You are on page 1of 16

Referat

EPISKLERITIS

Oleh :

Amelia Tri Leoni 2110070200094


Mutiara Amonica 2110070200095

Preseptor :

dr.Hondrizal, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah swt karena kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan referat dengan judul “Episkleritis “ Referat ini dibuat sebagai

salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik ilmu mata. Mengingat pengetahuan

dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun referat ini

sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan

bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca

yang membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

dr.Hondrizal, Sp.M selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Ilmu penyakit Mata di

Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan

yang berguna dalam penyusunan referat ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan yang

berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait

dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai Episkleritis.

Solok, Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...............................................................................................................1

Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................3
Daftar Gambar.......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6

2.1 Anatomi dan Histologi Sklera .................................................................................6


2.2 Episkleritis .................................................................................................................7
2.1.1 Definisi .............................................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi ........................................................................................................7
2.1.3 Etiologi .............................................................................................................9
2.1.4 Faktor resiko.....................................................................................................9
2.1.5 Gejala ...............................................................................................................9
2.1.6 Diagnosis ........................................................................................................10
2.1.7 Diagnosis banding ..........................................................................................12
2.1.8 Tatalaksana ....................................................................................................13
2.2.9 Komplikasi ......................................................................................................14
2.2.10 Prognosis ......................................................................................................14
2.2.11 Edukasi ........................................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................15
Daftar Pustaka..................................................................................................................16

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi dan Histologi sklera ....................................................................9

Gambar 2.2 Episkleritis Simpel ...................................................................................10

Gambar 2.3 Episkleritis Nodular..................................................................................10

Gambar 2.4 Gambaran Klinis Episkleritis....................................................................12

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara

konjungtiva dan permukaan sklera. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan

terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik. Episkleritis

dapat menimbulkan berbagai macam gejala seperti mata teras kering yang disertai

dengan rasa sakit yang ringan, konjungtiva yang kemotik serta adanya rasa yang

mengganjal di daerah mata.1

Episkleritis memiliki gambaran bentuk radang yang khusus yaitu berupa benjolan

setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva dan jika

benjolan tersebut ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas benjolan, akan

memberikan rasa sakit dimana rasa sakit tersebut menjalar kesekitar mata. 1

Pasien yang mengalami Episkleritis diberikan pengobatan dengan

vasokonstriktor, kemudian pada keadaan yang berat diberikan kortikosteroid tetes mata

sistemik atau salisilat. Episkleritis dapat sembuh secara sempurna atau bersifat residif

yang dapat menyerang tempat yang sama atau pun berbeda beda dengan lama sakit

umumnya berlangsung 4-5 minggu.1

Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit episkleritis ini adalah terjadinya

peradangan yang lebih dalam pada sklera yang disebut sebagai skleritis. Untuk itu perlu

dilakukan pengobatan secara cepat dan tepat pada pasien episkleritis agar tidak timbul

komplikasi yang tidak dinginkan.1

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Sklera

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang hampir

seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan

dengan kornea disebelah anterior dan duramater nervus optikus di posterior. Pita-pita

kolagen dan jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior,

membentuk lamina kribrosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus optikus.

Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastis

halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera.

Lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang

membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.1

Pada tempat insersi muskuli rekti, tebal sklera sekitar 0,3 mm. Ditempat lain

tebalnya sekitar 0,6. Disekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh arteria ciliaris

posterior longus dan brevis, dan nerves ciliaris longus dan brevis. Arteria ciliaris

posterior longus dan nervus ciliaris longus melintas dari nervus optikus ciliare di sebuah

lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Sedikit

posterior dari ekuator, empat vena vorticosa mengalirkan darah keluar dari koroid

melalui sklera, biasanya satu disetiap kuadran. Sekitar 4 mm di sebelah posterior

limbus, sedikit anterior dari insersi tiap-tiap muskulus rektus, empat arteria dan vena

siliaris anterior menembus sklera. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris. 1,2

Secara histologi, sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan berkas-

berkas jaringan kolagen teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal 10-16 πm dan

6
lebar 100- 140 µm. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea.

Alasan transparannya kornea dan opaknya sklera adalah deturgesensi relatif kornea.2

Gambar 2.1. anatomi dan histologi sklera

2.2.Episkleritis

2.2.1 Definisi

Episkleritis adalah peradangan yang terjadi di episklera atau reaksi radang

jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.1

2.2.2 Klasifikasi

Terdapat dua tipe episkleritis yakni simpel episkleritis dan nodular episkleritis :

1. Episkleritis Simpel

Simpel episkleritis merupakan episkleritis yang paling sering dijumpai yakni

sekitar (80%) dari penyakit episkleritis, episkleritis simpel merupakan penyakit

inflamasi moderate hingga severe yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan,

terdapat kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat bersifat diffuse dan edema

episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10 hari dan paling banyak sembuh spontan

dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada pasien dengan penyakit

sistemik.3

7
Gambar 2.2.episkleritis simpel

2. Episkleritis Nodular

Pada pasien dengan nodular episkleritis mengalami serangan yang lebih lama

serta berhubungan dengan penyakit sistemik dan episkleritis noduler lebih nyeri

dibandingkan tipe episkleritis simple.

Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis nodular mempunyai gambaran

khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna putih di bawah

konjungtiva. Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas

benkolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada

episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah

terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang.3

Gambar 2.3.Episkleritis Nodular

8
2.2.3 Etiologi

Penyebab episkleritis belum diketahui dengan pasti, namun dalam beberapa

kasus episkleritis disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit seperti

rosacea okuler, atopi, gout, infeksi, tuberculosis atau penyakit kolagen vaskuler yakni :

1. Rheumatic Arthritis

2. Crohn’s disease

3. Ulcerative colitis

4. Systemic Lupus Eritematosus.4,5

2.2.4 Faktor Resiko

Berdasarkan jenis kelamin wanita lebih beresiko 3 kalilipat terkena episkleritis

dibandingkan laki laki.dan sedangkan berdasarkan usia episkleritis lebih sering

menyerang orang usia muda dari pada orang usia tua terutama pada dekade ketiga atau

keempat kehidupan kemudian Seseorang yang mempunyai riwayat episkleritis

sebelumnya mempunyai faktor risiko lebih tinggi menderita episkleritis dibandingkan

orang yang belum pernah mengalami episkleritis sebelumnya.6

2.2.5 Gejala

A. Gejala dari penyakit episkleritis

1. Sakit mata dengan rasa nyeri ringan

2. Mata kering

3. lakrimasi

4. Mata merah pada bagian putih mata

5. Tidak mempengaruhi visus

9
6. injeksi episklera.7

B. Tanda objektif pada episkleritis

1. Kelopak mata bengkak

2. Konjungtiva bulbi kemosis disertai dengan pelebaran pembuluh darah episklera

dan konjungtiva

3. Bila sudah sembuh, warna sklera berubah menjadi kebiru-biruan

4. Pemeriksaan mata memperlihatkan hiperemia lokal sehingga bola mata tampak

berwarna merah atau keunguan yang menunjukkan pembuluh darah episklera

yang melebar

5. Pembuluh darah episklera dapat mengecil bila diberikan fenilefrin 2,5%. 8

Gambar 2.4.Gambaran Klinis Episkleritis.

2.2.6 Diagnosa

A. Anamnesis

1. Mata merah merupakan gejala utama.

2. Tidak ada gangguan dalam ketajaman penglihatan

10
3. Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.

Keluhan-keluhan tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu aktifitas sehari-

hari. Bila keluhan dirasakan amat parah, maka perlu dipikirkan diagnosis lain

4. Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat berulang pada mata yang sama

atau bergantian

5. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat pula berlangsung beberapa minggu

hingga beberapa bulan

6. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar, di antaranya: tuberkulosis,

reumatoid artritis, SLE, alergi (misal: eritema nodosum), atau dermatitis kontak.9

B. Pemeriksaan fisik

Episkleritis terbagi menjadi dua tipe, yaitu nodular dan simpel. Secara umum,

tanda dari episkleritis adalah:

1. Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari area episklera. Pada penyinaran

dengan senter, tampak warna pink seperti daging salmon, sedangkan pada

skleritis warnanya lebih gelap dan keunguan.

2. Kemerahan pada episkleritis disebabkan oleh kongesti pleksus episklera

superfisial dan konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah dari lapisan

sklera dan pleksus episklera profunda di dalamnya.

3. Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul kemerahan berbatas tegas di bawah

konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan dengan kapas atau

melalui kelopak mata yang dipejamkan di atasnya, akan timbul rasa sakit yang

menjalar ke sekitar mata.

4. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal.

11
5. Dapat ditemukan mata yang berair, dengan sekret yang jernih dan encer. Bila

sekret tebal, kental, dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain.

6. Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda

penyakit sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis, seperti

tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak.

Kelainan sistemik umumnya lebih sering menimbulkan episkleritis nodular

daripada simpel.9

C. Pemeriksaan penunjang

Pada kebanyakan pasien dengan episkleritis yang “self limited” pemeriksaan

penunjang tidak diperlukan.9

2.2.7 Diagnosa banding

1. Konjungtivitis

Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya keterlibatan

konjungtiva palpebra. Pada konjungtivitis ditandai dengan adanya sekret dan tampak

adanya folikel atau papil pada konjungtiva tarsal inferior.2

2. Skleritis

Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler. Untuk

mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan episkleritis,

konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di bawah sinar matahari

(jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin

10% yang menimbulkan konstriksi pleksus vaskular episklera superfisial dan

konjungtiva.4

12
3. Iritis

Pada iritis ditemukan adanya sel dan “flare” pada kamera okuli anterior. 2

4. Keratokonjungtivitis limbic superior.7

2.2.8 Tatalaksana

Episkleritis merupakan penyakit yang self limiting atau dapat sembuh sendiri

dalam waktu 1-2 minggu. Episkleritis tidak menyebabkan kerusakan yang permanent

pada mata, oleh sebab itu pasien dengan episkleritis tidak memerlukan pengobatan

apapun. namun pasien akan menuntut untuk dilakukan terapi. Prinsip pengobatan pada

episkleritis adalah mengurangi gejala yang timbul. Salah satunya menggunakan

artificial tears untuk mengurangi gejala mata kering yang digunakan selama 1-2

minggu. Namun apabila gejala tidak berkurang dapat digunakan kortikosteroid topical

selama 24-48 jam, seperti Prednisolon 0,5 %, 1-2 tetes, 2-4 kali sehari, atau

menggunakan Dexamethasone 0,1 %, 1-2 tetes setiap 1 jam pada siang hari dan setiap 2

jam pada malam hari.8

Jika episkleritis tidak responsif terhadap terapi topikal dapat digunakan terapi

sistemik golongan NSAID seperti flurbiprofen 100 mg diberikan 3 kali sehari atau

indomethacin 100 mg setiap hari. Selain pengobatan farmakologi pasien juga

disarankan untuk istirahat sekitar 7-10 hari. 10

Pengobatan tipikal.

Nama obat Sediaan Dosis


Artificial tears Obat tetes

Prednisolon Obat tetes 0.5%


Dexametason Obat tetes 0.1%

13
Pengobatan sistemik

Nama obat Sediaan Dosis


Flurbiprofen Oral/tablet 100mg TID
Indometachin Oral/tablet 100mg

2.2.9 Komplikasi

Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar satu

dari 10 orang dengan episkleritis akan berkembang ke arah iritis ringan. Selain iritis,

bila peradangan lebih dalam pada sklera dapat menimbulkan skleritis.9

2.2.10 Prognosis

1. Ad Vitam : Bonam

2. Ad Functionam : Bonam

3. Ad Sanationam : Bonam. 9

2.2.11 Edukasi

1. Dokter perlu memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit yang

dideritanya serta memberikan informasi yang relevanumumnya tentang self

limited dan hal hal yang pasien dapat lakukan untuk menyembuhkan

penyakitnya.

2. Hindari mengucek mata

3. Hindari paparan debu memakai pelindung mata.9

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara

konjungtiva dan permukaan sklera. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan

terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik. Penyebab

episkleritis hingga sat ini belum diketahui secara pasti. Adapun gejala dari episkleritis

adalah sakit mata dengan rasa nyeri ringan, mata kering, lakrimasi, mata merah pada

bagian putih mata, tidak mempengaruhi visus dan injeksi episklera. Untuk menegakkan

diagnosa dari episkleritis yakni ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Episkleritis dapat sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Episkleritis tidak

menyebabkan kerusakan yang permanent pada mata, Prinsip pengobatan pada

episkleritis adalah mengurangi gejala yang timbul. Salah satunya menggunakan

artificial tears untuk mengurangi gejala mata kering yang digunakan selama 1-2

minggu. Namun apabila gejala tidak berkurang dapat digunakan pengobatan topikal jika

pengobatan topikal tidak responsif maka dapat dilakukan pengobatan sistemik pada

pasien yang mengalami episkleritis dan komplikasi yang dapat timbul dari episkleritis

yakni iritis apabila peradangan lebih dalam pada sklera dapat menimbulkan komplikasi

berupa skleritis.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran, PERDAMI.

3. Jogi Renu. 2009. Basic Ophthalmology 4th Edition. New Delhi : Medical Publishers.

4. Eva, Riordan Paul. 2000.Episkleritis dalam Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta :

Widya Medika, hal.170-171.

5. Khurana AK. 2019. Review of ofthalmology 7th edition.New delhi: medical publisher.

6. Cunningham ET. 2010. Traktus Uveitis And Sklera. California : Departemen Of

Ophthalmology California Pacific Medical Center.

7. Rhee Douglas and Pyfer Mark. 1999. Episcleritis in The Wills Eye Manual 3 rd Edition.

United Stated of America : Lippincott Williams & Wilkins, pp. 133-134.

8. Jack KJ. 1999. Disorders of the Cornea and sclera in Clinical Ophthalmology 4 th

Edition. Great Britain : Butterworth-Heinemann, pp. 151-152.

9. PB IDI. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Primer Edisi 1. PB IDI.

10. Novitasari A. 2015. Buku ajar: Sistim Indera Mata. Semarang : FK UMS

16

You might also like