You are on page 1of 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN
KABUPATEN SUMENEP

Ahmad Bahril Faidy


094254209 (PPKn, FIS, UNESA) aby.faidy@yahoo.com

I Made Arsana
0028084901 (PPKn, FIS, UNESA) imadearsana@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan
motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten. Penelitian
ini didasarkan pada teori operant conditioning Skinner. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode korelasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Ambunten dengan jumlah sampel sebanyak 42
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara. Teknik analisis data
menggunakan analisis rumus korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
pada siswa sebesar 0,601 yang berarti memiliki hubungan yang kuat dan arah hubungan adalah positif
karena nilai r positif, berarti semakin sering guru memberikan reward dan punishment semakin tinggi
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Kata kunci: Reward dan Punishment, Motivasi Belajar

Abstract
This research aims to determine the relationship between the provision of reward and punishment with
learning motivation of Civic Education in students in class XI of Ambunten State High School 1. The
research was based on Skinner's operant conditioning theory. This research uses a quantitative approach
with a correlation method performed in Ambunten State High School 1 with a total sample of 42 students.
Data collection techniques used were questionnaires and interviews. Analysis using formula product
moment correlation analysis. The results of this research indicate that there is a correlation between reward
and punishment with the Civic Education learning motivation of 0.601 which means that students have a
strong relationship and the direction of the relationship is positive because the value of r is positive, it
means that the more often teachers give rewards and punishment, the higher the students' motivation
Citizenship education in the subject.
Keywords: Reward and Punishment, Learning Motivation

spiritual keagamaan, pengendalian diri,


PENDAHULUAN kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap manusia masyarakat, bangsa dan Negara”.
berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang (Depdiknas, 2003:3)
dalam pendidikan. Pendidikan dan manusia tidak dapat
dipisahkan dalam menjalani kehidupan, baik keluarga, Pendidikan mempunyai peran untuk meningkatkan
masyarakat maupun bangsa dan Negara, karena melalui sumber daya manusia, maka masyarakat dengan segala
pendidikan akan mampu menciptakan generasi muda kesadarannya untuk menyekolahkan putra dan putrinya.
yang cerdas, terampil dan berkualitas. Hal ini sesuai Hal ini dapat dilihat pada setiap ajaran baru, dalam setiap
dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan tahunnya jumlah siswa semakin meningkat dan tidak
nasional. menutup kemungkinan timbul berbagai masalah yang
dihadapi oleh para guru, dimana jika melihat pendidikan
“pendidikan adalah usaha sadar dan sekarang ini yang berhubungan dengan tingkah laku
terencana untuk mewujudkan suasana siswa, terjadi banyak penyimpangan dan pelanggaran
belajar dan proses pembelajaran agar yang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
peserta didik secara aktif mengembangkan Misalnya : perkelahian antar siswa, terlambat, melalaikan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

454
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

tugas, membolos, berisik, membantah, merokok dan (reward), maka tingkah laku tersebut
sebagainya seperti yang terjadi di lokasi observasi awal cenderung untuk diulang. Sebaliknya, jika
2013, yaitu di SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten munculnya tingkah laku diikuti dengan
Sumenep. sesuatu yang tidak meyenangkan
Penyimpangan lain dari siswa dalam kegiatan (punishment), maka tingkah laku tersebut
belajar mengajar yaitu sering tidak fokus dan tidak cenderung tidak akan diulang (Maksum
memperhatikan pada pelajaran yang disampaikan oleh dalam Sardiman, 2007:9)”
guru saat mengajar di depan kelas, dengan keadaan yang
demikian seorang guru harus mengusai kelas dan Menurut Pradja (1978:169) reward adalah hadiah,
mengkondisikan siswa yang perhatiannya mulai terpecah, pembalas jasa, alat pendidikan yang diberikan kepada
sebagai seorang guru haruslah mampu memberikan siswa yang telah mencapai prestasi baik. Sedangkan
motivasi pada siswa, bagaimana caranya bahwa belajar menurut Purwanto (2006:182) reward adalah sebagai alat
itu tidak membosankan melainkan menyenangkan, ini untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang
merupakan tantangan bagi guru, seorang guru harus tahu karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat
cara yang tepat untuk membuat suasana belajar yang penghargaan.
menarik terutama pada mata pelajaran Pendidikan Menurut Indrakusuma (1973:147) reward
Kewarganegaraan, sering kali siswa merasa malas belajar merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan
Pendidikan Kewarganegaraan sebab merasa bosan dan dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi belajarnya
jenuh. Suasana belajar yang tidak nyaman dan murid. Jadi, reward merupakan segala yang diberikan
membosankan, karena dalam kegiatan belajar mengajar guru berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan
lebih banyak menggunakan metode ceramah yang yang diberikan kepada siswa atas dasar hasil baik yang
monoton. telah dicapai dalam proses pendidikan dengan tujuan
Untuk mengatasi masalah tersebut serta mampu memberikan motivasi kepada siswa, agar dapat
memberi motivasi belajar bagi siswa agar proses melakukan perbuatan terpuji dan berusaha untuk
pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil, meningkatkannya.
maka diadakan upaya pencegahan dalam berbagai macam Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa
seperti peraturan-peraturan tata tertib, peraturan itu harus reward merupakan alat pendidikan yang menyenangkan,
ditaati dan dilaksanakan oleh siswa demi meningkatkan reward juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi
kualitas dan prestasi belajar siswa, namun ada cara lain siswa untuk belajar lebih baik lagi. Contoh konkret
yang bisa diterapkan yaitu memberi motivasi belajar reward yaitu seperti pujian yang mendidik, memberi
Pendidikan Kewarganegaraan dengan memberikan hadiah, mendoakan, menepuk pundak. Seorang guru
reward dan punishment, reward dan punishment adalah hendaknya merespon apa yang dilakukan siswa dengan
sebagai salah satu alat pendidikan untuk memberikan memberi pujian yang mendidik, memberi hadiah,
motivasi belajar pada siswa serta mempergiat usaha siswa mendoakan, menepuk pundak apabila siswa telah
dalam memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang melakukan sesuatu yang baik, atau telah berhasil
telah dicapai. mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau
Reward dan punishment adalah salah satu teori tercapainya sebuah target.
belajar yang berusia paling muda. Penciptanya bernama Menurut Shalahuddin (1987:85) Reward dan
Burrhus Fredric Skinner (1904) seorang psikolog punishment adalah alat pendidikan yang represif. Namun
terkemuka dari Harvard University seorang penganut keduanya memiliki prinsip yang bertentangan. Mengenai
paham behaviorisme yang dianggap kontroversial, karena pengertian tentang punishment adalah sebagai berikut.
jika direnungkan dan dibandingkan dengan teori dan juga “punishment adalah tindakan yang dijatuhkan kepada
temuan riset psikologi kognitif, karakteristik yang anak didik secara sadar dan sengaja, sehingga
terdapat dalam teori-teori behaviorisme tersebut menimbukan nestapa. Dalam mana bahwa dengan adanya
mengandung banyak kelemahan. Dalam teori ini diambil nestapa itu, anak didik akan menjadi sadar akan
dari percobaannya yang kemudian dikenal dengan istilah perbuatannya dan berjanji didalam hatinya untuk tidak
Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respon). mengulanginya”. Jika reward merupakan bentuk
reinforcement yang positif, maka punishment sebagai
“Ia berpendapat bahwa tingkah laku pada bentuk reinforcement yang negatif, namun apabila
dasarnya merupakan fungsi dari diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat
konsekuensi tingkah laku itu sendiri, motivasi.
apabila munculnya tingkah laku diikuti Punishment adalah usaha edukatif untuk
dengan sesuatu yang menyenangkan memperbaiki dan mengarahkan siswa kearah yang benar,

455
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

bukan praktik hukuman dan siksaan yang memasung merasa bosan pada pelajaran yang setiap hari diajarkan di
kreativitas. Melainkan, hukuman yang dilakukan harus sekolah, terlebih mata pelajaran-mata pelajaran tertentu
bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan seperti Pendidikan Kewarganegaraan yang cara mengajar
mendidik ke arah yang lebih baik (Fadjar, 2005:202). guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan pengertian diatas, punishment yang Dengan memberikan reward dan punishment, kegiatan
diberikan bukan untuk balas dendam kepada siswa belajar menjadi lebih menyenangkan, terkendali, dan
melainkan untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang bervariasi, mengingat pentingnya pemberian reward dan
kurang baik ke arah yang lebih baik dan dapat punishment di sekolah, maka terdapat keinginan
memberikan motivasi belajar siswa. melakukan penelitian tentang hubungan pemberian
Punishment merupakan imbalan dari perbuatan- reward dan punishment dengan motivasi belajar
perbuatan yang tidak baik atau mengganggu jalannya Pendidikan Kewarganegaraan.
proses pendidikan. Dapat dikatakan juga bahwa Reward dan punishment merupakan suatu bentuk
punishment adalah penilaian kegiatan belajar murid yang teori penguatan positif yang bersumber dari teori
bersifat negatif, sedang reward adalah penilaian yang behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah
bersifat positif. Contoh konkret punishment yaitu seperti perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
menasehati, memberi arahan, melarang melakukan interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain,
sesuatu, menegur, membentak, memukul tidak keras, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
bahkan meminta wali murid memberi sanksi. Dengan dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
demikian, reward dan punishment, di samping berfungsi cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
sebagai alat-alat pendidikan, maka sekaligus berfungsi respon (Budiningsih, 2005:20).
sebagai motivasi belajar murid. Motivasi adalah keadaan Peranan reward dalam proses pengajaran cukup
dalam pribadi orang yang mendorong individu yang penting terutama sebagai faktor eksternal dalam
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini
sesuatu tujuan (Suryabrata, 2005:70). berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis,
Sedangkan menurut Tadjab MA. (1994:102) diantaranya reward biasanya dapat menimbulkan
motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak motivasi belajar siswa dan reward memiliki pengaruh
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan positif dalam kehidupan siswa.
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan Reward merupakan alat pendidikan yang mudah
memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai dilaksanakan dan dapat menyenangkan para siswa, untuk
tujuan tertentu”. Menurut Uno (2007:23) Motivasi belajar itu reward dalam suatu proses pendidikan dibutuhkan
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa keberadaannya demi meningkatkan motivasi belajar
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan siswa. Maksud dari pendidik memberi reward kepada
tingkah laku. siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha usahanya untuk memperbaiki prestasi yang telah
dan pencapaian prestasi. Dengan adanya motivasi yang dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. kemauannya untuk belajar lebih baik.
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan Reward yang diberikan kepada siswa bentuknya
terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang bermacam-macam. Menurut Sardiman (2002:89) reward
belajar akan dapat melahirkan pretasi yang baik dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a)
(Sardiman, 2007:85). Pemberian angka atau nilai. Angka sebagai simbol
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar, angka yang dimaksud adalah bonus
reward dan punishment di samping sebagai alat nilai/tambahan nilai bagi siswa yang mengerjakan tugas
pendidikan juga sebagai alat motivasi bagi siswa dalam dengan baik. (b) Pemberian hadiah. Reward berbentuk
mencapai prestasi belajar siswa setinggi-tingginya. Untuk hadiah disini adalah pemberian berupa barang. Reward
itu diperlukan adanya pemberian reward dan punishment berupa pemberian barang ini disebut juga reward
disekolah-sekolah. materiil, yaitu hadiah yang terdiri dari alat-alat keperluan
SMA Negeri 1 Ambunten adalah salah satu sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain
lembaga pendidikan formal di Sumenep Madura, SMA sebagainya. (c) Pemberian pujian. Pemberian pujian akan
Negeri 1 Ambunten terletak sangat strategis sehigga memupuk suasana yang menyenangkan dan
memudahkan peneliti untuk mengambil data, meskipun mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan
SMA Negeri 1 Ambunten tidak menerapkan sistem full membangkitkan harga diri siswa sehingga prestasi belajar
day school seperti sebagian besar sekolah-sekolah di siswa ikut meningkat.
kota, akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa akan

456
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

Berdasarkan ketiga macam reward tersebut di tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu
atas, dalam penerapannya seorang guru dapat memilih memang kewajibannya.
bentuk macam-macam reward yang cocok dengan siswa Menurut Purwanto (2006:182) “reward adalah alat
dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi yang mendidik, maka dari itu reward tidak boleh berubah
dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan, bila sifatnya menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang
hal itu menyangkut masalah keuangan. mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan
Dalam memberikan reward seorang guru atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembayar suatu
hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak tenaga, pikiran, atau pekerjaan yang telah dilakukan
mendapatkan reward, seorang guru harus selalu ingat seseorang. Sedangkan reward sebagai alat pendidikan
akan maksud reward dari pemberian reward itu. Seorang tidaklah demikian, untuk itu seorang guru harus selalu
siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih ingat maksud dari pemberian reward itu”.
baik dari pada biasanya, mungkin sangat baik diberi Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian
reward. Dalam hal ini seorang guru hendaklah bijaksana, reward adalah untuk lebih mengembangkan motivasi
jangan sampai reward menimbulkan iri hati pada siswa yang bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, dalam
yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan
mendapat reward. itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dengan
Setelah memperhatikan uraian tentang maksud reward itu, juga diharapkan dapat membangun suatu
reward, serta macam-macam reward yang baik diberikan hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena
kepada siswa, ternyata bukanlah soal yang mudah. reward itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa
Menurut M. Ngalim Purwanto (2006:184) ada beberapa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa.
syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru Jadi, maksud dari reward itu yang terpenting
sebelum memberikan reward pada siswa, yaitu (a) Untuk bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan
memberi reward yang pedagogis perlu sekali guru benar- hasil yang dicapai siswa, guru bertujuan membentuk kata
benar mengenal siswanya dan tahu menghargai dengan hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada
tepat. Reward dan penghargaan yang salah dan tidak siswa. Seperti halnya telah disinggung di atas, bahwa
tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. (b) reward disamping merupakan alat pendidikan represif
Reward yang diberikan kepada seorang siswa janganlah yang menyenangkan, reward juga dapat menjadi
hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
siswa lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, baik lagi.
tetapi tidak mendapat reward. (c) Memberi reward Seperti halnya reward, punishment diberikan
hendaklah hemat, terlalu sering atau terus menerus sebagai usaha mengembalikan siswa ke arah yang baik
memberi reward akan menjadi hilang arti reward itu dan memotivasinya menjadi pribadi yang imajinatif,
sebagai alat pendidikan. (d) Janganlah memberi reward kreatif dan produktif. Punishment sebagai alat
dengan menjanjikan terlebih dahulu sebelum siswa pendidikan, meskipun mengakibatkan penderitaan bagi
menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward yang siswa yang dihukum, namun dapat juga menjadi alat
diberikan kepada seluruh kelas. Reward yang telah motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas
dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat siswa belajar siswa (meningkatkan motivasi belajar siswa). Ia
terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa dalam berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas
kesukaran bagi beberapa siswa yang kurang pandai. (e) belajarnya, agar terhindar dari bahaya hukuman. Dengan
Pendidik harus berhati-hati memberikan reward, jangan adanya punishment itu diharapkan supaya siswa dapat
sampai reward yang diberikan pada siswa diterima menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga siswa
sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya. jadi berhati-hati dalam mengambil tindakan.
Lebih lanjut purwanto (2006:184) berpendapat Punishment bisa dikatakan berhasil apabila dapat
bahwa sebagian ahli pendidikan menyetujui dan menimbulkan perasaan penyesalan akan perbuatan yang
menganggap penting reward dipakai sebagai alat untuk telah dilakukannya. Di samping itu menurut Purwanto
membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli (2006:189) punishment juga mempunyai dampak, yaitu
pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan (a) Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini
reward. Mereka berpendapat bahwa reward itu dapat adalah akibat dari hukuman sewenang-wenang dan tanpa
menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. tanggung jawab. (b) Menyebabkan siswa menjadi lebih
Menurut pendapat mereka, seorang guru hendaklah pandai menyembunyikan pelanggaran. (c) Dapat
mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang memperbaiki tingkah laku si pelanggar. (d)
baik dengan tidak mengharapkan pujian atau reward, Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan
salah, oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar

457
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

dengan punishment (hukuman) yang telah dideritanya. (e) Macam-macam punishment preventif menurut
Akibat yang lain adalah memperkuat kemauan si Indrakusuma (1973:140) adalah sebagai berikut: (1) Tata
pelanggar untuk menjalankan kebaikan. tertib, yaitu sederetan peraturan-peraturan yang harus
Punishment merupakan alat pendidikan yang tidak ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata
menyenangkan, bersifat negatif, namun demikian dapat kehidupan, misalnya saja, tata tertib di dalam kelas, tata
juga menjadi motivasi, alat pendorong untuk mempergiat tertib ujian sekolah, tata tertib kehidupan keluarga, dan
belajarnya siswa. Siswa yang pernah mendapat sebagainya. (2) Anjuran dan perintah, yaitu suatu saran
punishment karena tidak mengerjakan tugas, maka ia atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang
akan berusaha untuk tidak memperoleh punishment lagi. berguna. Misalnya, anjuran untuk belajar setiap hari,
Ia berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas anjuran untuk selalu menepati waktu, anjuran untuk
belajarnya agar terhindar dari bahaya punishment. Hal ini berhemat, dan sebagainya. Sedangkan perintah adalah
berarti bahwa ia didorong untuk selalu belajar. suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Dalam dunia pendidikan, menerapkan punishment Misalnya, perintah untuk melaksanakan ibadah shalat,
tidak lain hanyalah untuk memperbaiki tingkah laku perintah untuk mematuhi peratuan lalu lintas, dan lain
siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment disini sebagainya. (3) Larangan. Larangan sebenarnya sama
sebagai alat pendidikan untuk memperbaiki pelanggaran saja dengan perintah. Apabila perintah merupakan suatu
yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam. keharusan untuk berbuat sesuatu yang baik, maka
Menurut Purwanto (2006:191), Supaya punishment bisa larangan merupakan suatu keharusan untuk tidak
menjadi alat pendidikan, maka seorang guru sebelum melakukan sesuatu yang merugikan. Misalnya, larangan
memberikan punishment pada siswa yang melakukan untuk bercakap-cakap di dalam kelas, larangan untuk
pelanggaran sebaiknya guru memperhatikan syarat-syarat berkawan dengan anak-anak malas. (4) Paksaan adalah
punishment yang bersifat pedagogis sebagai berikut: (a) suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa untuk
Tiap-tiap punishment hendaknya dapat dipertanggung melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan
jawabkan. Ini berarti punishment itu tidak boleh agar jalannya proses pendidikan tidak terganggu dan
sewenang-wenang. (b) Punishment itu sedapat-dapatnya terhambat. (5) Disiplin, yaitu adanya kesediaan untuk
bersifat memperbaiki. (c) Punishment tidak boleh bersifat mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan.
ancaman atau pembalsan dendam yang bersifat Kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya
perseorangan. (d) Jangan menghukum pada waktu sedang tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang
marah. (e) Tiap-tiap punishment harus diberkan dengan didasari oleh adanya kesadaran nilai dan pentingnya
sadar dan sudah diperhitungkan dan dipertimbangkan peraturan-peraturan dan larangan tersebut.
terlebih dahulu. (f) Bagi si terhukum (siswa), punishment Kedua, Punishment represif, yaitu punishment
itu hendaklah dapat dirasakan sendiri sebagai kedukaan yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh
atas penderitaan yang sebenarnya. (g) Jangan melakukan adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi, punishment ini
punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan
punishment (hukuman) badan itu dilarang oleh Negara. (Purwanto, 2006:189).
(h) Punishment tidak boleh merusakkan hubungan baik Sedangkan menurut Indrakusuma (1973:144)
antara si pendidik dan siswa. (i) Adanya kesanggupan punishment represif ialah untuk menyadarkan anak,
memberi maaf dari si pendidik, sesudah menjatuhkan kembali kepada hal-hal yang benar, baik dan tertib.
punishment dan setelah itu siswa menginsafi Punishment represif diadakan bila terjadi sesuatu
kesalahannya. perbuatan yang dianggap bertentangan dengan peraturan-
Terdapat beberapa macam punishment yang dapat peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap
diberikan kepada siswa. Pertama, Punishment preventif, melanggar peraturan. Adapun yang termasuk dalam
yaitu punishment yang dilakukan dengan maksud agar punishment represif menurut Indrakusuma (1973:144)
tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Punishment ini adalah sebagai berikut: (1) Pemberitahuan, yaitu
bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pemberitahuan kepada siswa yang telah melakukan
pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat
pelanggaran dilakukan (Purwanto, 2006:189). jalannya proses pendidikan. Misalnya, siswa yang
Adapun pengertian punishment preventif menurut bercakap-cakap di dalam kelas pada waktu kegiatan
Indrakusuma (1973:140) adalah hukuman yang bersifat belajar mengajar berlangsung. Mungkin sekali siswa
pencegahan. Tujuan dari hukuman preventif adalah untuk tersebut belum tahu bahwa di dalam kelas bila kegiatan
menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau belajar mengajar berlangsung dilarang bercakap-cakap
mengganggu kelancaran proses pendidikan bisa dengan siswa yang lain. Oleh karena itu guru memberi
dihindarkan. tahu terlebih dahulu kepada siswa bahwa hal itu tidak

458
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

diperbolehkan. (2) Teguran. Jika pemberitahuan tersebut tujuan tidak mempunyai arti apa-apa, dan akan
diberikan kepada siswa yang mungkin belum mengetahui menimbulkan kerugian serta kesia-siaan. Sehubungan
tentang suatu hal, maka teguran itu berlaku bagi siswa dengan punishment yang dijatuhkan kepada siswa, maka
yang telah mengetahui. (3) Peringatan. Peringatan tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk
diberikan kepada siswa yang telah beberapa kali menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau
melakukan pelanggaran, dan telah diberikan teguran atas sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi
pelanggarannya. (4) Hukuman yaitu apabila teguran dan tujuan punishment yang sebenarnya adalah agar siswa
peringatan belum mampu untuk mencegah siswa yang melanggar merasa jera dan tidak akan mengulangi
melakukan pelanggaran-pelanggaran. lagi.
Menurut Ahmadi (1987:73), bila ditinjau dari segi Tujuan pemberian punishment ada dua macam,
cara memberikan punishment maka punishment yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan jangka
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a) Punishment panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk
dengan isyarat. Punishment semacam ini dijatuhkan menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan
kepada sesama atau siswa dengan cara memberi isyarat dalam jangka panjang adalah untuk mengajar dan
melalui mimik dan juga pantomimik, misalnya dengan mendorong siswa agar dapat menghentikan sendiri
mata, raut muka dan bahkan ganjaran anggota tubuh. (b) tingkah lakunya yang salah.
Punishment dengan perkataan. Punishment dengan Setelah mengetahui tujuan dari punishment dalam
perkataan dimaksudkan sebagai punishment yang pendidikan di atas maka kita harus mengetahui
dijatuhkan kepada siswa dengan melalui perkataan punishment yang cocok untuk diterapkan dalam dunia
misalnya: (1) Memberi nasehat dan kata-kata yang pendidikan.
memepunyai sifat kontruktif. (2) Teguran dan peringatan, Motivasi Belajar
hal ini diberikan kepada siswa yang masih baru satu atau Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang
dua kali melakukan kesalahan atau pelanggaran. (3) saling mempengaruhi. Namun, sebelum membahas lebih
Ancaman, maksudnya adalah punishment berupa jauh tentang motivasi belajar maka perlulah dibedakan
ultimatum yag menimbulkan kemungkinan-kemungkinan dahulu antara pengertian motivasi dan pengertian belajar.
yang terjadi dengan maksud agar siswa merasa takut dan Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat
berhenti dari perbuatannya yang salah. (c) Punishment diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
dengan perbuatan. Punishment ini diberikan kepada siswa individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
dengan memberikan tugas-tugas terhadap siswa yang atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri
bersalah. Misalnya dengan memberi pekerjaan rumah seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi
yang jumlahnya tidak sedikit. (d) Punishment (hukuman) mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi
badan. Punishment (hukuman) badan adalah punishment merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
yang dijatuhkan dengan cara menyakiti badan siswa baik untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
dengan alat atau tidak, misalnya memukul, mencubit, dan yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua
lain sebagainya. hal tersebut merupakan daya upaya yang mendorong
Menurut Al-Abrasyi (1993:153) maksud seseorang untuk melakukan sesuatu.
memberikan punishment dalam pendidikan adalah Setelah mengetahui pengertian dari motif dan
punishment sebagai tuntunan dan perbaikan, bukan motivasi, berikut ada beberapa pendapat mengenai
sebagai hardikan atau balas dendam. pengertian motivasi.
Punishment (hukuman) badan yang Menurut Poerwadarminto (1995:705) “motivasi
membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya diberikan diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri
dalam dunia pendidikan, karena punishment (hukuman) seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
semacam ini tidak mendorong siswa untuk berbuat sesuai tindakan dengan tujuan tertentu”.
dengan kesadarannya. Sehingga siswa trauma maka siswa Menurut Gibson (1995:94) “motivasi ialah konsep
tidak akan mau untuk belajar bahkan akan minta berhenti yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada
dari sekolah. dalam diri siswa yang memulai dan mengarahkan
Apabila seorang guru ingin sukses di dalam perilaku”.
pengajaran, guru harus memikirkan setiap murid dan Menurut Biggs dan Tufler yang dikutip dari
memberikan punishment yang sesuai menimbang- Sutama (2000:36) ”motivasi ialah dorongan mental yang
nimbang kesalahannya dan setelah mengetahui latar menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
belakangnya. termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung
Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
ada dalam setiap aktifitas, karena aktifitas yang tanpa

459
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam
individu belajar”. individu untuk melakukan aktivitas tertentu dalam
Menurut Muhibbin Syah (2008:136) “motivasi mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses,
ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam menimbulkan motivasi dalam diri siswa yang melalui
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai
untuk bertingkah laku secara terarah”. tujuan yang di kehendaki. Motivasi dipandang dari segi
Menurut Sardiman (2007:75) “motivasi dapat juga tujuan, berarti motivasi merupakan sasaran stimulus yang
dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- akan dicapai. Jika seorang mempunyai keinginan untuk
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi untuk
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan mencapainya.
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan Macam-macam motivasi belajar di sekolah dapat
tidak suka itu”. dibedakan menjadi beberapa bentuk. Pertama, Motivasi
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat intrinsik. Motivasi intrinsik menurut Sardiman (2007:89)
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap
untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
tujuan. Sedangkan menurut Hamalik (2006:152)
Sedangkan istilah belajar menurut Hamalik “motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
(2000:36) “belajar adalah modifikasi atau memperteguh dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
pengetahuan, kelakuan melalui pengalaman yang melakukan tindakan belajar”.
merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
atau tujuan”. motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari
Menurut pendapat Nasution (2001:91) “belajar dalam diri seseorang dan tidak memerlukan rangsangan
diartikan sebagai perubahan dalam kelakuan seseorang dari luar karena memang sudah ada dalam diri setiap
sebagai akibat pengaruh usaha pendidikan”. individu.
Menurut Syah (2001:90) “belajar pada dasarnya Menurut Daien (1973:163) dalam bukunya
sebagai titipan perubahan seluruh tingkah laku individu Pengantar Ilmu Pendidikan disebutkan ada hal-hal yang
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah sebagai
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses berikut: (a) Adanya kebutuhan. Dengan adanya
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri kebutuhan, maka hal ini menjadi pendorong bagi siswa
siswa”. untuk berbuat dan berusaha. (b) Adanya pengetahuan
Menurut Purwanto (2004:85) “belajar merupakan tentang kemajuannya sendiri. Dengan siswa mengetahui
suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan hasil-hasil atau prestasinya sendiri, dengan siswa
atau pengalaman dimana perubahan yang terjadi relatif mengetahui apakah dia ada kemajuan atau sebaliknya ada
menetap serta menyangkut kepribadian baik fisik maupun kemunduran, maka hal itu dapat menjadi pendorong bagi
psikis”. siswa untuk belajar lebih giat lagi. (c) Adanya aspirasi
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian atau cita-cita. Dengan adanya cita-cita ini siswa akan
motivasi dan belajar tersebut di atas maka dapatlah menjadi bersemangat dalam belajar sehingga cita-cita itu
dikemukakan pengertian motivasi belajar adalah sebagai motivasi bagi mereka untuk rajin belajar supaya
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa apa yang di cita-citakan itu bisa terwujud.
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin Kedua, Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan dari
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. luar (Sardiman, 2007:91).
Menurut Daien (1973:162) “motivasi belajar Motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenaga-
adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat tenaga pendorong yang berasal dari luar dari siswa
memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid”. (Indrakusuma, 1973:164).
Menurut Hamzah (2007:23) “motivasi belajar Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa diambil pengertian bahwa motivasi ekstrinsik merupakan
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan suatu dorongan dari luar diri siswa.
tingkah laku”. Berikut hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan ekstrinsik menurut Indrakusuma (1973:164) adalah
bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, berarti sebagai berikut: (a) Ganjaran. Ganjaran adalah alat

460
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

pendidikan represif yang bersifat positif, ganjaran juga Ngalim Purwanto (2004:72) fungsi dari motivasi yaitu:
merupakan alat motivasi. (b) Hukuman. Meskipun (a) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi
hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang
menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif memberikan kekuatan kepada seseorang untuk
namun demikian dapat menjadi motivasi, alat pendorong melakukan suatu tugas. (b) Motivasi itu menentukan arah
untuk mempergiat belajar siswa yang pernah mendapat perbuatan, yaitu kearah perwujudan suatu tujuan cita-cita.
hukuman karena lalai tidak mengerjakan tugas maka ia Motivasi mencegah penyelewengan di jalan yang harus
akan berusaha untuk tidak mendapat hukuman lagi. (c) ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan
Persaingan (kompetensi). Persaingan, sebenarnya adalah itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus
berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan ditempuh. (c) Motivasi itu menyeleksi perbuatan. Artinya
penghargaan. Kompetensi dapat terjadi dengan menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilakukan,
sendirinya, tetapi dapat pula diadakan kompetisi secara yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
sengaja oleh Guru. menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
Adapun yang menjadi indikator dari kedua tujuan itu.
motivasi di atas adalah sebagai berikut: (a) Dorongan Berdasarkan beberapa fungsi motivasi belajar di
ingin tahu. Motivasi ini muncul karena ada kebutuhan, atas dapat diartikan bahwa motivasi merupakan
yaitu apabila seorang siswa belajar karena betul-betul pendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan
ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketrampilan dan menyeleksi perbuatan itu sendiri. Semakin jelas cita-
agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. cita yang ingin dicapai maka akan semakin kuat motivasi
(b) Dorongan ingin berhasil. Motivasi ini muncul karena untuk mencapainya. Dengan adanya tujuan yang akan
kebutuhan yaitu apabila seorang siswa belajar karena dicapai maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih
dilakukan dengan unsur kesengajaan, ada maksud untuk giat lagi.
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan Peranan motivasi sangat diperlukan dalam
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud, dengan kegiatan belajar mengajar, dengan adanya motivasi,
kesenjangan itu timbulnya dorongan ingin berhasil pada siswa manjadi tahu arah dari tujuan yang ingin
diri siswa dalam belajar. (c) Dorongan bekerja sama. dicapainya. selain dari hal itu ada beberapa faktor yang
Dorongan bekerja sama ini adalah belajar kelompok dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: (a)
dengan teman sekelas atau teman yang lain yang dapat Kematangan. (b) Usaha yang bertujuan. (c) Pengetahuan
menyelesaikan masalah pelajaran, sehingga dengan mengenal hasil dalam motivasi. (d) Partisipasi. (e)
demikian dorongan belajar dapat meningkat dengan Penghargaan dan hukuman.
belajar kelompok tersebut. (d) Dorongan rasa percaya
diri. Dorongan percaya diri pada diri siswa sangat Teori Behaviorisme Skinner
penting, karena hal ini berhubungan dengan harga diri. Skinner adalah tokoh dari aliran behaviorisme
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk yang mempelajari proses-proses belajar dan hubungannya
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dengan perubahan tingkah laku. Bagi skinner,
dirinya. (e) Adanya cita-cita yang tinggi. Cita-cita yang perkembangan adalah tingkah laku. Teori yang
menjadi tujuan hidupnya ini merupakan pendorong bagi dikembangkan oleh Skinner adalah teori operant
seluruh kegiatan siswa, pendorong bagi belajarnya, conditioning. Pengertian dari operant conditioning yakni
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak
motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang
mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi diinginkan, melalui rangsang-rangsang yang diatur secara
motivasi itu meliputi berikut ini: (a) Mendorong tertentu. Operant conditioning ini meliputi proses-proses
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi belajar untuk mempergunakan otot-otot secara sadar,
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. memberikan jawaban dengan otot-otot ini dan
(b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengikutinya dengan pengulangan sebagai penguatan,
mengarahkan pebuatan kepada pencapaian tujuan yang tapi hal ini masih dipengaruhi oleh rangsangan yang ada
diinginkan. (c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia dalam lingkungan. Penguatan rangsang yang terencana
berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya penting dalam operant conditioning agar tingkah laku
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu yang baru dapat terus diperlihatkan.
pekerjaan. Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant
Motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan, conditioning tunduk pada dua hukum operant yang
suatu cita-cita. Semakin berharga tujuan itu bagi yang berbeda, yakni: law of operant conditioning dan law of
bersangkutan makin kuat pula motivasinya. Menurut M. operant extinction. Menurut law of operant conditioning,

461
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan
stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut bahwa pemberian reward dengan indikator pemberian
akan meningkat. Sebaliknya, menurut law of operant angka atau niai, pemberian hadiah, pemberian pujian, dan
extinction, jika timbulnya tingkah laku diiringi dengan pemberian penghargaaan, serta pemberian punishment
sesuatu yang tidak menyenangkan, maka kekuatan dengan indikator memberikan perintah, larangan,
tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah teguran, dan peringatan terdapat hubungan dengan
(Hintzman dalam muhibbin, 2010:107). motivasi belajar.

Kerangka Berfikif Hipotesis


Strategi untuk meningkatkan motivasi belajar Penelitian ini bertujuan untuk menguji adakah
siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara hubungan antara pemberian reward dan punishment
tersebut dapat dilakukan dengan mengatur dan dengan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
menyediakan situasi-situasi yang baik dalam lingkungan siswa secara bersama-sama di kelas XI SMA Negeri 1
siswa, membangkitkan self competition jalan Ambunten Kabupaten Sumenep. Adapun hipotesis yang
menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan diajukan sebagai berikut:
prestasi yang telah dicapai walaupun kecil hasil yang
dicapai. Beberapa cara untuk meningkatkan motivasi Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberian reward
belajar siswa di sekolah adalah dengan cara pemberian dan punishment dengan motivasi belajar
reward maupun punishment kepada siswa. Pemberian pendidikan Kewarganegaraan siswa secara
reward dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa bersama-sama di kelas XI SMA Negeri 1
karena siswa merasa dihargai oleh gurunya. Reward yang Ambunten Kabupaten Sumenep
dapat diberikan adalah dengan memberikan nilai tambah, Ha : Terdapat hubungan antara pemberian reward dan
memberikan hadiah, memberikan pujian dan memberikan punishment dengan motivasi belajar Pendidikan
penghargaan kepada siswa. Sedangkan pemberian Kewarganegaraan siswa secara bersama-sama di
punishment adalah sebagai usaha mengembalikan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten
ke arah yang baik dan memotivasinya menjadi pribadi Sumenep
yang imajinatif, kreatif dan produktif. Punishment yang Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel
dapat diberikan pada siswa adalah dengan product moment, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman. Tetapi sebaliknya, bila r hitung lebih besar dari r tabel
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik suatu maka Ha diterima.
kerangka berpikir, dengan bagan sebagai berikut :
METODE
Pemberian Pemberian Pendekatan penelitian yang digunakan pada
reward punishment penelitian ini adalah kuantitatif karena penelitian ini
bersifat mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik
(Sugiyono, 2010:7).
1. Pemberian 1. Anjuran / Metode yang digunakan dalam penelitian ini
angka atau perintah adalah metode asosiatif. Metode asosiatif bertujuan
nilai 2. Larangan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
2. Pemberian 3. Teguran (Sugiyono, 2010:11). Dalam penelitian ini digunakan
hadiah 4. Peringatan metode asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan
3. Pemberian antara pemberian reward dan punishment dengan
pujian motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten Sumenep.
Lokasi yang digunakan adalah SMA Negeri 1
Ambunten Kabupaten Sumenep. Waktu yang digunakan
dalam penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal
yaitu pada bulan juli 2013 sampai bulan maret 2014.
Motivasi belajar Adapun populasi yang akan diteliti adalah seluruh
siswa kelas XI yang berada di SMA Negeri 1 Ambunten
sebanyak 210 siswa. Dalam penelitian ini diambil sampel

462
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

sebanyak 20 %, yakni 42 siswa. Dengan rincian masing- Keterangan :


masing kelas dipilih 7 siswa. Adapun teknik penentuan rxy = Koefisien korelasi antara x dan y
sampelnya menggunakan proporsional random sampling N = Jumlah Responden
yaitu dari sekian banyak anggota populasi diambil ∑X = Jumlah hasil angket pemberian reward dan
sebagian saja secara acak sebagai sampelnya. punishment
Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel ∑Y = Jumlah hasil angket motivasi belajar
independen dan satu variabel dependen dan terdapat satu XY = Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
rumusan masalah korelasional. Variabel independen X2 = Jumlah hasil angket pemberian reward dan
terdiri atas pemberian reward (X1) dan pemberian punishment yang dikuadratkan
2
punishment (X2). Sedangkan variabel dependen dalam Y = Jumlah hasil angket motivasi belajar yang
penelitian ini yaitu motivasi belajar (Y). Untuk Dikuadratkan
memperoleh data digunakan teknik angket dan
wawancara. Data yang diperoleh dari angket dianalisis Setelah dilakukan penghitungan koefisien korelasi
menggunakan teknik korelasi product moment. Uji antara masing-masing variabel menggunakan rumus
korelasi yang digunakan adalah uji korelasi ganda secara korelasi sederhana, maka selanjutnya dilakukan
bersama-sama untuk mencari hubungan antara dua penghitungan koefisien korelasi ganda untuk mengetahui
variabel independen dengan variabel dependen. koefisien korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan variabel Y secara bersama-sama dengan menggunakan
dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara. rumus korelasi ganda (Riduwan, 2013:86).
Angket yang dibagikan dalam bentuk pernyataan
merupakan angket semi tertutup, dimana dalam angket
ryx2 1  ryx2 2  2 ryx1 . ryx2 . rx1x2
tersebut sudah disediakan jawaban sehingga responden
R y. x1x2 
tinggal memilih jawabannya. Jawaban setiap item pada 1  rx21x2
angket memiliki bobot skor sangat setuju = 5; setuju = 4;
ragu-ragu = 3; tidak setuju = 2; sangat tidak setuju = 1.
Sedangkan teknik wawancara yang digunakan dalam Keterangan :
penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur.
ry.x1 = korelasi X1 dengan Y
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas
ry.x2 = korelasi X2 dengan Y
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
rx1x2 = korelasi X1 dengan X2
wawancarayang telah disusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.
Teknis analisis data yang digunakan dalam Pengolahan data yang diperoleh dari angket dapat
penelitian ini adalah analisis dengan rumus korelasi juga menggunakan korelasi product moment pada SPSS
product moment. Analisis dari rumus korelasi product Statistics. Setelah mendapatkan nilai r, kemudian
moment digunakan untuk menganalisis hubungan dikonsultasikan ke tabel r product moment atau
pemberian reward dan punishment dengan motivasi menggunakan tabel interpretasi terhadap koefisien
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas XI di korelasi. Menurut Sugiyono (2010:184), pedoman untuk
SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Uji memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai
korelasi dalam penelitian ini menggunakan korelasi berikut :
ganda, hal ini untuk mencari hubungan antara dua
variabel independen yakni pemberian reward (X1) dan Tabel 1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai (r)
pemberian punishment (X2) dengan variabel dependen
yakni motivasi belajar (Y). Sebelum dilakukan Interval Koefisien Tingkat Hubungan
penghitungan koefisien korelasi ganda terlebih dahulu 0,00-0,199 Sangat rendah
dilakukan penghitungan koefisien korelasi antara masing- 0,20-0,399 Rendah
masing variabel yaitu antara variabel X1 dengan Y, antara 0,40-0,599 Sedang
variabel X2 dengan Y dan antara variabel X1 dengan X2 0,60-0,799 Kuat
menggunakan penghitungan korelasi sederhana dengan 0,80-1,000 Sangat kuat
rumus korelasi product moment (Riduwan, 2013:80).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
N  XY  ( X )( Y ) Hasil Penelitian
rxy 
{N  X 2  ( X ) 2 }{N  Y 2  ( Y ) 2 }
SMA Negeri 1 Ambunten merupakan salah satu
sekolah Negeri yang berada di kabupaten Sumenep

463
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

Madura tepatnya beralamat di Jalan Raya Ambunten N  X 1Y  ( X 1)( Y )


Timur dan berdiri sejak tahun 1986. Sekolah ini rx1 y 
merupakan sekolah Negeri yang banyak dituju oleh {N  X 1 2  ( X 1) 2 }{N  Y 2  ( Y ) 2 }
siswa-siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah 42.(38811)  (875).(1850)
rx1 y 
Menengah Atas di kawasan Ambunten dan sekitrnya dan {42.(18563)  (875) 2 }.{42.(82312)  (1850) 2 }
memiliki nilai akreditasi A (sangat baik).
SMA Negeri 1 Ambunten memiliki 18 ruang rx1 y  0,513
belajar dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang
cukup lengkap seperti white board, papan pengumuman b. Korelasi antara pemberian punishment dengan
dan papan karya siswa. Satu kelas terdiri dari 32 sampai motivasi belajar
36 siswa sehingga daya jangkau ketika proses belajar
mengajar lebih efektif. SMA Negeri 1 Ambunten Tabel 3 Tabulasi nilai X2 dan nilai Y
merupakan salah satu sekolah Negeri yang berada di
kabupaten Sumenep Madura tepatnya beralamat di Jalan ∑X2 ∑Y ∑X22 ∑Y2 ∑X2Y
Raya Ambunten Timur dan berdiri sejak tahun 1986. 1242 1850 37152 82312 54960
Sekolah ini merupakan sekolah Negeri yang banyak
dituju oleh siswa-siswa yang ingin menempuh N  X 2Y  ( X 2)( Y )
pendidikan Sekolah Menengah Atas di kawasan rx 2 y 
Ambunten dan sekitarnya dan memiliki nilai akreditasi A {N  X 2 2  ( X 2) 2 }{N  Y 2  ( Y ) 2 }
(sangat baik). SMA Negeri 1 Ambunten memiliki 18 42.(54960)  (1242).(1850)
ruang belajar dengan sarana dan prasarana pembelajaran rx 2 y 
{42.(37152)  (1242) 2 }.{42.(82312)  (1850) 2 }
yang cukup lengkap seperti white board, papan
pengumuman dan papan karya siswa. Satu kelas terdiri rx 2 y  0,427
dari 32 sampai 36 siswa sehingga daya jangkau ketika
proses belajar mengajar lebih efektif. c. Korelasi antara pemberian reward dengan
pemberian punishment
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment
dengan Motivasi Belajar Tabel 4 Tabulasi nilai X1 dan nilai X2
Reward dan punishment adalah salah satu alat
pendidikan untuk memotivasi siswa dalam memperbaiki ∑X1 ∑X2 ∑X12 ∑X22 ∑X1X2
atau mempertinggi prestasi yang telah dicapai. Penelitian
875 1242 18563 37152 25965
ini ingin mengetahui hubungan antara pemberian reward
dan punishment dengan motivasi belajar Pendidikan
N  X 1 X 2  ( X 1)( X 2)
Kewarganegaraan pada siswa secara bersama-sama. rx1 x 2 
Rumus yang digunakan untuk mencari hubungan {N  X 1 2  ( X 1) 2 }{N  X 2 2  ( X 2) 2 }
antara pemberian reward dan punishment dengan 42.(25965)  (875).(1242)
motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada rx1 x 2 
{42.(18563)  (875) 2 }.{42.(37152)  (1242) 2 }
siswa secara bersama-sama adalah rumus korelasi ganda.
Namun, sebelum mencari hubungan antara pemberian rx1 x 2  0,239
reward dan punishment dengan motivasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa secara Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antar
bersama-sama terlebih dahulu mencari hubungan antar masing-masing variabel, maka selanjutnya dilakukan
variabel menggunakan rumus korelasi sederhana. Adapun penghitungan koefisien korelasi ganda untuk mengetahui
hubungan antar variabel yang dicari dalam penelitian ini koefisien korelasi antara pemberian reward dan
yaitu : punishment dengan motivasi belajar Pendidikan
a. Korelasi antara pemberian reward dengan motivasi Kewarganegaraan siswa secara bersama-sama dengan
belajar rumus sebagai berikut:

Tabel 2 Tabulasi nilai X1 dan nilai Y 2


ryx  ryx
2
 2 ryx1 . ryx2 . rx1x2
R y . x1x2  1 2

∑X1 ∑Y ∑X12 ∑Y2 ∑X1Y 1  rx21x2


875 1850 18563 82312 38811 Maka,

464
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

0,5132  0,427 2  2.0,513.0,427.0,239 murid nunggu guru nah punishment yang


R y. x1x2  sering saya berikan disini berupa teguran
1  0,239 2
dan peringatan. Saya memberikan teguran
0,341 ketika anak itu sekali dua kali melakukan
R y . x1x2  pelanggaran apabila anak itu tetap
0,943
melakukan pelanggaran saya kasih
R y . x1x2  0,362 peringatan apabila masih melakukan
pelanggaran setelah saya kasih peringatan
R y. x1x2  0,601
maka anak itu saya keluarkan. Jangan
sampai kita mempunyai inisiatif sebagai
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa orang pendendam karena kita adalah
hasil analisis korelasi product moment (rYX1X2), didapat pendidik jadi kita bina dulu, itu merupakan
korelasi antara pemberian reward dan punishment dengan pelajaran supaya yang lain juga merasa
motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa takut juga untuk melakukan pelanggaran.
secara bersama-sama sebesar 0,601. Kemudian Mengenai reward disini yang diberikan
dikonsultasikan pada tabel r product moment untuk guru maupun sekolah bermacam-macam
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis. Pada bentuknya seperti hadiah bagi siswa yang
tabel dilihat bahwa untuk n=42, taraf kesalahan 5% maka masuk ranking sepuluh besar dan
harga r tabel = 0,304. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dibebaskan dari pembayaran buku maupun
dari r tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi LKS. Namun yang saya sering berikan
sebaliknya, bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha berupa pujian dan nilai lebih. Pujian yang
diterima. Hasil yang diperoleh 0,601 > 0,304, dengan saya berikan misalnya ketika anak berani
demikian koefisien korelasi 0,601 itu signifikansi mengeluarkan pendapatnya dan aktif di
sehingga Ha diterima lalu nilai 0,601 dikonsultasikan kelas dan sering bertanya sedangkan nilai
pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Hasilnya lebih disini maksudnya berupa angka agar
menunjukkan terjadi hubungan yang kuat antara nilai anak itu juga menjadi tinggi."
pemberian reward dan punishment dengan motivasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa karena Pemberian reward dan punishment begitu penting
berada pada rentang 0,60 – 0,799. Sedangkan arah untuk diterapkan pada siswa supaya siswa semakin
hubungan adalah positif karena nilai r yang dihasilkan termotivasi dalam meningkatkan belajarnya dan
positif, berarti semakin sering reward dan punishment mengurangi kesalahan-kesalahannya yang bisa
diberikan semakin tinggi motivasi belajar siswa pada menghambatnya dalam meraih prestasi. Hal ini sejalan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. dengan penuturan guru mata pelajaran Pendidikan
Reward dan punishment yang diberikan guru Kewarganegaraan dalam hasil wawancara.
maupun sekolah bermacam-macam bentuknya seperti
hadiah bagi siswa yang masuk ranking sepuluh besar dan “Pemberian reward dan punishment cukup
dibebaskan dari pembayaran buku maupun LKS. Namun, penting, supaya siswa bisa lebih
reward yang sering diberikan oleh guru disini adalah termotivasi dalam belajar, siswa diberikan
pujian dan nilai yang berbentuk angka sedangkan reward supaya siswa cenderung
punishment yang sering diberikan oleh guru disini mengulangi perbuatan yang membuatnya
berupa teguran dan peringatan. Hal ini diungkapkan oleh diberikan reward misalnya siswa mendapat
guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam ranking sepuluh besar dan dia
hasil wawancara. mendapatkan hadiah maka dia akan
mengulanginya untuk mendapatkan
“Yang paling sering pada saat kegiatan rangking bahkan lebih, begitupun dengan
belajar mengajar berlangsung itu biasanya punishment, punishment diberikan supaya
anak mengganggu temannya selanjutnya siswa tidak mengulangi kesalahannya dan
terlambat masuk kelas kalo terlambat termotivasi untuk lebih giat lagi dalam
masuk kelas itu tergantung gurunya, kalo belajar.”
saya pribadi sewaktu saya di tempat duduk
saya ada yang telat akan saya keluarkan Motivasi belajar siswa cukup meningkat setelah
karena dia tidak punya niat untuk masuk, diberikannya reward dan punishment. Hal ini sejalan
ndak ada ceritanya guru nunggu murid tapi

465
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

dengan penuturan guru Pendidikan Kewarganegaraan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut
dalam hasil wawancara. akan meningkat. Sebaliknya, menurut law of operant
extinction, jika timbulnya tingkah laku diiringi dengan
“motivasi belajar siswa cukup meningkat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka kekuatan
teguran dan peringatan yang saya berikan tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah.
juga membuat siswa semakin sadar dan (Hintzman dalam muhibbin, 2010:107).
membuatnya tidak mengulangi kesalahan Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus
yang pernah dilakukan, kalaupun ada pandai dalam memberikan motivasi, karena motivasi
pelanggaran lagi itu pun semakin jarang sangat diperlukan untuk meningkatkan semangat belajar
terjadi, ya sedikit demi sedikitlah, ndak siswa. Pemberian penguatan (reinforcement) berupa
mungkin langsung sekaligus berhenti, reward dan hukuman (punishment) dapat dikatakan
misalnya yang tadinya dua puluh siswa berjalan dengan baik, karena mengurangi perilaku yang
menjadi hanya sepuluh siswa yang negatif dan membuat motivasi belajar siswa meningkat.
melakukan pelanggaran dan mungkin itu Sehingga pemberian reward dan punishment menjadi
juga karena ketidak sengajaan dari siswa. sarana untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa
Begitupun dengan reward yang saya dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan
berikan itu juga membuat motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penuturan guru Pendidikan
siswa cukup meningkat misalnya yang Kewarganegaraan dalam hasil wawancara.
tadinya tidak membaca materi sebelum
pelajaran dimulai setelah ada reward “Motivasi belajar siswa cukup meningkat
karena aktif di dalam kelas dan saya terlebih juga dengan berubahnya keadaan
sarankan agar besoknya membaca dalam artian fasilitas-fasilitas semakin
materinya dulu sebelum pelajaran dimulai lengkap dan membaik, sarana
tiba-tiba siswa benar-benar membaca prasarananya juga semakin baik, teguran
materi sebelum pelajaran dimulai.” dan peringatan yang saya berikan juga
membuat siswa semakin sadar dan
Pembahasan membuatnya tidak mengulangi kesalahan
Berdasarkan hasil temuan data tentang hubungan yang pernah dilakukan, kalaupun ada
pemberian reward dan punishment dengan motivasi pelanggaran lagi itu pun semakin jarang
belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa, terjadi, ya sedikit demi sedikitlah, ndak
didapatkan hasil bahwa ada hubungan sebesar 0,601 mungkin langsung sekaligus berhenti,
antara pemberian reward dan punishment dengan misalnya yang tadinya dua puluh siswa
motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada menjadi hanya sepuluh siswa yang
siswa secara bersama-sama dan hubungan ini dapat melakukan pelanggaran dan mungkin itu
dikatakan kuat karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. juga karena ketidak sengajaan dari siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian reward dan Begitupun dengan reward yang saya
punishment menjadi salah satu sarana untuk berikan itu juga membuat motivasi belajar
meningkatkan respon motivasi belajar siswa salah siswa cukup meningkat misalnya yang
satunya pada mata pelajaran Pendidikan tadinya tidak membaca materi sebelum
Kewarganegaraan. pelajaran dimulai setelah ada reward
Teori Skinner dalam Gunarsa (1997:23) yakni karena aktif di dalam kelas dan saya
teori operant conditioning menyatakan bahwa untuk sarankan agar besoknya membaca
mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak materinya dulu sebelum pelajaran dimulai
dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang tiba-tiba siswa benar-benar membaca
diinginkan dalam proses belajar, digunakan rangsangan- materi sebelum pelajaran dimulai.”
rangsangan yang diatur secara tertentu. Rangsangan-
rangsangan tersebut adalah penguatan (reinforcement) Reward yang diberikan berupa hadiah karena
dan hukuman (punishment). dengan hadiah tersebut siswa tersebut bisa lebih
Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant meningkatkan lagi cara belajarnya di rumah dan lebih
conditioning tunduk pada dua hukum operant yang memperhatikan kepada mata pelajaran. Hadiah itu adalah
berbeda, yakni: law of operant conditioning dan law of simbol supaya bisa merangsang motivasi belajarnya
operant extinction. Menurut law of operant conditioning, siswa. Sedangkan punishment diberikan apabila siswa
jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan mengganggu temannya, terlambat masuk kelas dan

466
Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar

apabila siswa tidak mengerjakan tugas. Punishment yang Saran


diberikan bisa berupa teguran, peringatan, dan hukuman Siswa membutuhkan motivasi untuk
yang tidak mengarah kepada kekerasan fisik. meningkatkan belajarnya. Sebagai seorang guru
Sikap yang dimiliki siswa setelah diberikan hendaknya harus pandai dalam memotivasi siswa.
reward dan punishment berbeda dengan sebelum Mengingat adanya hubungan yang kuat antara pemberian
diberikannya reward dan punishment. Setelah diberikan reward dan punishment dengan motivasi belajar
reward dan punishment siswa akan penuh tanggung Pendidikan Kewarganegaraan, untuk itu pemberian
jawab mengerjakan tugas dengan baik ketika guru reward dan punishment penting untuk diterapkan pada
memberikan tugas berbeda dengan sebelum diberikannya siswa supaya siswa semakin termotivasi dalam
reward dan punishment siswa sering bermalas-malasan meningkatkan belajarnya dan mengurangi kesalahan-
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleg guru. kesalahannya yang bisa menghambatnya dalam meraih
Sikap yang ditunjukkan oleh siswa ini merupakan prestasi.
hasil dari dua tahapan dari empat tahapan dalam belajar
menurut teori belajar Bandura (dalam Hergenhahn, DAFTAR PUSTAKA
2009:363). Adapun dua tahapan dalam belajar tersebut
yaitu Pembentukan Perilaku dan Motivasional. Berikut Ahmadi, Abu, dan Uhbiyati, Abu. 1991. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
penjelasan dari masing-masing tahapan:
Pembentukan perilaku yaitu suatu proses Al-Abrasyi, Athiyah. M. 1993. Dasar-dasar Pokok
pembelajaran dengan memberikan latihan untuk Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
membantu siswa menguasai materi yang telah diberikan. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Latihan yang diberikan misalnya diberikan tugas Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
meresume beberapa bab buku supaya siswa terbiasa Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
dengan materi-materi dalam tugas tersebut. Jakarta: Rineka Cipta.
Tahap motivasional yaitu suatu cara agar dapat
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
mendorong kinerja dan mempertahankan tetap
Jakarta: Kencana.
dilakukannya keterampilan yang baru diperoleh dengan
memberikan penguatan. Dimana pada tahap ini diadakan Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
evaluasi akan apa yang telah dilakukan oleh siswa. Bila
Depdiknas.
siswa telah melaksanakan tugasnya dengan baik maka
guru berhak memberikan reward. Reward yang diberikan Gibson. 1995. Organisasi Perilaku, Struktur, dan Proses.
berupa pujian, tujuannya agar siswa mempertahankan Jakarta: Bina Rupa Aksara.
prestasi yang baru ditampilkannya tersebut. Akan tetapi, Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar Mengajar.
bila siswa belum melaksanakan tugasnya dengan baik Bandung : Sinar Baru.
atau masih terdapat kekurangan, maka guru tidak boleh Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. 2009.
memarahinya melainkan harus memberikan motivasi agar Theoriesof learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana
suatu saat nanti bisa memperbaiki kesalahannya dan Prenada Media Group
melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi. Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
PENUTUP
Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian Untuk
Simpulan Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM
Dari hasil analisis data dapat dikatakan bahwa ada
Nasution. 1988. Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
hubungan antara pemberian reward dan punishment
dengan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pradja, Sastra. M. 1978. Kamus Istilah Pendidikan Dan
pada siswa. Hasil perhitungan korelasi ganda Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
menggunakan korelasi product moment terdapat korelasi Purwanto, Ngalim. M. 2004. Psikologi Pendidikan.
antara pemberian reward dan punishment dengan Bandung: Remaja Rosdakarya.
motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada 2006. Ilmu Pendidikan
siswa secara bersama-sama dan hubungan dikatakan kuat. Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian reward dan
Riduwan dan Sunarto. 2013. Statistika untuk Penelitian
punishment menjadi salah satu sarana untuk Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi dan Bisnis.
meningkatkan motivasi belajar siswa salah satunya pada Bandung: Alfabeta.
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

467
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 454-468

Roestiyah, Y. 1978. Didaktik Metodik. Jakarta: Rineka


Cipta.
Sardiman. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Shalahuddin, Mahfudh, dkk. 1987. Metodologi
Pendidikan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah. B. 2007. Teori Motivasi Dan
Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

468

You might also like