Professional Documents
Culture Documents
UAS-Kelompok 1-Komunitas bergender-HAM-Stunting
UAS-Kelompok 1-Komunitas bergender-HAM-Stunting
Disusun oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Kebidanan Komunitas Berspektif Gender Dan HAM: Nutrisi Ibu Yang
Mempengaruhi Ke Stunting”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Kebidanan
Komunitas” sebagai ujian akhir semester (UAS). Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis meminta kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Makalah ini terwujud atas bimbingan dan arahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. , sebagai dosen penanggung jawab dan pengampu mata kuliah keluarga berencana.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB IV PENUTUP...........................................................................................32
4.1 Kesimpulan .............................................................................................32
4.2 Saran .......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana perspektif gender dan HAM
dalam pelayanan kebidanan komunitas?
1.3 Tujuan
2. Status gizi ibu yang buruk berhubungan dengan pertumbuhan janin yang
abnormal. Setiap masalah tersebut berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit kronis di masa dewasa
3. Pola diet kehamilan pada remaja umumnya kurang sehat dibandingkan kehamilan
pada wanita dewasa. Diperlukannya peningkatan kualitas diet pada remaja
4. Pola diet yang baik sebelum dan selama kehamilan dihubungkan dengan
penurunan risiko gangguan kehamilan, termasuk DM gestasional, kelahiran
prematur, komplikasi terkait obesitas, pre-eklampsia serta hipertensi gestasional.
5
Terapi nutrisi merupakan dasar pengobatan DM gestasional
6
7
6. Diet yang menghindari makronutrien apa pun harus dihindari selama kehamilan
karena ketidakseimbangan nutrisi yang dihasilkan menyebabkan kekurangan
nutrisi atau ketosis
8. ASI memiliki nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan bayi lahir cukup bulan selama
4-6 bulan pertama kehidupannya. Mengonsumsi ASI berhubungan dengan
penurunan risiko penyakit kronis saat dewasa. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
intake maternal selama masa menyusui dan cadangan adiposa ibu. Pada ibu yang
DM gestasional, terdapat bukti bahwa memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
menurunkan risiko DM tipe 2 untuk ibu dan melindungi risiko obesitas pada
anaknya.
9. Konsumsi rutin multivitamin dan suplemen yang mengandung asam folat dalam
jumlah optimal sangat dianjurkan bagi semua wanita usia reproduktif, dimulai
setidaknya 2-3 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang kehamlan
setidaknya hingga 4-6 minggu setelah melahirkan
10. Sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mempunyai waktu, pengetahuan dan
sarana dalam memberikan informasi mengenai nutrisi yang optimal pada wanita
usia subur sebelum, selama dan setelah kehamilan (Marshall et al., 2022)
Situasi gizi ibu hamil di Indonesia cukup sulit diprediksi mengingat data
mengenai gizi wanita di Indonesia sangat terbatas. Diperkirakan hampir setengah
(49%) dari wanita hamil di Indonesia menderita anemia yang menyebabkan
peningkatan risiko kematian ibu dan bayi, 50% dari wanita hamil mengalami
defisiensi energi dan protein dan hal ini meningkat hampir 70% pada kelompok
8
ekonomi rendah dan hampir seluruh (95%) wanita mengonsumsi kurang dari 5 porsi
buah dan sayuran per harinya. Berbagai faktor yang menyebabkan masalah ini antara
lain behaviours, food environment, health and nutrition system, social protection
system, wash system dan education system (Kemenkes RI et al., 2019).
Status gizi ibu selama kehamilan berhubungan dengan luaran kehamilan. Untuk
melihat status gizi ibu hamil, perlu dihitung indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum
hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. IMT berperan penting untuk
menentukan penambahan berat badan ibu selama hamil dan harus dipantau setiap
ANC. Pengukuran LILA dapat dilakukan sebagai alternatif selain IMT untuk
menentukan status gizi ibu hamil. Pengukuran LILA dilakukan sebelum atau pada
awal kehamilan. Jika pada pengukuran LILA didapatkan < 23,5 cm, maka ibu
mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) (Nita Dalmiya, Roland Kupka, 2022). Ibu
hamil yang KEK akan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR jika tidak diintervensi dengan baik dapat
menjadi anak balita yang menderita Kurang Energi Protein (KEP). Balita perempuan
dengan KEP berpotensi tumbuh menjadi remaja putri dengan gangguan pertumbuhan
atau KEK yang pada akhirnya berisiko menjadi ibu hamil yang KEK.
Oleh karena itu, dianjurkan minum suplemen yang berisi 250 mg zat besi dalam
bentuk sulfas ferrosus (atau setara dengan 60 mg besi elemental) dan 400 mikrogram
asam folat. Suplemen zat besi dan asam folat sering menimbulkan keluhan mual,
perut perih, buang air berwarna hitam atau sembelit dan tidak perlu dikhawatirkan
karena tidak berbahaya. Pada ibu hamil overweight dengan IMT ≥30 kg/m 2
menimbulkan risiko penyempitan pembuluh darah yang berbahaya bagi ibu dan
janin, serta plasenta. Plasenta yang berfungsi menyuplai oksigen mengalami
penyempitan karena lemak dan dapat menghambat pasok oksigen, sehingga merusak
sel-sel otak janin, serta berimplikasi terhadap kecerdasan anak yang berkurang (Miele
et al., 2021).
Gagasan menganai Hak Asasi Manusia (HAM) di bangun atas dasar dan prinsip-
prinsip kesetaraan. Prinsip ini menekankan bahwa manusia berkedudukan setara
menyangkut dengan harkat dan martabatnya, manusia memiliki kesetaraan di dalam
HAM. Berbagai perbedaan yang melekat di dalam diri manusia tidak menyebabkan
kedudukan manusia tidak setara karena walaupun begitu tetaplah sama dalam haknya
sebgai mahluk ciptaan tuhan yang palig mulia . Kesetaraan gender adanya perlakuan
yang setara, yang pada situsi apapun harus di pelakukan dengan sama (Putu Tya
Diliana et al., 2022).
2.3 Gender
2.2.1 Definisi
10
Mempunyai akses ke dan kontrol yang lebih besar atas sumber daya
biasanya membuat laki-laki lebih berkuasa daripada perempuan dalam
kelompok sosial manapun. Hal ini dapat menjadi kekuasaan kekuatan
fisik, pengetahuan dan keterlampilan, kekayaan dan pendapatan, atau
kekuasaan untuk mengambil keputusan karena merekalah yang
memegang otoritas. Laki-laki kerap kali memiliki kekuasaan yang lebih
besar dalam membuat keputusan atas reproduksi dan seksualitas.
Kekuasaan laki-laki dan kontrol atas sumber daya dan keputusan
diinstitusionalkan melalui undang-undang dan kebijakan negara, serta
melalui aturan dan peraturan institusi sosial yang formal. Hukum di
berbagai negara di dunia memberi peluang kendali yang lebih besar
kepada laki-laki atas kekayaan dan hak dalam perkawinan, serta atas
anak-anak. Selama berabad-abad, lembaga keagamaan mengingkari
hakperempuan untuk menjadi lembaga keagamaan mengingkari hak
perempuan untuk menjadi pemimpin agama, dan sekolah sering kali
bersikukuh bahwa ayah si anak lah yang menjadi wali resmi, bukan sang
ibu.
Mempunyai akses ke dan kontrol yang lebih besar atas sumber daya
biasanya membuat laki-laki lebih berkuasa daripada perempuan dalam
kelompok sosial manapun. Hal ini dapat menjadi kekuasaan kekuatan
fisik, pengetahuan dan ketrampilan, kekayaan dan pendapatan, atau
kekuasaan untuk mengambil keputusan karena merekalah memegang
otoritas. Laki-laki kerap kali memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam
membuat keputusan atas reproduksi dan seksualitas. Kekuasaan laki-laki
dan kontrol atas sumber daya dan keputusan diinstitusionalkan melalui
undang-undang dan kebijakan negara, serta melalui aturan dan peraturan
institusi sosial yang formal. Hukum di berbagai negara di dunia
memberi peluang kendali yang lebih besar kepada laki-laki atas
kekayaan dan hak dalam perkawinan, serta atas anak-anak.Selama
berabad-abad, lembaga keagamaan mengingkari hak perempuan untuk
menjadi pemimpin agama, dan sekolah seringkali bersikukuh bahwa ayah
si anak lah yang menjadi wali resmi, bukan sang ibu.
Peran ekonomi dan sosial yang dianggap sesuai untuk perempuan dan
14
Keadilan antara lain ditentukan oleh norma atau standar yang dianggap
pantas atau adil dalam suatu masyarakat, yang mungkin berbeda satu dengan
yang lain dan mungkin berubah dari waktu ke waktu. Sering kali sulit untuk
menentukan norma atau standar yang dapat diterima oleh berbagai pihak,
karena terkait dengan nilai-nilai dan penentuan keputusan, sehingga istilah
ketidaksetaraan lebih sering digunakan.
2. Pembagian beban kerja wanita dan pria yang mliputi tanggung jawab,
curahan tenaga dan curahan waktu.
4. Tingkat akses dan kekuatan kontrol wanita dan pria terhadap sumber
produktif maupun sumber daya manusia dalam keluarga.
2.4 HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
19
kodrati. Dalam pasal 1 UU No39 tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
meruapakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungu oleh negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
11.Hak wanita dalam UU HAM sebagai hak asasi manusia (Pasal 45).
12.Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan / profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi
reproduksi wanita (Pasal 49 ayat 2).
13.Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi
reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum (Pasal 49 ayat 3).
14.Hak dan tanggungjawab yang sama antara isteri dan suaminya dalam
ikatan perkawinan (Pasal 51 ).
Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang
berbeda. Perbedaan yang bersifat universal tersebut, sayangnya banyak
disalah artikan sebagai sebuah sekat yang membentengi ruang gerak. Dalam
perkembangannya kemudian, jenis kelamin perempuan lebih banyak
menerima tekanan, hanya karena secara kodrati perempuan dianggap lemah
dan tak berdaya. Yulfita Rahardjo dari Pusat Studi Kependudukan dan
Pemberdayaan Manusia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mengatakan, persepsi yang bias tersebut pada akhirnya menyulitkan
perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai segi kehidupan,
utamanya bidang kesehatan yang menentukan kehidupan dan kematian
perempuan.
Di beberapa wilayah dengan adat istiadat dan budaya tertentu, isu gender
memang sangat membedakan aktivitas yang boleh dilakukan antara pria dan
wanita. Pada masyarakat Jawa dari strata tertentu misalnya, merokok
dianggap pantas untuk laki- laki, tapi tidak untuk perempuan.
Perempuan biasanya tidak boleh bepergian jauh. Jadi kalau rumah sakit
atau puskesmas letaknya jauh, sulit juga perempuan mendapatkan pelayanan
kesehatan. Dalam masalah ini bidan desa atau bidan yang berada di daerah
terpencil sangat berperan penting untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang layak kepada para wanita ataupun pria yang menduduki tempat
terpencil.
Selain menimpa perempuan, bias gender juga bisa menimpa kaum pria.
Di bidang kesehatan, lebih banyak perempuan menerima program pelayanan
dan informasi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi dan anakketimbang laki-laki. Hal itu bisa jadi ada kaitannya
dengan stereotip gender yang melabelkan urusan hamil, melahirkan,
mengasuh anak dan kesehatan pada umumnya sebagai urusan perempuan.
Dari beberapa contoh diatas memperlihatkan bagaimana norma dan nilai
gender serta perilaku yang berdampak negatif terhadap kesehatan.
Untuk itu, tugas bidan adalah meningkatkan kesadaran mengenai gender dalam
meurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
26
gaya hidup, seperti kebiasaan makan. Kebiasaan makan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologis, jenis kelamin,
lingkungan budaya dan sosial. Perilaku makan diperoleh melalui
proses pembelajaran progresif yang dimulai dari tahun-tahun awal
kehidupan dan dipengaruhi oleh kedua jenis kelamin oleh berbagai
faktor biologis dan sosial ekonomi. (Salmi, 2018). Menurut
Kementerian Kesehatan RI, stunting diakibatkan oleh malnutrisi
27
28
yang berkepanjangan selama 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak dimana fase ini
termasuk masa kritis (Delima & Firman, 2023)
Masalah gizi buruk (stunting) bukan hal yang baru karena sejak
dahulu pemerintah telah mengambil kebijakan melalui program
penanggulangan masalah stunting di Indonesia. Selain itu, pemerintah
telah melindungi hak anak seperti hak untuk hidup, hak sehat, hak
untuk tumbuh kembang layaknya manusia pada umumnya
sebagaimana yang diatur dalam konstitusi Pasal 28 B ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945
ditegaskan bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
34
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang di bentuk dibentuk, dibuat dan di kontruksi oleh masyarakat dan
dapat berubah sesuai dengan perkembangan kontruksi sosial. Gender dan Hak Asasi
Manusia (HAM) memiliki hubungan satu sama lain. Hak Asasi Manusia adalah hak
dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan
sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak
tersebut maka mustahil kita dapat hidup sebagai manusia seperti perbedaan biologis
yakni perbedaan jenis kelamin (seks), yang merupakan kodrat Tuhan dan oleh
karenanya secara permanen berbeda. Sedangkan gender berarti perbedaan yang bukan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, seperti perbedaan perilaku (behavioral differences)
antara laki-laki dan perempuan yang konstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang
bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (laki-
laki dan perempuan) melalui proses sosial dan kultural yang panjang
Isu gender terkait nutrisi ibu yang mempengaruhi stunting yakni rendahnya
dukungan dan peran suami saat kehamilan, persalinan dan masa nifas yang
diakibatkan oleh masalah ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender merupakan
kontributor penting terhadap kerawanan pangan dan gizi secara global termasuk
pemenuhan nutrisi ibu. Hubungan antara gizi yang tidak memadai inilah yang
meningkatkan berbagai risiko penyakit, terutama stunting. Dikaji dalam aspek Hak
Asasi Manusia (HAM), ketidaksetaraan gender antara ibu dan suami dalam keluarga
dan anak yang mengalami stunting merupakan pelanggaran HAM yang seharusnya
dilindungi dalam Undang-Undang Dasar (UUD). Diperlukan penelitian dan kajian
35
lebih lanjut mengenai hal ini sehingga bidan dapat memberikan asuhannya di
komunitas dengan memperhatikan isu
36
37
4.2 Saran
Chahal, S. (2011). Gender Equality As A New Human Right In India. GAP, 3(1), 346–349.
http://www.gapjournals.org
Delima, & Firman, R. A. (2023). Analisis Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Kejadian
Stunting: Studi Literatur Review. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema, 1(8),
79–85.
Dewi, R. (2020). Kedudukan perempuan dalam islam dan problem ketidakadilan gender.
NOURA: Jurnal Kajian Gender, 4(1), 2655–6200.
Fadlyansyah, M. H., & Joni, M. (2020). Kesehatan Anak Di Indonesia ( Stunting ). 1(2), 1–
10.
Haryanti, T., & Nurhayanti. (2019). Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia Bagi Anak
Penderita Stunting (Enforcement Of Human Rights Law For Children With Stunting).
Ham, 10(2), 249–260.
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/download/815/pdf
Ismail, Z., Lestari, M. P., Rahayu, P., & Novita, F. (2020). Gender equality seen from a
normative and sociological perspective. Jurnal Terakreditasi Nasional, 26(28), 154–
161. https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/224/pdf%0Ahttps://
fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/224
Kemenkes RI, UNICEF, & Bappenas. (2019). Framework For Action Indonesia Maternal
Nutrition. https://www.unicef.org/indonesia/documents/framework-action-
complementary-feeding-and-maternal-nutrition
Larasati, A. M., & Ayu, N. P. (2020). The Education for Gender Equality and Human
Rights in Indonesia: Contemporary Issues and Controversial Problems. The
Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 2(1), 73–84.
https://doi.org/10.15294/ijicle.v2i1.37321
Marshall, N. E., Abrams, B., Barbour, L. A., Catalano, P., Christian, P., Friedman, J. E.,
Hay, W. W., Hernandez, T. L., Krebs, N. F., Oken, E., Purnell, J. Q., Roberts, J. M.,
Soltani, H., Wallace, J., & Thornburg, K. L. (2022). The importance of nutrition in
pregnancy and lactation: lifelong consequences. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 226(5), 607–632. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2021.12.035
Miele, M. J., Souza, R. T., Calderon, I. M., Feitosa, F. E., Leite, D. F., Rocha Filho, E. A.,
Vettorazzi, J., Mayrink, J., Fernandes, K. G., Vieira, M. C., Pacagnella, R. C., &
Cecatti, J. G. (2021). Maternal nutrition status associated with pregnancy-related
adverse outcomes. Nutrients, 13(7), 1–14. https://doi.org/10.3390/nu13072398
Mkandawire, E., Bisai, C., Dyke, E., Dressel, A., Kantayeni, H., Molosoni, B., Kako, P.
M., Gondwe, K. W., & Mkandawire-Valhmu, L. (2022). A qualitative assessment of
gender roles in child nutrition in Central Malawi. BMC Public Health, 22(1), 1–13.
https://doi.org/10.1186/s12889-022-13749-x
Paul, P., & Saha, R. (2022). Is maternal autonomy associated with child nutritional status?
Evidence from a cross-sectional study in India. PLoS ONE, 17(5 May), 1–20.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0268126
Putu Tya Diliana, Dewa Gede Sudika Mangku, & Ni Putu Rai Yuliartini. (2022).
Berlakunya Kesetaraan Ham, Gender, Dan Pemberdayaan Perempuan Berdasarkan
Perspektif Hukum Internasional. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 8(2), 650–659.
https://doi.org/10.23887/jkh.v8i2.52012
Ratnawati, & Prameswari, Y. P. (2022). Patriarchal Culture in the Family and Stunting
Children Incidence at Kulon Progo (Indonesia). Universal Journal of Public Health,
10(6), 606–619. https://doi.org/10.13189/ujph.2022.100608
Salmi, M. (2018). Nutrition: Gender differences and the role of women. Italian Journal of
Gender-Specific Medicine, 4(3), e130–e132. https://doi.org/10.1723/3035.30363
Tinaningsih, M. D., Nurhaeni, I. D. A., Fithri, A. N., & Haryati, N. P. S. (2022). Stunting
and the Grande Multipara Phenomenon From the Gender Perspective. KnE Social
Sciences, 2022, 589–599. https://doi.org/10.18502/kss.v7i5.10580
Vaezghasemi, M., Öhman, A., Ng, N., Hakimi, M., & Eriksson, M. (2020). Concerned and
Conscious, but DefenselessThe intersection of gender and generation in child
malnutrition in Indonesia: a qualitative grounded theory study: The intersection of
gender and generation in child malnutrition in Indonesia: a qualitative grounded
theory study. Global Health Action, 13(1).
https://doi.org/10.1080/16549716.2020.1744214
Vercillo, S., Rao, S., Ragetlie, R., & Vansteenkiste, J. (2023). Nourishing the Nexus: A
Feminist Analysis of Gender, Nutrition and Agri-food Development Policies and
Practices. In European Journal of Development Research (Issue 0123456789).
Palgrave Macmillan UK. https://doi.org/10.1057/s41287-023-00581-1
Wiliyanarti, P. F., Wulandari, Y., & Nasrullah, D. (2022). Behavior in fulfilling nutritional
needs for Indonesian children with stunting: Related culture, family support, and
mother’s knowledge. Journal of Public Health Research, 11(4).
https://doi.org/10.1177/22799036221139938