You are on page 1of 14

ASURANSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengampu: Joni Sandri Ritonga, SH., MH., C.M

KELOMPOK 6

Sunni Syahputra 0502212152

Dewi Lestari 0502212043

Syaikhah Putri Alifiah Siregar 0502211029

Yuli Artina Pratiwi 0502212057

Akuntansi Syariah 5E

Program Studi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang
suatu apa pun. Tak lupa pula penulis lanturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhmmad SWA. Semoga syafaatnya mengalir pada kita dia hari akhir
kelak.
Penulisan makalah berjudul “Asuransi” bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Bisnis dan juga untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai Hukum Bisnis.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Medan, 30 Oktober 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
1. Pengertian Asuransi................................................................................................3
2. Tujuan dan Manfaat Asuransi.................................................................................3
3. Fungsi Asuransi......................................................................................................4
4. Manfaat Asuransi....................................................................................................5
5. Asas - Asas Asuransi..............................................................................................6
6. Unsur – Unsur Asuransi..........................................................................................8
7. Jenis dan Pengelolaan Asuransi..............................................................................9
8. Peran dan Fungsi Asuransi...................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, sadar atau tidak pasti menghadapi risiko. Bisa jadi
beberapa diantara risiko tersebut penyebabnya sudaj dapat diduga. Untuk itu, bagaiana
mencegah terjadinya risiko tersebut sedapat mungkin sudah dipersiapkan dengan baik.
Akan tetapi ada pula diantara risiko tersebut penyebanya tidak terduga sebelumnya, tiba
– tiba muncul begitu saja. Akibat dari terjadinya peristiwa tersebut dapat menimbulkan
kerugian, baik materil maupun ommateril, misalnya kehilangan orang yang dicintai atau
seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah, kehilangan
harta benda. Timbulnya kerugian inilah yang acapkali menimbulkan masalah baru bagi
pihak yang mendapatkan musibah.
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manusia atas risiko yang tidak pasti tersebut.
Cara yang pertama adalah dengan cara menghindari resiko dengan mengusahakan
supaya kehilangan atau kerugian itu tidak terjadi. Yang kedua adalah menghadapi resiko
agar risiko yang terjadi tidak semakin besar. Dan yang ketiga adalah mengalihkan resiko
kepada orang lain, hal inilah yang disebut perjanjian pengalihan resiko atau asuransi.
Sebagai suatu perjanjian, kegiatan usaha perasuransian diataur dalam Kitab
UndangUndang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang), meskipun ada beberapa asuransi yang tidak diatur di
dalam KUHD, seperti Asuransi Kendaraan Bermotor dan Asuransi Kredit. Serta
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 sebagai aturan perundang-undangan Perasuransian
yang baru.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apa tujuan, fungsi dan manfaat adanya asuransi?
3. Bagaimana asas – asas asuransi?
4. Apa saja unsur- unsur asuransi?
5. Apakah jenis dan bagaimana pengelolaan asuransi?
6. Seberapa penting peran dan fungsi asuransi?
3. Tujuan Penulisan
1. Sebagai bahan baca dan informasi pengetahuan bagi para pembaca.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas yang telah diberikan pada mata kuliah Hukum
Bisnis.

4
3. Memberikan penjelasan dan juga pemahaman kepada para pembaca mengenai
Asuransi.
4. Menjelaskan pengertian asuransi.
5. Memaparkan tujuan, fungsi dan manfaat adanya asuransi.
6. Menjelaskan fungsi -fungsi asuransi.
7. Menuliskan asas – asas dan unsur – unsur dari asuransi.
8. Serta memberikan penjelasan mengenai jenis dan bagaimanna pengelolaan
asuransi beserta peran penting dan juga fungsi asuransi.

5
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Asuransi
Asuransi atau Insurance merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang
masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai suatu yang tidak dapat diduga.
Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi anggota
perkumpulan itu maka kerugian itu akan ditanggung bersama oleh mereka.
Pasal 246 KUHD menyatakan bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian,
dimana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi,
untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak
mendapat keuntungan yang diharapkan yang mungkin dapat diderita karean suatu
peristiwa yang tidak pasti.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Pasal 1.1. menyatakan bahwa Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang di dasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.1

2. Tujuan dan Manfaat Asuransi


a. Pengalihan Risiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi
kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada
penanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian
Jika suatu ketika sungguh–sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan
dibayarkan ganti kerugian yang besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya.
Dalam prakteknya kerugian yang timbul itu dapat bersifat sebagian (partial loss),
tidak semuanya berupa kerugian total (total loss).
1
Dwi Tatak Subagiyo dan Freis Melia Salviana, Hukum asuransi (Surabaya: PT Revika Petra Media,
2016).hal: 6-7

6
Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh
pembayaran ganti kerugian yang sungguh–sungguh diderita. Dalam pembayaran ganti
kerugian oleh perusahaan asuransi berlaku prinsip subrogasi (diatur dalam pasal 1400
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dimana penggantian hak si berpiutang
(tertanggung) oleh seorang pihak ketiga (penanggung/pihak asuransi) – yang membayar
kepada si berpiutang (nilai klaim asuransi) – terjadi baik karena persetujuan maupun
karena undang-undang.2

3. Fungsi Asuransi
Sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin
banyak pula kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia. Kemajuan tersebut antara
lain berdirinya gedung-gedung yang megah, industri pesawat terbang, peningkatan
dunia usaha perbankan, asuransi dan lain-lain.
Akan tetapi selain segi positif dari adanya perkembangan tersebut, juga banyak segi
negatif yang tidak jarang menimbulkan kerugian yang cukup besar. Kerugian itu antara
lain terbakamya gedung-gedung, jatuhnya pesawat terbang, hilangnya dana deposan,
dan lain-lain. Dengan adanya risikorisiko kerugian tersebut, maka melalui lembaga
asuransi dapat dialihkan untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan ganti kerugian
apabila risiko itu benar-benar terjadi.
Dalam membicarakan asuransi terkandung di dalamnya sifat-sifat asuransi yaitu:
a. Dapat bersifat selaku gejala hukum
Bahwa asuransi adalah suatu perjanjian yang dengan tegas dicantumkan dalam
pasal 246 KUHD.
b. Dapat bersifat selaku gejala ekonomi.
Yaitu jalan untuk memperkecil risiko yang berfungsi sebagai pembagian risiko
dan pemindahan risiko.
Akan tetapi terlepas dari semua masalah-masalahnya, asuransi selaku lembaga
keuangan bukan bank, mempunyai peranan dan fungsi yang cukup besar sekali baik
bagi masyarakat maupun bagi pembangunan. Adapun peranan tersebut berupa antara
lain:
1. Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan
usaha. Hal ini karena seorang akan terlepas dari kekhawatiran akan tertimpa
kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak diharapkan, sebab walaupun tertimpa
kerugian akan mendapat ganti rugi dri perusahaan asuransi.

2
Deny Guntara, “Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya,” Justisi Jurnal
Ilmu Hukum 1, no. 1 (2016) hal: 29–46.

7
2. Asuransi dapat menaikkan efesiensi dari kegiatan perusahaan, sebab dengan
memperalihkan risiko yang lebih besar kepada perusahaan asuransi, perusahaan
itu akan mencurahkan perhatian dan pikirannya pada peningkatan usahanya.
3. Asuransi cenderung kearah pemikiran penilaian biaya yang layak. Dengan
adanya perkiraan akan suatu risiko yang jumlahnya dapat dikira-kira
sebelumnya. maka suatu perusahaan akan memuerhitungkan adanya ganti rugi
dari asuransi di dalam menilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
4. Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari pemberian suatu kredit. Apabila
seorang meminjam kredit bank maka bank biasanya meminta kepada debitur
untuk menutup asuransi benda jaminan.
5. Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian-kerugian. Dengan ditutupnya
perjanjian asuransi, maka risiko yang mungkin dialami seseorang dapat ditutup
oleh perusahaan asuransi.
6. Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal pendapatan atau untuk
harapan masa depan. Dalam hal ini fungsi menabung dari asuransi terutama
dalam asuransi jiwa.
7. Asuransi merupakan alat pembangunan. Dalam hal ini premi yang terkumpul
oleh perusahaan asuransi dapat dipakai sebagai dana investasi dalam
pembangunan, bantuan kredit jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang, bagi usaha-usaha pembangunan. Pada akhimya dapat memperluas
kesempatan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak.3

4. Manfaat Asuransi
Usaha asuransi memiliki banyak manfaat untuk masyarakat, pembangunan negara dan
pihak perusahaan itu sendiri. Manfaat-manfaat asuransi diantaranya:
a. Asuransi melindungi risiko investasi;
b. Asuransi sebagai sumber dana investasi;
c. Asuransi untuk melengkapi syarat kredit;
d. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran;
e. Asuransi mengurangi biaya modal;
f. Asuransi menjamin kestabilan perusahaan;
g. Asuransi dapat meratakan keuntungan;
h. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional;
i. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian;
j. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan.4
3
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
4
Sindu Nurfadila, R.R Hidayat, dan Sri Sulasmiyati, “Analisis Rasio Keuangan dan Risk Based
Capitakl untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi (Studi pada PT. Asei Reasuransi
Indonesia (Persero) Periode 2011-2013),” Jurnal Administrasi Bisnis 22, no. 1 (2015): 1–9.

8
5. Asas - Asas Asuransi
Asas merupakan norma yang bersifat statis yang menjadi pedoman dalam pembentukan
hukum positif, artinya setiap perjanjian asuransi dan perundang-undangan asuransi
selayaknya tidak boleh bertentangan dengan asas-asas perjanjian asuransi, sehingga
dalam praktik bisnis asuransi harus sesuai dengan asas dalam asuransi.

 Asas Indemnitas (azas ganti rugi)


Ialah satu asas utama dalam perjanjian asuransi, karena merupakan asas yang
mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu
sendiri. Perjanjian asuransi mempunyai tujuan utama dan spesifik ialah untuk
memberi suatu ganti kerugian kepada pihak tertanggung oleh pihak penanggung.
Menurut asas ini ganti rugi yang diberikan oleh penanggung adalah sejumlah
harga atau nilai pertanggungan yang diadakan. Jadi apabila pihak tertanggung
mengalami kerugian maka ia hanya menerima penggantian dari pihak
penanggung setinggi-tingginya sebesar kerugian yang dideritanya dan ini tidak
boleh melebihi jumlah dari nilai pertanggungan yang sesungguhnya.
Penggantian kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian yang
sungguh-sungguh terjadi.
Azas ini dapat dijumpai sejaak awal pengaturan perjanjian asuransi yaitu pada
pasal 246 KUHD: “……seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan…………..”

 Asas Kepentingan yang dapat diasuransikan ( Insurable Interest )


Ialah asas utama kedua dalam perjanjian asuransi/pertanggungan. Maksudnya
adalah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa
dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang
bersangkutan menjadi menderita kerugian.

 Asas kejujuran yang sempurna dalam perjanjian asuransi


Asas ini lazim juga dipakai istilah-istilah lain yaitu: itikad baik yang sebaik-
baiknya. Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian,
sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Asas
kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, sehingga harus
dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak dipenuhinya asas
ini pada saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat
kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang
diatur oleh Pasal-Pasal 1320-1329 KUH Perdata. Bagaimanapun juga itikad baik

9
merupakan satu dasar utama dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian
dan hukum pada dasarnya juga tidak melindungi pihak yang beritikad buruk.
Pasal 250 KUHD menyebutkan:
“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk
sendiri atau seseorang telah diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai
suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka si
penanggung tidak diwajibkan memberi ganti rugi.“
Mengenai kepentingan pembentuk undang-undang tidak memberikan
rumusan secara otentik tetapi hanya menyebutkan mengenai syarat kepentingan
yang dapat diasuransikan yang diatur dalam pasal 268 KUHD, yaitu:
“Suatu p ertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat
dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan
oleh undang-undang.”
Kepentingan juga berhubungan juga dengan masalah risiko yang dihadapi
oleh seseorang dimana dikatakan bahwa seseorang menghadapi risiko apabila
mempunyai kepentingan terhadap benda yang terkena risiko. Oleh karena itu
dapat dimengerti, disyaratkan kepentingan sebagai syarat mutlak dalam
perjanjian pertanggungan. Menurut pembentuk undang-undang, kepentingan itu
harus sudah ada pada saat perjanjian pertanggungan itu diadakan. Kepentingan
yang dapat diasuransikan/kepentingan finansial dalam asuransi jiwa dapat timbul
karena: hubungan darah, hubungan perkawinan dan hubungan bisnis.
 Asas Itikad Baik/Azas Kejujuran yang Sempurna
Dalam perjanjian asuransi, unsur saling percaya antara pihak itu sangat penting.
Dasar dari saling percaya itu adalah itikad baik. Azas itikad baik harus dilaksanakan
pada setiap perjanjian, ketentuan Pasal 1338 (3) KURPerdata menyebutkan: “Perjanjian
itu harus dilaksanakan dengan itikad baik.”
Itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1. Itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum atau perjanjian.
itikad baik ini merupakan perkiraan dalam hati sanubari para pihak, bahwa
persyaratan yang diperlukan untuk mengadakan hubungan hukum secara sah
menurut hukum sudah terpenuhi semuanya.
2. Itikad baik pada waktu melaksanakan hak dan kewajiban yang timbul dari
hubungan hukum.

 Asas subrogasi
Bagi penanggung meskipun tidak mempengaruhi sah atau tidaknya perjanjian
asuransi, perlu dibahas, karena merupakan salah satu asas perjanjian asuransi
yang selalu ditegakkan pada saat-saat dan keadaan tertentu dalam rangka
menerapkan asas pertama perjanjian asuransi ialah dalam rangka tujuan

10
pemberian ganti rugi ialah asas indemnitas. Di dalam KUH Dagang, asas ini
secara tegas diatur pada Pasal 284: “Seorang penanggung yang telah membayar
kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, mengantungkan dalam segala
hak yang diperolehnya terhadap orangorang kettiga berhubungan dengan
menerbitkan kerugian tersebut, dan sitertanggung itu adalah bertanggung jawab
untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak sipenanggung terhadap orang-
orang ketiga itu”. Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan
undang-undang, oleh karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakan apabila
memenuhi dua syarat berikut:
1. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung
masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.
2. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian.

Pada umumnya asas subrogasi ini secara tegas diatur pula sebagai syarat
polis, dengan perumusan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan Pasal 284 KUHD, setelah pembayaran ganti rugi atas harta
benda yang dipertanggungkan dalam polis ini, maka penanggung
menggantikan tertanngung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap
pihak ketiga sehubungan dengan ganti kerugian tersebut. Subrogasi pada
ayat tersebut diatas berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan sesuatu
surat kuasa khusus dari tertanggung.
2. Tertanggung tetap bertanggung jawab merugikan hak penanggung
terhadap pihak ketiga. Jadi pada perjanjian asuransi, asas subrogasi
dilaksanakan baik berdasarkan undang-undang maupun berdasarkan
perjanjian.
3. Polis sebagai dokumen perjanjian asuransi.5

6. Unsur – Unsur Asuransi

1. Subjek hukum ( penanggung dan tertanggung );


2. Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
3. Beban asuransi dan kepentingan tertanggung;
4. Tujuan yang ingin dicapai;
5. Resiko dan premi;
6. Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
7. Syarat syarat yang berlaku;
8. Polis asuransi;6
5
Wetria Fauzi, Hukum Asuransi, 2019.
6
Guntara, “Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya.”

11
7. Jenis dan Pengelolaan Asuransi
Asuransi adalah suatu mekanisme keuangan yang dirancang untuk melindungi
individu atau entitas dari risiko finansial yang tak terduga. Jenis-jenis asuransi
umumnya dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain:

 Asuransi Jiwa: Membayarkan manfaat kepada ahli waris ketika tertanggung


meninggal. Ada juga jenis asuransi jiwa yang mengumpulkan nilai tunai seiring
waktu.
 Asuransi Kesehatan: Memberikan perlindungan finansial terhadap biaya
perawatan medis, seperti kunjungan dokter, obat-obatan, dan perawatan rumah
sakit.
 Asuransi Kendaraan: Melindungi pemilik kendaraan dari risiko kerusakan atau
kehilangan kendaraan akibat kecelakaan, pencurian, atau bencana alam.
 Asuransi Properti: Melindungi rumah atau aset properti dari kerusakan fisik,
pencurian, atau bencana alam.
 Asuransi Umum: Menyediakan perlindungan terhadap risiko bisnis dan
tanggung jawab hukum yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.

Pengelolaan asuransi melibatkan beberapa tahap, seperti:

 Penentuan Kebutuhan: Individu atau perusahaan perlu menentukan jenis


asuransi yang diperlukan berdasarkan risiko yang dihadapi.
 Pemilihan Penyedia Asuransi: Pilih perusahaan asuransi yang sesuai dan
bandingkan premi serta manfaat yang ditawarkan.
 Pembayaran Premi: Pembayaran premi berkala untuk mempertahankan polis
asuransi.
 Klaim: Jika terjadi kejadian yang tertanggung, maka pihak yang diasuransikan
dapat mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi.
 Manajemen Klaim: Perusahaan asuransi akan menilai klaim dan, jika sah,
membayar manfaat sesuai polis.
 Evaluasi Rutin: Periode peninjauan berkala polis asuransi diperlukan untuk
memastikan bahwa asuransi tetap sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
berubah.

12
Penting untuk memahami jenis asuransi yang Anda butuhkan, membandingkan
penawaran, dan mengelola polis asuransi Anda dengan baik untuk memastikan
perlindungan yang efektif.

8. Peran dan Fungsi Asuransi


Asuransi memiliki peran dan fungsi utama yang penting dalam keuangan dan
perlindungan individu serta bisnis. Berikut adalah beberapa di antaranya:

 Perlindungan Keuangan: Asuransi memberikan perlindungan finansial dalam


situasi yang tidak terduga, seperti kecelakaan, sakit, atau kerugian harta benda.
Ini membantu individu dan perusahaan menghindari kerugian finansial yang
besar.
 Penyebaran Risiko: Asuransi memungkinkan penyebaran risiko di antara banyak
pemegang polis. Dengan membayar premi, pemegang polis berbagi risiko
dengan perusahaan asuransi, sehingga tidak harus menanggung beban finansial
yang besar sendirian saat terjadi kerugian.
 Investasi: Beberapa jenis asuransi, seperti asuransi jiwa, dapat digunakan
sebagai alat investasi. Pemegang polis dapat membangun nilai tunai atau
investasi jangka panjang melalui polis asuransi mereka.
 Kepastian dan Ketenangan Pikiran: Asuransi memberikan rasa aman dan
ketenangan pikiran. Individu dan bisnis tahu bahwa mereka memiliki
perlindungan finansial jika terjadi situasi darurat atau kejadian yang merugikan.
 Fungsi Sosial: Asuransi juga memiliki fungsi sosial dengan memberikan bantuan
kepada korban bencana alam, penyakit serius, atau kecelakaan. Ini membantu
masyarakat dalam masa-masa sulit.
 Kepatuhan Hukum: Beberapa jenis asuransi, seperti asuransi kendaraan
bermotor atau asuransi kesehatan, dapat menjadi persyaratan hukum di banyak
negara.
 Mendukung Pembiayaan Bisnis: Asuransi dapat membantu bisnis mendapatkan
pembiayaan, karena bank dan lembaga keuangan sering memerlukan asuransi
sebagai jaminan atau persyaratan dalam transaksi pinjaman atau investasi.
 Pengelolaan Risiko: Asuransi membantu individu dan bisnis mengelola risiko
mereka dengan cara yang lebih terstruktur. Ini dapat membantu dalam
perencanaan keuangan jangka panjang.
Peran dan fungsi asuransi bervariasi tergantung pada jenis asuransi yang diambil,
seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi properti, asuransi kendaraan, dan
banyak lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Fauzi, Wetria. Hukum Asuransi, 2019.
Guntara, Deny. “Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya.”
Justisi Jurnal Ilmu Hukum 1, no. 1 (2016): 29–46.
Nurfadila, Sindu, R.R Hidayat, dan Sri Sulasmiyati. “Analis Rasio Keuangan dan Risk
Capital Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi (Studi pada PT.
Asei Reasuransi Indonesia (Persero) Periode 2011-2013).” Jurnal Administrasi
Bisnis 22, no. 1 (2015): 1–9.
Subagiyo, Dwi Tatak, dan Freis Melia Salviana. Hukum asuransi. Surabaya: PT Revika
Petra Media, 2016.

14

You might also like