Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
NIM: KHGD22049
Menyetujui,
Pengujia I Penguji II
Mengetahui, Mengetahui,
i
KARYA ILMIAH AKHIR
KIA ini telah disidangkan dihadapan Tim penguji Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut
Pembimbing
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
serta salam tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
para sahabatnya, dan sampai kita pada umatnya di akhir zaman, Aamiin.
Pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir- Ners
Tn. D di rumah sakit jiwa provinsi jawa barat”.Penyusunan Karya Ilmiah Akhir-
Ners ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program
Profesi Ners di Sekolah Tinggi Kesehatan Karsa Husada Garut. Karya Ilmiah
Akhir-Ners ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
1. Bapak Dr. H. Hadiat, MA., selaku Pembina Yayasan Dharma Husada Insani
Garut.
2. Bapak Drs. H. Suryadi M.Si selaku Ketua Pengurus Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
Husada Garut.
vi
5. Ibu Tanti Suryawanti S.Kep.,Ns.,M.Hkes selaku pembimbing yang sangat
membantu bagi penulis selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Staf dan dosen Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Karsa Husada Garut yang telah membantu dalam menyelasaikan Karya Ilmiah
Akhir-Ners ini.
7. Kedua orang tua, Alm Bapak dayat hidayat S.pd dan Ibu nita rosmiati, serta
kakak saya ninda rosdiana hidayah Amd.Kep tercinta yang telah berkorban
Akhir-Ners.
8. Sahabat-sahabat saya, siti zenab dan lia intan lestari yang selalu menyemangati,
Ners ini.
kritik, dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa yang akan
datang. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Ilmiah Akhir-Ners ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kita
semua. Aamiin.
Annisa Oktaviani
vii
DAFTAR ISI
viii
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
(Kemenkes RI 2020).
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang bisa
sosial. Gangguan psikosis yang umum adalah halusinasi, gangguan ini dapat
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang
1
2
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata (Mutaqin, Rahayu, and Yanto
2023).
jiwa adalah ketika seseorang dalam keadaan sehat dan bisa merasakan
terhadap diri sendirii maupun orang lain, dan bisa menerimaa orang lain
kondisi seorang individu berkembangg secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
jiwa adalah suatu sindrom atau psikologis atau pola perilaku secara klinis, yang
terjadi pada individu dan dihubungkan dengan adanya distress, disabilitas atau
nyawa.
gangguann mental mental kkronik dan parah yang menyerang 21 jutaa jiwa dan
secara umum terdapat 23 juta jiwa di seluruh dunia, ≥ 50% jiwa dengan
3
2013 sebanyak 1,7 per mil dan terjadi peningkatan jumlah menjadi 7 per mil.
sampel rumah tangga (1.2 juta jiwa) di 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota.
Dari sejumlah data dan informasi kesehatan, poin tentang gangguan jiwa
dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 persen menjadi 7 persen. Artinya per 1.000
rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya
kabupaten bogor yaitu sekitar 8.495 yang mengalami ODGJ dan capaian
terendah terdapat di kota banjar yaitu sebesar 264 yang mengalami gangguan
jiwa.
gejala yang parah. Pada fase aktif biasanya gejalanya lebih terlihat. Gejala
yaitu delusi dan halusinasi. Gejala negatif yaitu apatis dan anhedonia (Pradana
yang tidak benar-benar terjadi. Dengan kasus penderita jenis halusinasi yang
rata 20% dan jenis halusinasi lainnya yaitu halusinasi penciuman pengecapan,
merupakan sebuah masalah yang serius bagi dunia kesehatan dan keperawatan
mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara
yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau
Tanda dan gejala pasien halusinasi antara lain berbicara sendiri, berbicara
kacau dan terkadang tidak rasional, tertawa sendiri tanpa alasan, ketakutan,
merawat diri sendiri, penarikan dan penghindaran diri dari orang lain. Apabila
tanda dan gejala halusinasi tidak diatasi dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
halusinasi muncul dan respon pasien pada saat halusinasi muncul. Langkah
orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal dan mengkonsumsi obat secara
spiritual dengan penerapan religius dzikir. Penerapan religius dzikir pada pasien
damai bagi pasien, sehingga perlu disediakan sarana ibadah seperti bacaan
dzikir, kitab suci dan sebagainya. Dzikir merupakan ibadah verbal ritual, yang
tidak terikat dengan waktu, tempat atau keadaan. Berdzikir dan berdoa
seharusnya tidak hanya menjadi ritual seremonial sesudah selesai sholat atau
6
dalam berbagai acara atau upacara. Menurut Al-Hafizh dalam Fat-hul Bari,
ddzikir adalah segala lafas (ucapan) untuk mengingat dan mengenang Allah
Rumah Sakit jiwa provinsi jawa barat merupakan Rumah Sakit yang
dapatkan oleh penulis dilahan praktek yaitu di RS jiwa provinsi jawa barat
(RPK). Penanganan yang diterapkan pada pasien di ruangan ini selain terapi
jawa barat.
7
barat
barat
barat.
8
barat
Hasil karya ilmiah akhir ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu
1. Bagi Penulis
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, Tujuan penulisan, Manfaat, dan
Sistematika penulisan.
Bab ini terdiri dari landasan teori yang berisi tentang pembahasan mengenai
.
10
Bab ini terdiri dari tinjauan kasus berdasarkan format askep yang digunakan
psikoreligius : dzikir
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, dan berisikan kesimpulan
dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
retak atau pecah (split), dan “phren” yang artinya pikiran, yang selalu
yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh
(Pardede, 2019).
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gangguan
mendasar dan khas, dan afek yang tidak serasi atau tumpul (Rahmayani dan
Syisnawati, 2018).
11
12
2.1.2 Etiologi
1. Endokrin
2. Metabolisme
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun
yang khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi
skizofrenia terdapat:
somatic
5. Eugen Bleuler
ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
2.1.3 Patofisiologi
termasuk substansia alba dan grisea”. Dari sejumlah penelitian ini, daerah otak
a. Gejala positif
14
1) Waham :
2) Halusinasi
melanjutkan isipembicaraan
kacau).
d) Perubahan perilaku
b. Gejala negatif
1) Hiperaktif
2) Agitasi
3) Iritabilitas
2.1.5 Klasifikasi
Pembagian Skizofrenia yang dikutip dari Maramis (2005) dalam buku Prabowo
1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul untuk pertama kali pada masa pubertas. Gejalanya seperti
kadangkala emosi dan gangguan proses berpikir, waham dan halusinasi masih
jarang terjadi.
2. Skizofrenia Hebefrenik
yang sering terlihat yaitu gangguan proses berfikir dan adanya depersenalisasi
sering terjadi.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbul pada umur 15-30 tahun dan kadang kala bersifat akut serta
4. Skizofrenia Paranoid
menyendiri, agak agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.
5. Skizofrenia Akut
6. Skizofrenia Residual
depresif) atau gejala manla (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi
2.1.6 Penatalaksanaan
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada Skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relative
cukup lama. Terapi Skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan
untuk penanganan masalah gangguan jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada
tatanan kebijakan seperti puskesmas dan rumah sakit. Penerapan nyata yang
home visit, namun tidak kesemua pasien (hanya yang bermasalah). Contohnya
3. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas. Pihak RSJ
dan penyuluhan.
17
2.1.1 Definisi
indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu(Prabowo, 2014).
hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan pengelihatan walaupun
merupakan gangguan sensori persepsi pada panca indra yang terjadi pada seseorang
yang mengalami gangguan jiwa sehingga tidak mampu membedakan stimulus dari
2.1.2 Etiologi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua faktor penyebab terjadinya halusinasi, yaitu:
1. Faktor presdisposisi
a. Faktor Perkembangan
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
stress.
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologis
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
2. Faktor Presipitasi
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
19
tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
untuk bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual
Menurut Iyan (2021) tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran
2. Halusinasi penglihatan
tidak jelas.
3. Halusinasi penghidu
Data subjektif: mencium bau-bau seperti bau darah, urine, fasesdan terkadang
4. Halusinasi pengecapan
5. Haluinasi perabaan
tersengat listrik
21
2.1.4 Patofisiologi
berasal dari lingkungannya atau stimulus eksternal. Padahal sumber itu berasal dari
stimulus internal yang berasal pada dirinya tanpa ada stimulus dari luar. Stimulus
internal itu merupakan suatu bentuk perlindungan diri dari psikologi yang
serta tuntutan ekonomi yang dapat meningkatkan kecemasan. Pada fase awal
masalah itu menimbul peningkatan kecemasan yang terus menerus dan system
pendukung yang kurang akan membuat persepsi untuk membeda – bedakan apa
yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, klien sulit tidur sehingga
terbiasa mengkhayal dan klien terbiasa menganggap lamunan itu sebagai pemecah
masalah.
2.1.5 Pathway
skizofrenia
22
Gejala negatif
Gejala positif
HDR isos
Perilaku waham HALUSINASI
kekerasan
bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih
sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya
mengerikan.
sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada
(Taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
yaitu:
1. Tahap I (Comforting)
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal
2. Tahap II (Condeming)
merasa kehilangan control, menarik diri dari orang lain. Perilaku klien yang
24
kesepian bila pengalaman sensori berakhir. Perilaku klien pada tahap IIIini
4. Tahap IV (Conquering)
Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah perilaku panik, resiko tinggi
lingkungan.
Keterangan gambar:
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
c. Emosi konsisten merupakan manifestasi peran saat yang konsisten atau efek
lama.
d. Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas yang
wajar.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
menimbulkan gangguan.
g. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang yangbenar-
i. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batasuntuk
timbul darihati.
teratur.
1. Identitas Pasien
MRS (masuk rumah sakit) dan nama orang tua serta pekerjaanorang tua.
2. Keluhan Utama
Mengkaji alasan pasien dibawa ke rumah sakit serta upaya apa yang
30
3. Faktor Predisposisi
a. Biologis
b. Psikologis
terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar
c. Sosial budaya
4. Faktor Presipitasi
a. Biologi
b. Stress Lingkungan
c. Pemicu Gejala
kegagalan).
5. Mekanisme Koping
neurobiology :
a. Regresi
b. Proyeksi
6. Menarik Diri
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghidar sumber
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
a. Data Subjektif
Data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga. Data
dan data yang di ambil dari hasilcatatan tim kesehatan lain sebagai
data sekunder.
b. Data Objektif
33
7. Masalah Keperawatan
Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal)(Effect)
Isolasi sosial
34
persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan
lingkungan.
mayor dan minor. Tanda gejala mayor antara lain: mendengarkan suara bisikan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi menurut Yosep & Sutini (2014) antara
lain:
35
3. Isolasi social
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
menggunakan obat
dengan prinsip benar
5. Latih klien minum
obat secara teratur
6. Anjurkan klien
mendemonstrasikan
cara mengontrol
halusinasi yang
sudah diajarkan
7. Berikan terapi dzikir
untuk mengontrol
halusinasi
8. Masukan
dalamkegiatan
jadwal harian.
1. Klien dapat Setelah... pertemuan klien dapat : SP 1
2. Harga diri rendah
mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Identifikasi kemampuan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki dan aspek positif yang
positif yang dimiliki. 2. Menilai kemampuan yang dapat dimiliki pasien
2. Klien dapat menilai digunakan 2. Bantu pasien menilai
kemampuan yang 3. Menetapkan atau merencanakan kemampuan yang masih
dapat digunakan kegiatan sesuai dengan kemampuan dapat digunakan
3. Klien dapat yang dimiliki 3. Bantu klien memilih atau
menetapkan/ memilih menetapkan kemampuan
kegiatan yang sesuai yang akan dilatih
kemampuan 4. Latih kemampuan yang
4. Klien dapat melatih sudah dipilih dan
kegiatan yang sudah menyusun jadwal
dipilih sesuai pelaksanakan
kemampuan kemampuan yang telah
39
(Setiadi, 2012).
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
2.3.1 Definisi
Dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu asal kata dari dzakara,
orang dengan cara mengingat Allah SWT atau menyebut nama Allah
SWT.
maka jiwa dipenuhi oleh emosi positif seperti bahagia dan optimis.
yakin akan kebesaran Allah SWT. Sehingga bisa menjadikan kita berani
Ketika jiwa mulai putus asa dan lemah, Allah memberikan jalan terang
4. Menghilangkan rasa takut. Melalui dzikir, rasa takut yang meliputi jiwa
kehidupan
kelak.
melewati ujian yang diberikan Allah dengan sabar dan tawakal. Karena
tetaplah ia makhluk yang lemah dan tak berdaya tanpa pertolongan dari
Allah.
2. Dzikir Qalbu
Dzikir Qalbu yaitu zikir yang tersembunyi di dalam hati tanpa suara
yang sangat dekat dengan Allah seirama dengan detak jantung serta
kehadiran Tuhan).
49
Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist
5. Tahlil, yaitu mengucapkan Laa ilaha illa Allah (Tiada tuhan selain
Allah).
kepada Allah).
billah
(Tiada daya dan tiada kekuatan, kecuali daya dan kekuatan dari Allah).
50
takbir (Allahu akbar) 33 kali, terapi ini dilakukan selama 3 hari dengan
ketika pasien mendengar suara - suara palsu, ketika waktu luang, dan ketika
membantu tenaga kesehatan agar mampu up to date atau cara agar mampu
kesembuhan pasien bisa lebih tepat dan lama perawatan bisa lebih pendek
serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al., 2012 dalam nofi
2019).
format.
52
berdasarkan bukti-bukti.
tentang “terapi dzikir” untuk dan menurunkan tanda gejala halusinasi pada
pasien. Penelitian ini terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala pada
yang Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau” yang dilakukan
oleh (Akbar and Rahayu 2021) yang menyatakan bahwa terapi ini dilakukan
sampai hari ke-3 didapatkan hasil sebelum dan sesudah pemberian terapi
terapi dzikir ini dapat diaplikasikan pada pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi.
berdzikir hati seseorang akan lebih tentram, kegiatan terapi religius dzikir
54
halusinasi pendengaran.
disimpulkan bahwa terapi dzikir mampu mengurangi tanda dan geajala pada
pasien halusinasi.
halusinasi karena apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat
hati menjadi tenang dan rileks. Terapi Dzikir juga dapat diterapkan pada
klien halusinasi, karena ketika klien melakukan terapi Dzikir dengan tekun
yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi
Dzikir
55
terapi psikoreligius : dzikir ini dapat menjadi salah satu cara untuk
halusinasi pendengaran.
BAB III
barang yang ada disekitar, serta sering meresahkan warga. Pada saat
56
57
sudah tidak ada perasaan gelisan ataupun marah lagi, dan juga klien
merasa dirinya malu dan minder ketika bertemu orang lain karna
kondisinya serta klien merasa kalo dirinya belum bisa jadi ayah yang
Pada tahun 2016 klien pernah dirawat di RSJ provinsi jawa barat dengan
berkeiling di desa.
b. Pengobatan sebelumnya
Klien sebelumnya berobat ke RSJ provinsi jawa barat tetapi terputus karna
Tidak ada
Klien mengatakan klien pernah di bully atau dijauhi oleh orang lain. Klien
i. Genetalia
Tidak terkaji
3.1.1.6 Psikososial
a. Genogram
X X
: laki laki
: Perempuan
: Klien
X : Laki-laki Meninggal
X
: Perempuan Meninggal
: Menikah
60
: Anak Kandung
Keterangan :
Klien mengatakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Klien tinggal bersama kakak kandung
nya yang ke 3 dan tidak tinggal dengan istri dan anak-anak nya. Bahasa sehari-hari
klien dengan keluarga menggunakan bahasa sunda dan pengambilan keputuan biasanya
a. Citra tubuh
b. Identitas diri
c. Peran diri
klien berperan sebagai seorang ayah dari 2 orang anak dan klien
bangunan.
d. Ideal diri
e. Harga diri
61
Klien mengatakan suka minder jika bertemu dengan orang lain dan klien
juga merasa belum jadi ayah yang baik untuk anak-anak nya.
62
a. Orang terdekat :
Klien dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok dan dapat
3.1.1.9 Spiritual
Klien mengatakan klien beragama islam, klien meyakini adanya allah SWT.
b. Kegiatan ibadah
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
Saat berinteraksi dengan klien tampak fokus tetapi kontak mata kurang
d. Alam perasaan
e. Afek
g. Persepsi
berantem”
h. Proses pikir
i. Isi pikir
Pada saat pengkajian klien tidak ada pemikiran yang menuju ke arah
j. Tingkat kesadaran
Compos metis
k. Memori
l. Kemampuan penilaian
memilih “jika lapar harus mandi atau makan?”. Klien menjawab harus
makan
a. Makan
b. BAB/BAK
BAB/BAK
c. Istirahat tidur
d. Aktivitas
e. Personal hygiene
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
a. Koping adaftif
b. Koping maladaftif
- Reaksi lambat
Dari data yang didapatkan jika klien sedang kambuh suka meresahkan
Klien bekerja menjadi kuli bangunan tetapi klien selalu tidak dibayar
Klien tidak memiliki penghasilan karena ketika klien bekerja tidak bayar,
punya uang
a. Diagnosa medis
Skizofrenia Paranoid
b. Terapi medis
Tabel 3.1
Terapi Obat
c. Labolatorium
Tabel 3.2
Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Tn.D Tanggal Pengambilan : 17-03-2023
Jenis kelamin : laki-laki
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
covid 19 antigen
Negatif Negatif
Darah rutin
Hemoglobin 15,9 g/dl 13.2-17.3
Leukosit 12.700 /ul 3.800 -10.600
Hematokrit 44.00 % 40-52
Trombosit 341.000 /ul 150.000-400.000
Eritrosit 5.4 4.4-5.9
MCV 81.2 80-1000
MCH 29.3 28-33
MCHC 36.1 33-36
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu
104 74-180
68
DO :
- Kontak mata klien kurang Isolasi sosial
- Sering menunduk ketika (core problem)
berkomunikasi
Intervensi keperawatan
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Masukan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
kedalam jadwal
kegiatan harian
3. Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
4. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip benar
5. Latih klien minum
obat secara teratur
6. Anjurkan klien
mendemonstrasikan
cara mengontrol
halusinasi yang
sudah diajarkan
7. Berikan terapi dzikir
untuk mengontrol
halusinasi
8. Masukan
dalamkegiatan
jadwal harian.
6. Klien dapat Setelah... pertemuan klien dapat : SP 1
2. Harga diri rendah
mengidentifikasi 4. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Identifikasi kemampuan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki dan aspek positif yang
positif yang dimiliki. 5. Menilai kemampuan yang dapat dimiliki pasien
7. Klien dapat menilai digunakan 2. Bantu pasien menilai
kemampuan yang 6. Menetapkan atau merencanakan kemampuan yang masih
dapat digunakan kegiatan sesuai dengan kemampuan dapat digunakan
8. Klien dapat yang dimiliki 3. Bantu klien memilih atau
menetapkan/ memilih menetapkan kemampuan
kegiatan yang sesuai yang akan dilatih
kemampuan 4. Latih kemampuan yang
sudah dipilih dan
73
A:
tujuan tercapai
(SP 1)
P:
lanjutkan intrvensi
- pertahankan SP 1 (menghardik)
- lanjutkan SP 2 (bercakap-cakap dengan
orang lain
21-03-2023 SP 2 S: annisa
1. mengavaluasi kegiatan yang lalu (SP - klien mengatakan “saat mendengar
1) bisikan yang tidak nyata, saya menutup
2. melatih berbicara / bercakap-cakap telinga dan mengatakan bahwa semua itu
dengan orang lain saat halusinasi tidak nyata saya tidak mau mendengar
muncul suara itu, lalu saya akan mengajak orang
3. memasukan dalam jadwal kegiatan yang ada disekitar saya untuk mengobrol
klien O:
79
P:
lanjutkan intervensi
- pertahankan SP 1 dan SP 2
- evaluasi sp 1 dan sp 2
- lanjutkan SP 3 (melakukan aktivitas
terjadwal untuk mengontrol halusinasi )
Gangguan persepsi 22-03-2023 Sp 3 S: Annisa
sensori : halusinasi 1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian - pada saat mendengar suara bisikan yang
pendengaran klien sebelumnya tidak ada wujudnya saya langsung
(SP 1 dan SP 2) menutup mata saya sambil berkata suara
ini tidak nyata, lalu saya ajak orang yang
80
2. mengajarkan klien cara mengontrol ada disekitar saya untuk mengobrol, atau
halusinasi dengan melakukan saya melakukan aktivitas yang sudah
aktivitas dijadwalkan)
3. mendiskusikan aktivitas yang biasa O:
dilakukan klien - klien mampu menyebutkan dan
4. menyusun aktivitas yang telah dilatih memperagakan kembali cara menghardik,
dari bangun tidur sampai tidur pada cara bercakap-cakap, dan sudah
malam hari melakukan aktivitas yang terjadwal
5. memasukan aktivitas terjadwal ke - klien kooperatif
dalam jadwal kegiatan harian A : SP 3 tercapai
P:
Lanjutkan intervensi
- pertahankan SP 1, SP 2, SP 3
- evaluasi SP 1,SP2 dan SP 3
- lanjutkan SP 4
(cara minum obat dengan prinsip benar)
S:
81
( menghardik,bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan aktivitas yang
terjadwal, dan patuh dalam minum obat)
Lanjutkan SP 2
(latih klien mengontrol marah dengan cara fisik
(pukul bantal))
SP 2 S:
1. mengevaluasi kegiatan harian - Klien mengatakan “ketika saya merasa kesal
klien sebelumnya (SP 1) atau marah secara tiba-tiba saya melakukan
2. melatih kontrol marah dengan cara nafas dalam dan memukul bantal
fisik (pukul bantal) O:
3. menganjurkan klien memasukan - Klien kooperatif
kedalam kegiatan harian - Klien dapat memperagakan ulang
bagaimana cara tarik nafas dalam dan
memukul bantal saat klien merasa kesal atau
marah-marah”
A:
SP 2 tercapai
P:
- Evaluasi SP 1 dan SP 2
84
- Lanjutkan SP 3
(mengontrol marah dengan cara sosial /
verbal mengatakan bahwa klien kesal)
24-03-2023 SP 3 S:
1. mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien mengatakan perasaan tiba-tiba marah
harian klien sebelumnya atau kesal sudah berkurang. Dan ketika saya
2. melatih klien mengontrol marah kesal atau marah saya akan menarik nafas
dengan cara sosial / verbal dalam atau memukul bantal atau mengatakan
(mengatakn bahwa anda kesal) kepada orang lain bahwa saya sedang kesal
3. anjurkan memasukan ke dalam O:
jadwal kegiatan harian - Klien tampak tenang
- Klien tampak kooperatif
- Klien dapat memperagakan kembali cara
nafas dalam, memukul bantal dan
mengatakan kesal kepada orang lain
A:
SP 3 tercapai
P:
85
SP 4 : S:
1. mengevaluasi sebelumnya (SP - Klien mengatakan rasa kesal atau marah
1,SP 2, SP 3) secara tiba-tiba sudah berkurang, jika rasa
2. melatih klien mengontrol marah kesal atau marah itu datang saya akan
dengan cara spritual (beribadah / menarik nafas dalam, memukul bantal dan
berdizkir) mengatakan kepada orang lain bahwa saya
3. menganjurkan klien memasukan merasa kesal, selain itu saya akan
ke jadwal kegiatannya melaksanakan ibadah dan mengucap istighfar
saat merasa kesal)
O:
- Klien tampak tenang
- Klien kooperatif
86
1. Mengidentifikasi kemampuan - klien merasa malu belum menjadi ayah yang terbaik
dan aspek positif yang dimiliki buat anak-anak nya
pasien - klien senang bernyanyi
2. Membantu pasien menilai O:
kemampuan yang masih dapat - kontak mata klien kurang ketika berkomunikasi
- Ekspresi wajah datar ketika berbicara
digunakan
- klien sering menunduk
3. Membanantu klien memilih atau A : SP 1 teratasi
menetapkan kemampuan yang P : Lanjutkan SP 2
akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanakan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana
harian
28-03-2023 SP 2 : annisa
1. Melatih klien melakukan S:
kegiatan lain yang sesuai - Klien mengatakan suka mengikuti kegiatan yang
dengan kemampuan klien sudah terjadwal diruangan
2. Memberikan penghargaan - Klien suka bernyanyi bersama teman yang
atau pujian atas kemajuan lainnya
O:
klien - klien mampu mengikuti jadwal kegiatan diruangan
- kontak mata klien cukup baik
- klien mampu bernyanyi atau berinteraksi dengan
teman lainnya
A : SP 2 teratasi
P : Evaluasi SP 1 dan SP 2
89
keperawatan
11.00 S:
“klien mengatakan bisikan yang tidak ada wujudnya yang mengatakan klien
harus marah-marah dan berantem sudah berkurang, jika suara-suara tersebut
muncul lagi klien langsung menutup telinga dan mengatakan “pergi saya tidak
mau dengar,suara ini tidak nyata” lalu klien mencari orang terdekat dengan
klien untuk bercakap-cakap, atau melakukan aktivitas terjadwal yang sudah
dibuat seperti berdzikir dan meminum obat secara teratur.”
O:
1. Klien tampak tenang
2. Klien sudah bisa menyebutkan cara meminum obat dengan prinsip benar
A : SP 4 tercapai
P:
- Evaluasi SP 1, SP2, SP3, dan SP4
- pertahankan seluruh SP
Resiko perilaku 30-maret 2023 S: Annisa
Klien mengatakan rasa kesal dan marah sudah berkurang, apabila rasa
kekerasan kesal dan marah-marah datang klien akan menarik nafas dalam,
memukul bantal, mengatakan klien sedang kesal, mengucap istighfar
dan akan meminum obat secara teratur
O:
- Klien tampak tenang
- Klien kooperatif
- Klien mampu menyebutkan cara minum obat dengan benar
A : SP 5 tercapai
P:
- evaluasi SP,1,SP 2,SP 3,SP 4,SP 5
- Pertahankan semua SP
Harga diri rendah 30-maret 2023 S:
- Klien mengatakan suka mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal
91
diruangan
- Klien suka bernyanyi bersama teman yang lainnya
O:
- klien mampu mengikuti jadwal kegiatan diruangan
- kontak mata klien cukup baik
- klien mampu bernyanyi atau berinteraksi dengan teman lainnya
A : SP 2 teratasi
P : Evaluasi SP 1 dan SP 2
92
3.2 Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang telah diberikan
pada Tn. D dengan diagnosa medis skzifrenia di ruangan perkutut Rumah sakit
jiwa provinsi jawa barat yang dilakukan mulai tanggal 21 Maret 2023 sesuai
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan
RSJ Provinsi Jawa Barat pada klien Tn.D yang berdomisili di kp.cikancung
kuli bangunan dengan diagnosa medis skizofrenia. Klien datang ke rumah sakit
93
Tanda dan gejala pasien halusinasi antara lain berbicara sendiri, berbicara kacau
dan terkadang tidak rasional, tertawa sendiri tanpa alasan, ketakutan, marah-
marah, ekspresi wajah tegang, sikap curiga dan bermusuhan, keengganan untuk
merawat diri sendiri, penarikan dan penghindaran diri dari orang lain. Apabila
tanda dan gejala halusinasi tidak diatasi dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
Dari hasil pengkajian, didapatkan data dimana tanda dan gejala yang
dialami oleh klien terdapat kesamaan dengan tanda dan gejala yang ada dalam
klien tidak pernah mendapat upah atau bayaran dan klien tinggal bersama kakak
kandung nya . Berdasakan teori adanya stressyang berlebihan yang dialami oleh
94
seseorang maka didalam tubuhnya akan menghasilkan suatu zat yang dapat
terdistorsi. Masalah ini penulis angkat karena pada saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan sering mendengar suara bisikan tetapi tidak ada wujudnya
95
ketika klien sedang sendiri, suara bisikan itu mnyuruh klien untuk marah-
ataupun seksual. Masalah ini penulis angkat karena pada saat dilakukan
rendah yaitu evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
ini penulis angkat karena pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan
bahwa diri nya malu ketika bertemu dengan orang lain dan klien
mengatakan bahwa klien juga malu belum bisa jadi ayah yang baik untuk
anak-anak nya.
1. Isolasi sosial
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial,
a) Kurang sopan
c) Afek tumpul
j) Aktivitas menurun
k) Rendah diri
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018), Tahap ketiga dari
semua data yang terkumpul semua selesai dilakukan prioritas masalah. Rencana
SP 1 :
a. Beri salam, panggil nama klien dan sebut nama perawat sambil jabat
tangan
SP 2 :
SP 3 :
SP 4 :
SP 5 :
yaitu Harga diri rendah yang mengacu pada strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan (SPTK).
SP 1 :
SP 2 :
klien
tindakan untuk mencapai kriteria hasil ataupun tujuan yang telah ditentukan.
Dzikir merupakan ibadah verbal ritual, yang tidak terikat dengan waktu,
tempat atau keadaan. Berdzikir dan berdoa seharusnya tidak hanya menjadi
ritual seremonial sesudah selesai sholat atau dalam berbagai acara atau upacara.
Menurut Al-Hafizh dalam Fat-hul Bari, dzikir adalah segala lafas (ucapan)
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan situasi dan
mendengarkan asmaul husna setiap pagi, dan penulis juga memberi tahu kepada
pasien harus sering-sering berdzikir ketika pasien sedang sendiri, mau tidur
wujudnya.
kurang fokus dikarenakan klien gampang teralihkan oleh hal hal kecil4. Namun
walaupun begitu hasil yang di dapatkan dari terapi dzikir yang dilakukan pada
baik itu frekuensi maupun durasi karena di dukung oleh kepatuhan klien dalam
3.2.1.5 Evaluasi
Evaluasi dapat dilihat dari hasil tindakan asuhan keperawatan jiwa yang
dapat diatasi atau tidak. Walaupun terapi dzikir yang diberikan kurang
maksimal tetapi karena didukung oleh kepatuhan klien dalam meminum obat
dan aktivitas klien yang terjadwal, maka masalah yang dihadapi klien dapat
diatasi dengan baik seperti ancaman halusinasi yang sudah berkurang dari
sensori : halusinasi pada Tn.D yang terbukti dapat menurunkan gejala dari
(Akbar and Pengaruh Terapi Tujuan penelitian Metode penelitian 20 responden di Rumah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Psikoreligious: ini adalah untuk ini adalah Sakit Jiwa Tampan terdapat pengaruh terapi
Rahayu 2021) Dzikir dalam mengetahui kuantitatif dengan Provinsi Riau psikoreligious: dzikir dalam
Mengontrol pengaruh terapi pendekatan Quasy mengontrol halusinasi pada pasien
Halusinasi Psikoreligious: expriemental skizofrenia (p value = 0,000).
Pendengaran dzikir dalam
Pada Pasien mengontrol
Skizofrenia yang
103
(Dermawan,2017) Terapi Tujuan penelitian Jenis Penelitian Sampel penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa
Psikoreligius: ini untuk adalah deskriptif berjumlah 10 responden. terapi religius efektif untuk
Dzikir Pada mengetahui kualitatif dengan meningkatkan kemampuasn
Pasien pengaruh Dzikir menggunakan mengontrol halusinasi pendengaran
Halusinasi untuk mengatasi pendekatan proses karena dengan berdzikir hati
Pendengaran pasien yang keperawatan
seseorang akan lebih tentram.
halusinasi (nursing process)
pendengaran.
(Emulyani & Pengaruh Terapi Tujuan studi kasus Metode studi kasus Populasi dalam Hasil penelitisn menunjukkan adanya
Herlambang, Psikoreligius: ini untuk ini menggunakan penelitian ini yaitu 2 peningkatan kemampuan mengontrol
2020) Dzikir Pada mengetahui tingkat metode deskriptif pasien halusinasi setelah pemberian terapi
Pasien kemampuan pasien dengan pendekatan psikoreligius: dzikir sebagai suatu
Halusinasi dalam mengontrol proses keperawatan upaya terapi non farmakologi pada
Pendengaran di halusinasi pada 2 pasien yang pasien halusinasi pendengaran.
RSJD dr. Arif pendengaran difokuskan pada Kemampuan mengontrol halusinasi
Zainudin menggunakan salah satu masalah pendengaran pada kedua klien
Surakarta terapi psikoreligius: penting dalam didapatkan hasil 6 (baik) setelah
dzikir kasus asuhan pemberian terapi psikoreligius: dzikir
keperawatan sebagai suatu upaya terapi non
halusinasi farmakologi pada pasien halusinasi
pendengaran. pendengaran
(Putri, Hasanah, Penerapan terapi Tujuan penerapan Desain karya tulis Subyek yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
and Inayati 2021) psikoreligius : ini adalah untuk ilmiah ini adalah 1 (satu) subyek setelah dilakukan penerapan terapi
dzikir pada mengetahui terapi
104
Hasil interpretasi dari 5 artikel yang ada diatas maka dapat disimpulkan bahwa semua jurnal menyatakan ada pengaruh terapi dzikir
terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien halusinasi dengan menggunakan terapi ini selama kurang lebih 10-20 menit.
.
105
hari dengan frekuensi satu kali sehari selama 10-20 menit. Prosedur
(Allahu akbar) 33 kali, terapi ini dilakukan selama 3 hari dengan durasi
waktu 10-20 menit. Hal ini sejalan dengan hasil telaah yang dilakukan oleh
dilakukan kapan pun tanpa menyulitkan pasien, terapi ini juga bermanfaat
dapat menghilangkan rasa resah dan gelisah, memelihara diri dari was-was
setan, ancaman manusia, dan membentengi diri dari perbuatan maksiat dan
106
dan Sasmita,2020).
agar didapat hasil yang lebih optimal. Pemberian terapi medis meliputi
neuroleptik, yang terdiri dari dua jenis yaitu antipsikotik tipikal dan
dengan beberapa tahap, yaitu terapi fase akut dilakukan pada saat terjadi
episode akut dari skizofrenia akut yang melibatkan gejala psikotik, terapi
Rahayu 2021) bahwa ada pengaruh terapi zikir pada kontrol halusinasi pada
pasien halusinasi. Waktu yang diperlukan untuk terapi ini juga sangat
singkat yaitu 10-20 menit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Gasril, Suryani, and Sasmita 2020) pentingnya berdzikir dan berdoa
pengaruh terapi dzikir pada penurunan tanda dan gejala halusinasi pada
halusinasi setelah pemberian terapi psikoreligius: dzikir sebagai suatu upaya terapi
(Dermawan,2017)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
klien mengatakan mendengar suara bisikan tetapi tidak ada wujudnya dan
sudah tidak ada perasaan gelisah ataupun marah lagi, dan juga klien merasa
dirinya malu dan minder ketika bertemu orang lain karna kondisinya serta
klien merasa kalo dirinya belum bisa jadi ayah yang baik bagi anak-anak
nya.
109
110
pembimbing klinik dan pembimbing akademik dan peran serta klien dalam
persepsi sensori : halusinasi diruang perkutut RSJ provinsi jawa barat, dengan
rencana yang telah dibuat melalui metode asuhan keperawatan secara langsung
sensori : halusinasi diruang perkutut RSJ provinsi jawa barat, dengan melihat
terapi dzikir.
111
4.2 Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai salah satu bagian
Akbar, Akbar, and Desi Ariyana Rahayu. 2021. “Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada
Pasien Halusinasi Pendengaran.” Ners Muda 2(2): 66.
Dermawan, Deden. 2017. “Pengaruh Terapi Psikoreligius : Dzikir Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsjd Dr. Arif Zainudin Surakarta.” Profesi
(Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian 15(1): 74.
Gasril, Pratiwi, Suryani Suryani, and Heppi Sasmita. 2020. “Pengaruh Terapi
Psikoreligious: Dzikir Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia Yang Muslim Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.” Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 20(3): 821.
Kemenkes RI. 2020. “Rencana Aksi Kegiatan 2020 - 2024 Direktorat P2 Masalah
Kesehatan Jiwa Dan Napza.” Ditjen P2P Kemenkes: 29. https://e-
renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-401733-4tahunan-440.pdf.
Kunci, Kata. 2020. “Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Tanda Dan Gejala
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi 1,2.”
Mutaqin, Afif, Desi Ariyana Rahayu, and Arief Yanto. 2023. “Efektivitas Terapi Musik
Klasik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran.” Holistic Nursing Care Approach
3(1): 1.
Putri, Intan Mega, Uswatun Hasanah, and Anik Inayati. 2021. “Penerapan Terapi
Psikoreligius Dzikir Untuk Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Gsp : Halusinasi
Pendengaran.” Jurnal Cendikia Muda 1(2): ISSN : 2807-3649.
Pradana, Aditia, and Asep Riyana. 2022. “Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tanda Dan Gejala Pada Pasien Dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran Di Puskesmas Cikoneng.” (35).
Safitri, Emilia Nova et al. 2022. “Jurnal Cendikia Muda Volume 2 , Nomor 2 , Juni
2022 ISSN : 2807-3469 Safitri , PENDAHULAN Sehat Jiwa Merupakan
Bagaimana Sesorang Dapat Mengendalikan Diri Dalam Menghadapi Stressor
Dilingkungan Masyarakat Dengan Akan Bertambah Luas .” 2: 173–80.
xi