You are on page 1of 172

PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN

DESA CARINGIN KECAMATAN LABUAN KABUPATEN


PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
SANI ALFIA CHAIRANI
11140150000030

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK
Sani Alfia Chairani (11140150000030) Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul
skripsi “Pemodelan Spasial Abrasi Di Pantai Caringin Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan garis pantai dan dampak
yang ditimbulkan oleh abrasi di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dari tahun 2004 – 2017. Selain
itu, bertujuan untuk menggambarkan pemodelan spasial prediksi daratan yang
mengalami abrasi pada tahun 2031. Metode yang digunakan adalah mix methods.
Penelitian ini memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan
menganalisis citra landsat dan dilakukan pembuktian langsung ke lapangan.
Adapun populasi yang digunakan adalah pantai di sepanjang Desa Caringin dan
sampelnya adalah wilayah yang mengalami abrasi dan tidak abrasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pantai Caringin telah mengalami
abrasi. Hal ini dibuktikan dengan hilangnya sebagian daratan pantai dan membuat
garis pantai semakin maju ke daratan. Abrasi yang terjadi di Pantai Caringin dari
tahun 2004 - 2017 adalah seluas 12,87 ha. Analisis untuk mengetahui abrasi ini
dihitung mulai dari tahun 2004 - 2010 dan 2010 - 2017. Pada tahun 2004 - 2010
daerah yang mengalami abrasi seluas 10,51 ha dan pada tahun 2010 - 2017 daerah
yang mengalami abrasi seluas 2,36 ha, sehingga total daerah yang mengalami
abrasi dari tahun 2004 - 2017 seluas 12,87 ha. Dampak dari abrasi tersebut telah
dirasakan secara langsung oleh penduduk seperti garis pantai semakin maju
menuju daratan sehingga lahan semakin berkurang, pasir yang semakin berkurang
sehingga karang-karang bermunculan, hilangnya vegetasi seperti pohon kelapa
dan hilangnya biota laut.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik binner terdapat dua variabel yang
berpengaruh dalam perubahan garis pantai yaitu jarak dari sungai dan kepadatan
penduduk. Setelah dilakukan analisis pada ArcGis 10.1 dapat diprediksikan bahwa
pada tahun 2031 daratan pantai Desa Caringin akan hilang seluas 18 ha dengan
rincian pemukiman 10,42 ha, sungai 2,05 ha, sawah, 14,44 ha, kebun 1,88 ha,
vegetasi 1,83 ha dan tanah kosong seluas 0,62 ha.

Kata kunci : Abrasi, Garis Pantai, Prediksi, Sistem Informasi Geografi.

i
ABSTRACT
Sani Alfia Chairani (11140150000030), Departement of Social Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif
Hidayatullah Jakarta. The title of undergraduate thesis is “Spatial Modeliing of
Abrasion in Caringin Beach, Caringin Village, Labuan Subdistrict, Pandeglang
Regency, Banten Province”
This study aims to know the change of shoreline and the impact which is
caused by abrasion in Caringin Beach, Caringin Village, Labuan Subdistrict,
Pandeglang Regency, Banten Province from 2004 - 2017. In addition, it aims to
describe the spatial modeling of prediction of land that has abrasion in 2031. It
uses the mix method. This study utilizes the Geographic Information System (GIS)
by analyzing landsat imagery and it is estabilished directly to the field. The
population used is the beach along Caringin Village and the sample is an area
which has abrasion and not abrasion.
The results of this study indicate that Caringin Beach has experienced
abrasion. This is evidenced by the loss of part of the coastal land and it makes the
coastline goes to land. The abrasion that occurred at Caringin Beach from 2004 -
2017 is 12.87 ha. Analysis to find out this abrasion is calculated starting from
2004 - 2010 and 2010 - 2017. In 2004 - 2010, the area that has abrasion covering
10.51 ha and in 2010 - 2017 the area that has abrasion is 2.36 ha, so the total
area which has abrasion from 2004 - 2017 covering 12.87 ha. The impact of
abrasion has been felt directly by the population such as the coastline go forward
to the mainland, the result is the land becomes lessening. Moreover, lessening of
the sand causes coral appears, and the loss of vegetation such as coconut trees
and loss of marine biota.
Based on the results of binner logistic regression analysis there are two
variables that influence the changes in coastline, namely the distance from the
river and population density. After analyzing ArcGis 10.1 it can be predicted that
in 2031 the mainland of Caringin Village will disappear 18 hectares with details
of settlement 10.42 ha, river 2.05 ha, paddy fields, 14.44 ha, gardens 1.88 ha,
vegetation 1 , 83 ha and 0.62 ha.

Keywords : Abrasion, Coastline, Prediction, Geographic information System.

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas nikmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pemodelan Spasial Abrasi di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si dan Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing, meluangkan waktu dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan semangat dan telah memberikan pengalaman yang sangat
menyenangkan selama studi.
6. Kedua orang tua yang saya cintai (Rofi’ah dan Su’udi), yang telah mendukung,
memberikan semangat dan mendo’akan dengan ikhlas setiap saat untuk
kesuksesan penulis.
7. Siti Badriyah Chairani, Sulis Muliya Chairani dan Rubi Al-Farizi sebagai
kakak dan adik tersayang yang selalu memberikan semangat dan perhatian
yang luar biasa agar penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

iii
8. Keluarga besar yang saya banggakan, yang telah menyemangati untuk terus
sekolah meskipun dengan keterbatasan materil yang dimiliki, namun tetap
memberikan dukungan sangat besar untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi.
9. UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Kementrian Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten yang telah memberikan informasi terkait Pantai
Caringin.
10. Kepala Desa Caringin beserta staff yang telah memberikan izin, membantu,
memberikan data, informasi dan pengarahan terkait wilayah serta penduduk
setempat sampai akhirnya skripsi ini selesai.
11. Penduduk Desa Caringin khususnya para responden yang telah meluangkan
waktunya dan bersedia memberikan informasi.
12. Tim GIS and Remote Sensing UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tim
yang luar biasa yang pernah saya kenal dan telah membantu penulis untuk
sharing dalam pembuatan peta serta selalu memberikan semangat kepada
penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya konsentrasi geografi angkatan 2014
yang selalu membantu dan saling menyemangati dan satu sama lain.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang luar biasa.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya bagi
penulis dan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
yang semakin berkembang.
Alhamdulillahirobbilalamin
Jakarta, 12 Oktober 2018
Penulis

Sani Alfia Chairani

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 6
D. Perumusan Penelitian ........................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis .............................................................................. 9


1. Pemodelan Spasial ........................................................................ 9
2. Penginderaan Jauh ......................................................................... 10
3. Sistem Informasi Geografis .......................................................... 14
4. Abrasi ............................................................................................ 16
5. Pantai ............................................................................................ 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 31

v
B. Metode Penelitian ............................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 33
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 33
E. Alat dan Bahan ................................................................................... 34
F. Data dan Perangkat Lunak ................................................................. 34
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 34
H. Uji Validitas Instrumen Wawancara .................................................. 38
I. Pengolahan Data Penginderaan Jauh.................................................. 41
J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 43
K. Diagram Alir ...................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian.................................................. 48


1. Kondisi Fisik ............................................................................. 48
2. Kondisi Sosial ........................................................................... 51
3. Kondisi Ekonomi ...................................................................... 56
B. Hasil Analisis Data ............................................................................. 57
1. Hasil Analisis Citra ................................................................... 57
2. Hasil Analisis Ground Check ................................................... 60
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Garis
Pantai ....................................................................................... 69
4. Analisis Faktor Pengaruh Perubahan Garis Pantai ................... 72
5. Hasil Wawancara Analisis Dampak yang Ditimbulkan ........... 81
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 89
1. Perubahan Garis Pantai ............................................................. 89
2. Dampak yang Ditimbulkan ....................................................... 89
3. Pemodelan Spasial Prediksi Daratan yang Mengalami Abrasi
Pada Tahun 2031 ...................................................................... 90
4. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 92

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................... 93
B. Implikasi ............................................................................................. 94

vi
C. Saran ................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 99

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 27


Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Pra-Penelitian ....................................................... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Penelitian ........................................................... 38
Tabel 3.4 Teknik Pemeriksaan Data Kualitatif Moleong...................................... 39
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Caringin ....................................................... 48
Tabel 4.2 Orbitrasi ............................................................................................... 49
Tabel 4.3 Topografi .............................................................................................. 51
Tabel 4.4 Etnis Penduduk .................................................................................... 52
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Wilayah .................................................... 52
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama ...................................................... 53
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Usia .......................................................... 54
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................... 55
Tabel 4.9 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Caringin ............................. 56
Tabel 4.10 Abrasi Pantai Caringin Tahun 2004 - 2017 ....................................... 59
Tabel 4.11 Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra ......... 60
Tabel 4.12 Hasil Uji Akurasi Interpretasi ............................................................ 62
Tabel 4.13 Luas Penggunaan Lahan Desa Caringin ............................................ 66
Tabel 4.14 Luas Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2004 - 2010 ............. 68
Tabel 4.15 Luas Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2010 - 2017 .............. 68
Tabel 4.16 Case Processing Summary ................................................................. 74
Tabel 4.17 Classification ..................................................................................... 74
Tabel 4.18 Omnibus Test of Model Coefficients .................................................. 75
Tabel 4.19 Classification ..................................................................................... 75
Tabel 4.20 Correlations ....................................................................................... 76
Tabel 4.21 Variables in The Equition ................................................................... 76
Tabel 4.22 Model Summary ................................................................................. 77
Tabel 4.23 ANOVA ............................................................................................. 77
Tabel 4.24 Coefficients ......................................................................................... 78
Tabel 4.25 Luasan Penggunaan Lahan Prediksi Tahun 2031 .............................. 81

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Penelitian .................................................................................. 30


Gambar 3.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 31
Gambar 3.2 Diagram Alir .................................................................................... 47
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Caringin ..................................................... 50
Gambar 4.2 Piramida Penduduk Desa Caringin Tahun 2018 ............................... 54
Gambar 4.3 Garis Pantai ...................................................................................... 57
Gambar 4.4 Hasil Overlay Citra Landsat Tahun 2004, 2010 dan 2017 ............... 58
Gambar 4.5 Tingkat Abrasi Pantai Caringin Tahun 2004 - 2017 ......................... 59
Gambar 4.6 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2004 ....................... 63
Gambar 4.7 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2010 ........................ 64
Gambar 4.8 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2017 ........................ 65
Gambar 4.9 Ilustrasi Penggunaan Lahan di Desa Caringin ................................. 67
Gambar 4.10 Peta Jarak dari Sungai .................................................................... 70
Gambar 4.11 Peta Jarak dari Jalan ........................................................................ 71
Gambar 4.12 Peta Interpolasi ............................................................................... 71
Gambar 4.13 Peta Vegetasi .................................................................................. 72
Gambar 4.14 Distribusi Spasial Titik Sampel di Daerah Penelitian .................... 73
Gambar 4.15 Peta Prediksi Perubahan Garis Pantai Caringin Tahun 2031 .......... 79
Gambar 4.16 Peta Prediksi Abrasi Tahun 2031 .................................................... 80
Gambar 4.17 Kondisi Pantai Caringin ................................................................. 87
Gambar 4.18 Formasi Pres-caprae di Pantai Caringin ......................................... 89

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta
Lampiran 2 Lembar Observasi Pra-Penelitian
Lampiran 3 Hasil Ground Check Lapangan
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 5 Kondisi Pantai Caringin
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Lembar Uji Referensi
Lampiran 8 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara maritim, sebuah negara kesatuan yang
memiliki beribu-ribu pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut. Secara
geografis Indonesia terletak pada 6° LU sampai 11°LS dan 95° sampai
141°BT, terdiri dari pulau pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih
17.504 pulau. Tiga perempatnya adalah laut (5,9 juta km2) dengan panjang
garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada.1 Di sepanjang garis
pantai terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit tetapi memiliki daya alam
yang berpotensi. Sebagian besar wilayah pantai dipakai sebagai tempat tinggal
penduduk Indonesia. Pantai di Indonesia memiliki perkembangan yang pesat,
berbagai keperluan di antaranya sebagai daerah pelabuhan, Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), pemukiman, kawasan wisata sehingga dapat disimpulkan bahwa
wilayah pantai merupakan wilayah yang sangat berpotensi memberikan
keuntungan ataupun kerugian tersendiri. Kehidupan manusia tidak bisa
dipisahkan dari lingkungan hidup. Segala aktivitas dan sumber kehidupan ada
di dalamnya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan
hidup, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaa,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakkan
hukum.2
Manusia dengan lingkungan hidup memiliki hubugan yang sangat erat,
saling memberi dan menerima pengaruh yang sangat besar. Manusia

1
Ridwan Lasabuda, Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia, Jurnal Ilmiah Platax, Vol. 1 -2, Januari 2013, ISSN: 2302-3589,
hlm 93.
2
http://ppid.kemendagri.go.id/front/dokumen/detail/300005671, UU Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Dinas Lingkungan Hidup, Publikasi
27 November 2017). Diakses pada Rabu, 14 Maret 2018, pukul 08.30 WIB.

1
2
memberikan pengaruh yang sangat aktif terhadap alam. Kemampuan
eksploratif yang dimiliki manusia mampu mengubah kondisi alam. Melalui
tindakan manusia yang begitu aktif, alam juga dapat memberikan suatu
pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung. Lingkungan yang indah dan
nyaman dapat memberikan dampak positif bagi manusia.
Ketika manusia melakukan tindakan yang penuh kasih sayang terhadap
alam, maka alam akan menjamin keberlangsungan kehidupan manusia dengan
aman dan nyaman. Begitu pula sebaliknya, ketika manusia melakukan tindakan
tanpa memerhatikan alam, maka akan terjadi kerusakan. Kerusakan lingkungan
tersebut dapat terjadi di darat maupun di lautan, seperti firman Allah SWT
dalam Q.S Ar-Rum (30) ayat 41 yang berbunyi :

“Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan


perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”3
Kondisi kenyataan tersebut telah lebih dulu tertuang dalam firman Allah
SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Benar. Manusia
akan mendapatkan balasan apa yang telah diperbuatanya. Indonesia merupakan
negara yang kaya akan pesona wilayahnya, sehingga sangat patut untuk kita
lindungi dan lestarikan agar keindahan alam tersebut tidak hilang.
Tindakan-tindakan manusia yang tidak menjaga keseimbangan alam,
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada lingkungan. Kerusakan tersebut
dapat merusak keseimbangan ekosistem, salah satunya ekosistem pantai.
Kerusakan lingkungan yang terjadi di pantai adalah abrasi. “Proses pengikisan
pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.”4
Abrasi ini telah terjadi di Pantai Caringin karena tindakan penduduk yang
tidak menjaga keseimbangan alam, misalnya penduduk Desa Caringin
mengambil pasir, karang dan rumput laut sebanyak-banyaknya, namun tidak
ada upaya perbaikan untuk mencegah abrasi, sehingga pesisir menjadi rusak

3
Syaamil Quran, Cordova Alquran dan Terjemah, Kementrian Agama RI, 2012.
4
http://www.bnbp.go.id/home/definisi, Definisi dan Jenis Bencana, (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana). Diakses pada Rabu, 14 Maret 2018, pukul 08.30 WIB.
3
dan abrasi yang tidak terhindarkan. Seperti halnya mengeruk habis pasir yang
tersedia di pantai sehingga mengakibatkan daratan pesisir banyak terkikis.
Provinsi Banten mempunyai panjang pantai mencapai kurang lebih 847,11 km.
Dari total panjang pantai tersebut diperkirakan sekitar 100 km atau sekitar 11,4
persen telah mengalami abrasi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan baik
fisik maupun infrastrukturnya pada tahun 2008. Masalah erosi dan abrasi
pantai yang terjadi di Provinsi Banten sebenarnya berlangsung sudah cukup
lama sehingga menimbulkan kondisi pantai yang kritis.5
Pantai Caringin, merupakan suatu pantai yang belum terkenal. Akan tetapi
Pantai Caringin memiliki permasalahan yang cukup besar. Pada mulanya
Pantai Caringin berjarak jauh dengan pemukiman penduduk, namun pada saat
ini jarak antara pemukiman dengan pantai hanya sekitar ±250 meter.6 Hal
tersebut membuktikan bahwa abrasi telah mengakibatkan pemukiman warga
semakin dekat dengan garis pantai. Daratan pesisir ini akan terus berkurang
dan penduduk akan kehilangan tempat tinggalnya. Dapat diprediksikan luas
daratan pesisir yang akan habis terkena abrasi karena abrasi berjalan secara
dinamis jika tidak dilakukan penanganan.
Penanganan merupakan suatu antisipasi yang dilakukan untuk mencegah
abrasi agar tidak semakin meluas. Namun sampai sekarang belum ada
penanganan yang dilakukan kembali dan belum ada pula penelitian prediksi
laju abrasi di Pantai Caringin sehingga tidak ada antisipasi yang dilakukan
untuk mencegah abrasi yang semakin meluas.
Daratan pesisir yang sudah mulai dekat dengan garis pantai telah
membuktikan bahwa pantai ini membutuhkan perhatian khusus agar
gelombang laut tidak menghilangkan daratan yang difungsikan sebagai
pemukiman masyarakat. Menurut Dahuri dkk “wilayah pesisir adalah suatu
wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan yang saling berinteraksi
dan membentuk suatu kondisi lingkungan atau ekologis yang unik.”7 Pengaruh
interaksi daratan dan lautan ini yang jika tidak ada pencegahan, maka abrasi

5
R.D. Ambarwati, ST, MT, Pengamanan Pantai Di wilayah provinsi Banten, Bidang Sungai
Dinas SDAP Provinsi Banten, 2008, hlm 1-2.
6
Lembar observasi pra penelitian, (Aspek fisik, point 5).
7
Muhammad Miqdam Shidqi dan Agung Sugiri, Bentuk-bentuk Adaptasi Lingkungan
Terhadap Abrasi Di Kawasan Pantai Sigandu Batang, Teknik PWK, Vol 4 No 4, 2015, hlm 703.
4
tidak dapat terhindarkan. Pada hakikatnya, abrasi ini akan terus berlangsung
karena abrasi ini bersifat dinamis. Ketika abrasi dibiarkan dengan begitu saja,
maka akan sangat berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem yang ada di
sekitarnya.
Abrasi yang terus bergerak secara dinamis ini tentunya sangat
mengkhawatirkan penduduk. Peningkatan gelombang laut di Pantai Caringin
mengakibatkan abrasi yang cukup besar. Tidak hanya melalui pengamatan
peneliti, kondisi pantai Caringin ini diperkuat dengan adanya pengamanan
pantai di Provinsi Banten salah satu alasanya adalah telah terjadinya abrasi dan
erosi. Lingkup pekerjaan dalam pengamanan ini adalah melakukan
pembangunan reveatment sepanjang ±50 meter pada tahun 2008.8 Reveatment
merupakan bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang
terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan
gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat
di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya
gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring.9 Bangunan reveatment yang
telah dibuat oleh pemerintah Provinsi Banten ini sudah hancur dan gelombang
kembali menghempas daratan secara langsung.
Tindakan-tindakan penduduk Desa Caringin yang memicu terjadinya abrasi
ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai
bahaya abrasi sehingga mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir dan dapat
menurunkan daya tarik wisata Pantai Caringin. Hal ini dapat dilihat dari
penduduk yang mengambil pasir untuk bahan bangunan, mendirikan lahan
berdagang langsung di atas pasir, mengalirkan limbah rumah tangga secara
langsung ke laut, sampah-sampah berserakan di atas pasir serta sisa air dari
kamar mandi yang dialirkan secara langsung menuju pantai. Kegiatan-kegiatan
tersebut telah membuat pantai menjadi kotor dan berkurangnya keindahan
Pantai Caringin. Abrasi yang terjadi telah banyak merusak daratan di sekitar
Pantai Caringin. Bahkan saat ini yang pada mulanya daratan, sekarang telah
berubah menjadi karang-karang di pinggir pantai.

8
R.D. Ambarwati, ST, MT, op.cit, hlm 13.
9
Harman Ajiwibowo, dan Nita Yuanita, Model Fisik Pengamanan Pantai, (Bandung:ITB,
2011), hlm 22.
5
Penelitian dengan model seperti ini juga pernah dilakukan juga oleh Sodikin
dengan judul “Analisis Abrasi Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan
Jauh (Studi Kasus di Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten
Bekasi).” Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan garis pantai yang
signifikan, mulai dari citra tahun 1999 hingga 2014 di beberapa titik terus
mengalami pengurangan pantai dan titik lain ada juga yang mengalami
penambahan daratan atau disebut juga akresi.10 Perubahan garis pantai tersebut
menunjukkan bahwa di Desa Pantai Bahagia telah terjadi peristiwa abrasi
dengan tingkat tinggi sebesar 1.269,5 ha dan akresi sebesar 24,37 ha.11
Informasi mengenai seberapa luasnya daratan yang sudah terkikis setiap
tahunnya dan prediksi abrasi yang akan terjadi beberapa tahun kemudian akan
menjadi kajian yang sangat penting karena untuk digunakan dalam rencana
pembangunan dan pengelolaan pesisir, untuk mitigasi bencana serta untuk
pencegahan abrasi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pemodelan Spasial Abrasi di Pantai Caringin Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah :
1. Tindakan-tindakan manusia yang tidak menjaga keseimbangan alam,
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada lingkungan hidup.
2. Peningkatan gelombang laut di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten telah mengakibatkan abrasi
yang cukup besar.
3. Kegiatan masyarakat di sekitar Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang mengakibatkan abrasi
terjadi.
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran penduduk Desa Caringin mengenai
bahaya abrasi sehingga mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir dan dapat

10
Sodikin, Analisis Abrasi Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh (Studi Kasus
di Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi), Seminar Nasional Peran
Geospasial dalam membingkai NKRI 2016, hlm 6.
11
Ibid, hlm 8.
6
menurunkan daya tarik wisata Pantai Pantai Caringin Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
5. Belum adanya penelitian prediksi laju abrasi di Pantai Caringin sehingga
tidak ada antisipasi yang dilakukan untuk mencegah abrasi yang semakin
meluas.

C. Pembatasan Masalah
Abrasi pantai yang terjadi di Pantai Caringin terjadi karena hempasan
gelombang pasang. Adanya abrasi di wilayah pesisir mengakibatkan
berkurangnya wilayah daratan dan mengganggu kegiatan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, karena luasnya pembahasan maka perlu dilakukan
penelitian prediksi laju abrasi untuk mengetahui kisaran laju abrasi di Pantai
Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten untuk memberikan solusi penanggulangannya, sehingga peneliti akan
memfokuskan kajian pada pemodelan spasial abrasi di Pantai Caringin Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

D. Perumusan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang ditemukan, maka pertanyaan
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perubahan garis pantai di Pantai Caringin Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dari tahun
2004-2017?
2. Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh abrasi di Pantai Caringin Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten?
3. Bagaimana pemodelan spasial prediksi daratan yang mengalami abrasi pada
tahun 2031 di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. Perubahan garis pantai di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dari tahun 2004 – 2017.
7
2. Dampak yang ditimbulkan oleh abrasi di Pantai Caringin Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
3. Pemodelan spasial prediksi daratan yang mengalami abrasi pada tahun 2031
di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis
dan manfaat secara paraktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dan pemikiran baru untuk dunia pendidikan yang semakin berkembang dan
praktisi keilmuan khususnya bidang geospasial serta dapat disempurnakan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini berguna untuk memecahkan suatu permasalahan. Secara
praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a. Pembelajaran
Dapat dijadikan sebagai referensi pendukung dalam pembelajaran
geografi untuk menggambarkan secara langsung pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang terdapat dalam bab penginderaan jauh
dan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada kelas X dan XII SMA/MA.
b. Pemerintah Desa Caringin
Diharapkan memberikan solusi dalam penyusunan program
pencegahan abrasi untuk memecahkan masalah abrasi yang bersifat
dinamis.
c. UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Kementrian
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
Diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber
informasi untuk menjawab permasalahan yang terjadi terhadap kerusakan
lingkungan terutama mengenai abrasi.
8
d. Masyarakat
Diharapkan memberikan gambaran pada masyarakat mengenai abrasi
yang berjalan secara dinamis sehingga diperlukan pencegahan.
e. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat dikembangkan sehingga menjadi semakin
berkualitas dengan menggunakan teori dan cara-cara yang lebih canggih
untuk referensi penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis
Dalam penelitian ini akan dijelaskan beberapa kajian mengenai pemodelan
spasial, penginderaan jauh, abrasi dan pantai. Berikut ini penjelasannya.
1. Pemodelan Spasial
Menurut Berger et al dalam Munibah, model adalah abstraksi dari
sistem dunia nyata yang memiliki kedetilan masalah yang signifikan
dengan masalah yang sedang dipelajari dan juga memiliki transparansi
sehingga mekanisme dan faktor kunci yang mempengaruhi perubahan
dapat diidentifikasi.1
Melalui identifikasi tersebut, maka dapat dilakukan perencanaan
pencegahan untuk mengurangi dapak yang akan terjadi. Model tersebut
mampu merencanakan yang dijadikan sebagai bahan panduan untuk
menjaga suatu hal dapat terjadi, sehingga dapat meminimalisir hal yang
dapat yang merugikan. Selain itu juga dapat digunakan untuk
memprediksikan hal-hal yang akan terjadi.
Menurut Indarto dan Arif Faisol mengemukakan bahwa model
merupakan representasi dari realitas dalam bentuk yang lebih sederhana,
supaya kita dapat lebih mudah memahami masalah yang sedang kita
hadapi. Model akan membantu kita untuk memahami, mendeskripsikan
atau memprediksi bagaimana fenomena atau realitas berjalan (bekerja)
pada dunia nyata tersebut.2
Adapun maksud dari representasi tersebut adalah ketika seseorang
menangkap sebuah objek, sehingga objek tersebut ditangkap atau diterima
dan menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang kemudian akan
disampaikan kembali atau diwujudkan melalui sebuah tidakan. Suatu model
dibedakan menjadi :

1
Munibah Khursatul, Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Penggunaan
Lahan Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus DAS Cidanau Provinsi Banten), Skripsi Institut
Pertanian Bogor, Bogor, 2008, hlm 1.
2
Indarto dan Arif Faisol, Konsep Dasar Analisis Spasial, (Yogyakarta:Andi Offset, 2012), hlm
3.

9
10
a. Representation Model
“Suatu model berbasis representasi mendeskripsikan objek-objek di
permukaan bumi (seperti bangunan, sungai, jalan dan hutan) melalui
layer data di dalam Sistem Informasi Geografis.”3
b. Process Model
“Suatu model yang digunakan untuk mengambarkan interaksi
antarobjek yang dimodelkan pada model representatif.”4 Hubungan
interaksi antarobjek ini dapat dimodelkan menggunakan berbagai metode
analisis spasial (Spatial analysis tools). Spatial Analyst dapat dilakukan
memakai ArcGIS dan software lain yang lainnya seperti GRASS,
WhiteBoxGAT, Mapwindow GIS, Idrisi dll yang menyediakan banyak
tool (algorithma/operator/fingsi/menu) untuk menyatakan interaksi antar
objek-objek tersebut.
Penelitian yang dilakukan ini tergolong pada model proses. Di mana
selain untuk menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu
masalah yang diakibatkan dari suatu interaksi, model proses juga mampu
untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di periode selanjutnya.
Suatu model dapat menginspirasi seseorang untuk melakukan suatu
analisis. Suatu analisis sangat diperlukan, dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi suatu masalah dan merumuskan penanggulangannya
serta suatu analisis juga dapat membuat suatu prediksi sehingga dapat
dijadikan suatu gambaran dan membuat perencanaan sebagai tindakan
preventifnya.

2. Penginderaan Jauh
Kegiatan mengumpulkan informasi mengenai objek atau daerah dari
kejauhan dengan menggunakan data yang diambil dari satelit dapat disebut
dengan penginderaan jauh. Data tersebut akan lebih akurat karena diambil
secara langsung dengan menggunakan suatu alat sensor. “Di Inggris,
penginderaan jauh di kenal dengan romote sensing, di Prancis dikenal
dengan teledection, di Spanyol disebut sensoria remote, di Jerman disebut

3
Ibid, hlm 3-4.
4
Ibid, hlm 4-5.
11
femerkundung dan di Rusia disebut distansionaya. Di Indonesia
5
penginderaan jauh lebih dikenal dengan remote sensing”.

Menurut Sri Hartati Soenarmo penginderaan jauh atau disingkat


INDERAJA, ilmu di sini menggambarkan ilmu atau sains yang
diperlukan baik dalam konsep, perolehan data maupun pengolahan dan
analisis, untuk mendapatkan teknik pelaksanaan pengambilan data yang
tepat dan baik serta sesuai dengan tujuan perolehan data.6
Selain itu, penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh suatu
informasi yang berupa data yang tereferensi secara geografi atau koordinat
geografi misalnya data curah hujan dan kemiringan lereng. Adapun cara
pengambilan data tersbut tidak dilakukan kontak secara langsung dengan
objek namun menggunakan sensor.
a. Pengertian Penginderaan Jauh
Terdapat beberapa pengertian penginderaan jauh, berikut adalah
pengertian penginderaan jauh menurut beberapa ahli yaitu :
1) Liliesand and Keiffer
Penginderaan jauh adalah ilmu atau teknik dan seni untuk
mendapatkan informasi tentang objek, wilayah atau gejala dengan cara
menganalisis data-data yang diperoleh dengan suatu alat, tanpa
hubungan langsung dengan objek wilayah atau gejala yang dikaji.
2) Avery
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh,
menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan
sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
3) Campbell
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi
mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang
diperoleh dari jarak jauh.

5
Sodikin, Modul Pembelajaran Penginderaan Jauh : Petunjuk Teknis Pengolahan Citra
Landsat Dengan Er Mapper 7.0, (Pendidikan IPS, 2017), hlm 1.
6
Sri Hartati Soenarmo, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk
Bidang Ilmu Kebumian, (Bandung:ITB, 2009), hlm 1.
12
4) Colwell
Penginderaan jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada
objek dipermukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau
jauh dari objek yang diindera.
5) Curran
Penginderaan jauh yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat
diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.7
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa penginderaan jauh adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi atau data dari sebuah objek atau gejala dan cara untuk
memperoleh data tersebut tidak dilakukan kontak secara langsung
namun menggunakan suatu alat sensor.
b. Komponen Penginderaan Jauh
Terdapat tujuh komponen penginderaan jauh yakni sebagai berikut.
1) Sumber Tenaga
Komponen yang diperlukan untuk menyinari objek yang terdapat di
permukaan bumi kemudian memantulkannya ke sensor. Sumber
tenaga alami yaitu penginderaan jauh yang menggunakan tenaga
matahari (sistem pasif). Sumber tenaga buatan yaitu penginderaan
jauh yang menggunakan tenaga buatan (sistem aktif).
2) Atmosfer
Atmosfer membantu melewatkan, menyebarkan dan merambatkan
gelombang elektromagnetik. Kondisi atmosfer sangat mempengaruhi
terhadap pancaran energi yang masuk ke permukaan bumi.
3) Wahana
Wahana terdiri dari pesawat, balon udara, helicopter, roket dan
satelit.
4) Sensor
Alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat ataupun
satelit.

7
Sodikin, op.cit. hlm 1-2.
13
5) Interaksi antara tenaga dengan objek
Objek yang memiliki daya pantul tinggi, akan terlihat cerah pada
citra. Sedangkan objek yang memiliki daya pantulnya rendah, akan
terlihat gelap pada citra.
6) Perolehan data
Cara memperoleh data tersebut, di dalam penginderaan jauh, data
dapat diperoleh dengan cara manual ataupun digital.
7) Pengguna data
Penguasaan pengetahuan mengenai setiap disiplin ilmu atau cara
pengumpulan data dari penginderaan jauh merupakan kemampuan
pengguna data untuk menerapkan hasil penginderaan jauh. Data yang
sama dapat digunakan untuk mencari info yang berbeda bagi
pengguna yang berbeda pula. 8
Komponen yang telah dijelaskan tersebut saling berkaitan. Cara untuk
mendapatkan suatu informasi memerlukan suatu pencahayaan (sumber
tenaga) melalui suatu energi (atmosfer). Informasi atau data tersebut
diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek namun menggunakan
wahana yang dilengkapi dengan alat sensor. Data akan diperoleh karena
adanya suatu interaksi antara tenaga dengan objek. Kemudian data
tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan.
c. Sistem Penginderaan Jauh
Sistem penginderaan jauh ini dapat dibedakan menjadi dua yakni
sistem aktif dan sistem pasif. Berikut ini penjelasannya.
1) Sistem aktif
Penginderaan jauh dengan sumber cahaya menggunakan sinar
buatan, misalnya lidar dan radar. Radar (radio detection and ranging)
untuk mengamati awan dan hujan, pesawat musuh dan sebagainya.
Sebuah wahana yang diletakkan di permukaan bumi. Sedangkan lidar
(laser imaging radar) untuk memperoleh data atmosfer vertikal atau
profil atmosfer. Suatu wahana diletakkan di permukaan dan
menghadap ke atas. Wahana tersebut digunakan untuk mengambil

8
Ibid, hlm 3.
14
data profil kondisi fisis dari lapisan-lapisan atmosfer. Sistem lidar
menggunakan sensor gelombang elektromagnetik cahaya laser, yang
dipantulkan oleh partikel-partikel dalam lapisan-lapisan atmosfer.9
2) Sistem pasif
Penginderaan jauh dengan sumber cahaya menggunakan sinar
langsung dari matahari. Sistem ini menggunakan gelombang makro
dan pantulan sinar matahari namun penginderaan jauh sistem pasif
hanya dapat beroperasi pada siang hari.

3. Sistem Informasi Geografis


Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, kebutuhan untuk analisis
dan penyimpanan data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar
semakin dibutuhkan. Melalui sistem informasi yang berbasis spasial ini
diharapkan dapat membantu proses pengambilan keputusan atau kebijakan.
Proses tersebut dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
a. Pengertian Sistem Informasi Geografis
Berikuti ini adalah pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
menurut beberapa ahli :
1) Eddy Prahasta
Pada dasranya, istilah sistem informasi geografis merupakan
gabungan dari tiga unsur pokok: sistem, informasi dan geografis.
Dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur pokok ini akan
sangat membantu dalam memahami SIG.10
2) Demers
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan dan menganalisa
informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.11
3) Esri
SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang

9
Sri Hartati Soenarmo, op.cit. hlm 2-3.
10
Eddy Prahasta, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, (Bandung:Informatika,
2002), hlm 49.
11
Ibid, hlm 55.
15
secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate,
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk
12
informasi yang bereferensi geografi.
4) Star
SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan
data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan
kata lain SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan-
kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara
spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan
terhadap data tersebut.
5) Agus Suryanto
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan ilmu pengetahuan
yang berbasis pada perangkat lunak komputer yang digunakan untuk
memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi
bumi sehingga membentuk suatu informasi keruangan yang tepat dan
akurat.13
SIG dapat membantu menganalisis suatu masalah. Penggunaan
perangkat SIG yang dilengkapi oleh software dapat mempermudah
model analisis. Analisis dapat dilakukan dengan pengolahan suatu bahan
menggunakan aplikasi sehingga dapat ditemukan hasil-hasil yang lebih
akurat. Suatu informasi geografis merupakan di mana suatu tempat
berada di permukaan bumi sekaligus informasi keterangan-keterangan
yang terdapat di dalamnya. Hal ini merupakan bagian dari analisis spasial
yang akan dikaji dalam penelitian ini.
b. Komponen Sistem Informasi Geografis
SIG merupakan sistem yang terintegrasi yang terdiri dari beberapa
komponen, seperti perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi
geografi dan manajemen.14

12
Ibid.
13
Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, (Yogyakarta:Ombak,
2013), hlm 2.
14
Eddy Prahasta, op.cit. hlm 58.
16
1) Perangkat keras
SIG menggunakan perangkat keras seperti komputer, mouse,
digitizer, printer, plotter dan scanner.
2) Perangkat lunak
Setiap subsistem yang dimiliki SIG (data input, data output, data
manajemen, data manipulasi dan analisis) diimplementasikan dengan
menggunakan perangkat lunak, yang terdiri dari beberapa modul.
3) Data dan informasi geografi
SIG mampu mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi
yang diperlukan baik dengan cara memindahkannya dari perangkat
lain atau dengan cara membuatnya sendiri.
4) Manajemen
Suatu hasil dari mengoperasian SIG akan berhasil ketika dilakukan
dengan manajemen yang bagus dan dengan keahlian yang dimiliki di
bidang ini.
Terdapat empat komponen SIG yang saling berkaitan, digunakan
perangkat keras sebagai alat yang dipakai dengan modul sebagai
panduan untuk mengolah data dan informasi geografi sebagai bahan
kajian sehingga menghasilkan data yang dibutuhkan. Pengolahan tersebut
diperlukan seorang ahli dengan manajemen yang baik agar hasil yang
diperoleh semakin akurat.
4. Abrasi
Laut merupakan medium yang tidak pernah berhenti bergerak, baik di
permukaan maupun di bawahnya. Laut memang banyak memberikan
manfaat bagi kehidupan. Air laut bisa diolah menjadi garam dan di sana
juga terdapat banyak ikan-ikan dan potensi lainnya yang bisa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain manfaat yang diberikan terdapat pula
dampak negatif yang ditimbulkan oleh laut seperti abrasi.
a. Pengertian Abrasi
Abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik gelombang laut
ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian
menghanyutkan rombakan tanah sepanjang lereng pantai dan akhirnya
17
diendapkan di laut. Makin besar kekuatan gelombang makin besar abrasi
dilakukan, semakin banyak rombakan tanah yang dihanyutkan. Secara
singkat, luas daratan yang terkena abrasi makin lama makin mengecil.15
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi
pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut penyebab
utama abrasi.16 “Menurut Seztifa Miyasyiwi mengemukakan bahwa
abrasi merupakan proses terjadinya pengikisan daratan oleh gelombang
sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas
daratan.”17
Sedangkan menurut Triatmodjo dalam karya Budin A. Hakim,
Suharyanto dan Wahju Krisna Hidajat mengemukakan bahwa abrasi
merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang
dapat mengancam garis pantai sehingga mundur ke belakang, merusak
tambak maupun lokasi persawahan yang berada di pinggir pantai dan
juga mengancam bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut,
baik bangunan yang difungsikan sebagai penunjang wisata maupun
rumah penduduk. Abrasi pantai didefinisikan sebagai mundurnya garis
pantai dari posisi asalnya.18
Banyaknya pengertian abrasi dapat disimpulkan bahwa abrasi
merupakan suatu pengikisan atau pengurangan daratan yang diakibatkan
oleh aktivitas gelombang laut, proses abrasi dapat berjalan secara
dinamis sehingga diperlukan penanggulangan khusus agar tidak terjadi
pengikisan daratan pesisir secara terus menerus.

15
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Antropogene, (Yogyakarta:Kanisius, 2014),
hlm 243.
16
http://www.bnbp.go.id/home/definisi, Definisi dan Jenis Bencana, (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana). Diakses pada Rabu, 14 Maret 2018, pukul 08.30 WIB.
17
Veranita Hadyanti dan Adjie Pamungkas, Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap Abrasi di
Pesisir Kabupaten Tuban, Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2, No. 2, 2013, hlm 114.
18
Budin A. Hakim, dkk., Efektivitas Penanggulangan Abrasi Menggunakan Bangunan Pantai
di Pesisir Kota Semarang, (Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan:Semarang, 2012), hlm 122
18
“Proses abrasi yang paling dominan disebabkan oleh kinerja
gelombang laut. Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara
sungai pada saat terjadi pasang surut muka laut. Abrasi akan semakin
besar, menuju daerah muara sungai, daerah teluk dan daerah tebing
yang curam. Boleh dikatakan, bentuk pantai dapat menggambarkan
besaran gelombang yang membentur daratan.”19
“Menurut Anugerah Nontji menjelaskan bahwa gelombang yang
terhempas ke pantai melepaskan energinya. Semakin tinggi gelombang,
makin besar tenaganya memukul ke pantai.”20 Aktivitas gelombang laut
yang menghempas daratan pesisir, kemudian membawa pasir-pasir
menuju laut. Pasir tersebut akan sulit kembali dan mengendap di laut,
maka semakin lama daratan pesisir akan habis. Untuk mengetahui berapa
luasan yang berkurang setiap tahunnya, dapat dilihat pada formulasi
berikut.21

∆L = Tingkat perubahan area


Lt1 = Wilayah pengamatan awal
Lt2 = Daerah di tahun observasi selanjutnya
∆t = Selisih tahun observasi

b. Faktor-faktor Penyebab Abrasi


Abrasi memberikan pengaruh besar pada wilayah pesisir. Abrasi
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini.:
1) Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin
2) Pasang surut yang disebabkan oleh adanya daya tarik benda-benda
angkasa
3) Pola arus laut akibat pengaruh pola sirkulasi arah kecepatan angin.22
Selain itu, abrasi dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni oleh faktor
alami dan faktor manusia. Berikut ini penjelasannya :

19
Sukandarrumidi, op cit, hlm 245.
20
Anugerah Nontji, Laut Nusantara, (Jakarta:Djembatan, 2005), hlm 89.
21
Sodikin, dkk., Spatial analysis of mangrove deforestation and mangrove rehabilitation
directive in Indramayu Regency, West Java, Indonesia, (AACL Bioflux, 2017, volume 10, Issue
6), hlm 1654.
22
Ricky Shuhenry, Abrasi Pantai Wilayah Pesisir Kota Bengkulu : Analisis Faktor Penyebab
dan Konsep Penanggulangannya, Tesis Universitas Dipenogoro, Semarang, 2004, hlm 13.
19
a) Faktor alami
(1) Kenaikan muka air laut yang secara perlahan relatif terhadap
daratan terjadi di banyak tempat di dunia.
(2) Perubahan asupan sedimen ke Littoral Zone. Perubahan pola
cuaca bumi yang menyebabkan kemarau dapat menyebabkan
menurunnya debit dari air sungai yang membawa sedimen ke
pantai.
(3) Gelombang besar pada saat badai. Gelombang yang curam (steep
wave) akibat badai menyebabkan berpindahnya pasir dari pantai
ke arah laut dan disimpan sebagai sand bar yang pada proses
alami yang lama akan dikembalikan ke pantai.
(4) Overwash adalah fenomena yang terjadi pada saat storm surge
terjadi dan pada saat terjadi gelombang besar. Gelombang akan
menyapu pantai dan memindahkan pasir ke arah daratan.
(5) Deflasi yakni pemindasan material lepas dari pantai akibat angin
dapat menyebabkan abrasi secara signifikan.
(6) Angkutan sedimen sejajar pantai (Longshore Sediment
Transport). Pasir ditransportasikan (diangkut) sejajar pantai oleh
gelombang yang pecah yang mendekati pantai dengan arah tidak
tegak lurus pantai.
(7) Pemisahan partikel sedimen pantai yang menghasilkan distribusi
baru dari partikel-partikel sedimen di sepanjang pantai sesuai
dengan ukurannya. Partikel-partikel kecil akan terbawa oleh
gelombang. 23
Faktor alami terjadi karena fenomena alam yang tidak
dikehendaki oleh perilaku manusia namun ini terjadi karena kehendak
alam sendiri sehingga membuat abrasi tidak terhindarkan. Manusia
diharuskan untuk meminimalisir hal yang akan terjadi dan diharuskan
untuk membuat perencanaan untuk menanggulanginya.

23
Harman Ajiwibowo, dan Nita Yuanita, Model Fisik Pengamanan Pantai, (Bandung : ITB,
2011), hlm 17.
20
b) Faktor manusia
(1) Penurunan daratan akibat dikeluarkannya material dari perut
bumi. Pengeluaran sumber daya alami, seperti gas, minyak,
batubara dan air tanah yang berada di daerah pantai dapat
menyebabkan turunya daratan pantai.
(2) Pengurangan suplai sedimen ke pantai. Pada beberapa daerah,
suplai sedimen dari sungai menjadi sumber utama material.
Pembangunan bendungan di sungai akan menyebabkan
terperangkapnya sedimen di hulu sungai dan juga mengurangi
debit banjir yang pada akhirnya akan mengurangi suplai sedimen
ke pantai sehingga akan terjadi abrasi.
(3) Pemusatan energi gelombang di pantai. Bangunan-bangunan di
pantai (seperti dinding vertikal), dapat meningkatkan jumlah
energi gelombang yang harus diredam oleh pantai di depan
struktur sehingga dapat meningkatkan laju abrasi.
(4) Peningkatan variasi elevasi muka air. Pendalaman dan pelebaran
alur masuk pada inlet dapat memberikan pengaruh yang
merugikan karena dapat mempengaruhi rentang pasang surut di
kolam pelabuhan dan dapat menyebabkan gelombang yang lebih
tinggi masuk.
(5) Merubah pelindung pantai alami. Pengerukan di nearshore bar
dan daerah-daerah dangkal di dekat pantai dapat merubah pola
disipasi energi di pantai. Bila perubahan yang terjadi
menyebabkan meningkatnya energi gelombang yang datang,
abrasi dapat terjadi.
(6) Pengangkutan material dari pantai. Terjadi di banyak tempat.
Material ini seringkali digali untuk mendapatkan mineral yang
terkandung di dalamnya dan di tempat yang lain digunakan untuk
keperluan konstruksi seperti pengurukan. 24
Selain itu, abrasi pantai yang disebabkan oleh manusia terjadi
karena hal berikut ini :

24
Ibid, hlm 18.
21
(1) Perusakan perlindungan pantai alami (penebangan bakau,
pemanen terumbu karang, pengambilan pasir dll).
(2) Perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat
pembuatan bangunan pantai (jetty, pemecah gelombang,
pelabuhan, tembok ke arah laut dll).
(3) Perubahan suplai sedimen dari daratan (perubahan aliran sungai,
pembuatan bendungan di hulu sungai dll).
(4) Perubahan gaya gelombang yang mengenai pantai.
(5) Pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai.25
Faktor manusia merupakan suatu tindakan yang dikehendaki.
Kegiatan manusia di wilayah pesisir walaupun dilakukan untuk
kebutuhan sehari-hari namun terkadang mengganggu kelestariannya
sehingga diperlukan usaha untuk menyadarkan dan memperbaiki pola
pikir mengenai pentingnya menjaga keseimbangan alam.
c. Dampak Abrasi
Beberapa perubahan kenampakan alam dan fungsi merupakan
dampak abrasi yang terjadi sepanjang pantai, antara lain sebagai
berikut :
1) Luas daratan atau pulau berkurang. Apabila hal ini terjadi, akan
berdampak pada keterbatasan pengadaan lahan untuk pertanian,
permukiman dan dermaga.
2) Topografi pantai menjadi terjal sehingga mengurangi tempat
pendaratan kapal nelayan.
3) Tiang dermaga sedikit demi sedikit terkikis atau mengalami korosi
sehingga memperpendek usia dermaga dan akhirnya tidak layak
untuk difungsikan.
4) Rusaknya tanggul pantai, bagian dasar tanggul terabrasi, terkikis
dan akhirnya tanggul tidak berfungsi lagi karena roboh.
5) Berubahnya fungsi pantai, yang semula merupakan kawasan wisata
terpaksa dialihfungsikan menjadi hutan lindung. 26

25
Salamun, Penanganan Abrasi Pantai Pasir Mayang, Berkala Ilmiah Teknik Keairan No. 1
(Juni, 2006), hlm 39.
26
Sukandarrumidi, op.cit. hlm 246.
22
Dampak Abrasi akan semakin meluas ketika tidak dilakukan
penanggulangan. Daerah yang sudah terkena abrasi yang sudah terjadi
akan sulit untuk kembali seperti semula. Hal tersebut akan
mengakibatkan kerugian kepada penduduk sekitar salah satunya
adalah kehilangan tempat tinggalnya karena daratan akan semakin
berkurang.
d. Tindakan dan Pencegahan Terjadinya Abrasi
Berikut ini adalah tindakan yang harus dilakukan ketika abrasi
sudah terjadi :
1) Jika terjadi di pantai tanpa permukiman dapat diantisipasi dengan
membuat tanggul sederhana dan karung yang berisi pasir dan
ditempatkan di sepanjang pantai yang diterjang ombak.
2) Jika terjadi di pantai yang berpenduduk atau berdekatan dengan
aktivitas warga.
a) Pastikan mengevakuasi terlebih dahulu warga sekitar
b) Kemudian beri penanda tempat yang mudah longsor akibat
abrasi.
c) Memperkuat tepian pantai dengan tanggul alami dari karung
berisi pasir atau material padat lainnya.
d) Jika pantai telah mengalami kerusakan, akan dibuat
talud/tanggul atau pemecah ombak (jetty).27
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan tersebut dapat
meminimalisir abrasi yang terjadi sehingga penduduk dapat
terselamatkan. Di samping itu, diperlukan pengarah untuk
mengarahkan penduduk mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan.
Selain itu, diperlukan adanya pencegahan abrasi. Hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pelestarian terumbu karang
2) Melestarikan tanaman bakau/mangrove
3) Melarang penggalian pasir pantai
27
M. Isa Ramadhan, Buku Panduan Pencegahan Abrasi Pantai, Jurusan Pendidikan geografi,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, hal 3.
23
4) Pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi akan dibuatkan
pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari
terjangan ombak tindakan ini sering juga disebut tindakan
pencegahan secara teknis.28
Menjaga keseimbangan alam perlu dilakukan, sebagai manusia
yang menghargai alam seharusnya tidak hanya memakai isi alam
tersebut namun diharuskan memiliki sikap bertanggungjawab. Laut
memiliki banyak potensi yang dapat digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Banyaknya keuntungan yang diberikan oleh laut juga
dapat menimbulkan kerugian tersendiri, baik yang ditimbulkan secara
alami ataupun buatan.
Pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan oleh manusia
merupakan hal yang seharusnya ditanamkan di dalam diri sehingga
dapat menimbulkan suatu rasa tanggungjawab untuk melestarikannya.

5. Pantai
Pantai merupakan potensi wisata bahari yang sangat indah, banyak
manusia yang menyukai pantai. Mereka datang mengunjungi pantai untuk
beristirahat dan menghibur diri dari hiruk-pikuknya keadaan kota. Pantai
juga memberikan mata pencaharian pada penduduk. Mereka yang berjualan
dan ada pula menawarkan jasa bermain wahana. Tidak sedikit manfaat yang
diberikan oleh pantai, namun alam dan manusialah yang mengubah manfaat
tersebut menjadi hal yang berguna atau bahkan menimbulkan bencana.
a. Pengertian Pantai
Berikut ini adalah pengertian pantai menurut beberapa ahli:
1) Solihuddin
Pantai merupakan bagian wilayah pesisir yang bersifat dinamis,
artinya ruang pantai (bentuk dan lokasi) berubah dengan cepat sebagai
respon terhadap proses alam dan aktivitas manusia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamisnya lingkungan pantai di antaranya adalah
iklim (temperatur, hujan), hidro-oseanografi (gelombang, arus,
pasang-surut), pasokan sedimen (sungai, erosi pantai), perubahan

28
Ibid, hlm 4.
24
muka air laut (tektonik, pemanasan global) dan aktivitas manusia
seperti reklamasi pantai dan penambangan pasir.29
2) M.S.Wibisono
Daerah pinggir laut atau wilyah darat yang berbatasan langsung
dengan bagian laut disebut pantai. Pantai juga bisa didefinisikan
sebagai wilayah pertemuan antara daratan dan lautan.30
3) Coastal Engineering Research Center (CERC)
Pantai ialah jalur sempit daratan pada pertemuan dengan laut,
meliputi daerah di antara garis air tinggi dan garis air rendah.31
4) Snead
Pantai merupakan jalur daratan yang membatasi tubuh perairan
yang kadang-kadang tergenang oleh pasang surut atau gelombang.32
5) Komar
Pantai yaitu jalur daratan yang membatasi tubuh perairan, baik
daratan itu berupa batuan padu atau sedimen lepas.33
Dapat disimpulkan bahwa pantai merupakan daerah yang berbatasan
langsung dengan laut. Pada daerah ini dipertemukan langsung pengaruh
dari laut. Pantai sering dijadikan sebagai tempat wisata. Pantai memiliki
keindahan tersendiri yang diidentikkan dengan adanya pasir dan karang.
Menurut Sastroprawiro dalam skripsi Ardi Herdian Purwadinata
menyatakan bahwa terdapat tiga utama bagian pantai yaitu :
1) Beach (daerah pantai). Daerah yang langsung mendapat pengaruh air
laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
2) Shoreline (garis pantai). Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris
dan relatif merupakan batas antara daerah yang dapat dicapai air laut
dan yang tidak bisa.

29
Tb Solihuddin, Karakteristik Pantai dan Proses Abrasi Di Pesisir Padang Pariaman,
Sumatera Barat, Globe Volume 13 No. 2, Desember 2011, hlm 114.
30
M.S.Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta:UI-Press, 2011), Edisi 2, hlm. 38.
31
Purwanto, dkk., Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial
Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung, Jurnal Pendidikan Geografi, Th 20,
No. 1, Januari 2015, hlm 13.
32
Ibid.
33
Ibid.
25
3) Coast (pantai, pesisir). Daerah yang bersekatan dengan laut dan masih
mendapat pengaruh dari air laut.34
b. Karakteristik Pantai
Pantai merupakan sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir yang
letaknya berada di pesisir laut. Menurut Snead dan Coastal Engineering
Research Center (CERC) dalam Purwanto dkk mengemukakan bahwa
garis batas antara barat dan permukaan laut disebut sebagai garis pantai
(shoreline). Garis pantai menandai interaksi antara muka laut dan daratan
yang bergeser naik dan turun sesuai dengan pasang dan surut.35
Berdasarkan konsep tentang pantai tersebut, dapat diketahui bahwa
pantai memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Pantai berhubungan langsung dengan laut.
2) Pantai berkedudukan di antara garis air tinggi dan garis air rendah.
3) Pantai dapat terjadi dari material padu, lepas dan lembek.
4) Pantai yang bermaterial lepas dengan ukuran krikil atau pasir disebut
gisik (beach).
5) Pantai dapat berelief rendah (datar, berombak atau bergelombang)
namun dapat pula berelief tinggi (berbukit atau bergunung).
6) Pantai secara genetik dapat berasal dari bentukan marin, organik,
vulkanik, tektonik, fluviomarin, denudasional atau solusional. 36
Daerah pantai berbeda dengan daerah yang lainnya. Pantai dapat
berubah secara terus-menerus karena aktivitas gelombang selalu berjalan
dengan dinamis. Pantai memiliki keindahan tersendiri yakni berpasir dan
berkarang. Tak jarang juga sebuah pantai memiliki ciri yang khas dengan
pantai yang lainnya.
c. Bentuk Pantai
Bentuk pantai dapat dibedakan berdasarkan materi penyusun dan
juga bentuk tipe yang dapat menentukan jenis vegetasi yang tumbuh
di areal tersebut. Berikut ini penjelasannya.

34
Ardi Herdian Purwadinata, Prediksi Laju Abrasi Dengan menggunakan Citra Satelit di
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB, 2013, hlm 3.
35
Ibid, hlm 13.
36
Purwanto, dkk , op.cit. hlm 13-14.
26
1) Berdasarkan materi penyusun pantai
a) Pantai berbatu
Dinding pantainya terjal yang langsung berhubungan dengan
laut dan sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang.
b) Pantai berpasir
Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi,
gelombang, pengendapan sedimen dan material organik.
Mineral penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal
dari daratan yang terbawa aliran sungai atau berasal dari daratan
di belakang pantai tersebut.
c) Pantai berlumpur
Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara sungai
yang ditumbuhi oleh hutan mangrove, energi gelombang
terdisipasi oleh hutan mangrove dan berlumpur. Pantai tipe ini
relatif mudah berubah bentuk, mengalami deformasi dan
tererosi.37
2) Berdasarkan bentuk tipe dan dapat menentukan jenis vegetasi yang
tumbuh di areal tersebut.
a) Pantai pasir, dapat ditemui jenis-jenis tanaman menjalar
Ipomoea pes caprae serta Spinifex littoreus (rumput lari).
Kondisi seperti ini dapat dijumpai di pantai utara jawa.
b) Pantai pasir lumpur, terutama di wilayah teluk dengan perairan
relatif lebih tenang. Bisa dijumpai formasi mangrove terutama
dari jenis Rhizophora sp.
c) Pantai pasir karang, bisa dijumpai jenis-jenis cemara laut
(Casuarina equisetifolia), waru laut (Hibiscus tiliaceus), kingkit
(Triphasia trifolia). Jenis pantai dengan formasi ini dapat
dijumpai di pantai Pulau Rambut (kepulauan Seribu).
d) Pantai karang, bsa dijumpai jenis-jenis seperti Pidada
(Sonneratia alba).

37
Ardi Herdian Purwadinata, op.cit. hlm 4.
27
e) Pantai berbatu, bisa dijumpai formasi Barringtonia. Contohnya
di bagian selatan dari Pulau Karimun Kecil (Kepulauan Riau)
dan Pantai Tikus (Pulau Bangka).
f) Pantai curam, bisa dijumpai di Pangandaran (pantai selatan Jawa
Barat), sebagian pantai Bengkulu, pantai Karang Bolong di
pantai selatan Jawa Tengah, pantai Teluk Sape di Sumbawa dan
Fyord di Skandinavia. 38
Setiap pantai memiliki suatu ciri khas masing-masing. Macam-
macam bentuk pantai membuat pantai menjadi beragam dan
diperlukan usaha untuk melestarikannya agar keindahannya tidak
hilang dihantam oleh gelombang. Sebagai wilayah batasan antara
daratan dan lautan, pantai memiliki keunikan ekosistem. Kawasan
yang memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan serta
sebagai lahan untuk mencari nafkah.
B. Hasil Penelitian yang relevan
Penulis telah menelaah beberapa hasil kajian penelitian sebelum melakukan
penelitian terhadap masalah yang didapatkan yaitu mengenai Pemodelan
Spasial Tingkat Abrasi di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Seperti yang terdapat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
Nama Judul
No Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian
1. Sodikin39 Analisis Hasil penelitian ini Persamaan Perbedaan
Abrasi adalah ada dengan dengan
Dengan perbedaan garis penelitian ini penelitian ini
Menggunakan pantai yang adalah untuk adalah
Teknologi signifikan, mulai mengetahui melakukan
Penginderaan dari citra tahun tingkat abrasi prediksi
Jauh (Studi 1999-2014. yang terjadi abrasi yang
Kasus di Perubahan garis dengan akan terjadi
Pantai pantai tersebut memanfaatkan pada tahun
Bahagia menunjukkan teknologi yang 2031.
Kecamatan bahwa di Desa mudah, cepat
Muara Pantai Bahagia dan akurat.
Gembong telah terjadi
Kabupaten peristiwa abrasi

38
M.S.Wibisono, op.cit. hlm 39 – 40.
39
Sodikin, op.cit., hlm 7-8.
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bekasi) dengan tingkat
tinggi sebesar
1.269,5 ha dan
akresi sebesar 24,37
ha.
.2 Buddin A. Efektivitas Hasil penelitian ini Persamaan Perbedaan
Hakim, Penanggulang adalah wilayah dengan dengan
Suharyanto an Abrasi pesisir mempunyai penelitian ini penelitian ini
dan Wahju Menggunakan potensi yang bersar adalah untuk adalah hanya
Krisna Bangunan terhadap adanya mengetahui menggunaka
Hidajat40 Pantai di abrasi karena salah luasan abrasi n satu
Pesisir Kota satunya dipengaruhi sehingga dapat software
Semarang oleh manusia diketahui dan yaitu Er
terhadap ditetapkan Mapper 7.0
penanganan penanggulang
wilayah pesisir. an nya
Dari pemodelan
dengan
menggunakan
software CERDAS
2.01 didapatkan
terjadinya abrasi
dan akresi di lokasi
penelitian pada
tahun 2015 dan
2020.
3 Ardi Prediksi Laju Hasil penelitian ini Persamaan Perbedaan
Herdian Abrasi dengan adalah terlihat pola dengan dengan
Purwadinat Menggunakan perubahan garis penelitian ini penelitian ini
pantai sedikit demi
a41 Citra Satelit di adalah untuk adalah fokus
sedikit mengalami
Kabupaten perubahan. megidentifikas dilakukan
Tangerang Pengurangan i perubahan pada satu
Provinsi daratan yang garis pantai daerah.
Banten dipengaruhi oleh dengan
abrasi berbanding memakai
lurus dengan waktu. teknologi
Perubahan tersebut
penginderaan
tidak lepas dari
faktor-faktor yang jauh dan
mempengaruhi memprediksi
abrasi yaitu laju abrasi di
keberadaan sepanjang
bangunan pantai wilayah
dan keberadaan pesisir.
mangrove sebagai
ekosistem di
wilayah pesisir

40
Budin A. Hakim, dkk., op.cit. hlm 127.
41
Ardi Herdian Purwadinata, op,cit. hlm 14.
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
pantai. Dari hasil
peta yang ada,
dapat dilihat tidak
semua daerah
pesisir mengalami
abrasi .

C. Kerangka Berpikir
Desa Caringin merupakan salah satu desa di Kecamatan Labuan yang
sebagian wilayahnya berada di pinggir pantai. Banyak penduduk yang
bertempat tinggal di wilayah pesisir. Pantai Caringin merupakan pantai yang
mengalami abrasi. Pemukiman yang kini semakin dekat dengan pantai
membuat penduduk semakin khawatir akan kehilangan tempat tinggalnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan abrasi, yakni dari segi aktivitas
alam dan manusia yang dibedakan ke dalam aspek fisik, sosial dan ekonomi.
Aspek fisik tersebut di antaranya adanya Badai Dahlia yang menerjang wilayah
Banten, terjadi penyusutan daratan, adanya gelombang yang besar, pasir yang
terbawa oleh gelombang, pemukiman warga semakin dekat dengan garis pantai
dan tidak adanya vegetasi mangrove yang ditanam. Aspek sosial penduduk
yang menyebabkan abrasi yaitu perilaku pengambilan pasir, karang dan rumput
laut yang dilakukan dengan tanpa pertanggungjawaban. Aspek yang lainnya
adalah ekonomi penduduk membuka lahan berdagang di pantai serta
membuang sampah dan sisa makanan yang didagangkan ke laut. Dari aktivitas
tersebut telah menyebabkan abrasi yang semakin meningkat.
Penelitian ini mencoba melakukan pemodelan spasial dari tahun 2004-2017
sehingga akan diperoleh prediksi laju abrasi pada tahun 2031 di Pantai
Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten. Selain itu dibahas pula mengenai dampak yang ditimbulkan dari abrasi
sehingga penduduk dapat mengetahui dan memberikan informasi agar
berperilaku baik terhadap lingkungan pesisir. Kerangka pemikiran rencana
penelitian ini terlihat pada alur penelitian yang disajikan pada Gambar 2.1
30

Aktivitas Alam dan Manusia

Fisik Sosial Ekonomi


1. Adanya Badai Dahlia 1. Perilaku 1. Membuka lahan
2. Terjadi penyusutan pengambilan pasir berdagang di
daratan 2. Perilaku pantai
3. Adanya gelombang yang pengambilan karang 2. Membuang
besar 3. Perilaku pengambil sampah dan sisa
4. Pasir yang terbawa oleh rumput laut makanan yang
gelombang didagangkan ke
5. pemukiman warga laut
semakin dekat dengan
garis pantai
6. Tidak adanya vegetasi
mangrove yang ditanam

Abrasi

Model Spasial Abrasi Tahun 2004 - 2017

Prediksi Tahun 2031 Pencegahan

Gambar 2.1 Alur Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu pantai yakni Pantai Caringin Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Secara geografis, Desa Caringin terletak antara 6°35’86.86” Lintang Selatan
dan 105°82’92.97” Bujur Timur. Adapun peta lokasi penelitian seperti
terlihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu bulan,
terhitung dari bulan Januari 2018 sampai bulan Oktober 2018. Adapun
waktu penelitian ini terlihat pada Tabel 3.1

31
32
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Jenis Waktu
No
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu Sep Okt
1. Observasi
Pra
Penelitian
2. Penyusunan
BAB I
3. Penyusunan
BAB II
4. Penyusunan
BAB III
5. Penyusunan
BAB IV
6 Penyusunan
BAB V
7 Editing
Penyusunan
Laporan

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode gabungan atau kombinasi (mixed
methods) yaitu gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif di dalam satu
penelitian. Gabungan dari kedua metode penelitian ini digunakan untuk
memperoleh informasi yang lengkap. Melalui metode kuantitatif dapat dilihat
suatu perbandingan, hubungan dan penyederhanaan variabel. Kemudian hasil
dari metode kuantitatif dibuktikan dengan metode kualitatif yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman mendalam pada suatu masalah. Kedua
gabungan metode penelitian tersebut disebut dengan metode penelitian
kombinasi. “Metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang
mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode
kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam satu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan
obyektif.”1
Metode kombinasi dalam penelitian ini menggunakan sequential model
yaitu suatu prosedur penelitian di mana peneliti mengembangkan hasil
penelitian dari satu metode dengan metode lain. Model sequential (model
secara berurutan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sequential

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), (Bandung, Alfabeta2017), hlm 404.
33
Explanatory Design. Cirinya adalah pengumpulan data dan analisis data
kuantitatif pada tahap pertama dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis
data kualitatif pada tahap kedua, untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif
yang dilakukan pada tahap pertama.2
Metode yang dominan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yang
digunakan untuk menghitung luas wilayah yang terkena abrasi dan melakukan
prediksi pada tahun 2031. Kemudian, metode kualitatif dijadikan sebagai
metode pelengkap yakni melakukan wawancara kepada masyarakat mengenai
benar atau tidak wilayah tersebut terjadi abrasi.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah wilayah Desa Caringin dan sampelnya adalah
pantai di sepanjang Desa Caringin yang mengalami abrasi dan tidak abrasi.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.3 Variabel dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Variable independent atau sering disebut variable stimulus, predictor,
antecedent merupakan variabel bebas yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 4 Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah jarak dari sungai, jarak
dari jalan, kepadatan penduduk dan vegetasi.
2. Variable Dependent atau sering disebut sebagai variabel output, kriteria dan
konsekuen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.5 Dalam penelitian ini, yang menjadi
variabel terikat adalah garis pantai.

2
Ibid, hlm 409.
3
Ibid, hlm 63..
4
Ibid, hlm 64.
5
Ibid.
34

E. Alat dan Bahan


1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Laptop
b. Aplikasi Er Mapper 7.0 dan ArcGis 10.1
c. IBM SPSS Statistic 20
d. GPS Essentials
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Citra landsat perekaman 7 tahun 2004 dan 2010
b. Citra landsat 8 perekaman tahun 2017
c. Data shape file (Shp)
F. Data dan Perangkat Lunak
Penelitian ini menggunakan data satelit citra landsat perekaman tahun 2004
dan 2017 yang dapat dibuka melalui link http://earthexplorer.usgs.gov/ dan
untuk mengolah data citra tersebut peneliti menggunakan perangkat lunak
yakni Er Mapper 7.0 dan ArcGis 10.1

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Pengumpulan data citra
Data citra akan diperoleh dari web USGS Explorer dengan link
http://earthexplorer.usgs.gov/ dengan cara download. Selanjutnya akan
dilakukan interpretasi citra. Citra yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah
citra landsat 7 tahun 2004 dan tahun 2010, citra landsat 8 tahun 2017.
Adapun data yang dibutuhkan adalah :
a. Garis Pantai
b. Jarak dari sungai
c. Jarak dari jalan
d. Kepadatan penduduk
e. Vegetasi
2. Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk melakukan
pengamatan secara langsung mengenai perubahan daratan yang terjadi yang
35
diakibatkan oleh abrasi. Observasi berasal dari kata observation yang berarti
pengamatan. Metode ini dilakukan dengan cara mengamati perilaku,
kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. Kemudian
mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi.6 Observasi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Oservasi partisipatif ini digolongkan menjadi empat :
1) Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2) Partisipasi moderat yaitu dalam mengumpulkan data, peneliti ikut
observasi partisipatif di beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya.
3) Partisipasi aktif yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh
narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.7
b) Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, dalam pengumpulan data peneliti peneliti menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.
Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang dalam observasi.
Hal ini digunakan untuk menghindari jika suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan.8
c) Observasi tidak berstruktur
Fokus observasi dalam jenis ini dapat dikatakan belum jelas karena
dapat berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi
tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.9
Sebelum penelitian dimulai, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu
ke tempat yang menjadi kajian penelitian yaitu Pantai Caringin Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

6
Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif, (FPTK IKIP
Veteran Semarang, Vol : XX, No :1, Maret 2013), hlm 84.
7
Sugiyono, op.cit, hlm 310-311.
8
Ibid, hlm 312.
9
Ibid
36
Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan dengan jenis
partisipasi pasif. Peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan.
Peneliti melakukan observasi pra penelitian dengan menggunakan kisi-kisi
yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Kisi-kisi Observasi Pra Penelitian Pemodelan Spasial Abrasi di
Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten
No Aspek
a. Ekonomi 1) Berdagang
1) Perilaku pengambilan pasir
b. Sosial 2) Perilaku pengambilan karang
3) Perilaku pengambil rumput laut
1) Gelombang
2) Pesisir
3) Pasir
c. Fisik 4) Karang
5) Garis Pantai
6) Vegetasi mangrove
7) Vegetasi pohon kelapa

3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.10 Pada dasarnya wawancara merupakan proses tanya jawab
yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi baik itu
memakai pedoman atau bisa juga tidak, sebagai teknik pengumpulan data,
wawancara dilakukan melalui interaksi dan komunikasi untuk mengungkap
tentang sikap, pengakuan, dan pengalaman. Wawancara terbagi ke dalam
beberapa jenis, yaitu :
a) Menurut prosedurnya
1) Wawancara bebas adalah proses wawancara di mana interview tidak
secara sengaja mengarahkan Tanya jawab pada pokok-pokok
persoalan dari fokus penelitian dan orang yang diwawancarai.

10
Ibid, hlm 316.
37
2) Wawancara terpimpin adalah wawancara yang menggunakan pandua
pokok-pokok masalah yang diteliti.
3) Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara wawancara
bebas dan terpimpin. Dibuatkan pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, kemudian ketika wawancara berlangsung maka harus pandai
mengarahkan narasumber agar tidak menyimpang dalam
pembahasan.11
b) Menurut sasaran penjawabannya
1) Wawancara perorangan adalah apabila proses tanya jawab tatap muka
itu berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan yang
diwawancarai.
2) Wawancara kelompok adalah berlangsung secara dua orang atau lebih
pewawancara menghadapi yang diwawancarai sebanyak dua orang
atau lebih juga.12
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung
dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan di mana
wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang
didapat dari observasi. Wawancara ini ditujukan kepada pemerintahan Desa
Caringin, UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL)
Kementrian Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten dan sebagian
penduduk Desa Caringin. Adapun kisi-kisi wawancara yang digunakan
pada penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 3.3

11
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2016), hlm 84-85.
12
Ibid.
38
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara Penelitian Pemodelan Spasial Abrasi di Pantai
Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten
Dimensi No
Variabel Indikator Variabel
Variabel Soal
a. Nama, usia dan
pekerjaan penduduk 1
1. Identitas
Penduduk Desa Caringin
Penduduk
b. Waktu tinggal di Desa
2
Caringin
c. Perbedaan pantai dulu
Gelombang laut 3
dengan sekarang
yang tinggi 2. Keadaan
d. Jarak air laut ke 4
mengakibatkan pantai
daratan ketika terjadi
daratan berkurang
pasang
e. Perilaku mengambil 5
pasir
f. Perilaku mengambil 6
karang
3. Perilaku
g. Perilaku mengambil 7
Tindakan Penduduk
rumpu laut
Penduduk yang dan
h. Membuka lahan 8
merusak pantai dan pencegahan
untuk berdagang
penanganannya yang
dilakukan i. Pembuangan limbah 9
dagangan
j. Penanaman vegetasi 10
mangrove
k. Program pemerintah 11
4. Ground check
Ground check ini dilakukan untuk membuktikan hasil dari pengolahan
data. Proses ini dilakukan langsung ke lapangan dengan tujuan untuk
melihat langsung kebenaran antara hasil interpretasi yang telah diperoleh
dengan data di lapangan. Tahap ini dilakukan dengan pengambilan sampel
di lapangan menggunakan GPS.
H. Uji Validitas Instrumen Wawancara
Hasil penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk
mengatasi keraguan, maka diperlukan mekanisme pengujian keabsahan data
sehingga dapat menjamin bahwa hasil penelitian ini tepat berdasarkan
informasi dari narasumber di lapangan. Memvalidasi hasil penelitian berarti
peneliti menentukan akurasi dan kredibilitas hasil melalui strategi yang tepat,
39
seperti melalui member checking atau triangulasi. Triangulasi data berarti
menggunakan bermacam-macam data, menggunakan lebih dari satu teori,
beberapa teknik analisa dan melibatkan lebih banyak peneliti. Member
checking berarti bahwa data hasil wawancara kemudian dikonfrontasikan
kembali dengan partisipan yang harus membaca, mengoreksi atau memperkuat
ringkasan hasil wawancara yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan auditing
13
menunjukkan peranan para ahli dalam memperkuat hasil penelitian. Hasil
tersebut akan maksimal ketika peneliti melakukan penelitian dengan
menggunakan bahasa yang baik dan menuliskan ringkasan penelitiannya
dengan bahasa yang mudah dimengerti. Dalam hal ini, peneliti harus memiliki
kemampuan berbahasa yang baik. Dengan bahasa kita mengungkapkan diri,
menilai oranglain dan memahami dunia melalui arti kehidupan.14
Hal lain yang menentukan validitas hasil penelitian adalah kredibilitas
peneliti. Apakah peneliti memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bidang
penelitiannya? Apakah peneliti benar-benar memiliki kompetensi? Faktor lain
yang menentukan kredibilitas peneliti adalah kualitas bahan pendukung yang
digunakan seperti buku, jurnal yang dapat memperkaya hasil dan menjamin
kredibilitas hasil.15
Agar tidak ada keraguan dalam penelitian, perlu dilakukan pengujian
keabsahan hasil penelitian. Menurut Moleong dalam Burhan Bungin terdapat
beberapa teknik pemeriksaan data kualitatif, seperti terlihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Teknik Pemeriksaan Data Kualitatif Moleong16
Kriteria Teknik Pemeriksaan
Kredibilitas (derajat kepercayaan) 1) Perpanjangan keikutsertaan
2) Ketekunan pengamatan
3) Triangulasi
4) Pengecekan sejawat
5) Kecukupan referensial
6) Kajian kasus negatif
7) Pengecekkan anggota

13
Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya), (Jakarta:PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hlm 133-134
14
Ibid, hlm 87
15
Ibid, hlm 135.
16
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial Lainnya), (Jakarta:Prenada Media Group, 2007), hlm 262-267.
40
Tabel 3.4 (Lanjutan)
Kepastian 1) Uraian rinci
Kebergantungan 2) Audit kebergantungan
Kepastian 3) Audit kepastian
1. Perpanjangan keikutsertaan merupakan kehadiran peneliti dalam setiap
penelitian membantu memahami semua data yang dihimpun dalam
penelitian, karena itu hampir dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah
orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi.
2. Menemukan siklus kesamaan data yaitu ketika peneliti menguji keabsahan
data penelitiannya dengan informasi yang baru dan apabila tetap sama
dengan informasi data sebelumnya maka sudah ditemukan siklus kesamaan
data.
3. Ketekunan pengamatan yaitu penelitian yang tidak hanya mengandalkan
kemampuan pancaindera namun diperlukan juga ketekunan peneliti.
4. Triangulasi
Mengacu pada Denzin pelaksanaan triangulasi memanfaatkan peneliti,
sumber, metode dan teori.
a) Triangulasi kejujuran peneliti
Dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas dan kemampuan
merekam data oleh peneliti di lapangan.
b) Triangulasi dengan sumber data
Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang
berbeda.
c) Triangulasi dengan metode
Dilakukan untuk melakukan pengecekkan terhadap penggunaan
metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan
metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil
observasi sama dengan informasi yang diberikan ketika di-interview.
d) Triangulasi dengan teori
Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan
pembanding.
41
5. Pengecekkan melalui diskusi
Diskusi akan memberikan informasi yang berarti kepada peneliti sebagai
upaya untuk menguji keabsahan hasil penelitian. Bertujuan untuk
menemukan kebenaran hasil penelitian serta mencari titik-titik kekeliruan
interpretasi dengan klarifikasi penafsiran dari pihak lain.
6. Kajian kasus negatif
Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak
sesuai dengan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding.
7. Pengecekkan anggota tim
Pada prinsipnya adalah konfirmasi langsung dengan kelompok anggota
tim yang terlibat pada saat penelitian dengan cara mengonfirmasi ikhtisar
hasil wawancara.
8. Kecukupan referensi
Hal ini dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang telah
dilakukan baik referensi yang berasal dari orang lain maupun yang diperoleh
selama penelitian.
9. Uraian rinci
Suatu upaya untuk memberi penjelasan kepada pembaca dengan
menjelaskan yang serinci-rincinya. Suatu temuan yang bik akan dapat
diterima orang apabila dijelaskan dengan terperinci, logis dan rasional.
10. Auditing
Konsep manajerial yang dilakukan secara ketat dan dimanfaatkan untuk
memeriksa ketergantungan dan kepastian data.
I. Pengolahan Data Penginderaan Jauh
Dengan menggunakan perangkat lunak Er Mapper 7.0 dan ArcGis 10.1 citra
landsat akan diolah baik secara digital maupun visual. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut17 :
a) Pemotongan citra (Cropping)
Pemotongan citra atau cropping dilakukan karena citra awal yang didapat
memiliki cakupan area yang terlalu luas. Bertujuan agar pengolahan data
17
Sodikin, Modul Pembelajaran Penginderaan Jauh : Petunjuk Teknis Pengolahan Citra
Landsat Dengan Er Mapper 7.0, (Pendidikan IPS, 2017), hlm 3.
42
menjadi lebih mudah, efektif dan efisien karena area citra baru menjadi
lebih kecil yang dilakukan dengan menggunakan Arcgis 10.1
b) Pemulihan citra
Pemulihan citra terdiri atas koreksi geometrik dan koreksi radiometrik.
Hal ini dilakukan agar citra yang akan diolah sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
1) Koreksi geometrik, dilakukan untuk memperbaiki kesalahan posisi atau
letak objek yang terekam pada citra, yang disebabkan adanya distorsi
geometrik.
2) Koreksi radiometrik, dilakukan untuk memperbaiki nilai-nilai piksel
yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek
yang sebenarnya.
c) Penajaman citra
Proses penajaman citra bertujuan untuk memperjelas kenampakan objek
pada citra. Sehingga citra semakin informatif. Hal ini dapat memperbaiki
kenampakan citra dan membedakan objek yang ada pada citra dan
informasinya dapat mudah diinterpretasi.
d) Komposit band
“Dalam analisis atau klasifikasi data citra digital, perlu dicari
gabungan dari tiga band yang tampilan datanya dapat memberikan
gambaran dan detil informasi yang jelas mengenai penggunaan lahan,
vegetasi dan yang lainnya…”18
Adapun penggunaan komposit band adalah berbeda-beda karena
bergantung pada kebutuhan. Komposit band berguna pada saat
menampilkan data ketika menjadi sebuah peta. Band yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 542 untuk landsat 7 dan untuk landsat 8 menggunakan
band 653. Kombinasi band tersebut digunakan untuk melihat garis pantai.
e) Klasifikasi tidak terbimbing (Unsupervised Clasification)
Klasifikasi tidak terbimbing merupakan metode yang memberikan
mandat sepenuhnya kepada sistem/komputer untuk mengelompokkan data
raster berdasarkan nilai digitalnya masing-masing, intervensi pengguna

18
Wahyunto, Sri Retno Murdiyati dan Sofyan Ritung, “Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh
dan Uji Validasinya untuk Deteksi Penyebaran Lahan Sawah dan Penggunaan/Penutupan
Lahan.” Jurnal Informatika Pertanian, Vol. 13, 2014, hlm 749.
43
dalam hal ini diminimalisasi.19 Klasifikasi tidak terbimbing dalam penelitian
ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Er Mapper 7.0
J. Teknik Analisis Data
1. Penghitungan Abrasi
Penghitungan perubahan lahan yang mengalami abrasi dilakukan dengan
cara membandingkan garis pantai dari citra landsat antara tahun 2004, 2010
sampai dengan 2017. Proses ini dilakukan dengan teknik overlay sehingga
dapat diketahui perubahannya atau menggunakan analisis Raster Calculator
yang terdapat pada Arcgis 10.1.
2. Analisis Faktor-faktor Penyebab Abrasi
a) Kepadatan Penduduk
Salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan adalah kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan
segala bentuk kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti akan
dilakukan. Begitu juga dengan pengelolaan laut, laut menyediakan
berbagai potensi yang baik untuk kehidupan namun manusia
memanfaatkannya tanpa melestarikannya. Dalam hal ini, penduduk Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang memanfaatkan
potensi keindahan pantai yang dijadikan sebagai tempat wisata dan di
dalamnya mereka berperan sebagai pengelola dan pedagang, selain itu
mereka juga mengambil karang dan pasir sebagai bahan bangunan.
Tindakan tersebut seringkali dilakukan sehingga daratan pantai mulai
banyak yang terabrasi dan tidak adanya peran semasyarakat untuk
menanam mangrove sebagai penahan ombak.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk mengolah
data spasial. Kepadatan penduduk ini akan diolah dengan menggunakan
interpolasi. Interpolasi perlu dilakukan karena untuk mendapatkan nilai
di antara titik sampel. Tujuannya untuk menyeimbangkan hasil
perbandingan antara nilai observasi dengan nilai model. Setelah
diinterpolasi, dilakukan penghitungan proyeksi penduduk yang
digunakan untuk memprediksi penduduk pada tahun 2031 sehingga dapat

19
Sodikin, op.cit, hlm 106
44
diketahui penggunaan lahan yang akan berubah. Penghitungan proyeksi
penduduk dapat dihitung dengan menggunakan metode aritmatik20
seperti yang terlihat di bawah ini :

Pt = P0 (1+rt)n
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
n = Lamanya waktu P0 dengan Pt
b) Vegetasi Pantai
Salah satu pelindung dari abrasi adalah vegetasi pantai. untuk melihat
vegetasi pantai ini perlu dilakukan klasifikasi terbimbing (supervised
classification) yang merupakan metode yang dipandu dan dikendalikan
sebagian besar atau sepenuhnya oleh pengguna dalam proses
pengklasifikasiannya. Syarat utamanya adalah kemampuan pengguna
dalam penguasaan informasi lahan yang menjadi kajiannya. Variabel ini
akan dibuat melalui Euclidean Distance yang diolah menggunakan
perangkat lunak ArcGis 10.1
c) Jarak dari Jalan
Faktor penyebab abrasi yang selanjutnya adalah jarak dari jalan. Jalan
merupakan suatu akses untuk membuat masyarakat sampai ke suatu
tempat. Melalui jalan tersebut masyarakat dapat dimudahkan dalam
maksud dan tujuannya salah satunya untuk mengeksploitasi suatu
wilayah. Jarak dari jalan akan dibuat melalui Euclidean Distance yang
diolah menggunakan perangkat lunak ArcGis 10.1
d) Jarak dari Sungai
Sungai merupakan salah satu akses, di sebagian wilayah sungai
merupakan akses untuk transportasi sehingga berfungsi sebagai jalan.
Jalan tersebut merupakan fator yang menjadi penyebab abrasi. Sungai di
Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten
20
Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja, Badan Pusat Statistik
Jakarta Indonesia, hlm 5.
45
Pandeglang ini berdekatan dengan muara. Perahu-perahu besar nelayan
melalui jalur ini, selain itu juga menjadi tempat singgahnya perahu-
perahu dari luar daerah yang menyebabkan akses jalannya semakin
melebar dan mengikis wilayah daratan. Jarak dari sungai akan dibuat
melalui Euclidean Distance yang diolah menggunakan perangkat lunak
ArcGis 10.1
3. Analisis akurasi interprestasi Kappa
Penelitian dengan menggunakan analisis akurasu interpretasi Kappa ini
bertujuan untuk melihat kesamaan antara data yang telah diperoleh dengan
bukti yang didapat melalui hasil lapangan.21 Uji ketelitian bertujuan untuk
mengetahui keakuratan hasil pengolahan citra dengan nilai ambang akurasi
citra 85%, nilai tersebut digunakan sebagai nilai minimum diterima atau
tidaknya suatu interpretasi citra.22 Untuk mengetahui nilai akurasi
menggunakan interpretasi Kappa ini dilakukan dengan membandingkan
jumlah titik sampel yang benar dengan jumlah titik sampal yang disurvei
seluruhnya kemudian dikalikan dengan 100%.23 Adapun formulasinya dapat
dilihat di bawah ini.
Tingkat Kebenaran Interpretasi = Jumlah titik benar x 100%
Jumlah tititk yang disurvei
4. Analisis Regresi Logistik Binner
Istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan nilai
satu variabel terhadap satu variabel yang lain. Pada perkembangan
selanjutnya, analisis regresi dapat digunakan sebagai alat untuk membuat
perkiraan nilai suatu variaabel dengan menggunakan beberapa variabel lain
yang berhubungan dengan variabel lain.24 Regresi logistic binner (binnary
logistic regression) bekerja dengan variabel respon (dependent) yang

21
Ikbal Maulana, Analisis Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bekasi Pada
Tahun 2015 dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, (Skripsi
Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), hlm 41.
22
Nita Inopianti, „Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh
untuk Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan di Kabupaten Sukabumi, (Skripsi Pendidikan IPS,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), hlm 49.
23
Ikbal Maulana, op.cit, hlm 42.
24
Algifari, Analisis Regresi (Teori, Kasus dan Solusi), (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, 2013),
hlm 2.
46
bersifat biner atau dichotomy dan sejumlah variabel pengaruh yang berupa
semua tipe data.25 Persamaan regresi umum dapat dituliskan di bawah ini :

γ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 … + βnXn

Pada persamaan regresi tersebut, γ adalah variabel respon, α adalah


konstanta regresi, X1 adalah pengaruh ke-1, β1 adalah koefisien dari variabel
X1. Xn adalah variabel pengaruh ke-n dan βn adalah koefisien dari Xn.
Variabel tidak bebas yang digunakan adalah perubahan lahan menjadi
kawasan terabrasi sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah jenis
tanah, jarak jalan, sungai dan pemukiman, keadatan penduduk dan jenis
vegetasi pantai. Persamaan regresi logistik yang digunakan adalah :
Log (-) = β0 + β1 X1.i + β2 X2.i + … + βn Xn.i
Keterangan :
Log : Logit perubahan
β0 : Konstanta
β1 - n : Nilai koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n
X1 - n.i : Variabel bebas ke-1 sampai ke-n, pada variabel tidak bebas i
n : jumlah variabel

25
Ikbal Maulana, op.cit, hlm 47.
47

K. Diagram Alir
Diagram alir pada penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 3.2

Citra landsat 2004 Citra landsat 2010 Citra landsat 2017

Koreksi geometrik Koreksi radiometrik

Penajaman Citra

Digitasi garis pantai

BAB IV
Overlay

Perubahan garis pantai

Abrasi Tidak Abrasi

Regresi logistik biner

Prediksi tahun 2031

Gambar 3.2 Diagram Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian


1. Kondisi Fisik
a. Letak dan Luas Wilayah
Desa Caringin merupakan salah satu desa dari sembilan desa di
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang berada
di bagian barat Pulau Jawa. Secara geografis, batas dari Desa Caringin
adalah :
a) Utara berbatasan dengan Desa Pejamben (Kecamatan Carita)
b) Barat berbatasan dengan Selat Sunda
c) Selatan berbatasan dengan Desa Teluk
d) Timur berbatasan dengan Desa Banyubiru1
Desa Caringin terletak antara 6°35’86.86” Lintang Selatan dan
105°82’92.97” Bujur Timur. Letak astronomis lintang tersebut
mengakibatkan Desa Caringin memiliki iklim tropis dan menurut
pembagian waktu, letak bujurnya menunjukkan bahwa Desa Caringin
adalah wilayah bagian Indonesia Barat.
Desa Caringin mempunyai luas wilayah sebesar 364,90 ha. Secara
administratif, Desa Caringin terbagi menjadi 20 Rukun Tetangga (RT)
dan 6 Rukun Warga (RW). Adapun penggunaan lahan di Desa Caringin
terlihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Penggunaan Lahan Desa Caringin
No Jenis Penggunaan Luas (ha)
1. Luas tanah sawah 110,90
2. Luas tanah kering 141,20
3. Luas tanah basah 5,00
4. Luas tanah perkebunan 101,00
5. Luas fasilitas umum 0,80
6. Luas tanah hutan 6,00
Jumlah 364,90
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
1
Profil Desa Caringin, 2018.

48
49
Letak Desa Caringin menuju pusat pemerintahan cukup jauh. Orbitrasi
Desa Caringin menuju pusat pemerintahan kecamatan, kabupaten sampai
dengan provinsi yang terlihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Orbitrasi
No Pemerintahan Jarak Kendaraan Durasi
Pribadi 0,10 jam
1 Kecamatan 2 km Umum 40,00 unit
Berjalan kaki 0,45 jam
Pribadi 1,20 jam
2 Kabupaten 45 km Umum 70,00 unit
Berjalan kaki 12,00 jam
Pribadi 2,00 jam
3 Provinsi 50 km Umum 30,00 unit
Berjalan kaki 21,00 jam
Pribadi 5 jam
4 Ibu kota 144,8 km Umum 7 jam
Berjalan kaki
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Letak Desa Caringin yang cukup jauh ini membutuhkan waktu yang
lama untuk sampai ke pusat pemerintahan tersebut. Menurut data yang
diperoleh bahwa jarak Desa Caringin menuju ibukota sangat jauh yaitu
144,8 km.2 Biasanya untuk sampai ke ibukota dibutuhkan waktu sekitar 5
jam menggunakan kendaraan pribadi, namun jika memakai kendaraan
umum dibutuhkan waktu sekitar 7 jam. Berikut ini disajikan peta
administrasi Desa Caringin yang terlihat pada Gambar 4.1

2
Profil Desa Caringin, 2018.
50

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Caringin


51
b. Topografi
Secara umum, keadaan Desa Caringin merupakan dataran rendah
dengan ketinggian 0-3 mdpl. Desa Caringin memiliki iklim tropis dengan
curah hujan sedang, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap
aktivitas pertanian dan pola tanam di desa ini.3 Pertanian sangat
membutuhkan pasokan air yang cukup sehingga hujan sangat
berpengaruh terhadap pertanian dan pola tanam. Pertanian yang
mengalami kekeringan dapat merugikan penduduk dan penduduk harus
mengganti pola tanamnya menjadi pertanian yang tidak banyak
membutuhkan air. Berikut ini pembagian luas wilayah topografi Desa
Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
yang terlihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3
Topografi
No Jenis Luas (ha)
1 Dataran Rendah 2.00
2 Berbukit-bukit 2.00
3 Dataran Tinggi 268,00
4 Tepi Pantai/Pesisir 21,00
5 Aliran Sungai 15,00
6 Lain-lain 2,00
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar wilayah Desa
Caringin adalah dataran tinggi yang mencapai 268,00 ha. Penduduk di
wilayah ini cukup banyak dan wilayah ini juga dijadikan sebagai tempat
evakuasi pengungsian jika terjadi bencana banjir atau tsunami.
2. Kondisi Sosial
a. Etnis penduduk
Suatu etnis biasanya mengacu pada budaya, baik itu budaya
keturunan, keturunan atau bahasa. Terdapat beberapa etnis yang tersebar
di Desa Caringin ini, namun untuk etnis mayoritas adalah sunda.
Penduduk di Desa Caringin menerima dengan baik penduduk yang

3
Ibid.
52
berasal dari luar wilayah dan hidup bersama dengan keselarasan. Etnis
penduduk Desa Caringin seperti terlihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4
Etnis Penduduk
No Etnis Laki-laki Perempuan
1 Aceh 7 4
2 Minang 13 11
3 Sunda 3.407 3.482
4 Jawa 37 31
Jumlah 3.464 3.528
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
b. Jumlah penduduk menurut wilayah
Wilayah Desa Caringin terbagi menjadi 20 Rukun Tetangga (RT) dan
6 Rukun Warga (RW). Terdapat 12 kampung yang tersebar di dalamnya
dengan jumlah penduduk yang berbeda-beda. Adapun jumlah penduduk
seluruhnya menurut wilayah mencapai 6.992 jiwa. Lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Menurut Wilayah
Jumlah Penduduk
No Kampung RT/RW (jiwa)
L P Total
1. Pangulon 001/001 208 180 388
2. Pangulon 002/001 197 165 362
3. Cieksel 003/001 126 131 257
4. Citanggok 004/002 285 276 561
5. Taulandu 005/002 160 167 327
6. Taulandu 006/002 147 164 311
7. Sukarela 007/002 121 117 238
8. Pangsor 008/003 166 171 337
9. Caringin 009/003 163 186 349
10. Caringin 010/003 403 395 798
53
Tabel 4.5 (Lanjutan)
11. Caringin 011/003 189 186 375
12. Kademangan 012/004 161 167 328
13. Caringin Lor 013/004 152 167 313
14. Caringin Lor 014/004 165 159 324
15. Siruang 015/005 144 128 272
16. Siruang 016/005 108 115 223
17. Rawayana 017/006 134 133 267
18. Jambangan 018/006 192 196 388
19. Siruang 019/005 138 152 290
20. Siruang 020/005 139 139 278
Jumlah 3.498 3.494 6.992
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Berdasarkan Tabel 4.5 jumlah penduduk menurut wilayah dapat
diketahui bahwa penduduk Desa Caringin paling banyak berada di Kp.
Caringin RT/RW 010/003 yaitu mencapai 798 jiwa dan paling sedikit
berada di Kp. Siruang RT/RW 016/005 yaitu 223 jiwa.
c. Jumlah penduduk menurut agama
Penduduk Desa Caringin menganut agama Islam, Kristen dan
Katholik. Adapun jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat
pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Laki-laki Perempuan
1. Islam 3.510 3.452
2. Kristen 12 11
3. Katholik 4 3
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Jumlah 3.526 3.466
Total 6.992
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
54
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa terdapat tiga agama di
Desa Caringin dan penduduknya mayoritas menganut agama Islam serta
tidak ada yang menganut agama Hindu dan Budha.
d. Jumlah penduduk menurut usia
Komposisi penduduk berdasarkan usia di Desa Caringin sangat
beragam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Menurut Usia
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0 - 12 bulan 61 66 127
1 - 10 tahun 615 680 1.301
11 - 20 tahun 608 671 1.279
21 - 30 tahun 463 474 937
31 - 40 tahun 457 436 893
41 - 50 tahun 395 385 777
51 - 60 tahun 382 380 762
61 - 70 tahun 293 269 582
> 70 tahun 190 167 357
Total 3.464 3.528 6.992
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Desa Caringin memiliki jumlah penduduk yang berusia 1-20 tahun
sangat banyak dibandingkan dengan lanjut usia. Jumlah penduduk
tersebut disajikan dalam bentuk piramida terlihat pada Gambar 4.2

Piramida Penduduk Desa Caringin


Tahun 2018
> 70 tahun
61 - 70 tahun
51 - 60 tahun
41 - 50 tahun
31 - 40 tahun
21 - 30 tahun
11 - 20 tahun
1 - 10 tahun
0 - 12 bulan
1000 500 00 500 1000
Perempuan Laki-laki
Gambar 4.2 Piramida Penduduk Desa Caringin Tahun 2018
55
Desa Caringin memiliki bentuk piramida penduduk muda (expansive),
bentuk piramida ini menyerupai limas yang berarti bahwa tingkat angka
kelahiran di Desa Caringin adalah tinggi dan angka kematian rendah,
sehingga Desa Caringin memiliki penduduk muda yang cukup banyak.
e. Jumlah penduduk menurut pendidikan
Pendidikan merupakan pilar penting dalam bermasyarakat dan sebagai
upaya untuk membentuk moral yang baik. Pendidikan di desa ini cukup
masih memprihatinkan, jumlah penduduk menurut pendidikan seperti
terlhat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
No Jenjang Pendidikan L P
1 Usia 3 - 6 tahun yang belum masuk TK 97 112
2 Usia 7 - 18 tahun yang sedang sekolah 440 423
3 Usia 18 - 56 tahun yang tidak pernah sekolah 32 55
4 Usia 18 - 56 tahun pernah SD tapi tidak tamat 315 312
5 Tamat SD/sederajat 994 903
6 Usia 12 - 56 tahun tidak tamat SLTP 319 386
7 Usia 18 - 56 tahun tidak tamat SLTA 654 591
8 Tamat SMP/sederajat 290 300
9 Tamat SMA/sederajat 234 215
10 Tamat D-1/sederajat 33 30
11 Tamat D-2/sederajat 42 44
12 Tamat D-3/sederajat 45 33
13 Tamat S-1/sederajat 45 36
14 Tamat S-2/sederajat 5 2
15 Tamat SLB C 3 2
Jumlah Total 3.548 3.444
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa penduduk di Desa Caringin
berpendidikan masih rendah yaitu tamat SD.sederajat mencapai 1.897
jiwa (laki-laki dam perempuan). Terdapat penduduk yang pernah SD,
SLTA dan SMA namun tidak tamat dan jumlahnya cukup banyak yaitu
mencapai 2.577 jiwa. Penduduk yang memiliki pendidikan D-1 sampai
dengan S-2 itu hanya sedikit, hal tersebut dapat disebabkan karena faktor
56
keluarga yang kurang mendukung baik itu dukungan moral ataupun
materil.
3. Kondisi Ekonomi
Penduduk di setiap wilayah akan memiliki keberagaman mata
pencaharian pokok, seperti yang terlihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9
Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Caringin
No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1 Petani 342 142
2 Buruh Tani 115 31
3 Buruh Migran 0 17
4 Pegawai Negeri Sipil 42 39
5 Peternak 19 4
6 Nelayan 284 0
7 Montir 12 0
8 Dokter swasta 0 0
9 Bidan swasta 9 3
10 POLRI 2 0
11 Pengusaha kecil, menengah dan besar 62 56
12 Dosen swasta 2 2
13 Pedagang keliling 37 43
14 Pembantu rumah tangga 5 38
15 Dukun tradisional 2 4
16 Arsitektur/Desainer 2 0
17 Karyawan perusahaan swasta 44 37
18 Buruh harian lepas 743 21
19 Buruh jasa perdagangan hasil bumi 17 23
20 Buruh usaha jasa transportasi dan 12 0
perhubungan
21 Buruh usaha hotel dan penginapan 2 0
lainnya
22 Apoteker 3 0
Jumlah 1.747 460
Total 2.207
Sumber : Profil Desa Caringin, 2018.
Berdasarkan tabel tersebut, penduduk Desa Caringin dapat sebagian
besar berprofesi sebagai buruh harian lepas. Meskipun letak Desa Caringin
di pinggir pantai, namun penduduk yang berprofesi nelayan lebih sedikit
dibandingkan dengan petani. Jika melihat pada luasan penggunaan lahan di
57
Desa Caringin, sebagian besar lahan digunakan untuk sawah yaitu seluas
110,90 ha dari 364,90 ha. Jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan hanya
2.207 jiwa sedangkan jumlah penduduk Desa Caringin mencapai 6.992
jiwa. Sisa dari jumlah penduduk tersebut, termasuk ke dalam penduduk
yang tidak memiliki pekerjaan, ibu rumah tangga, pelajar, balita dan lansia.

B. Hasil Analisis Data


Setelah melalui langkah-langkah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengumpulan citra, observasi, wawancara dan ground check di
lapangan, maka dihasilkan analisis data sebagai berikut.
1. Hasil Analisis Citra untuk Mengetahui Tingkat Abrasi di Desa
Caringin Berdasarkan Citra Landsat
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah citra landsat, di mana
citra yang digunakan adalah landsat 7 untuk tahun 2004 dan 2010 dengan
komposit band yaitu RGB = 542. Kemudian citra tahun 2017 menggunakan
landsat 8 dengan RGB = 653. Komposit band tersebut digunakan untuk
melihat perubahan garis pantai. Setelah melakukan komposit band, langkah
yang dilakukan selanjutnya adalah proses digitasi. Adapun garis pantai hasil
digitasi pada masing-masing citra, terlihat pada Gambar 4.3

(a) (b)
58

(c)
Gambar 4.3 Garis Pantai (a) Citra Landsat Tahun 2004, (b)
Citra Landsat Tahun 2010 dan (c) Citra Landsat Tahun 2017.
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa pada tahun 2004, 2010 dan 2017
terdapat perubahan garis pantai. Proses selanjutnya adalah overlay, ini
dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai. Hasil overlay yang
dilakukan pada citra landsat 2004, 2010 dan 2017, terlihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Hasil Overlay Citra Landsat Tahun 2004, 2010 dan 2017
59
Berdasarkan hasil overlay dapat diketahui bahwa Pantai Caringin
mengalami perubahan garis pantai, ini terlihat dari laut yang bergerak maju
menuju daratan. Hal tersebut terlihat dari perubahan garis pantai dari tahun
2004-2017. Gambar tersebut menjelaskan bahwa garis pantai berwarna
merah (tahun 2004) bergerak menuju daratan sampai pada garis warna
kuning (tahun 2010) kemudian bergerak kembali sampai pada warna biru
(tahun 2017). Secara kuantitatif, tingkat abrasi Pantai Caringin dapat dilihat
dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10 Abrasi Pantai Caringin Tahun 2004 - 2017
Tingkat Abrasi (ha)
Nama Desa
2004-2010 2010-2017 2004-2017
Desa Caringin 10,51 2,36 12,87

Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.


Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat perubahan yang diakibatkan oleh abrasi.
Perubahan yang terjadi pada tahun 2004-2010 sebanyak 10,51 ha,
perubahan yang terjadi pada tahun 2010-2017 sebanyak 2,36 ha dan
perubahan sepanjang tahun 2004-2017 adalah 12,87 ha. tingkat abrasi
Pantai Caringin juga dapat dilihat pada Gambar 4.5

Tingkat Abrasi Pantai Caringin


Tahun 2004 - 2017

12
10
H
e 8 Se…
perubahan
k
6
t
a 4
r
2
0
2004 - 2010 2010 - 2017

Gambar 4.5 Tingkat Abrasi Pantai Caringin Tahun 2004-2017


60
Berdasarkan pada Gambar 4.5 abrasi paling luas terjadi pada tahun 2004-
2010, hal ini juga terjadi karena pada tahun 2004-2010 perilaku penduduk
masih belum sepenuhnya menyadari akan bahaya abrasi, penduduk Desa
Caringin pada tahun tersebut masih ada yang mengambil pasir dan tidak
adanya penahan ombak. Pada tahun 2010-2017 abrasi yang terjadi sudah
berkurang karena terdapat suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah
abrasi seperti pengedaman. Upaya tersebut dilakukan cukup, namun
dilakukan secara pribadi. karena pantai tersebut langsung berbatasan dengan
tanah pribadi. Selain abrasi, terdapat pula penambahan daratan yang disebut
dengan akresi yang terjadi karena proses sedimentasi dari badan sungai
menuju laut. Di Pantai Caringin, terdapat muara yang cukup besar, muara
tersebut merupakan ujung dari sungai yang berada di Desa Caringin
sehingga sangat dibenarkan apabila di Pantai Caringin terdapat akresi.
2. Hasil Analisis Ground Check
Dalam analisis perubahan garis pantai, diperlukan gorund check di
lapangan yang dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran hasil klasifikasi
citra. Keberhasilan interpretasi citra dapat dipercaya jika tingkat
kebenarannya >85%. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah
100 dengan klasifikasi sebanyak 6 yaitu pemukiman, sungai, sawah, kebun,
vegetasi dan tanah kosong. Pengambilan sampel ground check dapat dilihat
pada Tabel 4.11
Tabel 4.11
Hasil Ground check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra
Hasil
No Citra Interpretasi Koordinat Ground Foto Ket
Check
1. 6°20’58”S
Pemukiman 105°49’34” E Pemukiman S
2. 6°20’39”S
Kebun 105°49’27” E Kebun S
3. 6°21’21”S
Vegetasi 105°49’48” E Vegetasi S
4. 6°21’33”S
Sungai 105°49’21” E Sungai S
61
Tabel 4.11 (Lanjutan)
5. 6°20’56”S S
Sawah 105°49’43” E Sawah

6. Tanah 6°21’57”S Tanah S


Kosong 105°49’31” E Kosong
7. 6°21’23”S S
Pemukiman 105°49’31” E Pemukiman
8. 6°20’40”S S
Kebun 105°49’27” E Kebun
9. 6°21’54”S S
Vegetasi Vegetasi
105°49’53” E
10. 6°21’34”S S
Sungai 105°49’22” E Sungai
11. 6°20’53”S S
Sawah 105°49’43” E Sawah

Tanah 6°21’57”S Tanah


12. S
Kosong 105°49’32” E Kosong
6°21’23”S
13. Pemukiman Pemukiman S
105°49’31” E
6°20’37”S
14. Kebun Kebun S
105°49’28” E
6°21’44”S
15. Vegetasi Vegetasi S
105°50’08” E
6°21’33”S
16. Sungai Sungai S
105°49’24” E
6°20’57”S
17. Sawah Sawah S
105°49’52” E
Tanah 6°21’56”S Tanah
18. S
Kosong 105°49’31” E Kosong
6°21’4”S
19. Pemukiman Pemukiman S
105°49’38” E
6°20’38”S
20. Kebun Kebun S
105°49’28” E
Sumber : Pengambilan Data, 2018.
Keterangan :
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
62
Berdasarkan Tabel 4.11 merupakan sampel ground check di lapangan
dengan enam kategori yaitu pemukiman, kebun, vegetasi, sungai, sawah dan
tanah kosong dan seluruhnya berjumlah 100 sampel (20 sampel tersedia di
hasil analisis data Tabel 4.11 dan 80 sampel tersedia di lampiran). Ground
check dilakukan di daerah penelitian untuk mengecek kebenaran. Hasil dari
groundcheck tersebut adalah seluruh sampel terbukti benar baik itu hasil
dari klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification) dengan
menggunakan perangkat lunak Er Mappper 7.0 dan hasil dari ground check
di lapangan.
Pengambilan data ground check ini dilakukan di wilayah populasi
penelitian, yaitu Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten dengan mengambil sampel secara acak sesuai dengan
kategori masing-masing dan dibantu menggunakan GPS Essentials untuk
mencari koordinat. Setelah mendapatkan data di lapangan, kemudian
disesuaikan dengan hasil klasifikasi citra.
a. Hasil Interpretasi Kappa
Hasil ground check seperti yang terlihat pada Tabel 4.11 dapat diuji
menggunakan kebenaran interpretasi Kappa. Telah didapatkan 100
sampel benar dari total sampel 100, maka didapatkan tingkat kebenaran
interpretasi Kappa di Desa Caringin sebesar 100%. Perhitungan akurasi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Hasil Uji Akurasi Interpretasi
Hasil Interpretasi Jumlah Kondisi Lapangan Tingkat
Sampel Benar Salah Akurasi
Penggunaan Lahan 100 100 0 100%
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
1) Perhitungan Akurasi

Tingkat Kebenaran Interpretasi = 100 x 100% = 100%


100
Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan yaitu : sungai,
pemukiman, kebun, sawah, lahan kosong, dan vegetasi. Penggunaan
lahan Desa Caringin tersebut telihat pada Gambar 4.6 Gambar 4.7 dan
Gambar 4.8
63

Gambar 4.6 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2004


64

Gambar 4.7 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2010


65

Gambar 4.8 Peta Penggunaan Lahan Desa Caringin Tahun 2017


66
Berdasarkan Gambar 4.6 Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perubahan penggunaan lahan di Desa
Caringin yang didominasi oleh pemukiman. Luas masing-masing jenis
penggunaan lahan di Desa Caringin terlihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13
Luas Penggunaan Lahan Desa Caringin
Luas (ha)
Jenis Penggunaan
No Tahun Tahun Tahun
Lahan
2004 2010 2017
1. Pemukiman 80,11 82,54 142,65
2. Sungai 21,34 38,57 18,17
3. Sawah 105,96 138,70 79,40
4. Kebun 58,51 23,99 58,55
5. Vegetasi 61,60 29,50 19,22
6. Tanah Kosong 37,38 51,60 46,91
Total 364.90 364.90 364.90
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Berdasarkan hasil Tabel 4.13 terlihat bahwa secara keseluruhan, dari
tahun 2004-2017 peningkatan yang paling besar terjadi pada pemukiman.
Pemukiman selalu meningkat setiap tahunnya, dari tahun 2004-2010
seluas 2,43 ha dan dari tahun 2010-2017 seluas 60,11 ha. Ini dapat terjadi
jumlah penduduk pasti bertambah dan semakin meningkatnya kebutuhan
tempat tinggal. Selain itu, terdapat penurunan pada luas pengguanan
lahan Desa Caringin. Luas sawah dan vegetasi selalu mengalami
penurunan setiap tahunnya. Sedangkan untuk luas sungai kebun dan
tanah kosong mengalami naik turun selama tahun 2004-2017.
Penggunaan lahan Desa Caringin juga dapat dilihat melalui ilustrasi
hasil pengolahan citra landsat tahun 2004-2017 dengan menggunakan
perangkat lunak Er Mapper 7.0, terlihat pada Gambar 4.9
67

(a) Penggunaan Lahan Tahun (b) Penggunaan Lahan Tahun


2004 2010

(c) Penggunaan Lahan Tahun


2017
Gambar 4.9 Ilustrasi Penggunaan Lahan Di Desa Caringin
68
Perubahan penggunaan lahan yang dianalisis adalah hasil dari
supervised classification citra landsat tahun 2004, 2010 dan 2017. Luas
masing-masing perubahan penggunaan lahan di Desa Caringin tahun
2004-2010 dan 2010-2017 terlihat pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15
Tabel 4.14
Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Caringin
Tahun 2004-2010
Jenis Luas (ha)
No Penggunaan Tahun Tahun Ket
Perubahan
Lahan 2004 2010
1. Pemukiman 80, 11 82,54 2,43 Meningkat
2. Sungai 21,34 38,57 17,23 Meningkat
3. Sawah 105,96 138,70 32,74 Meningkat
4. Kebun 58,51 23,99 34,52 Menurun
5. Vegetasi 61,60 29,50 32,51 Menurun
6. Tanah Kosong 37,38 51,60 14,22 Meningkat
Total 364,90 364,90 133,65
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.

Tabel 4.15
Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Caringin
Tahun 2010-2017
Jenis Luas (ha)
No Penggunaan Tahun Tahun Ket
Perubahan
Lahan 2010 2017
1. Pemukiman 82,54 142,65 60,11 Meningkat
2. Sungai 38,57 18,17 20,4 Menurun
3. Sawah 138,70 79,40 59,3 Menurun
4. Kebun 23,99 58,55 34,56 Meningkat
5. Vegetasi 29,50 19,22 10,28 Menurun
6. Tanah Kosong 51,60 46,91 4,69 Menurun
Total 364,90 364,90 189,34
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.

Berdasarkan Tabel 4.14 luas perubahan lahan yang terjadi pada tahun
2004-2010 didominasi oleh peningkatan sawah, Pada mulanya lahan
tersebut merupakan vegetasi yang kemudian berganti menjadi sawah
sehingga sawah meningkat seluas 32,74 ha. Selain itu juga terdapat
peningkatan sungai seiring dengan bertambahnya sawah sehingga
diperlukan pengairan yang cukup banyak. Sungai mengalai kenaikan
seluas 17.23 ha. Semakin banyaknya penduduk, pemukiman juga
69
mengalami kenaikan seluas 2,43 ha, namun penduduk kurang
memanfaatkan lahan sehingga terdapat peningkatan tanah kosong seluas
14,22 ha yang pada mulanya adalah kebun dan vegetasi namun kebun
dan vegetasi mengalami penurunan seluas 34,52 ha dan 32,51 ha.
Luas perubahan lahan juga terjadi pada tahun 2010-2017, perubahan
yang signifikan terjadi pada peningkatan pemukimaan seluas 60,11 ha
yang disebabkan oleh semakin banyaknya penduduk yang berkeluarga
dan membangun tempat tinggalnya masing-masing. Lahan yang berubah
menjadi pemukiman adalah kebun, vegetasi lahan kosong dan sawah.
Selain itu juga terdapat peningkatan kebun seluas 34.56 ha. Hal ini
diakibatkan oleh penurunan lahan sawah 59,3 ha, penurunan lahan
kosong seluas 4,69 ha, penurunan vegetasi seluas 10,28 ha. Selain itu
juga, terdapat penurunan sungai seluas 20,4 ha.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Garis Pantai di Pantai


Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten
Abrasi merupakan mundurnya garis pantai dari posisi asalnya.4
Kerusakan lingkungan yang terjadi di sepanjang pantai ini akan
menghabiskan daratan ppantai apabila terus dibiarkan. Analisis mengenai
perubahan garis pantai dilakukan dengan analisis regresi logistik binner dan
menggunakan variabel penduga yaitu jarak dari sungai, jarak dari jalan,
kepadatan penduduk dan vegetasi. Karakteristik dari faktor-faktor tersebut
dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya abrasi di masa yang akan
datang.
a. Jarak
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda
berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu.5 Pada umumnya nilai
sebuah jarak selalu bernilai positif. Dalam penelitian ini variabel jarak
yang digunakan adalah jarak dari sungai dan jarak dari jalan.

4
Budin A. Hakim, dkk., Efektivitas Penanggulangan Abrasi Menggunakan Bangunan
Pantai di Pesisir Kota Semarang, (Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan:Semarang, 2012), hlm 122.
5
Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/jarak, Diakses pada Rabu, 14 Maret 2018,
pukul 08.30 WIB.
70

1) Jarak dari sungai


Sungai merupakan salah satu akses bahkan di sebagian wilayah.
Akses tersebut dapat sebagai transportasi sehingga berfungsi sebagai
jalan. Sungai di Pantai Caringin ini berdekatan dengan muara. Perahu-
perahu penduduk berlayar melalui jalur ini menuju laut. Selain itu
juga digunakan untuk tempat singgahnya perahu-perahu besar yang
berasal dari luar daerah. Jarak dari sungai dijadikan salah satu variabel
penduga yang menyebabkan abrasi karena Sungai Caringin yang
berbatasan langsung dengan muara ini akan semakin melebar yang
diakibatkan oleh aktivitas penduduk yang memanfaatkan muara ini
sebagai jalan menuju laut dan lokasi untuk persinggahan atau bahkan
pemberhentian akhir perahu.
2) Jarak dari jalan
Jarak dari jalan digunakan sebagai variabel independent dalam
terjadinya perubahan garis pantai di Desa Caringin. Desa Caringin
merupakan desa yang memiliki jalan dengan berbagai tipe. Tipe jalan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalan utama, jalan setapak
dan jalan lainnya yang diperoleh dari SHP Administrasi Desa
Kabupaten Pandeglang Tahun 2009. Adapun peta jarak dari sungai
dan jalan terlihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11

Gambar 4.10 Peta Jarak dari Sungai


71

Gambar 4.11 Peta Jarak dari Jalan


3) Kepadatan penduduk
Luas wilayah Desa Caringin sebesar 364,90 ha dengan jumlah
penduduk 6.992 jiwa. Sebagian besar penduduknya berusia muda
sehingga Desa Caringin memiliki piramida penduduk jenis expansive.
Jumlah penduduk yang cukup banyak ini menimbulkan kebutuhan
akan pemukiman akan semakin bertambah. Adapun kepadatan
2
penduduk di Desa Caringin adalah 191.61 jiwa/km . Kepadatan
penduduk ini dapat dinterpolasikan seperti terlihat pada Gambar 4.12

Gambar 4.12 Peta Interpolasi


72

4) Vegetasi
Salah satu penyebab terjadinya abrasi adalah kurangnya vegetasi
pesisir. Vegetasi yang berfungsi untuk menahan gelombang laut
memiliki peran sangat penting sehingga sangat diperlukan. Adapun
peta vegetasi dapat dilihat pada Gambar 4.13

Gambar 4.13 Peta Vegetasi

4. Analisis Faktor Pengaruh Perubahan Garis Pantai


Pengaruh perubahan garis pantai dalam penelitian ini disusun dengan
menentukan sampel yang mengalami abrasi atau tidak abrasi dan analisis
regresi logistik binner.
a. Menentukan Sampel
Dalam menganalisis perubahan garis pantai, diperlukan sampel yang
digunakan untuk mengkombinasikan nilai variabel dependent dengan
variabel independent yang selanjutnya akan digunakan untuk menyusun
analisis regresi logistik binner. Sampel ditentukan secara acak dan
tersebar di wilayahnya masing-masing dan harus berasal dari kedua
kategori tersebut (abrasi dan tidak abrasi). Di dalam penelitian ini
menggunakan 100 titik sampel yang terbagi menjadi 50 sampel daerah
yang mengalami abrasi dan 50 sampel yang tidak mengalami abrasi.
Persebaran sampel di daerah penelitian ini terlihat pada Gambar 4.14
73

(a)

(b) (c)
Gambar 4.14 Distribusi Spasial Titik Sampel di Daerah Penelitian
Gambar a menunjukkan daerah yang mengalami abrasi dan tidak
abrasi. Daerah yang mengalami abrasi disimbolkan dengan warna putih
dan daerah yang tidak mengalami abrasi disimbolkan dengan warna
merah muda. Gambar b merupakan perbesaran dari Gambar b yaitu
sampel daerah yang mengalami abrasi. Gambar c merupakan perbesaran
dari Gambar a yaitu sampel daerah yang tidak mengalami abrasi.
74
b. Analisis Regresi Logistik Binner
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak IBM SPSS Statistic 20. Proses ini dilakukan dengan cara
memasukkan nilai variabel pengaruh dan variabel respon. Pemodelan ini
menggunakan prosedur enter yaitu sistem eliminasi manual kemudian
diperoleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dan akan
diperoleh juga taraf signifikansinya. Proses analisis regresi logistik
binner yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS
Statistic 20 menghasilkan data dalam bentuk tabel. Seperti yang terlihat
pada Tabel 4.16
Tabel 4.16
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in
200 100.0
Selected Analysis
Cases Missing Cases 0 .0
Total 200 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 200 100.0
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat bahwa analisis ini menggunakan 200
sampel dan tidak ada missing data. Hal ini dibuktikan dengan Missing
Cases bernilai 0. Jumlah 200 sampel ini diambil secara acak dari variabel
abrasi dan tidak abrasi yang tersebar di seluruh daerah penelitian yaitu
sepanjang garis pantai di Desa Caringin. selain itu, dapat pula diketahui
tingkat akurasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.17
Tabel 4.17
Classification Tablea,b
Predicted
Observed Koding Percentage
Tidak Abrasi Abrasi Correct
Tidak
0 100 .0
Abrasi
Step 0 Koding Abrasi 0 100 100.0
Overall
50.0
Percentage
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Classification Table memberikan informasi mengenai keakuratan
prediksi. Menurut data yang diolah telah didapatkan bahwa tingkat
75
akurasi prediksi ini sebesar 50%. Pengujian data secara keseluruhan yang
sedang dianalisis dapat dilihat pada Tabel 4.18
Tabel 4.18
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
3.949 1 .047
3.949 1 .047
3.949 1 .047
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients menyajikan uji serentak
semua koefisien variabel di dalam regresi logistik. Nilai Chi-square
sebesar 3.949 dengan df sebesar 1. Nilai Chi-square ini signifikan terlihat
pada kolom sig. yaitu sebesar 0,047. Nilai tersebut lebih kecil dari 5%.
Secara umum model tersebut signifikan. Model signifikan tersebut tidak
terlepas dari sampel. Pengambilan sampel selanjutnya harus
dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing. Seberapa baik
pengelompokkan sampel ini dapat dilihat pada Tabel 4.19
Tabel 4.19
Classification Tablea
Predicted
Koding Percentage
Observed
Tidak Abrasi Correct
Abrasi
Tidak Abrasi 3 97 3.0
koding
Step 1 Abrasi 0 100 100.0
Overall Percentage 51.5
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Classification Table menunjukkan seberapa baik model tersebut
mengelompokkan sampel baik itu abrasi ataupun tidak abrasi. Kakuratan
prediksi secara menyeluruh sebesar 51,5%. Hal ini lebih baik dari model
yang sebelumnya yaitu hanya memiliki keakuratan 50%. Tingkat akurasi
pada sampel abrasi sebesar 100% dan untuk tidak abrasi sebesar 3%.
Selain itu, diperlukan nilai signifikansi yang digunakan untuk melihat
apakah model data yang digunakan signifikan atau tidak sehingga dapat
ditarik kesimpulan apakah variabel tersebut memiliki pengaruh atau
tidak. Nilai signifikansi tersebut terlihat pada Tabel 4.20
76
Tabel 4.20
Correlations
Koding Jarak sungai
Pearson Koding 1.000 -.123
Correlatio
n Jarak sungai -.123 1.000
Sig. (1- Koding . .041
tailed) Jarak sungai .041 .
Koding 200 200
N
Jarak sungai 200 200
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Berdasarkan Tabel Correlations terlihat bahwa garis pantai sebagai
variabel dependent mengalami pengaruh dari variabel independent yaitu
jarak dari sungai, hal ini terlihat dari nilai signifikan koding dan jarak
sungai lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa secara statistik model
tersebut signifikan. Secara lengkap, hasil output regresi logistic binner ini
terlihat pada Tabel 4.21
Tabel 4.21
Variables in the Equiation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step Jarak sungai -.002 .002 1.198 1 .041 .998
1a Constant .030 .143 .046 1 .831 1.031
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Berdasarkan pada Tabel 4.21 kolom B menunjukkan nilai konstanta
dan koefisien regresi. Pada kolom SE merupakan nilai standard error,
kolom Wald merupakan rasio antara B dan SE yang dikuadratkan. Kolom
sig menunjukkan nilai signifikansi, kemudian kolom Exp (B)
menunjukkan prediksi perubahan Odd dengan meningkatnya variabel
pengaruh. Berdasarkan Tabel 4.21 ini persamaan regresi dapat dihasilkan
dengan satu variabel independent. Nilai dari variabel independent lainnya
tidak signifikan karena memiliki nilai sig < 0,05. Dari hasil anallisis ini
diperoleh nilai konstanta sebesar 0,030. Kemudian data jarak dari sungai
diolah kembali dengan IBM SPSS 20. Pengolahan tersebut dilakukan
dengan kepadatan penduduk. Data jumlah penduduk prediksi tahun 2031
yang menghasilkan persamaan seperti yang terlihat pada Tabel 4.22
77
Tabel 4.22
Model Summary
Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square
the Estimate
1 .817a .668 .666 12328.925
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Tabel model summary yang kedua ini diperoleh dari analysis regresi
variabel jarak ke sungai dengan prediksi penduduk tahun 2031 dengan
metode enter. Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa R Square
memiliki nilai 0,668. Artinya prediksi penduduk dan sungai dapat
merubah keadaan garis pantai yaitu sebesar 66,8%. Variabel penduga
dalam hal ini sangat berpengaruh untuk merubah variabel terikat. Kedua
variable tersebut harus memiliki hubungan yang linear, informasi
tersebut terlihat pada Tabel 4.23
Tabel 4.23
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
6049351857 60493518571.22 397.97
.000b
1.224 4 7
Regression 1
3009647480
1 Residual 198
7.555
Total 199 152002398.018
9058999337
8.780
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Pada Tabel ANOVA dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 397.977,
ketika taraf signifikansinya ditetapkan sebesar 5% maka untuk F tabel
6
diperoleh F1, 198, 0.05 = 3,84 . Perbandingan antara F hitung dengan F tabel

adalah
F hitung > F tabel
397.977 > 3,84
Melalui nilai tersebut dapat kita ketahui bahwa variabel dependent dan
independent tersebut memiliki hubungan yang linear. Selain itu, dapat
juga diketahui dengan cara membandingkan nilai signifikansi yang
diperoleh dengan yang ditetapkan yaitu:

6
Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, (Yogyakarta : UPP Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, 2010), hlm 353.
78
Sig α
0,0000 < 0,05
Berdasarkan nilai sig, terlihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh
adalah lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang linear. Kemudian, dalam proses memprediksi perubahan
garis pantai, dapat dihitung berdasarkan Tabel 4.24
Tabel 4.24
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B SE Beta
876.17 .817 1.003
(Constant) 878.389 .317
1 9 19.94
Penduduk 2031 19.480 .000
.976 9
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dimiliki oleh
prediksi penduduk adalah 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa
0,000 < 0,005 artinya terdapat hubungan yang linear dan signifikan pada
variabel yang dipakai dan dapat mempengaruhi perubahan garis pantai.
Melalui Tabel 4.24 dapat dibuat persamaan regresi, yaitu :
γ = 878,389 - 0,02 X1 + 19.480 X2
c. Perubahan Garis Pantai Hasil Prediksi Tahun 2031
Dengan menggunakan analisis regresi logistik binner, akan diperoleh
suatu persamaan yang harus dilakukan analisis kembali pada perangkat
lunak yang lain yairu ArcGis 10.1. Dengan menggunakan analisis regresi
logistik binner, akan diperoleh suatu persamaan yang harus dilakukan
analisis kembali pada perangkat lunak yang lain yairu ArcGis 10.1 yang
dilakukan analisis pada raster calculate maka akan diperoleh prediksi
perubahan garis pantai tersebut. Output-nya adalah sebuah peta yang
menggambarkan bahwa akan ada hilangnya daratan di pesirir Pantai
Caringin seperti yang terlihat pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16
79

Gambar 4.15 Peta Prediksi Perubahan Garis Pantai Caringin


Tahun 2031
80

Gambar 4.16 Peta Prediksi Abrasi Tahun 2031


81
Berdasarkan Gambar 4.15 perubahan garis pantai di Pantai Caringin
sangat jelas terlihat, yaitu pada warna kuning. Perubahan itu didapat pada
hasil penghitungan persamaan regresi logistik binner pada raster
calculator pada ArcGis 10.1. Hal ini juga berdampak pada penggunaan
lahan yang lain yaitu luasan penggunaan lahan lainnya akan berubah.
Luasan masing-masing jenis penggunaan lahan di Desa Caringin
Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 4.25
Tabel 4.25
Luasan Penggunaan Lahan Hasil Prediksi Tahun 2031
Jenis Luas (ha)
No Penggunaan Tahun Tahun Ket
Perubahan
Lahan 2017 2031
1. Pemukiman 142,65 132,23 10,42 Menurun
2. Sungai 18,17 16,11 2,054 Menurun
3. Sawah 79,40 64,96 14,44 Menurun
4. Kebun 58,55 56,67 1,88 Menurun
5. Vegetasi 19,22 17,39 1,83 Menurun
6. Tanah Kosong 46,91 46,28 0,622 Menurun
Total 364,90 333,64 31,26
Sumber : Hasil Analisis Data, 2018.
Prediksi perubahan garis pantai pada tahun 2031 ini dilakukan untuk
memberikan gambaran sehingga dilakukan pencegahannya. Abrasi yang
sudah dan diprediksi pada tahun 2031 ini akan menghabiskan daratan
pesisir seperti pemukiman yang hilang seluas 10,42 ha.
5. Hasil Wawancara Analisis Dampak yang Ditimbulkan oleh Abrasi Di
Pantai Caringin
Pantai Caringin adalah salah satu destinasi untuk menikmati sunset.
Pengunjung yang datang biasanya cukup banyak dan akan ramai ketika
weekend serta liburan sekolah.
“Pantai ini terdapat di sepanjang Desa caringin tepatnya di RT/RW
08/003, 10/003, 14/004, 12/004 dan 17/006. Pantai yang dibuka untuk
khalayak umum terletak di RT/RW 10/003, 14/004, 12/004 dan 17/006.
Sedangkan pantai di RT/RW 08/003 tidak sembarang orang bisa masuk,
karena dikelola secara khusus oleh pemiliknya. Sebagian besar tanah di
pesisir adalah bukan milik penduduk Desa Caringin.”7

7
Trankrip wawancara Kepala Desa Caringin, Sabtu, 25 Agustus 2018.
82
Sebagian besar Pantai Caringin memiliki masalah abrasi yang cukup
berat. Di mana pasir-pasir di sana sebagian besar sudah berubah menjadi
karang. Selain itu juga, daratan pesisir sudah banyak yang hilang. Hal
tersebut diakibatkan oleh aktivitas gelombang laut dan perilaku manusia
yang kurang bersahabat dengan alam. Beberapa aspek telah menyebabkan
abrasi semakin meluas, seperti aspek fisik, sosial dan ekonomi. Beberapa
aspek fisik tersebut adalah gelombang, pesisir, pasir, karang, garis pantai,
vegetasi mangrove dan pohon kelapa. Aspek sosial yang diambil adalah
mengenai perilaku penduduk yang mengambil karang, pasir dan rumput
laut. Sedangkan aspek ekonomi adalah berdagang. Beberapa aspek tersebut
dianggap penyebab terjadinya abrasi. Keadaan Pantai Caringin sekarang
dengan beberapa tahun yang lalu sudah sangat berbeda. Perbedaan yang
paling menonjol terlihat dari garis pantai. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Bapak Mugni.
“Pantainya semakin maju, sekarang semakin dekat dengan
permikiman, kisaran 100 meter yang hilang. Hilangnya daratan tersebut
saya kurang tahu hilangnya karena apa.”8
Pantai Caringin yang semakin maju dan semakin dekat dengan
pemukiman sudah dirasakan secara langsung oleh penduduk tersebut.
Abrasi terjadi karena adanya peningkatan gelombang yang mengakibatkan
pasir pantai berpindah ke arah laut sehingga terjadi penyusutan daratan
sehingga lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai menjadi
semakin sempit. Gelombang yang besar mengangkut butiran-butiran pasir
menuju laut dan sulit kembali menuju pesisir. Karang-karang juga semakin
terlihat, yang awalnya terhalang oleh pasir namun semakin munculan.
Akibat dari abrasi tersebut secara langsung dirasakan oleh penduduk Desa
Caringin. Salah satu responden pelaku pengambil pasir juga mengatakan
akibat dari abrasi tersebut.
“Banyak perubahan mengenai pantai ini, kurang lebih sudah hilang
200-300 meter. Karang-karang juga belum muncul, pedagang juga belum
ada banyak seperti ini. Kita mau pasang jaring untuk mengambil ikan
juga tidak khawatir karena tidak ada karang. Perubahan tersebut mungkin
karena ombak, pasirnya sendiri banyak yang hilang.”9

8
Transkrip wawancara Bpk. Mugni, Sabtu, 25 Agustus 2018.
9
Transkrip wawancara Bpk. Ahyani, Sabtu, 25 Agustus 2018.
83
Abrasi telah mengakibatkan pemukiman warga semakin dekat dengan
garis pantai. Hal ini dapat terlihat dari jarak antara pantai dengan
pemukiman hanya sekitar 250 meter.10 Pencegahan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Caringin ini masih belum dilaksanakan. Tidak adanya
pohon mangrove di pesisir pantai, membuat gelombang besar semakin cepat
mengkikis daratan pesisir. Pemerintah Desa Caringin telah melakukan
perlindungan pantai dengan cara membangun reveatment namun sudah
hancur diterjang ombak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Kepala Desa Caringin.
“Program yang dilakukan pemerintah untuk mencegah abrasi yang
semakin meluas sudah dilaksanakan di sekitar pantai penziarahan, tapi
hancur terkena ombak. Kita berencana untuk melakukan pengedaman
pantai lagi, sosialisasi sudah dilakukan ke masyarakat namun masyarakat
masih ada pro-kontra.”11
Setiap musim liburan tiba atau setiap hari minggu, Pantai Caringin ramai
oleh pengunjung, sehingga penduduk berinisiatif untuk berdagang. Untuk
mendirikan tempat berdagang, tidak jarang penduduk harus menebang
pohon-pohon yang ada di sekitarnya, yang menurutnya mengganggu atau
menghalangi. Kerugian ini juga salah satunya adalah hilangnya vegetasi
pohon kelapa. Secara tidak sadar, salah satu pemicu abrasi telah mereka
lakukan dengan sengaja. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Eti
(Pedagang di Pantai Caringin).
“Pantai Caringin ada perubahan, sekarang laut semakin mendekat.
Pada awalnya banyak pohon kelapa namun sekarang sudah jarang.”12
Perilaku-perilaku penduduk yang dilakukan untuk mengeksploitasi alam
lebih banyak dari pada perilaku untuk memperbaiki alam. Sebagian
penduduk Desa Caringin telah mengambil kekayaan pesisir seperti pasir,
karang dan rumput laut untuk kepentingan pribadi atau bahkan untuk di jual.
Berdasarkan hasil wawancara bersama para pelaku pengambil pasir, karang
dan rumput laut, seluruhnya tidak mengatakan responden tersebut adalah
pelaku. Hanya saja saja responden mengakui bahwa Pantai Caringin ini

10
Lembar observasi pra penelitian.
11
Trankrip wawancara Kepala Desa Caringin, Sabtu, 25 Agustus 2018.
12
Transkrip wawancara Ibu Eti, Sabtu, 25 Agustus 2018.
84
rusak diakibatkan karena diambil pasir dan karang seperti salah satu
jawaban dari reponden yaitu dari Bapak Jasiming.
“Pasir di ambil, sekarang kurang lebih 6 tahun tidak diambil pasirnya.
Tidak ada yang menutupi orang-orang yang mengambil pasir. Sekarang
penduduk yang tidak mengambil pasir sudah punya rumah, tanah, motor
dibandingkan pada saat mereka mengambil pasir. Dahulu orang-orang
yang mengambil pasir tidak bisa dicegah. Mereka beranggapan karena
tanah pinggir pantainya bukan milik mereka.13
Penduduk mengambil pasir secara terang-terangan, belum ada teguran
pada saat itu. Belum ada kesadaran penduduk akan bahaya abrasi, namun
seiring berjalannya waktu penduduk Desa Caringin mendapatkan pekerjaan
yang berbeda dan dapat merubah kesejahteraan keluarganya. Adapun asal-
mula dari pengambilan pasir tersebut telah diungkapkan oleh Bapak
Muhaemin.
“Pasir di pantai tersebut di ambil oleh alm. Amad. Pada saat itu,
penduduk banyak yang jadi pengangguran, maka penduduk
mengikutinya. Untuk dijual dan dipakai membangun rumah. Pasir
tersebut juga dijual ke daerah luar. setelah pasir habis, sekitar tahun
1997/1998 mulai karangnya diambil oleh penduduk. Namun sekarang
sudah tidak untuk dijual dan membangun rumah..”14
Berdasarkan informasi dari Bapak Muhaemin tersebut bahwa terdapat
satu pihak yang menggerakkan penduduk untuk mengambil pasir, karang
atau rumput laut. Beliau adalah alm. Bapak Amad (bukan penduduk Desa
Caringin), penduduk Desa Caringin mengambil pasir dan dijual kepadanya.
Salah satu responden yang juga berprofesi buruh dan pelaku pengambil
karang mengatakan hal lain mengenai berhentinya mengambil pasir dan
karang.
“Dulu itu yang mengambil pasir dan karang itu ada, sekarang sudah
tidak ada. Sejak peraturan undang-undang semakin tegas.”15
Berdasarkan hal tersebut bahwa sanksi tegas yang diberlakukan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 membuat pelaku tersebut merasa takut. Salah
satu penyebab abrasi adalah rusaknya karang akibat dari pengambilan
rumput laut. Abrasi juga dirasakan oleh pengambil rumput laut tersebut.
Bapak Ujang.

13
Transkrip wawancara Bpk. Jasimin, Sabtu, 25 Agustus 2018.
14
Transkrip wawancara Bpk. Muhaemin, Sabtu, 25 Agustus 2018.
15
Transkrip wawancara Bpk. Sudjono, Sabtu, 25 Agustus 2018.
85
“Pantai Caringin mengalami perubahan, dahulu itu rumput lautnya
bagus, banyak namun sekarang sedikit apalagi semenjak dibangunnya
CCI (Carita Coconut Island). Sudah tidak ada ikan kecil-kecil (ikan hias)
sudah susah dicari satupun.”16
Berdasarkan informasi tersebut, biota-biota pesisir laut sudah hilang. CCI
(Carita Coconut Island) adalah salah satu tempat bermain air yang cukup
besar. Lokasi CCI ini sangat persis di pesisir pantai, sehingga pembuangan
air kolam renang yang apabila dilakukan ke laut dan mempengaruhi biota-
biota laut tersebut. Kondisi Pantai Caringin yang telah hilang biota lautnya
juga dikatakan oleh Bapak Saman.
“Pantai Caringin sekarang terdapat perubahan, yaitu hilangnya biota
laut pesisir pantai seperti ikan kecil. Terdapat abrasi namun bagian ini
karena milik pribadi jadi terlindungi. Kira-kira dilakukan pada tahun
1999. Di sini tidak ada pasir, karena bagian pasirnya sudah dibuat
villa.”17
Perilaku-perilaku penduduk seperti mengambil pasir. karang, rumput
laut, telah membuat nilai keindahan pantai semakin berkurang. Terdapat hal
lain juga yang perlu diperhatikan, perilaku penduduk tersebut dapat terjadi
karena penduduk Desa Caringin membutuhkan lapangan pekerjaan.
Menurut data yang diperoleh, penduduk Desa Caringin masih banyak
pengangguran dibandingkan dengan penduduk yang sudah memiliki
pekerjaan.
Kondisi daerah yang dekat dengan pantai dan dengan pengetahuan
seadanya, penduduk Desa Caringin mengelola pantai yang dijadikan sebagai
objek wisata lokal. Peran pemerintah sangat diperlukan, baik untuk
melindungi kondisi pantai dan kesejahteraan para penduduknya. Apabila
abrasi terus diabaikan dan tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah
setempat. Gelombang laut akan terus menghantam daratan pesisir Pantai
Caringin dan akan membuat penduduk Desa Caringin kehilangan tempat
tinggalnya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Mumu Mukhlis
Jazuli.
“Sebetulnya dari pemerintahan pusat maupun daerah, upaya
pemeliharaan pantai sudah ada yaitu pengedaman bahkan sudah
dilaksanakan. Untuk tahun ini belum terlaksana, sebetulnya anggaran

16
Transkrip wawancara Bpk. Ujang, Minggu, 26 Agustus 2018.
17
Transkrip wawancara Bpk Saman, Sabtu, 25 Agustus 2018.
86
sudah ada namun sosialisasi ke masyarakat masih belum menyeluruh,
sehingga masih pro-kontra. Sangat disayangkan, tidak tahu penyebabnya
apa. padahal kami sangat membutuhkannya. Jika abrasi ini terus
dibiarkan, maka akan dibawa ke mana warga kita?”18
Kebijakan pemerintah setempat perlu dilakukan, menurut data yang ada,
wilayah penduduk dengan kapasitas paling banyak adalah salah satunya di
RT/RW 10/003 yaitu sebanyak 798 jiwa tepatnya di wilayah pesisir pantai
ini. Terdapat satu sumber yang mengatakan bahwa sebagian tanah di pesisir
Desa Caringin adalah bukan milik penduduk Desa Caringin. Sebagian di
Pantai Caringin juga diperhatikan secara khusus oleh pemiliknya. Hal
tersebut dilakukan agar abrasi tidak semakin meluas yang dilakukan dengan
cara Pengedaman seperti yang dikatakan oleh Bapak Saman.
“Pantai bagian ini karena miilik pribadi jadi terlindungi. Telah
dilakukan pengedaman, kira-kira dilakukan pada tahun 1999. Di sini
tidak ada pasir, karena bagian pasirnya sudah dibuat vila.”19
Berdasarkan lokasi, pantai di bagian wilayah ini berada di RT/RW
08/003. Pantai tersebut tidak diperuntukkan bagi khalayak umum, karena
tanah tersebut milik pribadi dan telah dibuat villa. Untuk menjaga
daratannya dari gelombang, dilakukan pengedaman sepanjang wilayah
miliknya. Manfaatnya dapat dirasakan, yaitu terjadinya penambahan daratan
pesisir. Seperti yang dikatakan oleh Bpk. Tata Rukita.
“Pantai ini tanahnya milik pribadi dan pemiliknya memperhatikan,
alhamdulillah ada pembangunan. Mengenai daratannya dulu itu habis
terkena ombak tapi sekarang karena ada pengedaman dan mengurangi
abrasi. Pengedaman tersebut dilakukan pada tahun seitar tahun 2015
yang dilakukan 2 kali penggarapan.”20
Berdasarkan informasi tersebut, telah terlihat bahwa perlindungan pantai
sangat bermanfaat agar mencegah abrasi yang semakin luas. Pembangunan
tersebut dilakukan oleh pihak pribadi dari pemilik tanah. Pantai yang telah
dilakukan pengedaman tersebut terdapat pernambahan pasir dan kondisi
gelombang juga terpecah sebelum bertemu daratan sehingga mengurangi
kerusakan daratan pesisir. Kondisi pantai ini terlihat berbeda dengan pantai
yang lainnya. Seperi terlihat pada Gambar 4.17

18
Transkrip wawancara Ketua RT/RW 10/003, Sabtu, 25 Agustus 2018
19
Transkrip wawancara Bpk Saman, Sabtu, 25 Agustus 2018.
20
Transkrip wawancara Bpk Tata Rukita, Minggu, 26 Agustus 2018.
87

(a) (b)

(c)
Gambar 4.17 Kondisi Pantai Desa Caringin (a) Pantai berkarang (b)
Dampak Abrasi (c) Pantai yang Dilakukan Pengedaman
Pantai Caringin mengalami abrasi yang dampaknya terasa secara
langsung oleh penduduk. Penduduk Desa Caringin sudah semakin sadar
akan bahaya abrasi hal ini terlihat dari tidak adanya penduduk yang
mengambil pasir secara besar-besaran. Sudah hampir 6 tahun pasir di sini
tidak diambil, menurut Bapak Jasiming (salah satu penambang pasir).
Namun menurut Kepala Desa Caringin, penduduk masih ada yang
mengambil pasir tapi dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal tersebut sangat
kontra, hampir semua responden mengatakan bahwa mereka sudah berhenti
mengambil pasir.
88
Peran pemerintah sangat penting, terutama untuk memperbaiki pola pikir
penduduk setempat. Sosialisasi akan bahaya abrasi harus segera
dilaksanakan agar penduduk semakin paham bahwa telah banyak kegiatan
yang merusak kondisi pesisir dan segera diperbaiki. Pencegahan abrasi juga
telah dilaksankan oleh UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
(PSPL) Provinsi Banten dengan cara trasplantasi karang, penanaman
mangrove dan mamasang pemecah gelombang. Seperti yang dikatakan oleh
Dimas (salah satu staff PSPL).
“Kita pernah melaksanakan tranplatasi karang bekerja sama dengan
marinir, sekitar 500 meja transplatasi kami buat di sekitar pantai
belakang kantor. Untuk mangrove, substrat di sini kurang mendukung
karena lebih banyak pasir dan juga substrat berlumpurnya sudah menjadi
bangunan. Kita juga sudah pernah melaksanakan pembangunaan dengan
membuat batu-batu untuk menghalangi gelombang dan memecahkannya
tapi batu tersebut cepat hilang. Meskipun batu tersebut sudah kami ikat
dengan kawat dan halangi dengan jaring.”21
Pantai Caringin adalah pantai yang tidak berlumpur sehingga sulit untuk
pertumbuhan mangrove. Pantai ini termasuk ke dalam pantai pasir karang.
Pada pantai pasir karang, dapat dijumpai (Casuarina equisetifolia), waru laut
(Hibiscus tiliaceus), kingkit (Triphasia trifolia).22 Berdasarkan sumber
tersebut dapat dibenarkan bahwa di Pantai Caringin terdapat tumbuhan
seperti formasi Pes-caprae. Tumbuhan ini menjalar di pesisir pantai
tepatnya berada di atas pasir. Seperti terlihat pada Gambar 4.18

Gambar 4.18 Formasi Pes-caprae di Pantai Caringin

21
22
Transkrip wawancara UPT PSPL Provinsi Banten, Senin, 27 Agustus 2018.
M.S.Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta:UI-Press, 2011), Edisi 2, hlm 39 – 40.
89

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Perubahan Garis Pantai di Pantai Caringin Desa Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dari Tahun 2004-2017
Proses perubahan garis pantai secara umum disebabkan oleh gelombang
yang menghantam secara langsung mengikis tanah dan perilaku penduduk
setempat, kemudian apabila dibiarkan secara terus-menerus maka daratan akan
habis. Berdasarkan hasil analisis citra landsat, dihasilkan bahwa Pantai
Caringin telah mengalami abrasi. Hal ini dibuktikan dengan hilangnya sebagian
daratan pantai dan membuat garis pantai semakin maju ke daratan. Abrasi yang
terjadi di Pantai Caringin dari tahun 2004-2017 adalah seluas 12,87 ha.
Analisis untuk mengetahui abrasi ini dihitung mulai dari tahun 2004-2010 dan
2010-2017. Pada tahun 2004-2010 daerah yang mengalami abrasi seluas 10,51
ha dan pada tahun 2010-2017 daerah yang mengalami abrasi seluas 2,36 ha,
sehingga total daerah yang mengalami abrasi dari tahun 2004-2017 seluas
12,87 ha.
Perubahan garis pantai ini dapat dilihat dari peta hasil overlay yang
merupakan salah satu analisis penting dalam Sistem Informasi Geografis (SIG).
Peta overlay garis pantai tersebut meyajikan posisi garis pantai yang berbeda-
beda setiap tahunnya. Perbedaan posisi tersebut merupakan pergerakan yang
dinamis karena terdapat faktor yang mempengaruhinya.
2. Dampak yang Ditimbulkan oleh Abrasi di Pantai Caringin
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara, dapat
disimpulkan bahwa dampak dari abrasi di Pantai Caringin ini telah dirasakan
oleh penduduk setempat. Dampak tersebut sebagai berikut.
a. Pasir pantai yang semakin berkurang yang disebabkan oleh aktivitas
gelombang laut yang tinggi sehingga membawa pasir menuju laut dan sulit
kembali lagi.
b. Terjadinya penyempitan daratan pesisir yang mengakbatkan pemukiman
penduduk semakin dekat dengan pantai.
c. Timbulnya karang-karang akibat dari pasir yang terbawa oleh gelombang,
selain itu juga pasir tersebut diambil oleh penduduk Desa Caringin untuk
dijual dan digunakan secara pribadi.
90
d. Berkurangnya vegetasi pohon kelapa, hal ini terjadi karena pohon tersebut
ditebang untuk membuka lahan berdagang.
e. Berkurangnya nilai keindahan pantai, hal ini dapat dilihat dari daratan
pesisir yang terkikis oleh gelombang menjadikannya rusak dan kurang indah
dilihat.
f. Hilangnya biota pesisir pantai. Berubanya kondisi pantai menjadi karang-
karang yang rusak akibat dari perilaku penduduk mengakibatkan ikan-ikan
kecil kehilangan habitatnya.
3. Pemodelan Spasial Prediksi Daratan yang Mengalami Abrasi Pada Tahun
2031
Penelitian ini menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu
masalah yang diakibatkan dari suatu interaksi, kemudian memprediksikan apa
yang akan terjadi di periode selanjutnya. Abrasi merupakan suatu
permasalahan yang harus dikaji mengenai faktor penyebab dan dampak yang
ditimbulkannya kemudian diprediksikan seberapa besar akibat yang
ditimbulkan apabila terus dibiarkan. Dengan mengintegrasikan kemampuan
SIG dan perangkat lunak IBM SPSS Statistic 20 penelitian ini diolah.
Variabel yang digunakan untuk menghitung abrasi ini adalah jarak (jarak
dari sungai dan jalan), kepadatan penduduk dan vegetasi. Setelah dilakukan
analisis regresi logistik binner, variabel yang berpengaruh dan menjadi
penyebab prediksi abrasi pada tahun 2031 adalah jarak dari sungai dan
kepadatan penduduk yang memiliki nilai signifikansi 0,041 dan 0,000. Hasil
output dari analisis regresi logistik binner ini berupa persamaan yang
selanjutnya akan diolah melalui raster calculator pada ArcGis 10.1.
pengolahan tersebut akan menghasilkan sebuah peta baru dengan perubahan
garis pantai yang signifikan. Perubahan akan berdampak pada penggunaan
lahan yang lain yaitu luasan penggunaan lahan lainnya akan berubah.
Perubahan garis pantai yang disebabkan oleh variabel jarak sungai ini sesuai
dengan yang dikatakan Sukandarrumidi proses abrasi yang paling dominan
disebabkan oleh kinerja gelombang laut. Abrasi sudah bermula di daerah
pinggiran muara sungai pada saat terjadi pasang surut muka laut. Abrasi akan
semakin besar menuju daerah muara sungai, daerah teluk dan daerah tebing
91
yang curam. Boleh dikatakan, bentuk pantai dapat menggambarkan besaran
gelombang yang membentur daratan. Pantai Caringin memiliki muara yang
cukup besar dan digunakan sebagai lahan transportasi penduduk ketika hendak
melaut dan bahkan dijadikan sebagai tempat singgah perahu-perahu besar dari
luart daerah. Tidak jarang pula dilakukan pembuatan perahu di daratan
pinggiran sungai. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan suatu penyebab bahwa
sungai semakin hari akan semakin meluas.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Sodikin yang melakukan penelitian mengenai analisis abrasi dengan
menggunakan teknologi penginderaan jauh (Studi kasus di Pantai Bahagia
Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa sebagian besar Desa pantai Bahagia mengalami abrasi
dengan abrasi yang cukup tinggi. Pada kurun waktu 15 tahun terakhir telah
terjadi abrasi di Desa Pantai Bahagia sebesar 1269,5 ha. Selain terjadi abrasi di
Desa Pantai Bahagia tepatnya di kawasan Muara Bendera terjadi juga proses
sedimentasi. Hal ini terjadi karena kawasan Muara Bendera merupakan muara
dari Sungai Citarum.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sodikin terlihat jelas
bahwa abrasi juga terjadi di pantai yang berbatasan langsung dengan muara
sungai. Seperti hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa abrasi terjadi di
Pantai Caringin yang berbatasan langsung dengan muara sungai bahkan jarak
dari sungai dapat menjadi salah satu variabel penduga untuk memprediksikan
perubahan garis pantai pada tahun 2031. Untuk mengetahui perubahan garis
pantai di Desa Caringin yang didapatkan dari hasil penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 4.3 diatas.
Abrasi mengakibatkan pengurangan daratan, jika hal ini terus dibiarkan
maka akan semakin besar daratan yang hilang. Setelah dilakukan analisis pada
Raster Calculate pada ArcGis sehingga diperoleh bahwa daratan pantai Desa
Caringin akan hilang seluas 18 ha pada tahun 2031 dengan rincian pemukiman
10,42 ha, sungai 2,05 ha, sawah, 14,44 ha, kebun 1,88 ha, vegetasi 1,83 ha dan
tanah kosong seluas 0,62 ha. Pemukiman akan terus berlanjut dari waktu ke
waktu, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal pasti sangat dibutuhkan,
92
namun pada kenyataannya lahan akan semakin berkurang namun penduduk
semakin bertambah,
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai pemodelan spasial abrasi di Pantai Caringin Kecamatan
Labuan Kabupaten Pandeglan Provinsi Banten ini memiliki beberapa
keterbatasan yang menncakup hal-hal di bawah ini :
1. Variabel independent yang dipakai hanya berjumlah empat variabel yaitu
jarak dari sungai, jarak dari jalan, pemukiman dan vegetasi. Diduga masih
banyak variabel yang lain yang dapat mempengaruhi abrasi.
2. Penelitian hanya berfokus pada wilayah pantai di sepanjang Desa Caringin,
sedangkan masih terdapat banyak pantai di sekitarnya dengan kondisi yang
sama.
3. Responden yang digunakan hanya berjumlah 11 orang sehingga informasi
yang didapatkan masih kurang luas.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pantai Caringin telah mengalami abrasi yang dibuktikan dengan garis pantai
yang semakin maju ke daratan sehingga menyebabkan hilangnya sebagian
daratan tersebut. Hasil analisis citra menunjukkan bahwa luas abrasi Pantai
Caringin pada tahun 2004-2017 adalah seluas 12,87 ha. Analisis untuk
mengetahui luasan abrasi tersebut dihitung mulai dari tahun 2004-2010 dan
2010-2017. Pada tahun 2004-2010 daerah yang mengalami abrasi seluas
10,51 ha dan pada tahun 2010-2017 daerah yang mengalami abrasi seluas
2,36 ha, sehingga total daerah yang mengalami abrasi dari tahun 2004-2017
seluas 12,87 ha.
2. Dampak yang disebabkan oleh abrasi semakin terasa oleh penduduk
setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara beberapa
penduduk yang seluruhnya menyatakan garis pantai semakin maju menuju
daratan sehingga lahan semakin berkurang. Selain itu, dampak yang
ditimbulkan oleh abrasi ini antara lain pasir yang semakin berkurang
sehingga karang-karang bermunculan, hilangnya vegetasi seperti pohon
kelapa dan hilangnya biota laut. Dampak tersebut akan semakin meluas
apabila abrasi tetap dibiarkan.
3. Hasil analisis prediksi perubahan garis pantai menyatakan bahwa terdapat
dua variabel yang berpengaruh dalam perubahan garis pantai yaitu jarak dari
sungai dan kepadatan penduduk. Setelah dilakukan analisis pada ArcGis
10.1 diperoleh bahwa pada tahun 2031 daratan pantai Desa Caringin akan
hilang seluas 18 ha dengan rincian pemukiman 10,42 ha, sungai 2,05 ha,
sawah, 14,44 ha, kebun 1,88 ha, vegetasi 1,83 ha dan tanah kosong seluas
0,62 ha akan hilang pada tahun 2031 tersebut.

93
94

B. Impilkasi
Berdasarkan hasil penelitian, variabel jarak dari sungai dan kepadatan
penduduk merupakan dua variabel yang berpengaruh dalam perubahan garis
pantai di Pantai Caringin. Dapat diimplikasikan bahwa letak Pantai Caringin
berbatasan langsung dengan muara sebagai pertemuan dari sungai menuju laut.
Faktor tersebut menjadi salah satu penyebab abrasi karena muara tersebut
digunakan sebagai jalur transportasi masuk dan keluarnya perahu-perahu besar
dan kecil untuk menuju laut sehingga kondisi muara semakin melebar. Selain
itu, kepadatan penduduk juga menjadi salah satu penyebab abrasi. Daerah yang
berbatasan langsung dengan pantai memiliki kepadatan penduduk paling
banyak di antara daerah di Desa Caringin yang lainnya dan sebagian besar
penduduk nya berprofesi pedagang di pantai tersebut.

C. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis akan memberikan saran
yang dapat digunakan sebagai solusi sehingga dapat bermanfaat khususnya
bagi penduduk Desa Caringin. Saran yang dapat disampaikan dari hasil
penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap abrasi yang terjadi di Pantai
Caringin Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten. Bahkan tidak hanya di Pantai Caringin ini, diperlukan juga
penelitian-penelitian yang sama di pantai lainnya untuk memberikan
informasi agar penduduk dan pemerintah segera menanggulanginya.
2. Bagi penduduk Desa Caringin, diperlukan sosialisasi mengenai abrasi untuk
memberikan informasi dan memperbaiki perilaku agar dapat memanfaatkan
sumber daya pesisir dengan baik dan ramah lingkungan.
3. Bagi pemerintah Desa Caringin, hendaknya segera melakukan pencegahan
masalah abrasi agar tidak semakin meluas. Diperlukan kebijakan pembuatan
peraturan khusus dalam pengelolaan pantai sehingga penduduk dapat
memanfaatkan pantai sebagai pariwisata dengan pengelolaan yang baik dan
ramah lingkungan. Selain itu, diperlukan sanksi khusus kepada penduduk
yang masih mengambil pasir, karang dan rumput laut di sekitar pantai.
95
4. Bagi Dinas Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Provinsi
Banten yang terletak di Desa Caringin Kecamatan Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten diharapkan segera membantu
menanggulangi abrasi khususnya di Pantai Caringin.
5. Bagi pendidikan diperlukan pembelajaran yang didukung oleh kegiatan
praktek secara langsung khususnya dalam materi Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) agar siswa-siswi tidak hanya memahami
melalui teori saja.
6. Untuk kelancaran dan kemudahan dalam hal menganalisis citra landsat yang
akan digunakan dalam pengolahan data agar segera dilakukan perbaikan,
sehingga para peneliti dengaan cepat melakukan analisisnya.
7. Bagi peneliti selanjutnya diharapakan dapat melakukan penelitian dengan
lebih lengkap, memberikan solusi dan mampu menyadarkan penduduk
dalam memanfaatkan potensi sumber daya pesisir dengan lebih baik.
96

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ajiwibowo Harman dan Yuanita Nita, Model Fisik Pengamanan Pantai,
Bandung:ITB, 2011.
Algifari, Analisis Regresi (Teori, Kasus dan Solusi), Yogyakarta:BPFE
Yogyakarta, 2013.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya), Jakarta:Prenada Media Group, 2007.
Indarto dan Faisol Arif, Konsep Dasar Analisis Spasial, Yogyakarta:Andi Offset,
2012.
Nontji Anugerah, Laut Nusantara, Jakarta:Djembatan, 2005.
Narbuko Cholid dan Achmadi Abu, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2016
Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja, Badan Pusat
Statistik, Jakarta-Indonesia.
Prahasta Eddy, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis,
Bandung:Informatika, 2002.
Quran Syaamil, Cordova Alquran dan Terjemah, Kementrian Agama RI, 2012.
Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya),
Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.
Ramadhan M. Isa, Buku Panduan Pencegahan Abrasi Pantai, Jurusan Pendidikan
geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.
Sodikin, Modul Pembelajaran Penginderaan Jauh : Petunjuk Teknis Pengolahan
Citra Landsat Dengan Er Mapper 7.0, Pendidikan IPS, 2017.
Soenarmo Hartati Sri, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi
Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian,, Bandung:ITB, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), Bandung, Alfabeta, 2017.
Suryantoro Agus, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis,
Yogyakarta:Ombak, 2013.
Wibisono M.S, Pengantar Ilmu Kelautan, Jakarta:UI-Press, 2011, Edisi 2.
Widarjono Agus, Analisis Statistika Multivariat Terapan, Yogyakarta : UPP
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2010.
97

Jurnal
Ambarwati, R.D. ST, MT, Pengamanan Pantai Di wilayah provinsi Banten,
Bidang Sungai Dinas SDAP Provinsi Banten, 2008,
Djaelani Rofiq Aunu, Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif,
FPTK IKIP Veteran Semarang, Vol : XX, No :1, Maret 2013.
Hadyanti Veranita dan Pamungkas Adjie, Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap
Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban, Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2, No. 2,
2013.
Hakim, A.Budin dkk., Efektivitas Penanggulangan Abrasi Menggunakan
Bangunan Pantai di Pesisir Kota Semarang, Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan:Semarang, 2012.
Lasabuda Ridwan, Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif
Negara Kepulauan Republik Indonesia, Jurnal Ilmiah Platax, Vol. 1 -2,
Januari 2013, ISSN: 2302-3589.
Purwanto, dkk., Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan
Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung, Jurnal
Pendidikan Geografi, Th 20, No. 1, Januari 2015.
Salamun, Penanganan Abrasi Pantai Pasir Mayang, Berkala Ilmiah Teknik
Keairan No. 1 (Juni, 2006
Shidqi Miqdam Muhammad dan Sugiri Agung, Bentuk-bentuk Adaptasi
Lingkungan Terhadap Abrasi Di Kawasan Pantai Sigandu Batang, Teknik
PWK, Vol 4 No 4, 2015.
Sodikin, Analisis Abrasi Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh
(Studi Kasus di Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten
Bekasi), Seminar Nasional Peran Geospasial dalam membingkai NKRI
2016.
Solihuddin, Karakteristik Pantai dan Proses Abrasi Di Pesisir Padang Pariaman,
Sumatera Barat, Globe Volume 13 No. 2, Desember 2011, hlm 114.
Wahyunto, Murdiyati Retno Sri dan Ritung Sofyan, “Aplikasi Teknologi
Penginderaan Jauh dan Uji Validasinya untuk Deteksi Penyebaran Lahan
Sawah dan Penggunaan/Penutupan Lahan.” Jurnal Informatika Pertanian,
Vol. 13, 2014.
98

Disertasi
Khursatul Munibah, Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan
Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus DAS Cidanau
Provinsi Banten), Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.

Tesis
Shuhendry Ricky, Abrasi Pantai Wilayah Pesisir Kota Bengkulu : Analisis
Faktor Penyebab dan Konsep Penanggulangannya, Tesis Universitas
Dipenogoro, Semarang, 2004.

Skripsi
Purwadinata Herdian Ardi, Prediksi Laju Abrasi Dengan menggunakan Citra
Satelit di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, 2013.
Maulana Ikbal, Analisis Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten
Bekasi Pada Tahun 2015 dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh, Skripsi Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
Inopianti Nita, „Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan di
Kabupaten Sukabumi, Skripsi Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017.

Internet
http://ppid.kemendagri.go.id/front/dokumen/detail/300005671, UU Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
(Dinas Lingkungan Hidup, Publikasi 27 November 2017). Diakses pada
Rabu, 14 Maret 2018, pukul 08.30 WIB.
http://www.bnbp.go.id/home/definisi, Definisi dan Jenis Bencana, (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana). Diakses pada Rabu, 14 Maret 2018,
pukul 08.30 WIB.
Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/jarak, Diakses pada Rabu, 14 Maret
2018, pukul 08.30 WIB.
LAMPIRAN 1
PETA
LAMPIRAN 2
LEMBAR OBSERVASI PRA PENELITIAN
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN
KECAMATAN LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG
PROVINSI BANTEN

NO ASPEK HASIL OBSERVASI

A. FISIK
1) Gelombang Adanya Badai Dahlia yang muncul pada bulan
November 2017 berpengaruh pada peningkatan
gelombang yang mengakibatkan pasir pantai
berpindah ke arah laut.
2) Pesisir Terjadi penyusutan daratan sehingga lahan bagi
penduduk yang tinggal di pinggir pantai menjadi
semakin sempit
3) Pasir Adanya gelombang yang besar mengangkut
butiran-butiran pasir menuju laut dan sulit untuk
mengembalikannya
4) Karang Butiran pasir yang terbawa oleh gelombang
mengakibatkan karang-karang yang awalnya
terhalang oleh pasir namun semakin munculan
5) Garis Pantai Jarak antara pantai dengan permukinman hanya
sekitar 250 meter, sehingga membuktikan bahwa
abrasi telah mengakibatkan pemukiman warga
semakin dekat dengan garis pantai
6) Vegetasi Tidak adanya vegetasi mangrove yang ditanam di
Mangrove bagian wilayah pantai Caringin
7) Vegetasi Adanya aktivitas masyarakat yang menebang
pohon kelapa pohon kelapa di pinggir pantai dengan tujuan
keselamatan karena akan membuka lahan
berjualan menyebabkan tidak adanya penahan
hantaman datangnya ombak
B. SOSIAL
1) Perilaku Adanya kebiasaan masyarakat mengambil pasir
pengambilan sebagai bahan bangunan menjadikan daratan
pasir semakin berkurang.
2) Perilaku Kebiasaan masyarakat mengambil karang untuk
pengambilan keperluan bangunan menjadikan bagian daratan
karang pasir berubah menjadi karang
3) Perilaku Sebagian penduduk mengambil rumput laut untuk
pengambil dibuat menjadi agar-agar dan pengambilannya
rumput laut menggunakan pisau sehingga merusak karang dan
mengakibatkan abrasi
C. EKONOMI
1) Berdagang Masyarakat membuka lahan berdagang di pantai dan
melakukan aktivitas yang tidak ramah lingkungan
seperti membuang sisa makanan dan sampah ke laut.
LAMPIRAN 3
HASIL GROUND CHECK LAPANGAN
Hasil
No Citra Interpretasi Koordinat Ground Foto Ket
Check
1. 6°20’58”S
Pemukiman 105°49’34” E Pemukiman S
2. 6°20’39”S
Kebun 105°49’27” E Kebun S
3. 6°21’21”S
Vegetasi 105°49’48” E Vegetasi S

4. 6°21’33”S
Sungai 105°49’21” E Sungai S
5. Sawah 6°20’56”S Sawah S
105°49’43” E
6. Tanah 6°21’57”S Tanah S
Kosong 105°49’31” E Kosong
7. Pemukiman 6°21’23”S Pemukiman S
105°49’31” E
8. Kebun 6°20’40”S Kebun S
105°49’27” E
9. Vegetasi 6°21’54”S Vegetasi S
105°49’53” E
10. Sungai 6°21’34”S Sungai S
105°49’22” E
11. Sawah 6°20’53”S Sawah S
105°49’43” E
Tanah 6°21’57”S Tanah
12. S
Kosong 105°49’32” E Kosong
6°21’23”S
13. Pemukiman Pemukiman S
105°49’31” E
6°20’37”S
14. Kebun Kebun S
105°49’28” E
6°21’44”S
15. Vegetasi Vegetasi S
105°50’08” E
6°21’33”S
16. Sungai Sungai S
105°49’24” E
6°20’57”S
17. Sawah Sawah S
105°49’52” E
Tanah 6°21’56”S Tanah
18. S
Kosong 105°49’31” E Kosong
6°21’4”S
19. Pemukiman Pemukiman S
105°49’38” E
6°20’38”S
20. Kebun Kebun S
105°49’28” E
21. Vegetasi 6°21’43”S S
Vegetasi
105°50’08” E
22. Sungai 6°21’34”S S
Sungai
105°49’25” E
23. 6°20’51”S S
Sawah Sawah
105°49’53” E
24. Tanah 6°21’57”S Tanah S
Kosong 105°49’31” E Kosong
25. 6°21’8”S
Pemukiman 105°49’54” E Pemukiman S
26. 6°20’39”S S
Kebun 105°49’27” E Kebun
27. 6°21’41”S S
Vegetasi 105°50’08” E Vegetasi
28. 6°21’34”S S
Sungai Sungai
105°49’26” E
29. 6°21’15”S S
Sawah 105°50’24” E Sawah
30. Tanah 6°21’50”S Tanah S
Kosong 105°49’37” E Kosong
31. 6°21’25”S S
Pemukiman 105°50’5” E Pemukiman
32. 6°20’33”S S
Kebun 105°49’41” E Kebun
33. 6°21’40”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’07” E
34. 6°21’35”S S
Sungai Sungai
105°49’27” E
35. 6°21’11”S S
Sawah Sawah
105°50’21” E
36. Tanah 6°21’51”S Tanah S
Kosong 105°49’34” E Kosong
37. 6°21’18”S S
Pemukiman 105°49’24” E Pemukiman
38. 6°20’37”S S
Kebun 105°49’37” E Kebun
39. 6°21’41”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’07” E
40. 6°21’34”S S
Sungai Sungai
105°49’27” E
41. 6°21’17”S S
Sawah Sawah
105°50’21” E
42. Tanah 6°21’54”S Tanah S
Kosong 105°49’32” E Kosong
43. 6°21’13”S S
Pemukiman 105°49’49” E Pemukiman
44. 6°20’57”S Kebun S
Kebun 105°49’27” E
45. 6°21’39”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’04” E
46. 6°21’36”S S
Sungai Sungai
105°49’28” E
47. 6°21’20”S S
Sawah Sawah
105°50’19” E
48. Tanah 6°21’55”S Tanah S
Kosong 105°49’31” E Kosong
49. 6°21’22”S
Pemukiman 105°49’34” E Pemukiman S

50. 6°20’56”S Kebun S


Kebun 105°49’32” E
51. 6°21’38”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’13” E
52. 6°21’35”S S
Sungai Sungai
105°49’28” E
53. 6°21’14”S S
Sawah Sawah
105°50’1” E
54. Tanah 6°21’56”S Tanah S
Kosong 105°49’30” E Kosong
55. 6°21’4”S S
Pemukiman 105°49’40” E Pemukiman
56. 6°20’55”S Kebun S
Kebun 105°49’34” E
57. 6°21’32”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’09” E
58. 6°21’36”S S
Sungai Sungai
105°49’29” E
59. 6°21’43”S S
Sawah Sawah
105°49’37 E
60. Tanah 6°21’57”S Tanah S
Kosong 105°49’32” E Kosong
61. 6°21’7”S
Pemukiman 105°49’54” E Pemukiman S
62. Kebun 6°20’55”S Kebun S
105°49’32” E
63. Vegetasi 6°21’27”S Vegetasi S
105°50’11” E
64. Sungai 6°21’35”S Sungai S
105°49’29” E
65. Sawah 6°21’44”S Sawah S
105°49’51 E
66. Tanah 6°21’51”S Tanah S
Kosong 105°49’25” E Kosong
67. Pemukiman 6°21’3”S Pemukiman S
105°49’46” E
68. Kebun 6°20’58”S Kebun S
105°49’33” E
69. Vegetasi 6°21’26”S Vegetasi S
105°50’15” E
70. Sungai 6°21’36”S Sungai S
105°49’30” E
71. Sawah 6°21’30”S Sawah S
105°49’48 E
72. Tanah 6°21’50”S Tanah S
Kosong 105°49’24” E Kosong
73. Pemukiman 6°21’32”S Pemukiman S
105°49’31” E
74. Kebun 6°20’59”S Kebun S
105°49’32” E
75. Vegetasi 6°21’29”S Vegetasi S
105°50’19” E
76. Sungai 6°21’09”S Sungai S
105°50’15” E
77. Sawah 6°21’25”S Sawah S
105°49’54” E
78. Tanah 6°21’48”S Tanah S
Kosong 105°49’24” E Kosong
79. 6°21’20”S
Pemukiman 105°49’29” E Pemukiman S
80. 6°21’03”S Kebun S
Kebun 105°49’31” E
81. 6°21’24”S S
Vegetasi Vegetasi
105°50’08” E
82. 6°21’10”S S
Sungai Sungai
105°50’16” E
83. 6°21’34”S S
Sawah 105°49’56” E Sawah

84. Tanah 6°21’42”S Tanah S


Kosong 105°49’26” E Kosong
85. 6°21’30”S S
Pemukiman 105°49’39” E Pemukiman

86. 6°21’16”S Kebun S


Kebun 105°49’47” E
87. 6°21’10”S S
Vegetasi 105°49’53” E Vegetasi
88. 6°21’09”S S
Sungai Sungai
105°50’12” E
89. 6°21’42”S S
Sawah 105°49’42” E Sawah
90. Tanah 6°21’20”S Tanah S
Kosong 105°49’21” E Kosong
91. 6°20’54”S S
Pemukiman 105°49’40” E Pemukiman
92. 6°21’23”S Kebun S
Kebun 105°49’43” E
93. 6°21’14”S
Vegetasi 105°49’51” E Vegetasi S
94. 6°21’10”S
Sungai Sungai S
105°50’17” E
95. 6°21’36”S
Sawah 105°49’22”E Sawah S

96. Tanah 6°21’13”S Tanah


105°49’31” E S
Kosong Kosong
97. Pemukiman 6°21’30”S Pemukiman S
105°49’38” E
98. Kebun 6°21’21”S Kebun S
105°49’40” E
99. Vegetasi 6°21’22”S Vegetasi S
105°50’03” E
100. Sungai 6°21’10”S Sungai S
105°50’19” E
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara bersama Kepala Desa Wawancara bersama UPT PSPL


Caringin (Bpk. Ade M. Supi) Provinsi Banten KKP yang berasa di
Desa Caringin

Wawancara bersama ketua RW Wawancara bersama ketua RT


(Bpk. TB Mumu M. Jazuli ) (Bpk. Tata Rukita)

Wawancara bersama pengambil pasir Wawancara bersama pengambil pasir


dan karang (Bpk. Muhaemin) (Bpk.Ahyani)
Wawancara bersama pengambil karang Wawancara bersama pengambil pasir
(Bpk. Sudjono) (Bpk. Jasimin)

Wawancara bersama pengambil rumput Wawancara bersama penjaga vila


laut (Bpk. Ujang) pribadi di pinggir pantai (Bpk. Saman)

Wawancara bersama pedagang (Ibu Eti) Wawancara bersama pedagang (Bpk.


Mugni)
LAMPIRAN 5
KONDISI PANTAI CARINGIN

Pantai Caringin ketika pasang Pantai Caringin ketika surut

Kondisi Pantai Caringin yang dilakukan Penahan ombak hancur dan terjadi
pengedaman oleh pribadi pengikisan daratan

Sebagian Pantai Caringin berkrikil Pantai Caringin ramai pengunjung


Pedagang mendirikan tempat berdagang Limbah yang dialirkan langsung ke
percis di pasir pantai pantai

Sampah di Pantai Caringin Kondisi muara yang dilalui oleh


perahu-perahu besar

Pembuatan perahu percis di pinggir


muara
LAMPIRAN 6
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : Kepala Desa


Nama Responden : Ade M Sufi, S.H
Umur : 37 tahun
1. Apakah jabatan Bapak di Desa Caringin ini? Sudah berapa lama melaksanakan
jabatan tersebut?
Jawab : Jabatan saya saat ini sebagai kepala Desa Caringin, sejak tahun 2015.
2. Sudah berapa lama Bapak tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : dari lahir saya di Caringin
3. Menurut pemantauan Bapak apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai
Caringin dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : Pantai ini terdapat di sepanjang Desa caringin tepatnya di RT/RW
08/003, 10/003, 14/004, 12/004 dan 17/006. Pantai yang dibuka untuk khalayak
umum terletak di RT/RW 10/003, 14/004, 12/004 dan 17/006. Sedangkan
pantai di RT/RW 08/003 tidak sembarang orang bisa masuk, karena dikelola
secara khusus oleh pemiliknya. Sebagian besar tanah di pesisir adalah bukan
milik penduduk Desa Caringin. Perbedaanya Sangat jauh berbeda, dulu itu
agak jauh, tidak seperti sekarang.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Apakah sudah ada pelindung yang mencegah ombak tersebut?
Jawab : naik ke daratan mungkin untuk penduduk sekitar pantai sudah
merasakannya semua. Jika dari sisi pantainya lebih dari 10 meter.
Pelindungnya sudah ada, tapi hanya di sekitar tempat ziarah.
5. Apakah ada masyarakat yang mengambil pasir? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : sekarang paling hanya satu atau dua orang secara sembunyi-sembunyi
untuk kepentingan pribadinya. Tapi dulu itu diangkut besar-besaran dan
dibiarkan saja.
6. Apakah ada masyarakat yang mengambil karang? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : sekarang sudah tidak ada, namun dahulu masih ada dan digunakan
untuk pribadi serta dijual, dulu itu diperbolehkan saja belum ada
konsekuensinya.
7. Apakah ada masyarakat yang mengambil rumput laut? Bagaimana
konsekuensinya?
Jawab : tidak ada.
8. Apakah masyarakat Desa Caringin yang berdagang di sekitar pantai memiliki
izin untuk membuka lahan berdagang?
Jawab : banyak penduduk yang berdagang di sekitar pantai, untuk izin secara
tertulis itu tidak ada. Hanya saja karena sudah kebiasaan saja, ketika pantai
rame maka akan banyak pedagangnya. Izin secara tertulis dari desa tidak ada,
namun penduduk yang ingin berdagang biasanya berkoordinasi dengan
kepercayaan pemilik tanah, karena tanah pantai di Desa Caringin hampir
seluruhnya bukan milik penduduk Desa Caringin.
9. Apakah pemerintah desa menyediakan tempat penampungan sampah untuk
masyarakat membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : tidak ada, pedagang tersebut biasaya koordinasi bersama pemilik
pantai.
10. Apakah di Pantai Caringin ini pernah dilakukan penanaman mangrove?
Jawab : ada penanaman kembali dari KKN IPB 2017 tapi hanya di sebagian
muara saja.
11. Apakah ada program yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan pantai yang semakin luas? Jika ada, sebutkan!
Jawab : sudah dilaksanakan di sekitar pantai penziarahan, tapi hancur terkena
ombak. Kita berencana untuk melakukan pengedaman pantai lagi, sosialisasi
sudah dilakukan ke masyarakat namun masyarakat masih ada pro-kontra.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : Ketua RW 003


Nama Responden : Tb. Mumu Mukhlish Jazuli
Umur : udah hampir 70 tahun.
1. Apakah jabatan Bapak di Desa Caringin ini? Sudah berapa lama melaksanakan
jabatan tersebut?
Jawab : ketua RW
2. Sudah berapa lama Bapak tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : dari lahir
3. Menurut pemantauan Bapak apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai
Caringin dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : perubahan pantai di Caringin terjadi khususnya pada saat musim hujan.
Pantai tersebut daratannya terkikis kira-kira setiap tahunnya tidak kurang dari 2
atau 3 meter terkena abrasi. Menurut saya dari tahun 2004-sekarang sudah
habis 2 sampai 5 meter terkikis. Abrasi tersebut terjadi secara lurus dan Pantai
Caringin ini sebagian ada yang berkarang tapi sebagiannya tidak. Dahulu
masih banyak pohon kelapa, tapi pohon mangrove tidak ada.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Apakah sudah ada pelindung yang mencegah ombak tersebut?
Jawab : kurang lebih 1 meter
5. Apakah ada masyarakat yang mengambil pasir? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : sekitar 5 - 6 tahun ke belakang, Pantai Caringin sudah aman dari
pengambil pasir. Dahulu banyak orang-orang yang mengambil pasir untuk
dijual dan untuk kepentingan pribadi. Dahulu dibiarkan saja, tapi sekarang
sudah tidak boleh.
6. Apakah ada masyarakat yang mengambil karang? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : untuk di lingkungan saya, tidak ada yang mengambil karang namun di
kampung sebelah karangnya sudah habis diambil karena mungkin tidak ada
pengawasan.
7. Apakah masyarakat yang mengambil rumput laut? Bagaimana
konsekuensinya?
Jawab : tidak ada.
8. Apakah masyarakat Desa Caringin yang berdagang di sekitar pantai memiliki
izin untuk membuka lahan berdagang?
Jawab : masalah izin kepada aparat itu tidak ada, namun mereka meminta izin
kepada kepercayaan pemilik tanah.
9. Apakah pemerintah desa menyediakan tempat penampungan sampah untuk
masyarakat membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : tidak disediakan, jadi sebisanya mereka saja membuang kemana.
Namun saya selalu menekankan terutama kepada pemuda agar kebersihan
tersebut tetap terjaga.
10. Apakah di Pantai Caringin ini pernah dilakukan penanaman mangrove?
Jawab : untuk di pantainya tidak pernah, pantai kita di sini sudah gundul.
11. Apakah ada program yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan pantai yang semakin luas? Jika ada, sebutkan!
Jawab : sebetulnya dari pemerintahan pusat maupun daerah, upaya
pemeliharaan pantai sudah ada yaitu pengedaman bahkan sudah dilaksanakan.
Untuk tahun ini belum terlaksana, sebetulnya anggaran sudah ada namun
sosialisasi ke masyarakat masih belum menyeluruh, sehingga masih pro-kontra.
Sangat disayangkan, tidak tahu penyebabnya apa. padahal kami sangat
membutuhkannya. Jika abrasi ini terus dibiarkan, maka akan dibawa ke mana
warga kita?
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : Ketua RT 17
Nama Responden : Tata Rukita
Umur : 1967
1. Apakah jabatan Bapak di Desa Caringin ini? Sudah berapa lama melaksanakan
jabatan tersebut?
Jawab : Ketua RT 17 dari tahun 2013
2. Sudah berapa lama Bapak tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : dari tahun 1982
3. Menurut pemantauan Bapak apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai
Caringin dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : selama saya di sini, alhamddulillah sekarang sudah bagus, dulu untuk
menuju pantai itu harus melewati hutan belantara, jalannya juga seetapak. Tapi
karena di pantai ini tanahnya milik pribadi dan pemiliknya memperhatikan,
alhamdulilla ada pembangunan. Mengenai daratannya dulu itu habis terkena
ombak tapi sekarang karena ada pembangunan DAM dan mengurangi abrasi.
Pengedaman tersebut dilakukan pada tahun seitar tahun 2015 yang dilakukan 2
kali penggarapan.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Apakah sudah ada pelindung yang mencegah ombak tersebut?
Jawab :
5. Apakah ada masyarakat yang mengambil pasir? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : alhamdulillah pantai itu dilindungi, sekarang jika ada yang mengambil
pasir akan didikenakan sanksi. Dulu banyak yang mengambil karang. Kira-kira
berhentinya pada tahun 2004.
6. Apakah ada masyarakat yang mengambil karang? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab : dulu ada, sekarang tidak ada karena karangnya juga sudah tidak ada
tertutuup lagi oleh pasir, akibat dari pengedaman itu.
7. Apakah masyarakat yang mengambil rumput laut? Bagaimana
konsekuensinya?
Jawab : waktu itu ada pengambilnya bukan penduduk Caringin tapi dari
wilayah lain dan sekarang sudah tidak ada lagi.
8. Apakah masyarakat Desa Caringin yang berdagang di sekitar pantai memiliki
izin untuk membuka lahan berdagang?
Jawab : terkadang di pantai bagian RT 17 ini memang ada yang datang, tapi
tidak banyak jadi tidak ada yang berdagang.
9. Apakah pemerintah desa menyediakan tempat penampungan sampah untuk
masyarakat membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab :
10. Apakah di Pantai Caringin ini pernah dilakukan penanaman mangrove?
Jawab : sekitar tahun 2017 , ada lembaga yang melakukan penanaman tapi
tidak tumbuh karena tidak ada yang merawatnya.
11. Apakah ada program yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan pantai yang semakin luas? Jika ada, sebutkan!
Jawab : tidak ada, pengedaman yang dilakukan itu hanya bersifat pribadi.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Provinsi


Banten
Nama : Dimas
Jabatan : Staff

1. Pada tahun berapa UPT PSPL ini didirikan?


Jawab : Tahun 2010
2. Sudah berapa lama UPT PSPL ini berada di Desa Caringin Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten?
Jawab : Tahun 2014
3. Sudah berapa lama Bapak bekerja di PSPL? Pada bidang apa Bapak bekerja?
Jawab : Sudah 4 tahun sebagai staff di bidang pendayagunaan dan pelestarian.
4. Menurut pemantauan Bapak, apakah terdapat perubahan garis pantai di Desa
Caringin setiap tahunnya?
Jawab : jika dilihat secara visual, pasti ada perubahan yang disebabkan oleh
banyaknya aktivitas. Contohnya di sebelah kantor PSPL sendiri baru saja ada
pembangunan CCI (Carita Coconut Island). Hal tersebut adalah salah satu
faktor kerusakan wilayah pesisir. Di belakang kantor kita juga terdapat
penduduk yang mengambil rumput laut. Selain itu di dekat muara juga ada
yang mengambil pasir, karang yang digunakan untuk pembangunan rumah dan
lain sebagainya.
5. Menurut pemantauan Bapak, kira-kira setiap tahunnya berapa meter daratan
pesisir Desa Caringin terkikis?
Jawab : kita tidak bisa mengatakan perkiraan karena harus dilakukan
pemodelan terlebih dahulu yang diolah melalui citra sehingga dapat diketahui
perubahannya berapa, jika dilihat secara kasat mata maka tidak dapat dikatakan
secara pasti. Setiap tahunnya pasti terdapat daratan yang habis oleh gelombang.
6. Bagaiamana pendapat Bapak mengenai penduduk yang membuat tempat
berdagang di pinggir pantai?
Jawab : itu adalah salah satu kegiatan yang merusak pesisir, di mana penduduk
tersebut melakukan penebangan pohon padahal pohon tersebut berguna untuk
menahan abrasi.
7. Ketika air laut pasang, sampai berapa meter naik ke daratan ?
Jawab : hal tersebut dapat dilihat tergantung musim. Jika musim barat, kadang-
kadang bisa lebih 2 meter.
8. Apakah pernah melaksanakan program pencegahan abrasi seperti penanaman
mangrove atau terumbu karang?
Jawab : kita pernah melaksanakan tranplatasi karang bekerja sama dengan
marinir, sekitar 500 meja transplatasi kami buat di sekitar pantai belakang
kantor. Untuk mangrove, substrat di sini kurang mendukung karena lebih
banyak pasir dan juga substrat berlumpurnya sudah menjadi bangunan.
9. Apakah ada pembangunan lain yang akan dilaksanakan untuk mencegah abrasi
semakin meluas?
Jawab : kita sudah pernah melaksanakan pembangunaan dengan membuat
batu-batu untuk menghalangi gelombang dan memecahkannya tapi batu
tersebut cepat hilang. Meskipun batu tersebut sudah kami ikat dengan kawat
dan halangi dengan jaring.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Nama Responden : Muhaemin


Umur : 52 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : nelayan
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : dari lahir
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : sangat jauh perbedaannya, dahulu itu tidak ada karang di pinggir
pantainya hanya terlihat pasir. Tanah nenek saya pun sudah habis oleh ombak.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : pada saat musim penghujan, sekitar 10 meter lebih ke daratan.
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : pasir di pantai tersebut di ambil oleh alm. Amad. Pada saat itu,
penduduk banyak yang jadi pengangguran, maka penduduk mengikutinya.
Untuk dijual dan dipakai membangun rumah. Pasir tersebut dijual juga ke
daerah luar.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : setelah pasir habis, sekitar tahun 1997/1998 mulai karangnya diambil
oleh penduduk. Namun sekarang sudah tidak. Untuk dijual dan membangun
rumah.
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : dulu ada, untuk dijual tapi sekarang sudah ada, saya juga
mengambilnya sama ibu.
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : saya tidak berdagang di pinggir laut tapi untuk mendirikan tempat
jualan di sana biasanya izin kepada pihak yang dipercayai oleh pemilik tanah.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : bagaimana pedagang di sana saja
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak ada
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : baru ada rencana dari pemerintah, kemarin saya ikut rapat mengenai
hal itu, hasilnya belum bisa dilaksanakan karena masih ada kendala dari pihak
yang memperjuangkan penduduk Desa Caringin untuk menjadi pekerja dan ada
juga satu pihak lain yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.
Program tersebut berasal dari kementrian, sudah dilakukan pengukuran juga
yaitu sekitar 5 meter ke arah laut.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Nama Responden : Jasiming


Umur : 55 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : pedagang terkadang juga tukang bangunan
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : saya asli Caringin
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : perubahan pantai ini jelas sudah habis. Daratan pantai ini seingat saya
sekitar 200-300 meter sudah hilang. Paling drastis perubahan ini ketika diambil
pasirnya, dari zaman Bapak Amad sampai berikutnya.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : kira-kira 10 meter
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : pasir di ambil, sekarang kurang lebih 6 tahun tidak diambil pasirnya.
Tidak ada yang menutupi orang-orang yang mengambil pasir. Sekarang
penduduk yang tidak mengambil pasir sudah punya rumah, tanah, motor
dibandingkan pada saat mereka mengambil pasir. Dahulu orang-orang yang
mengambil pasir tidak bisa dicegah. Mereka beranggapan karena tanah pinggir
pantainya bukan milik mereka.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : setelah pasir habis, karanglah yang menjadi sasarannya.
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : tidak
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : tidak, namun ada satu atau dua pohon yang ditebang segaja oleh
pedagang yang lain yang akan membuat tempat jualan (saung).
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : dibakar.
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak, tapi sekarang sudah bertambah daratanya. Pohon kelapa juga
pada jadi sendiri. Dari sampah kelapa yang terbawa air dan terpendam di tanah,
kemudian tumbuh menjadi pohon kelapa.
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : belum ada
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Nama Responden : Sujono


Umur : 60 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : Buruh
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : Tahun 1985 saya tinggal di Caringin
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : Perubahannya habis oleh ombak, dulunya itu hutan tapi sekarang itu
sudah jadi laut. Daratan yang sudah hilang itu banyakan dari pada yang ada
sekarang menurut pengetahuan saya. Hilangnya sekitar 40 meter, habisnya
karena erosi ombak. Apalagi pada saat musim penghujan.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab :
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : dulu itu ada, sekarang mah sudah tidak ada. Semenjak peraturan
undang-undang semakin tegas.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : pernah, paling hanya untuk kebutuhan pribadi saja.
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : saya tidak, tapi orang lain ada, cara mengambilnya menggunakan
sampan dan dijual ke para penampungnya.
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : saya bukan pedagang.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : mungkin bagaimana mereka saja.
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak ada
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : belum ada, mungkin nanti akan ada jika pemerintah sudah melihat
tanah ini habis sampai pinggir jalan.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Nama Responden : Mugni


Umur : 45 tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : Pedagang
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : Dari lahir, saya jualan dari tahun 2000. Pengunjung rame pada saat
hari minggu, libur hari raya dan sekolah serta saat mau puasa. Sepinya di sini
ketika cuaca yang tidak bersahabat.
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : Pantainya semakin maju, sekarang semakin dekat dengan permikiman,
kisaran 100 meter yang hilang. Hilangnya daratan tersebut saya kurang tahu
hilangnya karena apa.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : kira-kira 10 meter
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : tidak, tapi dahulu orang-orang mengambil pasir untuk dijual dan
digunakan pribadi namun sudah sekitar 3 tahun pasir di sini tidak diambil lagi.
Untuk sekarang juga terkadang masih ada yang mengambil paling sebanyak 1
atau 2 gerobak hanya untuk pribadi.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : tidak
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : tidak
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : saya jualan seperti kopi, gorengan, es setiap hari, awalnya meminta
izin kepada orang kepercayaan yang punya tanah yaitu pak Jakiman. Di mana
kami membayar Rp. 150.000 setiap bulannya. Saya membuat warung ini di
atas pasir sini saja, jadi tidak ada pohon.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : ke pasir belakang kemudian di bakar.
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : belum ada.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Nama Responden : Eti
Umur : 40 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : Pedagang
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : dari lahir, saya jualan di sini dari tahun 2008. Pengunjung ramai di hari
minggu, setelah hari raya dan menjelang puasa.
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : ada perubahan, sekarang laut semakin mendekat. Pada awalnya banyak
pohon kelapa namun sekarang sudah jarang.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : sampai ke warung saya juga. Kira-kira kurang lebih 10 meter.
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : saya hanya jualan saja.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : tidak
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : tidak
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : saya mendirikan tempat jualannya harus meminta izin dulu pada
kepercayaan pemilik tanah. Paling ada satu atau dua pohon yang kira-kira
menghalangi baru ditebang.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : tidak ada tempat khusus, paling hanya dibakar saja. Banyak sampah
apalagi pada saat musim hujan.
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : tidak
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Nama Responden : Ahyani
Umur : 41 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : Tukang Bangunan
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : asli Desa Caringin
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : banyak perubahan mengenai pantai ini, kurang lebih sudah hilang 200-
300 meter. Karang-karang juga belum muncul, pedagang juga belum ada
banyak seperti ini. Kita mau pasang jaring untuk mengambil ikan juga tidak
khawatir karena tidak ada karang. Perubahan tersebut mungkin karena ombak,
pasirnya sendiri banyak yang hilang.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab :
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : pernah, dari tahun 1999 harga semobilnya juga masih Rp. 700. Pasir
tersebut dijual, banyak yang angkut. Namun sekarng sudah tidak.
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : pernah tapi sekarang sudah ada.
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : tidak.
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : dulu ada kelapa, namun semenjak banyak pedagang sekarang sudah
banyak yang ditebang. Hanya saja ada inisiatif dari pedagang yang menanam
pohon seperti ini disamping warungnya supaya tidak ada abrasi.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : -
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : baru rencana katanya.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Nama Responden : Ujang
Umur : 27 Tahun
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : Pengambil rumput laut di pesisir pantai Caringin, kira-kira dari tahun
2007.
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : asli Caringin
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : ada perubahan di pantai ini, dahulu itu rumput lautnya bagus, banyak
namun sekarang sedikit apalagi semenjak dibangunnya CCI (Carita Coconut
Island). Sudah tidak ada ikan kecil-kecil (ikan hias) sudah susah dicari satupun.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : sekitar 5-10 meter.
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : tidak
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : tidak
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : itu pekerjaan saya, untuk dijual ke penampungnya. Biasanya dapat 70
kg setiap dua kali turun harganya Rp. 1.200 per kg. Masih banyak rumput laut
di sini, terkadang saya ambil di pinggir pantai atau di tengah. Cara
mengambilnya dengan dicabut saja, saya menyelam (jika dalam). Rumput laut
tersebut digunakan untuk diolah menjadi kosmetik atau pupuk.
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : tidak tahu.
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : tidak tahu.
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : tidak ada.
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : belum tau.
TRANSKRIP WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Nama Responden : Saman
Umur : 1974
1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
Jawab : penjaga villa Probo, kurang lebih 20 tahun.
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab : asli Caringin
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab : ada perubahan, yaitu hilangnya biota laut pesisir pantai seperti ikan
kecil. Terdapat abrasi namun bagian ini karena miilik pribadi jadi terlindungi.
Kira-kira dilakukan pada tahun 1999. Di sini tidak ada pasir, karena bagian
pasirnya sudah dibuat villa.
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab : sekitar 5-10 meter.
5. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab : tidak
6. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab : tidak
7. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab : tidak
8. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab : tidak
9. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab : tidak ada pedagang
10. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab : ada, tapi masuknya ke muara, bukan di bagian pantainya.
11. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab : tidak ada, ini hanya bersifat pribadi.
INSTRUMEN WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : Kepala Desa, Ketua RT dan Ketua RW


Nama :
Umur :

1. Apakah jabatan Bapak di Desa Caringin ini? Sudah berapa lama melaksanakan
jabatan tersebut?
Jawab :
2. Sudah berapa lama Bapak tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab :
3. Menurut pemantauan Bapak apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai
Caringin dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab :
4. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Apakah sudah ada pelindung yang mencegah gelombang tersebut?
Jawab :
5. Apakah ada masyarakat yang mengambil pasir? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab :
6. Apakah ada masyarakat yang mengambil karang? Bagaimana konsekuensinya?
Jawab :
7. Apakah masyarakat yang mengambil rumput laut? Bagaimana
konsekuensinya?
Jawab :
8. Apakah masyarakat Desa Caringin yang berdagang di sekitar pantai memiliki
izin untuk membuka lahan berdagang?
Jawab :
9. Apakah pemerintah desa menyediakan tempat penampungan sampah untuk
masyarakat membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab :
10. Apakah di Pantai Caringin ini pernah dilakukan penanaman mangrove?
Jawab :
11. Apakah ada program yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan pantai yang semakin luas? Jika ada, sebutkan!
Jawab :
INSTRUMEN WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL)


Nama :
Umur :

10. Pada tahun berapa UPT PSPL ini didirikan?


Jawab :
11. Sudah berapa lama UPT PSPL ini berada di Desa Caringin Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten?
Jawab :
12. Sudah berapa lama Bapak bekerja di PSPL? Pada bidang apa Bapak bekerja?
Jawab :
13. Menurut pemantauan Bapak, apakah terdapat perubahan garis pantai di Desa
Caringin setiap tahunnya?
Jawab :
14. Menurut pemantauan Bapak, kira-kira setiap tahunnya berapa meter daratan
pesisir Desa Caringin terkikis?
Jawab :
15. Bagaiamana pendapat Bapak mengenai penduduk yang membuat tempat
berdagang di pinggir pantai?
Jawab :
16. Ketika air laut pasang, sampai berapa meter naik ke daratan ?
Jawab :
17. Apakah pernah melaksanakan program pencegahan abrasi seperti penanaman
mangrove atau terumbu karang?
Jawab :
18. Apakah ada pembangunan lain yang akan dilaksanakan untuk mencegah abrasi
semakin meluas?
Jawab :
INSTRUMEN WAWANCARA
PEMODELAN SPASIAL ABRASI DI PANTAI CARINGIN KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Responden : Penduduk
Nama :
Umur :

12. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?


Jawab :
13. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten?
Jawab :
14. Menurut Bapak/Ibu, apakah ada perbedaan mengenai keadaan Pantai Caringin
dulu dengan sekarang? Jelaskan!
Jawab :
15. Biasanya ketika air laut pasang, kira-kira sampai berapa meter naik ke daratan?
Jawab :
16. Apakah bapak/ibu pernah mengambil pasir? Jika pernah, untuk apa pasir
tersebut?
Jawab :
17. Apakah bapak/ibu pernah mengambil karang? Jika pernah, untuk apa karang
tersebut?
Jawab :
18. Apakah bapak/ibu pernah mengambil rumput laut? Jika pernah, untuk apa
rumput laut tersebut dan bagaimana cara mengambilnya?
Jawab :
19. Untuk membuka lahan berdagang, apakah Bapak/Ibu harus menebang pohon
kelapa yang ada di pinggir pantai?
Jawab :
20. Kemana Bapak/Ibu membuang limbah sisa bahan dagangannya?
Jawab :
21. Apakah di Pantai Caringin ini terdapat pohon mangrove?
Jawab :
22. Apakah ada program yang dilakukan oleh pemerintah Desa Caringin,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten untuk mencegah
berkurangnya daratan Pantai Caringin ini? Jika ada, sebutkan!
Jawab :
BIOGRAFI PENULIS

Sani Alfia Chairani, NIM 11140150000030 Jurusan


Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis merupakan anak kedua
yang dilahirkan di Pandeglang pada 07 Juli 1995 dari
pasangan Su’udi dan Rofi’ah. Bertempat tinggal di Kp.
Caringin Lor, RT/RW : 01/01 Desa Pejamben Kecamatan
Carita Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Riwayat pendidikan berawal dari Taman Kanak-Kanak Az-zahra 2000-2001 SDN
Caringin 1 2002-2007 SMPN 2 Labuan 2008-2010 dan SMAN 4 Pandeglang
2011-2013. Skripsi ini didedikasikan untuk orangtua, kakak dan adik tercinta yang
telah mendukung sepenuhnya terhadap studi penulis. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Email :
sani.alfia95@gmail.com

You might also like