You are on page 1of 7

MAKALAH

STRATEGI DARI ASPEK AKUNTABILITAS DENGAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN SWOT DARI ANALISA BANJIR DI KALIMANTAN SELATAN

TUGAS LATSAR CPNS 2021 BPSDMD KALIMANTAN SELATAN


GOLONGAN III ANGKATAN 29 KELOMPOK 2

TUTOR
HUMAM ARIFIN, SKM., M.Kes

OLEH KELOMPOK 1
M. AULIA RAHMAN
HASMI
NORMA
YUNI KHAIRATUL JANNAH
FIRMAN HIDAYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang berasal dari
sumber-sumber air di sekitar daratan. Sumber-sumber air tersebut antara lain sungai, danau dan
laut. Yang hanya bersifat sementara karena bisa surut kembali. Banjir terjadi karena sumber-
sumber air tersebut tidak mampu lagi menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang
mencair, maupun air pasang sehingga air meluap melampaui batasbatas sumber air.

Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya sehingga daratan
menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu yang lama adalah penyebab
umum terjadinya banjir di dunia. Hujan yang deras di daerah hulu sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir bandang. Banjir bandang adalah banjir yang besar yang dating secara tiba-tiba
dan mengalir deras sehingga menghanyutkan bandabenda besar, misalnya batu dan kayu. Terdapat
5 jenis banjir diantaranya Banjir Sungai, Banjir Danau, Banjir Laut Pasang / ROB, Banjir Bandang,
Banjir Lahar Dingin dan Banjir Lumpur.

Faktor penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami
dan banjir non alami. Banjir alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografis, erosi dan sedimentasi,
kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir non alami atau
banjir yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan yaitu
penebangan hutan liar, membuang sampah di sungai, rusaknya drainase lahan dan perencanaan
system pengendali banjir yang tidak tepat.

Bencana banjir yang melanda kawasan Kalimantan Selatan (Kalsel) di awal tahun 2021
tepatnya di pertengahan Januari 2021, yang mengakibatkan puluhan ribu rumah terendam dan
rausan ribu warga terkena dampaknya. Adapun ifrastruktur yang terdampak akibat bencana ini
meliputi 66.768 rumah terendam, 18.294 meter jalan terendam dan 21 jembatan rusak. Tak hanya
itu, banjir ini juga menyebabkan 18356 hekar lahan pertanian di 11 Kabupaten/Kota gagal panen.
Selain itu banjir juga menyebabkan 21 orang meninggal dunia dan sebanyak 342.987 orang
terdampak dimana 63.608 diantaranya mengungsi. Warga terdampak banjir tersebar di 11
kabupaten/kota di Kalsel. Kesebelas daerah itu ialah: Hulu Sungai Tengah; Banjar; Tanah Laut;
Barito Kuala; Balangan; Tabalong; Banjarbaru; Tapin; Hulu Sungai Selatan; Banjarmasin; dan
Hulu Sungai Utara. Sementara jumlah warga terdampak banjir yang terbanyak berada di
Kabupaten Banjar (190.929 jiwa); Kota Banjarmasin (100.722 jiwa), dan Hulu Sungai Tengah
(77.567 jiwa).

Terdapat beberapa penyebab terjadinya banjir di Kalimantan Selatan antara lain seperti cuaca
dengan curah hujan sangat tinggi. Selama 5 hari, dari 9-13 Januari 2021, sehingga terjadi
peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya. Serta adanya aktivitas penebangan hutan dan
lahan, kegiatan pertambangan batu bara dan perkebunan sawit menjadi penyebab banjir, dalam
catatan JATAM, 33 persen dari wilayah Kalsel yang seluas 3,7 juta hektare, atau sekitar 1,2 juta
hektare telah dikuasai perusahaan tambang batu bara. Sementara luasan perkebunan sawit
mencapai 618 ribu hektare atau setara 17 persen dari wilayah Kalsel. Banjir tidak bakal terjadi jika
hutan sekunder dan hutan primer, yang fungsinya menyerap air, tidak tergusur oleh aktivitas
tambang dan perkebunan.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang penyusun terapkan yaitu “Menganalisis Bencana Banjir di


Kalimantan Selatan dengan Analisis SWOT berdasarkan aspek Akuntabilitas”.

C. Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk memberikan alternatif atau solusi yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah Bencana Banjir di Kalimantan Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT terhadap Bencana Banjir di Kalimantan Selatan

Salah satu penyebab utama dari adanya bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan
yakni adanya penurunan luas hutan alam di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito di Kalimantan
Selatan mencapai 62,8%. Sebelumnya tim tanggap darurat bencana di LAPAN menyebut
penyebab banjir terbesar itu adalah berkurangnya hutan primer dan sekunder dalam 10 tahun
terakhir di keseluruhan provinsi Kaliamantan Selatan yang terjadi selama periode 1990-2019.

Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1990-2000 sebanyak 55,5% dengan penurunan luas
hutan primer sebesar 13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar
masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare. Sehingga area perkebunan meluas "cukup
signifikan" yakni 219.000 hektare. Maka total area perkebunan di sepanjang Daerah Sungai (DAS)
Barito kini mencapai 650.000 hektare.

Jika dibandingkan dengan luasan hutan di sekitar DAS yang mencapai 4,5 juta hektare, untuk
perkebunan telah menghabiskan 12 hingga 14% dari keseluruhan area. Hal ini juga didukung
dengan adanya curah hujan yang sangat tinggi. Selama 5 hari, dari 9-13 Januari 2021, sehingga
terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya.

Sehingga berdasarkan penyebab utama Bencana Banjir di Kalimantan Selatan diatas, berikut
adalah Tabel Hasil Analisis SWOT :

KEKUATAN KELEMAHAN
1. Memiliki Hutan sebagai daya serap air 1. Kejadian banjir yang berulang tanpa adanya
yang sangat luas tindak lanjut dari pemerintah
2. Pencatatan data bencana yang sudah 2. Pemerintah mengabaikan proses pencegahan
sangat baik banjir
3. Program pencegahan kebakaran hutan 3. Program pencegahan banjir sangatlah lemah
sudah sangat masif 4. Perencanaan Tataruang yang tidak jelas oleh
pemerintah
5. Wilayah bekas terbakarnya hutan menjadi kebun
sawit dan pertambangan
PELUANG ANCAMAN
1. Pemerintah mempunyai program 1. Banyaknya pembukaan lahan untuk sawit dan
pencegahan bencana batubara
2. Pemerintah menerbitkan regulasi untuk 2. Cuaca yang ekstrim
mengatur keberadaan batu bara 3. Aturan UU Lingkungan hidup yang dirubah
3. Mengatur ulang RT RW wilayah tersebut menjadi omnibuslaw dimana aturan yang
Mengoptimalkan perencanaan tata ruang mengatur jika provinsi harus mempertahankan
30 % wilayahnya untuk menjadi hutan
4. Ada banyak galian batubara yang dibuat tanpa
regulasi khusus dari pemerintah untuk
mengaturnya
Banyak oknum pemerintah yang ikut bermain
dalam perizinan dan investasi batu bara

B. Alternatif Analisis SWOT dari Aspek-Aspek Akuntabilitas


1. Akuntabilitas adalah Sebuah Hubungan Dimana membangun hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/intitusi yang dapat dilakukan dengan cara Mengembangkan kerjasama
dengan pemerintah pusat provinsi dan kabupaten/kota serta pihak swasta untuk meningkatkan
kemampuan tanggap darurat bencana alam di Kalimantan Selatan.
2. Akuntabilitas Berorientasi pada Hasil Yakni perilaku aparat pemerintah yang
bertanggungjawab adil dan inovatif yang dapat dilakukan dengan melakukan Pemanfaatan
galian batu bara sebagai tempat wisata dan juga sumber PAD untuk memperbaiki lingkungan
hutan lainnya.
3. Akuntabilitas Membutuhkan adanya Laporan Sebagai perwujudan dari akuntabilitas dalam
dunia birokrasi dimana dengan melakukan pendataan kembali Laporan hasil kekayaan setiap
pegawai negeri sipil atau LHKPN dan LHKASN di setiap tahunnya.
4. Akuntabilitas Memerlukan Konsekuensi Dengan menunjukkan tanggungjawab dimana
konsekuensi tersebut dapat berupa sanksi (bagi pelanggar) dan reward (bagi yang taat) dari
aturan daerah yang telah dibuat mengenai peraturan yang mengatur tentang izin membuka
lahan untuk industry dan pertanian.
5. Akuntabilitas Memperbaiki Kinerja Dengan memperbaiki pelayanan kinerja dari PNS Dengan
Memperkuat komitmen untuk mematuhi aturan daerah yang dimulai dari diri sendiri di
lingkungannya yang selanjutnya akan terus meluas ke lingkungan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka dalam menanggulangi Bencana Banjir di Kalimantan


Selatan yang pemerintah lakukan belumlah optimal. Hal ini dapat terlihat dari masih maraknya
kebakaran hutan dan lahan serta semakin meluasnya area perkebunan yang cukup signifikan yakni
sebesar 219.000 hektare oleh karena itu masih diperlukannya perencanaan tata ruang yang baik
sehingga masalah bencana hidrologis ynag terjadi di Kalimantan Selatan dapat teratasi.

B. SARAN

Diperlukannya peran dari instansi setempat agar dapat bekerja sama dalam meminimalisir
kerusakan hutan dan lahan, dimana Pemprov Kalsel selalu bersikap berkolaboratif, pro-aktif dalam
membuka opsi kerjasama dengan pihak swasta dan akademisi merupakan modal utama sebagai
strategi pembangunan dalam menghadapi bencana alam serta pentingnya mengedukasi dalam
pemanfaatan lahan yang sudah tidak terpakai lagi.
DAFTAR PUSTAKA

toaz.info-banjir-di-kalsel-pr_05f367845f35be62f2bd5e188feee2a9.pdf

You might also like