Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii - Ikhsan Sefri Priambodo - tk'16
Bab Ii - Ikhsan Sefri Priambodo - tk'16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen
Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekat
bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu
clinker / terak semen (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu
kapur, pasir silika, pasir besi dan tanah liat), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat
pelambat pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu
terbang (fly ash), dan lain-lain. Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3
bila kandungan material ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka
semen tersebut akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cement).
sebagai berikut :
dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dapat digunakan untuk seluruh aplikasi yang
tukang batu yang sedang mengerjakan proyek atau merenovasi rumah tinggal
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
akan membeli semen di toko bangunan, mereka hanya menyebut semen, tanpa
menyebut jenis semen apa yang seharusnya digunakan atau cocok dengan
atau di bawah semen Portland Tipe I serta tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok
digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan suhu yang cukup tinggi serta
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
pada struktur drainase. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada
bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya
utama.
Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau
yang acuannya perlu segera dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada
daerah yang memiliki temperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap sulfat
Tipe semen dengan panas hidrasi rendah.Semen tipe ini digunakan untuk
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat
beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini
digunakan untuk struktur beton masif seperti dam dengan gravitasi besar dimana
merupakan faktor kritis. Cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.
terhadap sulfat. Cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi. Sangat cocok untuk
pozzolan dengan proporsi sekitar 10-30%. Nama lain dari semen ini Traz Portland
Cement, semen ini sering dipakai di Negara Jerman. Tras yang di gunakan adalah
Tras Andernach.
2. Semen Putih
Campuran semen ini memiliki kadar Fe2O3-nya rendah, karna warna abu-
abu pada semen portland disebabkan oleh serbuk besi. Semen ini dibuat dari batu
kapur dan tanah liat putih (kaolin), kadar Fe2O3 tidak boleh lebih dari 1,5%.
3. Mansory cement
Semen ini berfungsi untuk pasangan tembok dan plasteran. Semen ini
dibuat dari semen Portland dan di campur dengan hasil gilingan batu kapur.
atau gas. Semen ini di pakai dalam bentuk bubur cair yang di pompakan dengan
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
tekanan tinggi yang mencapai 1200 kg/cm2 dengan suhu rata-rata lebih dari
5. Hidropobic cement
6. Waterproofed cement
Semen yang digunakan di Inggris yang terbuat dari semen Portland yang
7. Semen alumina
Semen alumina tebuat dari batu kapur dicampur dengan bauksit dengan
kadar campuran 60-70% (batu kapur), dan 30-40% (bauksit). Campuran dibakar
pada suhu 1600oC dalam tungku listrik sampai cair, kemudian hasil pembakaran
Semen PCC memiliki syarat kualitas yang tercantum dalam SNI 15-7064-
2004. Semen ini dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua
beton, struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan
bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian,
panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih
mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih
tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
10
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
9. Super Portland Pozzolan Cement (SPPC)
konstruksi beton untuk bendungan, dam dan irigasi, beton yang digunakan di area
dengan serangan sulfat seperti bangunan tepi pantai dan di rawa, bangunan yang
2004 dan standar Eropa EN 197-1:2000 (42.5 N & 42.5 R) serta standar Amerika
ASTM C 595-03.
pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen OPC dengan kuat tekan yang
sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses
akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat
bersama-sama klinker semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan
anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace
Jadi, berdasrkan keterangan di atas kalau kita hanya butuh semen untuk
bangunan biasa dengan lantai tidak terlalu tinggi serta bukan untuk tiang dan
11
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
balok beton, tipe PCC barangkali cukup memadai. Namun untuk yang
memerlukan kekuatan tinggi sebaiknya pakai OPC. Plesteran dan pasangan bata
bisa memakai PCC sedang tiang, balok dan lantai coran sebaiknya pakai OPC
Tipe I. Yang jelas dengan memakai PCC berarti pula menghemat sumber daya
alam dan energi karena dalam proses produksinya kebutuhan energi lebih
rendahdari OPC.
Sedangkan standar kualitas fisika yang harus dimiliki oleh produk semen
type I PCC sesuai SNI 15-7064-2004 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
12
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
2.1.4 Bahan Baku Semen
Pada prinsipnya bahan baku utama dalam proses pembuatan semen hanya
ada 2 yaitu batu kapur dan tanah liat sebab semua senyawa – senyawa utama
dalam semen berasal dari kedua bahan tersebut. Bila digunakan bahan lainnya,
Batu Kapur
murni umumnya merupakan kalsit atau aragonit yang secara kimia keduanya
CaCO3 akan berubah menjadi oksida Kalsium (CaO) dan dolomite berubah bentuk
merendahkan mutu semen yang dihasilkan, sebab jika jumlah MgO bebas
melebihi 5% (berdasarkan SNI No. 15-2049 tahun 2004) maka bangunan yang
Tanah Liat
Tanah Liat merupakan sumber utama senyawa silikat. Disamping itu, juga
merupakan sumber senyawa – senyawa penting lainnya seperti senyawa besi dan
alumina. Dalam jumlah amat kecil kadang – kadang juga didapati senyawa –
senyawa alkali (Na dan K) yang dapat mempengaruhi mutu semen. Senyawa-
senyawa tersebut diatas dalam tanah liat umumnya terdapat dalam bentuk
13
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
1. Kelompok kaolomit (Al2O3.2SiO2.2H2O) terdiri dari kaolinit,
b) Nontronit ( Na0.3Fe3+2Si3AlO10(OH)2•4(H2O) )
juga SiO2 bebas dalam bentuk kuarsa, kalsit, pirit dan lemonit.
Bahan Baku korektif adalah bahan baku yang dipakai hanya apabila pada
silika, oksida alumina dan oksida yang diperoleh dari pasir Silika (Sand), Tanah
Liat (Clay), dan Pasir Besi/Iron ore/ pyrite cinder. Misalnya, kekurangan :
Pasir Silika biasa digunakan sebagai pengoreksi kadar SiO2 yang rendah
dalamtanah liat, sedangkan pasir besi digunakan sebagai pengoreksi kadar Fe2O3
14
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Gypsum juga biasanya ditambahkan sebagai bahan tambahan setelah
terbentuk klinker untuk mengatur waktu ikat / waktu pengerasan dari semen yang
dihasilkan.
yang terdapat dalam bentuk bahan baku. Senyawa kimia tersebut adalah sebagai
berikut :
Sumber utama oksida kalsium adalah CaCO3 dalam batu kapur. Dalam
penyusun senyawa semen. CaO dalam batu kapur tidak semuanya berikatan
membentuk mineral potensial biasanya tidak berikatan dengan senyawa lain yang
kelompok montmorillonit yang berasal dari tanah liat. Disamping itu juga SiO2
bebas yang berasal dari pasir silika. Dalam semen, SiO2 selalu terdapat dalam
15
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
3. Oksida Alumunium (Al2O3)
Oksida Alumunium (Al2O3) juga terdapat di dalam tanah liat yaitu pada
potensial kalsium alumina, bersama CaO dan Fe2O3 akan membentuk senyawa
alumina ferri. Al2O3 berperan sebagai fluks (penurunan titik leleh) campuran
bahan-bahan baku.
Oksida ferrum / besi (Fe2O3) juga terdapat dalam tanah liat yaitu dalam
kelompok mineral kaolonit. Bersama-sama CaO dan Al2O3, Fe2O3 akan bereaksi
(CaCO3) kadang-kadang MgO bisa juga berasal dari mineral-mieneral tanah liat.
MgO tidak berfungsi sebagai salah satu mineral potensial sebab dalam proses
liat yaitu kelompok illit dan jumlahnya relative kecil. Oksida alkali bukan
16
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
7. Oksida belerang (SO3)
senyawa CaSO4.2H2O. Selain itu ada juga SO3 yag berasal dari bahan bakar yang
digunakan dalam proses pembuatan semen. Senyawa oksida belerang sama sekali
Umumnya kandungan P2O5 pada semen tidak lebih dari 0,2%. Adanya
terbentuk P2O5 dan CaO. Kadar P2O5 yang tinggi dapat menyebabkan
disebabkan karena selain jumlah yang besar, reaksi hidrasinya juga berlangsung
cepat. Pemuaian C3S lebih kecil dibanding dengan C3A tetapi lebih besar bila
dibanding dengan C4AF. Panas Hidrasi yang ditimbulkan oleh C3S adalah kedua
17
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
yakni baru terlihat 28 hari setelah pengikatan. Seperti C3S, C2S juga tidak
memberi pengaruh yang berarti pada pemuaian semen. Panas hidrasinya adalah
senyawa-senyawa sulfat. Makin rendah kadar C3A dalam semen, makin tahan
semen terhadap serangan sulfat. Reaksi hidrasi C3A merupakan sumber panas
yasng ditimbulkan C4AF rendah, hanya sekitar 420 joule per gram.C4AF
C4AF = 3,043·Fe2O3
Bentuk senyawa dan oksida yang ada dalam partikel semen dapat dilihat
18
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
2.1.6 Proses Produksi Semen
1. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus
dengan kadar air 25-40% (slurry) dikalsinasi dalam tungku panjang (long rotary
kiln).
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama seperti proses basah.
Hanya saja disini umpan tanur disaring dulu dengan filter press. Filter cake
dengan kadar 15- 25 % digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas pada
Proses ini dikenal sebagai grate process dan merupakan transisi dari
prosess basah dan proses kering dalam produksi semen. Pada proses ini umpan
tanur disemprot dengan air oleh alat yang disebut granulator (pelletizer) untuk
diubah menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10-12 % dan
ukurannya 10-12 mm. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long
4. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw Mill
dalam keadaan kering dan halus, dan hasil penggilingan (tepungbaku) dengan
19
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
kadar air 0,5-1% dikalsinasi dalam rotari kiln. Proses ini menggunakan panas
Proses yang kini banyak dipakai adalah proses kering karena efisiensi
Proses produksi semen yang akan di bahas adalah proses produksi semen
di PT Holcim Indonesia, Tbk. Pabrik Cilacap. Proses manufaktur ini terdiri dari
beberapa tahapan :
6. Pembakaran (firing)
7. Pendinginan (cooling)
20
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Skema proses produksi semen dapat dilihat pada gambar 2.2
Quarry Stockpile
Coal Mill
Raw Mill
Ball Mill
Finish Grinding
Gambar 2.2 Skema proses produksi semen (CMC 2001)
quarry (area tambang) dilakukan dengan alat berupa hammer crusher (untuk batu
kapur) dan roller crusher (untuk tanah liat) sampai didapatkan ukuran yang lebih
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Bahan baku yang telah dihacurkan kemudian dikirim ke area stockpile
dengan takaran tertentu tergantung jenis bahan baku menggunakan alat berupa
weight feeder. Di dalam alat penggiling bahan baku (Raw Mill) yang berupa
vertical roller mill berkapasitas 600 ton per jam bahan baku digiling sampai
berupa cyclone dan electrostatic precipitator dari aliran gas. Bentuk umum alat
penggiling berupa vertical roller mill dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Vertical roller mill dan bagian – bagiannya (CMC 2001)
22
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Setelah tersaring, tepung baku kemudian dimasukkan ke dalam blending
silo untuk tahap blending dan homogenisasi agar komposisi kimianya menjadi
seragam. Blending silo merupakan tempat penampungan tepung baku yang terbuat
berupa cyclone (co-current heat exchange) dan pre-claciner (counter current heat
exchange) untuk tahap pemanasan awal sebelum masuk ke rotary kiln (tanur
putar). Ada 2 jalur pre-heater yang digunakan yaitu ILC (In Line Calciner) dan
dilakukan dalam rotary kiln / tanur putar berkapasitas 8000 ton per hari dengan
Di dalam rotary kiln terjadi proses kalsinasi hingga 100 % lalu terjadi
proses sintering dan clinkering (pembentukan klinker). Klinker yang keluar dari
didinginkan dengan alat pendingin (cooler) yaitu Grate cooler yang memiliki 9
23
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
kompartemen. Grate cooler terdiri dari plat-plat berlubang yang disusun di atas
membawa klinker yang keluar dari rotary kiln. Dari bawah plate dialirkan udara
dingin untuk menurunkan suhu klinker sampai sekitar 120 °C.Setelah didinginkan,
klinker lalu dikurangi ukurannya dengan hammer crusher agar lebih mudah di
proses. Klinker yang dihasilkan oleh rotary kiln disebut juga terak semen
merupakan bahan setengah jadi dari semen yang masih perlu pengolahan tahap
selanjutnya. Bagan proses di pre-heater dan kiln sampai cooler dapat dilihat pada
gambar 2.5.
Gambar 2.5 Bagan Proses di Pre-heater, Kiln dan Cooler (CMC 2001)
24
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Tahap terakhir dari proses produksi semen adalah tahap penggilingan akhir
dengan bahan lain berupa gypsum, additive (berupa limestone, pozzolan atau
bahan lainnya). Peralatan yang digunakan dalam tahap ini yaitu pre-grinding
system berupa vertical roller mill dan ball mill sebagai alat penggiling utama yang
Gambar 2.6 Skema proses tahap penggilingan akhir semen (CMC 2001)
memiliki panjang 4 meter dan berisi bola-bola baja ukuran besar (diameter 50 mm
– 90 mm) dan pada sisi dalamnya ditempeli plat pengaduk / pengangkat (lifting
25
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
liner) agar bola baja bisa berjatuhan untuk menumbuk material. Sedangkan
ukuran kecil (diameter 17 – 40 mm). Detail alat Ball mill ditunjukan dalam
gambar 2.7.
Gambar 2.7 Detail ball mill dan unit ball mill di PT Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap
(CMC 2001)
26
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Proses penumbukan dalam menggiling material di dalam ball mill
Gambar 2.8 Proses penggilingan material di dalam ball mill (CMC 2001)
Pabrik Cilacap 2 PT Holcim Indonesia Tbk. memiliki 2 unit ball mill yang
masing – masing berkapasitas produksi 210 ton per jam. Operasi penggilingan di
ball mill dikendalikan melalui layar di central control room (CCR). Gambar 2.9
Pada penelitian ini akan dikaji proses penggilingan di tahap akhir / finish
grinding dengan mencampurkan fly ash dengan semen hasil penggilingan ball
mill. Di pabrik, fly ash dicampur dengan semen PPC (Portland pozzolan cement)
pada titik keluar dari ball mill yang kemudian dibawa ke atas oleh bucket elevator
lalu di aduk oleh turbulensi udara di separator sampai menjadi produk semen
PCC (Portland Composite Cement) yang siap dikemas dan dipasarkan. Titik
pencampuran fly ash dalam penggilingan akhir semen ditunjukan pada gambar
2.10.
27
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Gambar 2.9 Layar pada sistem kendali ball mill di Central Control Room
Gambar 2.10 Layar pada sistem kendali ball mill yang menunjukan titik pencampuran
fly ash dengan semen (lingkaran merah)
Fly ash yang dicampurkan dengan semen PPC sebelumnya dibongkar dari
truk pengangkut lalu di tampung dulu dalam bin berkapasitas 208 Ton (gambar
28
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
presentase 6-14 % dari umpan ball mill (gambar 2.12). Layar kendali weight
feeder fly ash ditunjukkan pada gambar 2.13. Presentase ini yang akan dikaji
Gambar 2.12 Weight feeder untuk menakar fly ash sebelum dicampur dengan semen
29
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Gambar 2.13 Layar kendali weight feeder fly ash
Dictionary” adalah serbuk abu yang sangat halus yang dihasilkan dari sisa
pembakaran batubara bubuk. Bentuk fisik fly ash dapat dilihat pada gambar di
bawah ini
30
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Kecenderungan dewasa ini akibat naiknya harga minyak diesel industri,
bahan bakar dalam menghasilkan steam (uap). Sisa hasil pembakaran dengan
batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash dan bottom ash (5-10%).
Presentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80%-
gas oksida belerang (SOX), oksida nitrogen (NOX), gas hidrokarbon, karbon
monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Proses produksi fly ash di system
Gambar 2.15 Diagram proses di system furnace yang menghasilkan fly ash
(Portland Cement Association)
Fly Ash merupakan campuran dari senyawa alumina, silika, karbon yang
tidak terbakar dan bermacam-macam oksida logam. Fly ash adalah bagian dari
sisa pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang
berbentuk partikel halus amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut dapat
bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa
yang bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan tersebut, fly ash
31
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
mempunyai prospek untuk digunakan dalam berbagai keperluan bangunan.
Komponen yang terkandung dalam fly ash bervariasi bergantung pada sumber
batubara yang dibakar, tetapi semua fly ash mengandung SiO2,CaO, MgO dan
silika dan alumina aktif karena sudah melalui proses pembakaran pada suhu
tinggi. Bersifat aktif yaitu dapat bereaksi dengan komponen lain dalam
kompositnya untuk membentuk material baru (mulite) yang tahan suhu tinggi.
Sifat pozzolan fly ash digunakan untuk menghemat penggunaan klinker sehingga
biaya produksi semen bisa dikurangi serta memanfaatkan sisa pembakaran batu
bara bisa agar tidak dibuang langsung ke lingkungan. Partikel fly ash yang
Gambar 2.16 Tampilan mikrografi partikel fly ash (Portland Cement Association)
Abu terbang atau yang biasa kita sebut dengan fly ash terdiri dari unsur-
unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif. Komposisi kimia masing-masing
jenis abu terbang sedikit berbeda dengan komposisi kimia semen. Fly ash
Abu terbang sepertinya cukup baik untuk digunakan sebagai bahan ikat
32
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
(Al2O3) dan Ferrum oksida (Fe2O3). Oksida-oksida tersebut dapat bereaksi dengan
kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi dengan air. Clarence (1966:
24) menjelaskan dengan pemakaian abu terbang sebesar 20 – 30% terhadap berat
semen maka jumlah semen akan berkurang secara signifikan dan dapat
menambah kuat tekan beton. Pengurangan jumlah semen akan menurunkan biaya
- kehalusannya tinggi
- tidak porous
banyak, termasuk arsenik (43,4 ppm); barium (806 ppm); berilium (5 ppm); boron
(311 ppm); kadmium (3,4 ppm); kromium (136 ppm); krom VI ( 90 ppm); kobalt
(35,9 ppm); tembaga (112 ppm); fluor (29 ppm); mangan (250 ppm); nikel (77,6
ppm); selenium (7,7 ppm); strontium (775 ppm ); talium (9 ppm); vanadium (252
Dengan sifat dan karakteristik dari fly ash batubara, maka fly ash dapat
33
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Sebagai pozolan dalam stabilisasi tanah (soil stabilization)
lime untuk scrubbing sulfur dari flue gas, sebagai filler dalam plastik,
Dalam ASTM C618-96 volume 04.02 fly ash dikategorikan menjadi 3 dan
Tabel 2.3 Kategori fly ash dan sifat-sifat kimianya (Ratmaya Urip, 2003)
34
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Proses hidrasi dari semen diawali dari permukaan partikel semen, semakin
besar luas permukaan specific dari semen akan meningkatkan kecepatan hidrasi
yang pada akhirnya akan mempercepat proses pengikatan dan pengerasan semen.
meningkatkan perkembangan kuat tekan dari produk semen, maka pada umumnya
dilakukan dengan menggiling lebih halus. Cara cara ini biasanya dipilih jika dari
satu macam jenis klinker akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan
semen dengan beberapa klasifikasi kuat tekan, sehingga akan dihasilkan dengan
yang bertujuan untuk menaikkan kuat tekan menjadi tidak ekonomis lagi, sebab
dengan semen yang ekstra halus hanya efisien menaikkan kuat tekan pada umur
umur awal saja , sedang energi yang diperlukan untuk mengrinding berkisar ½
menggunakan alat Blaine Air Permeability oleh sebeb itu maka kahalusan semen
terhadap aliran udara pada sample semen yang dipadatkan tergantung dari
semakin besarnya luas permukaan spesifik dari semen, demikian pula sebaliknya.
35
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Satuan dari kehalusan semen Portland dinyatakan dalam cm2/gram atau
m2/kg. Ini dapat juga diartikan sebagai jumlah luas muka total dibagi dengan
berat sample.
Pengertian dari satuaan blaine cm2/gram adalah setiap gram semen apabila
ditebar diatas permukaan yang rata maka akan membentuk luasan seluas 1 cm
Kekuatan tekan mortar semen Portland adalah gaya maksimum per satuan
luas yang bekerja ada benda uji mortar semen Portland berbentuk kubus dengan
Gaya maksimum adalah gaya yang bekerja pada saat benda uji kubus
pecah. Mortar semen Portland adalah campuran antara pasir kwarsa, air suling dan
semen Portland dengan komposisi tertentu. Pasir kwarsa adalah pasir yang
mengandung mineral silika > 90%, serta memenuhi persyartan standar ASTM
No.C 190; 5. Air suling adalah air yang diperoleh dari hasil proses penyulingan
air.
dibuat dan mortar campuran semen Portland, pasir kwarsa, dan air suling dengan
komposisi tertentu.
terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya
sampai umur 28 hari), didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A.
Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi terhadap kuat tekan untuk
36
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi pengembangan kuat tekan
semen. Secara statistik, kuat tekan semen dapat diperkirakan dengan mencari
persamaan hubungan antara variabel yang berpengaruh terhadap kuat tekan semen
Dengan :
P = kuat tekan
Ketika digunakan, semen akan dicampur air dan pada saat itulah terjadi
reaksi hidrasi senyawa dalam semen yang berlangsung ke arah luar dan dalam inti.
Hasil hidrasi mengendap di luar dan di bagian dalam belum mengendap. Produk
hidrasi lalu menyelimuti inti senyawa C3S dan menghalangi masuknya air ke
dalam inti. Lalu air berusaha masuk dengan proases difusi. Selama proses itu tidak
terjadi hidrasi sehingga semen tetap plastis. Setelah beberapa saat air bisa masuk
ke inti dan terjadi hidrasi lagi dan kemudian senyawa hasil hidrasi membentuk
rangkaian senyawa tiga dimensi dan saling melekat secara random untuk mengisi
ruangan yang tadinya diisi air dan menjadi kaku lalu mengeras.
37
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Reaksi yang terjadi saat hidrasi semen yaitu :
mempercepat proses hidrasi namun setelah terjadi pengerasan bagian yang telah
Beberapa penelitian tentang fly ash dan semen telah dilakukan sebelumnya
dan telah dipublikasikan dalam bentuk karya tulis ataupun jurnal. Potensi
penggunaan fly ash untuk material cementitious pelengkap dalam beton sudah
dikenal sejak awal abad 19 (Anon, 1914). Dalam sejarahnya penggunaan fly ash
dalam beton menggunakan fly ash sebanyak 15 – 25% dari berat bahan semen.
penggunaannya, sifat fly ash itu sendiri, batasan spesifikasi, lokasi geografis dan
iklim. Level dosis yang lebih tinggi (30 – 50%) telah dipakai pada struktur yang
masif (besar sekali) seperti pada pondasi dan bendungan untuk mengendalikan
membuktikan bahwa dosis tinggi dari fly ash (40 – 60%) telah diterapkan dalam
penggunaan struktural dan menghasilkan beton dengan sifat mekanis yang baik
2008 terdapat hasil penelitian dosen Program Studi Sipil Fakultas Sains dan
38
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Bapak Agus Maryoto. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh abu terbang (fly ash) terhadap kuat tekan
dan efisiensi biaya pada pasangan batu dan plesteran (mortar). Benda uji kaut
dilakukan pada saat mortar berumur 7 dan 28 hari dengan kadar penambahan fly
dengan perbandingan semen dan pasir sebesar 1 : 6 memenuhi kuat tekan standar
memenuhi standar kuat tekan standar mortar tipe N. Mortar dengan perbandingan
semen dan pasir = 1 : 6 dengan kadar fly ash 50 % mempunyai efisiensi biaya Rp
58.030,- atau sekitar 32% dari harga mortar tanpa fly ash.
Universitas Andalas (Gifyul Refnita, Zamzibar Zuki, Yulizar Yusuf) juga pernah
terhadap kuat tekan mortar semen tipe PCC serta analisis air laut yang digunakan
untuk perendaman yang dimuat pada Jurnal Kimia UNAND, Volume 1 Nomor 2
Tahun 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kuat tekan mortar semakin
naik dengan bertambahnya umur mortar tersebut dan tertinggi pada umur 28 hari.
penambahan bahan aditif fly ash. Hasil penelitian ini bertentangan dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa abu terbang (fly ash) dinilai dapat
39
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
terhadap sulfat dan kemudahan dalam pengerjaan (workability) beton/mortar.
Pendapat lain yang juga bertentangan dengan hasil penelitian ini menyatakan
bahwa penggunaan abu terbang (fly ash) sebagai bahan bangunan yang paling
baik adalah 20%-30%. Sedangkan pada penelitian ini penambahan abu terbang
(fly ash) paling besar hanya 6% dan itu telah menyebabkan kuat tekan mortar
dengan penambahan fly ash adalah karena laju kenaikan kuat tekan dengan bahan
ikat fly ash dan semen bersifat lambat sebab ia bersifat pozolan. Kapur sebagai
bahan ikat hidrolik memiliki butiran yang terlalu besar sehingga tidak mampu
bereaksi dengan abu terbang (fly ash), sedangkan yang mampu bereaksi dengan
fly ash adalah kapur bebas yang merupakan hasil sampingan dari reaksi hidrasi
semen. Kenaikan kuat tekan mortar kemungkinan akan bertambah seiring dengan
umur mortar yang semakin bertambah setelah 28 hari keatas, sementara penelitian
ini hanya sampai pada umur mortar 28 hari. Kemungkinan ini didukung oleh
pernyataan yang menyatakan bahwa kuat tekan beton dengan bahan tambah fly
ash mengalami peningkatan yang lambat dan baru mencapai kuat tekan optimal
pada umur 90 hari. Hal ini terjadi karena kalsium silikat hidrat (C-S-H) yang
dihasilkan melalui reaksi pozolanik akan bertambah keras dan kuat seiring
berjalannya waktu. Menurunnya kuat tekan mortar dengan penambahan fly ash
juga disebabkan oleh pengaruh perendaman dalam air laut, namun pengaruh ini
tidak terlalu besar karena mortar yang direndam dalam akuades pun mengalami
40
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kualitas semen juga pernah diteliti
dalam tugas akhir mahasiswi Teknik Industri Program Diploma (D3) Fakultas
Teknik dan Sains Universitas Jenderal Soedirman, Lucia Sri Rudatin pada tahun
2010. Dalam penelitian itu, kadar fly ash yang dicampurkan dengan semen jenis
OPC bervariasi dari 2 – 20 %. Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa kuat
tekan 3 hari dan 7 hari dari semen yang dicampur fly ash lebih rendah dari semen
tanpa fly ash (blank). Fly ash mengandung silika aktif yang tidak bereaksi pada
masa pengembangan kuat tekan awal. Pada 28 hari, kuat tekan semen yang
dicampur fly ash mulai meningkat namun masih relatif sama dengan semen blank.
Setelah 28 hari terjadi reaksi pozzolanic sehingga kuat tekan meningkat dan pada
41
Pengaruh Penambahan Fly…, Ikhsan Sefri Priambodo, Fakultas Teknik UMP, 2016