You are on page 1of 4

MUHAMMAD RHAFI’I HAMDANI

20311428

RIBA DAN GHARAR

Riba berasal dari kata Ar Roba yang berarti ziyadah atau “penambahan” secara bahasa.
Namun kita tida bisa memahami satu terminology hanya dari segi bahasa, agar pemahaman
kita lebih utuh maka kita perlu definisi secara operasional. Tambahan yang dimaksud dalam
kategori riba adalah tambahan yang terjadi transaksi jual beli dan transaksi hutang.
Tambahan disini masih harus dirinci lagi agar tidak setiap tambahan dalam jual beli dan
hutang dianggap riba. Seperti harga bakso yang lebih mahal di tempat A daripada di tempat
B. Bukan berarti tukang bakso A melakukan riba.

Banyak kasus kesalahpahaman dalam memahami sesuatu karena hanya memaknainya secara
bahasa. Contoh yang paling sering terjadi adalah kesalahan dalam memahami makna bid’ah
yang secara bahasa berarti inovasi atau hal baru namun secara istilah adalah hal baru dalam
agama yang tidak diajarkan. Mereka yang salah paham menganggap bahwa laptop, pesawat,
handphone, dan inovasi-inovasi lainnya yang zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
belum ada adalah bid’ah yang diharamkan. Padahal bid’ah yang dimaksud adalah tambahan
dalam perkara agama seperti shalat dzuhur 5 rakaat, dan sebagainya. Disinilah pentingnya
memahami definisi sesuatu tidak hanya dari segi bahasa namun juga dari segi konteks atau
istilah.

Riba dapat terjadi dalam dua transaksi, yang di dalamnya akan ada pembagiannya masing-
masing, yaitu:

1.Transaksi Hutang Piutang


Riba Dayn adalah riba yang terjadi dalam transaksi hutang piutang dan terbagi lagi
menjadi dua, yaitu: Pinjam Meminjam, riba yang berbasis hutang piutang ada pinjam
meminjam. Tidak boleh ada tambahan dalam transaksi ini. Setiap ada tambahan
dalam akad hutang piutang maka dia termasuk riba. Contohnya adalah ketika kita
berhutang 1 juta dan diharuskan mengembalilkan 1.5000.000, maka ini adalah
riba. Dan kedua yaitu keuntungan dari pembayaran yang tertunda, di inamakan riba
jahiliyah karena ini biasa terjadi pada zaman jahiliyah terdahulu. Yaitu terjadinya
penambahan dalam transaksi hutang piutang ketika seseorang yang berhutang
membayarnya telat. Misalnya ketika seseorang 1 juta dan diwajibkan
mengembalikannya dalam kurun waktu 1 bulan. Jika lebih dari 1 bulan maka akan
didenda 100.000 setiap harinya. Ini adalah riba, meskipun jika membayar tepat waktu
tidak ada tambahan, namun di awal kita telah menyepakati denda keterlambatan.
Ironisnya, hal ini masih terjadi pada zaman sekarang, yaitu pada transaksi kartu
kredit. Seperti cicilan 0% kredit, ini masih termasuk riba karena 0% berlaku jika tidak
telat saja. Riba jahiliyah yang terjadi pada media lebih canggih lagi zaman sekarang
adalah seperti paylater. Karena prinsip mereka sama-sama ada tambahan jika
pembayaran dilakukan melebihi tenggat waktu yang seharusnya.
Berbeda kasus ketika si penghutang membayar hutangnya dengan jumlah lebih dari
yang seharusnya, tanpa kesepakatan di awal atau tanpa disuruh oleh si pemberi
hutang, ini tidak termasuk riba. Karena itu murni kerelaan dari si penerima hutang,
bisa jadi karena rasa terimakasihnya kepada si pemberi hutang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kata kunci riba hutang piutang adalah terdapat syarat di awal akad
bahwa harus mengembalikan hutang dengan jumlah yang lebih dari seharusnya baik
pembayaran telat maupun tepat waktu.

2.Transaksi Jual Beli (Riba Buyu’)


Transaksi jual beli ini dibagi menjadi 2, yakni:
Riba Kelebihan adalah riba yang terkait dengan barang-barang ribawi yang berjumalah 6
yaitu: emas, perak, bur (gandum halus), sya’ir (gandum dengan kualitas lebih rendah),
kurma, dan garam.
Barang ribawi tersebut tidak dapat dilihat secara dzahir hanya 6 itu saja, namun perlu diliat
secara ilat atau berdasarkan fungsinya. 4 Imam madzhab tidak meilihat barang ribawi
terbatas dengan 6 barang itu saja. Contohnya emas, menurut madzah Hanafi dan Hambali,
fungsi dari emas pada zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam adalah sebagai alat
ukur. Sedangkan menurut madzhab Syafi’I dan Maliki, emas pada zaman Rasul
shallallahu’alaihi wasallam adalah sebagai alat tukar. Sehingga jika ada barang lain selain
emas yang berfungsi sebagai alat atau nilai tukar, maka barang tersebut termasuk barang
ribawi. Pada zaman sekarang, barang yang berfungsi sebagai alat tukar adalah uang rupiah.
Maka, uang rupiah adalah termasuk barang ribawi. Sama halnya dengan gandum, fungsi
gandum jaman dahulu adalah sebagai bahan makanan pokok, sehingga jika ada barang yang
fungsinya juga sebagai bahan pokok maka barang tersebut termasuk barang ribawi. Sehingga
tergantung pada konteks tempat/daerah masing-masing, dan konteks zaman. Saat
bertransaksi dengan 6 barang tersebut, kita perlu memperhatikan beberapa kaidah agar tidak
terjatuh dalam riba fadhl. Ada 4 kaidah yang perlu diperhatikan - Ketika barang tersebut
sama jenis dan ilatnya (fungsinya), maka harus ditukar dengan yang sama nilai atau
ukurannya dan harus dibayar kontan atau ditempat (tidak boleh online dan tidak boleh
ditunda). Seperti emas dengan emas, dan uang rupiah dengan uang rupiah. Contoh misal
ketika barang tersebut beda jenisnya tapi sama ilatnya (fungsinya), maka harus dibayar
kontan dan tidak perlu sama nilainya. Contohnya adalah emas dengan rupiah, dan rupiah
dengan dollar.
Sebagaimana sebuah hadist berikut
“Jika emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, bur (gandum)
ditukar dengan bur, sya’ir (jewawut, salah satu jenis gandum) ditukar
dengan sya’ir, kurma dutukar dengan kurma, dan garam ditukar dengan
garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar
kontan (tunai).
Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat
riba. Orang yang mengambil tambahan tersebut dan orang yang
memberinya sama sama berada dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1584)

Riba 2 Kesepakatan (Yad)


Yad adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti tangan. Transaksi ini disebut riba karena
tidak saling bertemunya tangan dengan tangan (tidak tunai/tidak kontan/tidak cash/ kredit).
Namun pembayaran dengan kredit tidak serta merta dihukumi riba semuanya. Pembayaran
kredit yang tidak dihukumi riba adalah ketika total pembayaran sudah disepakati di awal.
Contoh kasusnya adalah ketika si A membeli motor dari si B, jika dibayar secara cash maka
harganya 50 juta, namun jika dibayar secara kredit atau mencicil selama 1 tahun, maka
menjadi 60 juta. Ini belum tentu riba, perlu dirinci lagi. Jika ketika mencicil selama 1 tahun
terssebut tidak ada dendanya meskipun pembayaran telat, maka ini tidak termasuk riba.
Namun jika ada dendanya ketika pembayaran telat, maka ini termasuk riba. Bisa termasuk
riba yad bisa juga tergolong riba jahiliyah.

Sebagaimana telah diketahui dan dibahas bahwa Islam mengharamkan riba. Berikut adalah
beberapa dalil tentang haramnya riba.

“Allah ta’ala memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.”(QS. Al-Baqoroh: 276)

Dari Jabir radhiyallahu ta’ala ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya dan dua saksinya”, dan Beliau
bersabda, “Mereka itu sama.” (HR. Muslim, no. 4177)

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-
Baqarah: 275)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhu dari Nabi ShallAllah ta’alau ‘alaihi wa sallam
, Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!”Mereka (para sahabat)
bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam! Apakah itu?” Beliau menjawab:
Syirik kepada Allâh, Sihir, Membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq,
Memakan riba, Memakan harta anak yatim, Berpaling dari perang yang berkecamuk,
Menuduh zina terhadap

53
wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari
zina.” (HR. al-Bukhari, no. 3456; Muslim, no. 2669)

GHARAR

Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyyah ghoror adalah sesuatu yang tidak diketahui hasil
akhirnya, hakikatnya, dan ukurannya. Contohnya adalah asuransi. Ketika kita membeli
premi asuransi, sebenarnya apa yang kita beli? Bagaimana mengukur jamninannya? Inilah
yang disebut tidak jelas atau diketahui. Kalau ketidakjelasan terjadi di akhir saja, maka ini
disebut gharar kecil dan tidak mengapa karena memang tidak bisa dilepaskan dari sifat
transaksi. Seperti membayat uang kuliah yang hasil akhirnya belum jelas apakah mahasiswa
yang membayar tersebut akan sukses atau tidak. Namun jika ketidakjelasannya terjadi pada
awal-awal, seperti asuransi tadi, tidak jelas apa yang dibeli, maka ini ghoror berat dan
dilarang. Seperti halnya judi atau taruhan. Taruhan sudah ghoror atau tidak jelas dari awal
karena mereka membeli peluang, dimana peluang tersebut tidak bisa diukur. Sehingga
asuransi juga disebut judi. Ghoror juga dapat terjadi pada saham syariah, namun ini masih
terjadi perdebatan, ada ustadz yang membolehkan dan tidak. Hak kita mau memilih pendapat
yang mana namun juga harus dilandasi dengan alasan dan pengetahuan yang jelas. Jangan
asal fanatik dan ikut-ikutan.

Transaksi yang dikatakan gharar saat contoh misalnya, jual beli barang yang cacat, atau
barang yang tidak ada, yang tidak diketahui bentuk dan tempatnya, sesuatu yang tidak
mampu diserahterimakan, atau menjual sesuatu yang tidak dimiliki secara sempurna.
Misalnya, adalah jual beli ikan dalam kolam yang melimpah airnya, susu binatang yang
belum diperah, jual beli janin hewan yang masih dalam perut induknya, jual beli sebagian
barang yang masih ditumpuk, jual beli potongan pakaian dan semacamnya. Kesemuanya ini
merupakan jual beli tidak dibenarkan alias bathil karena kebutuhan terhadap jual beli tersebut
sifatnya tidak jelas.
Imam Nawawi dalam penjelasannya dalam kumpulan hadis shahih Muslim, menyebutkan
bahwa jual beli gharar adalah pokok dan dasar l dalam kitab jual beli. Ada beberapa hadis
yang terkait, salah satunya adalah
Artinya, “Nabi Saw melarang jual beli hasat39 dan jual beli gharar40”.
Efek negatif yang ditimbulkan oleh jual beli gharar amat luas, sebagaimana pendapat Khalid
bin Abdul ‘Aziz al-Batili41. Imam Nawawi juga memiliki pandangan sama yang mengawali
interpretasinya dengan hadis larangan jual beli gharar dan memasukkan banyak persoalan
muamalah yang seolah-olah tidak terbatas.

You might also like