You are on page 1of 17

SAMPUL

RENCANA KERJA TAHUN 2024

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA


BALAI BESAR TAMAN NASIONAL LORE LINDU
DENGAN
KEPALA DESA MARENA KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

TENTANG
KEMITRAAN KONSERVASI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PEMBERIAN AKSES PEMUNGUTAN HASIL HUTAN
BUKAN KAYU (HHBK) DAN BUDIDAYA TRADISIONAL
DI ZONA TRADISIONAL TAMAN NASIONAL LORE LINDU

MARENA, 28 SEPTEMBER 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA KERJA TAHUN 2024

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA


BALAI BESAR TAMAN NASIONAL LORE LINDU
DENGAN
KEPALA DESA MARENA KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

TENTANG
KEMITRAAN KONSERVASI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PEMBERIAN AKSES PEMUNGUTAN HASIL
HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DAN BUDIDAYA TRADISIONAL
DI ZONA TRADISIONAL TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Disahkan bersama oleh :

Marena, 27 September 2023

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU


Kepala Desa Marena, Kepala Balai Besar
Taman Nasional Lore Lindu,

Martinus M. Dr. Ir. Titik Wurdiningsih, M.Si

i
KATA PENGANTAR

Penjabaran dari Perjanjian Kerjasama Kemitraan Konservasi pada zona


tradisional antara Pengelola Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dengan
Pemerintah Desa Marena dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Program (RPP)
dan Rencana Kerja Tahunan. Kami sangat bersyukur karena dokumen rencana
kerja kemitraan konservasi Masyarakat Desa Marena telah tersusun. Rencana
yang dituangkan dalam dokumen ini merupakan acuan bagi BBTNLL dan
masyarakat Desa Marena dalam kegiatan konservasi pada tahun 2024.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam proses penyusunan dokumen ini. Semoga rencana
yang dituangkan dalam dokumen ini dapat terealisasi sehingga kelestarian fungsi
kawasan dapat tercapai dan kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.

Marena, September 2023

Penyusun

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelibatan masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan dalam
pelestarian dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan bentuk
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Pelibatan masyarakat
dalam skema kemitraan konservasi yang dijalankan oleh Balai Besar Taman
Nasional Lore Lindu merupakan komitmen pengelola untuk mewujudkan
kolaborasi dalam pengelolaan taman nasional lore lindu. Skema kemitraan
konservasi merupakan salah satu pendekatan untuk memberdayakan masyarakat
melalui pemberian akses pemanfaatan potensi Taman Nasional secara
berkelanjutan khususnya pada zona tradisional.
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya pada
kawasan taman nasional dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan asas
pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya secara serasi dan seimbang, serta memiliki tujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu terletak di Provinsi Sulawesi Tengah
pada ketinggian bervariasi antara 200 – 2.610 m dpl dengan luas 215,733,70 Ha
yang dtetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan Nomor: SK.869/Menhut-II/2014
tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Sulawesi Tengah.
Adapun dasar pertimbangan penetapan Lore Lindu sebagai Taman Nasional
adalah dikarenakan adanya potensi yang menonjol seperti tumbuhan langka
yang endemik, merupakan habitat satwa migran, ekosistem yang khas
berpotensi wisata berupa gejala alam atau keunikan alam serta budaya dan adat
istiadat masyarakat, juga sebagai daerah tangkapan air bagi sumber air di
sekitarnya.

1
Pengelolaan kawasan konservasi pada zona tradisional melalui skema
kemitraan memerlukan kesepahaman bersama dan rencana kegiatan yang
dituangkan dalam dokumen dokumen Rencana Pelaksanaan Program (RPP)
sebagai implementasi dari Perjajian Kerjasama Kemitraan Konservasi. RPP
disusun untuk jangka waktu pelaksanaan program selama 5 tahun. RPP tersebut
perlu dijabarkan secara terperinci mempertimbangkan kapasitas sumberdaya dan
permasalahan yang dihadapi dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (RKT).

B. Tujuan
Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) bertujuan sebagai pedoman
pelaksanaan bersama bagi Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dan
pemerintah Desa Marena dalam melaksanakan kegiatan dalam Kemitraan
Konservasi di zona tradisional Taman Nasional Lore Lindu yang masuk di wilayah
administrasi Desa Marena tahun 2022, berupa:
1. Peningkatan fungsi dan tata kelola kawasan;
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3. Memberikan akses pemungutan HHBK dan budidaya tradisional di zona
tradisional Taman Nasional Lore Lindu.

C. Sasaran
Terkelolanya potensi sumberdaya alam secara lestari di Zona Tradisional
Taman Nasional Lore Lindu yang menunjang kesejahteraan masyarakat di Desa
Marena Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

D. Ruang Lingkup Kegiatan


1. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu untuk jenis :
- Rotan
- Pandan Hutan
- Aren
- Bambu
- Melinjo
- Wanga
- Pinang

2
2. Budidaya Tradisional untuk jenis tanaman obat
3. Pengkayaan jenis tanaman dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu
dengan jenis tanaman lokal atau tanaman asli setempat
4. Pemantauan dan Pengamanan/Pengawasan kawasan Taman Nasional Lore
Lindu

3
BAB II MITRA KERJASAMA

A. Taman Nasional Lore Lindu


A.1. Kondisi Umum
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu terletak di Provinsi Sulawesi
Tengah pada ketinggian bervariasi antara 200 – 2.610 m dpl dengan luas
215,733,70 Ha yang dtetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan Nomor:
SK.869/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan
Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun dasar pertimbangan penetapan Lore Lindu
sebagai Taman Nasional adalah dikarenakan adanya potensi yang menonjol
seperti tumbuhan langka yang endemik, merupakan habitat satwa migran,
ekosistem yang khas berpotensi wisata berupa gejala alam atau keunikan
alam serta budaya dan adat istiadat masyarakat, juga sebagai daerah
tangkapan air bagi sumber air disekitarnya.
Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu dari lima kawasan
konservasi terpenting di wilayah Timur Indonesia. Kawasan ini merupakan
habitat bagi 80% burung endemik Sulawesi dan mewakili 90% dari
keanekaragaman mamalia darat, serta sumber air dari Danau Lindu dimana
setiap tahunnya telah menyumbang jutaan dolar bagi perekonomian Propinsi
Sulawesi Tengah. Kawasan Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki banyak
tempat–tempat peninggalan megalith dari jaman pra sejarah, baik di dalam
maupun sekitarkawasannya.
Secara Administratif, Taman Nasional Lore Lindu ini terletak
Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso. Di bagian utara, berbatasan dengan
Dataran Lembah Palu dan Dataran Lembah Palolo, sebelah timur berbatasan
dengan Dataran Lembah Napu, sebelah selatan dengan Dataran Lembah
Bada, dan sebelah barat dengan Sungai Lariang dan Dataran Lembah Kulawi.

4
A.2. Ekosistem
Kawasan hutan ini memiliki beberapa tipe ekosistem hutan yang
berbeda-beda. Ada ekosistem hutan tropis, hutan pegunungan, dan
ekosistem dengan komposisi jenis yang berbeda.

A.3. Keanekaragaman Hayati


A.3.1. Flora
Tumbuhan yang khas di Taman Nasional Lore Lindu salah satunya
adalah Eucalyptus deglupta, dikenal dengan nama lokal leda. Pohon ini
banyak ditemukan dan mudah dikenali dengan ciri kulit batang yang licin,
berpola mencolok, berwarna hijau kemerahan serta mampu tumbuh hingga
mencapai tinggi 60 m dengan lingkar batang 150 cm.
A.3.2. Fauna
Di Taman Nasional Lore Lindu tinggal 117 jenis mamalia, 88 jenis
burung, 29 jenis reptilian, dan 19jenis amfibi. Darisemua jenis fauna tersebut
50 % diantaranya merupakan fauna endemik Sulawesi. Beberapa fauna
endemik yang tinggal di sini antara lain adalah kera tonkean, babi rusa,
tangkasi, kuskus, maleo, katak sulawesi, musang sulawesi, tikus sulawesi,
kangkareng sulawesi, ular emas, dan ikan endemik di Danau Lindu.
Taman Nasional Lore Lindu juga kaya dengan fauna khas Sulawesi,
seperti maleo (Macrocephalon maleo), rangkong (Rhyticeros cassidix), anoa
(Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlessi), babi rusa (Babyrusa
babyrousa), palanger sulawesi (phalanger celebencis), tarsius (Tarsius sp),
elang sulawesi (Spizaetus lanceolatus) dan satwa lainnya.

B. Desa Marena
B.1. Letak dan Luas
Desa Marena adalah salah satu desa yang yang berbatasan langsung
dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Luas wilayah administrasi Desa
Marena adalah 9,72 Km2. Secara administratif desa ini merupakan bagian dari
Kecamatan Kulawi. Batas wilayah administrasi Desa Marena adalah sebagai
berikut:

5
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Poleroa Makuhi dan
Desa Toro
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Oo
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Winatu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lawua

Topografi wilayah Desa Marena berada pada ketinggian 563 m


dari permukaan laut. Topografi wilayah Desa Marena adalah dominan
daerah pegunungan yakni 50%, 20% dataran dan 30% adalah
perbukitan.

B.2. Kependudukan
Jumlah penduduk di Desa Marena adalah 699 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 100. Jumlah laki laki sebanyak 351 orang dan
perempuan sebanyak 348 orang. Masyarakat Desa Marena masih
memegang teguh adat istiadat dalam kehidupan bermasyarakat. Aturan
adat yang mengatur interaksi masyarakat terhadap sumberdaya hutan
masih tetap dijalankan dan ditegakkan.

C. Sumberdaya Hutan, Potensi dan Permasalahan Zona


Tradisional
C.1. Sumberdaya Hutan
Berdasarkan hasil penggalian potensi sumberdaya hutan secara
partisipatif diperoleh potensi sumberdaya hutan yang ada di zona
tradisional meliputi hasil hutan bukan kayu, hasil hutan untuk kebutuhan
tradisional, satwa liar dan air. Gambaran tentang potensi sumberdaya
hutan di zona tradional Desa Sungku disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Potensi Sumberdaya Hutan

No System Deskripsi
Pandan Hutan, Rotan, Bambu, Aren, Pinang,
1 Hasil Hutan Bukan Kayu
Wanga
Rangkong, Jalak Tungkir Merah, Ayam Hutan,
2 Satwa liar
Babi Hutan, Kuskus, Tarsius

6
3 Air Air Terjun dan Air Panas
Tanaman Obat, Walopore, Hinduru, Pohon
4 Budidaya tradisional
Kalebo, Pakuleru

C.2 Potensi dan Permasalahan di zona tradisional


Potensi sumberdaya hutan di zona tradisional sebagian besar masih
tergolong tinggi dan sebagian ada yang mengalami kecenderungan penurunan.
Potensi HHBK dan hasil hutan untuk kebutuhan tradisional di zona tradisional
masih tergolong tinggi, namun menurut pendapat masyarakat bahwa potensi
tersebut dalam 10 tahun kedepan akan mengalami penurunan jika tidak
dilakukan pengelolan yang benar. Kondisi potensi HHBK dan hasil hutan untuk
kebutuhan tradisional tersaji pada Gambar berikut.

7
Berdasarkan grafik tersebut diatas, beberapa potensi di Zona Tradisional
Desa Marena cenderung mengalami penurunan diakibatkan :
1. Tidak ada perawatan
2. Pengambilan secara komersial/besar-besaran
3. Pengambilan oleh pihak luar yang tidak terkendali
4. Kayu Tumbang
5. Bencana Alam
Kebutuhan tradisional (bahan makanan dan tumbuhan obat) tersedia
melimpah di kawasan TNLL zona tradisional. Potensi sekarang, sepuluh tahun
yang lalu dan proyeksi untuk sepuluh tahun kedepan masih dalam kategori
sangat tinggi.
Untuk Kajian air bersih di Desa Marena, sepuluh tahun yang lalu saat ini
dan sepuluh tahun yang akan datang berada dalam kondisi masih baik.
C.3. Strategi Konservasi
Berdasarkan potensi dan permasalahan terkait dengan zona tradisional
TNLL Desa Marena, maka rumusan strategi konservasi yang akan diterapkan
adalah sebagai berikut.
Sumberdaya Kecenderunga Masalah/harapan Strategi Konservasi
n
HHBK Potensi rotan, 1. Modal 1. Pemanfaatan rotan, pandan
1. Rotan pandan hutan, 2. Peralatan hutan, bambu dan aren
2. Pandan Hutan aren dan terbatas secara tradisional
3. Aren 3. Keterampilan 2. Pelatihan peningkatan
bambu masih
pengrajin masih keterampilan kerajinan
tinggi kurang rotan, padan hutan, bambu
4. Pemasaran dan aren
5. Produksi masih 3. Pengadaan peralatan
dalam skala kecil 4. Promosi

8
BAB III RENCANA KERJA TAHUN 2024

Berdasarkan hasil penggalian secara partipatif bersama Lembaga Pengelola


Konservasi Desa (LPKD) dan Pengelola Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu
(BBTNLL) tentang potensi dan permasalaha kawasan Taman Nasional Lore Lindu,
serta dokumen Rencana Pelaksanaan Program (RPP) atas Perjanjian Kerjasama
untuk periode periode 2021 – 2025, maka diuraikan rencana kerja tahun 2024
adalah sebagai berikut :
A. Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas SDM (LPKD)
A.1. Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Kegiatan ini bertujuan menyusun perencanaan tahunan, sebagai
penjabaran dari rencana pelaksanaan program, yang akan dilaksankan pada
tahun berjalan. Penyusunan rencana kerja tahunan disusun oleh lembaga
pengelola konservasi di tingkat desa bersama dengan pegawai resort BBTNLL.
Bentuk kegiatan ini adalah rapat pembahasan perencanaan tahunan yang
dituangkan ke dalam dokumen rencana kerja tahunan (RKT).

B. Akses Pemanfaatan HHBK


B.1 Pemungutan/pemanenan rotan dan pandan

Program pengambilan atau pemungutan rotan dan pandan bertujuan agar


pemanfaatan rotan terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan. kegiatan
pengambilan memiliki dua bentuk yakni pengambilan HHBK untuk kebutuhan
lokal dan pengambilan HHBK yang menunjang usaha untuk peningkatan

9
ekonomi. Kegiatan pemungutan rotan di dalam wilayah kemitraan merujuk pada
peraturan Desa dan rencana kerja tahunan (RKT)

C. Pengkayaan Jenis Tanaman


C.1 Pembibitan Jenis Depala dan Rotan
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan 1000 bibit depala dan rotan
sebagai bibit regenerasi pada kegiatan pemungutan/pemanenan rotan.
C.2 Pembibitan
Program ini bertujuan untuk menghasilkan bibit jenis depala, melinjo,
uru, durian, kemiri dan rotan untuk dibagikan dan ditanam oleh masyarakat.
C.3 Penanaman
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penanaman bibit jenis depala,
melinjo, uru, durian, kemiri dan rotan yang siap tanam dan bibit yang dapat
tumbuh subur.
C.4 Pemeliharaan
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemeliharaan bibit yang telah
ditanam.

D. Pemanfaatan hasil dan penanaman/pemeliharaan tanaman MPTS


pada Jalur Batas (Living Boundary)
D.1. Penanaman Jalur Batas Hidup
Program penanaman batas hidup kawasan bertujuan memastikan batas
kawasan hutan yang diketahui oleh semua pihak. Jenis tanaman yang akan
dikembangkan sebagai batas hidup adalah tanaman kayu yang dikombinasikan
dengan tanaman MPTS lainnya.

D.2. Pemeliharaan Jalur Batas Hidup


Program pemeliharaan batas hidup kawasan bertujuan memastikan batas
kawasan hutan yang dapat tumbuh dengan baik.

E. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

10
E.1 Monitoring Evaluasi
Untuk memastikan rencana pelaksanaan program ini berjalan dengan baik
dan terukur, maka akan dilaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala
oleh para pihak. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sekurang kurangnya satu
kali dalam satu tahun.

E.2 Pelaporan
Perkembangan kegiatan secara periodik baik triwulan, semester, tahunan,
sampai laporan di akhir kerjasama wajib dilaporkan kepada para pihak yang
berkepentingan secara simultan sebagaimana yang tertera dalam Naskah
Perjanjian Kerja Sama dengan melakukan koordinasi dan konsultasi berkala.

BAB IV TATA WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM

Rencana kerja tahun 2024 sebagai penjabaran RPP dilaksanakan dalam


kegiatan dengan bentuk kegiatan dan tata waktu pelaksanaan yang diuraikan
sebagai berikut sebagai berikut:

11
Tabel 1: Tabel 1: Matriks Rencana Kerja Tahun 2024

TATA WAKTU (BULAN KE -)


No Kegiatan OUTPUT VOL. Pendanaan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penguatan
A Kelembagaan dan
Kapasitas SDM (LPKD)
Penyusunan Dokumen Tersusun dokumen
A.1 1 dokumen BBTNL
Rencana Kerja Tahunan rencana kerja tahunan
Meningkatnya kapasitas BBTNLL-
1 kali per
A.2 Peningkatan Kapasitas kelembagaan dan Swadaya
semester
kelompok
Akses Pemanfaatan
B
HHBK
Pemungutan HHBK Jenis Tersedianya bahan baku 10
B.1 Swadaya
Rotan rotan untuk pengrajin ton/tahun
Pengkayaan Jenis
C
Tanaman
Adanya bibit yang
dikelola oleh LPKD jenis
Pembibitan Jenis Depala Depala yang dibiayai Depala BPSKL,
C.1
dan rotan BPSKL dan Rotan yang 1000 bibit Swadaya
dibiayai secara Swadaya
Masyarakat
- Depala
1000
- Melinjo
Adanya bibit yang
250
dikelola oleh LPKD jenis
- Uru 125 BPSKL,
C.2 Pembibitan Depala, Melinjo,
- Durian Swadaya
Cempaka/Uru, Durian,
510
Kemiri
- Kemiri
825
- Rotan

19
TATA WAKTU (BULAN KE -)
No Kegiatan OUTPUT VOL. Pendanaan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Terlaksananya kegiatan
penanaman bibit pohon
di kawasan Zona
C.3 Penanaman 1 kegiatan Swadaya
Tradisional dan APL
berupa bibit alpokat,
kemiri, durian, nantu

Tersedianya bibit
berkualitas siap tanam
C.4 Pemeliharaan 2710 bibit Swadaya
dan tanaman yang
tumbuh subur

Pemanfaatan hasil Pertumbuhan bibit


dan penanaman/ MPTS dapat tumbuh
pemeliharaan dan berkembang
D
tanaman MPTS pada dengan baik pada
Jalur Batas (Living Jalur Batas Living
Boundary) Boundary
Tertanamnya tanaman 1x
Penanaman Jalur Batas
D.1 batas hidup Kawasan Kegiatan BBTNLL
Hidup MPTS Jenis Asli
Pemeliharaan Jalur Batas Tanaman Batas Hidup 1 Kegiatan BBTNLL -
D.2
Hidup bisa tumbuh dengan baik pertahun Swadaya
Monitoring, Evaluasi
E
dan Pelaporan
BPSKL,
Terlaksananya kegiatan 1 kali per
E.1 Monitoring Evaluasi BBTNLL,
Monev tahun
Swadaya
BPSKL,
E.2 Pelaporan Tersusun laporan Monev 1 Dokumen BBTNLL,
Swadaya

20
BAB V PENUTUP

Demikian Rencana Kerja Tahun 2024 ini disusun sebagai pedoman


pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Kemitraan Konservasi melalui Pemberian
Akses Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Budidaya Tradisional di
Zona Tradisional Taman Nasional Lore Lindu.

19

You might also like