Professional Documents
Culture Documents
Uas Sppi (Firly Ayu K)
Uas Sppi (Firly Ayu K)
A. Petunjuk
1. Jawablah soal berikut diawali dengan basmalah, dan diakhiri dengan hamdalah
2. Soal dikerjakan selurunya dengan jawaban sistematis dan mengacu pada konsep normal
science
3. Jawaban dikerjakan secara MANDIRI
B. Soal
1. Naskah Sejarah di bawah ini jelaskan periodisasi pada masa kapan, Analisis ke PAI annya, dan
siapa pelaku sejarahnya !
2. Baca dan Terjemahkan Naskah surat pertama turun dalam perspektif metode penulisan sejarah di
bawah ini, lengkap digambarkan skema penulisan sejarah !
3. Jawaban dikumpulkan dengan tugas – tugas yang sudah mata kuliyah Sejarah Peradaaban dan
Pemikiran Islam ( makalah, ekstrak teori dan draf Proposal tesisnya).
Abstrak
Periode awal Islam di India mendasari pertumbuhan peradaban masa depan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana Islam menyebar di India dari masa Nabi dan
Muhammad Ghuri, apa dampaknya terhadap aspek sosial politik di India, dan bagaimana hubungan
budaya antara Arab dan India. Hasil penelitian ini ada dua: (1) proses penyebaran Islam di India sejak
masa Nabi hingga berdirinya Kesultanan Delhi; dan (2) kontribusi Islam bagi peradaban India.
Abstract
The early period of Islam in India based the future growth of civilization. This research aims to
describe and analyze how did Islam spread in India from the period of Prophet and of Muhammad Ghuri,
what were its impact on socio-political aspects in India, and how was the cultural relation between Arab
and India. There exists two results of this research: (1) the process of the spread of Islam in India since the
Prophet period until the raising of Delhi Sultanate; and (2) the contribution of Islam to the Indian
civilization.
Hubungan Arab-India sejak dahulu terjalin melalui perdagangan. Ketika Islam sudah
tersebar di wilayah Arab, para pedagang Arab membawanya ke India. Pada masa
Umayyah, pasukan Islam menaklukan wilayah Sind (Sind dan Punjab sekarang) dan
berhasil membangun peradaban Islam. Setelah itu penaklukan-penaklukan wilayah
India yang lebih luas terus dilakukan, antara lain oleh Sultan Mahmud Ghaznawi dan
Muhammad Ghuri. Sejak itulah Islam memberikan pengaruh yang kuat di India.
Sejarah awal masuknya Islam di India merupakan dasar bagi perkembangan peradaban
periode berikutnya. Di sini yang dimaksud dengan India adalah wilayah Asia Selatan
yang meliputi sebagian Afghanistan, Pakistan, India sekarang, Bangladesh, dan
sekitarnya. Jadi, bukan wilayah negara India yang dikenal sekarang ini. Penelitian ini
membahas bagaimana penyebaran Islam di India sejak zaman Nabi s.a.w. sampai
Muhammad Ghuri dan pengaruhnya bagi India serta bagaimana hubungan timbal balik
peradaban antara Arab-India. Dengan demikian ia berbicara tentang Islamisasi di India
dari perspektif sejarah. Perspektif ini bukan semata-mata bertujuan mengetahui
peristiwa-peristiwa masa lalu dan akumulasi iniormasi dari dokumen-dokumen, prasasti-
prasasti, manuskrip-manuskrip dan sumber-sumber pokok sebagaimana yang terdapat
dalam aliran historisisme yang dominan di Barat pada abad yang lampau dan dalam yang
mulai dijauhi oleh kajian sejarah kontemporer. Sebab, model Historical Reductionism ini
mengamati peristiwa satu persatu tanpa memberikan makna, signifikansi atau hukum
(sejarah). Ia lebih mengedepankan ruang daripada waktu, discontinuance daripada
continuation. Perspektif historis ini bukan sekedar mengamati berbagai peristiwa seolah-
olah kita berada dalam
• Penulis adalah Guru Besar Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya islam di anak benua india ?
2. Bagaimana pranata sosial dan budaya yang ada di india ?
BAB II
PEMBAHASAN
Islam di Anak Benua...69
A. Masuknya Islam di India
Penduduk Asli India adalah bangsa Dravida dengan kepercayaan terhadap adanya Tuhan
secara abstrak Sebelumnya sudah ada bangsa Negroid dan Australoid di India, tetapi
sejarahnya tidak banyak diketahuiBangsa Mongolia juga datang, di antaranya suku Shautal,
Rajbongshi, Garo, Khasia, Cakma, Mog, Naga, dan lain-lain ( Talib, 1980:15 -17 dan Musa,
1974: 244 - 245).Bangsa Aria yang lebih kuat, masuk dengan membawa kepercayaan
adanya Tuhan secara nyata dan memaksa Dravida untuk menganut kepercayaan mereka.
Dasar kepercayaannya adalah syirik; menyembah api, bulan, matahari, angkasa, angin,
topan, samudera, sungai, pohon, patung, dan dewa-dewa. Mereka menyembelih manusia
untuk menyenangkan para dewa (Talib:1980: 15 - 17)
Menjelang masuknya Islam, agama yang dominan yaitu Budha, dibawa oleh Gautama
Budha, lahir pada tahun 557 SM di Kapilabastu, kaki Gunung Himalaya. Isi ajarannya: tidak
ada kasta, tidak hasad (dengki), toleran, dermawan, berfikir yang baik, sabar, peketjaan
yang baik,
menyerahkan diri kepada Tuhan ( Talib, 1980: 37dan Duff,1899:4). Sedang agama
Jaina,dipelopori oleh Mahawir, lahir tahun 599SM. Ajaran pokoknya adalah ahimsha (tidak
hasad). Lama kelamaan ajaran ini melebur dalam agama Hindu (Talib, 1980: 35., dan yang
paling banyak dianut adalah Hindu. Rakyat kelas atas, kasta Brahmana dan Ksatria, dapat
dikatakan hidup makmur, tetapi kaum kasta rendah, Waisya, terutama Sudra, harus beketja
keras untuk mendapatkan makanan. Setelah kematian Harshavardhana, penguasa besar
Hindu terakhir, wilayah India terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang saling
bermusuhan(Duff,1899: 44-52). Tekanan yang besar dari penguasa Hindu dan kelompok
Brahmana terhadap penganut Budha, menyebabkan mereka mengharapkan datangnya
kekuatan lain untuk menegakkan keadilan( Talib,1980 :48-49 dan Ali, 1980 :3-4).
Awal masuknya Islam di India dapat dibagi dalam empat periode:
1. Periode Nabi Muhammad s.a.w.
2. Periode Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayyah
( Riwayat Nasa'i dari Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahim,1930: 43 - 44). Nabi
11
mendo'akan India dan salah satu istri beliau yang bernama Hind dengan ucapan:
(
May
11
Allah bless this Hind and the country after which she is named! Internet:The Truth)
Raja Kadangalur, pantai Malabar, Cheraman Perumal, yang telah memeluk agama Islam
berkunjung menemui Nabi ( Nainar, 1965:9-10) dan Kaya, 1980 :2-3). Sumber-sumber
tentang Raja Cheraman Perumal tidak ada yang menyebutkan tahun kejadian secara pasti.
Barangkali peristiwa itu terjadi sekitar tahun 630 - 631 M di mana Nabi mulai berhubungan
dengan luar negeri dengan cara mengirim dan menerima utusan (Reza-i-Karim,:1972 :63-
64).
Pada masa Khulafaur Rasyidin, beberapa ekspedisi ke India melalui laut tidak berhasil
karena tenggelamnya armada, di samping tentara Arab kurang ahli di laut. Invasi melalui
laut selanjutnya dilarang oleh Umar bin Khattab (Internet, The Truth, Reza-i-Karim,
1972:127, dan Ahmad, 1964:3). Pada tahun 643 - 644 M tentara Arab berhasil menguasai
Kirman, Sizistan, sampai Mekran. Setelah itu tidak ada kemajuan yang berarti, kecuali
hanya investigasi adat istiadat dan jalur menuju India (Duff,1899: 52, Hamka, 1961: 472,
Islam di Anak Benua.....71
dan Karim, 1974 : 2-3).
Pada masa Mu' awiyah bin Abi Sufyan, dinasti Umayyah, tentara Islam hanya sampai Kabul,
ibu kota Afghanistan sekarang (Wheller, 1950: 60-61, Elliphenston, 1857: 257-259, dan
Internet, Truth). Pada zaman Walid bin Abdul Malik, terjadi drama pembajakan terhadap
orang-orang Islam di wilayah kekuasaan raja Dahir. Menurut catatan Firistha, anak-anak dan
isteri-isteri para pedagang Arab yang rneninggal dunia di Jaziratulyaqut (Jawa) karena wa
bah, dikembalikan kepada Khalifah al-Walid I 705 - 715 M. melalui Hajjaj disertai delapan
kapal sarat hadiah-hadiah. Di dekat Debal, mereka dibajak. Seseorang berhasil
menyelamatkan diri dan melapor kepada Hajjaj yang kemudian protes keras kepada Dahir,
agar para tawanan dan hadiah-hadiah dikembalikan disertai ganti rugi, dan para pembajak
agar dihukum. Dahir menolak menghukum para pembajak dengan alasan laut itu wilayah
internasional dan tidak punya kekuasaan untuk menghukum mereka. (Wheeler, 1950: 60-62,
Karim, 2001:124-126, dan Ikram, 1964: 6-7). Peristiwa ini mendorong Gubernur Jenderal
wilayah Timur (al-Masyriq), Hajjaj bin Yusuf, untuk menaklukkan India (Sind) dengan dua
sebab lainnya: Dahir membantu Persia ketika pasukan Arab melakukan invasi ke sana dan
menolak mengembalikan para pembangkang.
Hajjaj mengirim Muhammad bin Qasim untuk memimpin pasukan menuju Sind Ketika
itu usianya baru 17 tahun. Kepala stafnya adalah Abul-Aswad Jahm bin Zuhar al-Ja'fi.
Jumlah tentara yang dipersiapkan 15.000 terdiri dari 6.000 pasukan berkuda, 6.000 pasukan
unta, dan 3.000 pasukan unta yang rnengangkut alat-alat perang pada tahun 708 M
melalui Siraj dan Mekran, sampai di
such a measure, his name would be handed down to postery as "Mahmood the idol-seller," whereas he was
desirous of being known as "Mahmood the destroyer" ( Ferishta, 1997:43-44).
Invasi Mahmud membuka jalan bagi penaklukkan India di masa berikutnya. Secara
ekonomi, invasi itu mengakibatkan kekayaan India terkuras, di samping menopang
kejayaan dan kebesaran Ghazni. Secara budaya, ia membawa peradaban orang-orang
Hindu dan Islam saling tukar ide-ide dan pemikiran, serta secara tidak langsung
membuka jalan bagi kemajuan Islam di India di masa mendatang (Elliot, 1869:34-35 dan
Ali, 1980:30-33).
Muizuddin Muhammad bin Sam, lebih populer dengan Muhammad Ghuri, menguasai
Ghazni pada tahun 1173 M. Setelah memperkuat dirinya di Ghazni, ia mengalihkan
perhatian ke India. Faktor-faktor yang mendorongnya mengalihkan perhatian ke India
antara lain adalah gagalnya usaha mendirikan kerajaan di Asia Tengah dan ancaman dari
sisa-sisa dinasti Ghazni di Punjab. Di samping itu, tidak ada kesatuan politik di India.
Dalam kondisi tersebut, Muhammad Ghuri mendapatkan kesempatan emas bagi
kesuksesannya.
Multan dan Sind berhasil dikuasai, tetapi ia mendapati kesulitan untuk menaklukkan
India melalui jalur itu, sehingga mengalihkannya ke Punjab yang merupakan pintu masuk ke
Hindustan. Punjab masuk dalam wilayah kekuasaannya dan sejak saat itu (menjelang
1186 M) riwayat dinasti Ghazni berakhir (Watt, 1990:214).
49:13) : \ 11 _?I 01(" Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang
paling
bertaqwa") menarik mereka berduyun-duyun masuk Islam, baik yang berasal dari kalangan
Hindu maupun Budha.
Penaklukan Bin Qasim di India (Sind clan Multan) mengundang semakin banyak orang Arab
menetap dan berdagang dengan orang-orang pribumi. Pusat-pusat perdagangan yang
terkenal antara lain: Daibul, Pantai Malabar (Kadangallur, Kalicut, Quilon), Pantai
Karamandel termasuk Ceylon, Madura, Saptagram, Chittagong, Samandar, dan Akyab
(sekarang di Myanmar). Pakar pakar geografi seperti Ibn Khurdadbeh, al-Idrisi, Mas'udi,
dan lain-lain menerangkan bahwa perdagangan Arab ke Timur sampai Semenanjung
Malaya menuju Cina adalah melalui pelabuhan pelabuhan tersebut. Antara India dan Arab
terjalin hubungan yang lancar, saling menukar komoditas seperti pakaian katun yang bagus
(moslin), kayu cendana, gading gajah, dan lidah buaya. Kota kota yang berkembang
menjadi pusat perdagangan Islam antara lain Multan, Lahore, Delhi, Ajmir, Allahabad,
Lakhnuti, Gaur, Nadia, Sonargaun, dan sebagainya. Kota-kota tersebut memainkan
peranan penting dalam perdagangan muslim dan penyebaran Islam melalui daratan.
Varthema dan Barbosa yang mengunjungi India Timur (Bangladesh) pada awal abad XVI M
menemukan banyak pemukiman pedagang Arab dan Persia di kawasan ini. Hubungan
dengan Arab sejak sebelum penaklukan dibuktikan dengan ditemukannya koin mata uang
pada zaman Khalifah Harun al-Rashid cetakan tahun 788 M di Mainamati dan Paharpur,
India Timur. Pada masa Dinasti Ghuri, pedagang muslim semakin banyak yang datang ke
Islam di Anak Benua.....75
India sambil menyiarkan Islam. Minhaj al-Siraj menerangkan bahwa jauh sebelum
Ikhtiyaruddin
Bakhtiyar Khalji menaklukkan Nadia sudah banyak pedagang kuda dari Arab, Persia, dan
India Utara yang datang ke sana (Board of Researchers, 1995:12-14). Penduduk mengira
pasukan penyerang tersebut adalah rombongan pedagang kuda (Karim, 1974:80).
Peranan waliyullah dan sufi dalam menyiarkan agama Islam di tanah India ditunjukkan
dengan banyaknya jumlah mereka yang datang ke India. Mereka termasuk golongan
pertama yang menyebarkan Islam sebelum masuk secara formal. Ketika pemerintahan
Islam berkuasa di India, peran mereka tidak berkurang bahkan semakin besar. Sufi yang
terkenal di antaranya Abu Yazid Bustami (w. 872 M). Ia mendirikan Khankah (pusat
penyiaran agama Islam, semacam pondok pesantren). Usahanya itu memberikan
sumbangan yang besar bagi perkembangan agama Islam. Banyak orang di sekitarnya
yang belajar agama dan masuk Islam (Zaman, 1980:27). Beberapa sufi berperang
melawan penguasa yang lalirn terhadap rakyat biasa seperti Shah Sultan Balokhi. Ia
mengalahkan raja Balaram (Hindu) di Horirampur dan kekuasaan diserahkan kepada bekas
menteri Balaram yang sudah masuk Islam di tangannya. Di Mahestan-Gor pada tahun
439 H./ 1047 M, ia juga mengalahkan raja Parsuram yang menyembelih anak seorang
muslim untuk dipersembahkan kepada dewa Kali-Krali. Sufi lain yang datang ke India
(Netrokona) adalah Shah Sultan Rumi. Banyak orang yang masuk Islam di tangannya
karena kelebihannya, yaitu ketika meminum racun
Para ahli sejarah menuturkan bahwa kaum muslim yang datang ke India juga
mempunyai ilmu pengobatan dari tuntutan hadis Nabi s.a.w., seperti dituturkan dalam
kitab Dzad al Ma'ad susunan lbn al-Qayyim (al-Jauziah, 1379 H:63-99). Dari aktivitas ini
banyak penduduk India yang tertarik kepada Islam dan banyak juga yang akhirnya
terjalin hubungan perkawinan antara pasien atau kel1:1arganya dengan orang Islam yang
telah membantu menyembuhkan penyakitnya.
Bagian terbesar orang-orang India yang masuk agama Islam berasal dari kalangan umat
Budha dan orang-orang Hindu kelas bawah. Meskipun demikian, tidak sedikit dari kelas
atas yang masuk Islam terutama melalui perkawinan:"There are instances which show that Islam
gained a considerable number of converts through marriage in upper class Hindu families"
(Board of Research ers,1995:73). Mereka adalah orang-orang dari kalangan Brahmana dan
suku Kayastha (sebagian dari kalangan Ksatriya) yang berpendidikan dan terpelajar, yang
biasanya melakukan hubungan politik dan sosial dengan tetangga muslim mereka. Hal ini
secara alami mendasari kedekatan sosial
B. Pranata Sosial
Mayoritas buku-buku primer yang menginformasikan sejarah peradaban Islam di India ditulis
dalam bahasa Arab dan Parsi. Di antaranya Tarikh-e-Yamani oleh al-Utbi, Tajul Maatsir oleh
Hasan Nizarni, Tabaqat-e-Nasiri oleh Minhaj al-Siraj, Tarikh-e-Firuzshahi oleh Ziauddin Barani,
dan Tarikh-e Mubarak Shahi oleh Yahya bin Muhammad al-Sar Hindi. Buku-buku tersebut
diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh H. M. Elliot dalam judul The History of India as Told
by Its Historians, bukunya masih ada di Indonesia (Perpustakaan Hatta Yogyakarta. Surnber-
sumber inilah yang dapat digunakan untuk menelusuri peradaban Islam di India.
1. Politik
Khalifah adalah pewaris Nabi saw, pemimpin masyarakat, panglima perang, pelindung, dan
pelayan umat Islam. Ia memiliki dua kekuasaan, politis dan spiritual. Khalifah adalah
kekuasaan politik yang selain memiliki daerah kekuasaan sendiri juga mempunyai
kekuasaan spiritual di negara negara Islam di seluruh dunia yang jauh dari pusat clan tidak
mungkin dapat dipimpin langsung oleh khalifah. Sultan yang tidak mendapatkan
pengakuan dari khalifah dianggap tidak sah.
Perlu dicatat bahwa Nabi adalah wakil Tuhan, Khalifah adalah pengganti Nabi, dan
Sultan adalah wakil Khalifah.Hal ini berubah setelah kekhalifahan Abbasiah di Bagdad
dihancurkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 M clan dipindahkan ke Mesir oleh Sultan
Baybars, Dinasti Marnluk (1261 M), yang manfaatkan jabatan khalifah untuk kepentingan
politiknya. Sultan Salim, Turki Usmaniyah, menguasai Mesir (1517 M) dan khalifah
terakhir Abbasiah di Mesir dibawa ke Istanbul. Sejak itu penguasa Turki mengambil alih
jabatan khalifah untuk seluruh dunia Islam, di samping sebagai sultan untuk wilayah
kekuasaannya.
3. Sosial
Masyarakat muslim tidak terbagi menjadi kelompok-kelompok yang terpisah antara
satu dengan lainnya meskipun berangkat dari profesi yang beragam. Perbedaan ekonomi
tidak menutup seseorang dari yang lainnya. Kaum bangsawan muslim selama
kesultanan Ghazni dan Ghuri menempati tempat terkemuka dalam masyarakat,
memiliki banyak pengaruh terhadap aktifitas Sultan, memiliki peranan penting dalam
persoalan suksesi. Mereka dikelompokkan dalam Khan, Malik, dan Amir (Majundar,
1948:278-289) yang berasal dari beragam bangsa seperti Turki, Arab, Afghanistan,
Abisinia, Mesir, Jawa, dan India. Sebagian besar kaum bangsawan ini mempunyai
latar belakang kehidupan sebagai budak (Ali, 1980:151-152).
4. Sosial
Masyarakat muslim tidak terbagi menjadi kelompok-kelompok yang terpisah antara
satu dengan lainnya meskipun berangkat dari profesi yang beragam. Perbedaan ekonomi
tidak menutup seseorang dari yang lainnya. Kaum bangsawan muslim selama
kesultanan Ghazni dan Ghuri menempati tempat terkemuka dalam masyarakat,
memiliki banyak pengaruh terhadap aktifitas Sultan, memiliki peranan penting dalam
persoalan suksesi. Mereka dikelompokkan dalam Khan, Malik, dan Amir (Majundar,
1948:278-289) yang berasal dari beragam bangsa seperti Turki, Arab, Afghanistan,
Abisinia, Mesir, Jawa, dan India. Sebagian besar kaum bangsawan ini mempunyai
latar belakang kehidupan sebagai budak (Ali, 1980:151-152).
Ulama memiliki kehormatan yang tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar dalam
masyarakat. Para sufi juga memainkan peranan penting dalam sejarah sosial periode
masyarakat. Beberapa budak naik ke posisi tertinggi berkat jasa dan kemampuannya.
Pada awalnya para budak berguna bagi negara; tetapi kemudian mereka menjadi
ancaman bagi kelangsungan negara dan bahkan mengakibatkan kejatuhannya. Hal
ini meyerupai peranan Janissari di Turki Usmania (Itzkowitz, 1972:20-30 dan 90-
92).
Berdasarkan catatan-catatan dan bukti-bukti terlihat bahwa umat Hindu tidak hanya
diperlakukan secara adil tetapi juga secara royal. Status mereka termasuk golongan
yang harus diperhatikan dan dilindungi. Meskipun beberapa candi hancur ketika
terjadinya penyerangan militer dan beberapa tekanan terhadap Hindu agar mereka
tunduk dan patuh, mereka diberi kebebasan penuh dalam memilih agama dan
merayakan upacara-upacara keagamaan (Elliot, 1869:145-150). Banyak orang Hindu
yang mendapatkan pekerjaan yang baik seperti di kantor gubernur atau komando
dalam tentara.
4. Bin Qashim melakukan akomodasi politik terhadap tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Para Brahmana diberi fasilitas yang sama bahkan ekstra fasilitas. Posisi-posisi mereka
dalam pemerintahan sebelurnnya diaktifkan lagi. Bahkan kaum oposisi, yang lari pada
waktu perang dan bersembunyi, diberi kembali jabatanya. Apabila pada masa Dahir
para Brahmana dan pemuka agama menikmati 3 % dari hasil bumi, maka Bin Qashim
memberikan hal yang sama kepada mereka (Qureshi 1971:3, Karim, 1974:11-13 dan
6. Asimilasi Budaya
Dalam bidang ilmu pengetahuan, hubungan Arab-India terjalin dengan baik dan terjadi
pertukaran budaya antara keduanya. Banyak ilmuwan Arab dikirim ke India, sebaliknya para
ilmuwan India diundang ke Bagdad supaya mereka saling mengenal. Amir Khusru
menerangkan bahwa ahli astronomi Arab, Abu Mashar, belajar di Benaras, pusat kebudayaan
Hindu, selama 10 tahun dan Abu Yazid al-Bustami pemah tinggal di Sind dan berguru
kepada penduduk pribumi (Karim, 1974:15). Banyak orang Hindu menerjemahkan buku-
buku dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab. Buku Shiddanta yang dikarang Brahma Gupta
diterjemahkan menjadi Tariche Sind Wa Hind. Buku Kalilah Wa Dimna yang diterjemahkan
dari Panca Tantra (Ponca Tantra) sangat populer di Arab. Banyak buku kedokteran India
Abdullah, Taufik. Islam Dan Masyarakat Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1996.
Ahmad, Aziz, Studies in Islamic Culture in The Indian Environment. Oxford: Clarendon Press,
1964. Aleem, A. K. M. Abdul, Bharate Muslim Shasan Baybaster Itihas: History of Muslim
Administration in
India. Dhaka: Bangla Academy, 1976.
Ali, K., History of India, Pakistan, and Bangladesh. Dhaka: Ali Publications,
1980. Arnold, Edwin, India Revisited. London: Trubner & Co., 1886.
Babur, Zahiruddin Muhammad, Babur Nama, terjemahanJohn Lexden dan William
Erskine, Babur: Memories ofZahiruddin Muhammad Babur. London: Oxford University
Press, 1921. ·
Beveridge, Henry, A Comprehensive Hostory of India I. London: Blackie and Son, 1862.
Duff, C. Mabel, The Chronology of India: From the Earliest Times to the Beginning of the Sixteenth
Century.
Whitehall Gardens: Archibald Constable & Co., 1899.
Elliot, H. M., History of India as Told by Its Historians II. London: Trubner & co., 1869.
Elliphenston·(Mountstuart), The History of India: The Mohametan Periods. London: Jhon Murray,
1857.
Islam di Anak Benua.....84
Ferishta, Mahomed Kasim (Abul Qasim Ferishta), Tarikhe Ferishta, terjemahan John Briggs,
History of the Rise of Mahomedan Power in India till the Year A.D. 1612. Delhi: Low Price
Publication, 1997.
Gibb, H. A. R., "Ibn Batuta Travels in Asia and Africa 1325-1354", dalam Sir E. Denison
Ross dan Eileen Power, The Broadway Travelers. London: Routledge & Kegan aul Ltd.,
1929.
Hasan, Hasan Ibrahim, Islamic History and Culture from 632-1968 penterjemah Djahdan
Humam.
Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
al-Hasyimi, Sayyed Muhammad, Jawahir al-Adab, Jilid II. Kairo: al-Maktaba al-Tijariyah
al-Kubra, 1965.
Internet, Truth About Dahir Sen, http:/ /www.osl.cs.vivc.Edu/ --jamali / sindh /story/
node Itzkowitzo, rman, Ottoman Empire and Islamic Tradition. New York: Alfred A.
Knopf, 1972.
Al-Jauziah, ImamlbnQayyim, Dzad al-Maadfi Hadyi Khairal-'IbadMuhammad Khatim al-
Nabiyyin wa Imam al Mursalin. jilid III. Kairo: Mathba'ah al-Mesriyah, 1379 H.
Karim, Abdul, Bharatiya Upamadeshe Muslim Shashan : Muslim Rule in Indian Sub-Continent.
Dhaka: Bangla Academy, 1974.
Karim, M. Abdul, "Kontribusi Muhammad bin Qasim dalam Penaklukan Sind", Thaqafiyat,
vol 2 no.
2tahun2001
Karim, Muhammad Reza-i-, Arab Jatir Itihas: History of the Arabs. Dhaka: Bangla Academy,
1972. Kaya, K. P., Muslim Missionaries in South India, terjemahanIslam
Abul Quasem
di Anak Bhuiyan
Benua.....85
Dakkhin Bharate
Muslim Musalman Mishionari. Faridpur: Islamic Cultural Centre, 1980.
Majumdar, R. C., An Advanced History of India, London: Macmillan & co.Ltd., 1948.
Nadavi, Maulana Abul Hasan Ali, Muslim and Indian Civilaization, terjemahan Siddiq
Ahmed,
Upamahadeshio Shavvatai Muslim Abodan. Dhaka: The Islamic Foundation Bangalesh, 1980.
Qureshi, Ishtiaq Husain, The Administration of the Sultanate of Delhi. New Delhi: Oriental
Books Reprint Co, 1971.
Tabrizi, Syekh Waliuddin Muhammad bin Abdullah al-Khatib, Misqat al-Masabih. Delhi: Kutub
Khana Rashidiah, 740 H., bab Kitab al-Ilmi, dari Abdulah ibn Amar, riwayat Bukhari.
Watt, W. Montgomery, The Majesty that was Islam, terjemahan Hartono Hadikusumo,
Kejayaan Is lam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.
Wheller, R. E. M., Five Thousands Years of Pakistan. London: Cristopher Jhonson, 1950.
Zaman, Sadeq Shibli, Bangladesher Sufi Shadhak OWali Auliya. Dhaka: RahmaniLibrary, 1980.
Disusun Oleh :
FIRLY AYU KUSUMAWARDANI
yang paling baik,1 dan memiliki kedudukan yang paling mulia. Manusia adalah makhluk
istimewa yang Allah ciptakan dengan dibekali berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara
optimal melalui proses Pendidikan. Sehingga manusia merupakan makhluk yang perlu atau harus
di didik.2
Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Bab I,3
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana unutk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara”.
Untuk itu, kualitas sumber daya manusia perlu dtingkatkan melalui berbagai program Pendidikan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu kepada
kemajuan ilmu pengetahuan danb teknologi (IPTEK) dan dilandasi keimanan dan ketaqwaan.
Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang selalu diperlukan di
sepanjang hidupnya. Manusia adalah makhluk pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat
Pendidikan yang tepat, manusia bisa meraih cita-cita luhur dan jalan kebahagiannya.
________________________
2
Pratiwi,E., Manusia Sebagai Animal Educandum (Jakarta: Gema Insani Press,2010) hlm 35
Grafika,2009)hlm.3
Tentu saja Pendidikan yang dimaksud adalah upaya pengembangan dan aktualisasi potensi
internal manusia untuk mencapai tujuan ideal.4 Imam Ghazali salah seorang pemikir besar
muslim menilai Pendidikan sebagai prinsip dasar pemasyarakatan manusia. Menyangkut hal ini ,
ia menyatakan, “Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka masyarakat akan hidup seperti
hewan ternak. Dengan kata lain, Pendidikan bisa mengangkat manusia dari peringkat hewani
Arti Pendidikan menurut islam, adalah memberikan petunjuk dan menyempurnakan manusia dari
segala sisi. Mengenai pentingnya Pendidikan menurut islam ini kita bisa merujuk pada Al-
Sementara itu tujuan utama Pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang
secara intelektual, emosional, dan spiritual.7 Oleh karena itu, komponen esensial kepribadian
manusia adalah nilai dan kebajikan. Nilai dan kebajikan ini harus menjadi dasar pengembangan
kehidupan manusia yang memiliki peradaban , kebaikan, dan kebahagiaan secara individual
maupun sosial. Dengan demikian, Pendidikan di sekolah seharusnya memberikan prioritas untuk
masyarakat.
Sementara tujuan Pendidikan agama islam di sekolah umum adalah untuk meningkatkan
______________________
Islam di Anak Benua.....89
4
Al-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip Pendidikan islam, (Bandung: Diponegoro,1989).,hlm 156
5
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munazier. Pendidikan Agama Islam Kini dan mendatang(CV. Triasco. Jakarta.
2003),hlm 78
6
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah ,yang mengajar(manusia)dengan perantara kalam,, Dia mengajar
7
Mulyana,R . Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.(Bandung: Alfabeta,2004),hlm 106.
Yang bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlakul karimah (berakhlak mulia) dalam
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat memahami bahwa pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan agama islam di sekolah bukan hanya diajukan untuk sekedar mengajarkan peserta
didik agar dapat hapal bacaan sholat,hafal nama-nama malaikat,mengetahui sejarah dan
perkembangan agama islam dan semacamnya,akan tetapi secara umum bertujuan untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta pembinaan akhlak yang mulia dan budi pekerti
yang luhur. Dengan kata lain, pembelajaran Pendidikan agama islam bertujuan untuk
membentuk karakter dan kepribadian muslim yang kaffah melalui peningkatan religious anak
didik.
Adapun indikator lainnya yang dapat menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran Pendidikan
agama islam , yang selama ini paling sering disoroti adalah rendahnya kualitas moral dan akhlak
anak anak dan remaja. Banyak anak atau remaja yang melakukan Tindakan-tindakan yang tidak
baik atau amoral seperti balapan motor liar,perkelahian dsb. Semua fenomena tersebut
merupakan tanya adanya fenomena kurang diamalkannya ajaran agama dalam kehidupan anak-
anak dan remaja yang salah satunya dikarenakan kurang berhasilnya pembelajaran Pendidikan
kehidupan bangsa Indonesia pada saat ini, hal ini disebabkan oleh ketidakefektifan penanaman
nilai-nilai moral, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara keseluruhan.
Efektifitas paradigma Pendidikan yang berlangsung di jenjang Pendidikan formal hingga kini
Padahal mata pelajaran Pendidikan agama islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk
menguasai berbagai ajaran islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat
mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan agama
islam juga menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif,psikomotor dan
afektifnya.11 Oleh karenanya muncul gugatan dan hujatan terhadap dunia Pendidikan ,kepada
Pembelajaran Pendidikan agama islam yang dikembangkan selama ini adalah selalu
menempatkan guru sebagai pusat belajar sehingga target pembelajaran adalah mentransfer ilmu
bahan materi dan selalu berorientasi pada nilai yang tertuang dalam bentuk angka-angka.
Dengan demikian, dominasi guru akan menghancurkan kreativitas ,inovasi serta kemandirian
peserta didik. Di samping itu penyampaian pembelajaran lebih bersifat teks normative.
Pendidikan religious atau keberagaman yang seharusnya terbentuk melalui Pendidikan agama
Kurang berhasilnya Pendidikan agama islam di sekolah menurut para ahli dapatt disebabkan oleh
berorientasi pada bagaimana mempelajari tentang ilmu agama semata sehingga tidak
terinternalisasi dalam kepribadian anak didik; 2). Tidak memiliki strategi penyusunan dan
pemilihan materi yang tepat sehingga terjadi kekacauan materi; dan 3). Kurangnya penjelasan
yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan istilah-istilah kunci dan pokok sehingga
“Pertama, factor eksternal, yaitu: a) sikap orangtua yang kurang perhatian terhadap Pendidikan
agama islam, b) Situasi lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. c) Adanya gagasan
terobosan yang dipersepsikan menjadi mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara.
d) Frustasi karena Pendidikan tidak menjanjikan kehidupan yang layak. e) Dampak teknologi
pada transisi nilai. Kedua, factor internal. Yaitu : a) Guru yang kurang kompeten. b) salah
penempatan guru agama. c) Pendekatan metodologi yang masih tradisional. d) Solidaritas
terhadap guru agama kurang. e) kurang persiapan guru dalam mengajar. f) Kurikulum yang
padat. g) Hubungan guru dan peserta didik yang terlalu formal. h) Supervisi yang tidak
berfungsi”.
Dengan melihat kondisi pembelajaran Pendidikan agama islam seperti yang disebutkan di atas,
menjadikan proses pembelajaran Pendidikan agama islam seperti yang disebutkan di atas,
menjadikan proses pembelajaran Pendidikan agama islam menjadi kurang berhasil, bahkan
kurang berkualitas. Padahal kualitas Pendidikan merupakan harapan sekaligus tujuan dari
yang diilustrasikan tadi hampir terjadi di semua jenjang Pendidikan. Begitupun di SMPN 1
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami dan dimengerti bahwa pelaksanaan Pendidikan
agama islam sekolah menghadapi sejumlah permasalahan yang mendesak untuk dipecahkan. Jika
Islam di Anak Benua.....92
tidak, dikhawatirkan justru misi utama yang hendak diemban oleh Pendidikan agama islam
Berdasarkan pengamatan awal yang penulis lakukan, jika dilihat dari ketercapaian tujuan
pembelajaran, bahwa Pendidikan agama islam di SMPN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa
Pada aspek sikap(afektif) masih ada peserta didik yang mempunyai sikap yang kurang positif
diantaranya, peserta didik masih ada yang berbicara dengan Bahasa yang kasar, tidak
mengucapkan salam Ketika bertemu dengan guru,sering berbohong,acuh tak acuh Ketika
sembarangan. Sementara masih ada peserta didik ,dilihat dari aspek keterampilan (psikomotor)
belum bisa melakukan sholat wajib dengan baik dan benar,belum lancar membaca al-qur’an
dengan baik, tidak tertib dalam melaksanakan sholat jumat berjamaah,tidak dapat melakukan
Berdasarkan hasil wawancara14 dengan salah seorang guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 1
Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat, strategi yang diterapkan dalam upaya menanamkan
islam di dalam kelas, 2) Pendidikan ekstrakurikuler seperti ; (a) Pemberian PR/Tugas, (b)
Mengadakan kultum jumat pagi, (c) Sholat jumat berjamaah, (d) Pesantren kilat di bulan
Ramadhan.
Permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Strategi Guru
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat banyak factor yang mempengaruhi kualitas
pembelajaran pendidikan agama islam, baik factor internal maupun eksternal, maka mengingat
keterbatasan peneliti, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan strategi
Guru Pendidikan agama islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah secara rinci dapat
1.Bagaimana strategi yang diterapkan guru Pendidikan agama islam dalam upaya menanamkan
nilai-nilai akhlakul karimah siswa SDN 1 Lungbenda Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
2.Apa factor penunjang dan penghambat strategi yang diterapkan guru Pendidikan agama islam
dalam upaya menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah siswa SMPN 1 Palimanan Kabupaten
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :
1). Untuk menjelaskan strategi yang diterapkan guru Pendidikan agama islam dalam
2). Untuk menjelaskan factor penunjang dan penghambat strategi yang diterapkan
2. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi guru Pendidikan agama islam ,
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi dunia akademik dan akan
khususnya pada Pendidikan agama islam dan dapat menjadi bahan rujukan atau
petunjuk awal bagi peneliti yang punya kepeduliaan yang sama dengan penulis.
D. Kerangka Pemikiran
Pengertian Strategi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15 Syaiful Bahri Djamarah, mengartikan
strategi adalah suatu garis-garis besar Haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan.16 Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Strategi berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah
melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving
beragam yaitu: strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam
menentukan Teknik penyampaian peran, penentuan metode,dan media , alur isi pelajaran, serta
interaksi antara pengajar dan peserta didik.17 Sedangkan menurut Wina Sanjaya, strategi
dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. 18
Selanjutnya Made Wena, kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk
urutan kegiatan,peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.
Secara Etimologis, guru adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa
guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang Pendidikan. Dalam Bahasa inggris,
kata guru dikenal dengan istilah teacher, juga disebut dengan istilah tutor yang berarti guru
Adapun pengertian guru secara terminology, sebagaimana yang ditulis Hadari Nawawi21 adalah :
“Orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Secara lebih
khusus, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang Pendidikan dan pengajaran yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru
dalam pengertian ini, menurutnya bukanlah sekedar orang yang berdiri diAnak
Islam di depan kelas untuk
Benua.....96
menyampaikan materi pengetahuan tertentu akan tetapi anggota masyarakat juga harus ikut aktif
dan berjiwa bebas secara kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa”.
Pengertian kualitas dalam Pendidikan, sesungguhnya berkaitan erat dengan norma-norma yang
mencerminkan keinginan institusi dengan titik fokusnya pada aspek Pendidikan tertentu. Semua
Pendidikan ini sangat ditentukan oleh strategi yang diterapkan guru, khususnya Guru Pendidikan
Agama Islam.
memuaskan kebutuhan pelanggan,langsung atau tidak langsung baik kebutuhan yang dinyatakan,
Kualitas dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(KBBI) adalah suatu nilai atau keadaan. 23
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kualitas berkaitan dengan sifat dari
sesuatu yang baik, dalam istilah lain berkualitas berarti mempunyai sifat-sifat yang baik atau
menyenangkan bagi yang merasakan atau mungkin bagi yang umum, sering juga dalam
pengertian umum kata berkualitas berarti mempunyai sifat yang baik atau terbaik.
Pihak yang berkepentingan terhadap kualitas akhlakul karimah siswa selain orangtua adalah
Guru PAI , karena ia mempunyai tanggung jawab yang besar, contoh bagi peserta didiknya, baik
Terkait dengan peningkatan kualitas akhlakul karimah, guru Pendidikan agama islam harus
mempunyai ruang dan waktu yang optimal untuk mengembangkan proses pembelajaran
Penggunaan ruang dan waktu yang optimal untuk pembelajaran Pendidikan agama islam dapat
dilakukan melalui program ekstrakurikuler misalnya kegiatan kultum jumat pagi, membaca surat
yasin Bersama-sama , melaksanakan sholat dhuha Bersama-sama setiap hari dan melaksanakan
sholat jumat berjamaah di sekolah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menambah jam
pelajaran Pendidikan agama islam melalui muatan local,misalnya baca tulis Al-Qur’an.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan ini dibagi menjadi lima bab dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa
Bab Pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka penelitian, tinjauan Pustaka, dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua berisikan kajian teori, pada bab ini bersifat teoritis konseptual. Pada bab ini akan
dikaji tentang strategi yang diterapkan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanmkan
akhlakul karimah pada siswa SMPN 1 PALIMANAN Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Bab Ketiga berisikan metode penelitian yang merupakan sarana untuk memperoleh data dari
lapangan.
Pendidikan agama islam dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah siswa di SMPN 1
Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Factor penunjang dan penghambat strategi Guru
Bab ke Lima , penutup . berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran berdasarkan
temuan penelitian.
F. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah rencana yang cermat
mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar dalam Haluan untuk bertindak dalam
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Strategi berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode
Beberapa ahli Pendidikan, memberikan pengertian strategi pembelajaran dengan beragam yaitu,
Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan Teknik
penyampaian pesan, penentuan, metode, dan media, alur isi pelajaran serta interaksi antara
pengajar dan peserta didik.28 Selanjutnya Made Wena, kata strategi berarti cara dan seni
urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efisien.
Untuk memudahkan suatu konsep yang dapat dijadikan suatu pengertian guru, maka perlu
ditinjau dari beberapa pendapat para ahli Pendidikan. Meskipun mereka berbeda pendapat tetapi
mempunyai maksud yang sama. Guru adalah orang yang kerjanya mengajar.31
Dalam masyarakat jawa, guru dilacak melalui akronim gu dan ru. “Gu” diartikan dapat digugu
berikut :
1) Guru hendaknya Robbani dalam segala tujuan, tingkah laku,dan pola pikirnya.
Maksudnya, dalam mendidik guru harus memiliki dalil sebagai pedoman terhadap
anak didik. Maksudnya guru harus berpengetahuan luas terhadap apa yang
5) Guru hendaknya selalu membekali diri dengan berbagai macam ilmu dan terus
tegas dan dapat berlaku adil. Maksudnya guru harus dapat mendidik murid sesuai
murid.
a. Secara Etimologi
Dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain seakar dengannya,
yaitu al-rabb, rabbayani, murrabbiy, yurbiy dan rabbaniy. Sedangkan dalam hadis hanya
ditemukan kata Rabbani. Menurut Abdul Mujib masing-masing tersebut memiliki kesamaan
Istilah lain dari Pendidikan adalah Ta’lim, merupakan Masdar dari kata allama yang berarti
kata ta’lim pada pengertian Pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT.
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
I. Akhlakul Karimah
Berbicara tentang akhlak, maka bisa dipastikan ini istilah sudah sangat familier di
telinga siapapun,karena istilah akhlak tak bisa dipisahkan dari sikap manusia sehari-
hari. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan akhlak.
(peristilahan).37
Berdasarkan sudut kebahasaan, akhlak berasal dari Bahasa arab yaitu ishim Masdar
(bentuk infinitive) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, seseuai dengan timbangan
(wazan) tsulasi majid: af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-
Adapun secara terminology, pengertian akhlak sebagaimana dipaparkan oleh beberapa ahli,
diantaranya adalah Ibn Miskawaih.39 Menurut dia al-akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam
jiwa yang memotivasinya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.39
Sedangkan Imam Ghazali mendefinisikan akhlak dengan : sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah berbagai macam dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.40
Ahmad Amin memberikan uraian tentang definisi akhlak. Menurutnya akhlak adalah menangnya
Kata Akhlak menurut Rachmat Djatnika berasal dari Bahasa arab Akhlaq bentukjama dari
mufradnya adalah khuluq, yang berarti “Budi Pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika
berasal dari Bahasa latin, etos yang berarti “kebiasaan”. Moral berasal dari Bahasa latin juga,
Selanjutnya menurut Zakiah Darajat kata akhlak secara etimologi (arti Bahasa)berasal dari kata
khalaqa, yang kata asalnya khuluqum, yang berarti : perangai, tabiat,adat atau khalqun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat,
atau system perilaku yang dibuat.43 Karenanya,akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk
tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di
Indonesi kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang berakhlak berarti orang yang
berakhlak baik.44
Islam di Anak Benua....103
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman menyatakan bahwa Muhammad Rasulullah memiliki
Artinya : (Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.46
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusai yang dari padanya lahir
Jadi, akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi.
Oleh karenanya dapatlah disebutkan bahwa “akhlak itu adalah nafsiyah (bersifat kejiwaan), atau
atau suluk (perilaku), maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentunya.48
Akhlak atau pekerti menurut Imam Ghazali bukanlah pengetahuan (ma’rifat) tentang baik dan
jahat maupun kodrat (qudroh) untuk baik dan buruk, bukan pula pengamalan yang baik dan
Lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang
menghasilkan perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan
disengaja. Jika kemantapan itu sedemikan, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik yaitu
amal yang terpuji menurut akal dan Syariah maka ini disebut akhlak yang baik. Jika amal-amal
yang tercela yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu dinamakan akhlak yang
buruk.
baik” (al-akhlak al-karimah)umpamanya dikatakan : “orang itu berakhlak”, artinya orang itu
mempunyai akhlak yang baik. “orang itu tidak berakhlak”,artinya orang itu tidak mempunyai
akhlak yang baik, atau buruk akhlaknya. Sesungguhnya disamping ada akhlak yang baik ada
juga akhlak yang buruk (al-akhlak al-rodzillah).49 Akhlak atau system perilaku ini terjadi melalui
suatu konsep seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus
terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu,
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dipahami bahwa kata “akhlaq”sebenarnya jamak dari
kata “khuluqun”artinya Tindakan. Kata “khuluqun” sepadan dengan kata “khalqun” artinya
kejadian dengan kata “khaliqun” artinya pencipta dan kata “makhluqun” artinya yang diciptakan.
Dengan demikian, rumusan terminologis dari akhlak merupakan hubungan era antara Khaliq
Abuddin Nata,52 dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia menjelaskan
bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang ,
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
Kelima, sejalan dengan ciri yang ke empat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin
yang konkret.53
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber
data primer dalam penelitian kualitatif54 adalah kata-kata dan Tindakan, selebihnya
adalah data tambahan atau data sekunder. Sumber data sekunder yaitu data yang
Data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama yaitu sejumlah
sampel populasi sebagai data primer dan jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan Tindakan,
Untuk memudahkan dalam memahami data hasil lapangan peneliti menggunakan Teknik
sampling yaitu pengumpulan data dengan menggunakan sampel. Data ini bertujuan guna
menarik suatu konklusi umum tentang sautu peristiwa atau kejadian di lapangan yang sedang
diteliti dengan jalan menganalisa data sampel menarik kesimpulan (infres) tentang karakteristik
Sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh,56 subyek dalam peneliti ini
berjumlah tiga pihak diantaranya (1) Guru PAI SMPN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa
Barat, (2) Peserta didik SMPN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat, (3) Kepala sekolah
SMPN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Alasan peneliti mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
1. Populasi
Populasi dalam penelitian kualitatif adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini tidak berurusam dengan variable-
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian jumlah dan karakteristik dari populasi tersebut. Yang hendak dijadikan
penelitian.58 dalam penelitian ini mengambil besar sampel 10 orang saja untuk dipilih data-
datanya yang respresentatif untuk bisa dijadikan data dan hasil penelitian. Untuk hasil ideal dan
tepat orientasi, dipakailah kriteria inklusi dan eklusi dalam pemiliha sampelnya. 59
Metode penelitian dalam tesis ini adalah menggunakan metode fenomologi-kualitatif. 60 Metode
fenomologi kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial , masalah manusia dan bertumpuh pada
pengalaman subjektif serta studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.
Pendekatan ini digunakan untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks dengan meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor62 mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penulis melakukan penelitian
menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis dan lisan dari orang-orang dan
Jenis penelitian kualitatif merupakan model peneliti yang lebih menitikberatkan pada
keterlibatan secara langsung dalam penelitian. Peneliti secara langsung terlibat dalam interaksi
dengan objek penelitian guna memperoleh data yang akurat sebab dalam pengumpulan data
harus dilakukan dalam situasi yang sebenarnya sehingga kehadiran peneliti dalam wilayah
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif , maksudnya penulis dalam menganalisis dan
menggambarkan penelitian ini secara objektif dan mendetail untuk mendapatkan yang akurat.
Secara teoritis, penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta
Proses penelitian deskriptif oleh penulis berusaha untuk mencatat, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi yang ada, artinya mengumpulkan informasi tentang keadaan yang
ada hubungannya dengan indikasi variabel dalam penelitian ini yaitu tentang strategi guru PAI
mengungkap keadaan dan situasi dalam waktu dan tempat penelitian sesuai dengan objektifitas
Dalam penelitian ini sudah barang tentu memerlukan adanya data-data yakni sebagai
bahan yang akan di studi. Untuk memperolehnya perlu adanya metode yang dipakai
Islam di Anak Benua....109
sebagai bahan pendekatan dan analisis data dari lapangan untuk kemudian di olah
menjadi data-data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Observasi Partisipatif , dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut serta
b) Observasi Non Partisipatif, pada Teknik ini peneliti berada diluar subyek yang
Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti maka Teknik yang cocok dan
sesuai dengan kondisi uraian diatas dalam penelitian ini adalah Teknik observasi
partisipatif.
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
wawancara adalah penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau
Dalam penelitian ini pendekatan yang dipilih adalah petunjuk umum wawancara orientasi
mendalam (deept interview) alas an penggunaan model ini, untuk mencari dan mengungkap data
sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya tentang rumusan yang ingin digali dalam penelitian.
Metode Dokumentasi menurut Suharsini, “adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang
kegiatan.”70 Sedangkan menurut Ahmad dokumentasi adalah “cara mendapatkan data dengan
mempelajari dan mencatat buku-buku,arsip,atau dokumen,daftar statistic,dan hal hal yang terkait
dengan penelitian.”71
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk melengkapi data dari hasil
wawancara dan hasil pengamatan (observasi). Hanya saja, dalam penelitian ini dokumentasinya
memakai foto untuk memperoleh data-data yang sekiranya bisa melengkapi dan
Abd Mujib, Hakikat Pendidikan Islam, ( Makalah PPs IAIN Imam Bonjol Padang,1997 )
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta; PT. RajaGrapindo Persada 2014
Ahmad Amin, Al-Akhlaq, terjemahan Farid Ma’ruf dalam “Etika (Ilmu akhlaq) Jakarta; Penerbit
Center, 2003)
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. ( CV. Triasco,
Jakarta, 2003)
Arifin, HM. Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1995)
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2010.
D. Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, tt.).
Islam di Anak Benua....112
Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam di sekolah Umum, ( Jakarta, Depag,
2004 )
Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. ( Jakarta, Depag,
2009)
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, ( Jakarta; Kencana Prenada Media
Grup,2007
Dirjen Dikdasmen, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
Drajat, Zakiyah, Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Mental, ( Jakarta;Bulan Bintang,
H.A Mustofa. Akhlak Tasawuf , Bandung; Penerbit CV. Pustaka Setia. 1997.
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, ( Jakarta : Haji Masagung, 1989)
John M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta : Gramedia, 2003)
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Mitsaka Galiza, 2003)
Rachmat Djatnika. Sistem Ethika Islami, Jakarta ; Pustaka Panji Mas, 1969
Syaiful Bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta ; Rineka Cipta, 2002
Tim Penyusun, Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai
Pustaka,2003 )
Zakiah Darajat, dkk Materi Pokok Pendidikan Agama Islam, Jakarta ; Proyek Pembinaan
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Depag dan Universitas Terbuka Depdikbud.
1993 )