You are on page 1of 15

MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS

(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)


RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 1/15

Ditetapkan di Tenggarong Seberang


Tanggal Terbit
PANDUAN Plt.Direktur,
PRAKTIK
KLINIS
04 September 2023
MARTINA YULIANTI
1. DEFINISI A. Pengertian
a. TB Resisten Obat adalah TB yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa yang telah mengalami kekebalan
terhadap OAT
b. Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) adalah TB resisten
obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten
yaitu INH dan rifampicin secara bersama – sama atau disertai
resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti
etambutol, streptomisin dan pirazinamid.
c. Extensively drug-resistant tuberculosis (XDR-TB) adalah
M.tuberculosis yang resisten terhadap fluoroquinolon dan satu
diantara 3 obat injeksi lini ke dua (kapreomisisn, kanamisin, dan
amikasin).
i. Monoresisten jika resisten terhadap satu OAT.
ii. Poliresisten jika resisten terhadap lebih dari satu OAT
selain isoniazid dan rifampisin.
iii. Pre-XDR jika resisten terhadap Ofloxacin atau
Kanamisin/Amikasin.
d. Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi
menjadi:
i. Resistensi primer adalah apabila pasien sebelumnya tidak
pernah mendapat pengobatan TB
ii. Resistensi inisial adalah apabila kita tidak tahu pasti
apakah pasiennya sudah pernah ada riwayat pengobatan
sebelumnya atau tidak
iii. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah punya
riwayat pengobatan sebelumnya
e. Suspek MDR TB adalah semua orang yang mempunyai gejala
TB dan memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
i. Pasien TB gagal pengobatan Kategori2.
ii. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan.
iii. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang
tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi
lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 2/15

iv. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1. Pasien TB yang


pernah diobati >1 bulan di sarana non-DOTS termasuk
dengan OAT TB MDR missal fluoroquinolon dan kanamisin
v. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi
setelah 2 bulan pengobatan.
vi. Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan
OAT kategori 1 dan kategori 2.
vii. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai
berobat/default).
viii. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan
pasien TB- RO, termasuk dalam hal ini warga binaan yang
ada di Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama, barak,
buruh pabrik.
ix. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara
bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT, (bila
pada penegakan diagnosis awal tidak menggunakan TCM
TB).
B. Patosiologi
a. Perjalanan penyakit tuberkulosis melalui 5 stadium, yaitu :
i. Stadium 1: dimulai dari masuknya bakteri tuberkulosis ke
alveoli. Bakteri akan difagositosis oleh makrofag alveolar
dan umumnya bakteri dapat dihancurkan. Bila daya
bunuh makrofag rendah, bakteri tuberkulosis akan
berproliferasi dalam sitoplasma dan menyebabkan lisis
makrofag. Pada umumnya pada stadium ini tidak terjadi
pertumbuhan bakteri.
ii. Stadium 2: stadium simbiosis dimana bakteri akan
tumbuh secara logaritmik dalam non activated macrofag
yang gagal mendestruksi bakteri tuberkulosis hingga
makrofag hancur dan bakteri tuberkulosis difagositosis
oleh makrofag lain yang masuk ke tempat radang karena
faktor kemotaksis komponen komplemen C5a dan Monosit
Chemo Attractant Protein(MPC-1). Semakin lama semakin
banyak makrofag dan bakteri TB yang terkumpul ditempat
lesi.
iii. Stadium 3: terjadi nekrosis kaseosa, jumlah bakteri TB
menetap karena pertumbuhannya dihambat oleh respon
imun tubuh terhadap tuberculin like antigen. Pada stadium
ini Delayed Type Hypersensitivity (DTH) merupakan
respon imun utama yang mampu menghancurkan
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 3/15

makrofag yang berisi bakteri. Respon ini terbentuk 4-8


minggu setelah infeksi. Dalam solid caseosa center yang
terbentuk, bakteri ekstraseluler tidak dapat tumbuh,
dikelilingi oleh non activated makrofag, dan partly activated
macrofag. Pertumbuhan bakteri akan secara logaritmik
terhenti, namun respon imun DTH ini menyebabkan
perluasan caseosa necrosis tapi tidak dapat berkembang
biak karena kondisi anoksia, penurunan PH dan adanya
inhibitory fatty acid. Pada keadaan dorman ini metabolisme
bakteri minimal sehingga tidak sensitive terhadap terapi.
Nekrosis kaseosa ini merupakan reaksi DTH yang berasal
dari limfosit T, khususnya T sitotoksis (Tc) yang melibatkan
clotting factor, sitokin TNF-alfa, antigen reaktif, nitrogen
intermediate, kompleks antigen antibodi, komplemen, dan
produk-produk yang dilepaskan oleh bakteri yang mati.
Pada reaksi inflamasi, endothel vascular menjadi aktif,
menghasilkan molekul adhesi (ICAM-1,ELAM-1,VCAM-1),
MHC klas1 dan kelas 2 Endotel yang aktif mampu
mempresentasikan antigen tuberkulin pada sel Tc
sehingga menyebabkan jejas pada endotel dan memicu
kaskade koagulasi.Trombosis lokal akan menyebabkan
iskemia dan nekrosis di dekat jaringan.
iv. Stadium 4: respon imun Cell Mediated Immunity (CMI)
memegang peranan utama dimana CMI akan
mengaktifkan makrofag sehingga mampu memfagositosis
dan menghancurkan bakteri. Makrofag yang teraktivasi
menyelimuti tepi nekrosis kaseosa untuk mencegah
terlepasnya bakteri. Pada keadaan dimana CMI lemah,
kemampuan makrofag untuk menghancurkan bakteri
hilang sehingga bakteri dapat berkembang biak
didalamnya dan selanjutnya akan dihancurkan oleh respon
imun DTH, sehingga nekrosis kaseosa makin luas. Bakteri
TB yang terlepas akan masuk ke dalam kelenjar limfe
trakeobronchial dan menyebar ke organ lain.
v. Stadium 5 : terjadi likuifikasi kaseosa center dimana untuk
pertama kalinya terjadi multiplikasi bakteri TB
ekstraseluler yang dapat mencapai jumlah yang besar.
Respon imun CMI sering tidak mampu mengendalikannya.
Dengan progresivitasnya penyakit akan terjadi perlunakan
caseous nekrosis, membentuk kavitas dan erosi dari
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 4/15

dinding bronkus. Perlunakan ini disebabkan oleh enzim


hidrolisis dan respon DTH terhadap tuberkulo protein yang
menyebakan makrofag tidak dapat hidup dan merupakan
media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri TB
masuk ke dalam cabang - cabang bronkus, menyebar ke
bagian paru lain dan jaringan sekitarnya
b. Mekanisme Molekuler Resistensi
Populasi galur Mycobacterium tuberculosis resisten mutan dalam
jumlah kecil dapat dengan mudah diobati. Terapi yang tidak
adekuat menyebabkan proliferasi dan meningkatkan populasi
galur lebih resisten terhadap obat yang digunakan atau menjadi
sebagian efek penguat resistensi. Penularan galur resisten obat
pada populasi juga merupakan sumber kasus resistensi obat
baru. Meningkatnya koinfeksi TB-HIV menyebabkan progresi
awal infeksi TB RO dan penularannya
Mutasi pada genom Mycobacterium tuberculosis dapat terjadi
spontan secara alamiah diperkirakan terdapat 1 basil dalam 105
-106 terhadap INH dan 1 basil dalam 107 -108 terhadap
rifampisin, sedangkan resistens terdahap INH+rifampisin adalah
1 basil dalam 1013, dan terhadap INH+rifampisin+etambutol
adalah 1 basil dalam 1019 . 12 Resistensi terhadap OAT lini
pertama terkait mutasi pada 10 gen; katG, inhA, ahpC, kasA, dan
ndh untuk resistensi terhadap INH, rpoI untuk resistensi terhadap
rifampisin, embB untuk resistensi terhadap etambutol, prcA untuk
resistensi terhadap pirazinamid dan rpsL dan rrs terhadap
streptomisin.
a. Batuk berdahak > 2-3 minggu
b. Batuk darah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
2. ANAMNESIS e. Demam
f. Lemah badan
g. Penurunan nafsu makan
h. Penurunan berat badan
i. Keringat malam
j. Adanya riwayat penyakit yang memenuhi kriteria suspek TB RO
3. PEMERIKSAAN a. Tanda vital
FISIK b. Identifikasi TB RO berupa :
i. Anamnesa klinis
ii. Pemeriksaan fisik : kurang spesifik namun bisa ditemukan suara
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 5/15

nafas bronchial, amforik, suara nafas melemah, ronchi basah


tergantung luas lesi, pembesaran kelenjar getah bening regional.
a. Anamnesa
Memenuhi kriteria suspek TB RO
b. Pemeriksaan fisik
4. KRITERIA c. Pemeriksaan TCM
DIAGNOSIS d. Pemeriksaan kultur sputum BTA dengan Media Lowenstein Jensen
dan pemeriksaan uji kepekaan obat (Drug Suceptibility test atau
DST) ke BBLK Surabaya
e. Pemeriksaan LPA
5. DIAGNOSIS a. TB Sensitif Obat
BANDING b. Pneumonia
c. Infeksi jamur paru
d. Tumor paru
e. ILD
6. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Komprehensif; pemeriksaan ideal dilakukan sesuai
PENUNJANG
dengan teori dan bukti ilmiah yang ada, antara lain;
i. Pemeriksaan TCM S-P (Sewaktu-Pagi) atau S-S (Sewaktu-
Sewaktu) untuk evaluasi pengobatan
ii. Kultur sputum dengan media Lowenstein Jensen dan DST
iii. Foto toraks PA/lateral bila diperlukan
iv. Pemeriksaan darah rutin, kimia klinik dan analisa gas darah
b. Pemeriksaan Optimal; disesuaikan saran-prasarana yang tersedia,
tanpa mengurangi kualitas pelayanan, antara lain;
i. Foto toraks PA/lateral
ii. DST
iii. TCM
iv. Pemeriksaan darah rutin, kimia klinik dan analisa gas darah,
SGOT/PT, Bilirubin T/D/I, Albumin, Ur/Cr, Asam urat, GDS,
Serum elektrolit (Na/K/Cl/Mg), TSH, tes kehamilan, tes HIV (bila
status HIV belum diketahui), EKG, tes pendengaran (audiometri),
pemeriksaan mata (buta warna, lapang pandang), pemeriksaan
kejiwaan (kecenderungan psikosis dan kepatuhan berobat)
7. TERAPI Terapi TB RO dapat diberikan paduan jangka pendek atau paduan
jangka panjang atau terapi individual.
Pasien TB RO yang akan diobati dengan OAT TB RO serta paduan
regimen yang akan digunakan ditentukan oleh Tim Ahli Klinis
A. Kriteria pengobatan TB RO dengan paduan jangka pendek:
a. Tidak ada bukti resisten terhadap fluorokuinolon/obat injeksi lini
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 6/15

kedua
b. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
c. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
d. Tidak terdapat intoleransi terhadap obat-obat pada paduan
standar jangka pendek.
e. Tidak hamil
f. Bukan kasus TB ekstra paru berat
g. Bukan TB ekstraparu pada ODHA
h. Bukan kondisi tertentu yang menyebabkan hasil pengobatan
buruk (unfavorable outcome : TB paru lesi luas dengan severe
underweight, Gizi buruk (BMI < 16), Gangguan fungsi hati:
kenaikan kadar SGOT/SGPT > 5x normal, Gangguan fungsi
ginjal: klirens kreatinin < 30 cc/menit).
B. Panduan OAT TB RO
a. Panduan jangka pendek;
4-6 Bdq (6 bulan) – Lfx- Hdt-Cfz-E-Z-Eto/ 5 Lfx-Cfz-Z-E
b. Panduan jangka panjang;
6 Bdq-Lfx atau Mfx-Lzd-Cfz-Cs/14 Lfx atau Mfx-Lzd-Cfz-Cs
c. Paduan OAT TB Pre XDR terstandar:
6 Bdq – Lzd – Cfz – Cs – E /14 Lzd – Cfz - Cs – E
Grup A: Bedaquiline, Linezolid
Grup B: Clofazimine, Cycloserine
Grup C: Etambutol, Delamanid, Pirazinamid, Imipenem-clastatin
atau Meropenem, Amikasin atau Streptomisin, Etionamid, P-
asamaminosalisilat (PAS).
Pilih semua (dua) obat grup A + pilih semua (dua) obat grup B +
pilih semua (satu) obat grup C.
d. Paduan Individual untuk TB RO
i. Pengelompokkan Obat TB RO (WHO 2016)
 Grup A (Fluorokuinolon): Levofloxacin, Moxifloxacin,
Gatifloxacin
 Grup B (Obat Injeksi Lini Kedua): Amikasin, Capreomisin,
Kanamisin, (Streptomisin).
 Grup C (Obat lini kedua utama lainnya):
Etionamid/Protionamid, Sikloserin/Terizidone, Linezolid,
Clofazimin
 Grup D (Obat Tambahan)
D1: Pirazinamid, Etambutol, Isoniazid dosis tinggi
D2: Bedaquiline, Delamanid
D3: Asam p-aminosalisilat, Imipenem-silastatin,
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 7/15

Meropenem, Amoksisilin-klavulanat, Thioasetazone.


ii. Langkah – langkah penyusunan paduan individual untuk
pengobatan TB RO
 Pilih 1 obat golongan fluorokuinolon (Grup A): LFx, MFx
 Pilih 1 obat suntik lini kedua (Grup B): Km, Cm
 Obat Utama lini kedua lainnya (Grup C): Eto (Pto), Lzd,
Cfx, Cs
 OAT lini pertama (Grup D1): Z, E, HDT
 Pilih 1 obat baru (Grup D2): Bdq, Dlm
 Obat Tambahan (Grup D3): PAS
iii. Durasi Pemberian Paduan Terapi Jangka Pendek
Prinsip pemberian paduan pengobatan TB RO jangka pendek
tanpa injeksi adalah:
 Sebelum pengobatan, direkomendasikan untuk
menunggu hasil uji kepekaan obat terhadap florokuinolon
(hasil LPA lini kedua), namun bila hasil LPA tidak tersedia
hingga hari ke-7, pengobatan harus segera dimulai dan
pemilihan paduan pengobatan didasarkan pada hasil
anamnesis dan riwayat pengobatan TB/TB RO
sebelumnya .
 Durasi total pengobatan adalah 9–11 bulan, dengan
tahap awal selama 4 bulan (bila terjadi konversi BTA
pada atau sebelum bulan ke-4) dan tahap lanjutan
selama 5 bulan. Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA
atau biakan awal negatif dapat diberikan tahap awal
selama 4 bulan. Kondisi klinis dan radiologis harus
dipantau untuk memastikan terjadi perbaikan.
 Bila belum terjadi konversi BTA pada bulan ke-4, tahap
awal pengobatan dapat diperpanjang sampai bulan ke-5
atau bulan ke-6 (bergantung pada waktu konversi BTA).
 Pemeriksaan LPA lini kedua dan uji kepekaan obat harus
diulang bila hasil pemeriksaan BTA pada bulan ke-4
masih positif.
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 8/15

 Pada paduan jangka pendek, bedaquiline tetap diberikan


selama 6 bulan tanpa memperhatikan durasi tahap awal
pengobatan.
 Bila tidak terjadi konversi BTA pada bulan ke-6,
pengobatan paduan jangka pendek harus dihentikan
dan hasil pengobatan pasien dicatat sebagai “Gagal
pengobatan”. Pasien didaftarkan kembali atau dirujuk
untuk mendapatkan paduan pengobatan TB RO jangka
panjang.
 Semua obat diminum satu kali sehari, 7 hari dalam
seminggu (setiap hari), kecuali bedaquiline yang diminum
setiap hari pada 2 minggu pertama dan 3x seminggu
pada 22 minggu berikutnya (total Bdq diminum selama 24
minggu).
 Komposisi paduan pengobatan jangka pendek
merupakan paduan standar yang tidak dapat dimodifkasi.
Namun pada kondisi tertentu, seperti terjadinya efek
samping, etionamid dapat diganti dengan protionamid
dan levofloksasin diganti dengan moksifloksasin.
Penggunaan moksifloksasin dalam paduan jangka
pendek harus dengan pengawasan efek samping obat
yang ketat karena penggunaan moksifloksasin
bersamaan dengan bedaquiline dan clofazimin dapat
meningkatkan risiko gangguan irama jantung
(pemanjangan interval QT).
 Paduan pengobatan jangka pendek tanpa injeksi tidak
bisa diberikan bila hasil LPA lini satu menunjukkan
adanya mutasi pada gen inhA dan katG secara
bersamaan yang menunjukkan adanya resistansi
terhadap INH dosis tinggi dan etionamid/protionamid.
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 9/15

 Vitamin B6 (piridoxin) dapat diberikan untuk pasien


dengan paduan jangka pendek.
 Semua obat harus diberikan di bawah pengawasan
minum obat yang ketat selama periode pengobatan.
Durasi pengobatan TB RO dengan paduan jangka pendek
dan jenis obat pada tiap fase pengobatan dapat d-ilihat pada
Tabel berikut.

Tabel. Durasi pemberian obat pada paduan pengobatan TB RO jangka pendek


Tahap
Tahap Awal Total Durasi
Nama Obat Lanjutan
(4-6 bulan)* Pemberian
(5 bulan)
6 bulan (tanpa
Bedaquiline (Bdq)* v memperhatikan
durasi tahap awal)
Levofloksasin atau
v v 9 – 11 bulan
Moxifloxacin

Clofazimin v v 9 – 11 bulan

Etionamid v - 4 - 6 bulan

INH dosis tinggi v - 4 - 6 bulan

Pirazinamid v v 9 – 11 bulan

Etambutol v v 9 – 11 bulan

*) Bedaquiline diberikan dengan durasi tetap selama 6 bulan, tanpa memperhatikan


durasi tahap awal pengobatan (sehingga meskipun tahap awal pengobatan hanya 4
atau 5 bulan, Bdq tetap diberikan selama 6 bulan).

Obat TB RO diberikan sesuai dengan dosis berdasarkan


kelompok berat badan pasien. Pada Tabel 5 di bawah dapat
dilihat dosis OAT berdasarkan berat badan untuk paduan
pengobatan TB RO jangka pendek.
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 10/15

Tabel. Dosis OAT berdasarkan berat badan untuk paduan pengobatan TB RO


jangka pendek
Dosis Kelompok berat badan (≥ 15 tahun)
Nama
Obat Kemasan 30-35 36-45 46-55 56-70 >70
obat
Harian kg kg kg kg kg
4 tablet pada 2 minggu pertama, 2 tablet
Bedaquilin
- 100 mg tab Senin/Rabu/Jum’at selama 22 minggu
e*
berikutnya

250 mg tab 3 3 4 4 4
Levofloksa
-
sin
500 mg tab 1,5 1,5 2 2 2

Dosis
400 mg tab 1 1 1,5 1,5 1,5
Moksifloks standar
asin Dosis 1 atau 1 atau
400 mg tab 1,5 2 2
tinggi 1,5 2

50 mg tab 2 2 2 2 2
Clofazime -
100 mg tab 1 1 1 1 1

15-25
Ethambutol 400 mg tab 2 2 3 3 3
mg/kg

400 mh tab 3 4 4 4 5
Pirazinami 20-30
de mg/kg
500 mg tab 2 3 3 3 4

15-20
Ethionamid 250 mg tab 2 2 3 3 4
mg/kg
10-15
mg/kg
INH 300 mg tab 1,5 1,5 2 2 2
(dosis
tinggi)
*) Bdq ditelan 2 x 2 tablet @100 mg (setiap hari, pagi dan malam) pada 2 minggu
pertama, dan 1 x 2 tablet @100mg (3x seminggu) pada 22 minggu berikutnya.

iv. Durasi Pemberian Paduan Individual untuk TB RO:


Tipe Pasien Baru
 Bulan Konversi bulan 0-4
- Lama tahap awal 8 bulan
- Lama tahap lanjutan 12 bulan
- Total durasi pengobatan 20 bulan
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 11/15

 Bulan Konversi bulan 5-8


- Lama tahap awal 9-12 bulan (tambah 4 bulan dari
bulan konversi.
- Lama tahap lanjutan 12 bulan
- Total durasi pengobatan 21-24 bulan
Pasien pernah diobati MDR atau TB pre-/XDR
 Bulan Konversi bulan 0-8
 Lama tahap awal 12 bulan
 Lama tahap lanjutan 12 bulan
 Total durasi pengobatan 24 bulan
e. Pasien dengan HIV yang menggunakan ARV, EFV diganti
dengan TDF (bila menggunakan Bedaquilin). Bila tidak
menggunakan Bdq, dapat dipakai paduan berikut:
6 Dlm-Lfx-Lzd-Clz-Cs / 14 Lfx-Clz-Cs
6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Eto / 14 Lfx-Clz – Eto
i. Paduan ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi
TB RO secara laboratoris.
ii. Paduan pengobatan konvensional diberikan dalam dua tahap
yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap
pemberian suntikan dengan lama paling sedikit 8 bulan.
Tahap lanjutan adalah pemberian paduan OAT tanpa suntikan
setelah menyelesaikan tahap awal. Total pengobatan selama
18 bulan atau lebih.
iii. Panduan pengobatan shorter TB RO regimen lama
pengobatan 9-12 bulan, dimana fase intensive 4 bulan dan
fase lanjutan 8 bulan.
iv. Etambutol tidak diberikan jika terbukti sudah resisten.
v. Paduan OAT akan disesuaikan paduan atau dosis pada;
 Pasien TB RO yang diagnosis awal menggunakan Rapid
Test, setelah ada konfirmasi hasil uji resistensi
M.tuberculosis dengan cara konvensional, paduan OAT
akan disesuaikan
 Bila ada riwayat penggunaan salah satu obat tersebut di
atas sebelumnya sehingga dicurigai telah ada resistensi,
misalnya : pasien sudah pernah mendapat kuinolon pada
pengobatan TB sebelumnya, maka diberikan
levofloksasin dosis tinggi. Apabila sudah terbukti resisten
terhadap levofloksasin maka paduan pengobatan
ditambah PAS dan levofloxacin diganti dengan
moksifloksasin, hal tersebut dilakukan dengan
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 12/15

pertimbangan dan persetujuan dari tim ahli klinis atau tim


ad hoc
 Terjadi efek samping yang berat akibat salah satu obat
yang sudah dapat diidentifikasi sebagai penyebabnya.
 Terjadi perburukan keadaan klinis, sebelum maupun
setelah konversi biakan. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah kondisi umum, batuk, produksi dahak, demam,
penurunan berat badan.
vi. Penentuan perpindahan ke tahap lanjutan, perubahan dosis
dan regimen, stop pengobatan karena efek samping, dan
dinyatakan sembuh ditentukan oleh tim ahli klinis.
f. Pengobatan suportif dan simtomatis yang diberikan sesuai
dengan keadaan klinis dan indikasi rawat:
i. Perbaikan gizi
ii. Pendidikan Kesehatan.
g. Rehabilitasi medik
h. Evaluasi Pengobatan dengan hasil akhir:
i. Sembuh
 Pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi
pengobatan yang ditetapkan dan memenuhi kriteria untuk
dinyatakan sembuh.
 Pemeriksaan biakan tiga kali berturut-turut dengan jarak
minimal 30 hari hasilnya negatif pada tahap lanjutan.
 Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (bulan ke-9
atau 11) hasilnya negatif.
ii. Pengobatan lengkap
 Pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi
pengobatan yang ditetapkan.
 Tidak ada bukti untuk dinyatakan sembuh atau gagal.
iii. Gagal
Paduan Jangka Pendek
 Pemeriksaan BTA pada akhir bulan ke-6 hasilnya positif.
 Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (AP) hasilnya
positif
 Terjadi reversi (BTA atau biakan kembali menjadi positif)
pada tahap lanjutan. Jika terjadi reversi, maka
Pemeriksaan BTA dan biakan diulang pada bulan
selanjutnya.
 Terjadi efek samping berat yang mengakibatkan
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 13/15

pengobatan standar jangka pendek harus dihentikan.


 Terjadi resistensi tambahan terhadap OAT lini kedua
golongan kuinolon dan atau injeksi lini kedua.
Paduan Individual
Pengobatan TB RO dihentikan atau membutuhkan perubahan
paduan pengobatan TB RO secara permanen terhadap 2
(dua) atau lebih OAT RO, yang disebabkan oleh salah satu
dari beberapa kondisi dibawah ini yaitu:
 Tidak terjadi konversi sampai dengan akhir bulan ke-8
pengobatan tahap awal.
 Terjadi reversi pada tahap lanjutan, yaitu biakan dahak
kembali menjadi positif pada 2 (dua) kali Pemeriksaan
berturut-turut setelah sebelumnya tercapai konversi
biakan.
 Terbukti terjadi resistensi tambahan terhadap obat TB RO
golongan fluorokuinolon atau obat injeksi lini kedua.
 Terjadi efek samping obat yang berat yang mengharuskan
pengobatan dihentikan secara permanen
iv. Meninggal
Pasien meninggal dalam masa pengobatan oleh sebab
apapun.
v. Putus berobat
Pasien berhenti berobat selama 2 bulan berturut-turut atau
lebih.
vi. Tidak dievakuasi
 Pasien pindah berobat tapi hasil akhir pengobatan tidak
diketahui atau tidak dilaporkan kembali
 Pasien tidak ada hasil pengobatan sampai periode
pelaporan.
8. EDUKASI a. Edukasi tentang terapi OAT MDR dan efek sampingnya
b. Edukasi kontrol lingkungan ( cara batuk, masker, ventilasi)
c. Edukasi PMO (Pengawas Menelan Obat)
d. Evaluasi terapi (pemeriksaan sputum, laboratorium dan foto toraks
sesuai program)
e. Edukasi kontrol rutin poli MDR
f. Edukasi sosial (pencarian kontak serumah)
g. Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (cuci tangan, etika batuk)
9. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 14/15

10. INDIKATOR 80% pasien MDR TB tegak diagnosis dan terapi dalam 7 hari, serta
MEDIS dapat diserahterimakan dalam 14 hari sesuai hasil rapat dengan tim ahli
sebelumnya
a. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
b. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Petunjuk Teknis Penatalaksanaan TB MDR. Jakarta.
c. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Tuberkulosis. Jakarta.
d. Smith, I. 2003. Mycobacterium tuberculosis Pathogenesis and
Molecular Determinants of Virulence. Clin Microbiol Rev. 16(3): 463–
11. KEPUSTAKAAN
496.
e. WHO treatment guidline for drug resistant tuberculosis, 2016.
f. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Paduan Pelayanan
Tuberkulosis Resisten Obat untuk Pasilitas Pelayanan Kesehatan
Edisi 2.
g. Workshop TB MDR 2019 di Jakarta.
h. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis

Ketua Komite Medik Ketua KSM Paru

dr. Mariati Herlina Sitinjak, SpKJ dr. Parluhutan Doli Siregar, Sp.P
NIP. 19740922 200801 2 010 NIP. 19780602 200801 1 015
MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS
(MDR TB)/ TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT (TB RO)
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
018/PPK-KSM.P/IX/2023 01 15/15

LAMPIRAN 1

Tabel 1. Dosis Pemberian Bedaquiline


Minggu ke- Dosis Harian Frekuensi/minggu
Minggu 0-3 Bdq: 400 mg (1 x 4 tab) 7 hari/minggu
Minggu 3-24 Bdq: 200 mg (1 x 2 tab) 3 kali/minggu dengan jarak
pemberian min. 48 jam

Tabel 2. Dosis pemberian Delamanid


Usia Dosis Harian Frekuensi/minggu
6 – 11 tahun Dlm: 2 x 50 mg (1 tablet ditelan pada pagi hari
7 hari seminggu
(BB 20 – 34 kg) DAN 1 tablet pada malam hari)
12-17 tahun Dlm: 2 x 100 mg (2 tablet ditelan pada pagi hari
7 hari seminggu
(BB > 35 kg) DAN 2 tablet pada malam hari)
Dewasa Dlm: 2 x 100 mg (2 tablet ditelan pada pagi hari
7 hari seminggu
DAN 2 tablet pada malam hari)

You might also like