You are on page 1of 4

Monumen Islam Samudra Pasai “Pusat Peradaban dan Budaya Islam di Asia Tenggara”

Kerajaan Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan Islam pertama yang berada di kawasan Asia
Tenggara. Kerajaan tersebut berada di pesisir utara dari Pulau Sumatera. Alamat museum
tersebut berada di dalam Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara, tepatnya di Desa Beuringen,
kecamatan Samudera. Pada masanya Islam berkembang mulai dari abad ke-13 sampai abda ke-
16 Masehi. Sebenarnya Museum Islam Samudra Pasai ini dibangun untuk memamerkan
beberapa koleksi benda-benda bersejarah peradaban Islam pada masa Kerajaan Samudra Pasai.

Museum “cagar budaya” ini mulai di resmikan beroperasi sejak tahun 2019 untuk wisatawan
local dan mancanegara. Sejak saat itu, museum ramai dikunjungi banyak pengunjung, terutama
pelajar dan mahsiswa. Karena dunia ini sedang di serang pandemic virus Covid-19, museum ini
untuk sementara tidak dibuka lagi, hanya Menara Museum saja yang terbuka untuk umum.

Cagar budaya Kerajaan Samudra Pasai tersebut mempunyai dua bangunan utama. Yang pertama
museum dan yang kedua adalah menara monumen Samudra Pasai yang ada menara yang
menjulang tinggi ke langit, terletak tidak jauh dari antara kedua bangunan tersebut, jaraknya
lebih kurang sekitar 100 meter antara museum dan monumen.

Monumen Islam Samudera Pasai merupakan pengingat Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai.
Monumen ini didirikan di lahan seluas 7,7 hektare di Gampong Beuringen, Kecamatan
Samudera, Aceh Utara. Berjarak 300 meter dari kompleks makam Sultan Malikussaleh, pendiri
Kerajaan Islam Samudra Pasai. Dengan monumen ini kita tidak hanya bangga dengan Aceh,
tetapi juga cinta dengan sejarahnya [Source](
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/monumen-islam-samudera-pasai-menciptakan-
kebanggaan-sekaligus-kecintaan-terhadap-sejarahnya/)

Jika museum dibuka, para wisatawan yang berkunjung ke Museum Samudra Pasai ini bisa
melihat langsung benda-benda peninggalan sejarah. Seperti beberapa item, diantaranya peralatan
pertanian, peralatan rumah tangga, perhiasan emas, senjata-senjata tradisional, buku dan kitab-
kitab karangan ulama abad pertengahan yang tersimpan rapi dan terawatt dengan baik disini.
Tujuan utama pembangunan museum dan monumenn ini adalah sebagai ajang edukasi untuk
masyarakat, agar mereka tahu pentingnya nilai sejarah. Posisi letak keberadaan Museum Islam
Samudra Pasai ini tepat di tengah-tengah lokasi pertapakan Kerajaan Samudra Pasai yang
dulunya sangat megah.

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan islam yang di nusantara yang memiliki banyak
peninggalan sejarah- sejarah beradaban lama yang berupa benda benda bersejarah yang akan
terus dijaga dan dipelihara guna bermanfaat kepada anak cucuk kela,benda- benda bersejarah ini
dijaga oleh pemerintah aceh khususnya kota banda aceh [Wikipedia](
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Islam_Samudra_Pasai)

Selain museum yang ramai dikunjungi wisatwan, monumen Menara Samudera Pasai juga banyak
pengujungnya. Selain masyarakat biasa, ada juga beberapa pasangan yang sudah menikah untuk
mengambil foto pernikahan mereka untuk mereka tunjukkan nanti saat pesta pernikahan mereka
gelar. Namun sayang sekali saat saya tiba disini tidak ramai yang berkunjung dikarenakan cuaca
yang mendung, hanya terlihat beberapa warga saja yang mengunjungi monumen museum ini.
Bahkan terlihat banyak air yang tergenang disekitar monumen tersebut karena baru turun hujan.
Lokasi Monumen Kerajaan Samudera Pasai ini hanya berjarak 300 meter dari Kompleks Makam
Sultan Al-Malik Ash-Shalih atau yang disebut dengan Sulta Malikussaleh. Jika anda ingin
berkunjung kemari dari Kota Lhokseumawe, pilih arah timur untuk sampai ke tujuan. Jaraknya
sekitar 12 km saja. Sesampai di Geudong lalu anda belok kekiri sekitar 2 km. Jalan yang kita
lalui untuk menuju kemari sudah bagus, area parkir juga sangat luas. Di dekat Museum dan
Monumen ini terdapat rumah penduduk dan beberapa kolam ikan atau kolam udang milik
masyarakat setempat sebagai mata pencaharian untuk kelangsungan hidup.

Samudra Pasai Islamic Monument “The Center of Islamic Civilization and Culture in the
Archipelago and Southeast Asia”

The Samudra Pasai Kingdom was one of the first Islamic empires to exist in Mother Earth. The
kingdom is located on the north coast of the island of Sumatra. The address of the museum is
within the North Aceh Regency Government, precisely in Beuringen Village, Samudera sub-
district. In his time Islam developed from the 13th century to the 16th century AD. Actually, the
Samudra Pasai Islamic Museum was built to exhibit several collections of historical objects of
Islamic civilization during the Samudra Pasai Kingdom.

This "cultural heritage" museum has been officially operating since 2019 for local and foreign
tourists. Since then, the museum has been visited by many visitors, especially students. Because
the world is being attacked by the Covid-19 virus pandemic, this museum is temporarily not
open anymore, only the Museum Tower is open to the public.

The cultural heritage of the Samudra Pasai Kingdom has two main buildings. The first is the
museum and the second is the Samudra Pasai monument tower which has a tower that soars into
the sky, located not far from between the two buildings, the distance is approximately 100 meters
between the museum and the monument.

The Samudera Pasai Islamic Monument is a reminder of the Glory of the Samudera Pasai
Kingdom. This monument was erected on an area of 7.7 hectares in Gampong Beuringen,
Samudera District, North Aceh. It is 300 meters from the tomb complex of Sultan Malikussaleh,
the founder of the Islamic Kingdom of Samudra Pasai. With this monument we are not only
proud of Aceh, but also in love with its history. [Source](
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/monumen-islam-samudera-pasai-menciptakan-
kebanggaan-sekaligus-kecintaan-terhadap-sejarahnya/)

If the museum is opened, tourists who visit the Samudra Pasai Museum can see firsthand the
objects of historical heritage. Such as several items, including agricultural equipment, household
appliances, gold jewelry, traditional weapons, books and books written by medieval scholars
which are stored neatly and well maintained here. The main purpose of building these museums
and monuments is as an educational venue for the community, so that they know the importance
of historical values. The position where the Samudra Pasai Islamic Museum is located is right in
the middle of the location of the Samudra Pasai Kingdom hermitage which was once very
magnificent.

The Kingdom of Samudera Pasai is an Islamic kingdom in the archipelago which has many
historical relics of old civilized history in the form of historical objects that will continue to be
guarded and preserved for the benefit of their children and grandchildren, these historical objects
are guarded by the government of Aceh, especially the city of Banda Aceh. [Wikipedia](
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Islam_Samudra_Pasai)

In addition to the museum which is crowded with tourists, the Menara Samudera Pasai
monument also has many visitors. Apart from ordinary people, there are also some married
couples to take their wedding photos for them to show later when their wedding party is held.
But unfortunately when I arrived here there were not many people who visited due to cloudy
weather, only a few residents were seen visiting this museum monument. Even seen a lot of
stagnant water around the monument because it just rained. The location of the Samudera Pasai
Royal Monument is only 300 meters from the Tomb Complex of Sultan Al-Malik Ash-Salih or
what is known as Sulta Malikussaleh. If you want to visit here from Lhokseumawe City, choose
the east direction to get to your destination. The distance is about 12 km only. Arriving at
Geudong then you turn left for about 2 km. The road we took to get here is good, the parking
area is also very large. Near the Museum and Monument there are houses and several fish ponds
or shrimp ponds belonging to the local community as a livelihood for survival.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Hari yang sangat cerah saya berkunjung sebuah taman yang dipenuhi banyak bunga.
Pada sebuah taman yang indah tentunya akan banyak sekali kita temukan bunga yang
tumbuh dan mekar disana, katakanlah seperti mawar, melati, bunga jarum, bunga
kertas dan lain-lain. Orang-orang yang datang ke taman tersebut pasti akan memuji
keindahan bunga-bunga itu yang juga menebarkan aroma wangi. Selain tumbuh bunga
untuk memanjakan mata, ternyata pihak pengelola taman juga menanam beberapa
pohon lada, agar berkesan tampil beda.

Ternyata, dibalik keindahan bunga yang tumbuh cantik itu juga terdapat seekor ulat
bulu yang juga sangat cantik warnanya, bentuknya juga sangat unik. Ulat tersebut
sedang berjalan diatas daun kemungkinan ulat tersebut sedang ingin memakan daun
tersebut atau bisa jadi ulat itu hanya berjalan melewatinya untuk mencari makan daun
yang lain. Hanya saja tidak bisa kita sentuh langsung menggunakan jari kita. Kita hanya
bisa melihat perjalanannya yang sangat pelan.

Saya mendapatkan ulat bulu yang berwarna hitam dan mempunyai bulu-bulu halus
yang panjang berwarna merah dan bercampur putih sedan berjalan di daun lada.
Jalannya sungguh sangat pelan, seperti seekor kura-kura berjalan. Sungguh
menggemaskan!
Semua foto ulat bulu yang saya bagikan ini saya rekam menggunakan kamera
smartphone saya merek Xiaomi Mi 8 yang saya beli tahun 2018.

Lalu, ulat itu berjalan mendekati bunga mawar. Mawar-mawar itu tiba-tiba berkata: ‘Hai,
lihat itu, siapa itu?’ seru salah satu mawar dengan rasa terkejut. Ulat bulu menjawab
‘Aku…. Aku adalah ulat bulu’. Kemudian mawar bertanya kembali ‘hei, ulat bulu! Apa
yang akan engkau lakukan di sini?? Jangan mendekat! Jangan mendekat!!, nanti kami
bisa gatal semua!’ ‘Maaf ya, aku hanya melewati dan aku hanya ingin mengagumi
keindahan kalian dan harum wangi tubuhmu sebentar saja’, ulat bulu memberi jawaban.
Ulat menundukkan kepala dan merasa sedih, lalu ulat bulu pergi karena merasa ditolak
oleh mawar tersebut.

Beberapa minggu berlalu, musim semi tiba, bunga-bunga pun mulai bermekaran,
memamerkan keindahan kelopak dan liukan tangkainya yang tertiup angin sepoi-sepoi.
Mereka berlomba memenuhi udara dengan keharuman. Para kumbang dan kupu-kupu
beterbangan dengan sayap yang begitu indah. Semua bunga jatuh cinta kepada kupu-
kupu itu dan berusaha menyapanya. Tak ketinggalan rumpun bunga mawar di taman
itu. ‘Hai lihat, indah sekali sayapnya! Seperti pelangi yang melambai-lambai’ kata salah
satu bunga mawar itu.

Para mawar pun berusaha menarik perhatian sang kupu-kupu bak kontes kecantikan,
agar kupu-kupu berkenan singgah sebentar di mahkotanya. Kupu-kupu itu menjadi
sangat bangga karena menjadi rebutan para mawar nan cantik jelita.

‘Mawar yang indah, bolehkah aku singgah sesaat di mahkotamu dan mengagumi
kelopakmu yang begitu indah?’ kata kupu-kupu itu dengan santun. ‘Ya, tentu, tentu, ah
betapa senangnya’. ‘Ingatkah kalian pada ulat bulu yang beberapa waktu lalu datang
mengagumi keindahan kalian?’ Aih, ya, dia membuat kami geli dan jijik. ‘Tapi, jangan
takut dia telah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi’.

‘Tidak tahukah kalian bahwa ulat bulu itu sekarang sedang berada di taman ini? Dia
sedang mengagumi keindahan kalian, akulah si ulat bulu itu. Sekarang aku adalah
seekor kupu-kupu, Tuhan Maha Besar!’ jawab kupu-kupu sambil terbang meninggalkan
rumpun bunga mawar tersebut.

You might also like