You are on page 1of 2

Sistem Hubungan Keuangan Pusat-Daerah

Undang- undang (UU) pertama yang mengatur hubungan fiskal (keuangan) pusat-daerah
adalah UU No. 32 tahun 1956. UU ini menetapkan sumber-sumber keuangan daerah sebagai
berikut (Kristiadi, 1991) :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengusahaan daerah.
Adapun pajak pusat yang diserahkan kepada daerah menjadi pajak daerah meliputi
pajak verponding, pajak verponding Indonesia, pajak rumah tangga, pajak kendaraan
bermotor, pajak jalan, pajak potong jalan, pajak potong hewan, pajak kopra dan pajak
pembangunan I.
2. Sebagian dari hasil pemungutan pajak negara tertentu, bea masuk, bea keluar, dan cukai
diserahkan kepada daerah. Pajak negara tertentu adalah pajak peralihan. pajak upah,
pajak materai, pajak kekayaan dan pajak perseroan.
3. Ganjaran, subsidi, dan bantuan diberikan kepada daerah dalam hal-hal tertentu.

Bagi hasil pajak serta ganjaran dan bantuan yang tidak dapat dilaksanakan berdasarkan
UU No. 32 tahun 1956 diganti dengan (Kristiadi, 1991) :

1. Penyerahan tambahan 3 pajak negara kepada daerah, yaitu: bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak radio, dan pajak bangsa asing. Dengan demikian daerah memungut 11
macam pajak.

2. Subsidi Daerah Otonom (SDO) diberikan sebagai ganti dari bagi hasil pajak di atas.
Pembagian SDO didasarkan pada perimbangan jumlah pegawai daerah otonom, dengan
alasan penggunaan SDO diarahkan kepada gaji pegawai daerah otonom ditambah acress
untuk belanja non pegawai, yang kemudian digunakan untuk subsidi biaya operasional
serta ganjaran untuk Dati I, Dati II, dan Kecamatan.

3. Sebagai ganti ganjaran, subsidi dan bantuan diperkenalkan program Bantuan Inpres
sejak tahun 1969.

4. Pinjaman kepada daerah dimulai dengan bantuan uang IPEDA tahun (1969), bantuan
Inpres Pasar (tahun 1976), dan pinjaman lain (1978).
Berpijak pada UU No. 25 tentang tiga asas desentralisasi
(dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas perbantuan), pengaturan hubungan keuangan
pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip (lihat Gambar 1.2):

1. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi
dibiayai dari dan atas beban APBN.
2. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi
dibiayai dari atas beban APBD.
3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintahan daerah tingkat
atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan, dibiayai oleh pemerintah
pusat atas beban APBN atau oleh pemerintah daerah tingkat atasnya beban APBD
sebagai pihak yang menugaskan.
4. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah
pusat memberikan sejumlah sumbangan.

Gambar 1.2

Kerangka Hubungan Pusat-Daerah

Hubungan Fungsi Pusat


Daerah

Dekonsentrasi Desentralisasi Tugas Perbantuan

Beban APBN Beban APBD Beban Pemerintah yang


Menugaskan

Hubungan Keuangan Pusat-Daerah

PAD : Pajak Daerah, Dana Bagi Hasil: PBB, Dana Alokasi Umum Pinjama Daerah: LN &
Retribusi Daerah, PPHG BPHATB PKB & DN, Jangka Pendek &
Hasil UMD, dll. & Panjang
BBN-KB, Bagi Hasil
Penerimaan yang sah SDA Dana Alokasi Khusus

You might also like