Professional Documents
Culture Documents
Reisti Handayani TKL D PKL 1-5
Reisti Handayani TKL D PKL 1-5
Oleh :
Reisti Handayani
21.7.05.405
Oleh :
Reisti Handayani
21.7.05.405
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan judul “Identifikasi Jenis Megabentos Pada
Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Buhung Pitue Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat
disusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si, Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan
Bone atas izin pelaksanaan PKL.
2. Bapak Drs. Yakub Suleman, M.Pd, pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan untuk
menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Lalu Penta Febri Suryadi, S.St.Pi, pembimbing II yang telah
membantu mengarahkan dan memberi masukan dalam pengambilan
data untuk laporan ini.
4. Orang tua, keluarga atas dukungan serta doanya dan teman-teman yang
telah membantu saya dalam proses pengambilan data.
Semoga laporan PKL ini bermanfaat bagi kemajuan sektor kelautan dan
perikanan.
Reisti Handayani
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 2
BAB II METODE PRAKTIK.............................................................. 3
2.1 Waktu dan Tempat................................................................... 3
2.2 Prosedur Kerja......................................................................... 3
2.2. 1 Alat dan Bahan.................................................................. 3
2.2. 2 Langkah Kerja................................................................... 4
2.3 Analisis Data............................................................................ 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. 6
3.1 Jenis Megabentos..................................................................... 6
3.1. 1 Jenis Megabentos Pada Stasiun 1...................................... 7
3.1. 2 Jenis Megabentos Pada Stasiun 2...................................... 8
3.2 Kelimpahan Megabentos Di Pulau Buhung Pitue................... 9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 12
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 12
4.2 Saran........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 13
LAMPIRAN .......................................................................................... 15
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.............................................................................................................. 4
Tabel 2.............................................................................................................. 6
Tabel 3.............................................................................................................. 11
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.......................................................................................................... 3
Gambar 2.......................................................................................................... 7
Gambar 3.......................................................................................................... 8
Gambar 4.......................................................................................................... 9
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Buhung Pitue tereletak di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi
Selatan dengan luas 2.500 Ha. Berdasarkan posisi geografis Pulau Buhung
Pitue terletak pada posisi 5°7’17.000’’ LS dan 120°23’ 34.000” BT yang
berbatasan langsung dengan pulau disekitarnya yaitu; sebelah utara berbatasan
dengan Desa Pulau Kambuno, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone,
sebelah selatan berbatasan dengan Kawasan Teluk Bone, dan sebelah barat
berbatasan dengan daratan Pulau Sulawesi. Pulau Buhung Pitue dibagi dalam
3 wilayah yaitu wilayah pantai yang mengelilingi pulau, wilayah daratan yang
menjadi tempat pemukiman, serta pegunungan yang luasnya sekitar 45% dari
luas Pulau Buhung Pitue (Fathurrahman, 2018). Wilayah perairan pulau
buhung pitue memiliki ekosistem lamun yang cukup luas, terdapat 6 jenis
lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalessia hemprichii, Halophi ovalis,
Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium dan Halodule pinifolia.
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang
hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut; berpembuluh, berimpang
(rhizome), berakar, dan berkembang biak secara generatif (biji) dan vegetatif.
Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan
menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang. Padang Lamun
(seagrass bed) adalah hamparan tumbuhan lamun yang menutupi suatu area
pesisir/laut dangkal yang dapat terbentuk oleh satu jenis lamun (monospecific)
atau lebih (mixed vegetation) dengan kerapatan tanaman yang padat (dense)
sedang (medium) atau jarang (sparse). Ekosistem lamun (seagrass ecosystem)
adalah satu sistem (organisasi) ekologi padang lamun, di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik antara komponen abiotik dan komponen biotik hewan
dan tumbuhan (Sjafrie et al., 2018).
Komponen biotik berdasarkan sifat hidupnya dibedakan menjadi tiga yaitu
plankton, bentos dan nekton. Bentos merupakan kumpulan organisme yang
hidup di dasar / di substrat perairan (di zona benthik). Kata bentos berasal dari
kata ‘vanthos’ (Yunani) yang berarti dalam, dan mengacu pada komunitas
biota di zona benthik pada ekosistem perairan. Kelompok organisme bentos
1
mencakup semua biota yang tergabung dalam filum Mollusca, Echinodermata,
Crustacea, Polychaeta. Berdasarkan ukuran tubuhnya, kelompok organisme
bentos dapat dibedakan menjadi empat yaitu mikrobentos (ukuran tubuh < 0,1
mm), meiobentos (ukuran tubuh antara 0,1 – 1 mm), makrobentos (ukuran
tubuh 1 – 10 mm), dan megabentos (ukuran tubuh > 10 mm) (Laili & Parsons,
1993). Jadi, megabentos adalah kelompok fauna yang hidup di zona benthik,
yaitu di dasar / substrat perairan (baik yang bersifat infauna atau epifauna),
yang memiliki ukuran tubuh lebih dari 10 mm (1 cm) (Arbi & Sihaloho,
2017).
Penelitian fauna megabentos seperti echinodermata dan mollusca di
ekosistem padang lamun perairan Pulau Buhung Pitue dan pulau-pulau kecil
lainnya belum banyak dilakukan, sehingga informasi jenisnya masih relatif
sedikit. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis dan kelimpahan megabentos pada ekosistem padang lamun
di perairan Pulau Buhung Pitue. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan tambahan informasi tentang keberadaan megabentos di kawasan
ekosistem tersebut dan dapat menjadi data dasar bagi pengamatan selanjutnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapang (PKL) 1 ini yaitu;
1. Untuk mengetahui jenis megabentos yang terdapat pada ekosistem
padang lamun di perairan Pulau Buhung Pitue.
2. Untuk mengetahui kelimpahan megabentos yang terdapat pada
ekosistem padang lamun di perairan Pulau Buhung Pitue.
2
BAB II METODE PRAKTIK
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan pada tanggal 9 Mei sampai
tanggal 4 Juni di Pulau Buhung Pitue, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten
Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun lokasi pengambilan data yaitu dapat
dilihat pada gambar peta d i bawah ini.
3
Tabel 1. Alat yang digunakan.
Alat dan Bahan Kegunaan
1 GPS pada HP Menentukan titik lokasi
2 Roll meter Mengetahui garis transek
3 Tali rafia Menentukan batas pengambilan sampel
4 Patok Penanda titik pengambilan data
5 Sarung tangan Melindungi tangan
6 Alat selam dasar Membantu pengambilan data di perairan
7 Refraktometer Mengukur salinitas air
8 Termometer Mengukur suhu air
9 Kertas lakmus Mengukur pH air
10 Alat tulis Menulis data
11 Kamera HP Pengambilan dokumentasi
1. Tarik garis transek menggunakan roll meter pada awal muncul lamun di
pesisir (titik 0 meter berada pada munculnya lamun di pesisir). Penarikan
transek dilakukan secara tegak-lurus garis pantai yang mengarah ke laut.
Panjang garis transek 70 m (walaupun pada 40 m sudah tidak terdapat
lamun, garis transek tetap di tarik sepanjang 70 m). Kemudian lebar
pengamatan yaitu 1 meter ke kiri dan satu meter ke kanan garis transek,
sehingga luasan area pemantauan menjadi 140 m² (2 x 70 m) (Arbi &
Sihaloho, 2017).
2. Untuk lebih memudahkan dalam pengamatan, maka pengamatan
megabentos dilakukan pada sisi kiri transek terlebih dahulu dari 0 m
hingga mencapai 70 m kemudian pada sisi kanan dari 70 m sampai 0 m.
4
Selanjutnya semua megabentos dicatat nama spesies atau kelompok
spesiesnya. Kemudian garis transek dipindahkan atau digeser 10 m ke
kanan untuk garis transek kedua, di karenakan hanya tiga kali perulangan
pada setiap stasiun maka penggeseran dilakukan sebanyak dua kali.
jumlah individu X
kepadatan X = 2
luasbelt transect (140 m )
Teknik analisis data dalam penelitian ada dua, yaitu teknik analisis
data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Teknik analisis data
secara deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian. Sementara itu teknik
analisis data inferensial dilakukan dengan menganalisis data kemudian
membuat kesimpulan yang berlaku umum (Arbi & Sihaloho, 2017).
5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis Megabentos
Pengambilan data jenis megabentos dibagi menjadi dua stasiun
pengamatan. Koordinat di masing-masing stasiun adalah sebagai berikut,
stasiun 1; 5° 7' 3.103" S dan 120° 23' 22.512" E dan stasiun 2; 5° 6'
59.534" S dan 120° 23' 34.146" E. Berdasarkan pengambilan data
megabentos yang telah dilakukan di dua stasiun tersebut, terdapat 3 (tiga)
kelas dari 2 (dua) filum yaitu echinodermata dan mollusca yang tercatat.
Megabentos yang ditemukan pada saat pendataan adalah Echinoidea,
Gastropoda, dan Bivalvia. Yang dapat kita lihat pada tabel di bawah ini;
6
Pada Stasiun 2 ulangan 1 jumlah gastropoda yang di dapat sebanyak
11 individu dari spesies Anachis dan bivalvia sebanyak 15 individu dari
spesies Anadara sedangkan ecinoidea tidak ada ditemukan.
Stasiun 1
Jumlah megabentos
30
(individu)
25
20
15
10
5
0
Echinoidea Gastropoda Bivalvia
Megabentos
7
sehingga mudah ditemukan dan faktor lingkungan yang diperoleh juga
dapat mendukung baik suhu, salinitas maupun pH.
Stasiun 2
45
Jumlah megabentos
40
(individu)
35
30
25
20
15
10
5
0
Echinoidea Gastropoda Bivalvia
Megabentos
8
Jumlah total individu echinoidea yang ditemukan pada setiap ulangan
di stasiun 2 sebanyak 53 dari satu spesies yaitu bulu babi (echinoidea).
Namun pada ulangan 1 tidak ditemukan bulu babi, berbanding terbalik
pada ulangan 2 dimana sangat banyak ditemukan bulu babi yang berada di
sekitar dermaga, menurut Wulandewi et al. (2015) banyaknya individu
bulu babi diduga berterkaitan dengan ketersediaan makanan yang cukup
dan kondisi substrat yang didominasi oleh sedimen berpasir.
Kelimpahan (ind/m²)
0.145
0.14
0.135
0.13
0.125
0.12
0.115
0.11
0.105
Echinoidea Gastropoda Bivalvia
Megabentos
9
Total kelimpahan echinoidea di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,12
ind/m², total kelimpahan gastropoda di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,12
ind/m², dan total kelimpahan bivalvia di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,14
ind/m². Dari data yang diperoleh, maka jenis megabentos yang memiliki
kelimpahan tertinggi di Pulau Buhung Pitue yaitu bivalvia sebesar 0,14
ind/m².
10
Total kelimpahan bivalvia di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,14 ind/m².
Pada stasiun 1 ditemukan empat spesies dengan total kelimpahan 0,15
ind/m². Pada stasiun 2 ditemukan tiga spesies dengan total kelimpahan
0,13 ind/m². Menurut Riniatsih dan Munasik (2017) Sebagian besar
organisme laut memanfaatkan padang lamun sebagai tempat untuk
berlindung dan mencari makan, terutama organisme bentik yang banyak
memanfaatkan detritus serasah lamun sebagai bahan organik dan bakteri
sebagai sumber makanananya. Sesuai dengan hasil pelitian di atas, pada
stasiun 1 memiliki kelimpahan yang tertinggi dikarenakan berlimpahnya
lamun di wilayah tersebut.
11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Jenis megabentos yang di dapat dari kelas echinoidea yaitu bulu babi
(Echinoidea) dan kue bulu babi (Clypeasteroida) kemudian dari kelas
gastropoda yaitu Conus, Hexaplex, Cypraea, dan Anachis. Sedangkan dari
kelas bivalvia yaitu Anadara.
2. Total kelimpahan echinoidea di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,12 ind/m²,
total kelimpahan gastropoda di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,12 ind/m²,
dan total kelimpahan bivalvia di Pulau Buhung Pitue sebesar 0,14 ind/m².
Dari data yang diperoleh, maka jenis megabentos yang memiliki
kelimpahan tertinggi di Pulau Buhung Pitue yaitu bivalvia sebesar 0,14
ind/m².
4.2 Saran
1. Agar lebih memperhatikan lingkungan perairan dengan tidak membuang
sampah sembarangan sehingga tidak merusak keseimbangan ekosistem di
perairan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, U. Y., Sihaloho, H. F. 2017. Panduan Pemantauan Megabentos. Ed ke-2.
Jakarta (ID): PT. Media Sains Nasional. 45 hlm.
Allifah, A.N., & Rosmawati, T., 2018. Hubungan Kerapatan Lamun Dengan
Kepadatan Bivalvia Di Pesisir Pantai Ori Kecamatan Pulau Haruku. Jurnal
Biologi Science & Education. 70 (1): 81-96.
Fathurrahman, A. 2018. Analisis Pengembangan Desa Pulau (Studi Kasus Di
Pulau Burungloe Desa Buhung Pitue Kecematan Pulau Sembilan Kabupaten
Sinjai). [Skripsi]. Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas
Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Makassar.
Islami, M. M. 2013: Pengaruh Suhu dan Salinitas terhadap Bivalvia. Jurnal
Oseana. 38 (2) : 1-10.
Iqwanda, Y., Kamal, S., Ahadi, R. 2021. Spesies Neogastropoda Di Zona Litoral
Perairan Gunung Cut Kabupaten Aceh Selatan. [Seminar Nasional Biotik].
Jurusan Pendidikn Biologi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Khalil, M. 2016. Bioekologi Kerang Genus Anadara (Bivalvia: Archidae). Ed ke-
1. Medan (ID): Sefa Bumi Persada. 62 hlm.
Nurafni, Muhammad, S. H., Sibua, I. 2019. Keanekaragaman Echinidermata Di
Perairan Pulau Ngele Ngele Kecil, Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Ilmu
Kelautan Kepulauan. 2(2): 74-83.
Putra, D. S., Irawan, H., Zulfikar, A. 2015. Keanekaragaman Gastropoda Di
Perairan Litoral Pulau Pengujian Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Jurusan Ilmu
Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja
Ali Haji.
Riniatsih, I., & Munasik. 2017. Keanekaragaman Megabentos yang Berasosiasi di
Ekosistem Padang lamun Perairan Wailiti, Maumere Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kelautan Tropis, 20(1):55-59. doi:
10.14710/jkt.v20i1.1357.
Riniatsih, I., Ambariyanto, Ervia Y. 2021. Keterkaitan Megabentos Yang
Berasosiasi Dengan Padang Lamun Terhadap Karakteristik Lingkungan Di
Perairan Jepara. Jurnal Kelautan Tropis. 24(2): 237-246.
Sjafrie, N. D. M., Hernawan, U. E., Prayudha, B., Supriyadi, I. H., Iswari, M. Y.,
Rahmat, Anggraini, K., Rahmawati, S., Suyarso. 2018. Status Padang
Lamun Indonesia 2018. Ver. 02. Jakarta (ID): Puslit Oseanografi – LIPI. 40
hlm.
13
Sandewi, N. P. D., Watiniasih, N. L., Pebriani, D. A. A. 2019. Keanekaragaman
Gastropoda di Pantai Bangklangan, Kabupaten Karangasem, Bali. Jurnal
Current Trends in Aquatic Science. II(2), 63-70.
Sholihah, H., Arthana, I. W., Ekawaty, R. 2020. Hubungan Keanekaragaman
Makrozoobentos dengan Kerapatan Lamun di Pantai Semawang Sanur Bali.
Jurnal Current Trends in Aquatic Science. III(1), 1-7.
Satria, M., Zulfikar, A., Zen, L. W. 2014. Keanekaragaman dan Distribusi
Gastropoda di Perairan Desa Berakit Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Fakultas
Kelautan dan Perikanan. UMRAH. Tanjung pinang.
Wulandewi, N. L. E., Subagio, J. N., Wiryatno, J. 2015. Jenis Dan Densitas Bulu
Babi (Echinoidea) Di Kawasan Pantai Sanur Dan Serangan Denpasar-Bali.
Jurnal Simbiosis. III(1): 269- 280.
Wardani, N. K. 2019. Distribusi Dan Keanekaragaman Rumput Laut Di Pulau
Kelapa Dua Taman Nasional Kepulauan Seribu. [ Laporan PKL]. Jurusan
Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
14
LAMPIRAN
Alat
Refraktometer Termometer
15
Pengambilan data
Jenis megabentos
16
Hexaplex
Conus
Anachis
Cypraea
17
Anadara
Anadara
18