You are on page 1of 8

Kacamata Driyarkara:

MELAWAN CORONA: SOLID WALAU BERJARAK

Terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020, Rektor Universitas Sanata Dharma Johanes Eka
Priyatma membuat kebijakan tentang pencegahan penyebaran virus Corona dengan mengeluarkan
surat yang berisi himbauan mengenai metode perkuliahan, yang pada akhirnya dikembalikan kepada
dosen pengampu masing-masing mata kuliah. Kebijakan ini kemudian diindahkan oleh semua
Fakultas di Sanata Dharma untuk menggunakan metode pembelajaran daring atau online. Nah,
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus, kita semua seharusnya sudah paham bahwa virus
Corona bukanlah hal sepele, atau berita yang hanya ada di grup WhatsApp kita. Virus ini nyata dan
ada di sekitar kita, serta dapat menyerang kita semua sewaktu-waktu.

COVID-19, nama resmi virus Corona yang ditetapkan oleh WHO (World Health
Organization) telah melumpuhkan hampir semua lini kehidupan. Mulai dari ekonomi, pariwisata
hingga kehidupan sosial kita. Indonesia yang pada awalnya mengklaim bebas dari virus corona,
akhirnya resmi dinyatakan terdampak virus tersebut menyusl pernyataan Presiden Jokowi pada 2
Maret lalu.

Virus Corona diyakini dapat menular melalui bersin dan batuk dari mereka yang terkena
virus tersebut. Percikan liur atau lendir dari bersin dan batuk dapat menempel pada benda-benda
mati yang kemudian dapat bersentuhan dengan kita. Patogen yang menempel pada benda mati
tersebut menurut Kepala Divisi Penyakit Menular di University of Toledo Medical Center
Jennifer Harahan dapat bertahan selama sembilan hari. Oleh karena itu, menyentuh wajah yang
terkontaminasi patogen dapat menyebabkan risiko seseorang terkena virus meningkat.
Pencegahan kemudian dapat dilakukan dengan sering-sering mencuci tangan dengan sabun,
kemudian ketika merasakan gejala demam, flu dam batuk hendaknya segera memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan.

Data terbaru hingga saat ini menunjukkan jumlah kasus virus Corona di dunia sebanyak
236.798, jumlah yang meninggal sebanyak 9.828 sedangkan yang berhasil sembuh 86.676
berdasarkan data dari worldometers. Sedangkan di Indonesia khususnya per 20 Maret terdapat 308

1 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


kasus di mana 25 diantaranya meninggal dan 15 dinyatakan sembuh. Walaupun kasus positif
corona di Indonesia terbilang sedikit dibanding negara lain, namun rasio kematian atau death
ratenya mencapai 8,3% yaitu dua kali lipat tingkat kematian rata-rata dunia yang terhitung
4,07%. Rasio kematian yang dimaksud adalah perbandingan antara jumlah orang yang
meninggal dengan jumlah orang yang terinfeksi.

Berdasarkan keresahan atas tinggginya death rate COVID-19, maka perlu ditelisik lebih
dalam penyebab tingginya tingkat kematian di Indonesia. Berikut adalah beberapa poin mengapa
tingkat kematian karena Corona di Indonesia tinggi:

A. Pemerintah Indonesia yang cenderung tertutup atas informasi Covid-19

Pemerintah mengaku bahwa membatasi informasi adalah cara untuk mencegah kepanikan
yang dapat terjadi di masyarakat. Menurut pemerintah, dengan akses informasi yang terbatas,
maka situasi kondusif tetap dapat terjaga. Pemerintah dianggap membatasi dengan memberikan
informasi yang minim terkait jumlah pasien dan lokasi-lokasi penularan Corona.

Penutupan akses yang dilakukan oleh pemerintah sebenarnya mendapat kecaman dari
berbagai pihak. Arief Puyono salah satu politikus Gerindra menyatakan bahwa Pemerintah
melanggar Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang tersebut dalam Pasal 154 berbunyi “Pemerintah secara berkala menetapkan dan
mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam
waktu yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi sumber penularan”.

Sejumlah pemerintah daerah menyatakan tak tahu lengkap tentang informasi pasien
positif Corona. Juru Bicara pemerintah khusus virus corona Achmad Yurianto bahkan
menyatakan bahwa seorang dokter tidak memiliki kewajiban untuk memberikan informasi
tentang kondisi pasien Corona kepada pemerintah daerah.

Kebijakan pemerintah Indonesia sangat berbeda dengan kebijakan negara lain yang justru
membuka informasi seluas-luasnya mengenai Corona. Taiwan, negara yang berdekatan dengan
negara dimana virus Corona pertama kali muncul menjadi salah satu negara yang membuka
informasi seluas-luasnya terhadap warga negaranya. Dampak dari tindakan yang dilakukan oleh
mereka adalah dapat ditekannya jumlah kasus hingga saat ini hanya berjumlah 108 kasus dengan
total kematian 1 orang per 19 Maret 2020. Berkaca dari Taiwan, yang dilakukan oleh pemerintah

2 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Taiwan adalah ketika kasus corona mulai merebak di Tiongkok pada 31 Desember 2019,
Pemerintah Taiwan langsung menguji kesehatan warganya yang memiliki catatan perjalanan ke
Tiongkok. Padahal saat itu Corona belum dinyatakan sebagai penyakit yang mematikan.

Hal selanjutnya yang dilakukan oleh Taiwan adalah dengan sigap memberikan dan
membagikan informasi kepada warganya, bahkan warga Taiwan sendiri setiap harinya menerima
pengumuman mengenai potensi penularan virus Corona. Tidak hanya itu, pemerintah Taiwan
juga mengedukasi warganya melalui televisi dan radio dengan membuat iklan selama satu jam.
Iklan tersebut berisikan bagaiamana dan penyebaran serta bagaimana cara mencegah
penularannya. Sangat berbeda bukan?

B. Masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya Social Distancing

Social distancing saat ini sedang digaungkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu
cara pencegahan penyebaran virus Corona. Social distancing itu sendiri adalah bahwa masyarakat
diminta untuk menghindari hadir di pertemuan besar atau kerumunan orang. Jika harus berada di
sekitar orang, maka jaga jarak dengan orang lain sekitar 6 kaki (2 meter). Artinya, ada ruang yang
cukup antara satu orang dengan orang lain sehingga menghilangkan rute transmisi virus.

Mengingat penyebaran dan penularan virus Corona yang sangat cepat, maka social
distanding dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam mencegahnya. Ketua Pengurus Harian
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai bahwa imbauan
pemerintah kepada masyarakat agar melakukan social distancing atau menjaga jarak, cukup
efektif dalam mengurangi dampak penyebaran virus corona. Oleh karena itu, masyarakat
seharusnya dapat mematuhi imbauan tersebut dengan sebaik mungkin.

Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya terinfeksi, lalu bebas bepergian ke berbagai
lokasi untuk menemui teman atau kerabatnya. Akibatnya, penyebaran virus ini semakin luas.
Apalagi, virus ini sudah bisa menular ke orang lain, meskipun orang-orang yang terinfeksi tidak
merasakan gejala yang berat. Mereka bisa saja merasa sehat dan hanya sedikit bersin-bersin atau
flu, namun ternyata sudah terinfeksi Covid-19. Bayangkan jika orang yang terinfeksi itu masih
tetap masuk kerja, sekolah, datang ke seminar, atau konser musik. Meski awalnya yang terinfeksi
hanya satu orang, namun setelah menyebar, bisa saja ribuan orang lainnya yang berada di tempat
tersebut, juga terinfeksi.

3 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Jadi mulai sekarang, agar penyebaran virus ini tidak makin meluas di Indonesia, peran
yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan social distancing. Jangan beraktivitas di luar
rumah kecuali jika benar-benar diperlukan.

Memperlambat laju penyebaran virus juga penting agar orang yang sakit, tidak terinfeksi
secara bersamaan. Tentu, akan jauh lebih mudah mengobati 4 orang yang terinfeksi dibandingkan
dengan 1.000 orang sakit secara bersamaan. Dengan demikian, social distancing secara tidak
langsung mampu membantu rumah sakit, laboratorium, maupun dokter dan tenaga medis lainnya
agar tidak kewalahan menangani jumlah pasien Covid-19 yang melebihi kapasitas dan kemampuan
daerah tersebut. Sehingga, semua pasien yang sakit bisa mendapatkan perawatan yang optimal.

Jika ketersediaan rumah sakit dan jumlah tenaga medis tidak seimbang dengan jumlah
pasien, maka akan banyak pasien yang terinfeksi virus corona yang akhirnya tidak bisa
mendapatkan perawatan yang layak. Akibatnya, angka kematian akan semakin tinggi.

C. Minimnya fasilitas kesehatan

Tak bisa dimungkiri bahwa fasilitas kesehatan yang mumpuni dapat menjadi tolok ukur
kesiapan suatu negara dalam menghadapi berbagai ancaman kesehatan. Sayangnya, Indonesia
masih menjadi salah satu negara dengan investasi pelayanan kesehatan yang rendah di dunia.
Bagaimana kesiapan palayanan kesehatan di Indonesia terhadap masalah Covid-19?

Mari menengok sejenak ke seberang. Hampir 20.000 orang menjalani tes virus corona
setiap hari di Korea Selatan, lebih banyak per kapita dibanding negara manapun di dunia.
Pemrosesan hasil tes pun tidak menunggu waktu lama. Sampel dari hasil pemeriksaan langsung
dikirimkan ke laboratorium dekat tempat pengambilan sampel. Di sana, para staf laboratorium
bekerja bergiliran selama 24 jam sehari guna memprosesnya.

Jika upaya membatasi penyebaran virus corona diibaratkan peperangan, laboratorium-


laboratorium inilah garis depannya. Korsel telah menciptakan jaringan 96 laboratorium milik
pemerintah dan swasta untuk menguji keberadaan virus corona di antara individu-individu. Para
pejabat kesehatan meyakini pendekatan ini menyelamatkan nyawa banyak orang. Tingkat
kematian akibat virus corona di Korsel adalah 0,7%. Adapun tingkat kematian akibat virus
corona di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 3,4%.

4 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Korsel bahkan tidak kekurangan alat uji. Empat perusahaan mendapat izin pemerintah
untuk membuatnya. Dengan demikian, Korsel kini punya kemampuan menguji 140.000 sampel
setiap pekan. Prof Kwon di Korea Selatan meyakini akurasi tes Covid-19 di Korsel sekitar 98%.
Kemampuan negara ini untuk menguji begitu banyak orang dalam waktu bersamaan menjadikan
Korsel sebagai panutan bagi negara lainnya yang juga tengah berperang melawan virus corona.

Berkaca dari Korea Selatan, bagaimana dengan Indonesia? Tanpa pengetesan massal dan
penambahan laboratorium yang memeriksa di Indonesia, sulit diketahui berapa sesungguhnya
penderita Covid-19 di masyarakat. Sedikitnya pemeriksaan, membuat banyak orang yang positif
Covid-19 terlambat dideteksi. Mereka dapat menularkan virus corona tanpa sadar,
memperbanyak jumlah orang yang terinfeksi. Selain itu, lambatnya deteksi bisa meningkatkan
angka kematian karena penderita tidak atau terlambat mendapatkan pengobatan.

Indonesia perlu pemeriksaan Covid-19 yang massif untuk mengetahui besaran bencana
Covid. Rendahnya jumlah yang dites (hingga 11 Maret) baru 736 spesimen yang diperiksa –
menyulitkan pemerintah dalam menilai besaran masalah Covid-19 dan perencanaan langkah
penanggulangan.

Kabar baiknya pada 19 Maret 2020, Presiden Joko Widodo meminta untuk segera
melakukan rapid test atau tes cepat dengan cakupan yang lebih besar, agar deteksi dini
kemungkinan indikasi awal seorang terpapar virus corona COVID-19 bisa dilakukan. Hal
tersebut disampaikan oleh presiden saat rapat terbatas membahas Laporan Tim Gugus Tugas
COVID-19 yang dilakukan secara daring di Istana Merdeka.

Menurut Jokowi, hasil dari rapid test menjadi sangat penting untuk menentukan apakah
seseorang hanya perlu melakukan karantina mandiri atau harus dirawat di rumah sakit. Selain itu,
Jokowi juga meminta untuk menyiapkan rencana kontijensi kesiapan pelayanan rumah sakit baik
rujukan yang sudah ditetapkan atau juga rumah sakit milik BUMN, TNI-POLRI, rumah sakit
swasta dan juga rumah sakit darurat apabila diperlukan. Kita semua berharap bahwa tes massal
ini dapat segera dilaksanakan walaupun secara bertahap, agar antisipasi dan penanganan masalah
virus corona dapat dimulai sedini mungkin.

5 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Di samping itu semua, setelah analisis beberapa penyebab tentang tingginya death rate
karena virus Corona di Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma juga
ingin menerangkan posisi dalam wacana lockdown atas Covid-19 di Indonesia.

Dalam memerangi pandemik covid-19, berbagai negara di dunia telah menerapkan


berbagai kebijakan, salah satunya adalah lockdown. Penetapan lockdown disuatu negara pasti
memiliki dampak tertentu di sendi-sendi kehidupan masyarakat. Namun siapa sangka
pengisolasian kota justru membawa dampak baik bagi lingkungan seperti menurunnya polusi
udara membuat kualitas udara menjadi lebih baik, disisi lain lockdown sendiri merupakan cara
efektif yang dapat membantu meminimalkan penyebaran covid-19 .

Lockdown disebut akan memengaruhi perekonomian suatu negara. Jika kebijakan


lockdown berkepanjangan akan menyebabkan kegagalan bisnis dan PHK, sektor produksi akan
terganggu karena banyak produk yang akan kekurangan pasokan, sektor informal yang akan
kekurangan penghasilan, dampak terbesarnya ialah kemunduran bahkan kematian ekonomi suatu
negara .

Pemerintah Indonesai saat ini belum menetapkan kebijakan lockdown, meski saat ini jumlah
korban covid-19 terus bertambah. Jika kebijakan lockdown ditetapkan di Indonesia, maka akan ada
banyak aspek yang dapat dilihat, salah satunya yaitu soal ketimpangan yang akan terjadi. Bagi orang-
orang kelas menengah ke atas, lockdown tidak menjadi persoalan karena mereka bisa mampu
menimbun stock pangan dalam jumlah yang besar. Bagaimana dengan orang-orang yang tidak
mampu? Para pengangguran atau orang-orang yang mendapatkan kebutuhan sehari-hari dari kerja
harian? Dampaknya tentu akan lebih terasa jika lockdown dilakukan. Hal ini juga menjadi perhatian
bagi pemerintah pusat karena lockdown tidak bisa menjadi pilihan begitu saja, namun harus tetap
mempertimbangkan solusi dan dampaknya bagi masyarakat.

Kami yakin segala kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya penanganan virus
corona adalah berdasarkan keputusan dan pertimbangan yang kuat. Maka untuk saat ini, Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma mendukung keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan lockdown. Tetapi jika lockdown akan diterapkan nantinya, maka kami berharap agar
segala dampak buruk dapat dicegah sebelumnya.

6 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Berdasarkan kajian komprehensif tentang Covid-19 ini, Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma melalui Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis menyatakan
sikap untuk:

1. Menuntut pemerintah untuk membuka segala akses informasi yang transparan kepada
masyarakat Indonesia tentang penanganan virus Corona.
2. Menghimbau masyarakat untuk tetap melakukan social distancing.
3. Mendorong dan mendukung pemerintah untuk melakukan tes massal ke seluruh
masyarakat Indonesia secara bertahap.

Penulis Kajian:

Louis IX King

Anggita Dwi Ardani

Kasiano Vitalio

Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis

7 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


https://news.detik.com/berita/d-4944494/tingkat-kematian-pasien-corona-di-ri-83-2-kali-lipat-
rata-rata-dunia (diakses pada 19 Maret 2020)

https://kabar24.bisnis.com/read/20200317/15/1214587/7-rekomendasi-satgas-penanganan-virus-
corona (diakses pada 19 Maret 2020)

https://www.worldometers.info/coronavirus/ (diakses pada 20 Maret 2020)

https://katadata.co.id/berita/2020/03/13/jurus-sukses-taiwan-tangkal-corona-meski-berdekatan-
dengan-tiongkok (diakses pada 20 Maret 2020)

https://tirto.id/apa-itu-social-distancing-dan-karantina-diri-untuk-cegah-corona-eFr9
(diakses pada 20 Maret 2020)

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/19/064600465/cara-penularan-virus-corona-
dan-alasan-pentingnya-social-distancing?page=all#page4 (diakses pada 20 Maret 2020)

https://indopolitika.com/soal-informasi-covid-19-arief-poyuono-pemerintah-langgar-
uu-kesehatan/ (diakses pada 20 Maret 2020)

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51866332 (diakses pada 20 Maret 2020)

https://kesehatan.kontan.co.id/news/social-distancing-untuk-mencegah-penyebaran-
corona-bagaimana-caranya?page=all (diakses pada 20 Maret 2020)

https://tirto.id/jokowi-minta-tes-massal-segera-dilakukan-untuk-cegah-covid-19-eGcG (diakses
pada 20 Maret 2020)

https://www.wartaekonomi.co.id/read277174/apa-saja-dampak-penerapan-lockdown
(diakses pada 20 Maret 2020)

8 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi

You might also like