You are on page 1of 19

INDIKATOR MUTU DARI PELAYANAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


Dosen Pengampu:
drg. Nining Handayani, Sp.Pros., M.M., CIQnR., CIQaR.

Kelompok 3
Manajemen Mutu Rumah Sakit 1
INDIKATOR MUTU DARI PELAYANAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Dosen Pengampu:
drg. Nining Handayani, Sp.Pros., M.M., CIQnR., CIQaR.

Ketua : Alicia Dipta Pranudia 71225099 – 11A


Sektretaris : Vidi Alfiansyah 71225134 – 11A
Anggota : Candra Gumilar 71225104 – 11A
Dionysius Beni Nugroho 71225109 – 11A
I Gusti Kade Putri Ayu R 71225115 – 11A
Joanne Switasanny A 71225120 – 11A
Melati Ganeza 71225125 – 11A
Rheza Giovanni 71221150 – 11A

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
2023 2
MATERI BAHASAN
Ø Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah dan tujuan)
Ø Standar Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Ø Outcame Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Ø Kesimpulan

3
4
PENDAHULUAN

Mutu Pelayanan Kesehatan


Kesehatan merupakan Mutu pelayanan kesehatan
elemen penting dalam adalah kesesuaian antara Standarisasi Mutu Pelayanan
kehidupan dan menjadi pelayanan kesehatan yang Kesehatan
salah satu hak asasi manusia diberikan dengan kebutuhan Oleh Peraturan Pemerintah
UUD Pasal 28 yang diinginkan pasien atau No. 102 Tahun 2000
Pasal 34 ayat 3 kesesuaian dengan ketentuan
standsar pelayanan.

5
PENDAHULUAN
Pengaturan Tentang Indikator Mutu digunakan sebagai acuan untuk
melakukan evaluasi mutu pelayanan kesehatan. Instansi – instansi pelayanan
kesehatan seperti:
• Pemerintah pusat
• Pemerintah daerah
• Tempat praktik mandiri dokter dan dokter gigi
• Klinik
• Puskesmas
• Rumah Sakit
• Laboratorium Kesehatan
• UPTD dll.

6
PENDAHULUAN
RS Pemerintah

Rumah sakit merupakan institusi yang Target:


kompleks, dinamis, kompetitif, padat Memberikan pelayanan kesehatan
modal dan padat karya yang multi yang maksimal dan dapat
disiplin, serta dipengaruhi lingkungan memberikan kepuasan pada
yang selalu berubah. Rumah sakit masyarakat. Untuk mencapai target
memiliki output jasa pelayanan tersebut indikator mutu sebagai
kesehatan, barang serta brainware. pedoman mutlak diperlukan.

RS Swasta

Mutu pelayanan RS merupakan suatu fenomena yang unik, sebab dimensi dan
indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Azwar (1996), untuk mengatasi perbedaan tersebut selayaknya yang dipakai
sebagai pedoman adalah hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (Layli, 2022).
7
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah:
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit?

2. Bagaimana outcome mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit?

3. Bagaimana indikator kinerja mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit?

Tujuan:
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

2. Untuk mengetahui outcome mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

3. Untuk mengetahui indicator kinerja mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.


8
9
STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
• Mutu pelayanan kesehatan sering kali berbeda-beda. Salah satunya penyebabnya karena adanya variasi proses
sehingga diperlukan standarisasi pelayanan.

Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000


• Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya.

10
STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
• Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah
sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan.
• Tujuan akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu.

Undang – undang No. 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1

• Menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali (de Galiza Barbosa et al.,
2022).

11
OUTCOME MUTU PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
• Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien. Dapat
berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
• Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
• Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien.

• Standard outcome diukur melalui hasil:

Kepuasan
Ketepatan
Pelanggan

Efektivitas Efisiensi

12
INDIKATOR KINERJA MUTU PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT (Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
Indonesia)
Efektif
• Menyediakan pelayanan kesehatan yang berbasis bukti kepada masyarakat.
Keselamatan
• Meminimalkan terjadinya kerugian (harm), termasuk cedera dan kesalahan medis yang dapat dicegah, pada
pasien-masyarakat yang menerima pelayanan.
People centered
• Menyediakan pelayanan yang sesuai dengan preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu.
Tepat waktu
• Mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan pemberian pelayanan kesehatan.
Efisien
• Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan mencegah pemborosan termasuk alat kesehatan,
obat, energi dan ide.
Adil
• Menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membedakan jenis kelamin, suku, etnik, tempat tinggal, agama, dan
status sosial ekonomi.
Terintegrasi
• Menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasilitas pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan, serta
menyediakan pelayanan kesehatan pada seluruh siklus kehidupan.
13
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
(Tiga Parameter Pendekatan untuk metode perbaikan dan
intervensi mutu)

Struktur (Input) Proses Outcome

• karakteristik pelayanan • Proses pada dasarnya • merujuk pada berbagai


yang relatif stabil yang adalah berbagai perubahan kondisi dan
dimiliki oleh penyedia aktifitas/proses yang statuskesehatan yang
fasilitas pelayanan merupakan interaksi didapatkan oleh
kesehatan, meliputi antara penyedia fasilitas penerima pelayanan
antara lain perlengkapan, pelayanan kesehatan (pasien) setelahterakses
sumber daya dan tatanan dengan penerima dan menggunakan
organisasi serta fasilitas pelayanan kesehatan. fasilitas pelayanan
fisik di lingkungan kerja. Kegiatan ini antara lain kesehatan. Komponen
meliputi asesmen, outcome tersebut antara
diagnosis, perawatan, lain meliputi morbiditas,
konseling, pengobatan, mortalitas dan tingkat
tindakan, kepuasan pasien.
penatalaksanaan, dan
follow up.
14
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
(Tiga Parameter Pendekatan untuk metode perbaikan dan
intervensi mutu)
1. Enumerator adalah suatu data pembilang dari suatu peristiwa (events) yang sudah diukur;

2. Denominator data penyebut adalah jumlah target sasaran atau jumlah seluruh pasien yang menjadi sasaran
pemberian asuhan/pelayanan. Contoh data denominator di Rumah Sakit : populasi sasaran dalam satu wilayah
seperti: jumlah balita, bumil, bayi baru lahir. Indikator yang meliputi denominator sangat berguna untuk
memonitor perubahan dan membandingkan tingkat keberhasilan suatu area dengan area lain pada suatu
wilayah. Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu indikator tanpa
denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian jarang atau langka tetapi penting misalnya
kematian ibu. Indikator dapat dikategorikan serius dari peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai
sangat berbahaya atau berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah maka diperlukan pengawasan atau
monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat.

15
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
(Proses untuk menetapkan indikator nasional mutu
pelayanan kesehatan)
1. Brainstorming dengan melibatkan pakar dan praktisi mutu untukmenetapkan kandidat indikator.
2. Melakukan pemilihan indikator berdasarkan kriteria dan masukan-masukan pakar.
3. Melakukan uji coba indikator yang ditetapkan.
4. Menetapkan indikator yang akan digunakan untuk pengukuran.

16
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2022, Indikator Mutu di Rumah Sakit terdiri
atas :
1. Kepatuhan kebersihan tangan;
2. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri;
3. Kepatuhan identifikasi pasien;
4. Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi;
5. Waktu tunggu rawat jalan;
6. Penundaan operasi elektif;
7. Kepatuhan waktu visite dokter;
8. Pelaporan hasil kritis laboratorium;
9. Kepatuhan penggunaan formularium nasional;
10. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway);
11. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh;
12. Kecepatan waktu tanggap komplain; dan
13. Kepuasan pasien.
17
Pengumpulan Data Indikator
Pengumpulan data indikator merupakan tulang punggung dari program pengukuran kinerja. Hal tersebut hanya dapat
dikembangkan melalui sistem manajemen informasi yang tepat, dimana pengumpulan data, pengorganisasian serta reaksi terhadap
data kinerja direncanakan dan diorganisir secara sistematik, sehingga dapat memberikan makna terhadap perubahan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam suatu organisasi. Ada enam sasaran kunci pengumpulan data kinerja:

1. Menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan mendatang,

2. Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil data yang dikumpulkan

3. Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk melakukan tindakan,

4. Menumbuhkan motivasi staf dan merencanakan peningkatan kinerja itu sendiri,

5. Mengumpulkan data interval secara reguler terhadap proses- proses kritis, dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah
meningkat

6. Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.

18
KESIMPULAN
1. Mutu Pelayanan kesehatan adalah Penampilan yang pantas dan sesuai (sesuai dengan standar-
standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.

2. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien.
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

3. Untuk meningkatkan kinerja dapat menggunakan sistem model manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

19

You might also like