You are on page 1of 21

MAKALAH

TUGAS PENGANTAR HUKUN DAN ETIKA BISNIS


“Rahasia Perusahaan”

Dosen pembimbing :

Zulfan, SH. MH

Di Susun Oleh :

Nayara Salsabila 2315010023

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2023/2024
KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya selaku kelompok ini mampu menyelesaikan
Makalah Pengantar Hukum Dan Etika Bisnis ini yang berjudul “ Rahasia Perusahaan” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas kepada kita selaku
mahasiswa. Saya menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu, Saya
mohon saran dan kritik yang membangun untuk kesempatan makalah ini.

Akhir kata, Saya selaku penyusun makalah memohon maaf yang sebesar-besarnya bila
ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Aamiin

Banda Aceh, 20 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

2.1 Rahasia Perusahaan ..................................................................................................... 2

2.2 Tingkat Keamanan Informasi dalam Perusahaan ........................................................ 2

2.3 Peran Karyawan dalam Pengamanan Rahasia Perusahaan ......................................... 4

2.4 Perlindungan Hukum terhadap Rahasia Perusahaan ................................................... 6

2.5 Pengertian Rahasia Dagang ......................................................................................... 7

2.6 Aspek Etika dalam Penggunaan Rahasia Perusahaan ................................................. 8

2.7 Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang dan Penyelesaiannya ..................... 9

2.8 Apakah peraturan perundang – undangan sudah dapat mengakomodasi kepentingan


pemiliki maupun pengguna rahasia dagang? ....................................................................... 12

2.9 Contoh kasus ............................................................................................................. 12

BAB III.................................................................................................................................... 17

PENUTUP............................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan yang
tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan kondisi global di bidang perdagangan
dan investasi. Daya saing yang semacam itu telah lama dikenal dalam sistem Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI).

Era globalisasi, inilah yang bisa dibilang menjadi salah satu penyebab palanggaran Hak
Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Globalisasi di samping membawa dampak positif berupa
kemajuan di berbagai sektor, juga membawa beberapa dampak negatif yang cukup bervariasi.
Arus industrialisasi yang semakin tinggi dan arus perdagangan yang dituntut ketepatan dan
kecepatan dalam bertransaksi adalah salah satunya. Dan tentu saja banyak permasalahan yang
timbul di dalamnya. Sebagai contoh adalah dalam hal “Industri Musik” (Music Industry)
khususnya dalam perdagangan kaset / DVD / VCD terkadang masyarakat yang posisinya
sebagai konsumen lebih memilih harga yang relatif murah ketimbang yang mahal. Meski tentu
saja yang mahal lebih punya kualitas tinggi.

Dewasa ini, kasus pelanggaran hak atas kekayaan inteletual (HAKI) menjadi kasus
yang sering terjadi di sektor Industri di Indonesia. Kasus tersebut terkait dengan domain HAKI,
yakni kasus pelanggaran hak cipta, paten, merek, desain industri, dan Rahasia Dagang. Padahal
sangat diharapkan sektor industri di Indonesia mampu memenuhi bisnis etis yang sesuai
dengan aturan main. Sehingga baik pelaku industri maupun masyarakat dapat menikmati hasil
dari sektor industri tersebut dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, kami selaku penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan mengenai:

a. Apa itu Rahasia Dagang ?


b. Mengapa sengketa rahasia dagang bisa terjadi?
c. Bagaimanakah perlindungan terhadap Rahasia Dagang dan penyelesaiannya apabila
terjadi pelanggaran Rahasia Dagang ?
d. Apakah peraturan perundang – undangan sudah dapat mengakomodasi (memenuhi
kebutuhan) kepentingan pemiliki maupun pengguna rahasia dagang?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rahasia Perusahaan


Rahasia perusahaan mengacu pada informasi atau data yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dan dijaga dengan cermat untuk menjaga keunggulan kompetitif. Informasi ini
tidak diketahui oleh pihak luar dan dapat mencakup berbagai hal, seperti formula produk,
strategi pemasaran, teknologi, data pelanggan, rencana bisnis, dan lain sebagainya. Rahasia
perusahaan sering kali menjadi aset berharga yang memberikan keunggulan kompetitif kepada
perusahaan yang memilikinya.

Perlindungan rahasia perusahaan dapat diupayakan melalui berbagai cara, termasuk


perjanjian kerahasiaan (NDA) yang ditandatangani oleh karyawan, mitra bisnis, atau pihak
ketiga yang memiliki akses ke informasi tersebut. Selain itu, perusahaan juga dapat
mengimplementasikan kebijakan internal dan langkah-langkah keamanan untuk menjaga
kerahasiaan informasi mereka.

Hukum-hukum tertentu di berbagai yurisdiksi juga memberikan perlindungan terhadap


rahasia perusahaan, dan pelanggaran terhadap rahasia perusahaan dapat memiliki konsekuensi
hukum. Dalam banyak kasus, melindungi rahasia perusahaan menjadi krusial untuk
memastikan daya saing dan keberlanjutan bisnis suatu perusahaan.

2.2 Tingkat Keamanan Informasi dalam Perusahaan


Evaluasi tingkat keamanan informasi dalam sebuah perusahaan melibatkan serangkaian
aspek, termasuk kebijakan keamanan, implementasi teknologi, serta tingkat kesadaran dan
ketaatan karyawan. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang dapat membantu dalam
mengevaluasi tingkat keamanan informasi dalam perusahaan:

1. Kebijakan Keamanan Informasi:

 Apakah perusahaan memiliki kebijakan keamanan informasi yang jelas dan


terdokumentasi?

 Sejauh mana kebijakan tersebut mencakup aspek-aspek kritis seperti


pengelolaan kata sandi, akses pengguna, dan kebijakan penggunaan perangkat.

2
2. Penerapan Teknologi Keamanan:

 Apakah perusahaan menggunakan teknologi keamanan seperti firewall,


antivirus, dan enkripsi data?

 Bagaimana tingkat pembaruan dan pemeliharaan teknologi keamanan di


perusahaan?

3. Manajemen Akses Pengguna:

 Bagaimana manajemen akses pengguna diatur, termasuk hak akses yang


diberikan kepada karyawan?

 Apakah terdapat proses untuk memantau dan mengelola hak akses secara
berkala?

4. Kesadaran dan Pelatihan Karyawan:

 Apakah perusahaan melaksanakan program pelatihan keamanan informasi


untuk karyawan?

 Sejauh mana karyawan menyadari pentingnya keamanan informasi dan risiko


yang terkait?

5. Audit Keamanan Periodik:

 Apakah perusahaan secara berkala melakukan audit keamanan untuk menilai


kerentanan dan mengidentifikasi potensi ancaman?

 Bagaimana respon perusahaan terhadap hasil audit keamanan, dan sejauh mana
perbaikan dilakukan?

6. Perlindungan Fisik dan Keamanan Fisik:

 Bagaimana perlindungan fisik terhadap server dan perangkat penyimpanan data


diatur?

 Apakah terdapat langkah-langkah keamanan fisik seperti pengamanan gedung


dan pengendalian akses fisik?

3
7. Manajemen Insiden Keamanan:

 Apakah perusahaan memiliki rencana respons insiden keamanan untuk


menghadapi serangan atau pelanggaran keamanan?

 Bagaimana efektivitas rencana tersebut dalam mengatasi insiden keamanan


yang terjadi?

Evaluasi tingkat keamanan informasi harus bersifat holistik, melibatkan berbagai


departemen dan tingkatan dalam perusahaan. Mengintegrasikan prinsip-prinsip keamanan
informasi ke dalam budaya perusahaan juga sangat penting untuk mencapai tingkat keamanan
yang optimal.

2.3 Peran Karyawan dalam Pengamanan Rahasia Perusahaan


Peran karyawan dalam pengamanan rahasia perusahaan sangat signifikan dalam
memastikan keberlanjutan bisnis dan melindungi informasi yang bernilai. Berikut adalah
beberapa peran karyawan dalam pengamanan rahasia perusahaan:

1. Kesadaran dan Pendidikan:

 Peran: Meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya keamanan


informasi melalui pelatihan dan pendidikan.

 Tindakan: Mengikuti program pelatihan keamanan, memahami risiko


potensial, dan menyadari dampak pelanggaran keamanan terhadap perusahaan.

2. Kepatuhan dengan Kebijakan Keamanan:

 Peran: Mematuhi dan mengikuti kebijakan keamanan informasi yang telah


ditetapkan oleh perusahaan.

 Tindakan: Menjalankan prosedur keamanan, termasuk penggunaan kata sandi


yang kuat, menjaga kerahasiaan informasi, dan mengikuti panduan akses.

3. Manajemen Akses:

 Peran: Mengelola hak akses dan penggunaan informasi untuk memastikan


bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat mengaksesnya.

4
 Tindakan: Membatasi akses hanya kepada individu yang membutuhkan
informasi tersebut untuk menjalankan tugas pekerjaan mereka.

4. Pelaporan Potensi Ancaman:

 Peran: Melaporkan segera potensi ancaman atau kejadian yang dapat


membahayakan keamanan informasi.

 Tindakan: Memberikan laporan kepada tim keamanan atau manajemen setiap


kali terdeteksi aktivitas yang mencurigakan atau potensi pelanggaran
keamanan.

5. Penggunaan Perangkat Keamanan:

 Peran: Menggunakan perangkat keamanan yang disediakan oleh perusahaan


untuk melindungi data dan sistem.

 Tindakan: Mengimplementasikan praktik keamanan, seperti penggunaan kata


sandi yang kuat, penggunaan otentikasi dua faktor, dan pemeliharaan perangkat
keamanan.

6. Pengelolaan Email dan Komunikasi:

 Peran: Berhati-hati dalam berkomunikasi melalui email dan platform


komunikasi untuk mencegah kebocoran informasi.

 Tindakan: Menjaga kerahasiaan informasi dalam komunikasi elektronik dan


tidak membocorkan informasi rahasia perusahaan.

7. Pencegahan Kebocoran Informasi:

 Peran: Menghindari memberikan informasi rahasia kepada pihak luar tanpa


izin.

 Tindakan: Berhati-hati dalam diskusi di luar perusahaan, tidak membocorkan


informasi kepada pesaing atau pihak yang tidak berwenang.

8. Partisipasi dalam Program Keamanan:

 Peran: Aktif berpartisipasi dalam program keamanan yang ditawarkan oleh


perusahaan.

5
 Tindakan: Ikut serta dalam simulasi keamanan, latihan keamanan, dan
program pelatihan terkait keamanan informasi.

Melibatkan karyawan dalam upaya pengamanan rahasia perusahaan melibatkan


pengembangan budaya keamanan di seluruh organisasi. Semakin besar pemahaman dan
keterlibatan karyawan, semakin efektif upaya perlindungan informasi perusahaan.

2.4 Perlindungan Hukum terhadap Rahasia Perusahaan


Perlindungan hukum terhadap rahasia perusahaan bervariasi di setiap yurisdiksi, namun
prinsip umumnya mencakup aspek-aspek berikut:

1. Hak Kekayaan Intelektual:

 Rahasia perusahaan dapat dilindungi di bawah kategori hak kekayaan


intelektual, seperti hak cipta, paten, dan merk dagang. Perusahaan dapat
mengklasifikasikan informasi tertentu sebagai rahasia perusahaan dan
melindunginya dengan hak-hak ini.

2. Undang-Undang Perlindungan Rahasia Dagang:

 Beberapa yurisdiksi memiliki undang-undang khusus yang melindungi rahasia


dagang. Undang-undang semacam itu biasanya melarang pihak ketiga untuk
mendapatkan atau menggunakan informasi rahasia perusahaan tanpa izin.

3. Perjanjian Kerahasiaan (NDA):

 Perusahaan dapat menggunakan perjanjian kerahasiaan (Non-Disclosure


Agreement/NDA) untuk memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia
perusahaan. NDA adalah dokumen kontrak yang menetapkan persyaratan dan
kewajiban pihak yang terlibat untuk menjaga kerahasiaan informasi.

4. Klausa Non-Konkurensi:

 Beberapa negara memberlakukan klausa non-konkurensi yang dapat disertakan


dalam kontrak kerja untuk mencegah mantan karyawan bekerja di perusahaan
pesaing atau menggunakan informasi rahasia perusahaan setelah meninggalkan
pekerjaan.

6
5. Undang-Undang Persaingan Tidak Sehat:

 Undang-undang persaingan tidak sehat dapat memberikan perlindungan


terhadap praktek bisnis yang tidak etis, termasuk mencuri atau mengungkapkan
rahasia perusahaan pesaing.

6. Perlindungan Data Pribadi:

 Jika rahasia perusahaan melibatkan informasi pribadi pelanggan atau karyawan,


undang-undang perlindungan data pribadi juga dapat berlaku. Ini melibatkan
aturan dan regulasi yang mengatur cara perusahaan menangani dan melindungi
data pribadi.

7. Perlindungan Hak Cipta dan Paten:

 Jika rahasia perusahaan terkait dengan inovasi atau teknologi tertentu, hak cipta
atau paten dapat memberikan perlindungan hukum terhadap penggunaan yang
tidak sah oleh pihak lain.

8. Hukuman dan Ganti Rugi:

 Di banyak yurisdiksi, pelanggaran terhadap rahasia perusahaan dapat dikenai


hukuman dan ganti rugi. Ini dapat mencakup sanksi perdata, denda, atau bahkan
tuntutan pidana tergantung pada tingkat pelanggaran.

Penting untuk memahami hukum yang berlaku di yurisdiksi tertentu dan untuk
mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk melindungi rahasia perusahaan. Konsultasi
dengan ahli hukum yang berpengalaman dalam hukum kekayaan intelektual dan rahasia
perusahaan dapat membantu perusahaan membangun strategi perlindungan yang efektif.

2.5 Pengertian Rahasia Dagang


Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
(UURD), khususnya pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Rahasia Dagang adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.” Sedangkan yang dimaksud dengan

7
hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang timbul berdasarkan
Undang-Undang Rahasia Dagang.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dilihat bahwa Rahasia Dagang
adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan, karenannya harus
dijaga kerahasiaannya. Keberhargaan informasi ini timbul karena informasi tersebut
dapat mendatangkan keuntungan ekonomis kepada perusahaan.

2.6 Aspek Etika dalam Penggunaan Rahasia Perusahaan


Penggunaan rahasia perusahaan melibatkan berbagai aspek etika yang harus
dipertimbangkan oleh individu dan organisasi. Aspek-aspek tersebut mencakup prinsip-prinsip
moral, integritas, dan tanggung jawab terhadap pemangku kepentingan. Berikut adalah
beberapa aspek etika yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan rahasia perusahaan:

1. Integritas dan Kehormatan:

 Etika menuntut bahwa individu dan perusahaan beroperasi dengan integritas


dan kehormatan. Penggunaan rahasia perusahaan harus sejalan dengan nilai-
nilai moral yang mendorong tindakan jujur dan adil.

2. Pemenuhan Kewajiban Kontrak:

 Jika seseorang atau perusahaan telah menandatangani perjanjian kerahasiaan


(NDA) atau kontrak serupa, etika menuntut pemenuhan kewajiban-kewajiban
tersebut. Melanggar kontrak dapat merusak kepercayaan dan reputasi.

3. Tanggung Jawab Terhadap Pekerjaan:

 Karyawan memiliki tanggung jawab etis untuk menjaga kerahasiaan informasi


yang mereka akses dalam konteks pekerjaan mereka. Melibatkan diri dalam
pelanggaran rahasia perusahaan dapat menghancurkan kepercayaan yang
diberikan oleh perusahaan.

4. Pertimbangan terhadap Pemangku Kepentingan:

 Penggunaan rahasia perusahaan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap


berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan, karyawan, pelanggan,

8
dan masyarakat. Tindakan yang merugikan pemangku kepentingan dapat
dianggap tidak etis.

5. Keamanan Informasi:

 Etika menuntut bahwa individu dan perusahaan melibatkan upaya maksimal


untuk menjaga keamanan informasi. Menjaga rahasia perusahaan dari akses
yang tidak sah dan pengungkapan yang tidak etis merupakan kewajiban etis.

6. Perlindungan Karyawan dan Pelanggan:

 Etika memerlukan perlindungan terhadap hak dan kepentingan karyawan dan


pelanggan. Penggunaan rahasia perusahaan yang melibatkan informasi pribadi
harus mematuhi undang-undang perlindungan data dan privasi.

7. Pengembangan Inovasi Etis:

 Jika rahasia perusahaan terkait dengan inovasi atau penemuan, etika menuntut
penggunaan informasi tersebut untuk tujuan yang menguntungkan dan tidak
merugikan pihak lain atau masyarakat.

8. Pelaporan Pelanggaran Etika:

 Etika juga mendorong individu untuk melaporkan pelanggaran etika, termasuk


pelanggaran rahasia perusahaan, kepada pihak yang berwenang di dalam
perusahaan atau otoritas hukum yang relevan.

Mempertimbangkan aspek-etika ini membantu memastikan bahwa penggunaan rahasia


perusahaan tidak hanya mematuhi hukum, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai moral dan
integritas. Penerapan kebijakan dan praktik yang etis dalam penggunaan informasi rahasia
dapat membantu perusahaan membangun kepercayaan internal dan eksternal.

2.7 Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang dan Penyelesaiannya


Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sesuai pula
dengan salah satu ketentuan dalam Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan lampiran dari Agreement
Establishing the World Trade Organization on Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), sebagaimana telah diratifikasi oleh
Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1994. Adanya perlindungan tersebut akan

9
mendorong lahirnya temuan atau invensi baru yang meskipun diperlakukan secara
rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum, baik dalam rangka kepemilikan,
penguasaan, maupun pemanfaatan oleh penemunya. Untuk mengelola administrasi
Rahasia Dagang, pada saat ini pemerintah menunjuk Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk melakukan
pelayanan di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor 30
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku sejak tanggal 20
Desember 2000. Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000 memberikan
lingkup perlindungan Rahasia Dagang yaitu meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis
yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi
tersebut bersifat :
 Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh
pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
 Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi
tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat
komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
 Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak
yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan


terhadap hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu
tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat
mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan informasi
Rahasia Dagang.
Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan. Untuk mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka amat diperlukan
perlindungan hukum bagi pemilik dan atau pemegang HAKI yang bersangkutan.

10
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai
penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak
Rahasia Dagang. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia
memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak
lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD ”pemilik hak Rahasia Dagang memiliki
hak untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya, memberikan
lisensi atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau
mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang
bersifat komersial”. Terhadap pasal tersebut, gugatan yang kita ajukan dapat berupa
gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua perbuatan. Dan berbeda dengan
gugatan HAKI lainnya, gugatan mengenai perkara Rahasia Dagang diajukan ke
Pengadilan Negeri.
Berkaitan dengan hal di atas, harus ditentukan pula kapan sebenarnya suatu
perbuatan dikatakan telah melanggar Rahasia Dagang milik orang atau pihak lain.
Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau
menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu juga ada perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia
Dagang yakni apabila :
 Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia Dagang
tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan dan keamanan, kesehatan
atau keselamatan masyarakat
 Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan
Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk
kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.

11
Yang dimaksud dengan rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal ini
adalah suatu tindakan analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang
suatu teknologi yang sudah ada.

Disamping dapat melakukan upaya gugatan melalui pengadilan, pemilik


Rahasia Dagang atau pihak yang merasa dirugikan dapat menempuh upaya lain yakni
melalui penyelesaian sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa
(Pasal 12 UU No. 30 Tahun 2000). Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada suatu perjanjian arbitrase antara
para pihak yang bersengketa.

2.8 Apakah peraturan perundang – undangan sudah dapat mengakomodasi


kepentingan pemiliki maupun pengguna rahasia dagang?
Dalam beberapa hal, ketentuan dalam perundang – undangan memang telah
cukup mengakomodasi, seperti contohnya pasal mengenai pemidanaan. Akan tetapi
beberapa ketentuan lain tampak dibuat secara kurang jelas sehingga membingungkan
masyarakat. Salah satunya adalah Ketentuan tentang pengecualian terhadap
pelanggaran rahasia dagang tersebut seharusnya juga dilengkapi dengan ketentuan
yang secara tegas mengatur tentang pengungkapan rahasia dagang oleh seseorang di
depan sidang pengadilan atas perintah hakim. Atas perintah hakim, seseorang yang
mengungkapkan rahasia dagang di depan sidang pengadilan seharusnya juga
ditetapkan sebagai suatu kekecualian sehingga yang bersangkutan tidak dianggap telah
melakukan pelanggaran rahasia dagang. Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya
sidang pengadilan berkaitan dengan rahasia dagang bersifat tertutup (atas permintaan
para pihak yang bersengketa) juga tidak secara tegas maupun tersirat bermaksud
mengatur pengecualian di atas.

2.9 Contoh kasus


Kasus 1 :

Sengketa rahasia dagang yang terjadi antara PT. General Food Industries dengan kedua
mantan karyawannya yang berawal dari kedua mantan karyawannya yang berpindah tempat
kerja di perusahaan saingan PT. GFI. Kedua karyawan tersebut menciptakan suatu produk yang
sama dengan apa yang dilakukannya ditempatnya bekerja terdahulu. Setelah mengatahui hal
tersebut maka PT General Food mengajukan gugatan terhadap kedua karyawan tersebut dan
juga PT. GFI.

12
Analisa Kasus :

Rahasia dagang adalah salah satu cabang dari hukum Hak Kekayaan Intelektual.
Hukum rahasia dagang mempunyai peranan yang sangat penting karena setiap pelaku usaha
pasti tidak ingin rahasia dari kegiatan usahanya terbongkar, terutama dari pesaing bisnisnya,
dan yang dilindungi oleh hukum rahasia dagang adalah suatu rahasia dalam dunia usaha yang
bernilai ekonomi dan tidak diketahui oleh umum. Rahasia dagang diatur dalam Undang-
Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Dalam suatu kegiatan usaha pasti ada hal-
hal yang dapat menimbulkan sengketa. Salah satu sengketa bisa terjadi akibat pelanggaran
rahasia dagang.

Jaksa penuntut umum menuntut kedua karyawan tersebut dengan pelanggaran rahasia
dagang dan hakim telah memvonis kedua karyawan tersebut dengan hukuman pidana dua bulan
penjara. Kedua terpidana tersebut di anggap telah melanggar pasal 17 Undang-Undang No.30
Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, yaitu bahwa “tanpa hak telah menggunakan rahasia
dagang pihak lain”. Secara fakta, penulis melihat bahwa kedua terpidana tersebut tidak
melanggar rahasia dagang, karena PT. GFI tidak secara jelas menyatakan hal apa sajakah yang
menjadi rahasia dalam perusahaan. Sehingga menurut penulis berkesimpulan bahwa apa yang
dituduhkan bukanlah suatu rahasia sehingga sudah seharusnya kedua terpidana tersebut
mengajukan banding.

Kasus 2 :

Hitachi Digugat Soal Rahasia Dagang


Bisnis Indonesia, Suwantin Oemar, 21 Oktober 2008

JAKARTA: PT Basuki Pratama Engineering mengajukan gugatan ganti rugi melalui


Pengadilan Negeri Bekasi terhadap PT Hitachi Constructuin Machinery Indonesia sekitar
Rp127 miliar, karena diduga melanggar rahasia dagang.

Selain PT Hitachi Construction Machinery Indonesia HCMI, pihak lain yang dijadikan
sebagai tergugat dalam kasus itu adalah Shuji Sohma, dalam kapasitas sebagai mantan Dirut
PT HCMI. Tergugat lainnya adalah Gunawan Setiadi Martono tergugat III, Calvin Jonathan
Barus tergugat IV, Faozan tergugat V,Yoshapat Widiastanto tergugat VI, Agus Riyanto
tergugat VII, Aries Sasangka Adi tergugat VIII, Muhammad Syukri tergugat IX, dan Roland
Pakpahan tergugat X.

13
Insan Budi Maulana, kuasa hukum PT Basuki Pratama Engineering BPE, mengatakan
sidang lanjutan dijadwalkan pada 28 November dengan agenda penetapan hakim mediasi.
Menurut Insan, gugatan itu dilakukan sehubungan dengan pelanggaran rahasia dagang
penggunaan metode produksi dan atau metode penjualan mesin boiler secara tanpa hak.

PT BPE bergerak dalam bidang produksi mesin-mesin industri, dengan produksi awal
mesin pengering kayu.

Penggugat, katanya, adalah pemilik dan pemegang hak atas rahasia dagang metode
produksi dan metode penjualan mesin boiler di Indonesia "Metode proses produksi itu sifatnya
rahasia perusahaan," katanya.

Dia menjelaskan bahwa tergugat IV sampai dengan tergugat X adalah bekas karyawan
PT BPE, tetapi ternyata sejak para tergugat tidak bekerja lagi di perusahaan, mereka telah
bekerja di perusahaan tergugat PT HCMI.

Tergugat, katanya, sekitar tiga sampai dengan lima tahun lalu mulai memproduksi
mesin boiler dan menggunakan metode produksi dan metode penjualan milik penggugat yang
selama ini menjadi rahasia dagang PT BPE.

PT BPE, menurutnya, sangat keberatan dengan tindakan tergugat I baik secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama memproduksi mesin boiler dengan menggunakan metode
produksi dan metode penjualan mesin boiler penggugat secara tanpa izin dan tanpa hak

"Para tergugat wajib membayar ganti rugi immateriil dan materiil sekitar Rp127 miliar
atas pelanggaran rahasia dagang mesin boiler".

Sebelumnya, PT BPE juga menggugat PT HCMI melalui Pengadilan Niaga Jakarta


Pusat dalam kasus pelanggaran desain industri mesin boiler. Gugatan PT BPE itu dikabulkan
oleh majelis hakim Namun, PT HCMI diketahui mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas
putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Sementara itu, kuasa hukum PT HCMI, Otto Hasibuan, mengatakan pengajuan gugatan
pelanggaran rahasia dagang oleh PT BPE terhadap mantan-mantan karyawannya dan PT HCMI
pada prinsipnya sama dengan pengaduan ataupun gugatan BPE sebelumnya.

Gugatan itu, menurut Otto Hasibuan, dalam pernyataannya yang diterima Bisnis,
dilandasi oleh tuduhan BPE terhadap mantan karyawannya bahwa mereka telah mencuri
rahasia dagang berupa metode produksi dan metode penjualan mesin boiler.

14
Padahal, ujarnya, mantan karyawan BPE yang memilih untuk pindah kerja hanya
bermaksud untuk mencari dan mendapatkan penghidupan yang layak dan ketenteraman dalam
bekerja, dan sama sekali tidak melakukan pelanggaran rahasia dagang ataupun peraturan
perusahaan BPE.

Bahkan, menurutnya, karyawan itu telah banyak memberikan kontribusi terhadap BPE
dalam mendesain mesin boiler.

Dia menjelaskan konstitusi dan hukum Indonesia, khususnya UU No 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan, telah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
pekerja, termasuk hak untuk pindah kerja.

HCMI optimistis gugatan BPE tersebut tidak berdasar "HCMI percaya majelis hakim
akan bersikap objektif, sehingga gugatan BPE tersebut akan ditolak," ujarnya.

Analisa Kasus :
Dalam kasus tersebut PT BPE secara jelas menyatakan hal apa sajakah yang menjadi
rahasia dalam perusahaan yang dianggap telah dilanggar oleh HCMI. PT
BPE berasumsi bahwa mantan karyawannya yang sekarang bekerja pada HCMI lah yang telah
mencuri metode produksi dan metode penjualan mesin boiler. Adanya fakta tersebut, semakin
memperkuat gugatan yang dikeluarkan oleh PT BPE. Apabila HCMI terbukti melanggar
rahasia dagang PT BPE, maka konsekuensi hukuman harus diterima HCMI, baik berupa denda
materiil dan immateriil.
Kasus 3 :

B. V. Wavin dan Pipe Liners Incorparated (1992), yang mana B. V. Wavin akan
memperoleh rahasia dagang “U Liners System” dari Pipe Liners Inc dengan perjanjian bahwa
selama 4 tahun kedua belah pihak tidak diperkenankan menyebarluaskan penemuan yang
bersifat komersial tersebut. Selanjutnya jika B.V. Wavin mengembangkan penemuan baru yang
sifatnya komersial dan akan menguntungkan kedua belah pihak karena penemuan tersebut
dipasarkan secara komersial, maka B. V. Wavin bersedia membayar ganti rugi kepada Pipe
Liners Inc.
Ternyata kemudian Pipe Liners Inc. tidak menepati janjinya dan digugat oleh B.V. Wavin.
Akan tetapi pengadilan akhirnya menolak ganti rugi yang diajukan B. V. Wavin dengan
pertimbangan perjanjian rahasia dagang antara B. V. Wavin dan Pipe Liners Inc. tidak sah

15
karena tidak terdaftar pada komisi EEG, Komisi Kerjasama Dagang antara negara-negara
Eropa.

Analisa Kasus :

Terlepas dari pendaftaran yang tidak dilakukan, apabila perjanjian mereka dianggap
sah maka pihak Pipe Liners Inc wajib memberikan ganti rugi karena melakukan wanprestasi.

Selain pembayaran ganti rugi dianggap sebagai sarana hukum untuk mendapatkan
keadilan dan hak-haknya kembali maka masih ada lagi upaya lain, misalnya dengan perintah
pengadilan yang melarang atau menghentikan penggunaan informasi yang diperoleh secara
tidak sah itu.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rahasia perusahaan mengacu pada informasi atau data yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dan dijaga dengan cermat untuk menjaga keunggulan kompetitif. Informasi ini
tidak diketahui oleh pihak luar dan dapat mencakup berbagai hal, seperti formula produk,
strategi pemasaran, teknologi, data pelanggan, rencana bisnis, dan lain sebagainya. Rahasia
perusahaan sering kali menjadi aset berharga yang memberikan keunggulan kompetitif kepada
perusahaan yang memilikinya.

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap hak
atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya selama
waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau melarang untuk
mengetahui atau menyebarluaskan informasi (Rahasia Dagang).

Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai penerima
lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak Rahasia Dagang maka
kita dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Gugatan yang kita ajukan dapat berupa
gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua perbuatan. Disamping itu juga dapat ditempuh
upaya lain yakni melalui penyelesaian sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://sigitbudhiarto.blogspot.com/2013/05/rahasia-dagang-dan-penyelesaian-atas.html
http://119.252.161.174/pelanggaran-dan-sanksi-6/
http://119.252.161.174/dasar-perlindungan-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/rahasia-dagang/
http://achielmuezza.blogspot.com/2013/05/rahasia-dagang-danontoh-kasusnya.html
http://mabuk-hukum.blogspot.com/2013/10/rahasia-dagang.html
http://tentanghki.blogspot.com/2008/10/hitachi-digugat-soal-rahasia-dagang_24.html
http://119.252.161.174/lisensi-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/pengalihan/
http://119.252.161.174/lingkup-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/subjek-pemegang-hak-atas-rahasia-dagang/
http://119.252.161.174/hak-pemilik-pemegang-rahasia-dagang/
http://asirevi.blogspot.com/2011/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
http://farahfitriani.wordpress.com/2011/10/30/rahasia-dagang-dan-analisis-kasus/
http://119.252.161.174/pengertian-rahasia-dagang/

18

You might also like