You are on page 1of 21

lOMoARcPSD|30572858

LAPORAN PENDAHULUAN
COLIC ABDOMEN
PROGRAM PROFESI NERS

Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Nama : Karosa Santi Rahayu


Nim : 230103033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2023-2024
lOMoARcPSD|30572858

LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID
PROGRAM PROFESI NERS

Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Nama : Karosa Santi Rahayu


Nim : 230103033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2023-2024
lOMoARcPSD|30572858

LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID

A. DEFINISI

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah


anus yang berasal dari plexus homorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran
vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa)
diatas atau di dalam linea dentate (Anisa, 2019).
Hemoroid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena
hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorhoid belum diketahui secara
jelas. Hemoroid berhubungan dengan konstipasi kronis disertai penarikan feces.
Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di atas valvula
morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna,
tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat
pada jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemorrhoidalis.
Hemoroid sangat umum dan berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik
pada system porta, seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau
dengan sirosis hepatis (Anisa, 2019).
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line menjadi batas
hisologis. Klasifikasi hemoroid yaitu (DOPA, 2018) :

1. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh
epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan serabut saraf
nyeri somatic.

2. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.

3. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan kulit


pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
lOMoARcPSD|30572858

B. ETIOLOGI

Hemoroid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemoroid tidak hanya


terjadi pada pria usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemoroid. Usia muda dapat pula
terjadi hemoroid (Nurarif, 2015).
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemorrhoidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti (Nurarif,
2015) :

1. Mengedan pada buang air besar (BAB) yang sulit

2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)

3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor


abdomen)
Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)

4. Usia tua

5. Konstipasi kronik

6. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik

7. Hubungan seks peranal

8. Kurang minum air dan kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah)

9. Olahraga/imobilisasi

C. PATOFISIOLOGI

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya


menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse
sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk fases
menjadi kecil, yang biasa menyebabkan kondisi mengejan selama BAB peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan
venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai akut dan kronis. Bentuk akut
berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
suatu hematoma. Trombosis akut biasa berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti
lOMoARcPSD|30572858

tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Kondisi
hemoroid eksternal memberikan menifestasi kurang higenis akibat kelembaban dan
rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap (DOPA, 2018).
Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena
hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu
Interna dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum spinter) yang di tandai
dengan bila membesar baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat
menyebabkan anemia. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di tandai dengan nyeri dan
bila vena pecah BAB berdarah-trombosit-inflamasi (DOPA, 2018).

D. TANDA DAN GEJALA

Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksterna dihubungkan dengan
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area
tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan. Perdarahan umumnya
merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat
hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus
dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Gejala hemoroid eksternal adalah nyeri jika terjadi
lOMoARcPSD|30572858

trombosis akut dari vena hemoroidalis eksterna yang bisa terjadi pada keadaan
tertentu, seperti saat melakukan aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan
perubahan diet. (Zulfiana Risky, 2019).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Colok Dubur

Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum. Pada


hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup
tinggi dan biasanya tidak nyeri
2. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar

3. Proktosigmoidoskopi

Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (Veronika Fernanda Dua Hiko,
2020).

F. KOMPLIKASI
Hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan strangulasi.
Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi
oleh sfingter ani (Veronika Fernanda Dua Hiko, 2020).
Komplikasi hemoroid antara lain :
lOMoARcPSD|30572858

1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin memperberat luka di
anus.

2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal)
dari selaput lendir usus/anus.

3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.

4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga
tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan
besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup,
perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Diet seperti minum
30–40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20- 30 g/hari. Perbaikan pola defekasi
dapat dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain
seperti melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada air hangat
selama 10- 15 menit 2-3 kali sehari. Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid
adalah :
1. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
2. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk
suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
3. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin.
4. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi topikal dengan
nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit daripada
lidokain (Xylocaine). Pada pasien hemoroid eksternal berat,
lOMoARcPSD|30572858

pengobatan dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72
jam dari onset gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif.
Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif mengalami kegagalan,
antara lain:
a. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan karet
pengikat di sekitar jaringan hemoroid interna sehingga mengurangi aliran
darah ke jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan
ablasi.
b. Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau sinar
inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid interna.
c. Penatalaksanaan bedah dengan tindakan hemoroidektomi. (Sudarsono, 2015).

H. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis hemoroid baik apabila ditangani dengan tepat.
Kebanyakan hemoroid sembuh secara spontan tau hanya dengan terapi medis
konservatif. Namun, komplikasinya dapat berupa trombosis, infeksi sekunder,
ulserasi, abses, dan inkontinensia. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil
yang baik. Setelah terapi, penderita harus diberikan edukasi untuk mencegah tejadinya
kekambuhan. Tingkat kekambuhan dengan teknik non-bedah adalah 10-50% selama
periode 5 tahun, sedangkan dengan bedah hemoroidektomi kurang dari 5% (Thornton,
2019).
Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih hanya mengalami
komplikasi pada kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk stenosis, perdarahan,
infeksi, kekambuhan, luka tidak sembuh, dan pembentukan fistula. Retensi urin
berhubungan langsung dengan teknik anestesi yang digunakan dan cairan perioperatif
yang diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan rutin anestesi lokal dapat
mengurangi retensi urin hingga kurang dari 5% (Thornton, 2019).
lOMoARcPSD|30572858

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Biodata

a. Identitas Pasien : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan,


pendidikan, alamat, no MR, ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.

b. Identitas Penanggung Jawab : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, hubungan


keluarga, pekerjaan, alamat.

2. Alasan Masuk/Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien kepada
perawat / pemeriksaan

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan dari keluhan utama yang


mencakup PQRST. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan saat melakukan
pengkajian riwayat kesehatan sekarang klien, yaitu :

1) Apakah ada rasa gatal, panas / terbakar dan nyeri pada saat defekasi.

2) Adakah nyeri abdomen.

3) Apakah ada perdarahan di rectum, seberapa banyak, seberapa sering, dan apa
warnanya (merah segar atau warna merah tua).

4) Bagaimana pola eliminasi klien, apakah seing menggunakan laktasif atau


tidak.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


lOMoARcPSD|30572858

Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal yang sama, kapan
terjadinya, bagaimana cara pengobatannya. Apakah memiliki riwayat penyakit yang
dapat menyebabkan hemoroid atau yang dapat menyebabkan kambuhnya hemoroid.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular (seperti


TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit keturunan (seperti
hipertensi, Diabetes, asma, dll).

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum Klien

Penampilan klien, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan


umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan.

b. Tanda-tanda Vital

Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan


tekanan darah.
Pemeriksaan fisik pada pasien hemoroid biasanya seperti pemeriksaan fisik pada
umumnya, tetapi pada saat pemeriksaan rectum dilakukan hal – hal sebagai berikut :
Pasien dibaringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada tempat tidur (posisi genupectoral / kneechest).

a. Inspeksi

1) Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus

2) Apakah benjolan terlihat saat prolaps

3) Bagaimana warnanya, apakah kebiruan, kemerahan, atau kehitaman.

4) Apakah benjolan tersebut terletak diluar atau didalam (internal / eksternal)

b. Palpasi
lOMoARcPSD|30572858

Palpasi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dan vaselin dengan


melakukan rektal taucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada
benjolan, apakah benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.

5. Data Biologis

Di kaji kegiatan/aktivitas sehari-hari pasien seperti : saat sehat porsi makan selalu
habis minumnya pun 7-8 L/hari atau saat sakit porsi makannya tidak habis atau ½
porsi, dalam pengkajian eliminasi saat sehat BAB rutin dalam sehari 2-3 kali dan
tidak ada kesulitan dan BAK juga rutin dalam sehari 9-10 kali dan tidak ada kesulitan,
dan saat sakit BAB dan BAK pasien mengalami kesulitan seperti halnya BAB sulit
mengedan atau konsistensi cair dan BAK terganggu sehingga dipasang kateter,
istirahat dan tidur tidak ada kesulitan saat sehat dan saat sakit bisa saja terganggu tidur
karena penyakit yang diderita pasien, dan juga personal hygiene pasien saat sehat bisa
melakukan sendiri dan saat sakit dibantu oleh keluarga dan kerabat pasien.

6. Riwayat Alergi

Di kaji melalui pasien atau keluarga pasien riwayat alergi pasien baik makanan,
minuman, maupun obat-obatannya.

7. Data Psikologis

Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana pasien memberikan jawaban


kepada perawat dan non verbal pasien yaitu bagaimana perawat melihat keadaan dan
tingkat kesadaran pasien, di kaji emosi pasien dalam menghadapi
penyakitnya apakah pasien sudah tenang atau stabil, di kaji persepsi penyakit
bagaimana pasien memandang penyakit yang dia derita, di kaji konsep diri bagaimana
sikap pasien apakah dia optimis atau pesimis dalam menghadapi penyakit yang dia
derita, di kaji bagaimana pasien beradaptasi dengan lingkungan pasien disekitarnya,
dan juga di kaji mekanisme pertahanan diri pasien terhadap penyakitnya yang di
lOMoARcPSD|30572858

deritanya apakah dengan cara bercerita dengan keluarga atau kerabatnya atau dengan
cara dipendam sendiri oleh pasien.

8. Data Sosial Ekonomi

Di kaji bagaimana pola komunikasi pasien saat sakit, orang yang dapat memberi
rasa nyaman, orang yang paling berharga bagi pasien, dan hubungan keluarga dengan
lingkungan sekitarnya.

9. Data Spiritual

Di kaji data spiritual pasien seperti keyakinan terhadap agama yang dianut,
ketaatan beribadah, dan keyakinan terhadap penyembuhan penyakitnya.

10. Data Penunjang

Biasanya yang diperlukan dalam pengkajian data penunjang yaitu data


laboratorium dan hasil pemeriksaan colonoscopy yang sangat menunjang dalam
pengkajian penyakit hemoroid, pemeriksaan EKG (jika ada), pemeriksaan thoraks
(jika ada), dan pemeriksaan lainnya.

11. Data Pengobatan

Di kaji data pengobatan seperti obat non parenteral, obat parenteral, dan obat intra
vena (jika ada) berapa dosis yang diberikan oleh perawat dan kapan waktu pemberian
obat.

12. Data Fokus

Di dalam data fokus ada data subjektif yaitu data yang dikeluhkan oleh pasien dan
keluarga pasien dan data objektif data yang tampak oleh perawat pada pasien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri


selama eliminasi.
lOMoARcPSD|30572858

2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan tubuh


primer

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.


lOMoARcPSD|30572858

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
SDKI SLKI

1. Konstipasi berhubungan dengan Tujuan : Manajemen Konstipasi


mengabaikan dorongan untuk Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
defekasi akibat nyeri selama 3x24 jam pasien dapat mengurangi risiko 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
eliminasi. mengalami kesulitan dan penegeluaran feses 2. Periksa pergerakan usus, karakteristik
tidak lengkap. feses (konsistensi, bentuk, volume, dan
Kriteria Hasil : wama)
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 3. Identifikasi faktor risiko konstipasi
2. Keluhan defekasi lama dan sulit (mis. obat-obatan, tirah baring, dan diet
menurun rendah
3. Mengejan saat defekasi menurun 4. Monitor tanda dan gejala ruptur usus
4. Distensi abdomen menurun dan/atau peritonitis
5. Teraba massa pada rektal menurun Terapeutik
1. Anjurkan diet tinggi serat
2. Lakukan masase abdomen, jika perlu
3. Lakukan evakuasi feses secara manual,
jika perlu
4. Berikan enema atau irigasi, Jika perlu
lOMoARcPSD|30572858

Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan alasan
tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan,
jika tidak ada kontraindikasi
3. Latih buang air besar secara teratur
4. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksl
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara
usus
2. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu.
2. Resiko infeksi dengan faktor Tujuan : Pencegahan Infeksi
risiko ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
pertahanan tubuh primer. selama 3x24 jam pasien dapat mengurangi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
tingkat infeksi. dan sistemik
Kriteria Hasil : Terapeutik
1. Keluhan nyeri menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Bengkak menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area
3. Gangguan kognitif menurun edema
lOMoARcPSD|30572858

4. Kadar sel darah putih mrmbaik 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perfu

3. Nyeri akut berhubungan dengan P Tujuan : Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
lOMoARcPSD|30572858

1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri


2. Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Sikap protektif menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
4. Gelisah menurun dan memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
6. Menarik diri menurun tentang nyeri
7. Berfokus pada diri sendiri menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
8. Diaforesis menurun respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing. kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
lOMoARcPSD|30572858

rasa nyeri (mis. suhu ruangan,


pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Defisit pengetahuan berhubungan Tujuan : Edukasi Kesehatan
dengan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
informasi 3x24 jam pasien dapat mengetahui informasi- 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
lOMoARcPSD|30572858

informasi kognitif menerima informasi


Kriteria Hasil : 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat meningkatkan dan menurunkan
2. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi motivasi perilaku hidup bersih dan
menurun sehat
3. Persepsi yang keliru terhadap masalah Terapeutik
menurun 1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya Edukasi
1. Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
lOMoARcPSD|30572858

LAMPIRAN

PATHWAY

Tekanan intra
Hemoroid

Kronik

Derajat III, IV
HEMOROIDEKTOMI

Luka post operasi

Diskotinuitas jaringan Takut BAB

Port de Entry Kurangnya informasi

Bakteri/
kuman Pelepasan
Defisit Feses mengeras
mudah mediator kimia
pengetahuan
(bradikardin,
tentang
histamine
penyakit, Konstipasi
skretasnin,
pengobatan
Resi dan
ko Merangsang ujung saraf
infek
Cortex cerebri (nyeri
dipersepsikan)

Nyeri Akut
lOMoARcPSD|30572858

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, N. (2019) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. B Dengan Hemoroid Diruang
Ambun Suri Lantai 1 RSUD DR Acmad Mochtar Bukittinggi’, Pengkajian, pp. 61–
135. Available at: http://repo.stikesperintis.ac.id/792/1/4 ANISA NATASA.pdf.

DOPA, Y. A. (2018) ‘KONSTIPASI (HEMOROID) PADA NY. F DIRUANG BEDAH


UMUM (RUANG K) RSUD DR. SOEDARSO PONTIANAK’, Bitkom Research,
63(2), pp. 1–3.

Nurarif, A. H. & H. K. (2015) Aplikasi: Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


NANDA & NIC-NOC Jilid 1. JOMBANG, JAWA TIMUR.

Sudarsono, Danar Fahmi. (2015). Diagnosis Dan Penanganan Hemoroid. J MAJORITY


Volume 4 Nomor 6, Hal : 31-34

Thornton, S.C. 2019. Hemorrhoids. Diambil dari:


https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview#a4 (06 juni 2023).

Veronika Fernanda Dua Hiko, M. L. V. Z. (2020) ‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN PRE-OPERASI HEMOROID: STUDI KASUS’, Journal of Telenursing
(JOTING), 5(3), pp. 248–253. doi: https://doi.org/10.31539/joting.v4i2.4707.

Zulfiana Risky. 2019. Hemoroid. Surakarta Stikes Kusuma Husada

You might also like