Makalah Hadist Ahkam

You might also like

You are on page 1of 14

MAKALAH HADIST AHKAM TENTANG

LI’AN, ILLA’, DAN ZIHAR


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HADIST AHKAM
NAMA DOSEN PEMBIMBING H. Ikwhan Hamdani, Drs, M.Ag.

Disusun oleh :
Muhammad Kholis Qolbi
Muhammad Fawwazul Arhab

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin segala puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, tidak lupa pula
kepada baginda kita yang telah membawa kita dari zaman gelap gulita hingga zaman
terang benderang yakni Nabi Muhammad SAW yang telah memberikankan kita petunjuk
atas izin Allah dan semoga kita senatiasa mendapatkan syafa’atnya. Maka dari itu kami
bisa menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah hadist ahkam yang berjudul li’an, illa’, dan zihar.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu
bapak H. Ikhwan Hamdani, Drs., M.Ag. Selaku dosen mata hadist ahkam yang telah
memberi kami kesempatan dan bimbingan. Sampai pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini sampai tuntas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan sekalian yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karenamasih terbatasnya ilmu dan
penelitian kami. Untuk itu kami , sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 7 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Li’an...............................................................................................................................4
1). Pengertian Li’an.............................................................................................................4
2) Hadist Tentang Li’an....................................................................................................4
B. Illa’.................................................................................................................................6
1) Pengertian Illa’.............................................................................................................6
2) Hadist Tentang Illa’......................................................................................................6
C. Zihar...............................................................................................................................7
1) Pengertian Zihar...........................................................................................................7
2) Hadist Tentang Zihar....................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia
adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi
makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Perkawinan
berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk dengan
lawan jenis melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Adapun menurut syara’, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki
dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya
dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta
masyarakat yang sejahtera. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Bab 1
pasal 1 disebutkan bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian pernikahan adalah suatu akad
yang secara keseluruhan aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan
merupakan ucapan seremonial yang sakral.Menurut Syara’ Fuqaha telah
banyak memberikan definisi. Secara umum diartikan akad zawaj adalah
pemilikan sesuatu melalui jalan yang disyariatkan dalam Agama.
Tujuan yang tertinggi adalah memelihara regenerasi, memelihara gen
manusia, dan masing-masing suami istri mendapatkan ketenangan jiwa karena
kecintaan dan kasih sayangnya dapat disalurkan. Didalam pernikahan,
adakalanya terjadi sebuah perselisihan antara suami istri yang dikarenakan oleh
kesalahfahaman antara keduanya, sehingga akan mengakibatkan sebuah
perceraian. Perceraian ialah putus hubungan perkawinan antara suami dengan
istri. Perceraian dapat terjadi dengan cara :
1. Talak.
2. Khulu.
3. Fasakh.
4. Li’an.
5. Ila’.

1
Salah satu terjadinya perceraian adalah karena suami menuduh istrinya
selingkuh atau menuduh istrinya telah berbuat zina dengan orang lain, yaitu
suami telah melakukan Li’an terhadap istrinya. Perkawinan dapat putus karena
li’an. Bila istrinya melahirkan anak yang dikandungnya, maka anak itu
dihukumkan tidak termasuk keturunan suaminyaAllah SWT telah berfirman dalam
surat An-Nur ayat 6-9
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka
tidak mempunyai saksi-saksi selain dari mereka sendiri, maka kesaksian masing-
masing orang itu ialah empat kali bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa
sesungguhnya dia termasuk orang yang berkata benar. Dan sumpah yang
kelimabahwa laknat Allah akan menimpanya, jika dia termasuk orang yang
berdusta. Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali
atas (nama) Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar termasuk orang-orang
yang berdusta. Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan
menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar”. (QS.
An-Nur 6-9).
Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan li’an sebagai
berikut :
1.Pasal 125 KHI, li’an menyebabkan putusnya perkawinan antara suami istri
untuk selama-lamanya.
2.Pasal 126 KHI, li’an terjadi karena suami menuduh istri berbuat zina
dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari istrinya,
sedangkan istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, BAB
IX , menjelaskan tentang li’an secara global yang tercantum dalam pasal 44,
yaitu sebagai berikut :a.Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang
dilahirkan oleh istrinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah
berzina dan anak itu akibat dari pada perzinaan tersebut.b.Pengadilan memberikan
keputusan tentang sah/tidaknya anak atas permintaan pihak yang berkepentingan.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat
menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian li’an ?

2
2. Apa hadist tentang li’an ?
3. Apa pengertian illa’ ?
4. Apa hadist tentang illa’ ?
5. Apa pengertian zihar ?
6. Apa hadist tentang zihar ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari li’an
2. Untuk mengetahui hadist tentang li’an
3. Untuk mengetahui pengertian illa’
4. Untuk mengetahui hadist tentang illa’
5. Untuk mengetahui pengertian zihar
6. Untuk mengetahui hadist tentang zihar

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Li’an
1). Pengertian Li’an
Menurut istilah hukum Islam, li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh
suami ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian
bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada
sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima
laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya itu. Dasar hukum pengaturan
li’an bagi suami yang menuduh istrinya berbuat zina ialah firman Allah surat An-
Nur ayat 6-7. Seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina tanpa
mendatangkan empat orang saksi, maka suami diharuskan bersumpah empat
kali dan yang kelima kali dilanjutkan dengan menyatakan bersedia
menerima laknat Allah apabila tindakannya itu dusta. Istri yang mendapat tuduhan itu
bebas dari hukuman zina kalau mau bersumpah seperti suami di atas empat kali
dan yang kelima kalinya diteruskan bersedia mendapat laknat Allah bila
tuduhan suami itu benar. Sumpah demikian disebut sumpah li’an. Jika suami
menuduh istrinya berzina tapi ia tidak mengakuinya dan suami tidak pula mau
mencabut tuduhannya itu, maka Allah mengharuskan mereka mengadakan li’an.

2) Hadist Tentang Li’an


Dari Ibnu Umar , beliau berkata,

‫ َكْيَف َيْص َنُع؟ ِإْن َتَك َّلَم َتَك َّلَم ِبَأْم ٍر‬،‫ َأَر َأْيَت َأْن َلْو َو َج َد َأَح ُدَنا اْم رَأَتُه َع َلى َفاِح َش ٍة‬،‫ َيا َر ُسْو َل ِهّٰللا‬: ‫َس َأَل ُفاَل ٌن َفقَاَل‬
،‫ إَّن اَّلِذ ْي َس َأْلُتَك َع ْنُه َقِد اْبُتِلْيُت ِبِه‬:‫ فقال‬،‫ َفَلَّم ا َك اَن َبْع َد ٰذ ِلك َأَتاُه‬،‫ َو ْإْن َس َكَت َس َكَت َع َلى ِم ْثِل ٰذ ِلَك ! َفَلْم ُيِج ْبُه‬، ‫َع ِظ ْيٍم‬
،‫ َو َذ َك َر ُه َو َأْخ َبَر ُه َأَّن َع َذ اَب الُّد ْنَيا َأْهَو ُن ِم ْن َع َذ اِب اآْل ِخَر ِة‬،‫ َفَتاَل ُهَّن َع َلْيِه َوَو َع َظُه‬، ‫َفَأْنَز َل ُهّٰللا اآْل َياِت ِفْي ُسْو َر ِة الُّنْو ِر‬
، ‫ ِإَّنُه َلَك اِذ ٌب‬،‫ َو اَّلِذ ْي َبَع َثَك ِباْلَح ِّق‬، ‫ اَل‬: ‫ َقاَلْت‬، ‫ ُثَّم َدَعاَها َفَو َع َظَها َك َذ ِلَك‬.‫ َم ا َك َذ ْبُت َع َلْيَها‬،‫ َو اَّلِذ ْي َبَع َثَك ِباْلَح ِّق‬، ‫ اَل‬: ‫َقاَل‬
‫ ُثَّم َفَّرَق َبْيَنُهَم ا‬،‫ُثَّم َثَّنى ٓباْلَم ْر َأِة‬،‫ َفَش ِهَد َأْر َبَع َش َهاَداٍت ِباِهّٰلل‬، ‫َفَبَد َأ ِبالَّرُج ِل‬
"Fulan bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa pendapat Anda seandainya salah seorang
dari kami mendapati istrinya melakukan perbuatan keji, bagaimana dia harus
bertindak? Jika dia berbicara, maka dia berbicara dengan perkara yang besar, dan jika
dia diam, maka dia diam di atas perkara yang seperti itu?¹ Beliau tidak menjawabnya.
Selang beberapa saat, laki-laki itu mendatangi beliau seraya berkata, 'Sesungguhnya
yang aku tanyakan kepada Anda telah menimpaku': Lalu Allah menurunkan beberapa

4
ayat di Surat an-Nur. Lalu beliau membacakannya kepadanya. Beliau menasihatinya
dan mengingatkannya, serta memberitahukan kepadanya bahwa azab dunia lebih
ringan daripada azab akhirat. Orang itu berkata, 'Tidak, demi Dzat yang mengutusmu
dengan kebenaran, aku tidak berdusta tentangnya.' Kemudian beliau memanggil
istrinya, lalu menasihatinya juga. Wanita itu berkata, 'Tidak, demi Dzat yang
mengutus Anda dengan kebenaran, sesungguhnya dia telah berdusta. Lalu beliau
memulai dengan suami, maka dia bersaksi empat kali dengan Nama Allah, kemudian
beliau melanjutkannya dengan wanita itu. Kemudian beliau memisahkan keduanya.".
Diriwayatkan oleh Muslim.
Juga Ibnu Umar,
‫ يا رسول‬:‫ قال‬،‫ ال سبيل لك عليها‬،‫ أحدكما كاذب‬،‫ حسابكما على هللا‬:‫أن رسول ہللا ﷺ قال للمتالعنين‬
‫ فذاك أبعد لك منها‬،‫ وإن كنت كذبت عليها‬،‫ فهو بما استحللت من فرجها‬،‫ إن كنت صدقت عليها‬:‫ مالي؟ فقال‬،‫هللا‬
"Bahwa Rasulullah bersabda kepada dua orang yang melakukan li'an, 'Hisab
kalian berdua kembali kepada Allah, salah seorang dari kalian berdua berdusta, tidak
ada peluang untukmu kembali kepadanya.' Suami berkata, 'Wahai Rasulullah,
hartaku?' Beliau menjawab, 'Jika kamu benar atasnya, maka hartamu itu sebagai
pengganti kemaluannya yang telah kamu halalkan. Dan jika kamu berdusta atasnya,
maka hartamu itu lebih jauh kepadamu daripadanya'." Muttafaq 'alaih.
Dari Ibnu Abbas,
‫إنها موجبة‬:‫ وقال‬،‫أن رسول ہللا ﷺ أمر رجال أن يضع يده عند الخامسة على فيه‬
"Bahwa Rasulullah memerintahkan kepada seorang lakilaki agar meletakkan
tangannya di mulutnya pada persaksian kelima, dan beliau bersabda, 'Sesungguhnya
ia mewajibkan'.
Di riwayatkan oleh Abu Daud dan An-nasa’I, Rawi-Rawinya tsiqal

Dari Ibnu Abbas ,

،‫ أخاف أن تتبعها نفسي‬:‫ قال‬،‫ غربها‬:‫ قال‬،‫ إن امرأتي ال ترد يد المس‬:‫أن رجال جاء إلى النبي ﷺ فقال‬
‫فاستمتع بها‬:‫قال‬

"Bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata, 'Sesungguhnya istriku
tidak menolak tangan siapa pun yang menyentuhnya.' Beliau menjawab, 'Jauhi dia.'
Dia berkata, 'Aku khawatir diriku tidak tahan.' Beliau bersabda, 'Nikmatilah dia'."

5
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Bazzar, dan rawi-rawinya tsiqal.
Dan diriwayatkan oleh an-nasa’I dari jalur yang lain dari ibnu abbas dengan
lafazh.
‫ فأمسكها‬:‫ قال‬.‫ ال أصبر عنها‬:‫ قال‬.‫ طلقها‬:‫قال‬

"Beliau bersabda, 'Talaklah dia.' Dia menjawab, 'Aku tidak mampu berpisah
darinya.' Beliau bersabda, 'Maka pertahankanlah dia'.
B. Illa’
1) Pengertian Illa’
Kata ila’ berasal dari bahasa Arab al-Aliyatu yang berarti sumpah. Al-Juzairi
memberi keterangan bahwa kata ila’ secara bahasa lebih umum dari pengertian secara
syara, di mana syara mengkhususkan hanya terhadap soal watha’ dari suami kepada
istrinya. Dengan demikian sumpah tidak makan, minum atau lainnya tidak termasuk
sumpah itu.
Sumpah ila’ adalah sumpah yang bersangkutan dengan hubungan suami istri dan
dapat diambil kesimpulan bahwa sumpah ila’ adalah sumpah suami tidak akan
menggauli istrinya dan oleh Islam dibatasai sumpahnya tersebut hanya selama empat
bulan.
Sebenarnya sumpah ila’ sudah ada sejak zaman jahiliyah, yang pada masa itu
sumpah ila’ merupakan tradisi seorang suami yang bersumpah untuk tidak menggauli
istrinya dengan tujuan agar istrinya merasa terkatung-katung seperti seorang
perempuan yang tidak mempunyai suami dan merasa tersiksa dengan keadaan
demikian tersebut dengan tidak membatasi waktu dalam bersumpah untuk tidak
menggauli istrinya tersebut.
Kemudian seiring dengan perubahan dan kemajuan yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw, terjadi pula perubahan pada ketentuan sumpah ila’ yang oleh
risalahnya yang berupa wahyu diberi batasan tenggang waktu empat bulan. Yang
demikian tersebut agar hak-hak seorang istri dapat terlindungi.
2) Hadist Tentang Illa’
Dari Aisyah , beliau berkata,

‫ وجعل لليمين كفارة‬،‫ فجعل الحرام حالال‬،‫الى رسول ہللا ﷺ من نسائه وحرم‬

6
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengila sebagian istri-istrinya dan megharamkan (madu), lalu
beliau menjadikan yang haram sebagai yang halal dan beliau menjadikan kafarat
bagi sumpah itu."

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan rawi-rawinya terpercaya.'


Dari Ibnu Umar,

‫ وال يقع عليه الطالق حتى يطلق‬،‫إذا مضت أربعة أشهر وقف المولي حّتى يطلق‬

"Apabila empat bulan telah berlalu, maka orang yang melakukan ila` dituntut
sehingga dia mentalak, dan talak tidak jatuh sehingga dia mentalak."

Diriwayatkan oleh al-Bukhari.


Dari Sulaiman bin Yasar, beliau berkata,

‫أدركت بضعة عشر رجال من أصحاب رسول ہللا ﷺ كلهم يقفون المؤلي‬

"Aku mendapatkan belasan orang dari sahabat Rasulullah . Semuanya menahan


suami yang melakukan ila`." Diriwayatkan oleh asy-Syafi'i.
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata,

‫ فإن كان أقل من أربعة أشهر فليس بإيالء‬،‫ فوقت هللا أربعة أشهر‬،‫كان إيالء الجاهلية السنة والسنتين‬

"Dahulu ila` jahiliyah berlangsung satu dan dua tahun. Lalu Allah membatasinya
menjadi empat bulan. Jika kurang dari empat bulan, maka itu bukan ila`."
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi,

C. Zihar
1) Pengertian Zihar
Zihar secara bahasa berasal dari kata azh-Zahr, artinya tulang belakang.
Maksudnya, ucapan suami kepada istrinya, “bagiku engkau seperti punggung
ibuku”. Dalam Kitab Fathal-Baridi menyatakan bahwa punggung disebut secara
khusus dalam ungkapan ini, bukan anggota tubuh yang lain, karena pada
umumnya punggung merupakan tempat tunggangan. Oleh sebab itu, tempat

7
tunggangan biasa di sebut sebagai tulang belakang. Kemudian perempuan
diumpamakan dengan tulang belakang karena perempuan menjadi tunggangan
bagi laki-laki. Para ulama mazhab sepakat bahwa, apabila seorang laki-laki
mengatakan hal seperti itu kepada istrinya, maka laki-laki itu tidak halal lagi
mencapuri istrinya sampai dia memerdekakan budak, kalau tidak mampu dengan
berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tidak mampu lagi, dia harus memberi
makan enam puluh orang miskin.
Zihar secara istilah adalah suatu ungkapan suami yang mengatakan kepada
istrinya “bagiku kamu seperti punggung ibuku”, ketika ia hendak mengharamkan
istrinya itu bagi dirinya. Thalaq seperti ini telah berlaku di kalangan orang-orang
jahiliyah terdahulu. Lalu Allah SWT memerintahkan kepada suami yang zihar
istrinya untuk membayar kafarat (denda) sehingga ucapannya tersebut tidak
sampai menjadi talaq.
2) Hadist Tentang Zihar
Dari Ibnu Abbas , beliau berkata
‫ فال‬:‫ قال‬،‫ إني وقعت عليها قبل أن أكفر‬:‫ فقال‬،‫ فأتى النبي ﷺ‬،‫ ثم وقع عليها‬،‫أن رجال ظاهر من امرأته‬
‫تقربها حتى تفعل ما أمرك هللا‬.

"Bahwa seorang laki-laki melakukan zhihar terhadap istri nya, kemudian dia
menggaulinya. Lalu dia datang kepada Nabi seraya berkata, 'Sesungguhnya aku
telah menggaulinya sebelum membayar kafarat.' Beliau menjawab, 'Janganlah
kamu mendekatinya sehingga kamu melaksanakan apa yang Allah perintahkan
kepadamu"."

Diriwayatkan oleh Imam yang Empat, dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi, namun
an-Nasai menguatkan bahwa hadits ini mursal.

Dan al-Bazzar meriwayatkannya dari jalan yang lain dari Ibnu Abbas, dan beliau
menambahkan di dalamnya,

‫كفر وال تعد‬

"Bayarlah kafarat dan jangan mengulanginya."

8
Dari Salamah bin Shakhr, beliau berkata,
‫ فقال لي‬،‫ فانكشف لي منها شيء ليلة فوقعت عليها‬،‫ فظاهرت منها‬،‫ فخفت أن أصيب امرأتي‬،‫دخل رمضان‬
‫ وهل أصبت‬:‫ ثلث‬،‫ فصم شهرين متتابعين‬:‫ قال‬.‫ ما أملك إال رقبتي‬:‫ فقلت‬،‫ خرز رقبة‬:‫رسول ہللا ﷺ‬
‫ أطعم عرقا من تمر ستين مسكيًنا‬:‫الذي أصبت إال من الصيام؟ قال‬

Bulan Ramadhan tiba, lalu aku khawatir tidak mampu menahan diriku dari istriku,
maka aku pun menzhiharnya. Suatu malam ada sesuatu yang tersingkap darinya,
maka aku pun menggaulinya. Lalu Rasulullah bersabda kepadaku, 'Bebaskanlah
seorang hamba sahaya.' Aku berkata, 'Aku tidak mempunyai, kecuali leherku.'
Beliau bersabda, 'Kalau begitu berpuasalah dua bulan berturut-turut.' Aku berkata,
'Tidaklah yang menimpaku ini, melainkan karena puasa (lalu bagaimana mungkin
aku dapat menjalankannya)?' Beliau bersabda, 'Berilah makan satu araq kurma
kepada 60 orang miskin'."

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat, kecuali an-Nasa`i, serta
dishahihkanoleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud.

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Dari pembahasan di atas, sebagai
kesimpulan. Li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia
menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia termasuk
orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian
kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika
ia berdusta dalam tuduhannya itu. Dasar hukum pengaturan li’an bagi suami yang
menuduh istrinya berbuat zina ialah firman Allah surat An-Nur ayat 6-7.
sumpah ila’ adalah sumpah suami tidak akan menggauli istrinya dan oleh Islam
dibatasai sumpahnya tersebut hanya selama empat bulan.
Zihar secara bahasa berasal dari kata azh-Zahr, artinya tulang belakang.
Maksudnya, ucapan suami kepada istrinya, “bagiku engkau seperti punggung ibuku”.
Zihar secara istilah adalah suatu ungkapan suami yang mengatakan kepada
istrinya “bagiku kamu seperti punggung ibuku”,

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Setelah penulis
mencoba menguraikan penelitian tentang sumber hukum dari pandang islam , kami
berharap apa yang telah kami uraikan ini dapat dipahami oleh para pembaca nantinya.
Kami sebagai penulis menyadari jika dalam penulisan makalah ini banyak
sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran agar kedepannya kami bisa
menjadikannya lebih baik

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2021). Zihar dalam Al-Qur'an ( Analisis Hermeunitika Hassan Hanafi.


Gifriana, E. (2018). Li'an dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. Jurnal Hukum
Perdata Islam .
Hajar, A.-H. A. (1991). Bulughul Maram- Terjemahan Indonesia .

11

You might also like