You are on page 1of 6

TUGAS

KESEHATAN GLOBAL
(NUTRITION AND GLOBAL HEALTH)

OLEH

NAMA : LA ODE HIDAYAT ZAIN INDRAWAN


NIM : G2U123030
KELAS :B

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2023
Nutrition and Global Health

1. Define key terms related to nutrition.


Istilah kunci yang berhubungan dengan nutrisi diantaranya adalah Berat badan lahir rendah,
stunting, wasting, malnutrisi mikronutrien, overwight, obesitas, gizi kurang, kerdil,
kurus,berat badan kurang, berat badan berlebih. Kata kunci di atas merupakan istilah yang
digunakan sebagai gambaran berbagai kondisi status kesehatan gizi pada tubuh manusia.

2. Describe the determinants of nutritional status.


Determinan status nutrisi terdiri dari
1) Status ekonomi
Keadaan ekonomi yang stabil akan memberi dampak positif dengan kondisi ketersidaan pangan di
tingkat rumah tangga, yang berarti terpenuhinya kebutuhan gizi ibu dan anak
2) Pola asuh gizi makanan keluarga.
Setiap keluarga harus mengetahui kebutuhan nutrisi yang baik serta memberikan pengetahuan
bagaimana mengolah makanan yang sehat
3) Akses terhadap pelayanan kesehatan
Hal ini menjadi salah satu penentu sebab dengan tersedianya fasilitas kesehatan, keluarga dapat
melakukan pemeriksaan status gizi dan konseling tentang nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh.
4) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada berbagai tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Kebutuhan nutrisi sejak masa pra nikah, kehamilan, masa bayi dan anak, masa remaja,
masa dewasa, dan masa lansia.

3. Discuss nutrition needs at different stages of the life course


Kebutuhan nutrisi pada berbagai perjalanan kehidupan terdiri dari:
1) Kebutuhan nutrisi pada masa kehamilan, Selama kehamilan, seorang wanita perlu
mendapatkan protein dan energi dalam jumlah yang cukup dari makanan yang dia makan,
dan secara umum dianjurkan agar mengonsumsi 300 kalori lebih banyak per hari
dibandingkan saat dia tidak hamil
2) Kebutuhan nutrisi masa bayi dan anak, bayi akan tumbuh paling baik dan tetap sehat jika
mereka diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya. Anak-anak juga akan
tumbuh subur jika makanan selain ASI atau susu formula mulai diberikan. diperkenalkan
dengan cara yang higienis sekitar usia 6 bulan, sementara pemberian ASI terus berlanjut
3) Kebutuhan nutrisi masa remaja, Remaja putri yang mendapat gizi baik tumbuh lebih cepat
dibandingkan remaja putri yang tidak mendapat gizi baik dan bertubuh pendek karena
berpeluang melahirkan bayi dengan BBLR dan mendapatkan peluang lebih banyak
komplikasi. Mereka juga memiliki kebutuhan khusus akan yodium, zat besi, asam folat
dan kalsium juga sangat penting pada periode masa remaja.
4) Kebutuhan nutrisi mada dewasa, Orang dewasa membutuhkan nutrisi yang tepat dan
seimbang agar tetap sehat dan produktif. Juga perlu memberikan perhatian khusus dalam
pola makannya terhadap makanan yang dapat membahayakan kesehatannya, seperti
makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, kolesterol, gula, atau garam
5) Kebutuhan nutrisi masa lansia, Kemampuan lansia untuk hidup mandiri dan berfungsi
secara efektif sangat bergantung pada status gizi, namun banyak lansia yang kekurangan
pendapatan atau dukungan yang diperlukan untuk makan dengan benar . Konsumsi
Kalsium yang cukup untuk mengurangi risiko osteoporosis, yaitu suatu kondisi di mana
tulang menjadi rapuh dan dapat patah.

4. The burden of nutrition problems globally


Beban masalah nutrisi secara global terdiri dari
1) Kekurangan gizi
Angka kekurangan berat badan pada anak-anak di < usia 5 tahun di negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah turun dari sekitar 28% pada tahun 1990 menjadi sekitar 17% pada tahun 2011.
Selain itu, sejumlah negara , termasuk Bangladesh, Tiongkok, Indonesia, Meksiko, dan Vietnam,
mengalami kemajuan pesat dalam mengurangi tingkat kekurangan gizi pada anak-anak di bawah
usia 5 tahun.
2) Obesitas
kelebihan berat badan merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan pada setiap negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah, memiliki dampak komplikasi berbagai penyakit seperti
penyakit jantung, stroke, dan diabetes yang menjadi beban kesehatan dan produktivitas masyarakat,
serta biaya perawatan kesehatan.
3) Berat badan lahir rendah (BBLR)
Data berat badan lahir rendah yang mengacu pada bayi yang lahir dengan berat badan < dari 2.500
gram, negara dgn besarnya kekurangan gizi yaitu Asia Selatan, tidak mengherankan jika hampir 30%
bayi yang lahir di Asia Selatan lahir dengan BBLR. Afrika Sub-Sahara mempunyai prevalensi
BBLR tertinggi yaitu sekitar 12%.
4) Wasting
Sekitar 51 juta anak di seluruh dunia yang mengalami wasting sedang atau berat dan 8% dari seluruh
anak usia < 5 tahun. Setelah negara bagian Asia Tenggara, wilayah Afrika dan Mediterania Timur
juga memiliki tingkat wasting yang sangat tinggi.
5) Stunting
Hampir 165 juta anak pada tahun 2011 juga diperkirakan mengalami stunting secara global, Afrika
menderita stunting sedang atau berat pada tahun 2011, begitu pula sekitar 35 persen anak di bawah 5
tahun di wilayah Asia Tenggara. Lebih dari seperempat anak di bawah usia 5 tahun di kawasan
Mediterania Timur juga menderita stunting.
5. The costs and consequences of those burdens
Biaya dan konsekuensi dari beban nutrisi secara global
1) Kasus kekurangan gizi
Defisit nutrisi menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan dan mempunyai
konsekuensi ekonomi. Kematian seorang perempuan pada masa puncak hidupnya, saat
melahirkan, karena kekurangan gizi atau kekurangan zat besi dan vitamin A, faktanya, di
keluarga miskin di negara-negara berpendapatan rendah, anak-anak yang masih kecil
meninggal tidak lama setelah ibu mereka meninggal. Status gizi seorang wanita juga
dapat berdampak besar pada berat lahir anak dan status gizi anak di masa depan serta
dapat menyebabkan cacat. Sejumlah bentuk malnutrisi berkontribusi terhadap kegagalan
bayi dan anak untuk tumbuh atau berkembang.
Anak-anak yang kekurangan gizi dan bertubuh kecil, memiliki IQ yang lebih
rendah dibandingkan anak-anak yang mendapat gizi yang baik. Siswa yang kekurangan
gizi ini kurang perhatian di kelas dan kurang mampu belajar dibandingkan siswa lainnya.
Anak-anak yang kekurangan gizi lebih banyak jatuh sakit dibandingkan anak-anak yang
gizinya baik. Oleh karena itu, mereka lebih sering putus sekolah, belajar lebih sedikit di
sekolah, dan lebih besar kemungkinannya untuk putus sekolah dibandingkan anak-anak
yang mempunyai gizi baik, yang akan menimbulkan konsekuensi ekonomi bagi mereka.
Status gizi juga berperan penting dalam produktivitas orang dewasa. Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa perbaikan status gizi, seperti menghilangkan anemia defisiensi
besi, dapat meningkatkan produktivitas pekerja sebesar 5–15 persen. Kontribusi nutrisi
untuk menjaga kesehatan juga memberikan manfaat ekonomi yang penting. Ini
membantu orang menghindari penyakit dan biaya yang terkait dengan pengobatan
penyakit.
2) Obesitas
Kelebihan berat badan biaya dan konsekuensi ekonomi yang signifikan.
Diperkirakan antara tahun 2006 dan 2015, $84 miliar produksi ekonomi akan hilang di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena obesitas dan penyakit kronis
terkait. Biaya kumulatif dari penurunan produktivitas dan peningkatan perawatan
kesehatan akibat penyakit tidak menular, di mana kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan faktor risiko utama, diperkirakan sekitar $ 1,4 triliun secara global pada tahun
2010. Selama dua dekade ke depan, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan
kronis, kanker, diabetes, dan kesehatan mental diproyeksikan bertanggung jawab atas
hilangnya hasil kumulatif sebesar $47 triliun, yang mewakili 75 persen dari PDB global
pada tahun 2010.
Pengeluaran di negara-negara seperti India dan Cina meningkat dengan cepat,
dengan diabetes dan penyakit kardiovaskular yang diproyeksikan menelan biaya sebesar
$2,4 triliun dan Cina sebesar $8,74 triliun dari tahun 2012 hingga 2030. Biaya-biaya ini
dapat membebani sistem perawatan kesehatan dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Obesitas dan kelebihan berat badan juga memengaruhi produktivitas pekerja,
yang menyebabkan tingkat ketidakhadiran dan pergantian staf yang lebih tinggi, serta
hilangnya pendapatan karena kematian dini akibat penyakit yang berhubungan dengan
obesitas, yang mengakibatkan hilangnya produktivitas pekerja.
3) Berat badan lahir rendah
Secara global, diperkirakan 15-20% dari seluruh kelahiran, atau >20 juta bayi
baru lahir setiap tahunnya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah. Negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah mempunyai beban BBLR yang tidak proporsional,
lebih dari 95% bayi BBLR di dunia dilahirkan di negara-negara LMIC. Terdapat variasi
global dan regional dalam angka BBLR. Diperkirakan 6% bayi lahir dengan BBLR di
Asia Timur dan Pasifik, 13% di Afrika, dan hingga 28% di Asia Selatan. Hingga
setengah dari seluruh bayi BBLR lahir di Asia Selatan. Daerah berpendapatan tinggi
melaporkan tingkat BBLR yang lebih rendah, termasuk 6,9% di Inggris, yang
memprihatinkan adalah perkiraan peningkatan angka BBLR di negara-negara
berpendapatan menengah tertentu seperti Oman, dimana angka BBLR meningkat dari
4% pada tahun 1980 menjadi 8,1% pada tahun 2000.
Berat badan lahir rendah merupakan indikator kesehatan masyarakat yang
berharga dalam hal kesehatan ibu, gizi, pemberian layanan kesehatan, dan kemiskinan.
Neonatus dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko kematian >20 kali lebih besar
dibandingkan neonatus dengan berat lahir >2500 g. Selain itu, berat badan lahir rendah
dikaitkan dengan kecacatan neurologis jangka panjang, gangguan perkembangan bahasa,
gangguan prestasi akademik, dan peningkatan risiko penyakit kronis termasuk penyakit
kardiovaskular dan diabetes. Bayi prematur memiliki risiko tambahan akibat ketidak
matangan beberapa sistem organ, termasuk perdarahan intrakranial, gangguan
pernapasan, sepsis, kebutaan, dan gangguan pencernaan. Kelahiran prematur adalah
penyebab utama kematian anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia. Selain itu, studi
ekonomi di negara berpendapatan rendah telah menunjukkan bahwa mengurangi beban
berat badan lahir rendah akan memberikan penghematan biaya yang penting bagi sistem
kesehatan dan rumah tangga.
4) Wasting
Anak-anak yang mengalami wasting kemungkinan besar tinggal di negara-negara
berpendapatan rendah atau menengah ke bawah (93 persen dari beban global) dan tinggal
di rumah tangga yang lebih miskin. Tingkat wasting terus berada di atas target tahun
2030 yaitu kurang dari 3 persen di banyak negara, terutama di Asia Selatan dan
Tenggara.
5) Stunting
Stunting merupakan dampak buruk dari gizi buruk sejak sebelum lahir hingga
anak usia dini. sekitar 144 juta anak masih menderita stunting secara global. Dampak
stunting diantaranya menghambat perkembangan anak, rentan terhadap infeksi,
gangguan fungsional, dan kematian. 30%–50% kematian anak di bawah usia 5 tahun
berhubungan secara langsung dengan kekurangan gizi dan diperkirakan 17% beban
kematian pada anak di bawah usia 5 tahun berhubungan dengan stunting.

Kesimpulannya, dampak perkembangan dan konsekuensi ekonomi, sosial, dan


medis dari beban malnutrisi global sangat parah dan bertahan lama.

6. Measures that can be taken to address key nutrition concerns


Langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi.
1) Regulasi kebijakan berprioritas pada nutrisi nasional maupun global
2) Program penyuluhan gizi pemerintah perlu bekerja sama secara lebih efektif dengan
industri makanan untuk memperbaiki cara fortifikasi makanan dan memastikan bahwa
makanan olahan itu sehat.
3) Program pemberdayaan keluarga sadar gizi, perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan
gizi seimbang, perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan.
4) Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan system kewaspadaan pangan nasional
5) Kemitraan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta yang bekerja sama untuk
mengidentifikasi masalah gizi, merencanakan cara terbaik untuk mengatasi masalah
nutrisi, dan kemudian berkolaborasi satu sama lain dan dengan masyarakat untuk
menerapkan solusi dari permasalahan gizi.

You might also like