You are on page 1of 127

RANCANGAN RANGKA ATAS STAND POWER SECTION

SEBAGAI ALAT PENAHAN PADA PROSES PELEPASAN


DAN PEMASANGAN FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI
HANGAR 01 TEKNIK PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI
PENERBANGAN INDONESIA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Pendidikan


Program Studi Diploma III Teknik Pesawat Udara Angkatan Ke-13B

ZAUDAN SYAHRUL MUBAROK


NIT. BI/I.14.10.334

PROGRAM STUDI TEKNIK PESAWAT UDARA


JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA
CURUG –TANGERANG
2017
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zaudan Syahrul Mubarok

NIT : BI/I.14.10.334

Judul Tugas Akhir : “RANCANGAN RANGKA ATAS STAND

POWER SECTION SEBAGAI ALAT

PENAHAN PADA PROSES PELEPASAN

DAN PEMASANGAN FLANGE C ENGINE

PT6A-20 DI HANGAR 01 TEKNIK

PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI

PENERBANGAN INDONESIA “.

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penyusunan karya tulis ilmiah ini

merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila dalam penyusunan

karya ilmiah ini di kemudian hari ditemukan plagiat atau penjiplakan terhadap

karya orang lain, maka saya siap bersedia bertanggung jawab dan menerima

sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Penerbangan

Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

terpaksa.

Tangerang, Agustus 2017

Penulis

i
Tar. Zaudan Syahrul Mubarok
NIT. BI/I.14.10.334

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir: “RANCANGAN RANGKA ATAS STAND POWER SECTION

SEBAGAI ALAT PENAHAN PADA PROSES PELEPASAN DAN

PEMASANGAN FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI HANGAR 01 TEKNIK

PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA “.

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji sebagai salah satu syarat lulus pendidikan

Program Studi Diploma III Teknik Pesawat Udara Angkatan Ke-13B, Jurusan

Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug - Tangerang.

Pas Nama : ZAUDAN SYAHRUL MUBAROK


Photo
3×4 NIT : BI/I.14.10.334

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

LILIES ESTHI R, S.SiT, MT BHIMA SHAKTI ARRAFAT, S.ST


Pembina Muda Tk. I (III/b) Penata Muda (III/a)
NIP. 19820720 200502 2 001 NIP. 19910222 201012 1 002

KETUA JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

ii
RB. Budi Kartika W. S.SiT, S.Pd, MT.
Pembina (IV/a)
NIP. 19611225 198303 1 001

PENGESAHAN PENGUJI

Tugas Akhir: “RANCANGAN RANGKA ATAS STAND POWER SECTION

SEBAGAI ALAT PENAHAN PADA PROSES PELEPASAN DAN

PEMASANGAN FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI HANGAR 01 TEKNIK

PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA “.

telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma

III Teknik Pesawat Udara Angkatan Ke-13B, Jurusan Teknik Penerbangan

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug - Tangerang. Tugas Akhir ini telah

dinyatakan LULUS Program Diploma III pada Agustus 2017.

TIM PENGUJI

KETUA SEKRETARIS

Drs. PRIJONO RAHARDJO, MSi BHIMA SHAKTI ARRAFAT, S.ST


Pembina (IV/a) Penata Muda (III/a)
NIP. 19520127 197803 1 001 NIP. 19910222 201012 1 002

ANGGOTA

iii
LILIES ESTHI R, S.SiT, MT
Pembina Muda Tk. I (III/b)
NIP. 19820720 200502 2 001

ABSTRAK

ZAUDAN SYAHRUL MUBAROK, “RANCANGAN RANGKA ATAS


STAND POWER SECTION SEBAGAI ALAT PENAHAN PADA PROSES
PELEPASAN DAN PEMASANGAN FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI
HANGAR 01 TEKNIK PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI
PENERBANGAN INDONESIA”. Tugas akhir, Curug, Agustus 2017.
Dalam proses perawatan pada engine PT6A-20 terdapat berbagai macam
task yang harus dikerjakan, salah satu perawatan engine yang harus dilakukan
adalah perawatan hot section inspection, task awal yang harus dilakukan adalah
melepas power section Pemisahan power section dan gas generator section
dilakukan dengan menggunakan sling dan crane kemudian diletakkan diatas
stand. Namun pada engine PT6A-20 yang ada di hanggar 01 Teknik Pesawat
Udara crane yang tersedia tidak memungkinkan untuk dapat mengangkat power
section, serta juga dibutuhkannya stand untuk menopang bagian power section
ketika sudah terpisah dari gas generator section. Dari permasalahan tersebut
perancang akan membuat suatu rancangan rangka atas stand power section
sebagai alat penahan pada proses pelepasan dan pemasangan flange c engine
PT6A-20 di hangagr 01 Teknik Pesawat Udara.
Mengacu pada masalah tersebut, penulis akan menjelaskan mengenai teori
yang akan digunakan pada rancangan rangka atas stand power section. Karena
jika tanpa penjelasan mengenai teori yang digunakan maka perancangan alat akan
menjadi lebih susah.
Gambaran umum rancangan rangka atas stand power section adalah dapat
menahan beban dari power section dengan menyesuaikan dengan ketinggian
power section, Tahapan perancangan pertama adalah merancang batang
penyangga unrtuk menyesuaikan dengan bentuk power section, tahapan kedua
adalah merancang rangka penahan atas sebagai tempat dudukan dari batang
penyangga, tahapan perancangan ketiga adalah merancang rangka lengan agar
rangka atas dapat bergerak naik turun untuk menyesuaikan dengan tinggi dari
power section, kemudian menentukan bantalan untuk membantu pergerakan dari
rangka lengan, dan juga baut pengikat untuk mengikat rangka lengan dengan
batang penahan atas dan bawah, serta yang terakhir menentukan kekuatan
sambungan las pada rancangan.
Dari hasil perancangan dan perhitungan stand ini, didapatkan setiap bagian
rancangan yang kuat dan hasil dari pengujian didapatkan setiap bagian bekerja
dengan baik dan dapat menahan power section saat proses pelepasan dan
pemasangan flange c.

iv
ABSTRACT

ZAUDAN SYAHRUL MUBAROK,"DESIGN FRAMEWORK UNDER


STAND POWER SECTION AS A HOLDER TOOLS IN THE PROCESS OF
REMOVAL AND INSTALLATION OF FLANGE C ENGINE PT6A-20 IN
HANGAR 01 AIRCRAFT AIR TRANSPORT ENGINEERING AIRPORT",
Aeronautics Engineering Program, Aviation Engineering Department, High
School Aviation Indonesia, August, 2017.
In Engine maintenance of PT6A-20 have some task that must be done, One
of the engine maintenance that must be done is hot section inspection (HSI). The
initial task in HSI is to remove the power section. In Maintenance Manual the
discharge process using a sling and lifted using a crane then placed on the stand
when it is released. It cannot be done because crane that contained in the hangar
01 Aircraft Engineering is not appropriate to lift the power section, and also
necessary stand to hold the power section after it’s separated from gas generator
section. Therefore, from the problem designer will make a design stand power
section that can be used to hold on the release and installation of flange c engine
PT6A-20.
Referring to the issue, the author will explain the theory to be used in the
design of the holder generator, because if no explanation on the theory of the
design tool is used it will be more difficult.
The general overview of the frame design under the desired power section
retaining stand is able to withstand the load of the power section by adjust with
the height of power section. The first stage of the design is create design of the
holder frame to comply with the shape of power section, the second stage is
create design of the upper frame to hold the holder frame, the third stage is create
design of arm frame to make upper frame is moveable to comply with the height
of power section, then deternine bearing to help the movement of arm frame, and
create the design of bolt and nut to join the upper frame and the lower frame ,
and the last is calculate the strength of welded joint.
From the results of this design is expected to help the process of removal
and installation of power section which can also be used as a stand. From result
of design and calculation of this stand, got every part of design which is strong
and result of test got every part work well and can hold power section during
process of removal and installation of flange c.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia serta bimbingan-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai jadwal yang ditentukan. Penulisan

Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat lulus program studi Diploma III

Teknik Pesawat Udara Angkatan Ke-13B Jurusan Teknik Penerbangan di

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.

Tugas Akhir ini berisikan tentang “RANCANGAN RANGKA ATAS

STAND POWER SECTION SEBAGAI ALAT PENAHAN PADA PROSES

PELEPASAN DAN PEMASANGAN FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI

HANGAR 01 TEKNIK PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI

PENERBANGAN INDONESIA”. Dalam perancangan ini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan moril maupun materil hingga terwujudnya

tugas akhir ini. Untuk itu secara khusus penulis ucapkan rasa terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Lilies Esthi Riyanti, S.SiT, MT. selaku Pembimbing I, Wali kelas D.III

TPU Angkatan Ke-13B dan Ketua Program Studi Teknik Pesawat Udara.

2. Bapak Bhima Sakti Arafat, S.ST. selaku Pembimbing II.

3. Bapak Capt. Novyanto Widadi, S.AP. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Penerbangan Indonesia.

4. Bapak RB. Budi Kartika W. S.SiT, S.Pd, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik

Penerbangan.

vi
5. Para dosen pada Program Studi Teknik Pesawat Udara.

6. Seluruh rekan-rekan D.III TPU Angkatan Ke-13A dan Angkatan Ke-13B.

7. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan

semangat sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh Adik-adik D.III TPU Angkatan 14, dan D.IV TPU Angktan 10.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah ikut membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dengan segala keterbatasan

kemampuan dan waktu yang penulis miliki, Tugas Akhir ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Tangerang, Agustus 2017

Penulis

Tar. Zaudan Syahrul Mubarok


NIT.BI/I.14.10.334

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

ABSTRACT..............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii

DAFTAR ISTILAH..............................................................................................xiv

DAFTAR NOTASI...............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................3

C. Pembatasan Masalah.....................................................................................3

D. Perumusan Masalah......................................................................................4

E. Maksud Perancangan....................................................................................4

F. Tujuan Perancangan......................................................................................5

viii
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR.............................6

A. Landasan Teori..............................................................................................6

1. Teori Gas Turbine Engine.........................................................................6

2. Teori Perawatan.........................................................................................8

3. Teori Beban...............................................................................................9

4. Teori Faktor Keamanan...........................................................................10

5. Teori Gaya...............................................................................................12

6. Teori Tegangan........................................................................................12

7. Teori Ilmu bahan.....................................................................................13

8. Teori Bangun ruang.................................................................................16

9. Teori Trigonometri..................................................................................18

10. Teori Konsep keseimbangan................................................................19

11. Teori Massa jenis.................................................................................20

12. Teori Poros...........................................................................................21

13. Teori Bantalan.....................................................................................21

14. Teori Momen.......................................................................................23

15. Teori Alat Pengikat..............................................................................23

16. Teori Pengelasan..................................................................................28

B. Kerangka Berpikir.......................................................................................31

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN.......................................................34

ix
A. Desain Perancangan....................................................................................34

B. Waktu dan Lokasi Perancangan..................................................................36

C. Penentuan Alat dan Bahan..........................................................................37

D. Kriteria Perancangan...................................................................................40

E. Penggunaan Rancangan.................................................................................42

BAB IV RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI..............................................43

A. Gambaran Umum Sistem Rancangan.........................................................43

B. Tahapan Perancangan.................................................................................44

1. Merancang batang penyangga.................................................................44

2. Merancang rangka penahan atas..............................................................51

3. Merancang rangka lengan.......................................................................60

4. Menentukan jenis bantalan yang digunakan...........................................75

5. Menentukan alat pengikat.......................................................................77

6. Menentukan sambungan las....................................................................81

C. Uji Coba Rancangan...................................................................................82

D. Interpretasi Hasil Uji Coba.........................................................................85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................87

A. Kesimpulan.................................................................................................87

B. Saran............................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................90

x
LAMPIRAN...........................................................................................................92

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................104

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Engine Specification..................................................................................8

Tabel 2. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir.........................................26

Tabel 3. Ukuran minimum untuk welding.............................................................30

Tabel 4. Tegangan boleh........................................................................................31

Tabel 5. Daftar alat – alat yang dibutuhkan dalam perancangan...........................37

Tabel 6. Daftar bahan – bahan yang digunakan pada saat perancangan................40

Tabel 7. Beban dan arah gaya yang terjadi pada batang........................................71

Tabel 8. Uji coba rancangan..................................................................................82

Tabel 9. Interpretasi hasil Uji Coba Rancangan....................................................85

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segitiga Trigonometri..........................................................................19

Gambar 2. Bagian – Bagian Ulir............................................................................24

Gambar 3. jenis-jenis sambungan sudut................................................................29

Gambar 4. Bentuk dan ukuran las sudut................................................................30

Gambar 5. Diagram alir kerangka berpikir............................................................33

Gambar 6. Rancangan alat penahan power section................................................35

Gambar 7. Rancangan rangka atas alat penahan power section............................36

Gambar 8. Batang penyangga bagian belakang.....................................................45

Gambar 9. Batang penyangga bagian tengah.........................................................47

Gambar 10. Batang penyangga bagian depan........................................................49

Gambar 11. Batang penahan atas...........................................................................51

Gambar 12. Rangka lengan....................................................................................61

Gambar 13. Ukuran panjang rangka lengan...........................................................62

Gambar 14. Beban yang bekerja............................................................................65

Gambar 15. Beban yang bekerja............................................................................65

Gambar 16. Reaksi gaya Rvc dan Rvd..................................................................67

Gambar 17. Beban pada titik C..............................................................................67

Gambar 18. Beban pada titik D..............................................................................68

Gambar 19. Beban pada titik A..............................................................................69

Gambar 20. Beban pada titik B..............................................................................70

xiii
Gambar 21. Poros XY............................................................................................73

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hot section inspection manual...........................................................92

Lampiran 2. Prosedur pelepasan power section....................................................93

Lampiran 3. Bentuk dan dimensi power section....................................................94

Lampiran 4. Spesifikasi Material...........................................................................95

Lampiran 5. Spesifikasi bantalan...........................................................................96

Lampiran 6. Ukuran standar ulir kasar metris........................................................97

Lampiran 7. Jadwal Perancangan...........................................................................98

Lampiran 8. Berat power section...........................................................................99

Lampiran 9. Rangka Bawah.................................................................................100

Lampiran 10. Hasil uji coba rancangan...............................................................101

Lampiran 11. Prosedur penggunaan alat..............................................................102

xiv
DAFTAR ISTILAH

Accessory section : Bagian dari gas turbine engine untuk

memberikan ruang untuk tempat melekatnya

bagian dari aksesori yang dibutuhkan untuk

mengontrol engine.

Air inlet : Bagian dari gas turbine engine dimana tempat

masuknya udara menuju kompresor.

Civil Aviation Safety : Undang-undang peraturan penerbangan

Regulations

Combustion section : Bagian dari gas turbine engine dimana tempat

terjadinya pembakaran pada engine.

Compressor section : Bagian dari gas turbine engine untuk menyuplai

udara dalam jumlah yang cukup untuk

pembakaran.

Engine : Mesin yang didesain untuk mengubah energy ke

energy mekanik melalui proses pembakaran

Gas Turbine Engine : Suatu mesin berputar yang memanfaatkan gas

panas hasil pembakaran untuk memutar turbin

dengan pembakaran secara internal.

Maintenance Manual : Dokumentasi atau referensi khusus yang

didalamnya berisi tentang detail informasi cara

xv
operasional dan perawatan suatu barang.

Maintanance : Suatu pelaksanaan tugas yang diperlukan untuk

memastikan pasawat agar layak terbang,

termasuk salah satu atau kombinasi dari

overhaul, pemeriksaan komponen, pembetulan

kerusakaan dan perwujudan dari modifikasi dan

perbaikan

Overhaul : Proses dimana engine dengan sepenuhnya

dibongkar, dibersihkan, diinspeksi, diperbaiki

jika diperlukan, dipasang kembali dan di tes.

Tension : Tegangan

Turbine section : Bagian dari gas turbine engine untuk merubah

energi kinetik dari gas hasil pembakaran menjadi

energi mekanik untuk menggerakkan komresor

dan aksesori.

Turboprop : Salah satu jenis dari turbin gas yang

menggerakkan baling-baling melalui speed

reduction gearbox.

Yield point : Titik luluh suatu material

DAFTAR SIMBOL

A = Luas penampang (mm2)

xvi
d = Diameter luar ulir (mm)

d1 = Diameter dalam ulir luar

D = Diameter luar mur

d2 = Diameter efektif (mm)

F = Gaya yang diterima (N)

fs = Faktor keamanan

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

h₁ = Tebal leher teoritis

H = Tinggi mur (mm)

l = Lebar (cm)

L = Luas selimut tabung

L = Panjang kaki (cm)

m = Massa benda, Kilogram (kg)

M = Momen

n = Jumlah sambungan las sudut

p = Panjang (cm)

p = Jarak bagi (mm)

r = Jari – jari (cm)

qa = Tekanan permukaan yang diijinkan (kg/mm2)

Rv = Reaksi gaya vertikal

t = Tinggi (cm)

V = Volume tabung

W = Gaya berat benda, Newton (N)

z = Jumlah ulir

xvii
σ = Tegangan (N/mm2)

σₐ = Tegangan yang diizinkan

Ρ = Massa jenis (kg/mm³)

P = Beban tarikan patah

 = Tegangan geser

τa = Tegangan yang diizinkan

b = Tegangan geser akar ulir baut

m = Tegangan geser akar ulir mur

Fx = Resultan gaya pada sumbu x

Fy = Resultan gaya pada sumbu y

M = Resultan Momen

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan pesawat merupakan suatu pelaksanaan tugas yang

diperlukan untuk memastikan pasawat agar layak terbang, termasuk salah

satu atau kombinasi dari overhaul, pemeriksaan komponen, pembetulan

kerusakaan dan perwujudan dari modifikasi dan perbaikan.1

Pada proses belajar mengajar di Program Sudi Teknik Pesawat

Udara terdapat mata pelajaran praktik gas turbine engine. Pada mata

kuliah praktik gas turbine engine ini para taruna melakukan praktik

perawatan gas turbine engine. Salah satu engine yang digunakan saat

praktik diantaranya adalah engine PT6A-20.

Dalam proses perawatan pada engine PT6A-20 terdapat berbagai

macam task yang harus dikerjakan, salah satu perawatan engine yang

harus dilakukan adalah perawatan hot section inspection, objek perawatan

hot section inspection meliputi turbine blade, vane rings, compressor

turbine, temperature sensing system, dan compressor inlet. Pada perawatan

hot section inspection, task awal yang harus dilakukan adalah melepas

power section (Lihat lampiran 1). Pemisahan power section dan gas

1
Civil Aviation Safety Regulations, Part 1 Revision 1, Definitions and Abbreviations, Mei 2006,
h.47.

1
2

generator section dilakukan dengan menggunakan sling dan crane

kemdian diletakkan diatas stand (Lihat lampiran 2). Namun pada engine

PT6A-20 crane yang tersedia tidak memungkinkan untuk dapat

mengangkat power section dikarenakan kurang tingginya crane, serta juga

dibutuhkannya stand untuk menopang bagian power section ketika sudah

terpisah dari gas generator section.

Dikarenakan berat dari power section, menyulitkan taruna pada

saat memisahkannya dari gas generator section sehingga dibutuhkan alat

yang mampu menahan power section pada saat pelepasan dan pemasangan

baut pengikat yang terdapat pada flange c tersebut, dan juga untuk

menopang bagian power section ketika sudah terpisah dari gas generator

section. Sehingga power section dapat tersangga dan dapat ditarik dan

dipisahkan dari gas generator section yang akan memudahkan para taruna

untuk melakukan perawatan pada saat praktik gas turbine engine.

Dari permasalahan tersebut perancang akan membuat suatu

rancangan stand rangka pada bagian atas untuk menahan power section

yang digunakan untuk melepas dan memasang flange c pada engine

PT6A-20 di Hangar 01 Program Studi Teknik Pesawat Udara. Oleh karena

itu perancang akan membuat tugas akhir dengan judul “RANCANGAN

RANGKA ATAS STAND POWER SECTION SEBAGAI ALAT

PENAHAN PADA PROSES PELEPASAN DAN PEMASANGAN

FLANGE C ENGINE PT6A-20 DI HANGAR 01 TEKNIK


3

PESAWAT UDARA SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN

INDONESIA “.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang perancangan tugas akhir ini maka

perancang dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur melakukan pemisahan bagian power section dan

gas generator section pada engine PT6A-20 ?

2. Bagaimana melakukan pemisahan bagian power section dengan

menggunakan sling dan crane yang tersedia ?

3. Bagaimana menopang power section ketika sudah terpisah dari gas

generator section ?

4. Bagaimana merancang alat untuk menahan power section pada saat

proses pelepasan dan pemasangan flange c pada power section?

5. Bagaimana merancang rangka atas stand power section sebagai alat

penahan pada proses pelepasan dan pemasangan flange c pada engine

PT6A-20 ?

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka penulis akan

membatasi pembahasan pada permasalahan “Bagaimana merancang

rangka atas stand power section sebagai alat penahan pada proses

pelepasan dan pemasangan flange c pada engine PT6A-20 di Hangar 01


4

Program Studi Teknik Pesawat Udara Sekolah Tinggi Penerbangan

Indonesia? “

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka

penulis merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merancang batang penyangga ?

2. Bagaimana cara merancang rangka penahan atas ?

3. Bagaimana cara merancang rangka lengan ?

4. Bagaimana cara menentukan jenis bantalan ?

5. Bagaimana cara menentukan jenis alat pengikat ?

6. Bagaimana cara menentukan kekuatan sambungan las ?

E. Maksud Perancangan

Adapun yang hendak dicapai dari maksud penulisan ini dapat

dirinci sebagai berikut:

1. Maksud dari merancang batang penyangga untuk menyesuaikan dengan

bentuk dari power section.

2. Maksud dari merancang batang penahan atas untuk tempat melekatnya

dari batang penyangga dan juga untuk pergerakan bearing pada

rancangan.
5

3. Maksud dari merancang rangka lengan agar dapat mencapai tinggi

maksimum untuk mencapai power section.

4. Maksud dari menentukan jenis bantalan sebagai penggerak rangka

lengan naik turun.

5. Maksud dari menentukan jenis alat pengikat adalah sebagai pengikat

rangka lengan dengan batang penahan atas dan bawah.

6. Maksud dari menentukan kekuatan sambungan las adalah untuk

memastikan kekuatan sambungan las pada rancangan.

F. Tujuan Perancangan

Tujuan yang hendak dicapai dengan dirancangnya rangka atas

stand power section adalah sebagai berikut:

1. Tujuan dari merancang batang penyangga agar dapat menahan beban

dari power section dan sesuai dengan dimensi dari power section.

2. Tujuan dari merancang batang penahan atas agar mampu menahan

beban dari power section dan batang penyangga serta juga dapat

digunakan untuk pergerakan dari bearing pada perancangan.

3. Tujuan dari merancang rangka lengan agar dapat menahan dan

mengangkat batang penyangga sampai ketinggian yang ingin dicapai.

4. Tujuan dari menentukan jenis bantalan agar dapat bergerak kekanan dan

kekiri sehingga dapat menggerakkan rangka lengan naik turun.


6

5. Tujuan dari menentukan jenis alat pengikat agar dapat mengikat rangka

lengan dengan batang penahan atas dan bawah sehingga rangka lengan

dapat bergerak dengan baik.

6. Tujuan dari menentukan kekuatan sambungan las agar sambungan las

dapat kuat untuk menahan beban dan teganagan patah yang terjadi pada

sambungan las

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Pada bab ini akan dibahas teori-teori yang akan mendukung

penelitian dari masalah yang muncul pada bab sebelumnya yaitu tentang

perencanaan rancangan rangka atas stand power section sebagai alat

pelepas dan pemasang flange c pada engine PT6A-20 di Hangar 01

Program Studi Teknik Pesawat Udara Sekolah Tinggi Penerbangan

Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada Bab I, maka

penulis akan membahas teori-teori yang akan digunakan untuk membantu

menyelesaikan masalah tersebut, antara lain:

1. Teori Gas Turbine Engine

a. Pengertian Gas Turbine Engine2

2
Aviation Maintenance Technician Handbook – Powerplant, Volume 1, 2012, p.1-37
7

Gas-turbine engine merupakan suatu mesin berputar yang

memanfaatkan gas panas hasil pembakaran untuk memutar turbin

dengan pembakaran secara internal. Secara umum sistem turbin gas

terdiri dari beberapa komponen yaitu: air inlet, compressor section,

combustion section, turbine section, accessory section. Salah satu

klasifikasi dari gas turbine engine adalah turboprop.

Turboprop adalah salah satu jenis dari turbin gas yang

merubah baling-baling melalui speed reduction gearbox. Jenis ini

yang paling efisien dalam rentang kecepatan 300 hingga 400 mph

dan dapat menggunakan landasan pacu pendek pesawat lainnya.

Sekitar 80 sampai 85 persen dari energi yang dihasilkan oleh mesin

turbin gas digunakan untuk menggerakkan baling-baling. Sisa

energi yang tersedia keluar dari exhaust sebagai gaya dorong.

b. Sejarah Pratt & Whitney PT6A-20

PRATT & WHITNEY PT6 merupakan gas turbine engine

yang diproduksi oleh perusahaan PRATT & WHITNEY di

Kanada, Amerika Utara. Engine PT6 ini merupakan sakah satu

engine jenis turboprop yang sangat populer dalam sejarah. Engine

PT6 memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah jenis PT6A.

kemudian dibagi kembali menjadi beberapa series, series yang

pertama dari PT6A ini dibuat pada akhir tahun 1963 dengan series
8

PT6A-6. Untuk series PT6A-20 ini merupakan series ke-4 yang

dikeluarkan dari jenis engine PT6A.3

c. Spesifikasi Pratt & Whitney PT6A-20

LEADING PARTICULARS

Engine type Free Turbine

Type of combustion chamber Annular

Compression ration 6.3:1

Propeller shaft rotation Clockwise


(looking FWD)

Propeller shaft configuration Flanged


(PT6A-6 and -20 series)

Power section weight (Aproximate) 126 lb


(standard equipment) (57.15 Kg)

Gas generator section weight 135 lb.


(Aprox. Standard equipment) (61.2 kg)

Tabel 1. Engine Specification

3
Richard A. leyes II & William A. Fleming The History Of North American Small Gas Turbine
Aircraft Engines, 1999, p.448.
9

(Sumber: Pratt & Whitney Canada PT6A-6 & PT6A-20 Series


Engines Maintenance Manual. page:1-2-2)

2. Teori Perawatan

a. Pengertian Perawatan

Perawatan pesawat merupakan suatu pelaksanaan tugas

yang diperlukan untuk memastikan pasawat agar layak terbang,

termasuk salah satu atau kombinasi dari overhaul, pemeriksaan

komponen, pembetulan kerusakaan dan perwujudan dari

modifikasi dan perbaikan.4

1.) Perawatan periodik atau hard time5

Merupakan perawatan yang dilakukan berdasarkan

batas waktu dari umur maksimum suatu komponen pesawat.

Dengan kata lain, perawatan ini merupakan perawatan

4
Civil Aviation Safety Regulations, Part 1 Revision 1, Definitions and Abbreviations, Mei 2006,
h.47.
5
Air Service Training (Engineering) limited, B 07 Maintenance Practices Part 7, p.25
10

pencegahan dengan cara mengganti komponen pesawat

meskipun komponen tersebut belum mengalami kerusakan.

3. Teori Beban6

Beban didefinisikan sebagai kekuatan keadaan luar yang terjadi

pada bagian mesin. Ada 4 tipe pembebanan yang penting dari subjek titik

pandang, diantaranya:

a. Beban Mati (Dead or Steady Load)

Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan

berada pada posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri dari

berat sendiri struktur dan beban lain yang melekat pada struktur

secara permanen.

b. Beban Hidup (Live or Variable Load)

Beban dikatakan beban hidup atau berubah-ubah, ketika

beban tersebut mengalami perubahan terus-menerus.

c. Beban Kejut (Suddenly Applied or Shock Loads)

Beban dikatakan menjadi beban tiba-tiba atau kejut, ketika

beban tiba-tiba diterapkan atau tiba-tiba dihilangkan.

d. Beban tubrukan (impact load)

Beban dikatakan beban tubrukan, ketika beban tersebut

diterapkan dengan beberapa kecepatan awal.

6
R.S. Khurmi dan J.K. Gupta, Machine Design., EURASIA PUBLISHING HOUSE (PVT.) LTD,
2005, p.87.
11

4. Teori Faktor Keamanan7

Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi

keamanan dari suatu elemen mesin. Faktor keamanan ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain:

a. Variasi sifat-sifat bahan

b. Pengaruh ukuran dari bahan yang diuji kekuatan

c. Jenis beban

d. Pengaruh permesinan dan proses pembentukan

e. Pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisis dari material

f. Pengaruh pelumasan dan umur dari elemen mesin

g. Pengaruh waktu dan lingkungan dimana peralatan tersebut

dioperasikan

h. Syarat-syarat khusus terhadap umur dan ketahanan uji mesin

i. Keamanan manusia secara keseluruhan harus diperhatikan

Komponen mesin yang bekerja beban bervariasi terus menerus maka

faktor keamanan dihitung berdasarkan ketahanan lelah dari bahan.

1.) N = 1,25–1,5. Untuk bahan yang sesuai dengan penggunaan

pada kondisi terkontrol dan beban tegangan yang bekerja dapat

ditentukan dengan pasti.

2.) N= 1,5-2,0. Untuk bahan yang sudah diketahui dan pada

kondisi lingkungan beban dan tegangan yang tetap dan dapat

ditentukan dengan mudah

7
Ir. Zainun Achmad, MSC., Elemen Mesin 1, Refika Aditama, 1999, h.15.
12

3.) N = 2,0–2,5. Untuk bahan yang beroperasi pada lingkungan

biasa dan beban serta tegangan dapat ditentukan.

4.) N = 2,5–3,0. Untuk bahan getas dibawha kondisi, lingkungan

beban dan tegangan rata-rata.

5.) N = 3,0-4,0. Untuk bahan belum diuji yang digunakan pada

kondisi dan lingkungan, beban dan tegangan rata-rata atau

untuk bahan yang sudah diketahui baik yang bekerja pada

tegangan yang tidak pasti.

Pada perancangan ini, penulis menggunakan nilai faktor

keamanan 2 karena beban dan tegangan yang terjadi adalah

tetap. Sehingga nilai tegangan yang diizinkan dapat dicari

menggunakan persamaan:

Kekuatan luluh
σ izin= .................................................(1)
Faktor keamanan

5. Teori Gaya8

Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan yang bekerja

pada sebuah benda yang dapat mengakibatkan perubahan gerak. Gaya

tarik gravitasi yang diberikan pada setiap benda oleh bumi disebut berat

benda.

Untuk menghitung gaya berat benda secara matematis, hubungan

antara berat dan massa dapat dihitung dengan rumus:

8
Young & Freedman, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh jilid 1, Erlangga, 2002, h.114.
13

W = m × g ....................................................................................(2)

Keterangan:

w = Gaya berat benda, Newton (N)

m = Massa benda, Kilogram (kg)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

6. Teori Tegangan

a. Tegangan Normal9

Tegangan normal ialah tegangan yang bekerja tegak lurus

terhadap permukaan-permukaan elemen dapat berupa tarik atau

tekan. Besarnya tegangan normal yang diterima suatu struktur

dapat dihitung dari persamaan berikut:

F
σ = A ..............................................................................(3)

Keterangan:

σ = Tegangan (N/mm2)

F = Gaya yang bekerja (N)

A = Luas Penampang (mm2)

b. Tegangan geser10

Tegangan geser (shear stress) dapat ditentukan dengan

cara:

9
Robert L. Mott, Elemen-Elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis Perancangan Elemen Mesin
Terpadu, Jilid 1, Yogyakarta: Andi, 2009 h.78.
10
VB Bhandari, Introduction To Machine Design,2001, p.103
14

P
= A ...............................................................................(4)

Keterangan:

 = Tegangan geser (Kg/mm2)

P = Gaya yang bekerja (Kg)

A = Luas Penampang (mm2)

7. Teori Ilmu bahan11

Ilmu bahan dalam keteknikan terbagi menjadi dua golongan yaitu

bahan logam dan bahan non logam.

a. Bahan Logam

Bahan logam dibagi dalam dua golongan yaitu logam besi

(logam ferro) dan logam bukan besi (logam nonferro).

1.) Logam Besi (Ferro)

Logam besi adalah suatu logam paduan yang terdiri dari

campuran unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan

suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang berbeda

dengan besi dan karbon maka dicampur dengan berbagai

macam logam lainnya. Jenis dari logam besi antara lain

sebagai berikut:

a.) Besi Tuang


11
Drs. Hari Amanto, Drs. Daryanto, Ilmu Bahan. h.2.
15

Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar

karbon sekitar 4%, sifatnya rapuh tidak dapat ditempa,

baik untuk dituang, liat dalam pemadatan, lemah dalam

tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin, meja

perata, badan ragum, bagian – bagian mesin bubut, blok

silinder dan cincin torak.

b.) Besi Tempa

Komposisi besi tempa terdiri dari 99% besi murni. Sifat

dapat ditempa, liat dan tidak dapat dituang. Besi tempa

antara lain dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar,

kait keran dan landasan kerja pelat.

c.) Baja Lunak

Komposisi campuran besi dan karbon. Kadar karbon

0,1%-0,3%, mempunyai sifat dapat ditempa dan liat.

Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa dan

keperluan umum dalam pembangunan.

d.) Baja Karbon Sedang

Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4%-

0,6%. Sifat lebih kenyal dari yang keras. Digunakan untuk

membuat benda kerja tempa, berat, poros dan rel baja.

e.) Baja Karbon Tinggi

Komposisi campuran besi dan karbon. Kadar karbon

0,7%-1,5%. Sifat dapat ditempa, dapat disepuh keras dan


16

dimudakan. Digunakan untuk membuat kikir, pahat,

gergaji, tap, stempel dan alat mesin bubut.

f.) Baja Karbon Tinggi dengan Campuran

Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt,

krom atau tungsten. Sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa

kehilangan kekerasan, dapat disepuh keras dan

dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin bubut dan

alat–alat mesin.

b. Bahan Non Logam

Bahan non logam merupakan suatu bahan teknik yang tidak

termasuk kedalam kelompok logam yang didapat dari bahan

galian, tumbuhan atau hasil proses pengolahan minyak bumi.

Contoh dari bahan non logam antara lain kayu, karet, plastik, dan

lain–lain.

1.) Karet

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung

pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Bahan karet ini

berasal dari sebuah pohon yaitu pohon karet. Pohon karet

berasal dari lembah Amazon Brasilia dengan nama ilmiah

Hevea brasiliensis. Pohon karet baru masuk ke Asia pada

tahun 1876 M.

Karet dibedakan menjadi dua macam yaitu karet

alam dan karet sintetis. Karet alam memiliki daya elastisitas


17

yang baik, mudah pengolahannya, tidak mudah aus, dan

tidak mudah panas. Walaupun demikian, karet sintetis

memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat

kimia, mudah didapat dan harganya yang cenderung bisa

dipertahankan supaya tetap stabil.12

8. Teori Bangun ruang

a. Balok13

Balok adalah bangun ruang yang pasang dibentuk oleh tiga pasang

persegi panjang dan tiap persegi panjang mempunyai bentuk dan ukuran

yang sama. Tiga pasang persegi panjang itu merupakan sisi-sisi balok

itu.

Volume balok = luas alas × tinggi

= luas persegi panjang × tinggi

Atau ditulis,

Volume balok = V = p × l × t..............................................(5)

Keterangan:

V = volume (cm³)

p = panjang (cm)

l = lebar (cm)

t = tinggi (cm)

12
https://www.pertanianku.com/perbedaan-karet-alam-dengan-karet-sintetis/
13
Y.D Sumanto, Gemar Matematika 6, 2008, h.58
18

b. Tabung14

Tabung merupakan prisma tegak yang alasnya berbentuk

lingkaran. Contoh benda yang berbentuk tabung antara lain drum,

kaleng susu, dan pipa air.

Untuk mencari luas selimut tabung dapat menggunakan persamaan:

L = 2 × π × r × t ..................................................................(6)

Keterangan:

L = Luas selimut tabung (cm²)

r = jari-jari (cm)

t = tinggi (cm)

Untuk mencari volume tabung dapat menggunakan persamaan:

Volume tabung = luas alas × tinggi

= luas lingkaran × tinggi

Atau ditulis,

V=π×r×r×t

= π × r² × t.......................................................................(7)

Keterangan:

V = volume (cm³)

r = jari-jari (cm)

t = tinggi (cm)

14
Ibid, h.60
19

9. Teori Trigonometri15

Dasar dari trigonometri adalah konsep kesambungan segitiga siku

– siku. Sisi – sisi bersesuaian pada bangun datar yang sebangun memiliki

perbandingan yang sama. Pada gambar 1 dapat dilihat bentuk dari segitiga

yang memiliki dimensi dan sudut tertentu. Untuk menghitung sudut –

sudut

pada segitiga tersebut dapat dicari dengan rumus:

Gambar 1. Segitiga Trigonometri


(Sumber: Data pribadi)

a. Sinus suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

didepan sudut dengan sisi miring.

a
Sin 𝑎 = ..............................................................................................(8)
b

b. Cosinus suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

disamping sudut dengan sisi miring.

15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Matematika Guru Kelas X
SMA/MA/SMK/MAK,
2014 h.359.
20

c
Cos 𝑎 = .............................................................................................(9)
b

c. Pada segitiga jumlah dari ketiga sudut adalah 180⁰.

10. Teori Konsep keseimbangan16

a. Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya

yang bekerja pada partikel adalah nol.

b. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama besar, mempunyai

garis gaya yang sama dan arah berlawanan, maka resultan gaya tersebut

adalah nol. Hal tersebut menunjukan partikel dalam keseimbangan.

c. Sebuah benda tegar dikatakan dalam keadaan keseimbangan jika gaya –

gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem

gayaekuivalen dengan nol.

d. Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan suatu benda tegar secara

analitis adalah:

1) Jumlah gaya arah x = 0, Fx 0................................................(10)

2) Jumlah gaya arah y = 0, Fy 0................................................(11)

3) Jumlah momen adalah nol, M 0.............................................(12)

11. Teori Massa jenis17

Ketika kita mengatakan bahwa timah itu berat atau aluminium itu

ringan kita sebenarnya membahas tentang massa jenis material. Massa

16
Agustinus Purna Irawan. (2007). “Diktat Kuliah Mekanika Teknik (Statika Struktur).” h.13
17
Air Service Training (Engineering) limited, B 02 Physics, p.33
21

jenis adalah sifat dari material.

m
ρ= ..........................................................................................(13)
v

Keterangan:

ρ = massa jenis (kg/mm³)

m = massa (kg)

v = volume (mm³)

12. Teori Poros

Pada perancangan ini, perancang menggunakan teori poros yang

digunakan sebagai perancangan batang penghubung. Teori yang

digunakan untuk merancang diameter batang penghubung, yaitu:

d=

3 32 × M
π ×σ a
..............................................................................(14)

Keterangan:

M = Momen bending (N/mm)

σ = Tegangan (N/mm²)

d = diameter poros (mm)

13. Teori Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,

sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara


22

halus, aman, dan panjang umur.

Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen

mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan

baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat bekerja

secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan

peranannya dengan pondasi pada gedung.18 Bantalan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros

1.) Bantalan Luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan

bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan

dengan perantaraan lapisan pelumas.

2.) Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian

yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti

bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.

b. Atas dasar arah beban terhadap poros

1.) Bantalan Radial

Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus

sumbu poros.
18
Ir. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, 2002, h.103.
23

2.) Bantalan Gelinding Khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar

dan tegak lurus sumbu poros.

14. Teori Momen19

Momen adalah efek putar dari suatu gaya. Momen tergantung pada

besarnya gaya yang diberikan dan jarak gaya terhadap sumbu putar,

M = F × L...................................................................................(15)

Keterangan:

M = Momen (N/mm)

F = Gaya (N)

L = Panjang batang (mm)

15. Teori Alat Pengikat

Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau

diikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

dan paku keling banyak dipakai untuk maksud ini. Ada pula cara

menyambung dengan pengelasan, pasan kerut atau pres dan peralihan.

a. Teori Ulir20

Pengertian ulir adalah alur-alur yang melilit pada sebuat

batang baja atau kaki rangka dengan ukuran tertentu. Penggunaan

19
Air Service Training (Engineering) Limited, B02 Physics, p.20.
20
Ir. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Op.cit, h.287.
24

ulir banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari karena ulir

berfungsi sebagai pengikat, selain itu ulir juga berfungsi sebagai

penggerak suatu benda. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai

profil penampang berbentuk segitiga sama kaki. Jarak antara satu

puncak dengan puncak berikutnya dari profil ulir disebut jarak

bagi.

Ulir memiliki beberapa jenis bentuk profil penampang

seperti ulir segitiga, persegi, trapesium, gigi gergaji, dan bulat.

Bentuk persegi, trapesium, dan gigi gergaji, pada umumnya dipakai

untuk penggerak atau penerus gaya, sedangkan ulir bulat dipakai

untuk menghindari kemacetan karena kotoran, tetapi bentuk yang

paling banyak dipakai adalah ulir segitiga. Ulir segitiga

diklasifikasikan menurut jarak baginya dalam ukuran standar ulir

kasar metris dan inch.21

Gambar 2. Bagian – Bagian Ulir


(Sumber: Ir. Sularso, MSME, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin, Halaman 287)

21
Ibid, h.288
25

Cara mengetahui ukuran ulir luar yang digunakan sesuai

dengan tabel standar ulir tersebut dapat ditentukan dengan

diketahui beban (W) yang akan digunakan.

Dalam perencanaan maka untuk mencari diameter ulir luar

dengan rumus:

d≥
√ 4W
π × σ a ×0 ,64
......................................................... (16)

Keterangan:

d = Diameter luar (mm)

W = Beban (kg)

σa = Tegangan yang dizinkan

Kemudian harga tegangan σ a tergantung pada macam

bahan. Jika difinis tinggi faktor keselamatan dapat diambil sebesar

6-8, dan jika difinis biasa besarnya antara 8-10. Untuk baja karbon

0,2-0,3 %, tegangan yang diizinkan (σ a) sebesar 6 kg/mm2 jika

difinis tinggi, dan 4,8 kg/mm2 jika difinis biasa.

Mencari jumlah ulir dalam yang diperlukan dengan cara

sebagai berikut:

Diketahui nilai diameter ulir dalam (D), diameter efektif ulir dalam

(D2), tinggi kaitan gigi dalam (H1) dari hasil yang diperoleh dari

diameter luar inti (d1). Selanjutnya untuk tekanan permukaan yang

diizinkan pada ulir qa lihat tabel berikut:

Tabel 2. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir


26

Tekanan Permukaan yang

Bahan Diizinkan

qa (kg/mm2)

Untuk
Ulir Luar Ulir Dalam Untuk Pengikat
Penggerak

Baja liat atau


Baja liat 3 1
perunggu

Baja liat atau


Baja keras 4 1,3
prunggu

Baja keras Besi cor 1,5 0,5

(Sumber: Ir. Sularso, MSME, Dasar Perencanaan dan Pemilihan


Elemen Mesin, Halaman 298)

Setelah mendapatkan diameter luar, maka menentukan

tinggi mur dapat menggunakan persamaan:

H ≥ 0 ,8 x D ....................................................................(17)

keterangan:

H = Tinggi mur atau ulir dalam (mm)

D = Diameter luar mur

Setelah mengetahui tinggi mur, maka jumlah ulir mur dapat

dicari menggunakkan persamaan:

H
z= ...............................................................................(18)
p

Keterangan:
27

z = jumlah ulir mur

H = Tinggi mur atau ulir dalam (mm)

p = jarak bagi

Kemudian harus dicari tegangan geser pada akar ulir baut

untuk memastikan keamanan baut. Tegangan geser akar ulir baut

dapat dicari menggunakan persamaan:

Wb
τb= ..................................................... (19)
π × d 1 ×k × p × z

Keterangan:

τb = Tegangan geser akar ulir baut

Wb = Beban

d1 = diameter dalam ulir luar

k = 0,84

p = jarak bagi

z = jumlah ulir

Setelah itu juga harus dicari tegangan geser pada akar ulir

mur. Tegangan geser pada akar ulir mur dapat dicari menggunakan

persamaan:

Wb
τm= ....................................................(20)
π × D× j × p × z

Keterangan:

τm = Tegangan geser akar ulir mur


28

Wb = Beban

D = Diameter luar ulir dalam

j = 0,75

p = Jarak bagi

z = Jumlah ulir

Bila terdapat gaya geser murni, tegangan geser yang terjadi

masih dapat diterima selama tidak melebihi harga yang diizinkan.

Tegangan geser yang diizinkan dapat ditentukan dengan

persamaan:

τa = 0.5 × σ a ...............................................................(21)

16. Teori Pengelasan22

Mengelas adalah menyambung logam dengan memanaskan sampai

suhu lebur dengan atau tanpa bahan pengisi. Sambungan las merupakan

sambungan tetap, sambungan las terutama sambungan las listrik kini

banyak digunakan dikalangan industri atau proyek-proyek, khususnya

industri mesin.

a. Sambungan las sudut

Sambungan las sudut dibagi dalam tiga kelompok seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 3.

22
Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof. Dr. Toshie Okumura, Teknik Pengelasan Logam,
h.184
29

Gambar 3. jenis-jenis sambungan sudut


(Sumber: Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof. Dr. Toshie
Okumura, Teknik Pengelasan Logam, h.184)

Dalam las sudut, Karena bentuknya yang sukar maka analisa aliran

tegangannya pun sangat ruwet. Besarnya konsentrasi tegangan yang

terjadi di dalam las sudut dapat mencapai antara 6 sampai 8 kali pada

akar las dan antara 2 sampai 6 kali pada kaki las. Kekuatan tarik dari las

sudut didasarkan atas beban patah dan dihitung dengan menggunakan

persamaan:

P
σ= h1 L n .................................................................................(22)

Keterangan:

P = beban tarikan patah (kg)l

L = panjang kaki (cm)

n = jumlah sambungan las sudut

h₁ = tebal leher teoritis (cm)


30

Gambar 4. Bentuk dan ukuran las sudut.


(Sumber: Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof. Dr. Toshie
Okumura, Teknik Pengelasan Logam, h.185.)

Tabel 3. Ukuran minimum untuk welding


Thicknes of plat in mm Minimum size of weld in mm
3–5 3
6–8 5
10 – 16 6
18 – 24 10
26 - 55 14
0ver 58 20

(Sumber: R.S Khurmi J.K Gupta hal.280)

Setelah mendapat besarnya tegangan yang terjadi, kemudian

dibandingkan dengan tegangan boleh yang ada:

Tabel 4. Tegangan boleh


Jenis Tegangan boleh (kg/cm²)
Jenis Lasan
Tegangan SM41 SM50

Las tumpul Tarik 1300 1800


dengan uji Tekan 1300 1800
radiografi Tarik 1040 1440
Las tumpul Tarik 1170 1620
uji radiografi Tekan 800 1100
Las Sudut Tarik
Tekan 800 1100
Tarik
31

(Sumber: Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof. Dr.


Toshie Okumura, Teknik Pengelasan Logam, h.188.)

B. Kerangka Berpikir

Dalam rancangan stand ini, penulis mengawali dengan

mengidentifikasi masalah yang timbul di Hangar 01 Program Studi Teknik

Pesawat Udara yaitu sulitnya saat melakukan pemisahan power section

pada engine PT6A-20 saat melakukan praktik gas turbine engine.

Dalam rancangan alat ini, penulis terlebih dahulu mengumpulkan

data yang berhubungan dalam rancangan ini. Data tersebut dapat berasal

dari studi lapangan maupun pencarian data melalui internet dan melakukan

konsultasi dengan pihak yang terlibat dalam perancangan.

Kemudian dari data yang terkumpul, maka dapat mengkonsep

rancangan yang diinginkan dengan menghitung rancangan tersebut.

Perancangan diawali dengan pembuatan desain yang sesuai dengan power

section berupa batang penyangga untuk menyangga power section.

selanjutnya penulis merancang rangka penahan atas yang dapat menahan

beban batang penyangga, kemudian penulis merancang rangka lengan

yang dapat menyesuaikan ketinggian.

Setelah perhitungan rancangan diperoleh maka penulis akan

membuat alat tersebut. Setelah selesai membuat alat tersebut maka akan
32

dilakukan pengujian terhadap alat tersebut apakah berfungsi sesuai yang di

harapkan atau tidak. Setelah itu, maka dapat ditentukan cara penggunaan alat

tersebut. Dengan demikian rancangan alat ini telah selesai dibuat.

Mulai

Perumusan masalah

Membuat sketsa rancangan

1. Merancang batang penyangga


2. Merancang rangka penahan atas
3. Merancang rangka penahan atas
4. Menentukan jenis bantalan yang digunakan
5. Menentukan jenis alat pengikat yang sesuai.
6. Menentukan kekuatan sambungan las.

Proses pembuatan alat


Ada
masalah

Melakukan uji
coba alat

Sesuai

Membuat prosedur penggunaan


33

Selesai

Gambar 5. Diagram alir kerangka berpikir


BAB III

METODOLOGI PERANCANGAN

A. Desain Perancangan

Rancangan rangka atas stand power section sebagai alat penahan

power section pada saat proses pelepasan dan pemasangan baut penahan

yang terdapat pada flange c power section pada engine PT6A-20. Pada

perancangan ini gerakan naik dan turun dapat diatur sesuai yang

diinginkan untuk menyesuaikan dengan bentuk dari power section. Berikut

adalah kondisi yang ada dan kondisi yang diinginkan oleh perancang.

1.) Kondisi saat ini

Pada saat akan melakukan praktik perawatan overhaul pada

gas turbine engine jenis PT6A-20 di Hangar 01 Teknik Pesawat

Udara diharuskan telebih dahulu memisahkan bagian power section

dan gas generator section. Pemisahan power section dan gas

generator section dapat dilakukan dengan menggunakan sling dan

crane. Namun pada engine PT6A-20 crane yang tersedia tidak

memungkinkan untuk dapat mengangkat power section dikarenakan

kurang tingginya crane, serta juga dibutuhkannya stand untuk

menopang bagian power section ketika sudah terpisah dari gas

generator section.

34
35

2.) Kondisi yang diinginkan

Pada perancangan rangka atas stand power section sebagai

alat penahan pada proses pelepasan dan pemasangan flange c pada

engine PT6A-20 di Hangar 01 Program Studi Teknik Pesawat Udara.

Penulis akan membuat rancangan alat penahan power section yang

dapat digerakkan naik dan turun sehingga dapat menyesuaikan tinggi

dari power section. Selain itu batang penyangga pada alat ini juga

dibentuk sesuai dengan dimensi dari power section sehingga batang

penyangga dapat melekat dengan power section. Alat ini juga dapat

digunakan untuk menopang bagian power section setelah bagian

power section sudah terpisah dari gas generator section.

Gambar 6. Rancangan alat penahan power section


36

(Sumber : Data Pribadi)

Gambar 7. Rancangan rangka atas alat penahan power section


(Sumber: Data pribadi)

B. Waktu dan Lokasi Perancangan

Waktu yang dibutuhkan perancang untuk menyelesaikan rancangan

adapter adalah kurang lebih 4 bulan. Perancangan dimulai dari bulan April

2017 sampai bulan Agustus 2017 yang mencangkup penyerahan proposal

tugas akhir, seminar proposal tugas akhir, penulisan naskah dan bimbingan

dari dosen pembimbing, perhitungan rancangan, desain rancangan,

pembuatan rancangan, pengesahan tulisan dan pengujian alat, penyerahan

tugas akhir siap uji serta sidang tugas akhir (Lihat lampiran 7).
37

Pembuatan alat ini akan dilakukan di bengkel CV. KRESNO

BERSAUDARA ENGINEERING yang bertempat di Kp. Uwung girang

No. 47 RT 04/11 Kel Uwung Jaya, Cibodas-Tangerang.

C. Penentuan Alat dan Bahan

Untuk melaksanakan perancangan ini diperlukan alat dan bahan

yang spesifik, sehingga setiap alat maupun bahan yang digunakan sesuai

dengan proses perancangan rangka atas stand power section sebagai alat

penahan pada saat proses pelepasan dan pemasangan flange c pada engine

PT6A-20. Di bawah ini akan dijelaskan alat dan bahan apa saja yang

digunakan dalam rancangan ini, yaitu:

1. Alat yang digunakan

Tabel 5. Daftar alat – alat yang dibutuhkan dalam perancangan


No Nama Fungsi Keterangan

1. Jangka Digunakan untuk mengukur Digunakan pada saat

Sorong / diameter, panjang, dan tinggi pengukuran untuk

Vernier hingga ketelitian 0,001 inch. menetukan ketebalan

Caliper material dari

keranjang penyangga.

2. Meteran Digunakan untuk mengukur Mengukur bagian-

gulung panjang, lebar, dan tinggi bagian dari power

bahan dan memiliki ukuran section sehingga

yang lebih besar dari jangka nantinya dapat

sorong. didapatkan ukuran


38

yang sesuai. Meteran

gulung juga digunakan

untuk mengukur

panjang, lebar dan

tinggi bahan.

3. Mesin Digunakan untuk memotong Memotong material

gerinda benda kerja atau material yang akan digunakan

yang berjenis logam dari yang untuk membuat alat

lunak sampai yang sangat ini.

keras.

4. Mesin Mesin yang digunakan untuk Membuat alat pengikat

bubut memotong suatu benda yang seperti ulir, baut dan

diputar. Bubut sendiri mur yang digunakan

merupakan suatu proses untuk

pemotongan benda kerja yang menyambungkan

sayatannya dilakukan dengan rangka lengan penahan

cara memutar benda kerja dan rangka bawah.

kemudian dikenakan pada

pahat yang digerakkan secara

translasi sejajar dengan

sumbu putar dari benda kerja

5. Mesin Untuk membuat lubang Membuat lubang pada

bor dengan diameter ukuran benda kerja dengan


39

tertentu pada suatu benda menggunakan drillbit

kerja yang bergerak

berputar. Pada

perancangan ini

terdapat beberapa

lubang yang dibuat

seperti mur.

6. Mesin Mesin yang digunakan untuk Pengelasan dilakukan

las menyambungkan dua buah pada penyambungan

material secara permanen. bagian-bagian pada

keranjang penyangga,

batang penahan dan

rangka lengan.

Adapun bahan – bahan habis pakai yang digunakan pada

perancangan alat penahan power section pada engine PT6A-20.

Keterangan penggunaan bahan habis pakai dijelaskan pada tabel di bawah

ini.

Tabel 6. Daftar bahan – bahan yang digunakan pada saat perancangan


Nama
40

No. bahan Fungsi


1. Kawat las Untuk menyambungkan bagian bagian pada

RD 260 rancangan karena merupakan kawat las yang cocok

digunakan pada pengelasan antara baja karbon

dengan baja karbon.

D. Kriteria Perancangan

Agar tercapai hasil yang diinginkan seperti yang penulis inginkan

pada rancangan ini, perancang membagi menjadi beberapa blok fungsi.

Blok fungsi ini mempunyai kriterianya masing – masing, yaitu sebagai

berikut :

1. Batang Penyangga

Batang penyangga dalam rancangan ini berfungsi sebagai

penyangga dari power section. Pada perancangan batang penyangga ini

harus kuat menahan beban dari power section dan juga perancang

menyesuaikan dengan dimensi dari power section, sehingga batang

penyangga memiliki dimensi berdasarkan dimensi dari power section

yaitu sebagai berikut:

a. pada bagian batang penyangga bagian belakang, bagian power

section memiliki diameter sebesar 433 mm.

b. Pada bagian batang penyangga bagian tengah, bagian power section

memiliki diameter sebesar 331 mm.


41

c. Pada bagian batang penyangga bagian depan, bagian power section

memiliki diameter sebesar 190 mm.

2. Rangka penahan atas

Rangka penahan atas dalam rancangan ini berfungsi sebagai

tempat dudukan dari batang penyangga. Rangka penahan atas harus

mampu menahan beban dari power section dan batang penyangga, serta

rangka penahan atas juga dapat digunakan untuk pergerakan bearing

pada rancangan.

3. Rangka lengan

Rangka lengan dalam rancangan ini berfungsi sebagai lengan

yang menggerakan alat penahan naik dan turun sehingga alat penahan

dapat mancapai power section. Pada perancangan rangka lengan,

rangka lengan harus mampu menyesuaikan ketinggian dengan

ketinggian dari power section dan dapat bergerak naik turun dengan

baik. Kemudian bantalan pada rangka lengan mampu bergerak dengan

lancar, sehingga rangka lengan dapat bergerak naik dan turun. Alat

pengikat harus mampu mengikat bagian rangka lengan dengan rangka

penahan atas dan bawah sehingga rangka lengan dapat bergerak dengan

baik.

Sambungan las dalam rancangan ini berfungsi untuk

menyambungkan tiap-tiap bagian pada rancangan dan juga sambungan


42

las harus kuat menahan beban dan tegangan paatah yang terjadi pada

sambungan las tidak melebihi tegangan yang diizinkan.

E. Penggunaan Rancangan

Penggunaan rancangan ini diperuntukan untuk menahan power

section pada saat proses pelepasan dan pemasangan flange c pada engine

PT6A-20 Pada proses pelepasan dan pemasangannya alat tersebut dapat

bergerak naik dan turun sehingga dapat mencapai ketinggian yang

diinginkan dan dapat menyesuaikan dengan bentuk dari power section.


BAB IV

RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

A. Gambaran Umum Sistem Rancangan

Prinsip dari rancangan alat ini adalah untuk menahan power

section pada saat proses pelepasan dan pemasangan baut penahan yang

terdapat pada flange c power section pada engine PT6A-20. Perancangan

pada alat ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama perancangan

rangka bagian atas dari alat penahan dan yang kedua perancangan rangka

bagian bawah dari alat penahan. Namun yang akan dibahas pada bab ini

hanya perancangan rangka bagian atas dari alat penahan.

Perancangan rangka atas pada alat penahan ini dibagi menjadi 3

bagian, yang masing-masing bagian tersebut memiliki kriteria yang akan

mengindikasikan keberhasilan dari rancangan rangka bagian atas alat

penahan power section ini. Bagian dari perancangan ini terdiri dari batang

penyangga, rangka penahan atas dan rangka lengan.

Pada perancangan rangka lengan, rangka lengan terdiri dari 4

batang besi yang tiap batang besinya yang tiap 2 batang besinya

membentuk X yang dihubungkan oleh poros. Tiap ujung dari besi tersebut

adalah sebagai titik tumpu yang tertumpu pada bantalan dan baut. Bantalan

berfungsi agar rangka lengan dapat bergerak, sehingga dapat mencapai

ketingggian yang diinginkan untuk menahan power section. Bantalan pada

43
44

perancangan ini hanya menerima beban vertikal, sedangkan, baut adalah

sebagai tumpuan sendi, tumpuan ini tidak bergerak.

Pada perancangan batang penyangga bagian belakang, batang

penyangga bagian tengah, batang penyangga bagian depan dan rangka

penahan atas, bentuk dan dimensinya disesuaikan dengan bentuk dan

dimensi dari power section, sehingga ketika rangka lengan sudah mencapai

ketinggian yang diinginkan untuk menahan power section maka batang

penyangga dapat menahan sesuai dengan bentuk dan dimensi dari power

section. Kemudian pada batang penyangga penulis mennggunakan karet

penyangga agar menghindari gesekan langsung antara alat penahan dan

power section saat power section sudah terlepas dan tertahan oleh alat

penahan.

B. Tahapan Perancangan

1. Merancang batang penyangga

Untuk merancang batang penyangga yang digunakan pada alat

bantu pelepasan dan pemasangan power section proses pertama yang

dilakukan adalah menentukan bentuk dan dimensi batang penyangga

yang disesuaikan dengan bentuk dan dimensi dari power section yang

dapat dilihat pada lampiran 3.


45

a. Merancang batang penyangga bagian belakang

Pada perancangan batang penyangga bagian belakang akan

menahan bagian power section pada bagian depan dari flange C.

Setelah dimensi dari power section sudah diketahui, maka dapat

ditentukan bentuk dari batang penyangga bagian belakang.

Gambar 8. Batang penyangga bagian belakang


(Sumber: Data pribadi)

1.) Menentukan beban yang diterima oleh batang penyangga

Dikarenakan power section memiliki massa 126 lbs (57,15

kg). Maka besar beban yang diterima oleh batang penyangga

dengan menggunakan persamaan 2. sebagai berikut:

W=m×g

= 57,15 kg × 9,8

= 560,07 N

2.) Tegangan pada batang penyangga bagian belakang

Penulis memilih bahan baja SS400 yang memiliki tegangan

luluh (yield strength) sebesar 245 MPa atau setara dengan 245
46

N/mm² yang bisa dilihat pada lampiran 4. kemudian dapat

dihitung tegangan yang diizinkan menggunakan persamaan 1

sebagai berikut:

Kekuatan luluh
σ izin=
Faktor keamanan

245
σ izin=
2

¿ 122,5 N/mm²

Untuk menentukan tegangan yang terjadi pada batang

penyangga bagian belakang diperlukan luas area yang menerima

beban.

1
L = 2× 2 π × r × t

=π×r×t

= 3.14 × 221.5 mm × 20 mm

= 13.910,2 mm²

Setelah menentukan luas area yang digunakan penulis akan

menghitung tegangan yang akan diterima oleh batang penyangga

bagian atas dengan persamaan 3:

F
σ = A

560 , 07 N
= 13.910 ,2 mm ²
47

= 0.04 N/mm²

3.) Tegangan batang hollow pada penyangga bagian belakang

Dikarenakan sudah diketahui beban yang akan diterima

yaitu sebesar 560,07 N, maka selanjutnya menentukan luas area

batang hollow. Batang hollow yang digunakan adalah 20 × 20

mm yang memiliki ketebalan 3 mm sehingga dapat diketahui luas

area sebesar 1,69 cm² atau sebesar 169 mm² (Lihat lampiran 11).

Sehingga dapat diketahui tegangan yang terjadi dengan

menggunakan persamaan 3, yaitu:

F
σ = A

560 ,07 N
= 169 mm ²

= 3,314 N/mm²

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa total nilai σ yang

terjadi pada batang penyangga bagian belakang adalah 0,04

N/mm² dan 3,314 N/mm² < dari σ izin baja SS400 sebesar 122,5

N/mm² sehingga batang penyangga bagian belakang masih

mampu menerima beban power section.

b. Merancang batang penyangga bagian tengah

Pada perancangan batang penyangga bagian tengah akan

menahan bagian power section pada bagian belakang dari flange A.


48

Setelah dimensi dari power section sudah diketahui, maka dapat

ditentukan bentuk dari batang penyangga bagian tengah.

Gambar 9. Batang penyangga bagian tengah


(Sumber: Data pribadi)

1.) Menentukan beban yang diterima oleh batang penyangga

Dikarenakan power section memiliki massa 126 lbs (57,15

kg). Maka besar beban yang diterima oleh batang penyangga

dengan menggunakan persamaan 2. sebagai berikut:

W=m×g

= 57,15 kg × 9,8

= 560,07 N

2.) Tegangan pada batang penyangga bagian tengah

Untuk menghitung tegangan yang terjadi di batang

penyangga bagian tengah diperlukan luas area yang menerima

beban.

1
L = 2× 2 π × r × t
49

=π×r×t

= 3.14 × 175 mm × 30mm

= 16.485 mm²

Setelah menentukan luas area yang digunakan penulis akan

menghitung tegangan yang akan diterima oleh batang penyangga

bagian tengah dengan persamaan 3:

F
σ = A

560 , 07 N
= 16.485 mm ²

= 0.034 N/mm²

3.) Tegangan batang hollow pada penyangga bagian tengah

Dikarenakan sudah diketahui beban yang akan diterima

yaitu sebesar 560,07 N, maka selanjutnya menentukan luas area

batang hollow. Batang hollow yang digunakan adalah 30 × 30

mm yang memiliki ketebalan 3 mm sehingga dapat diketahui luas

area sebesar 3,14 cm² atau sebesar 314 mm² (Lihat lampiran 11).

Sehingga dapat diketahui tegangan yang terjadi dengan

menggunakan persamaan 3, yaitu:

F
σ = A

560 ,07 N
= 314 mm ²

= 1,78 N/mm²
50

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa total nilai σ yang

terjadi pada batang penyangga bagian tengah adalah 0,034

N/mm² dan 1,78 N/mm² < dari σ izin baja SS400 sebesar 122,5

N/mm² sehingga batang penyangga bagian tengah masih mampu

menerima beban power section.

c. Merancang batang penyangga bagian depan

Pada perancangan batang penyangga bagian depan akan

menahan bagian power section pada bagian depan dari flange c.

Setelah dimensi dari power section sudah diketahui, maka dapat

ditentukan bentuk dari batang penyangga bagian depan.

Gambar 10. Batang penyangga bagian depan


(Sumber: Data pribadi)

1.) Menentukan beban yang diterima oleh batang penyangga

Dikarenakan power section memiliki massa 126 lbs (57,15

kg). Maka besar beban yang diterima oleh batang penyangga

dengan menggunakan persamaan 2 sebagai berikut:


51

W=m×g

= 57,15 kg × 9,8

= 560,07 N

2.) Tegangan pada batang penyangga bagian depan

Untuk menghitung tegangan yang terjadi di batang

penyangga bagian depan diperlukan luas area yang menerima

beban.

1
L = 2× 2 π × r × t

=π×r×t

= 3.14 × 105 mm × 30mm

= 9.891 mm²

Setelah menentukan luas area yang digunakan penulis

akan menghitung tegangan yang akan diterima oleh batang

penyangga bagian depan dengan persamaan 3:

F
σ = A

560 , 07 N
= 9.891 mm ²

= 0.056 N/mm²
52

3.) Tegangan batang hollow pada penyangga bagian tengah

Dikarenakan sudah diketahui beban yang akan diterima

yaitu sebesar 560,07 N, maka selanjutnya menentukan luas area

batang hollow. Batang hollow yang digunakan adalah 30 × 30

mm yang memiliki ketebalan 3 mm sehingga dapat diketahui luas

area sebesar 3,14 cm² atau sebesar 314 mm² (Lihat lampiran 11).

Sehingga dapat diketahui tegangan yang terjadi dengan

menggunakan persamaan 3, yaitu:

F
σ = A

560 ,07 N
= 314 mm ²

= 1,78 N/mm²

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa total nilai σ yang

terjadi pada batang penyangga bagian depan adalah 0,056 N/mm²

dan 1,78 N/mm² < dari σ izin baja SS400 sebesar 122,5 N/mm²

sehingga batang penyangga bagian tengah masih mampu

menerima beban power section.


53

2. Merancang rangka penahan atas

a. Menentukan bentuk dan dimensi rangka penahan atas

Dikarenakan dimensi batang penyangga sudah diketahui

maka dapat ditentukan dimensi dari rangka penahan atas.

Gambar 11. Batang penahan atas


(Sumber: Data pribadi)

b. Menentukan beban yang diterima rangka penahan atas

Pada bagian rangka penahan atas, rangka penahan atas akan

menerima beban dari power section dan beban dari batang

penyangga oleh karena itu harus diketahui terlebih dahulu beban dari

batang penyangga. Untuk mengetahui beban dari batang penyangga

harus diketahui terlebih dahulu volume dari batang penyangga

dengan menggunakan persamaan 5, yaitu:

1.) Beban batang penyangga bagian belakang

a.) Batang A₁ :
54

V1 = p × l × t

= 25,6 × 2 × 2 = 102,4 cm³

V2 = p × l × t

= 25,6 × 1,4 × 1,4 = 50,176 cm³

V total = 102,4 – 50,176 = 52,224 cm³ = 0,000052224 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.000052224 = 0,41 kg

b.) Batang B₁ :

V1 = p × l × t

= 2,54 × 2 × 2 = 10,16 cm³

V2 = p × l × t

= 2,54 × 1,4 × 1,4 = 4,98 cm³

V total = 10,16 – 4,98 = 5,18 cm³ = 0,00000518 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.00000518 = 0,04 kg

c.) Batang C₁ : memiliki berat yang sama dengan batang A₁

d.) Batang D₁ :

V1 = π × r² × t

= 3,14 × 23,15² × 2 = 1682,8 cm³

V2 = p × l × t

= 3,14 × 22,15² × 2 = 1540,5 cm³


55

V total = 1682,8 – 1540,5 = 142,2 cm³ = 0,000142 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,000142 = 1,1 kg

e.) Batang E₁ :

V=p×l×t

= 48,3 × 3 × 1 = 145 cm³ = 0,000145 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,000145 = 1,1 kg

2.) Beban batang penyangga bagian tengah

a.) Batang A₂ :

V1 = p × l × t

= 25,6 × 3 × 3 = 230,4 cm³

V2 = p × l × t

= 25,6 × 2,4 × 2,4 = 147,45 cm³

V total = 230,4 – 147,5 = 82,9 cm³ = 0.0000829 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,0000829 = 0,65 kg


56

b.) Batang B₂ :

V1 = p × l × t

= 7,1 × 3 × 3 = 63,9 cm³

V2 = p × l × t

= 7,1 × 2,4 × 2,4 = 40,89 cm³

V total = 63,9 – 40,9 = 23 cm³ = 0.000023 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.000023 = 0,18 kg

c.) Batang C₂ : memiliki berat yang sama dengan batang A₂

d.) Batang D₂ :

V1 = p × l × t

= 2,65 × 3 × 3 = 23,85 cm³

V2 = p × l × t

= 2,65 × 2,4 × 2,4 = 15,26 cm³

V total = 23,85 – 15,26 = 8,5 cm³ = 0.0000085 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.0000085 = 0,06 kg

e.) Batang E₂ :

V1 = π × r² × t

= 3,14 × 18,5² × 3 = 1612 cm³


57

V2 = p × l × t

= 3,14 × 17,5² × 3 = 1442,4 cm³

V total = 1612 – 1442,4 = 169,6 cm³ = 0,0001696 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,0001696 = 1,3 kg

f.) Batang F₂ : memiliki berat yang sama dengan batang D₂

g.) Batang G₂ :

V=p×l×t

= 48,3 × 3 × 1 = 145 cm³ = 0,000145 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,000145 = 1,1 kg

3.) Beban batang penyangga bagian depan

a.) Batang A₃ :

V1 = p × l × t

= 25,6 × 3 × 3 = 230,4 cm³

V2 = p × l × t

= 25,6 × 2,4 × 2,4 = 147,45 cm³

V total = 230,4 – 147,5 = 82,9 cm³ = 0.0000829 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,0000829 = 0,65 kg


58

b.) Batang B₃ :

V1 = p × l × t

= 14,1 × 3 × 3 = 126,9 cm³

V2 = p × l × t

= 14,1 × 2,4 × 2,4 = 81,12 cm³

V total = 126,9 – 81,12 = 45,68 cm³ = 0.00004568 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.00004568 = 0,359 kg

c.) Batang C₃ : memiliki berat yang sama dengan batang A₃

d.) Batang D₃ :

V1 = p × l × t

= 9,65 × 3 × 3 = 86,85 cm³

V2 = p × l × t

= 9,65 × 2,4 × 2,4 = 55,58 cm³

V total = 86,85 – 55,58 = 31,27 cm³ = 0.00003127 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0.00003127 = 0,245 kg

e.) Batang E₃ :

V1 = π × r² × t

= 3,14 × 11,5² × 3 = 622,89 cm³

V2 = p × l × t
59

= 3,14 × 10,5² × 3 = 519,27 cm³

V total = 622,89 – 519,27 = 103,6 cm³ = 0,0001036 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,0001036 = 0,8 kg

f.) Batang F₃ : memiliki berat yang sama dengan batang D₃

g.) Batang G₃ :

V=p×l×t

= 48,3 × 3 × 1 = 145 cm³ = 0,000145 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,000145 = 1,1 kg

Setelah diketahui beban dari batang penyangga, maka dapat

diketahui beban yang diterima oleh rangka penahan atas adalah:

Berat power section + total berat batang penyangga = 57,15 + 11,31

= 68,46 kg

c. Tegangan pada rangka penahan atas

Penulis memilih bahan baja SS400 yang memiliki tegangan

luluh (yield strength) sebesar 245 MPa atau setara dengan 245

N/mm² yang bisa dilihat pada lampiran 4. kemudian dapat dihitung

tegangan yang diizinkan menggunakan persamaan 1 sebagai berikut:


60

Kekuatan luluh
σ izin=
Faktor keamanan

245
σ izin=
2

¿ 122,5 N/mm²

Untuk menghitung tegangan yang terjadi di batang penahan

atas diperlukan luas area yang menerima beban.

1.) Luas area batang penahan atas yang menerima beban batang

penyangga bagian belakang

A=p×l

= 20 mm × 20 mm

= 400 mm²

Karena terdapat 2 batang, maka:

A = 400 mm² × 2

= 800 mm²

2.) Luas area batang penahan atas yang menerima beban batang

penyangga bagian tengah

A=p×l

= 30 mm × 30 mm

= 900 mm²

Karena terdapat 2 batang, maka:

A = 900 mm² × 2
61

= 1800 mm²

3.) Luas area batang penahan atas yang menerima beban batang

penyangga bagian depan

A=p×l

= 30 mm × 30 mm

= 900 mm²

Karena terdapat 2 batang, maka:

A = 900 mm² × 2

= 1800 mm²

Sehingga total luas area yang menerima beban pada batang

penahan atas adalah 800 mm² + 1800 mm² + 1800 mm² = 4400 mm².

Dikarenakan sudah diketahuinya beban yang diteerima

rangka penahan atas sebesar 68,46 kg atau 671 N, maka tegangan

yang terjadi pada batang penahan atas adalah:

F
σ = A

671 N
= 4400 mm ²

= 0,152 N/mm²

Dari perhitungan di atas perbandingan tegangan yang

dihasilkan dengan tegangan yang diizinkan material SS400 adalah:


62

σ : σ izin

0.152 : 122,5 N/mm²

0.152 < 122,5 N/mm²

Dari perhitungan diata diketahui bahwa nilai σ batang

penahan atas < dari σ izin baja SS400 sehingga batang penahan atas

masih mampu menerima beban yang diterima rangka penahan atas.

3. Merancang rangka lengan

a. Menentukan gaya yang terjadi

Setalah beban sudah diketahui maka selanjutnya akan

dirancang rangka lengan yang akan menahan beban dari power

section, batang penyangga dan rangka penahan atas. Diketahui

bahwa tinggi yang ingin dicapai oleh alat bantu tersebut adalah 1005

mm. Namun yang akan dicapai oleh rangka lengan adalah 560 mm

karena dikurangi oleh tinggi roda dan tebal rangka penahan atas dan

rangka penahan bawah. Panjang BD adalah 650 mm, panjang CE 680

mm dan tinggi BD adalah 560 mm.


63

Gambar 12. Rangka lengan


(Sumber: Data pribadi)

Sehingga sudut yang terbentuk dapat diketahui dengan

menggunakan persamaan dibawah ini:

BC
Sin A =
AC

560
= 650

= 08615 = 59⁰

Sin A = Sin B = Sin 59⁰

Setelah mendapat nilai dari sudut A. Maka bisa dicari sudut x:

x⁰ = 180⁰ - A – B

= 180⁰ - 59⁰ - 59⁰

= 62⁰

Dengan telah diketahuinya sudut yang terbentuk dari rangka

lengan pada saat posisi tertinggi, maka dapat kita cari jarak dari

titik A ke titik B. Jarak tersebut dapat kita cari dengan

menggunakan rumus trigonometri.

AB = AC × Cos 59⁰

= 700 × Cos 59⁰


64

= 334,75 mm

Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat digambarkan

panjang batang dan sudut – sudut yang terbentuk dari alat bantu

pelepas dan pemasang generator yang terdapat dilihat pada gambar

13.

Gambar 13. Ukuran panjang rangka lengan


(Sumber: Data pribadi)

Setelah diketahui nilai dari semua sudut yang terbentuk saat alat

pada tinggi maksimal, perancang dapat menghitung beban – beban yang di

terima di setiap titik pada alat. Penentuan beban dimulai dari menghitung

beban power section dan batang penyangga.

X = Mtotal × g

= (11,3 + 57,15) × 9,8

= 571,37 N

Lalu dikalikan faktor perancangan:


65

X = 571,37× 2

= 1142,74 N

Selain beban dari diatas, terdapat juga beban rangka penahan atas yang

merupakan beban merata. Dimana beban rangka penahan atas dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan 5, yaitu:

1.) Batang A₄ :

V1 = p × l × t

= 68 × 5 × 5 = 1700 cm³

V2 = p × l × t

= 68 × 4,7 × 4,4 = 1406,24 cm³

V total = 1700 – 1406,24 = 293,76 cm³ = 0,00029376 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v

= 7860 × 0,00029376 = 2,3 kg

2.) Batang B₄ : memiliki berat yang sama dengan batang A₄

3.) Batang C₄ :

V1 = p × l × t

= 48,3 × 6 × 6 = 1738,8 cm³

V2 = p × l × t

= 48,3 × 5,5 × 5,5 = 1596,267 cm³

V total = 1738,8 – 1596,267 = 169,53 cm³ = 0,00016953 m³

Sehingga, dengan menggunakan persamaan 13:

m=ρ×v
66

= 7860 × 0,00016953 = 1,3 kg

4.) Batang D₄ : memiliki berat yang sama dengan batang C₄

Sehingga dapat diketahui total beban batang penahan atas adalah 7,3 kg,

setelah diketahui beban batang penyangga atas, maka:

Q = 7,3 × 9,8

= 71,54 N

Lalu dikalikan faktor perancangan:

Q = 71,54 × 2

= 143,08 N

Setelah mendapat gaya yang direncanakan kemudian melakukan

perhitungan mekanika teknik. Mulai dihitung dari batang CE seperti pada

gambar 14.

Gambar 14. Beban yang bekerja


(Sumber: Data pribadi)

Pada gambar 14 dapat dilihat gaya – gaya yang bekerja, Q adalah

gaya normal yang berasal dari beban batang penahan atas, sedangkan X

adalah gaya normal yang berasal dari beban batang penahan atas, batang

penyangga dan power section. Gaya Q dan X adalah yang terdistribusi


67

merata pada bidangnya masing – masing. Beban merata tersebut akan

dianggap sebagai beban terpusat yang berada pada tengah – tengah antara

titik – titik seperti pada gambar 15. Panjang batang CD adalah 340 mm.

dan batang CE adalah 680 mm.

Gambar 15. Beban yang bekerja


(Sumber: Data pribadi)

Untuk mencari gaya yang terjadi pada tumpuan D, maka titik

tumpuan C digunakan sebagai titik acuannya.

∑ MC = 0

1 1
∑ M C = Rvd (CD) - Q ( CD) - X (CD + DE)
2 2

1 1
Q( CD)+ X ( CD+ DE )
Rvd = 2 2
340

143 ,08 ( 170 )+1142 ,74 (510)


=
340

670121
=
340

= 1785,65 N
68

Setelah diketahui gaya yang terjadi pada titik D. Selanjutnya akan

dihitung gaya pada titik C. Untuk mencari gaya yang terjadi pada tiitk C,

maka titik D digunakan sebagai titik acuannya.

∑ Md = 0

1 1
∑ M d = Rvc (CD) + Q ( CD) - X ( DE)
2 2

−143 , 08 ( 170 )+ 1142,74 (170)


Rvc =
340

−24323 ,6 +194265 , 8
¿
340

169942, 2
=
340

= 499,83 N

Setelah didapatkan besar dan arah gaya pada batang CE, kemudian

mencari besar dan gaya yang bekerja pada batang AC dan batang BD.

Reaksi gaya Rvc dan Rvd dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Reaksi gaya Rvc dan Rvd


69

(Sumber: Data pribadi)

Kemudian penulis akan menentukan arah gaya batang AC dan CD. Arah

gaya pada batang AC dan CD dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Beban pada titik C


(Sumber: Data pribadi)

∑ Fy = 0

∑ Fy = Rvc + AC cos 31⁰

−Rvc
AC =
cos 31⁰

−499 , 83
= = - 583,23 N
cos 31⁰

∑ Fx = 0

∑ Fx = CD + AC cos 59⁰
70

CD = - AC cos 59⁰

= - (- 583,23) × cos 59⁰

= 300,36 N

Dalam perhitungan titik C, didapatkan besar dan arah gaya yang

terjadi pada batang AC dan CD. Kemudian mencari besar dan arah gaya

yang terjadi pada titik D. Beban pada titik D dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Beban pada titik D


(Sumber: Data pribadi)

∑ Fy = 0

∑ Fy = Rvd + BD cos 31⁰

−Rvd
BD =
cos 31⁰

−1785 ,65
= = - 2083,6 N
cos 31⁰

∑ Fx = 0
71

∑ Fx = CD + BD cos 59⁰

CD = - BD cos 59⁰

= -(-2083,6) × cos 59⁰

= 1073 N

Dalam perhitungan titik D, didapatkan besar dan arah gaya yang

terjadi pada batang BD dan CD. Kemudian mencari besar dan arah gaya

yang terjadi pada batang AB.

Gambar 19. Beban pada titik A


(Sumber: Data pribadi)

∑ Fx = 0

∑ Fx = AB + AC cos 59⁰

AB = - AC cos 59⁰

= - (-583,3) × cos 59⁰

= 300,36 N
72

Dalam perhitungan titik A, didapatkan besar dan arah gaya yang

terjadi pada batang AB. Kemudian mencari besar dan arah gaya yang

terjadi pada titik B.

Gambar 20. Beban pada titik B


(Sumber: Data pribadi)

∑ Fx = 0

∑ Fx = AB + BD cos 59⁰

AB = - BD cos 59⁰

= - (-2083,6) × cos 59⁰

= 1073 N

Gaya – gaya yang terjadi pada batang – batang dapat dilihat pada

tabel 7.

Tabel 7. Beban dan arah gaya yang terjadi pada batang


Batang Beban Arah

CD 1073 N Tarik

AC 583,3 N Tekan

BD 2083,6 N Tekan

AB 300,36 N Tarik
73

(Sumber: Data pribadi)

b. Merancang poros

1.) Menentukan diameter poros

Dalam merancang poros ini perancang menggunakan baja

S45C dengan spesifikasi dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan lampiran 4 dapat dilihat kekuatan luluh (yield

strength) dari baja S45C tersebut sebesar 343 Mpa atau setara

dengan 343 N/mm². Setelah yield strength diketahui akan dicari

tegangan yang diizinkan agar dapat menentukan diameter poros.

Berikut adalah rumus tegangan yang diizinkan pada poros.

Kekuatan luluh
σ izin=
Faktor keamanan

343
¿
2

¿ 171 ,5

Setelah diketahui nilai tegangan yang diizinkan kemudian

mencari diameter poros dengan persamaan:

π
M= × σ × d³
32

Dari rumus diatas maka didapat untuk mencari diameter

poros menggunakan rumus:

d=

3 32 × M
π ×σ a
74

Namun sebelum penentuan diameter poros, perancang

mencari terlebih dahulu mencari momen yang akan terjadi, dari

subbab sebelumnya yang telah dihitung gaya yang terjadi pada

batang – batang rangka lengan. Beban gaya yang akan diterima

oleh batang ini digunakan untuk perhitungan poros yang menerima

momen, lihat pada gambar 21 dibawah ini:

Gambar 21. Poros XY


(Sumber: Data pribadi)

Dari gambar 21 diatas menunjukan bahwa poros XY akan

menerima beban dengan menghitung resultan gaya yang terjadi:

F = BD – AC

= 2083,6 – 583,23

= 1500,37 N

Telah diketahui beban yang diterima poros adalah 1500,37

N, maka:

M=F×L

= 1500,37 × 358

= 537133,67
75

Setelah didapatkan momen dan tegangan yang diizinkan,

kemudian dapat dihitung diameter poros yang diizinkan dengan

persamaan 14.

d=

3 32 × M
π ×σ a

=

3 32 ×537133 , 67
3 ,14 × 171 ,5

=

3 17188277 ,62
538 ,51

= 32 mm

2.) Menentukan tegangan geser yang dialami poros

Dari perhitungan gaya yang terjadi pada batang yang telah

dibahas pada subbab sebelumnya, didapatkan besar nilai gaya yang

terjadi batang BD dan AC adalah 2083,6,4 N dan 583,23 N sesuai

pada tabel X. Sehingga resultan gaya yang terjadi adalah 1500,37

N. Selain itu dari perhitungan mencari diameter poros didapatkan

besar diameter poros yaitu 32mm, sehingga besar tegangan geser

yang dialami poros dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 4:

P
= A
76

1500 , 37
= 1 × π ×( d)²
4

1500 , 37
= 1 × 3 ,14 ×( 32)²
4

1500 ,37
= 803 ,84

= 1,866 N/mm ²

Setelah didapatkan nilai tegangan geser yang terjadi

kemudian dapat dibandingkan dengan nilai tegangan geser yang

diizinkan.

 : allow

1,866 : 171,5

1,866 < 171,5

Dari nilai diatas dapat dilihat bahwa  <  allowsehingga

bearnya tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan izin.

4. Menentukan jenis bantalan yang digunakan

Bantalan pada alat penahan ini berfungsi mengerakkan rangka

lengan naik dan turun sehingga rangka lengan dapat mencapai ketingggian

yang diinginkan untuk menahan power section. Terdapat 4 bantalan yang

berada pada rangka lengan ini. Di rangka lengan bantalan terdapat pada
77

titik A dan D. Beban-beban yang akan diterima oleh bantalan tersebut

dapat dilihat pada tabel 7, dari tabel tersebut dapat dilihat beban terbesar

yang diterima adalah 2083,6 N. Sebelum menentukan bantalan, perancang

akan menentukan diameter poros sehingga dapat menentukan diameter

dalam dari bantalan tersebut. Diketahui bahwa panjang batang adalah 41

mm. dengan panjang batang tersebut akan diketahui momen. Maka sesuai

dengan persamaan 15, yaitu:

M F L

 2083,6 × 41

 85427,6

a. Menentukan diameter poros

d=

3 32 × M
π ×σa

=

3 32 ×85427 ,6
3 ,14 ×122 ,5

=

3 2733683 , 2
384 ,65

= 20 mm

Dari beban dan diameter yang telah diketahui, maka perancang

memutuskan untuk menggunakan jenis bantalan dengan kode nomor

bantalan 6004. Bantalan ini dapat menahan beban statik hingga sebesar

465 kg atau sebesar 4557 N. Spesifikasi dari bantalan tersebut dapat dilihat

pada lampiran 5.
78

5. Menentukan alat pengikat

Pada perancangan alat penahan ini digunakan alat pengikat seperti

ulir, baut dan mur. Fungsi dari alat pengikat ini adalah untuk mengikat

rangka lengan dengan rangka bawah, selain sebagai pengikat ulir ini juga

sebagai tumpuan. Pada perancangan ini terdapat 4 titik yang menggunakan

ulir pengikat ini. Namun sebelumnya, harus dilakukan perhitungan –

perhitungan dalam pemilihan ulir, baut dan mur, berikut adalah tahapan

perhitungan yang penulis lakukan dalam merencanakan alat pengikat.

a. Menghitung beban yang diterima baut

Dapat dilihat pada Tabel 6, beban yang diterima oleh tiap titik

adalah 583,23 N atau setara dengan 59,51 kg, karena nilai faktor

keamanan 8 maka beban yang diterima sebesar 59,51 × 8 = 476,08.

Sehingga untuk mencari diameter luar baut dapat dicari menggunakan

persamaan 16, yaitu:


d 
4W
π × σ a × 0.64


d 
4 × 476 , 08
3 , 14 × 4 , 8 × 0.64


d 
1904 , 42
9,646

d √ 197 , 43

d mm
79

Berdasarkan keterangan pada lampiran 6 ukuran standar ulir kasar

metris untuk memprioritaskan pemilihan ulir pada kolom 1 dan hanya

diperbolehkan menggunakan ukuran ulir pada kolom 2 dan 3 jika

terpaksa, sehingga penulis memilih ulir dengan diameter luar (d)

sebesar 16,00 mm. Hal ini dikarenakan diameter luar (d) yang

mendekati 14,05 mm adalah 16,00 mm, Sehingga didapat spesifikasi

dari baut adalah:

a) Diameter luar (d) adalah 16,000 mm

b) Diameter efektif (d₂) adalah 14,701 mm

c) Diamater inti (d₁) adalah 13,835 mm

d) Tinggi kaitan (H₁) adalah 1,083 mm

e) Pitch adalah 2 mm

b. Menentukan spesifikasi mur pengikat

Karena diameter luar mur, diameter efektif mur dan tinggi kaitan

gigi Diameter luar mur (ulir dalam) ukurannya sama dengan diameter

luar baut (ulir luar). Maka didapat diameter luar mur adalah 16 mm,

diameter efektif mur 14,701 mm dan tinggi kaitan gigi 1,083 mm, (lihat

Lampiran 6).

D=16 mm
80

D ₂=14,701 mm

H ₁=1,083 mm

Sehingga, untuk mencari tinggi mur dapat menggunakan persamaan

17, yaitu:

H=0 ,8 × D

H=0 ,8 × 16

H=12 , 8 mm

Persamaan diatas menunjukkan bahwa H dapat sama dengan atau

lebih besar dari ukuran 12,8 mm. Untuk menyamakan dengan

spesifikasi ukuran yang telah dicari sebelumnya, maka penulis

menggunakan tinggi mur dengan ukuran 16 mm.

Setelah diketahui tinggi mur, maka jumlah ulir dari mur dapat

dicari dengan cara tinggi mur dibagi jarak bagi. Menggunakan

persamaan 18 sebagai berikut:

H
z=
p

16
z=
1 ,25

z=8 buah

Berikutnya, penulis harus menghitung tegangan geser akar ulir baut

dan mur untuk memastikan bahwa tegangan geser yang terjadi tidak

melebihi tegangan geser yang diizinkan sehingga baut dapat dipastikan

aman. Untuk mencari tegangan geser yang diizinkan dapat

menggunakan persamaan 21:


81

τa = 0.5 × σ a

= 0.5 × 4.8 kg/mm²

= 2.4 kg/mm²

Untuk menghitung tegangan geser akar ulir baut dapat

menggunakan persamaan 19, yaitu:

Wb
τb=
π × d 1 ×k × p × z

59 , 51
¿
3 ,14 × 13 , 83× 0 , 84 ×2 × 8

59 , 51
¿
583 ,86

¿ 0,102 kg/mm²

Untuk penggunaan ulir metris kasar, nilai k adalah 0,84.

Untuk menghitung tegangan geser akar ulir mur dapat

menggunakan persamaan 20, yaitu:

Wb
τm=
π × D× j × p × z

59 , 51
¿
3 ,14 × 16 ×0 , 75 ×2 ×8

59 ,51
¿
602 ,88

¿ 0,098 kg/mm²
82

Dari perhitungan diatas maka dapat diketahui tegangan geser yang

diizinkan sebesar 2,4 kg/mm², sehingga besar tegangan geser pada akar

ulir baut dan mur masih dapat diterima.

6. Menentukan sambungan las

Selanjutnya penulis menggunakan sambungan las karena kuat dan

lebih ringan. Jenis pengelasan yang digunakan adalah pengelasan sudut

(fillet joint). Untuk menghitung kekuatan pengelasaan ini menggunakan

persamaan 22:

P
σ= h1 L n

75 , 75
= 0 ,3 cm× 0 ,3 cm ×2
75 ,75
= 0 ,18

= 420,83 kg/cm²
Setelah didapat besarnya tegangan yang dialami pengelasan sebesar

420,83. kemudian dibandingkan dengan tegangan boleh yang ada pada

tabel 2 sebesar 800 kg/cm². Karena tegangan yang terjadi lebih kecil dari

tegangan boleh maka sambungan las masih mampu menerima beban.

C. Uji Coba Rancangan

Setelah selesai proses perancangan maka dibutuhkan proses uji

coba untuk memastikan bahwa rancangan tersebut dapat beroperasi sesuai


83

dengan fungsi yang diharapkan. Adapun hasil uji coba dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 8. Uji coba rancangan


No. Subjek Uji Kriteria Hasil rancangan Ket.
rancangan
1. Batang a. Dapat a. Batang penyangga a. Sesuai
Penyangga menyesuaikan memiliki bentuk dan
dengan bentuk dimensi yang sesuai
power section. dengan bagian power
section.

b. Batang b. Batang penyangga


penyangga dapat menahan beban
kuat menahan dari power section
beban dari sebesar 57,15 kg. b. Sesuai
power section
sebesar 57,15
kg.
2. Rangka a. Rangka a. Rangka penahan atas a. Sesuai
Penahan penahan atas dapat menahan beban
Atas kuat menahan dari power section
beban dari dan batang
power section penyangga sebesar
dan batang 68,46 kg.
penyangga.

b. Dapat b. Rangka penahan atas b. Sesuai


digunakan dapat digunakan
untuk untuk pergerakan
84

pergerakan bearing pada


bearing pada rancangan.
rancangan.

3. Rangka a. Mampu a. Rangka lengan dapat a. Sesuai


Lengan mencapai menyesuaikan dengan
ketinggian mencapai ketinggian
maksimum maksimum dari
dari power power section yaitu
section. 1005 mm.

b. Rangka lengan b. Rangka lengan dapat b. Sesuai


mampu bergerak naik turun
bergerak naik dengan baik.
turun dengan
baik.

c. Bantalan pada rangka


c. Bantalan pada lengan dapat bergerak
rangka lengan dengan lancar. c. Sesuai
mampu
bergerak
dengan lancar.
d. Alat pengikat dapat
d. Alat pengikat mengikat bagian
harus mampu rangka lengan dengan d. Sesuai
mengikat rangka penahan atas
bagian rangka dan bawah.
lengan dengan
rangka
penahan atas
dan bawah.
85

4. Sambungan a. Sambungan las a. Sambungan las kuat a. Sesuai


las harus kuat menahan beban dan
menahan tegangan patah yang
beban dan terjadi pada
tegangan patah sambungan las tidak
yang terjadi melebihi tegangan
pada yang diizinkan sebesar
sambungan las 800 kg/cm².
tidak melebihi
tegangan yang
diizinkan
sebesar 800
kg/cm².

D. Interpretasi Hasil Uji Coba

Setelah dilakukan uji coba pada rancangan, maka langkah


selanjutnya adalah menyampaikan interpretasi teknis yang mengarah
kepada keberhasilan rancangan. Adapun interpretasi hasil uji coba dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Interpretasi hasil Uji Coba Rancangan


No Bagian Rancangan Interpretasi

1. Batang penyangga a. Batang penyangga dapat menyesuaikan

dengan bentuk dari power section sehingga

power section dapat tersangga dengan baik.

b. Batang penyangga dapat kuat menahan

beban dari power section. Hal ini dapat


86

dicapai karena perhitungan yang telah

dilakukan dan pemilihan bahan yang tepat.

2. Rangka penahan atas a. Rangka penahan atas dapat sebagai

dudukan dari batang pentangga. Rangka

penahan atas juda dapat menahan beban

dari power section dan batang penyangga.

b. Rangka penahan atas juga dapat digunakan

untuk pergerakan bearing pada rancangan.

3. Rangka Lengan a. Dapat menggerakan alat penahan naik dan

turun sehingga alat penahan dapat

mencapai ketinggian power section.

b. Bantalan pada rangka lengan mampu

bergerak dengan lancar, sehingga rangka

lengan dapat bergerak naik dan turun.

c. Alat pengikat dapat mengikat bagian

rangka lengan dengan rangka penahan atas

dan bawah sehingga rangka lengan dapat

bergerak dengan baik.

4. Sambungan las a. Sambungan las pada rancangan kuat dan

tidak patah ketika menerima beban pada

rancangan dan tegangan patah yang terjadi

pada sambungan las.


87
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan perhitungan dan perancangan alat serta tahapan uji

coba rancangan, maka telah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam merancang batang penyangga dapat menahan power section

dengan baik. Diameter pada batang penyangga bagian belakang,

tengah dan depan sesuai dengan diameter pada bagian power section.

Batang penyangga juga mampu menahan beban dari power section dan

tegangan yang terjadi pada batang penyangga tidak melebihi tegangan

yang diizinkan baja SS400. Hal ini menunjukkan bahwa batang

penyangga berada pada kategori aman.

2. Dalam merancang rangka penahan atas dapat disimpulkan bahwa

rangka penahan atas memiliki panjang 680 mm, lebar 483 mm dan

menggunakan batang kanal c yang memiliki ketebalan 3 mm, rangka

penahan atas juga mampu dilalui pergerakan bearing dengan baik.

Serta rangka penahan atas juga memiliki teganagan yang diizinkan

berdasarkan material yang diguanakan SS400 sebesar 0.152 N/mm².

3. Dalam merancang rangka lengan dapat disimpulkan bahwa dengan

ukuran panjang 650 mm dan lebar batang 50 mm mampu

menyesuaikan perbedaan ketinggian yang hendak dicapai yaitu 560

88
89

mm. Untuk pergerakan rangka lengan menggunakan bantalan dengan

kode 6004 yang mampu menahan beban hingga 465 kg atau sebesar

4557 N, serta menggunakan alat pengikat ulir dan mur yang memiliki

diameter luar 16,000 mm, diameter efektif 14,701 mm, diameter inti

13,835 mm, tinggi kaitan 1,083 mm, dan pitch 2 mm.

4. Dalam menentukan kekuatan sambungan las, sambungan las pada

rancangan kuat menahan beban dan tegangan patah yang terjadi pada

sambungan las tidak melebihi tegangan yang diizinkan sebesar 800

kg/cm².

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Batang penyangga berada pada kategori aman karena tegangan normal

yang terjadi jauh lebih kecil dari nilai kekuatan luluh baja SS400

sehingga pada perancangan selanjutnya dapat digunakan baja jenis lain

yang nilai kekuatan luluhnya di bawah baja SS400 namun harus tetap

di atas tegangan normal yang terjadi pada batang batang penyangga.

Dan juga pada batang penyangga sebaiknya diberikan sabuk atau

penngikat untuk mengikat power section ketika sudah tertahan oleh

alat penahan.
90

2. Dalam merancang rangka penahan atas, perancang menyarankan untuk

menggunakan ukuran batang yang digunakan yaitu panjang dan

kebarnya kurang dari 50 mm tetapi masih mampu menahan beban dari

power section dan batang penyangga serta harus tetap di atas tegangan

normal yang terjadi pada rangka penahan atas.

3. Dalam merancang rangka lengan, perancang menyarankan untuk

menggunakan lebar batang yang digunakan kurang dari 50 mm tetapi

masih mampu menahan beban dari power section, batang penyangga

dan rangka penahan atas.


91

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ir., Zainun, (1999) Elemen Mesin 1, Refika Aditama.

Agustinus Purna Irawan. (2007). Diktat Kuliah Mekanika Teknik (Statika


Struktur).

Air Service Training (Engineering) limited. (2013). B 07 Maintenance Practices


Part 7.

Air Service Training (Engineering) limited. (2014). B 02 Physics.

Amanto, Hari, Drs., Daryanto, Drs. Ilmu Bahan.

Bhandari, V., B. (2001) Introduction To Machine Design.

Federal Aviation Authority (2012) Aviation Maintenance Technician Handbook –


Powerplant Volume 1.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014.) Buku Matematika Guru Kelas


X SMA/MA/SMK/MAK.

Khurmi, R., S. and Gupta, J. K. Machine Design. (2005). EURASIA


PUBLISHING HOUSE (PVT.) LTD.

L., Mott, Robert. (2009) Elemen-Elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis


Perancangan Elemen Mesin Terpadu Jilid 1. Yogyakarta: Andi

Leyes II, A., Richard. & A. Fleming, William (1999). The History Of North
American Small Gas Turbine Aircraft Engines.

Republic Of Indonesia Ministry Of Transportation (2006) Civil Aviation Safety


Regulations. Part 1 Revision 1. Definitions and Abbreviations.

Sularso, Ir., dan Suga, Kiyokatsu Suga, (2002) Dasar Perencanaaan Dan
Pemilihan Elemen Mesin.
92

Sumanto, Y., D. (2008). Gemar Matematika 6.

United Turbine Corp. Training Manual.

Young & Freedman (2002) Fisika Universitas Edisi Kesepuluh jilid 1, Erlangga.
93

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hot section inspection manual

(Sumber: Pratt & Whitney Canada PT6A-6 – PT6A-20 Series Engines


Maintenance Manual)
94

Lampiran 2. Prosedur pelepasan power section.

(Sumber: Pratt & Whitney Canada PT6A-6 – PT6A-20 Series Engines


Maintenance Manual)
95

Lampiran 3. Bentuk dan dimensi power section

(Sumber: Data pribadi)


96

Lampiran 4. Spesifikasi Material

1. SS400 Mechanical Properties

Density : 7860 kg/m3

Young’s Modulus : 190 – 210 Gpa

Tensile Strength : 400 – 510 MPa

Yield strength : 245 MPa

Poisson’s ratio : 0,26

(Sumber: http://www.meadinfo.org/2010/09/jis-g-3101-ss400-steel-properties-
spec.html)

2. S 45 C Mechanical Properties

Density : 7700-8030 kg/m3

Young’s Modulus : 190 – 210 Gpa

Tensile Strength : 569 Mpa

Yield strength : 343 Mpa

Poisson’s ratio : 0,27 – 0,30

(Sumber: http://www.meadinfo.org/2010/03/s45c-jis-mechanical-properties.html)
97

Lampiran 5. Spesifikasi bantalan

(Sumber: Ir. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaaan Dan Pemilihan
Elemen Mesin, 2002, h.143.)
98

Lampiran 6. Ukuran standar ulir kasar metris

(Sumber: Ir. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaaan Dan Pemilihan
Elemen Mesin, 2002, h.290.)
99

Lampiran 7. Jadwal Perancangan

Tahun 2016 2017

No Kegiatan Bulan Desember April Mei Juni Juli Agustus

Minggu 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Sidang Proposal Judul

2 Penulisan dan

Pembimbingan

3 Pembuatan Alat

4 Uji Coba Alat

5 Penyerahan tugas akhir

siap uji

6 Sidang tugas akhir


100

Lampiran 8. Berat power section

(Sumber: Pratt & Whitney Canada PT6A-6 – PT6A-20 Series Engines


Maintenance Manual)
101

Lampiran 9. Rangka Bawah

(Sumber: Data pribadi)


102

Lampiran 10. Hasil uji coba rancangan

(Sumber: Data pribadi)


103

Lampiran 11. Tabel ukuran batang Hollow square


104

Lampiran 12. Tabel Ukuran Batang kanal C


105

Lampiran 13. Tabel ukuran batang L


106

Lampiran 14. Prosedur penggunaan alat

Prosedur Pelepasan Power section:

1. Kendurkan baut pengunci flange C (bagian bawah) hingga terlepas dan

masukan baut dan mur pada tempat khusus.

2. Arahkan stand berhadapan dengan power section yang terpasang pada

stand engine PT6A-20 kemudian kunci roda stand.

3. kendurkan pengunci sistem sliding kemudian dorong penahan bawah 1 ke

kolong power section.

4. Naikan rangka lengan dengan memutar ulir daya hingga ujung batang

penyangga mendekati power section.

5. Luruskan ketiga batang penyangga pada tiap titik yang sudah ditentukan

ketika sudah lurus eratkan penguci sistem sliding.

6. Naikan kembai rangka lengan dengan memutar ulir daya hingga batang

penyangga sepenuhnya menyentuh dan menopang power section.

7. Kendurkan baut pengunci flange C (bagian atas) hingga terlepas dan

masukan baut dan mur pada tempat khusus.

8. Berikan marking pada flange C agar saat pemasangan kembali terpasang

pada titik yang sama.

9. Lepaskan pemgunci roda stand dan tarik perlahan power section yang

sudah tertahan dengan stand menjauhi stand engine dan gas generator

section.
107

10. Ketika power section sudah terlepas kendurkan pengunci sistem sliding

dan luruskan antara penahan bawah 1 dan 2.

11. Eratkan kembali pengunci sistem sliding.

Prosedur pemasangan power section:

1. Arahkan stand dengan power section menghadap gas generator section

kemudian kunci roda stand.

2. Naikan rangka lengan dengan memutar ulir daya hingga sejajar dengan

tinggi power section.

3. Kendurkan pengunci sistem sliding kemudian dorong penahan bawah 1

hingga power section mendekati gas generator section.

4. Luruskan antara power section dan gas generator section agar

pemasangannya tepat,

5. Dorong kembali penahan bawah 1 dan power section hingga power section

terpasang kembali dan marking pada flange C terletak di titik yang tepat

dan lurus.

6. Eratkan baut pengunci flange C (bagian atas) hingga semua terpasang.

7. Perlahan turunkan rangka lengan dengan memutar ulir daya hingga batang

penyangga tidak bersentuhan kembali dengan power section.

8. Dorong penahan bawah 1 hingga kembali lurus dengan penahan bawah 2

kemudian eratkan pengunci sistem sliding.

9. Dorong stand menjauh dari stand engine.


108

10. Eratkan kembali baut pengunci flange C (bagian bawah) hingga semua

terpasang.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ZAUDAN SYAHRUL MUBAROK, dilahirkan di Magelang

pada tanggal 6 Maret 2017. Putra dari pasangan Sadimun dan

Zulis Setyo Wardani, merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Pada Tahun 2002 memulai Pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri Jatake 2, Kota Tangerang. Kemudian pada tahun

2008 melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 kota

Tangerang. Selanjutnya pada tahun 2011 melanjutkan sekolah ke Sekolah

Menengah Kejuruan Penerbangan Dirghantara, Curug, Tangerang.

Pada tanggal 20 September 2014 mulai mengikuti pendidikan sebagai

Taruna Sekolah Tingggi Penerbangan Indonesia Curug – Tangerang pada Jurusan

Teknik Penerbangan, program Studi Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-13 B.

Pada bulan Oktober 2015, mengikuti pelatihan Jungle dan Sea Survival

dan pada bulan Januari sampai Maret 2017 mengikuti pelaksanaan praktek kerja

lapangan yang dilaksanakan di PT. Merpati Maintenance Facility.

You might also like