You are on page 1of 202
Dr. Budiman Chandra PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC 1396 PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN Oleh; Dr. Budiman Chandra Editor: Palupi Widyastuti, SKM Copy editor: Tri Indah Marty Rahayu & Heri Sunandar Wisastra Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC © 2005 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 ‘Anggota IKAPI Desain & foto kulit muka: Yohanes Duta Kumia Utama Hak ciptadilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I : 2007 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Budiman Chandra . Pengantar kesehatan lingkungan / Budiman Chandra ; editor. Palupi Widyastuti. — Jakarta: EGC, 2006. x, 223 him. ; 15,5x 24cm. ISBN 979-448-796-1 1. Kesehatan lingkungan. 1. Judul. IL, Palupi Widyastut. 613.1 isi 6 Tuer tanggung jane percetakan Daftar Isi Kata Pengantar v Daftar Isi__vii BabI Pengantar Kesehatan Lingkungan 1 Sejarah dan Latar Belakang 1 Hubungan Ekologi, Ekosistem, IImu Lingkungan, Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan 2 Batasan dan Definisi_2 Pencemaran Lingkungan 6 Agens, Penyakit, Manusia, dan Lingkungan 6 Interaksi Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan 10 Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia_13 Bab II Vektor Penyakit 15 Pendahuluan 15 Aspek Epidemiologi 16 Jenis Vektor 18 Transmisi Penyakit 20 Penyakit Penting yang Ditularkan Melalui Nyamuk (di Indonesia) 25 Arthropoda dan Penyebaran Penyakit 27 Pengendalian Vektor 34 Bab III ___Sanitasi Sumber Air 39 Pendahuluan 39 Golongan Air 40 Sumber Air Bersih d vii Pengantar Kesehatan Lingkungan Air dan Penyakit 40 Sumber Air 42 Siklus Hidrologi 43 Air Tawar 43 Sumur 45 Sumur Sanitasi_ 46 Kesadahan Air 47 Purifikasi Air 49 Pemeriksaan Air dan Kriteria Kesehatan Persediaan Air 64 Distribusi & ic 7 Bab IV Pencemaran Udara 75 Pendahuluan 75 Definisi dan Batasan 75 Sumber Pencemaran 76 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara 77 Indikator Pencemaran Udara 80 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian 82 Bab V__ Makanan dan Minuman 85 Pendahuluan 85 Sanitasi Makanan 85 Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan 92 Kontaminasi Makanan 93 Sanitasi Susu Sapi 96 Sanitasi Daging Sapi__ 99 Sanitasi Makanan Kaleng 100 Pengawetan Makanan 101 Sanitasi Laut _103 Bab VI Keracunan Makanan 105 Pendahuluan 105 Bacterial Food Poisoning 106 Non-Bacterial Food Poisoning 108 Bab VII Sampah Padat 111 Pendahuluan 111 Sampah Padat 111 viii Daftar Isi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah = 112 Sumber Sampah 113 Pengelolaan Sampah Padat 114 Teknologi Pemanfaatan dan Pembuangan Akhir Sampah__118 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan 121 Bab VIII__Limbah Cair 124 Pendahuluan 124 Ekskreta Manusia 124 Metode Pembuangan Kotoran Manusia 127 AirLimbah 135 Limbah Industri 144 Pengolahan Limbah Cair Industri 147 Bab IX Pengendalian Binatang Pengerat 151 Pendahuluan 151 Klasifikasi Binatang Pengerat 151 Binatang Pengerat dan Hubungannya dengan Kesehatan Masyarakat 153 Binatang Pengerat dan Hubungannya dengan Faktor Ekonomi 155 Teknik Pengawasan Binatang Pengerat 155 Metode Umum Pengendalian Binatang Pengerat 156 Bab X Perumahan 162 Pendahuluan 162 Rumah dan Kesehatan 165 Bab XI Kebisingan 169 Pendahuluan 169 Jenis Kebisingan 169 Alat Pengukur Kebisingan 170 Kebisingan dan Kesehatan 171 Kebisingan dan Produktivitas Kerja 172 Pengendalian Kebisingan 173 Efek Kebisingan Terhadap Fungsi Lain Tubuh = 174 Pengantar Kesehatan Lingkungan Bab XII__ Sanitasi Tempat-Tempat Umum _175. Pendabuluan 175 Sanitasi Hotel 176 Sanitasi Pusat Perbelanjaan 181 Sanitasi Terminal Angkutan Darat dan Stasiun Kereta Api 182 Sanitasi Terminal Angkutan Air dan Udara__184 Sanitasi Masjid 187 Sanitasi Panti Pijat 187 Sanitasi Taman Hiburan 189 Bab XUL__Limbah Rumah Sakit 191 Pendahuluan 19} Jenis Limbah Rumah Sakit 191 Pengolahan Limbah Rumah Sakit _193 Petugas atau Operator 196 Perangkat Pemantauan 196 Tahapan Pengolahan Limbah 197 Bab XIV___Survei Kesehatan Lingkungan 204 Pendahuluan 204. Pembagian Studi Epidemiologi 204 Survei Sanitasi Studi Kasus_ 207 Daftar Pustaka 212 Lampiran 214 Indeks _217 3yN38 Pengantar Kesehatan | Lingkungan Sejarah dan Latar Belakang Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan, dan lain-lain. Namun, karena keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik. Contoh, wabah penyakit sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewa. Masa silih berganti, pada abad ke-19 terjadi Revolusi Industri di Inggris. Era industrialisasi ini menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa munculnya daerah permukiman kumuh, akumulasi buangan dan kotoran ma- nusia, masalah sosial dan kesehatan, yang terutama terjadi di kota-kota besar. Pada tahun 1832, terjadi wabah penyakit kolera yang dahsyat di Inggris dan membawa banyak korban jiwa manusia. John Snow (1854) melakukan pe- nelitian epidemiologi terhadap wabah kolera yang terjadi di Broad Street, London, dan membuktikan bahwa penularan penyakit kolera yang terjadi di Inggris pada saat itu disebabkan oleh pencemaran Vibrio cholerae pada sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sejak saat itu, konsep pemikiran mengenai faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia yang mempunyai pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masalah ke- sehatan terus-menetus dipelajari dan berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang disebut sebagai IImu Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health. Usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu, masyarakat, atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan Pengantar Kesehatan Lingkungan yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia disebut Sanitasi Lingkungan atau Environmental Sanitation. Hubungan Ekologi, Ekosistem, limu Lingkungan, Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Konsep dasar ilmu sanitasi lingkungan berasal dari ilmu yang mempelajari hubungan total antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya atau disebut ekologi. Konsep tersebut kemudian berkembang menjadi beberapa displin ilmu lain, seperti ilmu lingkungan, ilmu kesehatan lingkungan, dan sanitasi ling- kungan. Batasan dan Definisi Ada beberapa batasan dan definisi yang digunakan dalam buku ini. Berikut penjelasannya. Ekologi Emst Haeckel (1869), seorang ahli biologi bangsa Jerman, menggunakan istilah ekologi yang berasal dari kata Yunani “oikos* berarti rumah atau tempat untuk hidup. Kata tersebut secara harifiah betarti imu pengetahuan yang mempelajari hubungan total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun anorganik. Ekosistem Menurut Tansley (1935), unsur-unsur tempat terjadinya hubungan total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik dan anorganik pada suatu tempat tertentu disebut sebagai ekosistem. Contoh, ekosistem perairan tawar, perkotaan, dan sebagainya. limu Lingkungan Timu lingkungan adalah penerapan berbagai prinsip dan ketentuan ckologi dalam kehidupan manusia. Penerapan prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu: 1, Pendekatan Holistik Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan reduksionistik (Odum dan Boyden), Pengantar Kesehatan Lingkungan 2. Pendekatan Evolusioner Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para pelaku dalam lingkungan hidup, baik secara individual, populasi, maupun komunitas. 3. Pendekatan Interaktif Menurut hasil pengkajian Price, dkk. (1983), suatu kehidupan harus dilihat dari hubungan-hubungan interaktif antar-komponen penyusun dan me- rupakan suatu pendekatan bottom-up untuk mengenal ekosistem atau ling- kungan hidup dengan lebih baik. 4. Pendekatan Situasional Jarvie, Papper, dan Vayda, menganjurkan pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul. 5. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke dalam sistem sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi, energi, dan informasi. Dari antara keduanya akan menghasilkan proses seleksi dan adaptasi. 6. Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia Pendekatan ini berupaya mempelajari peranan manusia dalam program MAB (man and biosphere) atau pendekatan pemanfaatan oleh manusia (UNESCO, 1974). 7. Pendekatan Kontektualisasi Progresif Pendekatan ini bersifat interdisipliner dan dapat ditelusuri secara progresif sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. 8. Pendekatan Kualitas Lingkungan Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progresif yang kemudian dikembangkan dengan penyusunan Analisis Dampak Ling- kungan (AMDAL). limu Kesehatan Lingkungan Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sckelompok manusia atau masyerakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan keschatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Pengantar Kesehatan Lingkungan Hmu Sanitasi Lingkungan Timu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain: 1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. 2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber ling- kungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. 3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara ma- syarakat dan institusi’pemerintah serta leombaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular. Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa: 1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. 3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan mahkluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem. 4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peter- nakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain. 5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya. 6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan. 7. Kebisingan, radiasi dan kesehatan kerja. 8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan. Pengantar Kesehatan Lingkungan Hubungan Total (Ekologi) ORGANISME —_ LINGKUNGAN * Manusia * Organik © Makhluk Hidup Lain * Anorganik Sistem/Unsur pada Lokasi Tertentu (EKosistem) Penerapan Prinsip Ekologi - pada Lingkungan (ilmu Lingkungan Hidup) Dinamika Perubahan komponen ‘Lingkungan yang Memengaruhi Kesehatan (ilmu Kesehatan Lingkungan) Kontrol Lingkungan Hidup Manusia yang Berbahaya (Iimu Sanitasi Lingkungan) Gambar 1.1. Diagram hubungan ekologi dan ilmu kesehatan lingkungan_ Manusia dan Lingkungannya Iimu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya disebut Ekologi. Ekologi yang mempelajari seluk beluk satu "jenis (spesies) makhluk hidup dengan lingkungan disebut Autekologi, se- dangkan ckologi yang mempelajari seluk beluk beberapa jenis makhluk hidup Pengantar Kesehatan Lingkungan sekaligus dalam suatu habitat atau komunitas disebut Sinekologi. Contoh, ekologi perkotaan, hutan, perairan, dan sebagainya. Sementara itu, ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya disebut Ekologi Manusia. Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik dalam suatu komu- nitas yang didasarkan pada pola makan, keanekaragaman biota, dan daur ulang demi kelangsungan hidup disebut Ekosistem. Lingkungan hidup pada manusia maupun makhluk hidup lainnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Lingkungan Hidup Internal Lingkungan hidup internal adalah proses fisiologis dan biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia pada saat tertentu yang juga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan keadaan yang terjadi di luar tubuh untuk kelangsungan hidupnya atau disebut juga bersifat homeostatis. Contoh, perubahan temperatur dari panas ke dingin. 2. Lingkungan Hidup Eksternal Lingkungan hidup eksternal adalah segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energi, keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya yang dapat membawa pengaruh terhadap perikehidupan manusia di permukaan bumi ini. Pencemaran Lingkungan Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tantanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan ling- kungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan per- untukannya. Contoh, pembuangan limbah industri ke sungai dan laut akan menyebabkan perubahan ekosistem pada perairan. Agens, Penyakit, Manusia, dan Lingkungan Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga | faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agens penyakit, manusia, dan lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada biologis kimiawi ras “intemal | fisiologis AL nutrsi seks | H biokimia nate Ben psikologis metanis + Eksternal fisik biologis kimiawi fisik | sosekbud biologis sosial Gambar 1.2. Epidemiological/ecological triad suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agens penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. Penyakit ‘Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas: 1. Fase Prepatogenesis Pada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agens penyakit, manusia, dan lingkungan. Di sini, kondisi lingkungan lebih menguntungkan agens penyakit dan merugikan manusia. Contoh, pencemaran udara akibat pembakaran hutan oleh peladang di musim kemarau akan menimbulkan asap tebal atau smog yang menguntungkan agens penyakit dan merugikan manusia. Fase Patogenesis Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agens penyakit berlangsung terus-menerus dalam waktu yang cukup lama, akan timbul gejala dan tanda- tanda klinis. Manusia menjadi sakit yang selanjutnya dapat menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus menyebabkan ketidakmampuan, cacat kronis, atau kematian. 2. Proses perjalanan suatu penyakit terjadi dimulai sejak adanya gangguan ke- scimbangan antara agens penyakit, hos?, dan lingkungan sampai terjadinya suatu kesakitan seperti terlihat pada Gambar 1.3. Pengantar Kesehatan Lingkungan Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit Patogenesis Pre-patogenesis AB Ecological Triad Unbalance Ketidakmampuan Sakit ————> Sembuh Gejala dan tanda klinis Sumber: Leavel and Clark, Preventive Medicine, 1958 Gambar 1.3. Riwayat alamiah perjalanan penyakit Agens Penyakit Agens penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. Kadang-kadang penyebab untuk untuk penyakit tertentu tidak diketahui, misal- nya penyebab untuk penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Agens penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, antara lain: 1. Agens biologis Contoh: virus, bakteri, fungi, ricketsiae, protézoa, dan metazoa. 2. Agens nutrien Contoh: protein, lemak, kabohidrat, vitamin, mineral, dan air. 3. Agens fisik . Contoh: panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan ke- bisingan. 4. Agens kimia Agens kimia dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes (hiper- glikemia), dan uremia atau bersifat exogenous, seperti zat kimia, alergen, gas, debu, dan lain-lain. 5. Agens mekanis Gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan ja- ringan tubuh pejamu (host). Pengantar Kesehatan Lingkungan Manusia (Host) Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara lain: 1, Usia Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita, seperti pe- nyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada usia per- tengahan, dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut. . Jenis kelamin (seks) Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki. . Ras Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada perkembangan adat- istiadat dan kebudayaan di samping terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti anemia sickle cell pada ras Negro. . Genetik Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain. . Pekerjaan Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pe- kerjaan, seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis, dan lain- lain. . Nutrisi Gizi buruk mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lain-lain. . Status kekebalan Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. . Adat Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit. Contoh, kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati. . Gaya hidup Kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. Pengantar Kesehatan Lingkungan 10. Psikis Faktor kejiwaan seperti stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hi- pertensi, ulkus peptikum, depresi insomnia, dan lainnya. Lingkungan Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas tiga Komponen, antara lain: 1. Lingkungan fisik Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contoh, kekurangan persediaan air bersih terutama dalam musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana. 2, Lingkungan biologis Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh- tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, scrangga, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agens penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi ke- tidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit. 3. Lingkungan sosial Lingkungan sosial berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakat- an, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain. Interaksi Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan Dalam usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang efektif terhadap pe- nyakit, perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agens penyakit (agent), manusia (host), dan lingkungannya (environment). Interaksi tersebut, antara lain: 10 Pengantar Kesehatan Lingkungan 1. Interaksi agens penyakit dan lingkungan Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung di- pengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contoh, viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin, dan: penguapan bahan kimia beracun akibat proses pemanasan bumi global. Gambar 1.4. Ketidakseimbangan agens penyakit dengan lingkungan 2. Interaksi manusia dan lingkungan Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contoh, udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan. Gambar 1.5. Ketidakseimbangan pejamu (host) dengan lingkungan Pengantar Kesehatan Lingkungan . Interaksi manusia dan agens penyakit Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit menetap, ber- kembang biak, dan merangsang manusia untuk membentuk respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Contoh, demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempuma, cacat ke- tidakmampuan, atau kematian. Gambar 1.6. Ketidakseimbangan pejamu (host) dengan agens penyakit . Interaksi agens penyakit, manusia, dan lingkungan Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling memengaruhi dan memperberat satu sama lain sehingga agens penyakit baik secara langsung maupun tidak langusng mudah masuk ke dalam tubuh manusia. Contoh, pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapat menimbulkan waterborne diseases. Gambar 1.7. Ketidakseimbangan agens penyakit, manusia, dan lingkungan 12 Pengantar Kesehatan Lingkungan Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain: 1. Urbanisasi penduduk Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa ber- bondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pe- mulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh dimana-mana. 2. Tempat pembuangan sampah Dihampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit menular. 3. Penyediaan sarana air bersih Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana. 4, Pencemaran udara Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan. 5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila di- gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi. 13 Pengantar Kesehatan Lingkungan 6. Bencana alam/pengungsian Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan. 7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain. 14 43H Vektor Penyakit Il Pendahuluan Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease atau sering juga disebut sebagai vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, antara lain, demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki gajah. Akhir-akhir ini, muncul penyakit virus chi- kungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, juga terdapat penyakit saluran pencernaan, seperti disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Kelas arthropoda penting dalam dunia kedokteran yang dapat menularkan penyakit pada manusia adalah kelas insekta, arachinoda, dan crustasea. Pe- nularan penyakit dapat berlangsung secara transmisi biologis, yaitu saat terjadi proses perkembangbiakan agens penyakit atau parasit dalam tubuh vektor. Contoh, parasit malaria dalam tubuh nyamuk Anopheles. Penyakit juga dapat ditularkan secara transmisi nonbiologis jika penularannya terjadi secara me- kanis atau langsung, seperti pada penyakit disentri, tifoid, dan kolera oleh lalat. Pemutusan rantai penularan (mode of transmission) dari arthropodborne disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada. Contoh, pada penyakit kaki gajah atau filariasis, pemutusan rantai pe- nularan dilakukan melalui case finding, yaita dengan mencari penderita pe- nyakit filariasis dan mengobatinya sampai sembuh karena transmisi biologis 15 Pengantar Kesehatan Lingkungan penyakit ini bersifat cyclo-developmental atau parasit filarial berkembang biak dalam tubuh manusia bukan dalam tubuh vektor nyamuk Culex. Sebaliknya, pada penyakit malaria pemutusan rantai penularan dilakukan melalui ma- nipulasi lingkungan agar populasi nyamuk Anopheles menjadi berkurang karena transmisi biologis yang berlangsung bersifat cyclo-propagative atau parasit malaria berkembang biak dalam tubuh vektor nyamuk Anopheles. Selain cara yang disebutkan di atas, dapat juga dilakukan upaya pengendalian kimia melalui penyemprotan dengan insektisida, pengendalian biologis melalui penggunaan predator dalam bentuk pemeliharaan ikan di kolam-kolam, dan pengendalian genetik atau sterilisasi pada nyamuk. Aspek Epidemiologi Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat memengaruhi terjadinya suatu penyakit, di antaranya faktor cuaca, vektor, reservoir, geografis, dan faktor perilaku. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut. Cuaca Iklim dan musim merupakan faktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agens penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk kelangsungan hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat memengaruhi ke- hidupan agens penyakit, reservoir, dan vektor. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi. Vektor Organisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia disebut sebagai vektor. Arthropoda merupakan vektor penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Nyamuk mengisap darah dari reservoir yang ter- infeksi. Agens penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada manusia. Ricketsia merupakan parasit intraselular obligat yang mampu hidup di luar jaringan hewan dan dapat ditularkan antar-hewan oleh vektor. Rat fleas, body Vektor Penyakit lice, dan wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia, Reservoir Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah hewan yang dapat hidup bersama dengan patogen. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus ensefalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropodborne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah. Tikus, anjing, serigala, dan manusia merupakan reservoir untuk penyakit ini. Pada-banyak kasus, patogen mengalami multiplikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada hospes interme- diatnya. Geografis Insidensi penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis tempat reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agens penyakit bergantung pada iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) dan fauna lokal. e Di daerah tertentu, Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki bentuk penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh ricketsia. Tungau tersebut termasuk jenis tungau kayu dan ricketsia yang dibawanya kemudian ditularkan pada tungau anjing dan terbawa sampai ke bagian timur Amerika Serikat. Penyakit tersebut lebih sering terjadi di timur Amerika Serikat dan sangat jarang di- temukan di wilayah utara atau barat. Variasi musim juga memengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. Contoh, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes selama musim penghujan karena musim tersebut merupakan saat terbaik bagi nyarhuk untuk berkembang biak. Dengan demikian, wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan (September sampai Maret). Perilaku Manusia Interaksi antar-manusia, kebiasaan manusia untuk membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda (arthropodborne disease). 17 Pengantar Kesehatan Lingkungan Jenis Vektor Arthropoda, berasal dari kata “arthro” dan “pous”, merupakan suatu filum kerajaan binatang. Hewan yang termasuk dalam filum ini memiliki organ dengan lubang eksoskeleton yang bersendi dan keras serta tungkai yang bersatu. Anggota filum ini antara lain kelas Insekta, kelas Arachnida, serta kelas . Crustasea, yang kebanyakan spesiesnya penting secara medis, baik itu sebagai parasit maupun sebagai vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia. Perbedaan Karakter Perbedaan karakter atau ciri-ciri pada masing-masing kelas pada arthropoda dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1. Perbedaan karakter arthropoda yang penting Insekta Arachnida Crustacea’® |. Pembagian Kepala, toraks, _Sefalotoraks Sefalotoraks tubuh abdomen * dan abdomen dan abdomen (pada beberapa z kasus, tidak ada pembagian) 2. Kaki 3 pasang 4 pasang 5 pasang 3. Antena | pasang Tidak ada 2 pasang 4. Sayap I atau 2pasang, Tidak ada Tidak ada beberapa tidak bersayap 5, Tempat Tanah Tanah Air dijumpai Sumber: Park & Park, The Textbook of Preventive & Social Medicine. Arthropoda Penting dalam Dunia Kedokteran Arthropoda yang berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthro- podborne disease) dapat dilihat dalam Tabel 2.2. 18 Vektor Penyakit Tabel 2.2. Kelas dan spesies arthropoda yang penting Kelas Insekta Kelas Arachinida Kelas Crustacea 1. Nyamuk: I. Sengkenic (ticks): 1. Cyclops Anophelines Hard ticks Culicines Soft ticks Aedes 2, Lalat: 2, Mites: Houseflies Leptotrombidium dan Sandflies trombiculid mites, Tsetse Flies Itch mite Blackflies 3, Tuma (human lice): Head and body lice Crab lice 4, Pinjal (flea): Rat fleas Sand Fleas 5. Reduviid bugs Sumber: Park & Park, The Textbook of Preventive & Social Medicine. Spesies dari Setiap Kelas Kelas-kelas yang tergabung dalam filum Arthropoda memiliki spesiesnya masing-masing. Penjelasan di bawah ini merupakan gambaran dari spesies- spesies tersebut. I. Kelas Insekta Contoh-contoh anggota kelas insekta dapat dilihat di bawah ini. 1, Mosquito (Nyamuk) a. Anophelesne b. Culicines c. Aedes 2. Flies (Lalat) a. Houseflies (lalat rumah, Musca domestica) b. Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus) c. Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina) d. Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) Pengantar Kesehatan Lingkungan 3. Human lice (tama) a, Head and body lice (tuma kepala, Pediculus humanus var capitis dan tuma badan, Pediculus humanus var corporis) b. Crab lice (tuma kemaluan, Phthirus pubis) 4. Fleas (pinjal) a. Rat fleas (pinjal tikus) Beberapa pinjal tikus yang penting untuk bidang media, antara lain: 1. Rat fleas (Oriental): a. Xenopsylla chepis b. Xenopsylla astila c. Xenopsylla braziliensis 2. Rat fleas (Temperate zone) Contoh: Nospsyila fasciatus b. Human fleas Contoh: Pulex irritans c. Dog and cat fleas Contoh: Ctenocephalus felis 5. Reduviid bugs (kissing bugs, penggigit muka) II. Kelas Arachnida Berikut adalah contoh anggota kelas Arachnida. 1. Ticks (Sengkenit) a. Hard Ticks (sengkenit keras, famili Ixodidae) b. Soft Ticks (sengkenit keras, famili Argasidae) 2. Mites (Chiggers, famili Trombidiidae) a. Leptotrombidium dan Trombiculid mites (tungau musim panen, tungau merah) b. Jtch mites (tungau kudis, scabies, famili Sascoptidae) II. Kelas Crustasea Contoh kelas ini adalah Cyclops. Transmisi Penyakit Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia yang rentan. Mekanisme utama penularan atau tansmisi agens infeksius dapat melalui beberapa cara, yaitu: 1. Dari orang ke orang 2. Melalui udara 20 Vektor Penyakit Tabel 2.3, Beberapa arthropodbore aisease pilihan pada manusia Penyakit viral Animal affected Reservoir Vektor St. Louis Manusia Burung perching Nyamuk (Culex sp.) Ensefalitis Ensefalicis Kuda dan manusia Burung liar Nyamuk (Culex western equire dan Culiseta sp.) Ensefalitis Kuda (jarang Pengerat, kuda. Nyamuk Venezuelan aquine pada manusia) (Culex sp.) Penyakit bakterial Agens etiologi Reservoir Vektor Rocky mt. spotted Ricketsia ricketsii Pengerat, anjing, Wood ticks fever serigala (Dermacentor sp.) Epidemic thypus Ricketsia Manusia Body louse prowazekii (Pediculus vestimenti) Endemic (murine) _Ricketsia typhi Tikus, Rat flea typhus fever tikus sawah (Xenopsylla cheopis) Rat louse (Polyplax spinulosa) Bubonic plague Yersinia pestis Tikus, Flea (Xenopsylla ‘tupai tanah cheopis) Sumber: Ketchum PA. Microbiology Introduction for Health Professionals. 3, Melalui makanan dan air 4. Melalui hewan 5. Melalui vektor arthropoda Arthropodborne Disease Arthropodborne disease merupakan suatu istilah yang mengandung arti bahwa arthropoda merupakan vektor yang bertanggung jawab atas terjadinya pe- nularan penyakit dari satu host (pejamu) ke host lain. Paul A. Ketchum membuat klasifikasi arthropodborne disease berdasarkan kejadian penyakit epidemis di Amerika Serikat seperti terlihat pada Tabel 2.3. Sementara itu, Park dan Park membagi Klasifikasi arthropodborne disease yang sering menyebabkan penyakit pada manusia seperti Tabel 2.4. 21 Pengantar Kesehatan Lingkungan Tabel 2.4. Klasifikasi arthropodborne disease menurut J.E. Park Arthropoda Penyakit yang ditularkan 1. Nyamuk Malaria, filaria, yellow fever, ensefalitis, dengue haemorhagic fever 2. Lalat rumah Demam tifoid dan paratifoid, diare, disentri, kolera, gastroenteritis, amebiasis, infestasi helmintik, yaws, poliomielitis, konjungtivitis, trakoma, anthraks 3. Lalat pasir Kalaazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever 4, Lalat Tsetse Sleeping sickness © 5, Tuma Epidemic typhus, relapsing fever, trench fever 6. Pinjal tikus Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus, "_ hymenolepis diminuta 7. Lalat hitam Onkosersiasis 8. Reduviid bug Chagus disease 9. Sengkenit keras Tick typhus, tick paralysis, ensefalitis viral, tularemia, haemorrhagic fever, human babesiosis 10. Sengkenit lunak Relapsing fever 11. Trombiculid mite Scrub typhus 12. Itch-mite Skabies 13. Cyclops Guinea-worm disease, fish tapeworm (D. latus) Sumber: Park & Park. The Textbook of Preventive & Social Medicine. Transmisi Arthropodborne Disease Masuknya agens penyakit ke dalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbul- nya gejala penyakit disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period. Khusus pada arthropodborne disease terdapat dua periode masa inkubasi, periode pada tubuh vektor dan periode pada manusia. Beberapa istilah yang sering digunakan pada transmisi arthropodborne disease, antara lain: 1. Inokulasi (Inoculation) Inokulasi adalah masuknya agens penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa. ‘ 2. Infestasi (Infestation) Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkem- bang biak disebut sebagai infestasi, misalnya, penyakit skabies. 8 Vektor Penyakit 3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan agens penyakit untuk berkembang dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ekstrinsik, sementara waktu yang diperlukan untuk berkembang dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik. Contoh, parasit malaria dalam tubuh nyamuk Anopheles memerlukan waktu antara 10-14 hari untuk berkembang bergantung pada temperatur lingkungan (masa inkubasi ekstrinsik), sedangkan masa inkubasi intrinsiknya dalam tubuh manusia berkisar antara 12-30 hari bergantung pada jenis plasmodium malaria. 4. Definitive Host dan Intermediate Host Vektor atau manusia akan disebut sebagai definitive host atau intermediate host bergantung pada apakah dalam tubuh vektor atau manusia tersebut terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual agens penyakit. Apabila yang berlangsung adalah siklus seksual, vektor atau manusia itu disebut sebagai definitive host. Contoh, parasit malaria menjalani siklus seksual dalam tubuh nyamuk Anopheles dan menjalani siklus aseksual pada tubuh manusia. Dengan demikian, nyamuk Anopheles merupakan definitive host, sedangkan manusia merupakan intermediate host. Berikut ini 3 jenis cara penularan arthropodborne disease. 1. Kontak langsung Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh, skabies dan pedikulus. 2. Transmisi secara mekanis Agens penyakit ditularkan secara mekanis oleh arthropoda, misalnya pe- nularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vektor mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa terjadi pada permukaan tubuh arthropoda saja, tetapi bisa juga berasal dari agens yang ditelan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui kotoran arthropoda. Agens penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah bakteri enterik yang ditularkan oleh lalat rumah. Di antara bakteri semacam itu, Salmonella typhosa, spesies lain dari salmonella, E. coli, dan Shigella dysentry merupakan agens penyakit yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat menjadi vektor agens penyakit tuberkulosis, anthraks, tularemia, dan brucellosis. 23 Pengantar Kesehatan Lingkungan 3. Transmisi secara biologis Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Ada tiga cara transmisi biologis, yaitu: a. Propagative Agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi di dalam tubuh vektor. Contoh, plague bacilli pada pinjal tikus. b. Cyclo-propagative Agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit malaria pada nyamuk Ano- pheles. e. Cyclo-developmental Agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk Culex dan cacing pita pada cyclops. Parasit (dalam tubuh vektor) Perubahan Siklus Multifikasi LN Cyclo-developmental _ Cyclo-propagative Propagative (filaria) (pl. malaria) (plague bacilli) Gambar 2.1. ‘Transmisi secara biologis 26 Vektor Penyakit. Penyakit Penting yang Ditularkan Melalui Nyamuk (di Indonesia) Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit-penyakit endemis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk di Indonesia, di antaranya filariasis, malaria, dan dengue haemorrhagic fever, kita perlu mengetahui cara penularan penyakit tersebut. Diagram cara penularan penyakit tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.2.,2.3., dan 2.4. ‘i Beberapa tahun terakhir ini, beberapa virus ditularkan oleh arthropoda secara biologis. Virus tersebut masuk dalam kelompok Arbovirus. Lebih dari 100 jenis virus kelompok ini telah dapat dibedakan. Organisme ini bersifat ultra- mikroskopik dan -merupakan parasit obligat pada sel-sel host. Sebagian besar virus kelompok ini memanfaatkan nyamuk sebagai vektor alamiahnya. Virus paling penting adalah virus yang menyebabkan yellow fever, dengue hemor- rhagic fever, ensefalitis, Colorado tick fever, dan Sandfly fever. Arthropodborne virus berkembang di daerah tropis dan meluas ke daerah subtropis. Definitive Host Intermediate Host Manusia Culex Gambar 2.2. Siklus cyclo-developmental penyakit filariasis 23 Pengantar Kesehatan Lingkungan Definitive Host Intermediate Host Anopheles Manusia Perubahan _ wins Diag Cyclo-Propagative Gambar 2.3 Cara penularan penyakit malaria Definitive Host Intermediate Host Manusia Aedes aegypti SN Diagram Propagative Gambar 2.4 Cara penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) Vektor Penyakit Arthropoda dan Penyebaran Penyakit Di bawah ini merupakan beberapa contoh arthropoda dan penyakit-penyakit yang disebarkannya. Mosquito.(Nyamuk) Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau pada mamalia lain. Berikut penjelasan mengenai spesies yang merupakan vektor penting penyebab penyakit tertentu pada manusia. Malaria Vektor siklik satu-satunya untuk penyakit malaria pada manusia dan pada kera adalah nyamuk Anopheles. Sementara itu, penyakit malaria pada burung dapat disebabkan oleh nyamuk Anopheles dan Culex. Pada praktisnya setiap spesies Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak dari spesiesnya yang bukan vektor alami. Sekitar 110 spesies nyamuk Anopheles pernah dihubungkan dengan penularan malaria. Lima puluh spesies di antaranya merupakan spesies yang penting di dalam menularkan malaria dan dapat ditemukan dimana-mana atau secara setempat. Sifat suatu spesies untuk dapat menularkan penyakit ditentukan oleh: 1. Keberadaannya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia. 2. Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan walau jumlah po- pulasi hewan di sekitarnya sangat banyak. 3. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan waktu hidup cukup lama pada plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya. 4. Kerentanan fisiologis nyamuk terhadap parasit. Untuk menentukan apakah suatu spesies memang merupakan vektor yang sesuai, perlu dicatat persentase nyamuk yang terkena infeksi setelah mengisap darah penderita malaria. Penentuan nama spesies nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar indeks infeksi alami, biasanya sekitar 1-5%, dari nyamuk betina yang dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah yang diserang malaria. Spesies-spesies berikut adalah spesies yang penting di antara vektor malaria: 1. A. culicifacies (Asia bagian Selatan) 2. A. hyrcanus sinensis (Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik) 27

You might also like