You are on page 1of 33

PROPOSAL

KOMBINASI PARTIKEL CANGKANG TELUR DAN


PARTIKEL BAMBU SEBAGAI FILLER TERHADAP LAJU
KEAUSAN DAN KEKUATAN TEKAN KAMPAS REM
ORGANIK

Oleh:

Adam Dzulfikhar Akbar 3331170061

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
OKTOBER 2022
CILEGON
KATA PENGANTAR

ii
ABSTRAK

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
BAB I......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2

1.4 Batasan Masalah.................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................3

1.6 Sistematika penulisan.........................................................................3


BAB II.....................................................................................................................5

2.1 Komposit............................................................................................5

2.2 Unsur Penyusun Komposit.................................................................6

2.3 Klasifikasi Rem..................................................................................7

2.4 Kampas Rem....................................................................................10

2.5 Serat Bambu.....................................................................................11

2.6 Cangkang telur.................................................................................13

2.7 Resin Epoxy.....................................................................................14

2.8 Alumina............................................................................................15

2.9 Zinc 15

2.10 Uji Keausan............................................................................15

2.11 Uji Impak Metode Charpy.....................................................16

iv
2.12 Deformasi...............................................................................16
BAB III..................................................................................................................18

3.1 Diagram Alir....................................................................................18

Berikut adalah diagram alir percobaan pada penelitian ini....................18

3.2 Alat dan Bahan.................................................................................19


3.2.1 Alat.................................................................................................19
3.2.2 Bahan.............................................................................................21

3.3 Prosedur Penelitian...........................................................................23

3.4 Pembuatan Komposit.......................................................................24

3.5 Pengujian Sampel.............................................................................24

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi rem blok ganda.....................................................................12


Gambar 2.2 Ilustrasi Rem Cakera..........................................................................13
Gambar 2.3 Kampas Rem berbahan baku Asbestos..............................................14

Gambar 3.1 Diagram Alir 21


Gambar 3.2 Gelas Ukur.........................................................................................22
Gambar 3.3 Mixer..................................................................................................22
Gambar 3.4 Ayakan Stainless Steel.......................................................................23
Gambar 3.5 Hot Press Tools..................................................................................23
Gambar 3.6 Amplas...............................................................................................24
Gambar 3.7 Cangkang Telur..................................................................................24
Gambar 3.8 Bambu................................................................................................24
Gambar 3.9 Resin Epoksi.......................................................................................25
Gambar 3.10 Alumina............................................................................................25
Gambar 3.11 Zinc..................................................................................................26

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Komposisi dan Perbandingan Bahan....................................................28

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cangkang telur dan bambu banyak dikenal masyarakat sebagai bahan
yang multifungsi. Cangkang telur terdapat banyak manfaat bila diolah
dengan baik,yaitu bisa dijadikan suplemen kalsium yang cepat diserap oleh
tubuh dan juga memiliki fungsi menjaga kekuatan tulang dan
gigi,sedangkan bambu memiliki sifat fisik batang yang padat, lurus dan
keras serta mudah dibelah.
Banyak warga yang masih memandang sebalah mata fungsi dari
cangkang telur yang apabila ingin dimanfaatkan banyak sekali
fungsinya,tapi karena banyak yang belum tau maka dari itu cangkang telur
banyak dibuang dan menjadi limbah. Maka dari itu dilakukanlah penelitian
yang berfungsi agar bisa memanfaatkan limbah yang terbuang secara
percuma itu.
Cangkang telur dan bambu banyak dimanfaatkan sebagai bahan
komposit. Material bambu merupakan bahan komposit yang ringan namun
kuat. Serat-serat bambu keringdapat dimanfaatkan sebagai penguat resin
karena strukturnya yang kaku begitupula tempurung kemiri yang
kekerasannya juga dapat dimanfaatkan. Karena Cangkang telur dan bambu
tersedia banyak serta mudah ditemukan di daerah.
Komposit dapat dijadikan bahan kampas rem disebut kampas
remorganik yang dapat menggantikan bahan kampas rem yang komposisi
utamanya dari bahan asbes sebab kampas rem yang sering dijumpai
dipasaran kebanyakan bahannya terbuat dari bahan asbestos akan tetapi
keunggulan bahan asbesto ssebagai bahan yang murah dan mudah di dapat
menemui kendala kebijakan internasional. Ada indikasi bahwa material
asbestos dapat menyebabkanpenyakit kanker.(Gunawan dkk, 2014).
Promuko pernah melakukan penelitian kampas rem organik dari
komposisi serat bambu dan fiber gelas pada tahun 2016 dengan menguji
ketahanan ausnya dan memperoleh hasil uji yang melebihi kampas

1
rempasaran. Kampas rem yang terbuat dari bahan non-organik seperti
asbestos sangat mudah panas dan mudah blong ketika mencapai suhu
gesekan yang tinggi.
Sedangkan kampas rem organik dapat menyerap panas dan mampu
tahan terhadap suhu tinggi dari proses gesekan juga tidak mudah blong dan
menimbulkan bunyi slip karena bahannya mampu kedap suara. Bahan-
bahan yang sering digunakan dalam membuat kampas rem yang fungsinya
sebagai penguat antara lain carbon, fiber glass, serbuk aluminium,dll.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dengan mencampurkan bahan serat
bambu dan serbuk tempurung kemiri dengan suatu resin membentuk suatu
komposit diharapkan memiliki peningkatan kekuatan mekanik yang lebih
baik. Peneliti mencoba untuk memadukan kedua bahan tersebut yaitu serat
bambu dan serbuk kulit tempurung kemiri sebagai pengganti fiber glass
untuk menguji kuat tekannya dan ketahanan ausnya sebagai bahan kampas
rem.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui nilai sifat mekanik pada
patikel bambu dan partikel cangkang telur menggunakan
uji Keausan?
2. Bagaimana cara membandingkan dan menganalisa
perbedaan nilai setiap Fraksi Volume?
3. Bagaimana cara menunjukkan spesimen yang memiliki
nilai terbaik untuk digunakan pada penelitian lanjutan?
1.3 Tujuan Penelitian
Agar penelitian terfokus pada hasil yang dicapai, maka harus
ditentukan tujuan dari penelitian ini, secara umum penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui nilai sifat mekanik pada Patikel Bambu dan
Partikel Cangkang Telur dengan menggunakan
pengujian uji Keausan.

2
2. Dapat membandingkan dan menganalisa perbedaan
nilai setiap pengujian.
3. Dapat menunjukkan spesimen yang memiliki nilai
terbaik untuk digunakan pada penelitian lanjutan
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi fokus dan lebih terarah, maka ruang
lingkup penelitian berfokus pada:
1. Pada penelitian ini menggunakan limbah cangkang telur
bebek dan serat bambu untuk dimanfaatkan sebagai
kampas rem organik.
2. Pengujian yang dilakukan adalah uji Keausan dan uji
Kekuatan.
3. Uji bahan kampas rem dilakukan dengan metode alat
Tribometer dan Rockwell Hardnest Tester.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat alam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti :
1. Untuk mahasiswa
a. Sebagai syarat pemenuhan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana.
b. Mahasiswa dapat mengembangkan inovasi terbaru dari cangkang
telur bebek dan serat bambu untuk mendapatkan kekuatan tekan dan
keausan pada kampas rem yang lebih baik.
2. Untuk masyarkat
Masyarakat diharapkan mendapatkan keuntungan dengan
naiknya nilai ekonomis dari cangkang telur bebek dan serat bambu dan
mengetahui manfaat bahan tersebut sebagai bahan produk kapas rem
organik.
1.6 Sistematika penulisan
Dalam penulisan laporan penelitian ini memiliki sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan

3
sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang komposit, unsur penyusun komposit, klasifikasi
rem, kampas rem, serat bambu, cangkang telur, resin epoxy,
alumina, zinc, uji keausan, uji kekerasan, deformasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang diagram alir penelitian, alat dan bahan, prosedur
penelitian,

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit
Komposit adalah kombinasi antara dua atau lebih dari tiga bahan yang
memiliki sejumlah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh masing-masing
komponennya (Surdia dan Saito,1999 : 280).
Pada definisi yang lebih mendalam khususnya dalam istilah
engineering komposit didefinisikan berdasarkan tingkat dari definisinya.
Pada elemental atau tingkat dasar, dimana molekul dan sel kristal masih
tunggal, semua material tercampur dari dua atau lebih atom yang berbeda
dapat dianggap sebagai komposit. Pada definisi ini komposit terdiri dari
campuran, baik itu logam campuran, polimer ataupun campuran keduanya
(Schwartz, 1984: 1.2). Pada tingkat struktur mikro, komposit didefinisikan
sebagai material yang terdiri dari gabungan dua atau lebih kristal, dengan
struktur molekul atau fase yang berbeda. Sebagai contoh semua material
logam yang hanya mempunyai fase tunggal seperti perunggu dan kuningan
akan diklasifikasikan sebagai monolithic, sedangkan baja mempunyai
multiphase logam, yaitu dari carbon dan besi yang juga dapat didefinisikan
sebagai bahan komposit (Schwartz, 1984: 1.2).
Pada tingkat struktur makro hanya berhubungan dengan bentuk atau
unsur pokok dari struktur yang besar, seperti matriks dan partikel/serbuk
sehingga pemikiran mengenai komposit adalah sebagai sistem material yang
berasal dari campuran unsur pokok makro yang berbeda (Schwartz, 1984:
1.2). Bahan komposit biasanya dibangun dari dua fase, yaitu fase matriks
dan fase dispersi (penambah)/reinforcement. Geometri penyusunan pada
fase dispersi sangat berpengaruh. Geometri tersebut dapat meliputi
konsentrasi dispersi, ukuran, tebal lapisan dispersi, jarak penyusunan dan
orientasinya. Polimer, logam, dan keramik biasanya sebagai fase matriks
dan serat gelas, serat karbon, whisker, asbes dan serat alam sebagai fase
dispersinya.

5
2.2 Unsur Penyusun Komposit
Komposit berbeda dengan paduan, untuk menghindari kesalahan
pengertian antara masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Paduan adalah kombinasi antara dua bahan atau lebih dimana
antara bahan tersebut terjadi peleburan pada umumnya paduan terdiri antara
campuran logam dengan logam.
2. Komposit adalah kombinasi terekayasa dari dua bahan atau lebih
dengan perwujudan aneka sifat yang dikehendaki dilakukan secara
kombinasi sistematik dalam kandungan kandungannya yang mungkin amat
berbeda tersebut (Hartomo, 1992).
3. Definisi lain yaitu komposisi merupakan rangkaian dua atau lebih
bahan yang digabung menjadi satu bahan secara mikroskopis dimana bahan
pembentuknya masih terlihat seperti aslinya dan memiliki hubungan kerja
diantaranya sehingga mampu menampilkan sifatsifat yang diinginkan.
Dengan mengkombinasikan bahan tertentu maka akan diperoleh suatu
bahan lain dengan sifat yang lebih baik dari bahan aslinya, karena yang
diambil dari masing-masing bahan hanya sifat baiknya saja. Sistem
kombinasi tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga saling menghilangkan
sifat buruk dari bahan aslinya. Dalam sistem komposit diperlukan dua
macam material yang digunakan sebagai penyusun. Material tersebut adalah
:
a. Material Penguat (Reinforcement)
Material ini disebut juga reinforcement. Bentuk dari material penguat
yang digunakan berupa partikel atau serat, sedangkan jenis reinforcement
yang digunakan dalam sistem komposit berupa karbida, nitrida, oksida.
b. Material Pengikat (Matriks)
Material disebut juga matriks. Jenis matriks yang banyak digunakan
adalah polimer, keramik atau logam (metalik). Jenis matriks yang digunakan
dalam sistem tersebut menunjukkan nama dari komposit tersebut. Sebagai
contoh : Komposit Matriks Polimer (KMP), Komposit Matriks Keramik
(KMK), Komposit Matriks Logam (KML). Dua hal perlu diperhatikan

6
dalam pembentukan sistem komposit agar diperoleh produk yang efektif
yaitu :
(1) Komponen penguat harus memilikimodulus elastisitas yang lebih
tinggi dari komponen matriksnya dan (2) Harus ada ikatan permukaan yang
kuat antara komponen penguat dengan matriks (Van Vlack, 1992 : 589).

2.3 Klasifikasi Rem


Fungsi utama rem adalah menghentikan putaran poros, mengatur
putaran poros, dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek
pengereman secara mekanis diperoleh dengan gesekan, dan secara listrik
dengan serbuk magnit, arus pusar, fasa yang dibalik, arus searah yang
dibalik atau penukaran kutub dll. Adapun rem gesekan dapat
diklasifikasikan lebih lanjut atas:
A. Rem blok, yang dapat dibagi lagi atas rem blok tunggal dan ganda.
B. Rem drum.
C. Rem cakera.
D. Rem pita.
Dalam tulisan ini yang dibahas hanya rem blok tunggal dan ganda
serta rem cakera karena rem jenis ini saja yang paling banyak digunakan
untuk kendaraan bermotor.
A. Rem blok tunggal
Rem blok tunggal Dalam perencanaan rem, persyaratan penting yang
harus dipenuhi adalah besarnya momen pengereman yang harus sesuai
dengan yang diperlukan. Di samping itu, besarnya energi yang dirubah
menjadi panas harus pula diperhatikan, terutama dalam hubungannya
dengan bahan gesek yang dipakai, 8 pemanasan yang berlebihan bukan
hanya akan merusak bahan lapisan rem tetapi juga akan menurunkan
koefisien geseknya. Jika gaya tekan rem persatuan luas adalah P (kg/mm3)
dan kecepatan keliling drum rem adalah v (m/s) maka kerja gesekan
persatuan luas permukaan gesek persatuan waktu, dapat dinyatakan dengan
µpv (kg.m/(mm2 .s)). Besaran ini disebut kapasitas rem. Bila suatu rem terus
menerus bekerja, jumlah panas yang timbul pada setiap l (mm2) permukaan

7
gesek tiap detik adalah sebanding dengan besarnya µpv. Dalam satuan
panas, besaran tersebut dapat ditulis sebagai µpv/860 (Kcal/(mm2 .s)). Bila
besarnya µpv pada suatu rem lebih kecil daripada harga batasnya, maka
pemancaran panas akan berlangsung dengan mudah, dan sebaliknya akan
terjadi bila harga tersebut melebihi batas, yang dapat mengakibatkan
rusaknya permukaan gesek. Harga batas yang tepat dari µpv tergantung pada
macam dan konstruksi rem serta bahan lapisannya. Namun demikian, pada
umumnya kondisi kerja juga mempunyai pengaruh seperti berikut:
1. 1. 0,1 [kg.m/(mm2 .s)] atau kurang untuk pemakaian jarang dengan
pendinginan radiasi biasa.
2. 0,06 [kg.m/(mm2 .s)] atau kurang untuk pemakaian terus menerus.
3. 0,3 [kg.m/(mm2 .s)] atau kurang jika radiasi panas sangat baik.
Drum rem biasanya dibuat dari besi cor atau baja cor. Blok rem
merupakan bagian yang penting. Dahulu biasa dipakai besi cor, baja liat, 9
perunggu, kuningan, tenunan asbes, pasta asbes, serat, kulit, dll. untuk bahan
gesek, tetapi akhir-akhir ini banyak dikembangkan bahan gesek dari damar,
serbuk logam, dan keramik. Bahan yang menggunakan tenunan atau tenunan
istimewa terdiri dari tenunan asbes sebagai kerangka, dengan plastik cair
atau minyak kering yang diserapkan sebagai perekat, dan dikeraskan dengan
cetak panas atau perlakuan panas. Damar cetak dan setengah logam
umumnya hanya berbeda dalam hal kadar serbuk logamnya. Keduanya
dibuat dengan mencampurkan serat pendek dari asbes, plastik serbuk, dan
bahan tambahan berbentuk serbuk, kemudian dibentuk. Cara ini mempunyai
keuntungan karena susunannya dapat dirubah sesuai dengan keperluan.
Bahan gesek logam, logam-keramik, dan keramik tidak mengandung asbes
sama sekali. Cara membuatnya adalah dengan mengepres dan membentuk
satu macam atau lebih serbuk logam atau serbuk keramik, dan
mengeraskannya pada temperatur dibawah titik cair bahan yang
bersangkutan. Selain itu, bahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan,
ketahanan, dan dapat mengerem dengan halus. Disamping itu juga harus
mempunyai koefisien gesek yang tinggi, keausan yang kecil, kuat, tidak
melukai permukaan drum, dan menyerap getaran.

8
B. Rem blok ganda
Rem blok ganda Rem blok tunggal agak kurang menguntungkan
karena drum mendapat gaya tekan hanya dalam satu arah hingga
menimbulkan momen lentur yang 10 besar pada poros serta gaya tambahan
pada bantalan. Kekurangan tersebut dapat diatasi jika dipakai dua blok rem
yang menekan drum dari dua arah yang berlawanan, baik dari sebelah dalam
atau dari sebelah luar drum. Rem semacam ini disebut rem blok ganda. (lihat
gambar 2.1). Rem dengan blok yang menekan dari luar dipergunakan untuk
mesin-mesin industri dan kereta rel yang pada umumnya digerakkan secara
numatik, sedangkan yang menekan dari dalam dipakai pada kendaraan jalan
raya yang digerakkan secara hidrolik.

Gambar 2.1 Ilustrasi rem blok ganda

C. Rem Cakera
Rem cakera terdiri atas sebuah cakera dari baja yang dijepit oleh
lapisan rem dari kedua sisinya pada waktu pengereman (lihat gambar 2.2).
Rem ini mempunyai sifat-sifat yang baik seperti mudah dikendalikan,
pengereman yang stabil, radiasi panas yang baik, dll, sehingga sangat
banyak dipakai untuk roda depan. Adapun kelemahannya adalah umur
lapisan yang pendek, serta ukuran silinder rem yang besar pada roda namun
memiliki faktor efektifitas rem (FER) terendah dibanding rem lainnya

9
karena pemancaran panas yang sangat baik sehingga banyak dipakai.
Gambar 2.2 menunjukkan gambar ilustrasi rem cakera dimana R adalah jari-
jari piringan (cm), F adalah gaya tekan kampas rem terhadap cakera dan θ
adalah sudut yang dibentuk dari pusat cakera. (Sularso dan Suga,1997
:79-91)

Lapisan Kampas
Rem

Gambar 2.2 Ilustrasi Rem Cakera

2.4 Kampas Rem


Kampas rem merupakan sebuah kepingan yang dipasang pada
piringan cakram motor atau mobil untuk memperkecil laju kendaraan
tersebut ketika sedang berjalan. Dalam pembuatan kampas rem terbagi atas
dua komposisi, ada kampas rem anorganik adapula kampas rem organik.
1. Kampas rem anorganik

10
Gambar 2.3 Kampas Rem berbahan baku Asbestos
Kampas rem dari bahan asbestos hanya memiliki satu jenis fiber
yaitu asbes yang merupakan komponen yang menimbulkan karsinogenik.
Akibat dari perbedaan ini makanya kampas rem asbestos (lihat gambar
2.3) memiliki kelemahan dalam kondisi basah, hal ini bahwa rem asbestos
akan blong (fading) pada temperatur 2500 C karena asbestos hanya terdiri
dari satu jenis fiber, ketika kondisi basah bahan tersebut akan mengalami
efek licin seperti menggesekkan jari diatas kaca basah (licin atau tidak
pakem). Bahan baku kampas rem asbestos 40 s/d 60 %, resin 12 s/d 15 %,
BaSO4 14s/d 15%, sisanya karet ban bekas, tembaga sisa kerajinan, frict
dust, dan metal.
2. Kampas rem non asbestos/ organik
Kampas rem non asbestos biasanya terbuat dari serat kevlar/aramid,
rockwool, fiberglass, steel fiber, carbon, potasium titanate, graphite,
celullose, vemiculate, BaSO4, resin, dan nitrile butadine rubber. Material
jenis ini masih digunakan oleh semua produk original baik dari jepang
maupun dari eropa. Kampas rem jenis ini memiliki kelebihan yaitu tidak
menimbulkan licin dan stabil (tidak blong/fading) pada saat kampas dan

rotor mengalami kontak dan dapat bertahan pada suhu sampai 360 0 C. Jenis
kampas rem nonasbestos menggunakan lebih dari duabelas jenis material
sehingga umur pakai kampas rem jenis ini relatif lama dan gesekan yang
timbul pada saat terjadi kontak tidak berpengaruh pada kampas dan rotor
meskipun pada temperatur tinggi. Kampas rem non asbestos ditunjukkan
pada gambar 2.4 berikut.

11
Gambar 2.4 Kampas rem berbahan baku nonasbestos

2.5 Serat Bambu


Bambu memiliki komponen lignoselulosa berupa lignin, selulosa, dan
hemiselulosa. Selulosa merupakan bahan yang akan digunakan untuk
pembuatan serat bambu, sehingga perlu adanya proses pemisahan lignin dan
hemiselulosa untuk mendapatkan selulosa. Delignifikasi merupakan proses
penghilangan lignin pada bahan lignoselulosa. Serat bambu dapat diperoleh
dengan cara biologis, mekanis, maupun kimiawi. Proses pemisahan serat
bambu secara biologis adalah dengan cara menghancurkan bambu lalu
dilanjutkan dengan penambahan enzim alami. Proses mekanis dilakukan
dengan cara menghancurkan bambu dan penambahan enzim. Sedangkan
proses kimia salah satunya dilakukan dengan penambahan bahan kimia
NaOH (Natrium Hidroksida) dan CS2 (Carbon disulfide) (Suparno, 2017).
Menurut (Jia-Jia (2012) dalam Suparno,2017) mengatakan bahwa
penggunaan bahan-bahan kimia akan berdampak buruk bagi kesehatan dan
serat yang diperoleh tidak boleh digunakan sebagai bahan tekstil seperti
pakaian. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh metode kimia maka
metode biologis merupakan pilihan yang paling tepat untuk memperoleh
serat bambu.
Penelitian yang dicantumkan dalam Chandra (2015) yaitu
pemanfaatan material bambu sebagai alternatif bahan komposit pembuatan
kulit kapal pengganti material kayu untuk armada kapal rakyat yang
beroperasi di daerah maluku. Material yang digunakan adalah bambu apus
dan bambu petung yang dimana modulus elastisitas bambu apus lebih besar
daripada bambu petung. Bambu apus memiliki modulus elastisitas sebesar
23171,66 Mpa, dan bambu petung mempunyai modulus elastisitas sebesar
14439,64 Mpa.

12
Yoresta (2013) mengatakan bahwa pengujian kelenturan bambu
dibagi menjadi dua tipe berdasarkan posisi kulit bambu ketika pengujian
dilakukan. Tipe 1 adalah pengujian dengan kulit bambu berada dibagian atas
atau daerah tekan dan tipe 2 adalah pengujian dengan kulit bambu berada
dibagian bawah atau daerah tarik. Pengujian dengan sifat mekanis lentur
dilakukan dengan pembebanan terpusat ditengah bentang (one point center
loading).
Berbeda dengan material beton dan baja, bambu sebagai material
alami memiliki komposisi penyusun yang terdiri dari sekitar 40% serat, 50%
parenkim, dan 10% sel penghubung. Kondisi ini menjadikan bambu
berperilaku sebagai material komposit ketika menerima beban luar sehingga
memiliki kekuatan yang relatif tinggi. Kekuatan tarik bambu relatif tinggi
dan dapat mencapai 370 MPa (Wonlele,2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tarik sejajar serat bambu
petung adalah 230,90 Mpa atau 2309,00 kg/cm2. Nilai ini jauh melebihi
tegangan ijin tarik sejajar serat kayu kelas kuat I dan kayu jati yang masing-
masingnya adalah 130 kg/cm2 dan 110 kg/cm2 (PKKI,1961). Pengujian kuat
tarik bambu petung menggunakan sampel bagian dalam dan bagian luar
memperlihatkan nilai tegangan berturut-turut adalah 970 kg/cm2 dan 2850
kg/cm2 . Perbedaan nilai ini jelas menerangkan bahwa kulit bambu
memberikan kontribusi yang besar terhadap kekuatan tarik.
Karakteristik kimia bambu terdiri atas kadar holoselulose, selulosa,
hemiselulosa, lignin klason, dan zat ekstraktif. Kadar zat ekstraktif bambu
kuningpada pelarut etanol benzena 2:1 adalah sebesar 3,77%. Bambu hitam
memiliki kadar ekstraktif lebih tinggi dibanding bambu kuning, yaitu 4,12%.
Kandungan holoselulosa yang dimiliki bambu hitam lebih rendah
dibandingkan dengan bambu kuning, yaitu 64,43%. Bambu tali memiliki
kandungan zat ekstraktif paling tinggi dibandingkan dengan dua jenis bambu
lainnya yaitu 4,45%. Menurut Chandra (2015) mengemukakan bahwa
variasi fraksi volume serat mempengaruhi kekuatan bending komposit

13
2.6 Cangkang telur
Cangkang telur bersifat keras karena dilapisi kutikula dan
permukaannya halus, serta terikat kuat pada bagian luar lapisan membran.
Kulit telur terdiri dari empat bagian yaitu lapisan kutikula, lapisan kulit
kerang, lapisan mamilaris dan lapisan membran. Pada bagian kulit telur
terdapat banyak pori-pori yang berguna sebagai saluran pertukaran udara
untuk memenuhi kebutuhan embrio di dalamnya. Jumlah pori-pori bervariasi
antara 100-200 buah per cm2. Biasanya bagian telur yang tumpul memiliki
jumlah pori-pori yang banyak. Sebagian besar kulit telur terdiri atas kalsium
karbonat (95%). Kulit telur juga mengandung sekitar 3,5% protein dan 1,5%
air (Winarno dan Koswara, 2002). Sudaryani (1999), menambahkan telur
yang segar memiliki ruang udara lebih kecil dibandingkan telur yang sudah
lama. Lapisan kulit telur memberikan perlindungan fisik, terutama terhadap
mikroba, karena mengandung enzim lisozim, maka membran kulit telur
dipercaya bersifat membunuh mikroba (bakteriosidal) terhadap Gram
positif. Tetapi, lapisan ini tidak efektif untuk mencegah masuknya mikroba
yang menghasilkan enzim proteolitik, karena protein lapisan tersebut akan
mudah dihancurkan oleh enzim bakteri (Winarno dan Koswara, 2002).
Kutikula berfungsi menutupi pori-pori sehingga mengurangi hilangnya air,
gas dan masuknya mikroba, tetapi fungsi kutikula akan hilang selama telur
disimpan (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kutikula pada telur segar
merupakan garis pertahanan pertama dari telur yang memberikan
pembatasan fisik terhadap masuknya mikroba (Winarno dan Koswara,2002).
Kulit telur bersifat kuat, halus, berkapur. Kulit telur terdiri dari empat
lapisan yaitu : (1) lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang
menyelubungi seluruh permukaan telur, (2) lapisan bunga karang yang
terletak dibawah kutikula, (3) lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga
dan sangat tipis, dan (4) lapisan membran yang terletak paling dalam
(Sarwono, 1994).
2.7 Resin Epoxy
Epoksi atau polyepoxide adalah sebuah polimer epoxide
thermosetting yang bertambah bagus bila dicampur dengan pengeras.

14
Kebanyakan resin epoksi diproduksi dari reaksi antara epichlorohydrin dan
bisphenol-A. Molekul epoksi menyimpan dua grup cincin pada titik
tengahnya yang dapat menyerap baik tekanan maupun temperatur lebih baik
dibandingkan grup linier sehingga epoksi resin memiliki ketangguhan,
kekakuan, dan ketahanan terhadap panas yang sangat baik. Epoxy adalah
suatu kopolimer, terbentuk dari dua bahan kimia yang berbeda. Ini disebut
sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau polimer
rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoxy resin
Paling umum yang dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan
bisphenol-A, meskipun yang terakhir mungkin akan digantikan dengan
bahan kimia yang serupa. Pengeras terdiri dari monomer polyamine,
misalnya Triethylenetetramine (Teta). Ketika senyawa ini dicampur
bersama, kelompok amina bereaksi dengan kelompok epoksida untuk
membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat bereaksi dengan
kelompok epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan sangat silang, dan
dengan demikian kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing", dan
dapat dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa resin dan pengeras, dan rasio
kata senyawanya proses dapat mengambil menit untuk jam.
2.8 Alumina
Aluminium Oksida (Alumina) adalah senyawa kimia dari aluminium
dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3. Secara alami, alumina terdiri dari
mineral korondum dan memiliki bentuk kristal. Senyawa ini diketahui
merupakan isolator listrik yang baik, sehingga digunakan secara luas sebagai
bahan isolator suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas yang besar.
Alumina juga dikenal sebagai senyawa berpori sehingga dimanfaatkan
sebagai adsorben. Sifat lain dari alumina yang sangat mendukung
aplikasinya adalah daya tahan terhadap korosi dan titik lebur yang tinggi,
yakni mencapai 2053 – 2072 oC. Ada beberapa jenis aluminium oksida
yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) atau metallurgical grade alumina,
digunakan untuk produksi logam aluminium, refractory grade alumina
dengan bervariasi kemurnian produk, digunakan dalam produksi produk
tahan api dan abrasive dan high purity alumina digunakan untuk bahan

15
kimia berbasis alumina, refraktori canggih, kosmetik, dan lain – lain.
(Hudson, et. al., 2002)
2.9 Zinc
Zinc merupakan suatu semi konduktor dengan celah pita lebar pada
grup semikonduktor II-VI. Doping natif dari semikonduktor dikarenakan
kekosongan oksigen atau interstisi seng adalah tipe-n. Semikonduktor ini
memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, termasuk transparansi yang
baik, mobilitas elektron yang tinggi, celah pita lebar, dan pendaran kuat pada
suhu kamar. Sifat tersebut bernilai pada aplikasi di negara berkembang
untuk: elektrode transparan di dalam penampil kristal cair, jendela yang
hemat energi atau melindungi panas, dan elektronik sebagai transistor film
tipis dan dioda pemancar cahaya.
2.10 Uji Keausan
Keausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara
progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai
suatu hasil pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan permukaan
lainnya. Keausan telah menjadi perhatian praktisi sejak lama, tetapi hingga
beberapa saat lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah yang
besar sebagaimana halnya pada mekanisme kerusakan akibat pembebanan
tarik, impak, puntir ataupun fatik. Hal ini disebabkan masih lebih mudah
untuk mengganti komponen atau part suatu sistem dibandingkan melakukan
disain komponen dengan ketahanan atau umur pakai (life) yang lama. Saat
ini, prinsip penggantian dengan mudah seperti itu tidak dapat diberlakukan
lebih lanjut karena pertimbangan biaya (cost).
Pembahasan mekanisme keausan pada material berhubungan erat
dengan gesekan (friction) dan pelumasan (lubrication). Telaah mengenai
ketiga subyek ini dikenal dengan nama ilmu Tribologi. Keausan bukan
merupakan sifat dasar material, melainkan respon material terhadap sistem
luar (kontak permukaan).
2.11 Uji Impak Metode Charpy
Pengujian impak charpy banyak dipergunakan untuk menentukan
kualitas bahan. Batang uji dengan takikan 2 mmV, paling banyak dipakai.

16
Pengujian patah yang umum biasanya ditentukan oleh tegangan yang
diperlukan untuk mematahkan, tetapi pada pengujian metode charpy adalah
energi yang diperlukan untuk mematahkan, jadi dipandang dari sudut ini
pengujian dengan metode charpy dapat dianggap cara pengujian yang maju.
Menggunakan batang impak yang ditumpu pada kedua ujungnya. Benda uji
charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan memiliki
takik V – 450, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda
uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul. Benda uji akan
melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi. Menurut American
Society for Testing and Materials (ASTM), standarisasi Notched Bar Test
adalah ASTM E 23-01, pengujian impak dengan metode charpy dan impak.
2.12 Deformasi
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi,
bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang
deformasi. Sekecil apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengalami
perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut
deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi elastis dan deformasi
plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi
akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan
kembali keukuran semula. Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi
yang bersifat permanen jika bebannya dilepas, ( Edi Jasmani 2001 ).
Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan
tertinggi tidak dapat dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah
mengalami deformasi total. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan
bertambah dimana material seakan menguat yang disebut dengan penguatan
regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus
pada kekuatan patah (Singer dan Pytel, 1995).
Sehingga deformasi (δ ) dapat dikeahui :
P×L
δ=
A ×E
Dimana :

17
P : Beban (N)
A : Luas permukaan(mm2)
L : Panjang awal (mm)
E : Modulus Elastisitas

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Berikut adalah diagram alir percobaan pada penelitian ini

Gambar 3.1 Diagram Alir

19
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian untuk percobaan maupun
mengambil data antara lain :
a. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume dari bahan yang
digunakan.

Gambar 3.2 Gelas Ukur


https://blogkimia.com/gelas-ukur-laboratorium-dan-fungsinya/

b. Mixer
Mixer digunakan untuk menghancurkan cangkang telur dan
menghaluskan partikel bambu agar menjadi serbuk dengan
ukuran lebih kecil.

Gambar 3.3 Mixer


(Sumber: Dokumen Pribadi)

20
c. Ayakan Stainless Steel 200 Mesh
Ayakan stainless steel digunakan untuk menyaring serbuk
cangkang telur agar memiliki ukuran yang seragam

Gambar 3.4 Ayakan Stainless Steel


https://farmasiindustri.com/industri/berbagai-ukuran-
mesh-yang-digunakan-dalam-farmasi.html
d. Hot Press Tools
Hot Press tools berfungsi untuk merekatkan sampel dengan
mengalirkan arus panas dan ditekan dengan tekanan yang sudah
ditentukan.

Gambar 3.5 Hot Press Tools


https://www.dynatech-int.com/id/products/product/6-xrd-bruker-indonesia

21
e. Amplas
Amplas digunakan untuk menghaluskan sampel.

Gambar 3.6 Amplas


https://besemahpustaka.com/product/amplas/

3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini antara lain :
a. Cangkang Telur Ayam
Cangkang telur digunakan sebagai bahan utama sumber
kalsium karbonat

Gambar 3.7 Cangkang Telur


https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3217913/manfaat-
kulit-telur-dan-cara-mengolahnya-jangan-dibuang-ya
b. Partikel Bambu
Partikel Bambu digunakan sebagai bahan utama

22
Gambar 3.8 Bambu
https://kehati.or.id/mengenal-bambu-mengenal-indonesia/

c. Resin Epoksi
Resin epoksi digunakan sebagai material pengikat karena resin
epoxy melekat sangat baik dengan banyak macam zat pengisi,
zat penguat dan substrat.

Gambar 3.9 Resin Epoksi


https://www.amcsupplies.com.au/product/bio-casting-
epoxy-resin-slow-hardener-kit

d. Alumina
Senyawa ini merupakan isolator listrik yang baik,
sehingga digunakan secara luas sebagai bahan isolator
suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas yang
besar.

23
Gambar 3.10 Alumina
https://bisakimia.com/2015/03/13/jual-al2o3-
aluminium-oksida-eceran-dan-grosir/

e. Zinc
Zinc digunakan sebagai

Gambar 3.11 Zinc


https://www.laboratuar.com/en/sektorel/maden/zn-
cinko-cevher-mineral-analizi/
3.3 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan
seluruh bahan yang di butuhkan dan dengan komposisi massa yang tepat
agar specimen yang dihasilkan menjadi lebih baik kemudian setelahnya
adalah membuat komposit dan melakukan pengujian. Berikut merupakan
tahapannya.
3.3.1 Preparasi Cangkang Telur
1. Membersihkan cangkang telur menggunakan air mengalir
untuk menghilangkan kotoran yang ada pada cangkang,
kemudian dihilangkan selaput putih dalam cangkang telur
2. Hancurkan cangkang telur menggunakan mixer kemudian
ditimbang massanya
3. Panaskan ke dalam oven dengan suhu 175 C selama 30 menit

24
4. Kemudian setelah serbuk dingin lakukan screening cangkang
telur menggunakan ayakan 200 mesh agar ukurannya
homogeny
3.3.2 Preparasi Bambu
1. Membersihkan bambu dengan air mengalir agar menghilangkan
kotoran yang menempel dan dikeringkan
2. Memotong kecil bagian dari bambu, lalu masukkan ke dalam
mixer agar membuat bambu menjadi halus
3. Melakukan screening serbuk alumunium dengan ukuran 200
mesh
3.4 Pembuatan Komposit
1. Timbang seluruh bahan yang dibutuhkan menggunakan timbangan
digital
2. Setelah itu kemudian bahan disiapkan dengan komposisi sebagai
berikut.
Tabel 3. 1 Komposisi dan Perbandingan Bahan

Label Komposisi
Sampel
Cangkang Serbuk Resin
Telur Bambu Epoxy

1 0% 35%

2 05% 30%

3 10% 25%

4 15% 20%

5 20% 15%

3. Kemudian bahan yang telah dicampur dimasukan ke dalam cetakan


4. Ditekan cetakan yang berisi bahan kampas rem dengan mesin hotpress
selama 30 menit suhu 100 C

25
5. Kemudian setelah mengeras keluarkan dari cetakan.
6. Ulangi langkah tersebut untuk variasi komposisi yang lain.
3.5 Pengujian Sampel
Penelitian ini dibuat tiga variasi komposisi dimana tiap variasinya diuji
keausan dan uji impak.
1. Uji Keausan berfungsi untuk mengetahui nilai keausan yang dinyatakan
dalam persen perbandingan antara berat bahan aus dengan berat semula.
Uji keausan dilakuan dengan memberi gaya tekan pada pedal rem 27 N,
kemudian dijalankan dengan kecepatan 20km/jam selama 120 detik lalu
bandingkan masa setelah pengausan dan sebelum pengausan
2. Uji Impak berfungsi untuk mengetahui pengaruh beban dampak terhadap
sifat mekanika material dan mengetahui faktor yang mempengaruhi
kegagalan material dengan beban dampak.

26

You might also like