Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Tryan Felix H 190802037 Revisi Final
Skripsi Tryan Felix H 190802037 Revisi Final
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
Disetujui di
Medan, 26 September 2023
i
PERYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
ii
ANALISIS LOGAM, KADAR PARTIKULAT, DAN KOMPOSISI DARI
DEBU EMISI NON-EXHAUST PADA JALAN RAYA
(LOKASI : JL. SISINGAMANGARAJA)
ABSTRAK
iii
ANALYSIS OF METALS, PARTICULATE CONTENT, AND COMPOSITION
OF NON-EXHAUST EMISSION DUST ON HIGHWAYS
(LOCATION: JL. SISINGAMANGARAJA)
ABSTRACT
Air pollution caused by motor vehicles has become a serious issue in many
urban areas. Emissions from vehicle exhausts have received due attention, but there
is another component that also contributes to air pollution, namely road dust
originating from brake wear, tire abrasion, and road surfaces. This research
provides an in-depth understanding of road dust composition and its impact on air
quality and public health. The findings reveal that road dust contains heavy metals
such as iron (Fe), manganese (Mn), and aluminum (Al) with concentrations of
approximately 25.8167 ppm, 15.0585 ppm, and 713.6148 ppm, respectively. The
particulate levels of road dust reach 637.27985 μg/Nm3, exceeding the permissible
limits and potentially posing negative health effects on humans. SEM-EDX and XRF
analyses unveil diverse morphologies and compositions of road dust, including other
elements like magnesium (Mg), silicon (Si), and Calsium (Ca). These results
reinforce the understanding of air pollution originating from road dust and highlight
the necessity for more effective pollution control measures. This research bears
significant importance in efforts to mitigate air pollution and safeguard public
health. The outcomes can serve as a foundation for the development of more effective
air pollution management strategies and contribute substantially to awareness of
heavy metal risks in road dust.
Keywords : Non-exhaust emision , Particulate level , Road dust, SEM, XRF
iv
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus, yang telah
melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana sains di FMIPA
USU dengan judul “Analisis Logam, Kadar Partikulat, Dan Komposisi Dari Debu
Emisi Non-Exhaust Pada Jalan Raya (Lokasi : Jl. Sisingamangaraja).”
Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini kepada bapak Drs.
Chairuddin, M.Sc. yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis
dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Kepada Ibu Dr. Sovia
Lenny, M.Si dan bapak Muhammad Zulham Efendi Sinaga S.Si., M.Si. selaku Ketua
dan Sekretaris Prodi S1 Kimia FMIPA USU, dan kepada semua staff dosen
Departemen Kimia FMIPA USU.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya, atas
jasa-jasa beliau membesarkan, mendidik penulis juga senantiasa memberikan doa
dan dukungan moral serta materi hingga akhirnya penulis menyelesaikan studi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga penulis lainnya yaitu kedua
abang penulis yang membantu penulis dalam hal materi dan adik penulis yang selalu
ada dan menyemangati penulis dikala penulis sedang putus asa. Penulis
mengucapkan terimakasih juga kepada teman-teman yang sudah turut andil
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian
dan kemajuan ilmu pengetahuan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
PERYATAAN ORISINALITAS ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 4
vi
3.5 Pengujian Contoh Uji 18
3.6 Penentuan Kadar Partikulat 18
3.7 Bagan Penelitian 20
3.7.1 Pengambilan Sampel 20
3.7.2 Destruksi Debu (SNI 8910:2021) 21
3.7.3 Pengujian Contoh Uji 22
3.7.4 Penentuan Kadar Partikulat 22
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN 51
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
Gambar
2.1 Terbentuknya K-alpha dan K-Beta 15
4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi 25
4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mangan 28
4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Aluminium 31
4.4 Grafik Hasil Uji Komposisi pada sampel debu emisi non-exhaust
100 mesh dan 200 mesh 41
4. 5 Morfologi Debu emisi Non-exhaust Jalan Sisingamangaraja 42
4. 6 Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 1 43
4. 7 Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 2 44
4. 8 Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 3 45
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
Tabel
2.1 Karakteristik partikulat logam berat dari lalu lintas jalan 12
2.2 Panjang Gelombang Suatu Unsur 13
4.2 Data Perhitungan Garis Regresi untuk Larutan Standar Besi 24
4.3 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Besi dalam Sampel 26
4.4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan dalam Larutan Standar 27
4.5 Data Perhitungan Garis Regresi untuk Larutan Standar Mangan 27
4.6 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan dalam Sampel 29
4.7 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Aluminium dalam Larutan Standar 30
4.8 Data Perhitungan Garis Regresi untuk Larutan Standar Aluminium 30
4.9 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Aluminium dalam Sampel 32
4.10 Data Meteorologi 33
4.11 Jumlah Kendaraan Lalu Lalang di Area Titik Sampling 33
4.12 Data Pengamatan Lapangan 33
4.13 Baku Muku Parameter TSP 36
4.14 Data Uji Komposisi Unsur Logam debu emisi non-exhaust 100
mesh menggunakan XRF 39
4.15 Data Uji Komposisi Unsur Logam debu emisi non-exhaust 200
mesh menggunakan XRF 40
4.16 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 1 43
4.17 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 2 44
4.18 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 3 45
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Halaman
Lampiran
1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
52
2 Pengambilan Sampel Dengan Vaccum Cleaner
52
3 Destruksi Sampel Dengan Destruksi Basah
53
4 Proses Pengambilan Sampel Dengan Impinger
55
5 Data XRF
56
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
keluarnya tol Amplas sehingga otomatis menjadi jalan yang padat dan ramai untuk
dilalui oleh transportasi kendaraan bermotor.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa emisi non-buang berkontribusi
terhadap 50–75% emisi PM10, yang merupakan partikel besar dan 15–40% PM
kurang dari 2,5 mikrometer (PM2.5) di AS dan Tiongkok , dan dapat mencapai sekitar
94% dari total emisi PM10 dan 90% dari PM2.5 pada tahun 2030. Oleh karena itu,
polusi yang tidak terkait dengan lalu lintas gas buang menimbulkan risiko besar bagi
lingkungan dan kesehatan manusia. Emisi non-gas buang dapat mengancam
kesehatan kita tetapi kurang dipahami dan lebih sulit diperkirakan
(Isabel Rowbotham, 2021).
Menggunakan penghisap debu untuk mengambil sampel debu jalan pada pinggiran
jalan raya di kota besar di polandia yang dinilai cukup praktis sebagai alat sample.
Hasil sampel yang diperoleh dianalisi menggunakan ICP untuk menentukan
konsentrasi beberapa logam berat yang sangat membahayakan bagi system
pernafasan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis melakukan penelitian terkait
analisis konsentrasi logam berat yang berasal dari emisi non-exhaust yang beberapa
diantara logamnya ialah Fe, Mn dan Al. Pengujian sampel diukur dengan
spektrofotometri serapan atom nyala pada panjang gelombang masing masing logam,
penentuan kadar partikulat secara gravimetri, yang kemudian dikarakterisasikan
dengan SEM dan ditentukan komposisinya dengan menggunakan XRF.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana hasil konsentrasi dari logam Fe, Mn dan Al pada debu jalan di
Jalan Sisingamangaraja?
2. Bagaimana kadar partikulat debu jalan di Jalan Sisingamangaraja dengan air
sampler sederhana?
3. Bagaimana bentuk dan morfologi permukaan serta komposisi penyusun dari
debu jalan?
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada analisa logam yang terkandung dalam debu jalan di
jalan Sisingamangaraja (50 meter setelah keluar jalan layang amplas) khususnya
logam Fe, Mn dan Al menggunakan metode yang sederhana.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan hasil konsentrasi dari logam Fe, Mn dan Al pada debu jalan
di Jalan Sisingamangaraja.
2. Untuk menentukan kadar partikulat debu jalan di Jalan Sisingamangaraja
dengan air sampler sederhana.
3. Untuk menentukan bentuk dan morfologi permukaan serta komposisi penyusun
dari debu jalan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kandungan beberapa
logam berat yang terkandung dalam debu jalan dan memberi informasi kepada
4
masyarakat bahaya atau dampak dari adanya logam berat yang terkandung di dalam
debu jalan.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel debu jalan di jalan raya
menggunakan vaccum cleaner dan impinger sederhana untuk penentuan kadar
partikulat. Sampel hasil vaccum cleaner kemudian akan dinalisa dengan alat
spektrofotometer serapan atom nyala pada panjang gelombang 248,42 nm, 279,57
nm, dan 309,12 nm untuk menentukan konsentrasi logam Fe, Mn dan Al. Penentukan
kadar partikulat debu dilakukan penimbangan berat secara gravimetri. Scanning
Electron Microscopy Energi Dispersive X-Ray (SEM-EDX) digunakan untuk
menganalisis bentuk dan morfologi permukaan serta WDXRF (Wavelength
Dispersive X-ray Fluorescence) digunakan untuk menganalisis komposisi penyusun
dari suatu bahan atau material.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udara
Udara merupakan campuran gas yang terdiri atas banyak komponen dan
terdistribusi secara luas. Udara merupakan bagian dari atmosfer yang berisi oksigen
yang diperlukan oleh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad hidup yang lain.
Atmosfer juga merupakan sumber karbondioksida yang sangat diperlukan oleh
tumbuh-tumbuhan dan merupakan penyumbang uap air. Para ilmuwan menduga 95
% kehidupan di bumi disokong oleh lapisan atmosfer yang tebalnya kurang dari 2
mil (Dra. Ratih et al., 1999).
Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang terdiri dari berbagai
gas pada permukaan bumi. Tanpa udara, manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan
tidak dapat melangsungkan kehidupan. Udara juga berfungsi sebagai pelindung
kehidupan di muka bumi dari radiasi matahari yang kuat. Berbagai kondisi dan
aktivitas manusia dalam menunjang kehidupan pada umumnya menghasilkan dan
mengeluarkan zat atau partikel yang ditebarkan ke udara. Akibat dari aktivitas
tersebut akan berdampak pada timbulnya pencemaran udara
(Sastrawijaya A. Tresna, 2000).
permukaan jalan. Emisi dari resuspensi debu jalan bergantung pada kecepatan,
ukuran dan bentuk kendaraan, porositas dan jumlah debu di permukaan jalan, serta
kondisi cuaca. Masih ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai jumlah PM
yang dipancarkan oleh sumber non-knalpot dalam kondisi berkendara dunia nyata
dan bagaimana jumlah ini bervariasi dengan perubahan faktor yang diidentifikasi di
atas.
Paparan emisi PM dikaitkan dengan berbagai dampak kesehatan yang
merugikan dalam jangka pendek dan panjang, termasuk peningkatan risiko kondisi
kardiovaskular, pernapasan, dan perkembangan, serta peningkatan risiko kematian
secara keseluruhan. Sejumlah studi epidemiologi telah menunjukkan, misalnya,
bahwa paparan PM dikaitkan dengan infeksi pernapasan akut, kanker paru-paru, dan
penyakit pernapasan dan kardiovaskular (de Kok et al., 2006) , dan efek PM2.5
dianggap sangat merusak. Mekanisme yang mendasari efek kesehatan dari PM
inhalasi telah dipelajari dengan baik di laboratorium dan ada kesepakatan umum
mengenai peran kunci yang dimainkan oleh stres oksidatif dan peradangan dalam
fisiopatologi dari dampak kesehatan yang terdokumentasi. Penelitian juga
menemukan korelasi yang signifikan antara paparan PM2.5 dan tingkat kematian pada
epidemi virus korona sebelumnya (Cui et al., 2003), semakin meningkatkan relevansi
kualitas udara untuk kesehatan masyarakat dan ketahanan sistem sosial secara lebih
umum.
Partikel non-exhaust muncul dari berbagai sumber terkait kendaraan.
Kontributor utama adalah sebagai berikut:
1. Keausan rem
Rem standar pada kendaraan umumnya bergantung pada gesekan antara
bantalan rem dan cakram atau drum yang berputar saat keduanya dikompresi
oleh tekanan pada sistem rem. Proses gesekan menyebabkan bantalan dan
permukaan cakram atau drum bergesekan, melepaskan partikel yang sebagian
besar adalah udara.
2. Keausan ban.
Saat permukaan ban bersentuhan dengan jalan, ban akan terus aus saat
bersentuhan dengan permukaan jalan. Ini menciptakan sejumlah besar partikel
karet kecil dengan ukuran berbeda. Partikel yang lebih besar biasanya tetap
8
penurunan VEP1 dan rasio VEP2/KVP yaitu gangguan obstruksi saluran nafas
(Depkes, 2008).
Udara yang kita hirup dalam pernapasan mengandung partikel-partikel dalam
bentuk debu dimana sebagian dari debu, tergantung ukuranya, dapat tertahan atau
tertinggal didalam paru. Tubuh manusia sebenarnya sudah mempunyai mekanisme
pertahanan untuk menangkis sebagian besar debu. Mekanisme penimbunan debu
tergantung dari ukuran debu, kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran
pernapasan.
2.6.1 Particulate Matter (PM10)
PM10 adalah partikulat padat atau cair yang melayang di udara dengan nilai
median ukuran diameter aerodinamik kurang dari 10 mikron. Partikulat ukuran
kurang dari 10 mikron mempunyai beberapa nama lain, yaitu PM 10 sebagai inhalable
particles, respirable particulate, respirable dust dan inhalable dust. PM10 merupakan
kelompok partikulat yang dapat diinhalasikan (inhalable), yang karena ukurannnya,
PM10 lebih spesifik merupakan partikulat yang respirable dan prediktor kesehatan
yang baik. PM10 memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk dapat masuk ke
saluran pernafasan bagian bawah karena diameter partikel yang lebih kecil
(kurang dari 10 μ) secara potensial dapat melewati mekanisme pertahanan
saluran nafas bagian atas (Koren & Bisesi, 2002).
(Rachmadhi Purwana, 1999) menyebutkan bahwa PM10 dapat dijadikan wakil
zat-zat pencemar lain. Turun atau naiknya PM 10 berasosiasi dengan kadar zat-zat
pencemar lain yang bersama-sama ada di udara. Dengan demikian sebagai prediktor
kesehatan, PM10 sudah lebih luas cakupannya yaitu sampai dengan permasalahan
kesehatan sebagai akibat pencemaran udara umumnya jika dibandingkan dengan zat-
zat pencemar yang lain.
Disamping itu PM10 juga lebih toksik daripada partikulat yang berukuran lebih
besar karena mengandung campuran partikulat jelaga, kondensat asam, garam sulfat,
dan partikulat nitrat. Dalam hal ini PM10 menunjukkan peran yang lebih penting
daripada hanya sekedar iritan atau inert. PM 10 juga merupakan kelompok partikulat
berukuran kecil, sedangkan partikulat yang kecil-kecil ini merupakan risiko
kesehatan terbesar di antara berbagai ukuran partikulat. Dengan demikian PM 10
11
Logam berat seperti Fe, Al, Co, Ni, Cu, Zn, Pb, Cr, Cd, Hg, Mn adalah polutan
air, tanah, dan udara yang teridentifikasi dengan baik. Logam berat tersebut berasal
dari emisi kendaraan, limbah pertambangan, gas alam, kertas, plastik, pewarna, dan
industri batu bara. Di antara ion logam berat ini, Hg, Cu, Cd, dan Pb lebih beracun
bahkan pada tingkat jejak ppmnya. Oleh karena itu, identifikasi ion logam ini masih
penting untuk menghilangkan polutan tersebut dari lingkungan. Karena
kesederhanaannya, ukurannya yang dapat disetel, efektivitas biaya, dan sensitivitas
tinggi pada tingkat sub-ppm, MNP digunakan sebagai sensor kolorimetri untuk
merasakan logam berat dalam sistem ekologi (Prabakaran & Rajan, 2021).
No. Sumber Karakteristik produksi partikulat
1. Pengikisan saat pengereman (Cu), (Mn), (Al), (Ba),(Zn), ( Fe)1
2. Pengikisan mekanik pada ban (Si), (Tl), (Cr), (Ni), (Cu), (Sb), (Pb),
(Zn), (ZnO)2
3. Pengikisan mekanik pada trotoar (Si), (Al), (Ca), (Mg), ( Fe ¿ ¿3
Tabel 2.1 Karakteristik partikulat logam berat dari lalu lintas jalan
tingkat tenaga dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Intensitas radiasi yang
diteruskan (transmitansi) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (absorbansi),
dapat diukur sehingga konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan. Cara
kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
dikandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung
unsur yang akan ditentukan. Banyaknya radiasi yang diserap kemudian diukur pada
panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 2001).
No. Unsur Panjang Gelombang
1. Fe 248,3 nm
2. Mn 279,5 nm
3. Al 308,2 nm
4. Cd 226,5 nm
5. Cu 324,8 nm
6. Pb 220,3 nm
Tabel 2.2 Panjang Gelombang Suatu Unsur
2.10 Impinger
Pengambilan contoh udara dengan alat air sampler impinger pada hakekatnya
adalah menarik udara terkontaminasi di udara bebas (ambient) kedalam larutan
penangkap yang terdapat pada tabung gelas impinger. Gas kontaminan dalam udara
yang dihisap oleh unit pompa kedalam tabung yang berisi larutan penangkap tersebut
bereaksi dengan membentuk gelembung-gelembung udara dalam larutan penangkap.
Semakin kecil terbentuknya gelembung semakin baik reaksi yang terjadi. Oleh
karena itu pada bagian luar pipa tengah impinger diberikan tonjolan kecil untuk
pemecah gelembung. Hasil reaksi antara gas kontaminan dan larutan penangkap
kemudian diukur di laboratorium.
Selanjutnya nilai absorbansi diplotkan pada kurva kalibrasi standar, sehingga
konsentrasi gas dapat ditentukan pada setiap satuan volume gas yang disampling.
Tabung gelas impinger berfungsi untuk menampung larutan penangkap, yang
dilengkapi dengan rancangan bagian pemecah gelembung udara. Volume tabung
impinger yang digunakan adalah 20 mL. Untuk mengisi cairan impinger kedalam
tabung, dapat dilakukan dengan melepas bagian pegas (per) penguat tutup tabung,
kemudian lepaskan tutup tabung secara hati-hati. Isi cairan sampai batas ± 10 mL
14
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu
material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih
untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada
penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber
eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan
energi yang tinggi (Massinai & Tahir, 2016).
Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray atau
sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi atau dihamburkan oleh
material. Proses dimana sinar-X diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer energinya
pada elektron yang terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik.
Selama proses ini, bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari
kulit yang di dalam sehigga menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini
menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada keadaan
stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan proses ini
menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua energi ikatan pada
kulit tersebut. Emisi sinar-X dihasilkan dari proses yang disebut X Ray Fluorescence
(XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada umumnya
kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering terdapat istilah Kα dan Kβ
serta Lα dan Lβ pada XRF. Jenis spektrum X ray dari sampel yang diradiasi akan
menggambarkan puncak-puncak pada intensitas yang berbeda (Viklund, 2008: 7).
15
tungsten, yang mengenai sampel. Sinar ini bereaksi dengan sampel dan
memancarkan elektron yang terdeteksi oleh photomultiplier scintillator yang akan
menghasilkan elektron sekunder (Dussubieux et al., 2016).
Analisis SEM dapat memberikan informasi lengkap tentang bentuk dan topografi
partikel. SEM menggunakan berkas elektron untuk memvisualisasikan gambar
permukaan suatu objek. Prinsip kerja alat SEM adalah elektron berenergi tinggi
ditembakkan ke permukaan benda. Elektron memantul dan menghasilkan elektron
sekunder ke segala arah ketika mengenai permukaan suatu benda. Namun, berkas
elektron memiliki satu arah yang menentukan daerah pantulannya. Arah pantulan
memberikan gambaran tentang permukaan benda, misalnya arah dan derajat
kemiringan. Dalam SEM, seberkas kecil elektron diarahkan ke sampel yang
kemudian digunakan untuk memindai seluruh permukaan sampel. Selama
pemindaian, elektron dipantulkan dan ditangkap oleh dektektor. Pencitraan
permukaan objek diperoleh berdasarkan hasil yang terdeteksi oleh elektron yang
dipantulkan (elektron sekunder) dari detector (Nandiyanto et al., 2017).
Energi Dispersive X-Ray (EDX) memiliki keterikatan yang lebih umum pada
SEM, karena menyediakan analisis kualitatif yang cepat dari spesimen. EDX
digunakan untuk menganalisis karakteristik spektrum sinar-X dengan mengukur
energi sinar-X tersebut. Sinar-X yang dipancarkan dari spesimen masuk ke detektor
semikonduktor dan menghasilkan pasangan electron-hole yang jumlahnya sesuai
dengan energi sinar-X (Vasudeo Rane & Thomas, 2018).
BAB 3
METODE PENELITIAN
selama 1 jam dengan laju alir 15 L/menit selama 1 jam. Setelah itu disaring debu
yang telah dijerap dengan menggunakan kertas saring, kemudian debu dikeringkan di
dalam oven selama 2 jam pada suhu 105 ⁰C. kemudian dihitung kadar partikulatnya
dari massa sebelum dan sesudah dikeringkan.
20
- Logam-(CH2O)x+HNO3→Logam-(NO3)x(aq)+CO2(g)+NO(g)+H2O(l)
- 2NO(g)+O2(g) →2NO2(g)
- 2H2O(l)+H2O(aq)+O2(g)
- 2NO2(g)+H2O→HNO3(aq)+HNO2(aq)
- 2HNO2(aq) →H2O(aq)+NO2(g)+NO2(g)
Bahan organik (CH2O)x didekomposisi oleh HNO3 akan menghasilkan CO2 dan
NOx. Gas ini akan meningkatkan tekanan pada proses destruksi, sehingga logam
akan terlepas dari ikatannya dan diubah ke dalam bentuk garamnya yaitu logam -
(NO3). Gas NOx yang diuapkan dari larutan bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan gas NO2 yang berwarna coklat. Gas NO 2 ini mengindikasikan bahwa
24
bahan organik telah dioksidasi dengan HNO3. Gas NO2 bereaksi dengan H2O2 dan
terurai menjadi H2O dan O2. HNO3 akan mendestruksi bahan organik yang masih
tesisa, sedangkan HNO2 akan terurai menjadi gas NO 2 dan NO. Hal ini akan
berlangsung terus menerus selama proses destruksi hingga semua bahan organik
terdekomposisi sempurna (Wulandari & Sukesi, 2013).
Tabel 4.2 Data Perhitungan Garis Regresi untuk Larutan Standar Besi
No. Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi - X)2 (Yi - Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)
1. 0,0000 0,0000 -0,5000 -0,0303 0,2500 0,0009 0,0151
2. 0,2000 0,0152 -0,3000 -0,0151 0,0900 0,0002 0,0045
3. 0,4000 0,0236 -0,1000 -0,0067 0,0100 0,0000 0,0007
4. 0,6000 0,0349 0,1000 0,0046 0,0100 0,0000 0,0005
5. 0,8000 0,0471 0,3000 0,0168 0,0900 0,0003 0,0051
6. 1,0000 0,0608 0,5000 0,0305 0,2500 0,0009 0,0153
∑ 3,0000 0,1816 0 0 0,7000 0,00242 0,0411
25
Dimana harga X =
∑ Xi = 3,000 = 0,5
n 6
Dimana harga Y =
∑ Yi = 0,1816 = 0,0303
n 6
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan :
y = ax + b (4.2)
Dimana :
a = Slope
b = Intersept
∑(Xi− X)(Yi−Y )
a= (4.3)
Σ( Xi− X )2
Sehingga diperoleh :
0,0411
𝑎 = 0,7000
𝑎 = 0,057350
Sehingga nilai b (intersept) diperoleh dengan mensubstitusi nilai a ke persamaan :
y = ax + b
b = y – ax
= 0,0303– (0,057350)(0,5)
= 0,00191
Maka kurva kalibrasi larutan seri standar dapat dilihat pada gambar 4.1
dengan persamaan garis regresi y = 0,057350x + 0,00191
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
Konsentrasi (ppm)
26
∑(Xi−X )(Yi−Y )
𝑟= (4.4)
√ ∑(Xi−X )2 (Yi−Y )2
0,0411
𝑟=
√ 0,0016975
𝑟 = 0,9963
y = 0,057350x + 0,00191
1,4825−0,00191
∑ Fe = 0,057350
= 25,8167 ppm
27
Sumber polutan besi biasanya berasal dari benda benda yang berasal dari besi
pula seperti residu dari sistem pengereman. Diduga juga sumber besi berasal dari
bengkel yang berada di titik lokasi sampling yang berasal dari peralatan bengkel
yang mengalami karatan atau korosi. Besi merupakan logam esensial, namun
keberadaan konsentrasi besi dalam udara ambien harus diperhatikan mengingat efek
kesehatan yang ditimbulkan. Peneliti Susilo dan Tunjungsari, (2022) melaporkan
bahwa pekerja pengelasan yang terpapar asap las yang mengandung besi
menyebabkan asma, pneumonia, fibrosis paru, dan kanker paru.
Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan dalam Larutan Standar
No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1. 0 0
2. 0,2 0,0147
3. 0,4 0,0304
4. 0,6 0,0476
5. 0,8 0,0645
6. 1 0,0794
4
∑ 3 0,236 0 0 0,7 0,0045403 0,05636
6
Dimana harga X =
∑ Xi = 3 = 0,5
n 6
Dimana harga Y =
∑ Yi = 0,2366 = 0,039433
n 6
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi mangan dapat diturunkan dari
persamaan (4.2), sehingga diperoleh :
0,05636
𝑎=
0,7
𝑎 = 0,08175
Sehingga nilai b (intersept) diperoleh dengan mensubstitusi nilai a ke persamaan :
y = ax + b
b = y – ax
= 0,039433– (0,08175)(0,5)
= 0,00173
Maka kurva kalibrasi larutan seri standar dapat dilihat pada gambar 4.2 dengan
persamaan garis regresi y = 0,08175x + 0,00173
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (ppm)
29
0,05636
𝑟=
√ 0,00317821
𝑟 = 0,99997
y = 0,08175x + 0,00173
1,2293−0,00173
∑ Mn = 0,08175
= 15,0586 ppm
Sumber polutan mangan berasal dari material yang mengalami pelepasan zat
mangan yang biasanya karena faktor alami ataupun karena pergesekan seperti yang
ada pada sistem pengereman kendaraan bermotor. Mangan juga bisa berasal dari ban
30
yang mengalami keausan karena ada beberapa jenis ban memiliki mangan sebagai
bahan pembuatannya dan juga jalan yang mengalami abrasi bisa menjadi faktor
sumber mangan ada. Mangan merupakan logam esensial, namun keberadaan
konsentrasi mangan dalam udara ambien harus diperhatikan mengingat efek
kesehatan yang ditimbulkan. Mangan dapat menyebabkan efek toksik jika berlebihan
seperti menyebabkan penyakit insomnia, kerusakan hati dan kerusakan pada sistem
saraf.
Tabel 4.8 Data Perhitungan Garis Regresi untuk Larutan Standar Aluminium
No. Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi - X)2 (Yi - Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)
1. 0 0 -12,5 -0,0208 156,25 0,00043402 0,26042
2. 5 0,0086 -7,5 -0,0122 56,25 0,00014965 0,09175
3. 10 0,0183 -2,5 -0,0025 6,25 6,41778E-0 0,00633
4. 15 0,026 2,5 0,0051 6,25 0,00002672 0,01292
7
5. 20 0,0329 7,5 0,0120 56,25 0,00014560 0,0905
7
6. 25 0,0392 12,5 0,0183 156,25 0,00033733 0,22958
7
∑ 75 0,125 0 0 437,5 0,00109976 0,6915
31
Dimana harga X =
∑ Xi = 75 = 12,5
n 6
Dimana harga Y =
∑ Yi = 0,125 = 0,020833
n 6
0,6915
𝑎=
437 , 5
𝑎 = 0,001516
y = ax + b
b = y – ax
= 0,020833 – (0,001516)(12,5)
= 0,00226
Maka kurva kalibrasi larutan seri standar dapat dilihat pada gambar 4.3 dengan
persamaan garis regresi y = 0,001516x + 0,00226
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
0,6915
𝑟=
√ 0,481148063
𝑟 = 0,9962
y = 0,001516x + 0,00226
1,0841−0,00226
∑ Al = 0,001516
= 713,6148 ppm
Untuk mendapatkan nilai kadar partikulat total yaitu dengan mengukur volume
udara pada sampel yang terserap pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg) yang
nantinya debu yang terkumpul akan dihitung berat awal dan berat akhir setelah
dioven.
Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung nilai kadar partikulat total
tertera pada pada tabel berikut :
(4.5)
Keterangan :
Qs adalah laju alir volume dikoreksi pada kondisi standar (m3/menit);
Qo adalah laju alir volume uji (m3/menit);
Ts adalah temperatur standar, 298 K;
To adalah temperatur absolut (273 + t ukur ) dimana QooC ditentukan;
Ps adalah tekanan baromatik standar, 101.3 kPa (760 mmHg);
Po adalah tekanan baromatik dimana Qo ditentukan.
Perhitungan Laju Terkoreksi:
Laju awal terkoreksi :
[ ]
1
Ts × Po 2
Qs=Qo ×
¿ × Ps
[ ]
1
298 ×760 2
Qs=0,008×
308 , 4 ×760
3
Qs=0,00786395 m /menit
[ ]
1
Ts × Po 2
Qs=Qo ×
¿ × Ps
[ ]
1
298 ×760 2
Qs=0,0075×
308 , 4 ×760
3
Qs=0,00737246 m /menit
35
( W 2−W 1 ) × 10 6
C=
V
( 1,3225−1,3220 ) ×1 06
C=
0,4570923
C=1093,87098 μg/N m3
4.4.4 Persamaan Model Konversi Canter
C1 = C2 (t2/t1)p (4.8)
Dimana :
C1 : konsentrasi udara rata – rata dengan waktu pengambilan sampel 24 jam
36
[ ]
0 , 17
1
C1 = 1093,87098
24
C1 = 637,27985 μg /Nm3
Setelah mendapatkan nilai koefisien nilai TSP hasil sampling dan telah
dikonversikan kedalam 24 jam, lalu dibandingkan dengan nilai koefien Baku Mutu
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 sebagai berikut :
F 1+ F 2 Pa 298
V= xt x x (4.9)
2 Ta 760
Dimana :
V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760
mmHg
F1 : Laju alir atau flow awal (L /menit)
F2 : Laju alir atau flowr akhir (L /menit)
T : Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji
298 : Kondisi temperature pada kondisi normal 25°C ke K
760 : Tekanan udara standard (mmHg)
V = 449,17342 L
Penentuan Konsentrasi logam di udara ambien dapat dihitung dengan rumus berikut :
a xm
C= × 1000 (4.10)
v
Keterangan :
C : Konsentrasi logam di udara ( μg/m3)
m : massa sampel
a : jumlah logam dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (mg/kg )
v : volume udara pada kondisi normal (L)
1000 : konversi liter (L) ke m3
38
25,8167 x 0,0000005
C= ×1000
449,31907
C = 0,0287259 μg/m3
Hasil perhitungan menunjukkan jumlah logam besi (Fe) di udara pada titik
sampling ada sebanyak 0,0287259 μg/m3 yang mana hasilnya tidak dapat
dibandingkan dengan baku mutu dimanapun di dunia.
15,0586 x 0,0000005
C= × 1000
449,31907
C = 0,0167571 μg/m3
713,6148 x 0,0000005
C= × 1000
449,31907
C = 0,000794107 mg/m3
C = 0,794107 μg/m3
39
Tabel 4.14 Data Uji Komposisi Unsur Logam Debu Emisi Non-Exhaust 100 Mesh
Menggunakan XRF
No. Component Result Unit El. line Intensity Analyzing depth
2
1 Total 284 mg/cm
2 Mg 0,260 mass% Mg-KA 0,0300 0,0069
3 Al 5,15 mass% Al-KA 4,3755 0,0101
4 Si 16,6 mass% Si-KA 15,8720 0,0135
5 P 0,121 mass% P -KA 0,1462 0,0149
6 S 0,166 mass% S -KA 0,4090 0,0201
7 Cl 0,0888 mass% Cl-KA 0,3412 0,0264
8 K 1,57 mass% K -KA 3,1327 0,0588
9 Ca 3,62 mass% Ca-KA 12,0531 0,0750
10 Ti 0,721 mass% Ti-KA 0,6305 0,1118
11 Mn 0,147 mass% Mn-KA 0,4550 0,2272
12 Fe 6,47 mass% Fe-KA 32,0733 0,2868
13 Cu 0,0149 mass% Cu-KA 0,1380 0,4158
14 Zn 0,0492 mass% Zn-KA 0,6126 0,5080
15 Rb 0,0085 mass% Rb-KA 0,3084 1,7411
16 Sr 0,0332 mass% Sr-KA 1,3433 2,0236
17 Zr 0,0396 mass% Zr-KB1 0,4285 3,4879
18 Balance 64,9 mass% Pd-KAC 5,0191
Jika diurutkan dari persentase yang paling tinggi adalah silicon(Si) sebesar
(16,6)%, besi(Fe) sebesar (6,47)%, aluminium(Al) sebesar (5,15)%, kalsium(Ca)
sebesar (3,62)%, kalium(K) sebesar (1,57)%, titanium(Ti) sebesar (0,721)%,
magnesium(Mg) sebesar (0,260)%, belerang(S) sebesar (0,166)%, mangan(Mn)
sebesar (0,147)%, posfor(P) sebesar(0,121)%, klor(Cl) sebesar (0,0888)%, seng(Zn)
sebesar (0,0492)%, zirconium(Zr) sebesar (0,0396)%, strontium(Sr) sebesar
(0,0332)%. tembaga(Cu) sebesar (0,0149)%, rubidium(Rb) (0,0085)% W. Dan untuk
hasil uji XRF dengan variasi saringan 200 mesh dapat dilihat pada table 4.15 berikut
ini
Tabel 4.15 Data Uji Komposisi Unsur Logam Debu Emisi Non-Exhaust 200 Mesh
Menggunakan XRF
No. Componen Result Unit El. line Intensity Analyzing depth
t
1 Total 285 mg/cm2
2 Mg 0,380 mass% Mg-KA 0,0477 0,0075
3 Al 5,23 mass% Al-KA 4,8457 0,0110
4 Si 15,7 mass% Si-KA 16,2596 0,0146
5 P 0,102 mass% P -KA 0,1326 0,0160
41
Debu emisi non-exhaust dengan variasi saringan 200 mesh terdapar 16 unsur
dengan nilai peak(intensitas) dan harga persentase kandungan yang dapat dideteksi
oleh alat uji. Keenam belas unsur tersebut ialah: magnesium (Mg) memiliki nilai
peak (0,0477) kcps dan harga persentase unsur sebesar (0,380)%, aluminium (Al)
memiliki nilai peak (4,8457) kcps dan harga persentase unsur sebesar (5,23)%,
Silicon (Si) memiliki nilai peak (16,2596) kcps dan harga persentase unsur sebesar
(15,7)%, posfor (P) memiliki nilai peak (0,1326) kcps dan harga persentase unsur
sebesar (0,102)%, sulfur (S) memiliki nilai peak (0,4686) kcps dan harga persentase
unsur sebesar (0,177)%, klor (Cl) memiliki nilai peak (0,3721) kcps dan harga
persentase unsur sebesar (0,0897)%, kalium (K) memiliki nilai peak (3,4249) kcps
dan harga persentase unsur sebesar (1,59)%, kalsium (Ca) memiliki nilai peak
(12,5053) kcps dan harga persentase unsur sebesar (3,48)%, titanium (Ti) memiliki
nilai peak (0,5664) kcps dan harga persentase unsur sebesar (0,593)%, mangan (Mn)
memiliki nilai peak (0,46844) kcps dan harga persentase unsur sebesar (0,138)%,
besi (Fe) memiliki nilai peak (33,3145) kcps dan harga persentase unsur sebesar
(6,15)%, tembaga (Cu) memiliki nilai peak (0,1647) kcps dan harga persentase unsur
sebesar (0,0164)%, seng (Zn) memiliki nilai peak (0,7726) kcps dan harga persentase
unsur sebesar (0,0573)%, rubidium (Rb) memiliki nilai peak (0,4573) kcps dan harga
persentase unsur sebesar (0,0117)%, strontium (Sr) memiliki nilai peak (1,1710) kcps
dan harga persentase unsur sebesar (0,0269)%, zirconium (Zr) memiliki nilai peak
(4,4958) kcps dan harga persentase unsur sebesar (0,0782)% dan balance yang
merupakan unsur lainnya yang tidak dapat dideteksi oleh alat uji sebanyak 66,2%.
42
Jika diurutkan dari persentase yang paling tinggi adalah silicon(Si) sebesar
(15,7)%, besi(Fe) sebesar (6,15)%, aluminium(Al) sebesar (5,23)%, kalsium(Ca)
sebesar (3,48)%, kalium(K) sebesar (1,59)%, titanium(Ti) sebesar (0,593)%,
magnesium(Mg) sebesar (0,380)%, belerang(S) sebesar (0,177)%, mangan(Mn)
sebesar (0,138)%, posfor(P) sebesar(0,102)%, klor(Cl) sebesar (0,0897)%,
zirconium(Zr) sebesar (0,0782)%, seng(Zn) sebesar (0,0573)%, strontium(Sr) sebesar
(0,0209)%. tembaga(Cu) sebesar (0,0164)%, rubidium(Rb) (0,0117)% W.
60
40
20
0
Mg Al Si P S Cl K Ca Ti Mn Fe Cu Zn Rb Sr Zr
Jenis Unsur
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Komposisi pada Sampel Debu Emisi Non-Exhaust 100
Mesh Dan 200 Mesh
Grafik pada gambar 4.4 menjelaskan bahwa unsur yang terdeteksi oleh alat uji
xrf ialah magnesium(Mg)), aluminium(Al), silikon(Si), posfor(P), belerang(S),
klor(Cl), Kalium(K), kalsium(Ca), titanium(Ti), mangan(Mn), besi(Fe),
tembaga(Cu), seng(Zn), rubidium(Rb), strontium(Sr), zirconium(Zr). Unsur yang
memiliki persentase terbesar ialah silikon, besi unsur terbesar kedua, aluminium
unsur terbesar ketiga dan mangan unsur terbesar kesembilan.
Pada grafik menunjukkan juga bahwa variasi penyaringan sampel antara 100
msh dan 200 mesh tidak terlihat perubahan yang signifikan terhadap persenan
konsentrasi dari masing masing unsur yang terdapat di dalamnya. Dapat disimpulkan
pula jika semakin kecil zatnya maka unsur unsur yang terkadung di dalamnya
43
Gambar 4.5 menunjukan bentuk serta morfologi dari debu emisi non-exhaust
dengan perbesaran 1000 kali. Debu emisi non-exhaust tersebut memiliki bentuk
seperti mineral mineral yang tidak beraturan mulai dari kecil dan besar dengan
perbandingan ukuran 150 μm. Adapun penentuan unsur-unsur yang terdapat pada
debu ditentukan dengan EDS pada beberapa spot dengan kandungan dan keberadaan
unsur yang berbeda beda.
Spot pertama yang ingin dianalisis unsur unsurnya dapat dilihat pada gambar
4.6 berikut ini.
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa spot yang diambil ialah bongkahan mineral
yang bentuknya tidak teratur dan memliki warna putih dengan sedikit bercak abu abu
yang kelimpahan unsur-unsurnya dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 1
Element Element Element Atomic Weight
Number Symbol Name Conc. (%) Conc. (%)
8 O Oxygen 56.355 31.231
13 Al Aluminum 10.394 9.710
14 Si Silicon 14.918 14.515
20 Ca Calcium 6.706 9.309
26 Fe Iron 7.503 14.515
57 La Lanthanum 1.144 5.506
58 Ce Cerium 2.743 13.313
90 Th Thorium 0.237 1.902
Pada gambar 4.7 berikut ini merupakan spot kedua yang ingin dianalisis unsur
unsurnya.
Tabel 4.17 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 2
Element Element Element Atomic Weight
Number Symbol Name Conc. (%) Conc. (%)
8 O Oxygen 67.562 53.800
11 Na Sodium 2.009 2.300
13 Al Aluminum 13.708 18.400
14 Si Silicon 13.161 18.400
20 Ca Calcium 3.559 7.100
Berdasarkan tabel 4.17 pada spot 2 yaitu berupa bongkahan besar yang mirip
seperti kubus yang tidak beraturan tersebut menunjukkan juga bahwa unsur oksigen
yang mendominasi dengan persen konsentrasi sebanyak 67,3562% yang diikuti oleh
unsur aluminium sebanyak 13,708%, unsur silikon sebanyak 13,161%, unsur kalsium
sebanyak 3,559%, dan unsur natrium sebanyak 2,009%. Dapat ditentukan bahwa
sumber unsur aluminium yang terbanyak terdapat pada spot kedua ini.
46
Tabel 4.18 Hasil Kelimpahan Unsur dari Debu Jalan Sisingamangaraja Spot 3
Element Element Element Atomic Weight
Number Symbol Name Conc. (%) Conc. (%)
6 C Carbon 17.011 10.311
8 O Oxygen 46.708 37.137
11 Na Sodium 1.839 2.102
13 Al Aluminum 7,.922 7,540
14 Si Silicon 15.633 21.822
19 K Potassium 0.155 0.300
20 Ca Calcium 6.793 15.185
25 Mn Manganese 3.037 3.100
26 Fe Iron 0.902 2.503
Dapat dilihat pada table 4.18 bahwa spot ketiga memiliki beberapa unsur
tambahan dari spot sebelumnya dimana unsur yang mendominasi tetap unsur oksigen
dengan persenan konsentrasi sebesar 46,708% yang diikuti oleh unsur karbon
sebanyak 17,011%, unsur silikon sebesar 15,633%, unsur aluminium sebesar
7,922%, unsur kalsium sebesar 6,793%, unsur manga sebesar 3,037%, unsur natrium
47
sebesar 1,839%, unsur besi sebesar 0,902%, dan unsur kalium sebesar 0,155%. Dapat
dilihat bahwa jika sumber mangan terbanyak ada pada spot ketiga.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Debu jalan emisi non-exhaust pada jalan sisingamangaraja yang ditentukan
konsentrasinya menggunakan spektrofotometri serapan atom pada masing
masing logam besi(Fe), mangan(Mn), dan aluminium(Al) ialah 25,8167 ppm,
15,0585 ppm, dan 713,6148 ppm.
2. Setelah dilakukan pengujian terhadap konsentrasi partikel tersuspensi total
pada jalan sisingamangaraja didapatkan nilai sebanyak 637,27985 μg /Nm3
dengan nilai ISPU 302,71595 yang mana sudah melewati nilai ambang batas
menurut PP RI No. 22 Tahun 2021 sehingga dapat menyebabkan kerugian ada
kesehatan.
Konsentrasi logam besi(Fe), mangan(Mn), dan aluminium(Al) yang terdapat
dalam udara pada jalan sisingamangaraja secara berurutan sebesar 0,0287259 μ
g/m3, 0,0167571 μg/m3, dan 0,000794107 mg/m3. Logam Fe, Mn dan Al tidak
dapat dibandingkan dengan baku mutu karena tidak terdapat batasan spesifik
dalam baku mutu PP RI No. 22 Tahun 2021, WHO (2000), maupun peraturan
di berbagai Negara di Dunia.
3. Hasil identifikasi unsur menggunakan uji XRF menunjukkan bahwa unsur pada
debu jalan emisi non-exhaust 100 mesh dan 200 mesh tidak jauh berbeda
kandungan unsur Al, Mn dan Fe yang terdapat di dalamnya, hasil kandungan
persenan yang terdeteksi pada 100 mesh adalah Al sebesar (5,15)%, Mn
sebesar (0,147)%, Fe sebesar (6,47)%,. Hasil yang terdeteksi pada 200 mesh
adalah Al sebesar (5,23), Mn sebesar (0,138)%, Fe sebesar (6,15)%. Hasil
SEM menunjukkan morfologi dari debu jalan di jalan sisingamangaraja
memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi.
5.2 Saran
Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian dengan
parameter yang berbeda sehingga dapat diketahui zat lain yang memungkinkan
memiliki pengaruh negatif terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Jancsek-Turóczi, B., Hoffer, A., Nyírö-Kósa, I., & Gelencsér, A. (2013). Sampling
and characterization of resuspended and respirable road dust. Journal of
Aerosol Science, 65, 69–76.
Koren, H., & Bisesi, M. (2002). Handbook of environmental health: Biological,
chemical, and physical agents of environmentally related disease, fourth
edition. In Handbook of Environmental Health: Biological, Chemical, and
Physical Agents of Environmentally Related Disease, Fourth Edition.
Kupiainen, K. J., & Pirjola, L. (2011). Vehicle non-exhaust emissions from the tyre–
road interface – effect of stud properties, traction sanding and resuspension.
Atmospheric Environment, 45(25), 4141–4146.
Lestari, P., & Mauliadi, Y. (2009). Source apportionment of particulate matter at
urban mixed site in Indonesia using PMF. Atmospheric Environment, 43,
1760–1770.
Loganathan, P., Vigneswaran, S., & Kandasamy, J. (2013). Road-deposited sediment
pollutants: A critical review of their characteristics, source apportionment,
and management. Critical Reviews in Environmental Science and
Technology, 43(13), 1315–1348.
Massinai, M., & Tahir, D. (2016). Analisis Kandungan Logam Oksida Menggunakan
Metode Xrf (X-Ray Flourescence).
Mitra, S., Chakraborty, A. J., Tareq, A. M., Emran, T. Bin, Nainu, F., Khusro, A.,
Idris, A. M., Khandaker, M. U., Osman, H., Alhumaydhi, F. A., & Simal-
Gandara, J. (2022). Impact of heavy metals on the environment and human
health: Novel therapeutic insights to counter the toxicity. Journal of King
Saud University - Science, 34(3).
Nandiyanto, A. B. , H., A. T., A. A. , C., F., J. M. B., & Murida, M. , M. (2017).
Pengantar Sains dan Teknologi Nano (Abdullah Ade Gafar, Ed.). UPI Press.
Prabakaran, S., & Rajan, M. (2021). Biosynthesis of nanoparticles and their roles in
numerous areas. Comprehensive Analytical Chemistry, 94, 1–47.
Rachmadhi Purwana. (1999). Partikulat rumah sebagai faktor risiko gangguan
pernapasan anak balita (penelitian di Kelurahan Pekojan, Jakarta).
Universitas Indonesia Library.
Rybak, J., Wróbel, M., Bihalowicz, J. S., & Rogula-Kozlowska, W. (2020). Selected
metals in Urban road dust: Upper and lower silesia case study. Atmosphere,
11(3).
Sabdo Yuwono, A., Saptomo, S. K., Riana Rochimawati, N., & Krido Saptomo, S.
(2014). Prediction and Modelling of Total Suspended Particulate Generation
on Ultisol and Andisol Soil Developing Sri Paddy Fields Information System
For Green Agriculture View project Integrated Water Resources Management
Project View project Prediction and Modelling of Total Suspended
Particulate Generation on Ultisol and Andisol Soil.
51
Proses penyaringan
Proses penimbangan
Proses pemanasan
Proses penyaringan
Data grafik hasil uji X-Ray Fluorescence (XRF) nilai peak, nama unsur, dan
prosentasenya pada debu emisi non-exhaust 100 mesh
Data dalam tabel hasil uji X-Ray Fluorescence (XRF) nilai peak, nama unsur, dan
prosentasenya pada debu emisi non-exhaust 100 mesh keadaan teroksidasi
58
Data grafik hasil uji X-Ray Fluorescence (XRF) nilai peak, nama unsur, dan
prosentasenya pada debu emisi non-exhaust 200 mesh
Data dalam tabel hasil uji X-Ray Fluorescence (XRF) nilai peak, nama unsur, dan
prosentasenya pada debu emisi non-exhaust 100 mesh keadaan teroksidasi
59