You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profitabilitas atau yang sering disebut dengan rasio profitabilitas merupakan metrik
keuangan yang dipakai oleh para investor dan juga analis untuk mengukur serta
mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba
relatif terhadap pendapatan. biaya operasi. aset neraca, dan juga ekuitas pemegang
saham selama periode waktu tertentu. Rasio yang satu ini menunjukkan seberapa baik
perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba serta nilai untuk
pemegang saham. Dimana rasio atau nilai yang lebih tinggi ini biasanya dicari oleh
sebagian besar perusahaan. Sebab hak ini berarti bisnis bekerja dengan baik dengan
cara menghasilkan pendapatan, keuntungan, dan juga arus kas. Rasio ini paling
berguna saat dianalisis dibandingkan dengan perusahaan serupa atau dibandingkan
dengan periode sebelumnya (Mohamadi, 2022).

Penilaian kinerja suatu bank sangat diperlukan untuk menilai bank tersebut dalam
keadaan sehat atau tidak terutama aktivitas yang melibatkan perekonomian suatu
Negara. Bank dengan kinerja yang sehat dapat menarik minat investor sekaligus
sebagai tolak ukur kinerja bank tersebut. Salah satu penilaian kinerja bank dapat
dilakukan melalui indikator profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan suatu
badan usaha untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu (Hasibuan, 2006).
Pentingnya profitabilitas sebagai ukuran kinerja suatu bank karena profitabilitas dapat
melihat keberhasilan dan kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya.
Kelangsungan hidup suatu bank dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sangat
tergantung dari profitabilitas bank tersebut. Oleh sebab itu, setiap badan usaha akan
selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan profitabilitasnya (Ariani,
2017).
Untuk mengukur suatu laba yang maksimal dalam perusahaan perbankan, maka dapat
diukur dengan cara menggunakan profitabilitas. Profitabilitas merupakan alat ukur
seberapa kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang dalam hubungannya
dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri. Profitabilitas dapat diukur dengan
ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank juga disebut
sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan
masyarakat. Semakin besar profitabilitas,maka bagi kondisi perusahaan semakin
bagus kinerjanya (Saraswati, 2020).

Namun profitabilitas pada perusahaan perbankan tidak selalu meningkat, hal tersebut
bias dilihat dari fenomena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa
profitabilitas perbankan pada Februari 2022 menyusut dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio margin bunga bersih atau net interest
margin (NIM) yang turun 13 basis poin atau dari 4,60 persen pada Januari 2022
menjadi 4,47 persen per Februari. Adapun Return On Asset (ROA) turun 21 bps
menuju angka 2,32 persen. Di sisi lain, kinerja perbankan per Februari 2022
memperlihatkan peningkatan efisiensi. Tercermin dari biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) yang turun dari 82,04 persen pada Januari 2022
menjadi 80,57 persen. Ayahandayani yang merupakan Direktur Penelitian dan
Pengaturan BPR OJK menambahkan dari sisi risiko kredit, perbankan mampu
memperkecil rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) baik secara gross
maupun nett. NPL Gross turun tipis 2 bps menjadi 3,08 persen, sedangkan secara nett
menyusut 1 bps menuju 0,87 persen (finansial.bisnis.com).

Berdasarkan fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa jika profitabilitas semakin


menurun maka semakin menurun juga keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Karena semakin baik profitabilitas perusahaan maka semakin baik kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Maka dari itu sebuah perusahaan harus
mampu mencari cara untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selain untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan, profitabilitas juga berperan untuk menarik
investor. Sebab, investor biasanya memfokuskan pada analisis profitabilitas sebelum
melakukan investasi (Saraswati, 2020).

Faktor pertama yang mempengaruhi profitabilitas adalah komite audit. Komite Audit
adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau
sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk
membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Komite Audit mempunyai fungsi membantu Dewan Komisaris
untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan, menciptakan iklim disiplin dan
pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan, meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun
eksternal audit, serta Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas (Zaimah, 2020).

Faktor kedua yang mempengaruhi profitabilitas adalah dewan direksi. Didalam


proses pengelolaan perusahaan bergantung kepada kinerja dan kebijakan yang
diberikan oleh Dewan Direksi, tugas pengawasan dan maupun keputusan maupun
tanggung jawab. Bentuk pengawasan kinerja perusahaan yang baik dapat dilihat dari
banyaknya jumlah anggota dewan direksi dalam perusahaan (Hisamuddin dan
Tirta,2012:125). Profitabilitas yang baik merupakan dampak dari kinerja yang baik
dan terkontrol, profitabilitas yang baik nantinya akan meningkatkan harga saham
perusahaan dan nilai perusahaan (Riyandika, 2020).

Komisaris Independen merupakan factor ketiga yang mempengaruhi profitabilitas.


Saat proses jalannya kinerja perusahaan dibutuhkan dewan pengawasan perusahaan
yang meneliti kinerja perusahaan secara independen. Dewan Komisaris Independen
tidak diperkanankan memiliki hubungan apapun dengan pihak manajemen
perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen diharapkan dapat melindungi para
pemengang saham minoritas, Dewan Komisaris Independen dapat diukur dari
presentase jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan dari seluruh jumlah
dewan komisaris perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007:10).

Kepemilikan Institusional adalah faktor keempat yang mempengaruhi profitabilitas.


Kepemilikan Institusional adalah besarnya proporsi saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi eksternal lain. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan
meningkatkan nilai profitabilitas perusahaan (Ali, 2019).

Sedangkan faktor terakhir yang mempengaruhi profitabilitas adalah resiko kredit.


Profitabilitas yang optimal dapat dicapai dengan melaksanakan kegiatan bank yaitu
menyalurkan kredit. Keadaan perekonomian suatu negara akan mempengaruhi risiko
bank dalam menyalurkan kredit. Perubahan keadaan ekonomi makro dapat
mempengaruhi kemampuan debitur dalam membayar angsuran kreditnya kepada
bank. Tingkat persaingan dalam suatu industri yang semakin tinggi disebabkan oleh
era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi juga dapat merubah posisi
competitive advantage suatu perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan sebagai debitur dalam angsurannya pada bank. Risiko kredit
dapat dilihat dari besarnya rasio Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan rasio
perbandingan antara kredit yang bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Rasio
ini menilai kemampuan suatu bank dalam menutupi risiko kredit yang dihadapinya,
jika rasio ini bernilai rendah maka risiko kredit yang ditanggung bank semakin kecil.
Begitu juga sebaliknya, jika semakin besar artinya risiko kredit yang dihadpi bank
juga besar dan hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat keuntungan bank. Bank
Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio
kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5% sebagai angka toleransi bagi kesehatan
suatu bank (Ariwidanta, 2018).

Penelitian ini mengacu pada penelitian (Pratama, 2022) dengan judul Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2020. Pada penelitian ini
membuktikan bahwa komite audit, dewan direksi, komisaris independen, dan
kepemilikan institusional, berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Hasil
penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa hasil pengujian secara simultan
menyatakan bahwa komite audit, dewan direksi, komisaris independen, dan
kepemilikan institusional, berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Yang
membedakan penelitian ini adalah adanya penambahan variabel yaitu resiko kredit
berdasarkan penelitian (Dewi, 2021) karena Pemberian kredit yang dilakukan oleh
bank tentu memiliki risiko, yakni tidak lancarnya pembayaran kredit (kredit macet)
yang akan berdampak pada profitabilitas bank. Oleh karena itu, guna meminimalkan
terjadinya resiko kredit ini salah satu cara yang dapat dilakukan bank adalah dengan
menerapkan tata kelola yang efektif dan studi kasus dilakukan pada perusahaan
perbankan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan fenomena
dan latar belakang dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance dan Resiko Kredit
Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdapat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022)”.

You might also like