
tua dalam memastikan budaya sebagai sep-dasar-
kearifan lokal ini merupakan warisan leluhur perkawinan.html#:~:text=Menurut%20
orang Ocu yang mesti dipelihara dan dijunjung UU%20No.%201%20Tahun,Esa%20(Her
tinggi, serta 4) sebagai bukti tidak awati%2C%202009). didownload
nyambungnya atau rendahnya kepedulian 17/03/2018
pemerintah daerah terhadap khasanak budaya Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di
daerah, khususnya terhadap praktek paket Kabupaten Kampar, Dalam
Manjolang Suaghang sebagai kearifan lokal https://kamparkab.bps.go.id/dynamicta
orang Ocu ini. ble/2018/05/17/20/jumlah-penduduk-
menurut-kecamatan-di-kabupaten-
DAFTAR PUSTAKA kampar.html didownload 07/03/2018
Anson Ferdiant Diem, 2012, ISSN 2088-0804 Ketut Gobyah, Pengertian Kearifan Lokal,
Wisdom Of The Locality (Sebuah Kajian: https://www.dosenpendidikan.co.id/ke
Kearifan Lokal dalam Arsitektur arifan-lokal/ didownload 13/02/2018
Tradisional Palembang), ISSN 2088- Lerner, Daniel. 1958. The Passing of
0804 Traditional Society Modernizing The
Middle east. Dlm. Muljarto
Asmaniar, 2018. Perkawinan Adat Tjokrominoto. 1978 (pnyt).
Minangkabau, Memudarnya Masyarakat Tradisional.
https://media.neliti.com/media/public Yogjakarta: Gajah Mada University
ations/275410-perkawinan-adat- Press.
minangkabau-f56c5427.pdf
305
Ma’ruf. 2006. Pengertian Perkawinan, Dalam https://sosiologismagapas.blogspot.co
suparyanto.blogspot.com/2012/02/ko m/2019/01/konsep-kearifan-lokal.html
nsep- didownload 07/01/2018
dasarperkawinan.html#:~:text=Menuru
t%20UU%20No.%201%20Tahun,Esa%2 Quaritch Wales, Pengertian Kearifan Lokal,
0(Herawati%2C%202009). didownload Dalam
08/03/2018 https://www.dosenpendidikan.co.id/ke
Mathis, Susan dan Dale. 2010. Menuju arifan-lokal/ didownload 07/03/2018
Pernikahan yang Sehat dan Solid. Dalam
Suparyanto. 2012. Konsep Dasar R. Subekti, Prof. SH., dan R. Tjitorudibio., 1995.
Perkawinan. http://dr- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
suparyanto.blogspot.com/2012/02/ko PY. Pradnya Paramita, Jakarta.
nsep- didownload 15/04/2018
dasarperkawinan.html#:~:text=Menuru S. Swarsi Geriya, Pengertian Kearifan Lokal,
t%20UU%20No.%201%20Tahun,Esa%2 https://www.dosenpendidikan.co.id/ke
0(Herawati%2C%202009). didownload arifan-lokal/ didownload 26/05/2018
12/04/2018 Spredley, James. P. 1977. The Etnographic
Muhammad Takari (tidak ada tahun) Kearifan Interviw. (pnyt). Amirudin. 1997.
Lokal Dalam Konteks Pembentukan Metode Etnografi. Yogjakarta: PT. Tiara
Karakter Wacana Yogja.
Bangsa Indonesia, Sri Hidayati, 2017. Penyesuaian Budaya Dalam
https://www.etnomusikologiusu.com/ Perkawinan
artikel-kearifan-lokal.html didownload https://media.neliti.com/media/publica
20/02/2018 tions/53029-ID-penyesuaian-budaya-
dalam-perkawinan.pdf didownload
Navis, Ali Akbar, 1984. Alam Terkembang Jadi 17/02/2018
Guru : Adat Dan Budaya Minangkabau, Syafrizal, 2019, Studi Eksploratif :
Jakarta Grafiti, Pers. Dalam Asmaniar, Rekomendasi Budaya Dalam Wujud
2018. Perkawinan Adat Minangkabau, Kearifan Lokal Baru orang Ocu, Pasca
https://media.neliti.com/media/public Pembanguan Transmigasi, Prossiding
ations/275410-perkawinan-adat- Seminar Antarabangsa Ke-8 Arkeologi,
minangkabau-f56c5427.pdf Sejarah, Bahasa Dan Budaya Di Alam
didownload 20/03/2018 Melayu (Jilid 1), Ancasa Residences, Port
Paulo Freire, Pengertian Kearifan Lokal, Dickson, Malaysia, 27-28 Julai 2019.
Dalam Windari Subangki. 2020. Pertimbangan
https://www.dosenpendidikan.co.id/k Memilih Menikah dengan Konsep Adat
earifan-lokal/ didownload 07/01/2018 dan Internasional,
Parta Ibeng, 2020. Pengertian Legitimasi : https://www.popbela.com/relationship
Kekuasaan, Hukum dan Politik Beserta /married/windari-subangkit/konsep-
Contoh, Dalam pernikahan-adat-dan-internasional
https://pendidikan.co.id/pengertian- didownload 26/03/2018
legitimasi-kekuasaan-hukum-dan- Yumar, 2006. Wanita dan Nikah Menurut
politik-beserta-contoh/20/02/2018 Urgensinya, Dalam Suparyanto. 2012.
Phongphit dan Nantasuwan, Pengertian Konsep Dasar Perkawinan. http://dr-
Kearifan Lokal, suparyanto.blogspot.com/2012/02/kon
https://www.dosenpendidikan.co.id/k sep-dasar-perkawinan.
earifan-lokal/ didownload 20/02/2018
Prajitno Putro, 2019, Konsep Kearifan Lokal,
306
307

You might also like