You are on page 1of 19

LAPORAN

PRAKTIKUM TERINTEGRASI 1

PROSES PRODUKSI (PERAKITAN)

Disusun Oleh:
1. ARIVAL NOVARIOS 2010017311003
2. YOLA AZZAHRA 2010017311021

Kelompok: III/SHIFT II

PRAKTIKUM TERINTEGRASI 1
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketidakpastian permintaan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi
perusahaan yang dapat berakibat negatif terhadap keuntungan yang dialami
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk memperpendek assembling
lead time produk, menstabilkan ketidakpastian pasar, serta dapat meminimumkan
tingkat persediaan. Dalam menghadapi kondisi diatas, diperlukan peningkatan
level produktifitas, kapabilitas, dan efisiensi di setiap lini produksi, sehingga
dibutuhkan sebuah perencanaan produksi yang dapat memaksimalkan
ketersediaan sumber daya sehingga dapat meminimalkan biaya produsi dalam
meningkatkan keuntungan perusahaan
Proses produksi secara umum bisa dikatakan sebagai proses pengolahan
bahan baku menjadi produk jadi. Suatu proses dikatakan efisien dan efektif jika
dalam proses tersebut tidak menghasilkan pemborosan. Perusahaan dalam
melakukan proses produksi tidak terlepas dari pemborosan atau waste yang dapat
merugikan perusahaan. Waste dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja
yang tidak memberikan nilai tambah
Proses produksi termasuk kepada kegiatan inti dari suatu perusahaan
manufaktur. Dalam proses produksi, suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu
produk berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen. Untuk mengadakan
kegiatan produksi, maka harus tersedia bahan baku yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan produksi perusahaan. Oleh karena itu penentuan persediaan bahan baku
secara efektif dan efisien merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu
proses produksi. Ada berbagai pos biaya yang dapat dihemat dan diorganisir
dengan baik untuk mencapai tujuan ini. Salah satu untuk menghemat biaya
produksi adalah dengan perencanaan kebutuhan bahan baku yang baik, sebagai
salah satu input yang mutlak diperlukan sebuah perusahaan khususnya perusahaan
produksi. Banyak hal positif yang dapat dicapai perusahaan dengan adanya
perencanaan pengadaan bahan baku yang baik diawal.
1.2. Tujuan Praktikum
Pada praktikum proses produksi (perakitan) ini, praktikan diharapkan
mampu dan bisa mencapai tujuan pada proses praktikum ini:
1. Mampu menggunakan Peta-Peta Kerja (Peta Proses Operasi, Peta Aliran
Proses, Assembly Chart, Peta Tangan Kiri, Tangan Kanan dan Peta Manusia
dan Mesin) untuk menggambarkan cara kerja.
2. Mampu menggunakan seven tools sebagai alat untuk mengindetifikasi
permasalahan.
3. Mampu memilah operasi menjadi elemen-elemen pekerjaan dan elemen
gerakan.
4. Mampu mengukur waktu baku dengan menggunakan metode pengukuran
waktu secara langsung (metode Jam Henti).

1.3. Alat dan Bahan


Dalam proses praktikum proses produksi (perakitan), kita menggunakan
beberapa mesin yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu sebagai
berikut:
1. Mesin Ketam (Planner)
2. Mesin Bor
3. Mesin Potong (Jig Saw)
4. Mesin Amplas
Dalam proses praktikum proses produksi (perakitan), kita menggunakan
beberapa alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu sebagai berikut:
1. Pensil & Pena
2. Penggaris
3. Jangka Sorong
4. Meteran
5. Lux Meter
6. Soundlevel meter
7. Obeng Bunga
8. Obeng Pipih
9. Gergaji
10. Palu
11. Pahat
Dalam proses praktikum proses produksi (perakitan), kita menggunakan
beberapa bahan yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu sebagai
berikut:
1. Kayu Pallet
2. Kayu
3. Triplek
4. Skrup
5. Paku
6. Amplas (Kertas Pasir)
7. Cat atau Pernis

1.4. Batasan Masalah


Pada modul proses produksi (perakitan) ini membahas tentang peta-peta
kerja, pengukuran waktu.

1.5. Sistematika Penulisan


Berikut sistematika dari penulisan laporan perancangan terintegrasi 1
mengenai proses produksi (perakitan) :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama praktikan akan membahas mengenai latar belakang,
tujuan praktikum, alat dan bahan serta batasan masalah pada modul 4
tentang proses produksi (perakitan).
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab kedua membahas mengenai peta-peta kerja dan pengukuran
waktu.
BAB III PENGUMPULAN DATA
Pada bab ketiga ini membahas mengenai pengumpulan data pada saat
pengukuran.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Pada bab keempat ini membahas tentang data yang sudah dikumpulkan
dan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab kelima ini berisi tentang pembahasan mengenai apa saja yang
kita lakukan pada saat praktikum proses produksi (perakitan).
BAB VI PENUTUP
Pada bab keenam ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
praktikum proses produksi (perakitan).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Proses Produksi


Proses produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menggabungkan berbagai faktor produksi yang ada dalam upaya menciptakan
suatu produk, baik itu barang atau jasa yang memiliki manfaat bagi konsumen.
Proses produksi disebut juga sebagai kegiatan mengolah bahan baku dan
bahan pembantu dengan memanfaatkan peralatan sehingga menghasilkan suatu
produk yang lebih bernilai dari bahan awalnya.
Proses ini diartikan sebagai suatu cara atau pun juga metode maupun juga
teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (yakni seperti mesin,tenaga
kerja, bahan serta dana) yang ada itu kemudian diubah untuk memperoleh suatu
hasil. Produksi ini merupakan suatu aktivitas kegiatan untuk menciptakan atau
pun juga menambah kegunaan barang atau jasa.
Proses ini kemudian juga diartikan sebagai cara, metode maupun juga
teknik bagaimana produksi tersebut dilaksanakan. Produksi ini merupakan
kegiatan atau aktivitas untuk menciptakan dan juga menambah kegunaan (Utility)
suatu barang maupun juga jasa. proses produksi ini merupakan suatu cara,
metode ataupun juga teknik di dalam menambah keguanaan suatu barang serta
jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Hasil dari kegiatan produksi adalah barang dan jasa. Barang merupakan
sesuatu yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia, serta mempunyai masa waktu.
Sedangkan jasa merupakan sesuatu yang tidak memiliki sifat-sifat fisik dan kimia,
serta tidak mempunyai jangka waktu antara produksi dengan konsumsi.

2.2. Tujuan Proses Produksi


1. Untuk menghasilkan suatu produk (barang atau jasa).
2. Untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu perusahaan.
3. Untuk memberikan nilai tambah atau value terhadap suatu produk.
4. Untuk mendapatkan keuntungan sehingga tercapai tingkat kemakmuran yang
diinginkan.
5. Untuk mengganti produk yang rusak, kadaluarsa, atau telah habis.
6. Untuk memenuhi permintaan pasar, baik pasar domestik maupun internasional.
2.3. Karakteristik Proses Produksi
Dalam proses mengelola kegiatan produksi terdapat ciri-ciri tertentu.
Berikut ini adalah beberapa karakteristiknya berdasarkan proses, sifat, dan jangka
waktunya:
1. Berdasarkan Proses
a. Produksi langsung, kegiatan ini mencakup produksi primer dan produksi
sekunder. Produksi primer, yaitu kegiatan produksi yang diambil dari alam
secara langsung. Misalnya, pertanian, pertambangan, perikanan, dan lain-
lain. Produksi sekunder, yaitu proses produksi dengan menambahkan nilai
lebih pada suatu barang yang ada. Misalnya kayu untuk membuat rumah,
baja untuk membuat jembatan, dan lain-lain.
b. Produksi tidak langsung, yaitu kegiatan produksi dengan memberikan hasil
dari keahlian atau jasa. Misalnya, jasa montir, jasa kesehatan, jasa
konsultasi, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Sifat Proses Produksi
a. Proses ekstraktif, yaitu kegiatan produksi dengan mengambil produk secara
langsung dari alam.
b. Proses analitik, yaitu kegiatan produksi yang melakukan pemisahan suatu
produk menjadi lebih banyak dengan bentuk yang mirip seperti aslinya.
c. Proses fabrikasi, yaitu kegiatan mengubah suatu bahan baku menjadi suatu
produk yang baru.
d. Proses sintetik, yaitu kegiatan menggabungkan beberapa bahan menjadi
suatu bentuk produk. Proses ini disebut juga dengan perakitan.
3. Berdasarkan Jangka Waktu Produksi
a. Produksi terus menerus, yaitu produksi yang memakai berbagai fasilitas
untuk menciptakan produk secara terus menerus. Proses ini umumnya dalam
skala besar dan tidak terpengaruh waktu dan musim.
b. Produksi terputus-putus, yaitu produksi yang kegiatannya berjalan
dilakukan tidak setiap saat, tergantung musim, pesanan, dan faktor lainnya.
2.4. Jenis-jenis Proses Produksi
Dalam pelaksanaannya, proses ini memerlukan waktu yang berbeda-beda,
ada yang singkat, dan ada juga yang prosesnya cukup panjang. Berdasarkan cara
pelaksanaannya, proses produksi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Produksi Jangka Pendek
Ini adalah kegiatan produksi yang cepat dan langsung menghasilkan produk
(barang atau jasa) bagi konsumen. Contohnya adalah produksi makanan seperti
roti bakar, cakwe, gorengan, dan lain-lain.
2. Produksi Jangka Panjang
Ini adalah kegiatan produksi yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Misalnya, menanam padi, menanam kopi, membangun rumah, dan lain-lain.
3. Produksi Terus-Menerus
Ini adalah kegiatan produksi yang melakukan pengolahan berbagai bahan baku
secara bertahap hingga menjadi suatu barang jadi, dimana prosesnya
berlangsung secara terus menerus. Misalnya, pabrik yang memproduksi kertas,
gula, karet, dan lain-lain.
4. Produksi Berselingan
Ini adalah kegiatan produksi yang mengolah bahan-bahan baku dengan cara
menggabungkannya menjadi suatu barang jadi. Misalnya proses pembuatan
sepeda motor, dimana setiap bagiannya diproduksi secara terpisah (stir, ban,
mesin, knalpot, dan lainnya). Proses penggabungan bagian-bagian tersebut
menghasilkan sebuah sepeda motor.

2.5. Perencanaan Produksi


Perencanaan produksi agregat adalah sebuah proses perencanaan yang
dibentuk dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang tersedia
untuk memenuhi permintaan pelanggan. Dalam perencanaan agregat ditetapkan
tingkat persediaan yang optimal, mempersingkat waktu pengiriman barang, dan
penstabilan laju produksi serta membantu Top Management dalam menjalankan
bisnis perusahaan. Perencanaan produksi agregat di desain untuk membantu
perusahaan dalam menyeimbangkan pertemuan antara permintaan dan pasokan
barang terhadap pelanggan (Chase, et al., 2006).
Perencanaan Agregat merupakan sebuah alat untuk mengidentifikasi
parameter – parameter operasional dalam kurun waktu tertentu sebagai berikut :
1. Tingkat produksi merupakan jumlah dari tiap-tiap dalam satuan waktu (seperti
per hari, per minggu, per bulan)
2. Jumlah tenaga kerja optimum yang dibutuhkan, disesuaikan dengan permintaan
pelanggan terhadap kapasitas produksi.
3. Jam lembur merupakan jam kerja tambahan diluar jam kerja reguler dalam
melakukan produksi.
4. Sub-kontrak adalah penggunaan pihak ketiga dalam meningkatkan kapasitas
produksi.
5. Backlog merupakan permintaan yang tidak dapat terpenuhi dalam periode
waktu tertentu, namun diikutkan dalam perencanaan produksi periode
berikutnya.
6. Persediaan merupakan tingkat persediaan yang akan digunakan untuk
memenuhi permintaan pada periode berikutnya.
Buxey (2005) berpendapat bahwa mayoritas industri melakukan chase
strategy dalam mempertemukan permintaan dan pasokan. Dengan menggunakan
strategi ini, persediaan akan sedikit sehingga biaya penanganan persediaan
menjadi rendah, tetapi mengakibatkan biaya tenaga kerja menjadi lebih tinggi. Liu
& Tu (2008) menjelaskan bahwa meningkatkan level persediaan dapat
mempertemukan permintaan pelanggan dan menghindari kehilangan penjualan.
Akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan biaya penyimpanan dapat meningkat.
Begitu pula sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki atau kekurangan
persediaan, akan menyebabkan pelayanan terhadap pelanggan menjadi tidak
maksimal. Oleh karena itu diperlukan perencanaan produksi yang optimum dalam
mempertemukan permintaan dan pasokan pelanggan.
Perencanaan produksi agregat menetapkan sebuah rencana dengan tujuan
menurunkan biaya total produksi atau meningkatkan laba perusahaan. Strategi –
strategi perencanaan agregat dapat dikombinasikan guna mencari kondisi
optimum dalam perencanaan produksi. Dalam melakukan penyusunan
perencanaan agregat, pertama-tama perlu dilakukan proses peramalan kapasitas
produksi sebagai dasar perencanaan produksi, sehingga diperlukan metode
peramalan yang paling sesuai dengan fluktuasi dari permintaan pelanggan. Setelah
dasar perencanaan produksi telah diramalkan, kemudian dilakukan penyesuaian
strategi yang tepat dalam mempertemukan pasokan perusahaan dan permintaan
pelanggan (Kumar & Suresh, 2008).
Perencanaan produksi adalah perencanaan tentang apa dan berapa produksi
yang akan diproduksi oleh perusahaan dalam periode tertentu yang akan datang.
Secara detail, perencanaan produksi dapat didefinisikan sebagai proses untuk
memproduksi produk atau barang-barang pada suatu periode tertentu yang
diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya baik tenaga
kerja, bahan baku, dan peralatan lainnya.
Perencanaan produksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu penentuan
kegiatan produksi yang dilakukan dalam waktu kurang dari satu tahun. Ini disebut
perencanaan jangka pendek. Ada pula penentuan kegiatan produksi yang
dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Ini disebut perencanaan
produksi jangka panjang.
Secara umum, perencanaan produksi adalah bagian dari perencanaan dan
pengendalian aliran bahan baku material ke dalam pabrik, di dalam pabrik, dan ke
luar pabrik, sehingga tujuan perusahaan yang berupa keuntungan optimal dapat
dicapai.
Tentu saja, perencanaan produksi pada intinya adalah efisiensi bisnis yang
bertujuan untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya dengan perencanaan
produksi seefisien mungkin sesuai dengan permintaan pasar.
Ada lima hal yang berpengaruh pada keuntungan sebuah perusahaan yang
harus diperhatikan dalam perencanaan produksi. Kelima hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan produksi adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Produk
Kualitas produk harus direncanakan dengan baik. Juga terkait dengan pangsa
pasarnya. Apakah harus memproduksi produk yang premium, ataukan produk
dengan kualitas standar asal sesuai permintaan pasar. Kualitas produk pada
akhirnya disesuaikan dengan pangsa pasar dan menentukan harga yang bisa
dibayar oleh konsumen.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal dan alat produksi, serta biaya produksi setiap unit disebut
biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba
yang dihasilakn oleh perusahaan pada volume tertentu dan harga penjualan
tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan sebuah perusahan untuk
berkompetisi. Waktu pengembangan produk menunjukkan daya tanggap
perusahaan pada teknologi. Pada akhirnya perencanaan menentukan kecepatan
sebuah perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis (break event
point) dari usaha yang dilakukan oleh tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan Produk
Biaya pengembangan produk merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dari investasi. Biaya pengembangan produk, untuk riset dan pengujian,
dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan pangsa
pasar yang ditarget.
5. Kapabilitas Pengembangan
Kapabilitas pengembangan adalah aset yang dapat digunakan leh perusahan
dalam mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekononim di waktu
yang akan datang. Pembuatan suatu produk yang melalui tahapan perancangan
yang baik akan menghasilkan produk yang baik. Baik produk baru, maupun
pengembangan produk lain. Kegiatan ini berkaitan dengan persepsi tentang
kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan konsep produk,
perancangan produk, dan pengembangan produk serta penyempurnaan produk.
Kemudian diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.

2.5.1. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Produksi


Tujuan rencana produksi adalah:
a. Meminimalkan biaya produksi yang sekaligus memaksimalkan laba dan
keuntungan.
b. Memaksimalkan layanan pada konsumen atau nasabah.
c. Meminimalkan investasi.
d. Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi.
e. Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan serta peralatannya.
f. Meminimalkan perubahan dalam tenaga kerja.
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
1. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
2. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana
strategis sebuah perusahaan.
3. Menjamin kemapuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi.
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai sebuah target produksi dan
rencana strategis.
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.

2.6. Proses Perakitan


Perakitan merupakan proses dimana berbagai komponen dan sub assembly
digabungkan agar menjadi rakitan/produk yang lengkap. Karena terdapat banyak
sekali proses perakitan, maka semua itu tidak akan dijelaskan secara mendetail
dalam buku ini.
Sebagai contoh, welding kadang dapat juga disebut sebagai proses
perakitan. Walaupun hanya menyangkut sedikit sambungan yang sifatnya
permanen. Pengeleman, penyambungan dengan paku keling, penyambungan
dengan sekrup, dan penyambungan dengan paksa merupakan contoh dari proses
perakitan. Seorang ahli Teknik Produksi harus mengetahui berbagai proses ini
serta mengerti keuntungan dan kerugian dan masing-masing proses ini.
Di pabrik, perakitan mungkin dilakukan pada sistem batch, dimana proses
perakitan akan dilakukan secara terputus-putus atau dalam proses yang kontinyu
dalam lini perakitan. Seorang ahli Teknik Produksi harus mengetahui bagaimana
caranya mengembangkan lini perakitan.
Pada prinsipnya, perakitan khususnya dalam proses manufaktur terdiri atas
pasangan seluruh bagian komponen ke dalam suatu produk, proses pengencangan,
inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil
perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan
penyiapan untuk pemakaian akhir.
Apabila berbicara soal Mesin beda lagi, yang diketahui terdiri atas frais,
bubut,bor, dan gerinda dan pengelasan yang sebagian pelaksanaannya hanya
meliputi satu proses saja. Sementara dalam perakitan bisa meliputi berbagai
proses manufaktur.

2.7. Metode Perakitan


Apabila berbicara soal produksi massal, perakitan bisa dilakukan secara
otomatis, contohnya dalam proses pengikatan, pengelingan, pengelasan,
penyekrupan, dan lain-lain dalam urutan rangkaian proses produksi.
Hasil yang akan didapatkan melalui proses ini dalam produk adalah bentuk
yang standar. Akan tetapi, terdapat 3 metode yang bisa dipakai sesuai dengan
kebutuhan yaitu:
1. Perakitan Yang Ditukar-Tukar
Dalam metode ini, terdapat bagian yang akan dirakit yang ditukarkan satu sama
lain, alasannya karena bagian ini dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan
sudah distandarkan baik berdasarkan itu pada ISO, DIN, JIS, dan lain
sebagainya. Selain itu, terdapat keuntungan dengan memakai bagian atau
komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang
lebih cepat dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat diganti dengan
komponen yang sejenis yang ada di pasaran. Akan tetapi tetap memiliki
kerugian sebagaimana harus membeli komponen itu dengan harga yang relatif
lebih mahal.
2. Perakitan Dengan Pemilihan
Sedangkan untuk metode perakitan ini, diketahui komponen-komponennya
berasal dari produksi massal. Akan tetapi, metode ini mempunyai pengukuran-
pengukurannya tersendiri menurut batasan-batasan ukuran.
3. Perakitan Secara Individual
Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan
antara pasangan satu dengan pasangannya. karena dalam pengerjaannya harus
berurutan tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang
berpasangan tersebut kita selesaikan terlebih dahulu, kemudian pasangan
lainnya menyusul dengan ukuran patokan yang diambil dari komponen yang
pertama.
2.8. Jenis Perakitan
Ada beberapa macam jenis perakitan yang sering digunakan di dunia
industri, hal ini tergantung pada pekerjaan yang akan dilakukan. Biasanya faktor
bentuk dan jumlah produk yang akan dihasilkan sangat menentukan. Pada
umumnya ada dua macam jenis perakitan yaitu:
1. Perakitan Manual adalah perakitan yang sebagian besar proses dikerjakan
secara konvensional atau menggunakan tenaga manusia dengan peralatan yang
sederhana tanpa alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.
2. Perakitan otomatis adalah perakitan yang dikerjakan dengan sistem otomatis
seperti otomasi, elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik
(mekatronik), dan membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.
Sedangkan untuk jenis perakitan dapat dibedakan menurut jenis produk
yang akan dilakukan perakitan yaitu;
1. Produk tunggal Jenis perakitan tunggal yaitu perakitan dengan produk hanya
satu jenis saja.
2. Produk seri Jenis perakitan produk seri adalah bila perakitan dilakukan dalam
jumlah massal dalam bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya proses
perakitan produk elektronik, perakitan mobil, perakitan motor dan lain-lain.

2.9. Peta-peta Kerja


Secara umum yang dimaksud dengan peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Melalui peta kerja,
seseorang dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu
benda kerja mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku).
Kemudian semua langkah yang dialaminya seperti transportasi, operasi
mesin, pemeriksaan, dan perakitan; sampai akhirnya menjadi suatu produk.
Dengan adanya peta kerja ini, seseorang dapat menganalisa metode kerja yang
diterapkan seseorang.
Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas mulai dari awal sampai akhir proses. Di dalam peta
kerja terdapat banyak informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode
kerja. Fungsi peta kerja adalah untuk menganalisa suatu pekerjaan, sehingga dapat
mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja. Peta kerja dibedakan menjadi
dua jenis berdasarkan kegiatannya, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja
setempat (Wignjosoebroto, 2000). Peta kerja keseluruhan merupakan suatu peta
kerja yang di dalamnya melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang
diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Macam-macam peta kerja
keseluruhan menurut kegunaannya terdiri dari peta proses operasi, peta aliran
proses, peta proses kelompok kerja, dan diagram alir. Peta kerja setempat
merupakan suatu peta kerja yang di dalamnya hanya melibatkan orang dan
fasilitas dalam jumlah terbatas. Macam-macam peta kerja setempat menurut
kegunaannya terdiri dari peta pekerja dan mesin, dan peta tangan kiri tangan
kanan. Selain itu, terdapat pula peta-peta lain seperti peta perakitan dan
precedence diagram.

2.9.1. Fungsi Peta Kerja


Jika mempertimbangkan pendapat para ahli dalam halni menurut Groover
(2007) yang menyampaikan bahwa terdapat empat fungsi dari peta kerja. Adapun
keempat fungsi dari peta kerja tersebut adalah:
1. Menggunakan algoritma tertentu misalnya untuk menganalisa jalur perakitan
yang dipakai line balancing.
2. Memakai checklist sebagai pandungan untuk mengevaluasi proses yang ada
saat ini.
3. Melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan proses kerja itu
atau dengan ahli, yang bertujuan untuk menemukan potensi perbaikan untuk
diterapkan.
4. Melalui pemisahan antara proses yang mempunyai nilai tambah (mencakup
proses yang menghasilkan perubahan pada produk) dan yang tidak mempunyai
nilai tambah (seperti pengulangan, menunggu, inspeksi yang tidak dibutuhkan
dan transportasi).
Berdasarkan peta-peta kerja yang dibuat, seseorang bisa melakukan analisa
dan perbaikan terhadap metode kerja saat ini. Perbaikan yang bisa dilakukan dapat
menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi
dengan operasi lainnya, menemukan urutan kerja atau proses yang lebih baik,
menentukan mesin yang lebih ekonomi, menghilangkan waktu menunggu antara
operasi dan sebagainya.
Jadi, peta-peta kerja merupakan alat yang sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas dan juga seseorang dapat mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk memperbaiki suatu metode kerja.

2.9.2. Macam-macam Peta Kerja


Pada dasarnya peta kerja yanga da ini terbagi dalam 2 kelompok besar
menurut kegiatannya yaitu peta-peta kerja yang dipakai untuk menganalisa
kegiatan kerja keseluruhan dan peta-peta ykerja yang dipakai untuk menganalisa
kegiatan kerja setempat (Sutalsaksana et al.,1979). Peta kerja keseluruhan
menggambarkan kegiatna yang mencakup proses yang terjadi secara luas,
sehingga sebagian besar kegiatan pabrik secara garis besarnya tergambarkan.
Sedangkan peta kerja setempat lebih memfokuskan kegiatan yang terjadi
pada sebagian kecil dari kegiatan yang terjadi di pabrik. Kegiatan ini terjadi pada
apa yang disebut stasiun kerja setempat yang melibatkan fasilitas yang lebih
terbatas dan spesifik. Peta-peta kerja keseluruhan terbagi atas peta perakitan, peta
proses operasi, peta aliran proses, peta regu kerja, dan peta diagram aliran.

1. Peta proses operasi adalah peta yang menggambarkan operasi apa saja yang
dibutuhkan, urutan-urutan operasi, jenis dan ukuran material yang diutuhkan,
mesin yang dibtuhkan dan waktu dari masing-masing operasi. Peta Proses
Operasi merupakan suatu peta yang menggambarkan urutanurutan proses atau
operasi inspeksi, waktu kelonggaran, dan pemakaian material di dalam proses
produksi secara sistematis dan jelas mulai dari awal bahan baku sampai
menjadi produk jadi yang utuh maupun sebagai komponen (Niebel, 2003).
Kegunaan Peta Proses Operasi adalah untuk mengetahui kebutuhan mesin dan
bahan baku, menentukan tata letak pabrik, dan lain-lain. Di dalam peta ini
memuat informasi mengenai waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu
proses, material yang digunakan di dalam proses tersebut, alat-alat yang
digunakan dalam urutan proses tersebut. Di bawah ini merupakan simbol-
simbol yang digunakan dalam pembuatan Peta Proses Operasi, yaitu:
(Wignjosoebroto, 2000)
2. Peta aliran proses (flow process chart) adalah suatu diagram untuk
menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu
dan penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedur berlangsung,
serta di dalamnya terdapat informasi yang dibutuhkan untuk analisa seperti
waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.
3. Diagram aliran adalah gambaran menurut skala dari susunan lantai atau gedung
yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran
proses.
4. Peta pekerja mesin adalah suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara
waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan
mesin.
5. Peta tangan kiri dan kanan adalah peta yang menggambarkan semua gerakan-
gerakan saat pekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri
dan tangan kanan juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan saat melakukan suatu pekerjaan.

2.10. Pengukuran Waktu


Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan
manusia yang dikonstribusikan dengan unit output yang dihasilkan
(Wignjosoebroto, 2000). Teknik pengukuran kerja atau Time Study adalah teknik
untuk menetapkan waktu baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan memberikan kelonggaran-kelonggaran waktu untuk kebutuhan
pribadi, melepas lelah (fatique) serta kelonggaran-kelonggaran lain yang tidak
dapat dihindari (Niebel, 1993). Tujuan time study adalah menentukan waktu baku
untuk semua pekerjaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan tenaga kerja dan jumlah optimal
produk yang dihasilkan perlu dilakukan pengukuran waktu kerja. Pengukuran
waktu kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengukuran waktu kerja dengan
metode pengukuran langsung dan pengukuran waktu kerja dengan metode
pengukuran tidak langsung. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran
langsung dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu pengukuran kerja dengan
metode jam henti dan pengukuran kerja dengan metode work sampling.
Sedangkan untuk pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran tidak
langsung dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu pengukuran kerja dengan
metode data baku (standart data) dan pengukuran kerja dengan metode analisa
regresi atau metode data waktu gerakan (pre-determined time study).
Pengukuran waktu kerja digunakan untuk memperoleh waktu baku proses
kerja. Untuk memperoleh waktu baku tersebut, digunakan metode pengukuran
langsung, yaitu dengan menggunakan metode jam henti. Metode ini dilakukan
dengan menggunakan alat bantu ukur stopwatch sehingga seringkali disebut
dengan stopwatch time study. Metode pengukuran ini sesuai untuk pekerjaan atau
aktivitas yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive).
Hal utama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran dengan
jam henti adalah membagi operasi kerja yang ada ke dalam elemen kerja secara
rinci.
Pengukuran waktu kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan melakukan pengamatan dengan objek yaitu pekerja hingga memperoleh
waktu kerja setiap prosesnya, menghitung waktu siklus dengan memakai peralatan
yang sesuai (Ginting, 2009). Data dari hasil pengamatan yang bisa diukur yaitu
waktu siklus pekerjaan, dengan waktu penyelesaian keseluruhan pekerjaan mulai
bahan awal proses didalam unit proses hingga unit keluar. Pada dasarnya
pengukuran waktu tergolong menjadi dua bagian yaitu (Ginting, 2009):
1. Melakukan pengukuran waktu yang dilakukan dalam keadaan langsung dengan
pengukuran dilokasi pekerjaan dengan kegiatan pekerjaan tersebut mulai
dijalankan,untuk metode pengukuran pengambilan langsung bisa dibagi
menjadi dua, diantaranya (Ginting, 2009):
a. Metode sampling pekerjaan
Pengamat tidak harus terus menerus berada di lokasi kerja, tetapi melakukan
kegiatan pengamatan sekali kali yang telah ditentukan dengan cara random
atau acak. Karena dalam satu hari kerja akan dibagi satuan waktu yang
besarnya bisa ditentukan pengukur.
b. Metode waktu jam henti atau stopwatch
Dalam pengukuran jam henti bisa dilakukan tiga cara (Ginting, 2009):
1. Dengan metode mengulang (snap back method), merupakan aktivitas
pengukuran waktu dengan secara mengulang, stopwatch dapat dijalankan
hingga akhir bagian kerja diamati dan ditulis. Untuk bagian mengukur
proses lainnya stopwatch dikembalikan ketitik nol
2. Metode kontinue (continious method), pada awalnya stopwatch
dinyalakan dan pengamatan dari awal proses kerja sampai selesai.
pengamat dan pencatatan waktu kumulatif digunakan dalam proses kerja.
3. Metode akumulatif (accumurlative method), adalah pengukuran waktu
dengan menggunakan dua stopwatch dengan cara digabung, apabila
stopwatch pada awalnya disiapkan, maka stopwatch yang kedua terhenti
dengan otomatis dan sebaliknya. Pengukuran waktu dengan cara
akumulatif kemungkinan dibaca langsung dengan masing-masing bagian
kerja.
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengukuran waktu yang telah
tidak harus berada langsung dilokasi kerja. tetapi bisa dilaksanakan dengan
cara melihat grafik atau tabel yang tersedia, dengan catatan harus memahami
jalannya produksi yang sedang diproses dengan elemen-elemen gerakan,
contohnya data waktu baku.

You might also like