You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama masa pandemi Covid-19 beberapa negara menetapkan


kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah
penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan Kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan persebaran virus
ini. Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang
dilakukan di luar rumah harus diberhentikan sampai pandemi ini mereda.
Beberapa daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk
meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem
daring. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa
wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga
diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya. Tetapi hal tersebut tidak
berlaku bagi beberapa sekolah tiap-tiap daerah. Sekolah-sekolah tersebut
tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media
pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui
daring yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan
kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah.
Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai
inovasi dengan memenfaatkan media daring (Sri Harnani, 2022).
Pembelajaran Al Quran secara daring merupakan salah satu
pembelajaran jarah jauh atau daring. di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin juga
melaksanakan pembelajaran daring Al Quran. Dalam pembelajaran daring
siswa diminta untuk menyetor hafalan sesuai target yang ditetapkan.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui
“Efektivitas Pembelajaran Al Quran Secara Daring di Kelas XII SMAIT
Ukhuwah Banjarmasin”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al Quran secara daring di kelas
XII SMAIT Ukhuwah Banjarmasin?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Al Quran secara
daring?
3. Apa saja strategi yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran
Al Quran secara daring?
4. Bagaimana efektivitas dari pembelajaran Al Quran secara daring
dibandingkan dengan luring?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini ialah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Al Quran secara daring di
kelas XI SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Al
Quran secara daring.
3. Untuk mengetahui strategi yang digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran Al Quran secara daring.
4. Untuk mengetahui efektivitas dari pembelajaran Al Quran secara daring
dibandingkan dengan luring.

2
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini ialah sebagai berikut:


1. Manfaat bagi penulis:
1) Penelian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam.
2) Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga
dalam upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam
mengembangkan ilmu dan dapat memberikan gambaran mengenai
Efektivitas Pembelajaran Al Quran secara Daring di Kelas XI
SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.

2. Manfaat bagi pembaca:


1) Dapat mengembangkan atau menerapkan metode yang efektif untuk
digunakan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam
Pembelajaran Al Quran secara Daring di Kelas XI SMAIT Ukhuwah
Banjarmasin.
2) Mengetahui proses mengajar Pembelajaran Al Quran secara Daring
di Kelas XI SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta


didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Dini
Damayanti, 2021:15). Berdasarkan UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pada masa pandemi Covid-19, pembelajaran di Indoneia terbagi


menjadi 2 macam, yakni pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar
jaringan (luring). Pembelajaran daring sederhananya dapat diartikan sebagai
sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui luring
melainkan melalui jaringan internet. Kusumawardi menyebut pembelajaran
daring sebagai bagian dari pembelajaran elektronik. Pembelajaran elektronik
menurutnya merujuk pada sebuah proses pembelajaran yang memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mediumnya.
Pembelajaran elektronik merupakan hasil integrasi yang sistematis atas
komponen-komponen pembelajaran yang tetap memeperhatikan mutu,
sumber belajar, serta berciri khas adanya interaksi pembelajaran lintas
waktu juga ruang. Daring sendiri merupakan sebuah singkatan dari frasa
“dalam jaringan” sebuah terjemahan dari kata daring untuk menyebut
perangkat elektronik yang terhubung ke dalam jaringan internet.
Pembelajaran daring berarti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
melalui medium internet.

Di Indonesia, pembelajaran daring bermula dari kebijakan pemerintah


mewajibkan adanya social distancing atau pembatasan interaksi sosial guna
mencegah penyebaran virus Covid-19 kebijakan ini pun disambut dengan
dikeluarkannya surat edaran dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

4
(Kemendikbud) yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran
harus dilakukan secara daring dari rumah masing-masing.

Kegiatan pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai platform


komunikasi khusus yang memungkinkan aktivitas pembelajaran selayaknya
di dalam kelas dapat dilakukan. Seperti Google Classroom, Goggle Meet
maupun zoom. Melalui platform tersebut interaksi antara pengajar dengan
siswa pun dapat berjalan, materi pelajaran hingga ujian atau tes pun dapat
dilakukan. Adanya pembelajaran daring menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya kegiatan belajar mengajar untuk tetap dilaksanakan meskipun
keadaan yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara luring (Salama,
2021).

2.2 Komponen dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan di mana


terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang guru kepada siswa
yang dimilikinya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran sangat bergantung
pada komponen-komponen yang ada di dalamnya seperti adanya siswa,
guru, media pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
rencana dan evaluasi pembelajaran (Afi Magfirah, 2017).

2.3 Metode Pembelajaran

Ada beberapa macam metode pembelajaran, yakni sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

Metode ini merupakan cara konvensional, yaitu dengan


menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa.

2. Metode Pembelajaran Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode pengajaran yang


mengedepankan aktivitas diskusi siswa dalam belajar memecahkan

5
masalah dengan membentuk kelompok diskusi untuk membahas suatu
masalah.

3. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode pengajaran yang dilakukan


dengan cara bentuk praktikum sehingga siswa melihat langsung apa yang
sedang dipelajari.

4. Metode Ceramah Plus

Mirip dengan metode ceramah pada umumnya, namun disertai


dengan metode lain dalam penyampaian materi pelajaran. Misalnya:

1) Metode ceramah plus tanya jawab.

2) Metode ceramah plus diskusi dan tugas.

3) Metode ceramah plus demostransi dan latihan.

5. Metode Pembelajaran Resitasi


Metode ini mengharuskan para siswa membuat suatu resume
mengenai materi yang sudah disampaikan oleh pengajar.

6. Metode Eksperimen

Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan praktikum atau


percobaan lab sehingga siswa dapat melihat materi pelajaran secara
langsung.

7. Metode Karya Wisata

Metode karaya wisata adalah metode belajar dengan memanfaatkan


lingkungan atau tempat-tempat tertentu yang memiliki sumber ilmu bagi
siswa. Metode ini harus mendapat pengawasan langsung dari guru.

8. Metode Latihan

Metode latihan atau training adalah metode pengajaran yang


dilakukan dengan cara melatih keterampilan (soft skill) para siswa
dengan cara merancang, membuat, atau memanfaatkan sesuatu.

6
9. Metode Perancangan

Pada metode ini, siswa dirangsang untuk mampu membuat suatu


proyek yang nantinya akan diteliti.

10. Metode Debat

Dalam metode ini, siswa saling beradu argumentasi, baik secara


perorangan maupun berkelompok yang bertujuan untuk membahas suatu
permasalahan dan cara penyelesaian masalah.

11. Metode Skrip Kooperatif

Metode pembelajaran ini memasangkan siswa dan menuntut siswa


untuk menyampaikan intisari dari materi pelajaran secara lisan. Pada
akhir sesi, guru akan memberikan kesimpulan dari pokok materi
pelajaran.

12. Metode Pembelajaran Mind Maping

Metode ini menerapkan cara berpikir yang runtun terhadap suatu


permasalahan, bagaimana terjadinya masalah, dan bagaimana
penyelesaiannya.

13. Metode Pembelajaran Inquiry

Metode pembelajaran ini dapat mendorong para siswa untuk


menyadari apa saja yang telah diperoleh selama belajar.

14. Metode Pembelajaran Discovery

Metode discovery dilakukan dengan cara mengembangkan cara


belajar siswa aktif, mandiri, dan memiliki pemahaman yang lebih baik.

15. Metode Berbagi Peran

7
Metode pembalajaran dengan cara berbagi peran (role playing)
dilakukan dengan melibatkan siswa untuk memerankan suatu karakter
atau situasi tertentu (maxmanroe).

2.4 Strategi Pembelajaran Al Quran

Menurut Abdul Majid, strategi adalah pola kegiatan yang


direncanakan dan ditetapkan secara sengaja yang digunakan untuk
memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Ada
beberapa strategi yang dapat digunakan, diantaranya:
1. Strategi Baghdadiyyah

Pembelajaran metode ini mensyaratkan setiap peserta didik untuk


menghafalkan nama huruf sebelum merangkai harakat (Republika, 2014).
Strategi ini disebut juga dengan strategi eja, berasal dari Baghdad masa
pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Adapun strategi ini diajarkan
secara klasikal maupun privat.

2. Strategi An Nahdhiyah atau Strategi Jibril

Strategi an-Nahdhiyah adalah pengembangan dari strategi


baghdadiyyah yang dimana strategi ini lebih menekankan pada
kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan di sini merupakan
jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga dengan
ketukan bacaan santri akan sesuai baik panjang dan pendeknya dari
sebuah bacaan Al Quran. Dalam pelaksanaan strategi ini, santri harus
menyelesaikan dua program, yaitu:

1) Program buku paket, adalah program awal berupa pengenalan dan


pemahaman serta mempraktekkan baca Al Quran.

2) Program sorogan, adalah program lanjutan aplikasi praktis untuk


mengantarkan santri mampu membaca Al Quran sampai khatam.

8
Teknik dasar pada strategi ini adalah dengan membaca satu ayat atau
lebih kemudian ditirukan oleh seluruh murid sampai sesuai dengan
bacaan gurunya. Untuk menyelesaikan strategi ini harus
menyelesaikan dua tahap pembelajaran, yaitu tahqiq dan tartil.

3. Strategi Iqro

Strategi Iqro disusun oleh KH. Asad Humam dari Kota gede
Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan
Musholla) Yogyakarta. Strategi yang diterapkan di antaranya adalah:

1) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) yaitu guru sebagai penyimak saja
jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok
pelajaran.

2) Privat, yaitu penyimakan seorang demi seorang sedang bila secara


klasikal harus dilengkapi dengan peraga.

3) Asistensi, yaitu setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharap


membantu menyimak santri lain yang lebih rendah pelajarannya.

4) Komunikatif, yaitu setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam


saja, tetapi menyalahkan. Dengan catatan, sekali huruf dibaca betul
jangan disuruh mengulang, dan bila santri salah cukup dibetulkan
huruf yang salah saja.

4. Strategi Qiroati

Strategi baca Al Quran Qiroati ditemukan KH. Dachlan Salim


Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Secara umum
strategi pengajaran Qiroati adalah:

1) Klasikal dan privat.

2) Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan,


selanjutnya siswa membaca sendiri.

9
3) Siswa membaca tanpa mengeja.

4) Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan
cepat.

5. Strategi Al Barqy

Strategi al-Barqy ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan


Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Strategi ini disebut anti
lupa karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa
dengan huruf-huruf/suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan
mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Teknik dasar pada
strategi ini adalah guru meminta siswa untuk menghadalkan terlebih
dahulu beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy, kemudian guru
menuliskannya di papan tulis, lalu guru meminta siswa untuk menuliskan
kata-kata kunci tersebut dengan huruf hijaiyah, dan yang terakhir guru
meminta siswa satu persatu untuk membaca huruf-huruf tersebut dengan
cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak teratur (Aditya
Rijaldi, 2022).

6. Strategi Tilawati

Strategi Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari
Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk, kemudian dikembangkan
oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Prinsip-prinsip
pembelajaran Tilawati, yaitu sebagai berikut:

1) Disampaikan dengan praktis.

2) Menggunakan lagu Rost.

3) Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.

7. Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )

10
Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang
diawali dengan belajar baca Al Quran. Secara garis besar strategi
pengajarannya adalah baca-tunjuk-simak-ulang, yaitu pembina
membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama
kemudian mengulangi bacaan tadi. Semakin banyak mendengar dan
mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Al Quran
lebih cepat.

8. Strategi Yanbua

Strategi yanbua merupakan strategi pembelajaran Al Quran ciptaan


dari Tim Penyusun yang dipimpin oleh KH. M. Ulil Albab Arwani.
Penyampaian materi pembelajaran dengan strategi Yanbua dilakukan
dengan berbagai macam strategi, antara lain:
1) Musyāfahah yaitu guru membaca terlebih dahulu kemudian siswa
menirukan.

2) Ardul Qiroah yaitu siswa membaca di depan guru sedangkan guru


menyimaknya.

3) Pengulangan yaitu guru mengulang-ulang bacaan, sedangkan siswa


menirukannya kata per kata atau kalimat per kalimat, juga secara
berulang-ulang hingga terampil dan benar (Arwani, 2004:2).

Kemampuan membaca Al Quran secara baik dan benar dapat


diartikan sebagai kemampuan seorang qiroah dalam membaca, dengan
kategori:
1) Kemampuan Tartīl

Kemampuan Tartīl adalah menebalkan kalimat sekaligus


menjelaskan huruf-hurufnya.
2) Kemampuan Tahqīq

Kemampuan Tahqīq adalah kemampuan membaca Al Quran dengan


memberikan hak-hak setiap hurūf dengan tegas, jelas, dan teliti

11
seperti memanjangkan mad, menegaskan hamzah, menyempurnakan
harakat, serta melepaskan hurūf secara tartīl, pelan-pelan,
memperhatikan panjang, pendek, waqaf, ibtida dan merampas hurūf.

3) Kemampuan Tadwīr

Kemampuan Tadwīr adalah kemampuan membaca Al Quran dengan


memanjangkan mad, hanya tidak sampai penuh.
4) Kemampuan Hadr

Kemampuan hadr adalah kemampuan membaca Al Quran dengan


cepat, ringan dan pendek namun tetap dengan menegakan awal dan
akhir kalimat serta meluruskannya (Ida Vera Sophya, 2014).

2.5 Efektivitas

Secara umum efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya


kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan
sasaran yang dituju (Muh. Yusri Abadi:1). Efektivitas adalah suatu tingkat
keberhasilan yang dihasilkan oleh seseorang atau organisasi dengan cara
tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun salah satu
contoh efektivitas dalam lingkungan organisasi, yaitu: seorang karyawan
customer service diharapkan dapat melayani 10 pelanggan setiap harinya.
Pada kenyataannya karyawan tersebut dapat melayani 11 pelanggan per hari
maka karyawan tersebut dianggap memiliki efektivitas yang baik (Dosen
Pendidikan 2, 2022).

2.6 Al Quran

Al Quran adalah kitab suci umat Islam, berupa kalam Allah yang
menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia. Menurut KBBI, Al Quran
adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca,

12
dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia (Liputan 6, 2021).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif


yang bertujuan untuk mendeskripsikan Efektivitas Pembelajaran Al Quran
secara Daring di Kelas XI SMAIT Ukhuwah. Penelitian diawali dengan
studi pendahuluan dengan menemukan realita kondisi objektif dan
permasalahan guru dalam mengajar selama pandemi Covid-19. Peneliti juga
melalukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan guru
Al Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin mengenai Efektivitas
Pembelajaran Al Quran secara Daring di Kelas XI SMAIT Ukhuwah.
Berangkat dari studi pendahuluan, ditemukanlah rumusan masalah yang
ingin diteliti secara lebih mendalam, yakni bagaimana proses mengajar serta
kesulitan apa saja yang dihadapi guru Al Quran saat mengajar di masa
pandemi Covid-19 di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin. Peneliti
menggunakan analisa induktif, dimana proses penelitian dan pemberian
makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan, mendalam dan
naturalistik.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah guru Al Quran
di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.

3.3 Tempat Penelitian

13
Penelitian ini dilaksanakan di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin yang
beralamatkan di Jl. Bumi Mas Raya Komplek Bumi Handayani XII A
Kelurahan Pemurus Baru, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kalimantan
Selatan. Alasan memilih SMAIT Ukhuwah Banjarmasin sebagai lokasi
penelitian adalah:
1. SMAIT Ukhuwah Banjarmasin adalah sekolah swasta yang memiliki
akreditasi A. Artinya, sekolah ini memiliki mutu yang baik, baik dari
segi kurikulum, proses belajar dan mengajar, administrasi, sarana dan
prasarana, ketenagaan, dan memiliki kualitas yang sesuai dengan
harapan masyarakat.
2. SMAIT Ukhuwah memiliki visi menjadi lembaga dakwah berbasis
pendidikan dan memiliki misi, yakni meluluskan siswa yang
berakhlak, berprestasi, mandiri serta berwawasan lingkungan. Salah
satu cara untuk mewujudkan visi misi tersebut adalah dengan
mengimplemntasikan nilai-nilai Islam dalam setiap melaksanakan
proses pembelajaran.

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022 yakni bulan Agustus, kegiatan
tersebut dimulai dengan pengusulan judul, dilanjutkan penyusunan
proposal Karya Tulis, penyusunan instrument, uji coba instrument,
pengambilan data, pembahasan dan analisa data hasil penelitian serta
penyusunan laporan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam karya tulis ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan cara wawancara,
sedangkan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari beberapa
dokumen yang relevan dengan judul hasil penelitian dan hasil studi

14
kepustakaan juga pengumpulan data yang dilakukan sendiri oleh peneliti
hasil penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam karya tulis ini adalah
analisis deskriptif dengan data kualitatif. Analisis ini berupa penyajian data
berupa gambaran umum yang dilakukan melalui penelitian non-
eksperimental secara wawancara dan angket, yang diperoleh melalui data
kualitatif yang mana data tersebut diambil melalui hasil penelitian langsung
terhadap objek yang diteliti, serta informasi dari pihak pihak yang berkaitan
dengan kajian yang diteliti.

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Subjek Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis angket. Responden dari
angket adalah seluruh siswa kelas XII.
Data Responden
No Kelas Jumlah Responden Presentase
1. XII IIS 1 7 25%
2. XII IIS 2 12 42,9%
3. XII MIA 1 5 17,9%
4. XII MIA 2 4 14,3%
TOTAL 28 100%

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 1 aplikasi yang sering digunakan saat pembelajaran Al


Quran secara daring

16
Berdasarkan hasil diagram 1 diketahui bahwa saat pembelajaran Al
Quran secara daring yang menggunakan aplikasi whatsapp sebanyak 64,3%
atau sebanyak 18 murid. Yang menggunakan aplikasi zoom sebanyak 75%
atau sebanyak 21 murid. Dan yang menggunakan aplikasi google meeting
sebanyak 28,6% atau sebanyak 8 murid. Jadi mayoritas siswa kelas XII lebih
banyak menggunakan aplikasi zoom dalam pembelajaran Al Quran secara
daring.

Diagram 2 guru melaksanakan kegiatan pembukaan seperti salam


dan membaca doa pembuka belajar Al Quran secara bersama-sama

Berdasarkan hasil diagram 2 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


100% kegiatan pembukaan seperti salam dan membaca doa pembuka belajar
Al Quran secara bersama-sama di 28 murid.

17
Diagram 3 guru melaksanakan kegiatan apersepsi seperti
mengaitkan materi pembelajaran terdahulu

Berdasarkan hasil diagram 3 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


89,3% kegiatan apersepsi seperti mengaitkan materi pembelajaran
terdahulu di 25 murid, sebanyak 7,1% guru yang tidak melaksanakan nya
di 2 murid, dan sebanyak 1,6% atau sebanyak 1 murid yang menjawab
ragu-ragu. Jadi mayoritas guru Al Quran kelas XII telah melaksanakan
kegiatan apersepsi di 25 orang.

Diagram 4 guru melaksanakan kegiatan penanaman konsep


seperti penjelasan materi

Berdasarkan hasil diagram 4 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


82,1% kegiatan penanaman konsep seperti penjelasan materi di 23 murid,

18
sebanyak 3,6% guru yang tidak melaksanakan nya di 1 murid, dan
sebanyak 14,3% atau sebanyak 4 murid yang menjawab ragu-ragu. Jadi
mayoritas guru Al Quran kelas XII telah melaksanakan kegiatan penanaman
konsep di 23 orang.

Diagram 5 guru melaksanakan kegiatan pemahaman konsep


seperti memberikan contoh cara pengucapan bacaan baik secara ilmu
tajwid dan ghorib

Berdasarkan hasil diagram 5 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


100% guru melaksanakan kegiatan pemahaman konsep seperti memberikan
contoh cara pengucapan bacaan baik secara ilmu tajwid dan ghorib di 28
murid.

Diagram 6 guru melaksanakan kegiatan latihan seperti


memberikan soal lisan pada ulangan

19
Berdasarkan hasil diagram 6 diketahui bahwa guru telah melaksanakan
75% kegiatan latihan seperti memberikan soal lisan pada ulangan di 21
murid, sebanyak 14,3% guru yang tidak melaksanakan nya di 4 murid, dan
sebanyak 10,7% atau sebanyak 3 murid yang menjawab ragu-ragu. Jadi
mayoritas guru Al Quran kelas XII telah melaksanakan kegiatan
pemahaman konsep di 28 orang.

Diagram 7 guru melaksanakan kegiatan evaluasi seperti


memberikan penilaian

Berdasarkan hasil diagram 7 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


85,7% kegiatan evaluasi seperti memberikan penilaian di 24 murid, sebanyak
7,1% guru yang tidak melaksanakan nya di 2 murid, dan sebanyak 7,1% atau
sebanyak 2 murid yang menjawab ragu-ragu. Jadi mayoritas guru Al Quran
kelas XII telah melaksanakan kegiatan evaluasi di 24 orang.

20
Diagram 8 guru melaksanakan kegiatan penutup seperti memberi
salam penutup dan berdoa

Berdasarkan hasil diagram 8 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


92,9% kegiatan penutup seperti memberi salam penutup dan berdoa di 26
murid, sisanya ada sebanyak 7,1% guru yang tidak melaksanakan nya di 2
murid. Jadi mayoritas guru Al Quran kelas XII telah melaksanakan kegiatan
penutup di 26 murid.

Diagram 9 kegiatan pembelajaran Al Quran secara daring


memuat aktivitas penyampaian tujuan pembelajaran

Berdasarkan hasil diagram 9 diketahui bahwa guru telah melaksanakan


78,6% kegiatan pembelajaran Al Quran secara daring yang memuat
aktivitas penyampaian tujuan pembelajaran di 22 murid, sebanyak 3,6%

21
guru yang tidak melaksanakan nya di 1 murid, dan sebanyak 17,9% atau
sebanyak 5 murid yang menjawab ragu-ragu. Jadi mayoritas guru Al Quran
kelas XII telah melaksanakan kegiatan yang memuat aktivitas penyampaian
tujuan pembelajaran di 22 murid.

Diagram 10 guru menggunakan media pembelajaran saat


pembelajaran daring

Berdasarkan hasil diagram 10 diketahui bahwa guru yang menggunakan


media pembelajaran saat pembelajaran daring ada 96,4% di 27 murid,
sisanya ada sebanyak 3,6% guru yang tidak menggunakan nya di 1 murid.
Jadi mayoritas guru Al Quran kelas XII menggunakan media pembelajaran
saat pembelajaran daring.

Diagram 11 materi yang paling sering dipelajari saat


pembelajaran Al Quran secara daring

22
Berdasarkan hasil diagram 11 diketahui bahwa materi ilmu tajwid yang
sering dipelajari saat pembelajaran Al Quran secara daring sebanyak 82,1%
atau sebanyak 23 murid. Yang sering mempelajari materi ghorib sebanyak
64,3% atau sebanyak 18 murid. Dan yang langsung setoran hafalan sebanyak
75% atau sebanyak 21 murid. Jadi mayoritas siswa kelas XII lebih sering
mempelajari materi ilmu tajwid selama pembelajaran Al Quran secara
daring.

Diagram 12 metode strategi apa yang digunakan guru ketika


pembelajaran Al Quran

Berdasarkan hasil diagram 12 diketahui bahwa guru yang menggunakan


metode strategi qiraati saat pembelajaran Al Quran sebanyak 67,9% atau
sebanyak 19 orang. Guru yang menggunakan metode strategi an-nahdhiyah

23
10,7% atau sebanyak 3 orang. Guru yang menggunakan metode strategi
tilawati sebanyak 39,3% atau sebanyak 11 orang. Dan sisanya guru yang
menggunakan metode strategi iqro sebanyak 42,9% atau sebanyak 12 orang.
Jadi mayoritas guru Al Quran kelas XII lebih banyak menggunakan metode
strategi qiraati dalam pembelajaran Al Quran secara daring.

Diagram 13 metode strategi yang disukai murid dalam


pembelajaran Al Quran secara daring

Berdasarkan hasil diagram 13 diketahui bahwa murid yang menyukai


metode strategi qiraati saat pembelajaran Al Quran sebanyak 35,7% atau
sebanyak 10 orang. Murid yang menyukai metode strategi an-nahdhiyah
sebanyak 7,1% atau sebanyak 2 orang. Murid yang menyukai metode strategi
tilawati sebanyak 42,9% atau sebanyak 12 orang. Dan sisanya murid yang
menyukai metode strategi iqro sebanyak 25% atau sebanyak 7 orang. Jadi

24
mayoritas murid kelas XII lebih banyak menyukai metode strategi tilawati
dalam pembelajaran Al Quran secara daring.

Diagram 14 lama waktu yang dihabiskan seorang murid untuk


menghafal target ayat setoran Al Quran

Berdasarkan hasil diagram 14 diketahui bahwa murid yang


menghabiskan waktu selama 10 menit untuk menghafal target ayat setoran
Al Quran sebanyak 35,7% atau sebanyak 10 orang. Murid yang
menghabiskan waktu selama 20 menit sebanyak 21,4% atau sebanyak 6
orang. Murid yang menghabiskan waktu selama 30 menit sebanyak 17,9%
atau sebanyak 5 orang. Dan sisanya murid yang menghabiskan waktu selama
lebih dari 30 menit sebanyak 25% atau sebanyak 7 orang. Jadi mayoritas
murid kelas XII lebih banyak menghabiskan waktu selama 10 menit untuk
menghafal target ayat setoran Al Quran.

Diagram 15 pelaksanaan setoran hafalan Quran secara daring

25
Berdasarkan hasil diagram 15 diketahui bahwa pelaksanaan setoran
hafalan Al Quran secara daring yang mengirimkan voice note masing-masing
melalui chat pribadi atau grup sebanyak 50% atau sebanyak 14 murid. Yang
melalui absen nama yang siap setoran kemudian setoran hafalan lewat video
call atau telpon biasa sebanyak 60,7% atau sebanyak 17 murid. Dan sisanya
melalui penyebutan nama yang sudah siap setoran kemudian langsung nyetor
di zoom atau google meeting sebanyak 67,9% atau sebanyak 19 murid. Jadi
mayoritas murid kelas XII lebih banyak yang melalui penyebutan nama yang
sudah siap setoran kemudian langsung nyetor di zoom atau google meeting
dalam pelaksanaan setoran hafalan Al Quran secara daring.

Diagram 16 kendala yang pernah dialami oleh murid saat


pembelajaran Al Quran secara daring

26
Berdasarkan hasil diagram 16 diketahui bahwa kendala kurang fouks
yang dialami oleh murid saat pembelajaran Al Quran secara daring sebanyak
46,4% atau sebanyak 13 orang. Yang memiliki kendala jaringan yang
bermasalah sebanyak 64,3% atau sebanyak 18 orang. Yang memiliki
aktivitas lain yang mengganggu sebanyak 39,3% atau sebanyak 11 orang.
Dan sisanya yang memiliki kendala perangkat yang tidak mendukung
sebanyak 10,7% atau sebanyak 3 orang. Jadi mayoritas murid kelas XII lebih
banyak memiliki kendala jaringan yang bermasalah saat pembelajaran Al
Quran secara daring.

Diagram 17 bersemangat ketika guru menjelaskan tentang


manfaat belajar Al Quran yang akan dipelajari di pembelajaran
daring

Berdasarkan hasil diagram 17 diketahui bahwa murid berpendapat


sangat setuju memiliki rasa semangat ketika guru menjelaskan tentang
manfaat belajar Al Quran yang akan dipelajari di pembelajaran daring ada
sebanyak 25% atau sebanyak 7 orang. Yang berpendapat setuju sebanyak
57,1% atau sebanyak 16 orang. Yang berpendapat ragu-ragu sebanyak 14,3%
atau sebanyak 4 orang. Dan sisanya yang berpendapat tidak setuju sebanyak
3,6% atau sebanyak 1 orang. Jadi mayoritas murid kelas XII lebih banyak
berpendapat setuju memiliki rasa semangat ketika guru menjelaskan tentang
manfaat belajar Al Quran yang akan dipelajari di pembelajaran daring.

27
Diagram 18 antusias saat guru mulai menjelaskan kegiatan
belajar Al Quran

Berdasarkan hasil diagram 18 diketahui bahwa murid berpendapat


sangat setuju memiliki rasa antusias saat guru mulai menjelaskan kegiatan
belajar Al Quran ada sebanyak 14,3% atau sebanyak 4 orang. Yang
berpendapat setuju sebanyak 71,4% atau sebanyak 20 orang. Yang
berpendapat ragu-ragu sebanyak 10,7% atau sebanyak 3 orang. Dan sisanya
yang berpendapat tidak setuju sebanyak 3,6% atau sebanyak 1 orang. Jadi
mayoritas murid kelas XII lebih banyak berpendapat setuju memiliki rasa
antusias saat guru mulai menjelaskan kegiatan belajar Al Quran.

Diagram 19 merasa lebih mengerti karena guru mengingatkan


materi belajar sebelum memulai pembelajaran Al Quran

28
Berdasarkan hasil diagram 19 diketahui murid berpendapat sangat setuju
bahwa merasa lebih mengerti karena guru mengingatkan materi belajar
sebelum memulai pembelajaran Al Quran ada sebanyak 21,4% atau sebanyak
6 orang. Yang berpendapat setuju sebanyak 67,9% atau sebanyak 19 orang.
Yang berpendapat ragu-ragu sebanyak 7,1% atau sebanyak 2 orang. Dan
sisanya yang berpendapat tidak setuju sebanyak 3,6% atau sebanyak 1 orang.
Jadi mayoritas murid kelas XII lebih banyak berpendapat setuju bahwa
merasa lebih mengerti karena guru mengingatkan materi belajar sebelum
memulai pembelajaran Al Quran.

Diagram 20 merasa kurang mengerti ketika guru langsung


menjelaskan isi materi pembelajaran Al Quran

Berdasarkan hasil diagram 20 diketahui murid berpendapat setuju bahwa


merasa kurang mengerti ketika guru langsung menjelaskan isi materi
pembelajaran Al Quran ada sebanyak 25% atau sebanyak 7 orang. Yang
berpendapat ragu-ragu sebanyak 32,1% atau sebanyak 9 orang. Dan sisanya
yang berpendapat tidak setuju sebanyak 42,9% atau sebanyak 12 orang. Jadi
mayoritas murid kelas XII lebih banyak berpendapat tidak setuju bahwa
merasa kurang mengerti ketika guru langsung menjelaskan isi materi
pembelajaran Al Quran.

29
Diagram 21 antusias ketika guru bertanya tentang materi
pelajaran Al Quran yang telah dipelajari

Berdasarkan hasil diagram 21 diketahui bahwa murid berpendapat


sangat setuju memiliki rasa antusias ketika guru bertanya tentang materi
pembelajaran Al Quran yang telah dipelajari ada sebanyak 14,3% atau
sebanyak 4 orang. Yang berpendapat setuju sebanyak 42,9% atau sebanyak
12 orang. Yang berpendapat ragu-ragu sebanyak 39,3% atau sebanyak 11
orang. Dan sisanya yang berpendapat sangat tidak setuju sebanyak 3,6% atau
sebanyak 1 orang. Jadi mayoritas murid kelas XII lebih banyak berpendapat
setuju memiliki rasa antusias ketika guru bertanya tentang materi
pembelajaran Al Quran yang telah dipelajari.

Diagram 22 selalu ingat materi pembelajaran Al Quran yang


disampaikan oleh guru

30
Berdasarkan hasil diagram 22 diketahui murid berpendapat sangat setuju
bahwa selalu ingat materi pembelajaran Al Quran yang disampaikan oleh
guru ada sebanyak 14,3% atau sebanyak 4 orang. Yang berpendapat setuju
sebanyak 50% atau sebanyak 14 orang. Yang berpendapat ragu-ragu
sebanyak 28,6 % atau sebanyak 8 orang. Dan sisanya yang berpendapat tidak
setuju sebanyak 7,1% atau sebanyak 2 orang. Jadi mayoritas murid kelas XII
lebih banyak berpendapat setuju bahwa selalu ingat materi pembelajaran Al
Quran yang disampaikan oleh guru.

4.1 Data Responden

Karya tulis ini menggunakan metode wawancara dengan data


responden sebagai berikut:

No Nama Pekerjaan
Guru Mata Pelajaran Al Quran SMA Islam
1. Faisal Makkawi Ukhuwah Banjarmasin
Guru Mata Pelajaran Al Quran SMA Islam
2. Saprudin Terpadu Ukhuwah Banjarmasin

Guru Mata Pelajaran Al Quran SMA Islam


3. Junaidi Terpadu Ukhuwah Banjarmasin

1.2 Hasil Penelitian

31
Tabel 1
Wawancara terhadap guru di SMA Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan berapa jam pembelajaran satu guru Al
Quran dalam mengajar

No Responden Jawaban
1. Faisal Makkawi Diberikan 2 jam pembelajaran, 1 jam
pembelajaran ada 30 menit jadi dilaksanakan
selama 1 jam.
2. Saprudin Diberikan 2 jam pembelajaran, 1 jam
pembelajaran nya 30 menit jadi total 60 menit
setiap kali pembelajaran Al Quran.
3. Junaidi Diberikan 2 jam pembelajaran, 1 jam
pembelajaran nya 30 menit jadi total 60 menit
setiap kali pembelajaran Al Quran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, guru-guru menjelaskan untuk
pembelajaran Al Quran dilaksanakan selama 60 menit dalam satu kali
pertemuan.

Tabel 2
Wawancara terhadap guru di SMA Islam terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan berapa kelompok yang dipegang dalam
satu guru Al Quran

No
Responden Jawaban
1. Faisal Makkawi Maksimal ada 15 dan minimal ada 10.
2. Saprudin Jumlah kelompok dalam pembelajaran Al Quran minimal 10
dan maksimal 15 kelompok perorangnya.
3. Junaidi Jumlah kelompok dalam pembelajaran Al Quran minimal 10
dan maksimal 15 kelompok perorangnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, jumlah kelompok yang dipegang

32
satu guru pembelajaran Al Quran minimal ada 10 dan maksimal ada 15 orang
dalam satu kelompok.

Tabel 3
Wawancara terhadap guru di SMA Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan bagaimana pembelajaran Al Quran
secara daring

No Responden Jawaban

1. Faisal Makkawi 80% aktif dan 20% kurang aktif.


2. Saprudin Pembelajaran Al Quran secara daring kurang begitu efektif
karena idealnya pembelajaran secara langsung.
3. Junaidi Pembelajaran Al Quran secara daring kurang begitu efektif
karena idealnya pembelajaran secara langsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, dalam pembelajaran Al Quran
secara daring yang dilaksanakan pada masa pandemi covid-19 mengalami
keadaan yang kurang efektif karena adanya siswa yang kurang aktif.

Tabel 4

33
Wawancara terhadap guru di SMA Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan bagaimana proses pendahuluan,
kegiatan inti dan penutup dalam pembelajaran Al Quran

No Responden Jawaban

1. Faisal Makkawi Al Quran pagi ada tiga sesi yakni jilid, Al Quran,
dan tahfidz.
Tahapan: 5 menit doa pembukaan, 5 menit
murojaah klasikal, jilid menggunakan program
metode ummi selama 15 menit, Al Quran dengan
penyampaian tajwid serta tilawah selama 15 menit,
30 menit proses tasmi hafalan siswa ke guru, dan 5
menit doa penutup.
2. Saprudin - Pendahuluan diawali dengan pembukaan, tanya
kabar sekaligus salam.
- Murajaah hafalan yang terdahulu.
- Kegiatan inti tahsin dan setoran hafalan baru.
- Penutup dengan evaluasi sekaligus doa senandung
Al Quran.
3. Junaidi - Pendahuluan diawali dengan pembukaan, tanya
kabar sekaligus salam.
- Murajaah hafalan yang terdahulu.
- Kegiatan inti tahsin dan setoran hafalan baru.
- Penutup dengan evaluasi sekaligus doa senandung
Al Quran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, dalam pembelajaran Al Quran
melaksanakan kegiatan pendahuluan berupa pembukaan, menanyakan kabar,
murajaah. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti berupa penggunaan
jilid dengan metode program ummi, tahsin, tilawah, setoran hafalan. Dan
yang terakhir pelaksanaan penutup berupa evaluasi, membaca doa penutup
ataupun doa senandung Al Quran.

34
Tabel 5
Wawancara terhadap guru di SMA Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan apa saja kendala selama pembelajaran
daring dan cara mengatasinya

No Responden Jawaban

1. Faisal Makkawi Siswa sering terlambat masuk zoom, mengatasinya


dengan sebelum masuk zoom guru memberitahu di
grup wa agar tidak terlambat.
2. Saprudin Kendala yang pertama adalah keterlambatan masuk
Ketika pembelajaran, cara mengatasinya dengan
diingatkan waktu pembelajaran sebelum dimulai
minimal 10 menit. Dan kendala yang kedua adalah
jaringan yang tidak stabil.
3. Junaidi Kendala yang pertama adalah keterlambatan masuk
Ketika pembelajaran, cara mengatasinya dengan
diingatkan waktu pembelajaran sebelum dimulai
minimal 10 menit. Dan kendala yang kedua adalah
jaringan yang tidak stabil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, kendala yang dihadapi guru Al
Quran saat mengajar di masa pandemi covid-19 antara lain yaitu koneksi
internet yang tidak stabil, dan adanya siswa yang sering mengalami
keterlambatan masuk zoom. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan
kendala tersebut dapat dilakukan dengan mengingatkan waktu pembelajaran
sebelum dimulainya pelaksanaan kbm.

35
Tabel 6
Wawancara terhadap guru di SMA Islam Terpadu Ukhuwah
Banjarmasin dengan pertanyaan apa strategi yang dilakukan agar
pembelajaran Al Quran secara daring berjalan secara efektif dan efesien

No Responden Jawaban

1. Faisal Makkawi Pemberitahuan jadwal kbm Al Quran sesuai waktu


yang telah ditentukan, memberitahukan tugas hafalan
siswa baik tilawah maupun hafalan, guru
menggunakan rekam suara untuk hafalan agar mudah
menghafalnya.
2. Saprudin Mengingatkan semua kelompok dengan jadwal Al
Quran dan waktunya, serta mengingatkan hafalan
terlebih dahulu sebelum disetorkan ke ustadz atau
ustadzah.
3. Junaidi Mengingatkan semua kelompok dengan jadwal Al
Quran dan waktunya, serta mengingatkan hafalan
terlebih dahulu sebelum disetorkan ke ustadz atau
ustadzah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru mata pelajaran Al


Quran di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin, dapat diketahui strategi yang
dilakukan guru Al Quran dalam pembelajaran daring agar terlaksana dengan
efektif dan efisien adalah pemberitahuan waktu jadwal kbm,
memberitahukan tugas hafalan yang harus disetorkan, dan ada beberapa guru
yang mengirimkan rekam suara hafalan yang akan disetorkan di grup agar
memudahkan muridnya dalam menghafal.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembelajaran Al Quran secara
daring di kelas XII SMAIT Ukhuwah Banjarmasin ditemukan adanya
ketidakefektifan dalam pembelajaran karena adanya siswa yang kurang
aktif dalam pembelajaran serta banyaknya siswa yang terlambat masuk
zoom.
2. Berdasarkan hasil penelitian, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran
Al Quran secara daring yaitu koneksi internet yang tidak stabil (jaringan
yang bermasalah), ada siswa yang sering terlambat masuk zoom, kurang
fokus, adanya aktivitas yang dikerjakan sehingga mengganggu
pembelajaran, dan perangkat yang tidak mendukung (spek laptop dan hp
tidak memadai).
3. Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang digunakan guru dalam
pembelajaran Al Quran secara daring adalah pemberitahuan waktu jadwal
KBM saat penutupan pembelajaran via zoom/mengirimkan VN di
Whatsapp grup, memberitahukan tugas hafalan yang harus disetorkan,
dan ada beberapa guru yang mengirimkan rekam suara hafalan yang akan
disetorkan di grup agar memudahkan muridnya dalam menghafal,
terdapat lebih banyak guru yang menggunakan metode strategi qiraati
dalam pembelajaran.
4. Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas dari pembelajaran Al Quran
secara daring dibandingkan dengan luring secara umum dalam
pembelajaran yang dilaksanakan cukup efektif, tetapi dalam data
kehadiran kurang efektif karena adanya siswa yang mengalami
keterlambatan masuk zoom.

37
5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, berikut diajukan


beberapa saran yang diharapkan menjadi motivasi untuk sekolah dan peneliti
selanjutnya.

1. Sekolah

Sekolah mempunyai kewajiban untuk memberikan fasilitas yang


sesuai untuk guru mengajar. Sekolah harus memperhatikan fasilitas apa
saja yang dibutuhkan guru untuk mengajar selama masa pandemi Covid-19
ini untuk kenyamanan pembelajaran secara offline maupun online di SMA
Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin serta sekolah harus memperhatikan
guru yang masih membutuhkan pelatihan untuk mengajar secara online.
Selain itu guru-guru juga secara mandiri mengembangkan dirinya dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran daring yang ada di berbagai
media sosial. Diharapkan juga sekolah memberikan apresiasi kepada guru-
guru yang telah mencapai prestasi pada masa pembelajaran daring.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilaksanakan di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.


Untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang
problematika guru dalam mengajar siswa dalam pembelajaran Al Quran
selama pandemi Covid-19. Hendaknya penelitian selanjutnya dilaksanakan
pada sekolah lain serta dilaksanakan pada sekolah negeri maupun swasta.
Penelitian ini terbatas pada permasalahan selama pandemi Covid-19,
hendaknya penelitian selanjutnya juga dilaksanakan pada permasalahan
yang lainnya, karena masih banyak problematika yang dialami guru selama
mengajar tidak hanya di masa Pandemi Covid-19 saja.

38

You might also like