You are on page 1of 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


PERKEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU :
Faradilla Iedliany, M.Psi., Psikolog.

Disusun Oleh :

Junjung Nur Solekah 8620601220026


Rara Anggraini 8620601220021
Trijayanti AB 8620601220016

PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS BORNEO LESTARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa
diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti sekarang
ini.
Adapun dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak bisa
lepas dari dukungan dan peran serta dan banyak pihak, untuk itu
kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Faradilla Iedliany,
M.Psi., Psikolog yang telah memberikan tugas kepada kami. kami
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman, khususnya
anggota kelompok kami sendiri yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Makalah berjudul Perkembangan
Kreativitas Peserta Didik untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca sehingga
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
Perkembangan Kognitif Anak dan Remaja
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari teknik penulisan maupun materi
mengingat kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang kalian berikan untuk kami selalu
kami harapkan dari kesempatan penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................iii
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Pengertian Kreativitas..................................................................
2.2 Strategi 4P dalam Perkembangan Kreativitas..............................
2.3 Faktor-Faktor Perkembangan Kreatifitas.....................................
2.4 Tahapan Berpikir Kreatif..............................................................
2.5 Tantangan dan Hambatan Berpikir Kreatif..................................
2.6 Perkembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran.........................

BAB III PENUTUP........................................................................................


3.1 Kesimpulan...................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik perlu didorong untuk dapat berpikir kreatif. Kreativitas dan
bakat pada diri peserta didik perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena
sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan
kualitas hidup pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa dan negara. Salah satu wadah pengembangan kreativitas
dan bakat peserta didik adalah di sekolah. Sistem pendidikan hendaknya
dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di
samping pemikiran logis dan penalaran pada diri peserta didik. Pendidik
dan perangkat sekolah memiliki peran penting dalam pelaksanaan
pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik. Namun dalam
kenyataannya, masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya
pengembangan kreativitas dan bakat peserta didik.
Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan para
pendidik terkait kreativitas dan cara pengembangannya dalam
pembelajaran. Untuk dapat menunjang keberhasilan pengembangan
kreativitas dan bakat peserta didik, pastisipasi dari orang tua peserta didik
juga diperlukan. Karena dukungan orang tua dan lingkungan sangat
diperlukan dalam proses penciptaan perilaku kreatif peserta didik. Tanpa
adanya dukungan lingkungan, kreatifitas peserta didik akan sulit
berkembang. Akibatnya, seorang peserta didik mungkin hanya akan
menjalani kewajiban yang dituntut lingkungan tanpa memiliki inisiatif
sehingga taraf hidupnya sulit meningkat. Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pendidik dan orang tua terkait kreativitas dan cara
pengembangannya menjadi penghambat terbesar terciptanya pribadi yang
kreatif dan unggul para peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kreativitas?
2. Apa strategi 4P dalam perkembangan kreativitas?
3. Apa faktor-faktor perkembangan kreatifitas?
4. Apa tahapan berpikir kreatif?
5. Apa tantangan dan hambatan berpikir kreatif?
6. Apa perkembangan kreativitas dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kreativitas.
2. Untuk mengetahui strategi 4P dalam perkembangan kreativitas.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor perkembangan kreatifitas.
4. Untuk mengetahui tahapan berpikir kreatif.
5. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan berpikir kreatif.
6. Untuk mengetahui perkembangan kreativitas dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
“Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang
baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan” (Semiawan, 1999: 89).
Akhirnya secara komprehensif kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu
dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna memecahkan
berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang
orisinal dan bermanfaat.
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu
yang baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau
sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di sini tidak
hanya bentuk suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna,
detail.
Di samping itu pemikiran berbeda namun masih dapat diterangkan
dengan penalaran atau logika juga disebut Kreativitas. Ide-ide yang
cemerlang atau kecerdasan yang tinggi disebut juga sebagai
kreativitas.
Kreativitas sifatnya bawaan namun berkembangnya butuh
adanya kesempatan dari lingkungan atau butuh pengetahuan yang
banyak tentang segala hal dari lingkungan. Kreativitas adalah
kegiatan otak yang teratur, komperehensif, dan imajinatif menuju
suatu hasil yang orisinil sehingga inovatif dari pada sekedar
reproduktif.
Teori-teori Kreativitas
1. Teori Psikoanalisis
Menganggap bahwa proses ketidaksadaran
melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi
dari kondisi psikopatologis.
2. Teori Assosiasionistik
Memandang kreativitas sebagai hasil dari proses
asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah
ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
3. Teori Gestalt
Memandang kreativitas sebagai manifestasi dari
proses tilikan individu terhadap lingkungannya secara
holistik.
4. Teori Eksistensial
Mengemukakan bahwa kreativitas merupakan
proses untuk melahirkan sesuatu yang baru melalui
perjumpaan antara manusia dengan manusia, dan antara
manusia dengan alam. Menurut May (1980), dengan teori
eksistensial ini, setiap perilaku kreatif selalu didahului oleh
‘perjumpaan’ yang intens dan penuh kesadaran antara
manusia dengan dunia sekitarnya.
5. Teori Interpersonal
Menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan
sosial. Dengan menempatkan pencipta (kreator) sebagai
inovator dan orang di sekeliling sebagai pihak yang
mengakui hasil kreativitas. Teori ini menekankan
pentingnya nilai dan makna dari suatu karya kreatif. Karena
nilai mengimplikasikan adanya pengakuan sosial.
6. Teori Trait
Memberikan tempat khusus kepada usaha untuk
mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik
utama kreativitas.
Perbedaan Pintar dengan Kreatif
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C.
Utami Munandar, kreatif berbeda dengan siswa pintar.
"kreatif berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa
didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi
meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa
optimal seperti halnya siswa kreatif. "Kalau siswa tak
kreatif musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat
apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan
berkembang." "Sebaliknya, jika kreatif tapi lingkungannya
tak menunjang, ia pun tak akan berkembang." Soal bakat
musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik,
bakatnya akan terpendam," .
Kreativitas yang tampak pada siswa-siswa berbeda
dengan orang dewasa. Kreativitas seorang siswa bisa muncul
jika terus diasah sejak dini. Pada siswa-siswa, kreativitas
merupakan sifat yang komplikatif; seorang siswa mampu
berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur
pencetus kreativitas.
Pada dasarnya kreativitas siswa-siswa bersifat
ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu
merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang
melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan
spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan
pada siswa yang kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3)
tertarik pada hal-hal yang baru. Ternyata ketiga ciri-ciri
tersebut terdapat pada diri siswa. Berarti semua siswa pada
dasarnya adalah kreatif; faktor lingkunganlah yang
menjadikan siswa tidak kreatif. Dengan demikian, peran
orangtua sebenarnya lebih pada mengembangkan kreativitas
siswa. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya,
perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan
pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar,
1999) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang
yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini
masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.
Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran,
ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling
tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas
yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu
dipupuk untuk melatih peserta didik berpikir luwes
(flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan
(elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang
merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh
Guilford (Supriadi, 2001).
2.2 Strategi 4P dalam Perkembangan Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan
kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang
dan kadar yang berbeda -beda. Yang penting dalam pendidikan
adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4P
yakni :
1. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik
inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk
yang inovatif.
2. Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan
dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal)
yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan,
pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri
(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif
dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi
dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak
mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai
kegiatan kreatif peserta didik mereka dan lebih
memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi
dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian
pula pendidik meskipun menyadari pentingnya perkembangan
kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas
dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi
pengembangan kreativitas.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu
diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik
hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya
dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting
adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif.
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang
menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi
pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya
mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan
adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas peserta
didik dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya
dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya
peserta didik. Ini akan lebih menggugah minat peserta didik
untuk berkreasi.
2.3 Faktor-Faktor Perkembangan Kreativitas
Guilford yang bertolak dari analisis faktor, berusaha
merumuskan faktor-faktor yang terkandung dalam kreativitas.
Menurut Guilford kreativitas mencakup 3 dimensi pokok yaitu :
1. Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan mengadakan persepsi,
dan ini meliputi faktor-faktor antara lain :
a. Kepekaan indera
b. Perhatian
c. Orientasi Ruang
d. Orientasi Waktu
e. Luasnya daerah persepsi
f. Kecepatan persepsi
2. Dimensi Psikomotor
Dimensi Psiko-Motor mencakup beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor kekuatan
b. Faktor impuls
c. Faktor kecepatan gerak
d. Faktor Ketelitian/ketepatan
e. Faktor koordinasi
3. Dimensi Intelektual
Dimensi ini mempunyai implikasi yang sangat luas.
Dimensi ini meliputi 5 faktor :
a. Faktor Ingatan
b. Faktor Pengenalan
c. Faktor Evaluatif
d. Faktor Berfikir Konvergen
e. Faktor Berfikir Divergen
2.4 Tahapan Berpikir Kreatif
Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769), ada empat tahap
dalam proses berpikir kreatif, yaitu: tahap persiapan, inkubasi, iluminasi,
dan verifikasi. Pada tahap persiapan dilakukan kajian awal untuk
mendalami fokus masalah yang dihadapi, kemudian dicari berbagai
informasi dari berbagai sumber sebagai bahan melakukan evaluasi atas
rancangan analisis yang telah disiapkan. Apabila masih dipandang
perlu, kemudian dicari informasi tambahan untuk melengkapi bahan
analisis.
Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi dan cooling down sambil
mencari informasi pelengkap. Seringkali ide cemerlang akan muncul pada
tahap ini, yaitu ketika merenungkan kembali hasil kajian yang
terkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi.
Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari tahap inkubasi,
yaitu dengan munculnya gagasan cerdas untuk mengatasi persoalan.
Selanjutnya pada tahap verifikasi, gagasan-gagasan yang diperoleh
melalui proses berpikir kreatif kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta
kebermaknaannya.
Veitzal Rivai dkk (2008: 769-776) menjelaskan tentang lima teknik
berpikir kreatif, yaitu:
1. Merangsang ide (idea spurring), yaitu teknik berpikir kreatif
yang menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang dapat
merangsang terciptanya ide baru. Serangkaian pertanyaan
pemicu munculnya ide (gagasan).
2. Mendaftar sifat (attribute listing), yaitu teknik berpikir kreatif
yang menggunakan elemen-elemen sifat dari suatu hal yang
bersifat tangible (nyata).
3. Hubungan yang dipaksakan (forced relationship) yaitu teknik
berpikir yang merangsang kreativitas atas dasar asosiasi bebas
yang dipaksakan. Misal dengan memakspeserta didikan untuk
memadukan dua atau lebih gagasan lama yang independen.
4. Sumbang saran (brain storming) yaitu dengan mendapatkan
banyak ide dari sekelompok orang yang diperoleh dalam waktu
singkat.
Prinsip berselang seling sebagai teknik berpikir kreatif
yakni paduan teknik yang dilakukan secara bergantian, yaitu: (1)
Menghasilkan-Menilai Gagasan, (2) Usaha Individu-Kelompok,
(3) Bekerja-Beristirahat, (4) Usaha Terpusat-Meluas, dan (5)
Mengubah Sudut Pandang.
2.5 Tantangan dan Hambatan dalam Berpikir Kreatif
Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang
tidak tampak langsung secara kasat mata. Kreativitas seringkali
terbelenggu oleh pola berpikir yang kaku dan terikat pada kaidah-
kaidah baku atau alur sebab akibat secara konvensional. Disatu
pihak, pola berpikir demikian dapat memudahkan penentuan
keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain,
namun di lain pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan
selanjutnya membatasi berkembangnya kreativitas, sehingga
inovasi sulit diperoleh.
Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses berpikir kreatif,
di antaranya adalah:

1. Ragu-ragu dan tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide


karena dihantui perasaan takut salah, hawatir idenya akan
dilecehkan orang lain, dan takut dikucilkan dari lingkungan.

2. Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola


secara baku, sehingga memandang tidak perlu direpotkan
dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan belum tentu akan
menjadi lebih baik.

3. Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga


cenderung akan menolak perubahan.

4. Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu


ditangkap pihak lain.

Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi


penghambat utama bagi lahirnya kreativitas. Misalnya: kurangnya
wawasan dan penguasaan pengetahuan yang terbatas, tradisi turun
temurun yang mengajarkan bahwa seorang peserta didik harus
selalu patuh akan menghambat kreativitas berpikir peserta didik,
pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi kesempatan kepada
peserta didik buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan
lingkungan atas ide kreatif yang dimunculkan akan
mematikan semangat orang untuk menemukan terobosan
baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup
lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan
(pressure) dari pihak lain dapat membuyarkan
gagasan-gagasan baru.
Proses berpikir kreatif akan menghasilkan ide-ide kreatif,
yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi model baru dalam
menyelesaikan berbagai pekerjaan atau memecahkan
permasalahan. Namun demikian, ternyata tidaklah mudah
untuk memunculkan ide sebagai penyaluran hasil berpikir kreatif
tersebut. Hal ini membutuhkan keberanian untuk
mengungkapkan gagasan baru, yang kemungkinan berbeda
dari keyakinan dan kebiasaan masyarakat.
Sehubungan dengan hal itu, pendidik mempunyai
kewajiban untuk mengangkat kesadaran siswa akan pentingnya
penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan
motivasi untuk berani menampilkan
kompetensinya.
2.6 Perkembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran
Peran pendidik sebagai brain power menjadi motor penggerak
untuk melahirkan karya-karya kreatif peserta didik bangsa. Kini sudah
saatnya pendidik menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa
melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang
menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.
Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses
dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh
munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau
didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit.
Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan tingginya skill yang
dimiliki pendidik, apabila tidak disertai kemampuan transformasi secara
baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan pendidiknya.
Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogik menjadi sangat penting
bagi seorang pendidik.
Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk
segera dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent,
atau memiliki sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk
kemaslahatan umat.
2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk
imajinasi.
3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-
ide baru dalam upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan
di atas.
4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah
atau jarang dilakukan orang lain.
5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat
menemukan alternatif terbaik.
6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.

Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin


segar bagi perubahan paradigma pembelajaran. Kegiatan belajar tidak
hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan
keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan
kematangan intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih
diarahkan sebagai investasi sumberdaya manusia, melalui upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa depan
yang lebih baik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran
mengandung dua aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar.

Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses


secara sistematis untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik
siswa sebagai learner maupun pendidik sebagai teacher. Keharmonisan
interaksi di antara keduanya akan membangun suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga pada saatnya akan menumbuh-suburkan
semangat untuk berkarya secara kreatif. Kehadiran pendidik professional
yang kreatif akan memicu lahirnya inovasi proses dan hasil
pembelajaran yang bermutu tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kreativitas dan bakat pada diri peserta didik perlu dipupuk


dan dikembangkan. Pendidik dan orang tua peserta didik
memiliki peran penting dalam melahirkan peserta didik yang
berpikir dan berprilaku kreatif. Kreativitas tidak akan muncul
secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir.
Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai
kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh
kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit. Kegiatan
belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu
pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju
proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan
sosial.

3.2 Saran
1. Para tenaga pendidik,khususnya pendidik hendaknya terus
mempelajari dan menerapkan berbagai model dan strategi
pembelajaran agar kreativitas peserta didik meningkat.
2. Untuk mentransformasi dibutuhkan pendidik yang
mempunyai kemampuan pedagogik yang baik.
3. Adanya kerja sama orang tua peserta didik dengan pendidik
dan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

M.M Sutopo, Tjetjep. 2005. Pengembangan Kreativitas Peserta didik . Bandung:


Depdiknas.
S.pd, Trihardiyanti. 2005. Perekembangan Aktivitas Peserta didik Melalui
Pembelajaran Bermasalah.

You might also like