You are on page 1of 19

PENGARUH DIMENSI GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN
(Studi pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)

Muhamad Dicky Kusnadi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
mk.dicky@student.ub.ac.id
Dosen Pembimbing
Kusuma Ratnawati

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2013 – 2017. Dimensi good corporate governance yang digunakan
dalam penelitian ini ialah proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan komite audit. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan diukur dengan
Return on Equity. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga
didapatkan sampel sebanyak 16 perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sampel tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen,
kepemilikan institusional, dan komite audit memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit

Abstracts : This study aims to determine the influence of good corporate governance
towards company financial performance on state-owned enterprises listed in Indonesia Stock
Exchange during 2013 – 2017. The dimensions that were used in this study are the proportion of
independent board commissioners, institutional ownership, managerial ownership, and audit
committee. Company financial performance measured by Return on Equity. Purposive sampling
method was used to collect the data and there are 16 state-owned enterprises that were used as
samples. The collected data will be processed and analyze using multiple linear regressions. The
result shows that the proportion of independent board commissioners, managerial ownership and
audit committee have a postive and significant effect on company financial performance, while
managerial ownership have a positive and insignificant effect on company financial performance.
Keywords: Good Corporate Governance, Proportion of Independent Board Commissioners,
Institutional Ownership, Managerial Ownership, Audit Committee

1. PENDAHULUAN penting dalam penyediaan barang dan jasa


publik yang belum dapat disediakan oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor swasta. Di tengah persaingan global
merupakan komponen pengambil keputusan yang semakin ketat, perusahaan berlomba
penting dalam sistem perekonomian untuk meningkatkan daya saing di berbagai
Indonesia. Selain itu BUMN juga berperan
sektor untuk dapat menarik minat investor Data tersebut menunjukkan
untuk berinvestasi. Devi Yulianti (2015) kontribusi BUMN dari tahun 2013
mengatakan, keputusan BUMN yang hingga 2017 kepada Anggaran
diambil dapat mempengaruhi perilaku Pendapatan dan Belanja Negara
komponen pengambil keputusan lainya, baik (APBN). Total penerimaan negara dari
sektor rumah tangga, sektor swasta maupun berdasarkan statistik pada empat tahun
sektor luar negeri. tersebut berjumlah 192 triliun rupiah.
Hal ini merupakan benefit langsung oleh
Sejalan dengan itu BUMN negara dengan adanya kehadiran
memainkan peranan yang menentukan BUMN.
jalannya roda perekonomian, khususnya
dalam mendorong pertumbuhan sektor Menjaga benefit BUMN melalui
industri, membuka dan memperluas tata kelola perusahaan adalah hal yang
kesempatan usaha, menyediakan kesempatan penting, pasalnya permasalahan
kerja serta memperkuat anggaran negara mengenai tata kelola perusahaan
melalui kontribusinya terhadap penerimaan menarik perhatian internasional
perpajakan dan bukan perpajakan. Namun dikarenakan timbulnya berbagai skandal
Nyoman dkk. (2003) mengatakan BUMN besar yang menimpa perusahaan-
atau perusahaan manapun bukanlah perusahaan besar baik di Inggris
“makhluk immortal’ yang dapat selalu maupun Amerika Serikat pada tahun
memberi keuntungan dan tetap bertahan 1980 (Hamdani, 2016). Adanya
dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. pengambil alihan perusahaan secara
Bagaikan tubuh manusia, BUMN dapat agresif membuat orang semakin sadar
terkena virus, baik yang bersifat internal akan pentingnya sistem tata-kelola
maupun eksternal. Sebagian kondisi internal perusahaan. Salah satu skandal terbesar
antara lain adalah rendahnya penerapan di Amerika Serikat terkait prinsip
good corporate governance, sehingga tidak penegakan good corporate governance
ada kewajaran (fairness), transparansi dan terjadi pada perusahaan Enron. Enron
akuntabilitas dalam transaksi bisnis; tidak merupakan perusahaan energi yang
berfungsinya sistem perencanaan dan dibentuk pada tahun 1985 berpusat di
pengendalian internal terutama karena Texas, Amerika Serikat.
kurang berdayanya Komisaris sebagai Kebangkrutannya disebabkan karena
pengawas; tidak efektifnya sistem praktik akuntansi yang tidak sehat dan
remunerasi dan insentif sehingga manajemen menyebabkan sahamnya yang semula
berusaha mencari pendapatan di luar sistem; seharga US$ 90.75 per lembar pada
rendahnya integritas Direksi; kegagalan pertengahan tahun 2000, menurun
proyek penting dan pembiayaan hutang drastis menjadi sebesar US$ 0.67 per
yang berlebihan. lembar pada bulan Januari tahun 2002
setelah diumumkan bangkrutnya
Kontribusi dividen BUMN ke perusahaan tersebut di bulan Desember
pendapatan negara dapat dikatakan tahun 2001 (Segal, 2016).
cenderung meningkat dari tahun 2013-2017.
Hal ini didukung oleh data yang dirilis Secara spesifik, persoalan yang
website https://.databoks.katadata.co.id/. terjadi pada corporate governance di
Indonesia cenderung komplek.
Gambar 1.1. Setoran Dividen BUMN Permasalahan yang timbul pada
ke APBN di Tahun 2013-2017 kurangnya penerapan corporate
Gambar 1.2. Grafik Penilaian
Corporate Governance ASEAN

Sumber: https://databoks.katadata.co.id
tersedia bagi pemegang saham. Dengan
demikian variable kinerja keuangan
dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan ROE.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
Sumber: ASEAN Corporate Governance 1. Apakah proporsi dewan komisaris
Scorecard Country Report independen (X1) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan (Y) pada
Beberapa praktik pelanggaran Good perusahaan BUMN yang terdaftar di
Corporate Governance dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia?
perusahaan besar di Indonesia seperti 2. Apakah kepemilikan institusional (X2)
Kimia Farma, Kereta Api, dan Lippo berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Bank. Adanya kasus tersebut perusahaan (Y) pada perusahaan
menandakan bahwa belum efektifnya BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
pelaksanaan tata kelola perusahaan di Indonesia?
Indonesia. (Hamdani, 2016). Tidak 3. Apakah kepemilikan manajerial (X3)
hanya kasus yang menimpa Kimia berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Farma, PT Kereta Api Indonesia dan perusahaan (Y) pada perusahaan
Lippo Bank saja, lemahnya praktik tata BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
kelola perusahaan di Indonesia juga Indonesia?
dibuktikan dengan kasus suap 4. Apakah komite audit (X4) berpengaruh
perusahaan BUMN PT Garam, dimana terhadap kinerja keuangan perusahaan
direktur utamanya melakukan tindakan (Y) pada perusahaan BUMN yang
pidana penyimpangan importasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
distribusi garam distribusi (Putra, 2017). 1.2 Tujuan Penelitian

Selain itu terdapat kasus korupsi Berdasarkan rumusan masalah yang


oleh Direktur Utama PT Askrindo telah dikemukakan, maka tujuan dari
berupa pembayaran komisi fiktif penelitian ini adalah untuk:
asuransi minyak dan gas BP Migas-
KKKS yang menyebabkan diputusnya 1. Untuk mengetahui pengaruhproporsi
jabatan direktur tersebut sebagai dewan komisaris independen (X1)
Direktur Utama PT Askrindo (Hardiyan, terhadap kinerja keuangan perusahaan
2017). (Y) pada perusahaan BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Rasio keuangan dari laporan 2. Untuk mengetahui pengaruh
keuangan menjadi alat ukur kinerja kepemilikan institusional(X2) terhadap
keuangan suatu perusahaan. kinerja keuangan perusahaan (Y) pada
Tampubolon (2010:45) rasio keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di
dapat dikelompokkan ke dalam empat Bursa Efek Indonesia.
kategori yaitu rasio likuiditas, rasio 3. Untuk mengetahui
leverage, rasio efisiensi, dan rasio pengaruhkepemilikan manajerial (X3)
profitabilitas. Return on Equity (ROE) terhadap kinerja keuangan perusahaan
menjadi salah satu cara untuk menilai (Y) pada perusahaan BUMN yang
kinerja keuangan dari segi profitabilitas. terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Brigham dan Houston (2017) 4. Untuk mengetahui pengaruh komite
menyatakan bahwa ROE merupakan audit (X4) terhadap kinerja keuangan
rasio yang paling penting. ROE perusahaan (Y) pada perusahaan
digunakan untuk mengukur kemampuan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
perusahaan memperoleh laba yang Indonesia.
1.3 Manfaat Penelitian Perbedaan kemakmuran menjadi
Penelitian ini diharapkan mampu salah satu pemicu yang dirasakan oleh
memberikan manfaat secara teoritis dan manajer dan pemegang saham, manajer
praktis, yaitu sebagai berikut: cenderung untuk mencari keuntungan sendiri
1. Manfaat Teoritis (moral hazard), hal tersebut dilakukan
Penelitian ini diharapkan mampu karena manajer menganggap ia memiliki
memberikan masukan dan tambahan informasi yang lebih banyak mengenai
pengetahuan di bidang manajemen perusahaan dan hal tersebut tidak dimiliki
keuangan karena berkaitan dengan oleh principal. Selain itu, terdapat dua
kinerja keuangan perusahaan. kepentingan berbeda di dalam perusahaan
Penelitian ini juga diharapkan mampu dimana masing- masing pihak berusaha
memberikan pengetahuan tentang untuk mencapai kemakmuran yang
dimensi GCG. dikehendaki sendiri, sehingga muncul
informasi asimetri antara manajemen dengan
2. Manfaat Praktis pemilik perusahaan yang dapat memberikan
a. Bagi Perusahaan kesempatan kepada manajer untuk
Penelitian ini diharapkan melakakukan hal yang dapat memberikan
mampu memberikan masukan kesempatan manajer untuk menyesatkan
manajemen perusahaan untuk pemilik mengenai kinerja perusahaan.
pengungkapan dimensi GCG, Perilaku moral hazard yang dilakukan oleh
supaya dapat menerapkannya manajer ini mengharuskan perusahaan
secara baik dalam upaya mengeluarkan biaya pengawasan yang lebih
meningkatkan kinerja keuangan banyak, biaya tersebut dinamakan agency
perusahaan. cost. Timbulnya biaya agen ini kemungkinan
b. Bagi Investor disebabkan oleh kegiatan agen yang tidak
Penelitian ini diharapkan berbuat sesuai dengan kepentingan principal
mampu memberikan masukan (Jensen dan Smith, 2000).
pentingnya dimensi GCGsebagai
bahan dasar pertimbangan
keputusan berinvestasi.
2.1.2 Definisi Good Corporate
Governance
c. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini diharapkan
mampu menjadi bahan masukan Corporate Governance adalah
serta tambahan referensi bagi suatu sistem yang mengarah dan
pihak yang ingin melakukan mengendalikan perusahaan dengan tujuan
penelitian yang berkaitan dengan agar mencapai keseimbangan antara
penelitian ini. kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan
2. KAJIAN PUSTAKA eksistensinya dan pertanggungjawaban
2.1 Kajian Teori kepada stakeholders. Hal ini berkaitan
2.1.1 Agency Theory dengan peraturan kewenangan pemilik,
direktur, manajer, pemegang saham, dan
Teori ini pertama kali diungkapkan sebagainya (Cardburry Comitte, 2014).
oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976.
Sifat dasar manusia terkait dengan teori Corporate Governance dikenal
keagenan ini yaitu manusia pada umumnya sebagai salah satu implikasi terpenting
mementingkan diri sendiri (self-interest), dalam membangun kepercayaan pasar dan
manusia memiliki daya pikir terbatas merupakan konsep yang didasarkan pada
mengenai presepsi di masa yang akan datang teori keagenan yang berfungsi sebagai alat
(bounded-rationality), dan manusia selalu untuk memberikan keyakinan kepada para
menghindari risiko (risk-averse). Hubungan investor bahwa mereka akan menerima
keagenan merupakan sebuah kontrak antara return atas dana yang telah mereka
manajer (agent) dengan investor (principal) investasikan. Good Corporate Governance
sehingga memicu biaya keagenan (agency bukan lagi merupakan istilah asing
cost). melainkan sebuah konsep lama yang
kembali populer seiring dengan berjalannya
perkembangan sosial dan kemajuan dalam Bila prinsip ini dilaksanakan
praktik bisnis. Sejarah dari tata kelola dengan baik dan tepat, diharapkan
perusahaan juga diselingi dengan berbagai mampu menghindari kemungkinan
cerita tentang kebangkrutan dari perusahaan- terjadi conflict of interest dari berbagai
perusahaan ternama. Konsep ini muncul pihak dalam manajemen.
disebabkan adanya pemisahan kepemilikan 2. Independency (Kemandirian)
dalam suatu perusahan. Terdapat beberapa Independensi merupakan suatu
pengertian Good Corporate Governance keadaan dimana perusahaan dikelola
menurut para ahli, tetapi sebenarnya tidak secara profesional tanpan berbenturan
ada pengertian dari corporate governance dengan kepentingan dan pengaruh atau
yang dapat diaplikasikan di segala situasi. tekanan dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-
2.1.3 Prinsip Good Corporate undangan yang berlaku dan prinsip-
Governance prinsip korporasi yang sehat.
Dalam penerapannya untuk Independensi merupakan hal penting
melaksanakan GCG bagi suatu perusahaan, dalam proses pengambilan keputusan.
dibutuhkan prinsip-prinsip sehingga GCG 3. Accountability (Dapat
dapat terlaksanakan dengan baik. Adanya Dipertanggungjawabkan)
prinsip-prinsip dasar dari GCG diharapkan Akuntabilitas merupakan
mampu menjadi acuan bagi pemerintah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
dalam membangun framework bagi pertanggungjawaban perusahaan agar
penerapan GCG. Kemudian bagi pelaku pengelolaan perusahaan berjalan
bisnis dan pasar modal, prinsip ini dapat efektif. Permasalahan yang tak jarang
menjadi pedoman dalam mengolaborasi best muncul di perusahaan adalah tak
practices bagi peningkatan nilai atau adanya fungsi pengawasan dewan
kelangsungan perusahaan (Arif Widyatama, komisaris, sehingga komisaris utama
2013). mengambil peran dan wewenang yang
Daniri (2005:9) mengatakan secara harusnya dijalankan direksi. Padahal
umum terdapat 5 prinsip dasar dari GCG. seharusnya diperlukan kejelasan fungsi
Prinsip tersebut adalah sebagai berikut: organ perusahaan agar tercipta
1. Transparancy (Keterbukaan Informasi) mekanisme pengecekan dan
Transparansi dapat diartikan keseimbangan dalam mengelola
sebagai keterbukaan informasi, baik perusahaan.
dalam proses pengambilan keputusan 4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
maupun dalam mengungkapkan Pertanggungjawaban adalah
informasi material dan relevan kepatuhan yang ada dalam pengelolaan
mengenai perusahaan (Daniri, 2005:9). perusahaan terhadap prinsip korporasi
Dalam mewujudkan pransparansi ini, yang sehat serta peraturan perundang-
perusahaan harus menyediakan undangan yang berlaku. Peraturan
informasi yang akurat dan tepat waktu disini termasuk yang berkaitan dengan
kepada pihak yang berkepentingan hubungan industrial, perlindungan
dengan perusahaan tersebut. Prinsip lingkungan hidup, kesehatan atau
keterbukaan merupakan kewajiban keselamatan kerja, masalah perpajakan,
bagi perusahaan dan hak bagi investor. dan persaingan sehat.
Setiap perusahaan diharapkan dapat 5. Fairness (Keadilan)
mempublikasikan informasi keuangan Prinsip keadilan merupakan suatu
serta informasi lainnya yang perlakuan yang adil dan setara dalam
berdampak signifikan terhadap kinerja memenuhi hak dari pada stakeholder
perusahaan. Adanya prinsip ini yang timbul berdasarkan perjanjian dan
membuat investor dapat mengambil peraturan perundang-undangan yang
keputusan dengan baik karena berlaku.
informasi yang dimiliki oleh 2.1.4 Indikator Good Corporate
perusahaan dapat pula dimiliki oleh Governance
stakeholder (Didin, 2012). 2.1.4.1 Proporsi Dewan Komisaris
Independen
Manajemen dengan bentuk komisaris dan dewan direksi, sehingga
perseroan terbuka mengadopsi two board kinerja perusahaan dapat terpantau dan
system, yaitu Board of Commisioners (BoA) tujuan perusahaan akan tercapai.
dan Board of Directors (BoD). Di Indonesia,
Board of Commisioner atau Dewan
Komisaris dibagi menjadi dua, yaitu dewan
komisaris independen dan dewan komisaris
yang didelegasi atau terpilih. Dewan 2.1.4.2 Struktur Kepemilikan
Komisaris memainkan peran yang penting
pada susunan tata kelola perusahaan. Dewan Menurut Sugiarto (2017) struktur
Komisaris bertanggung jawab untuk kepemilikan adalah struktur kepemilikan
mengawasi kebijakan manajemen, saham, yaitu perbandingan jumlah saham
keberlangsungan manajemen secara umum yang dimiliki oleh orang dalam (insider)
dengan memperhatikan perusahaan serta dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
bisnis perusahaan secara bersamaan, selain investor. Struktur kepemilikan dapat
itu dewan komisaris juga dapat memberikan dikatakan pula yaitu proporsi kepemilikan
nasihat atau saran kepada Board of Director institusional dan kepemilikan manajerial
atau Dewan Direksi. Disini peran dewan dalam kepemilikan saham perusahaan. Suatu
komisaris bukanlah untuk mengatur perusahaan diwakilkan oleh direksi yang
melainkan untuk mengawasi. ditunjuk oleh pemegang saham.

Dewan Komisaris Independen a. Kepemilikan Manajerial


merupakan direktur non-eksekutif yang
memiliki integritas, keahlian, dan kebebasan Konflik kepentingan terjadi apabila
untuk menyeimbangkan berbagai keputusan manajer hanya akan
kepentingan stakeholder. Penting bagi memaksimalkan kepentingannya dan
sebuah perusahaan untuk memiliki Dewan tidak sejalan dengan kepentingan
Komisaris Independen. Dewan Komisaris perusahaan. Sehingga untuk mencegah
Independen bertindak sebagai penengah adanya konflik tersebut maka
dalam perselisihan yang terjadi antara perusahaan memberikan kesempatan
manajer internal dan melakukan pengawasan kepada manajer untuk ikut terlibat
kebijakan manajemen serta memberikan dalam kepemilikan saham dengan
nasihat. Selain itu, seorang Dewan tujuan penyetaraan kepentingan
Komisaris Independen juga mengemban pemegang saham. Keputusan dan
tanggung jawab yang sama dengan Direktur kinerja manajer yang memiliki saham
Utama, tetapi mereka mencapai perusahaan tentu akan berbeda dengan
keefektivitasan dengan mempengaruhi manajer yang tidak memiliki saham
keputusan daripada mengendalikan operasi. perusahaan atau murni hanya sebagai
Berikut merupakan rumus untuk menghitung manajer. Manajer yang memiliki saham
proporsi dewan komisaris independen. perusahaan berarti juga sekaligus
pemegang saham. Sementara, bagi
𝑷𝒓𝒐𝒑𝒐𝒓𝒔𝒊 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏 manajer yang tidak memiliki saham
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏 perusahaan, memiliki kemungkinan
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 untuk mengambil keputusan yang
mengutungkan pribadinya.
Sumber: Darwis, 2009
Apabila dalam suatu perusahaan
Ketika tingginya proporsi dewan memiliki banyak pemilik saham, maka
komisaris eksternal maka komisaris kelompok besar individu tersebut
eksternal akan memberikan sanksi yang sudah jelas tidak dapat berpartisiasi
tegas terhadap pekerja yang mengalami secara aktif dalam manajemen di
penurunan dalam kinerjanya (Yawson, perusahaan sehari- hari. Sehingga,
2006). Komisaris independen akan berpikir mereka memilih dewan komisaris
lebih obyektif dibanding dengan dewan sebagai pengawas manajemen
perusahaan. Struktur ini berarti bahwa
pemilik berbeda dengan manajer (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
perusahaan. Kepemilikan Manajerial institusional memiliki peranan yang
adalah pemegang saham dari pihak penting dalam meminimalisir konflik
manajemen yang secara aktif ikut keagenan yang terjadi antara manajer
dalam pengambilan keputusan dan pemilik saham.
perusahaan (direktur dan komisaris)
(Darwis, 2009). Berikut merupakan Perusahaan dengan tingkat
rumus untuk menghitung kepemilikan kepemilikan institusional yang tinggi
manajerial sebuah perusahaan. akan meminimalisir tingkat
penyelewengan yang dilakukan oleh
manajemen karena semakin tinggi
𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒏𝒂𝒋𝒆𝒓𝒊𝒂𝒍 tingkat kepemilikan institusional maka
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑴𝒂𝒏𝒂𝒋𝒆𝒓𝒊𝒂𝒍 semakin tinggi tingkat pengawasan
=
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 yang diberikan. Monitoring yang
× 𝟏𝟎𝟎 dilakukan institusi mampu
mensubtitusi biaya keagenan lain
sehingga biaya keagenan menurun dan
nilai perusahaan akan meningkat.
Berikut merupakan rumus perhitungan
Sumber: Darwis 2009
kepemilikan institusional sebuah
perusahaan.
Kepemilikan manajerial yang
meningkat akan membuat kekayaan
𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑰𝒏𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
pribadi manajer terikat dengan
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑰𝒏𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
kekayaan perusahaan, sehingga = 𝒙 100
manajemen akan berusaha mengurangi 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
resiko kehilangan kekayaannya dengan
mengurangi resiko keuangan Sumber : Darwis,2009
perusahaan (Djabid, 2009). Demikian
maka meningkatkan kepemilikan 2.1.4.3 Komite Audit
manajerial dalam sebuah perusahaan
merupakan salah satu alat untuk
Komite audit merupakan alat yang
mengurangi adanya konflik agensi.
sangat penting bagi manajemen, mereka juga
yang berkontribusi dalam pelaporan
b. Kepemilikan Institusional keuangan yang transparan dan sehat.
Menurut Tugiman (1995) pengertian komite
Struktur kepemilikan dalam audit aadalah sekelompok orang yang dipilih
Corporate Governance lainnya ialah oleh kelompok orang yang lebih besar untuk
kepemilikan institusional. Struktur mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk
kepemilikan ini berperan sebagai pihak melaksanakan tugas-tugas tertentu atau
pengawas perusahaan. Kepemilikan sejumlah Dewan Komisaris perusahaan klien
Institusional dapat diartikan sebagai yang bertanggung jawab untuk memberikan
kepemilikan saham dari pihak auditor dalam mempertahankan
institusional lain seperti bank, lembaga independensinya dalam manajemen.
asuransi, perusahaan investasi dan
institusi lainnya (Darwis, 2009). Menurut Peraturan Otoritas Jasa
Adanya kepemilikan oleh investor Keuangan pengertian komite audit adalah
institusional akan mendorong komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
peningkatan pengawasan yang lebih jawab terhadap Dewan Komisaris dalam
optimal terhadap kinerja manajemen, membantu melaksanakan tugas dan fungsi
karena kepemilikan saham mewakili Dewan Komisaris. Menurut Peraturan
suatu sumber kekuasaan yang dapat Otoritas Jasa Keuangan Nomor
digunakan untuk mendukung atau 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan
sebaliknya terhadap kinerja manajemen Pedoman Pelaksanaan Komite Audit, jumlah
(Sabrinna, 2010). Jensen dan Meckling anggota komite audit pada perusahaan
paling sedikit ialah berjumlah 3 (tiga) orang menciptakan suatu referensi positif
anggota yang berasal dari Komisaris bagi para kreditur.
Independen dan dari Pihak Luar Emiten atau 3. Dengan GCG proses pengambilan
Perusahaan Publik. Salah satu anggota dari keputusan akan berlangsung secara
komite audit harus memiliki latar belakang lebih baik sehingga akan menghasilkan
pendidikan akuntansi atau keuangan. keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta
Komite audit biasanya perlu terciptanya budaya kerja yang lebih
mengadakan rapat tiga hingga empat kali sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangan
dalam setahun agar dapat melaksanakan berpengaruh positif terhadap kinerja
kewajiban dan tanggung jawabnya yang perusahaan, sehingga kinerja
menyangkut sistem pelaporan keuangan perusahaan akan mengalami
perusahaan secara efektif. Tugas dari komite peningkatan. Berbagai penelitian telah
audit yaitu untuk membantu dewan membuktian secara empiris bahwa
komisaris memastikan: penerapan GCG akan mempengaruhi
kinerja perusahaan secara positif (Sakai
& Asaoka 2003;Balck et al. 2003).
1. Laporan Keuangan disajikan secara
4. GCG akan memungkinkan
wajar dengan prinsip akuntansi yang
dihindarinya atau sekurang-kurangnya
berlaku.
2. Struktur pengendalian internal dapat diminimalkannya tindakan
perusahaan dilaksanakan dengan baik. penyalahgunaan wewenang oleh pihak
direksi dalam pengelolaan perusahaan.
3. Pelaksanaan audit internal dan eksternal
Hal ini tentu akan menekan
dilakukan sesuai standard audit yang
kemungkinan kerugian bagi perusahaan
berlaku.
maupun pihak berkepentingan lainnya
2.1.5 Manfaat Good Corporate sebagai akibat tindakan tersebut.
Governance (GCG) Chtourou et al. (2001) menyatakan
Penerapan good corporate bahwa penerapan prinsip-prinsip
governance atau yang disebut GCGtidak corporate governance yang konsisten
hanya melindungi kepentingan para investor akan menghalangi kemungkinan
saja tetapi juga akan dapat mendatangkan dilakukannya rekayasa kerja yang
banyak manfaat dan keuntungan bagi mengakibatkan nilai fundamental
perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain perusahaan tidak tergambar dalam
yang berhubungan langsung ataupun tidak laporan keuangannya.
langsung dengan perusahaan. Jojok
Dwiridotjahjono (2010) mengatakan 2.1.6.1 Definisi Kinerja Keuangan
berbagai manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dengan penerapan GCGdapat Bagi investor, informasi mengenai
disebut antara lain: kinerja keuangan suatu perusahaan
1. Dengan penerapan GCGperusahaan merupakan hal yang penting karena dapat
dapat meminimalkan agency cost, yaitu digunakan sebagai bahan pertimbangan
biaya yang timbul sebagai akibat dari apakah mereka akan mempertahankan untuk
pendelegasian kewenangan kepada berinvestasi di perusahaan tersebut atau
manajemen, termasuk biaya mencari 30indikator lainnya. Apabila kinerja
penggunaan sumber daya perusahaan perusahaan baik maka nilai usaha akan
oleh manajemen untuk kepentingan tinggi, sehingga para investor akan tertarik
pribadi maupun dalam rangka untuk menanamkan modalnya di
pengawasan perhadap perilaku perusahaan.
manajemen itu sendiri.
2. Perusahaan dapat meminimalkan cost 2.1.6.2 Pengukuran Kinerja
of capital, yaitu modal yang harus Keuangan
ditanggung bila perusahaan 2.1.6.2.1 Return On Equity (ROE)
mengajukan pinjaman kepada kreditur, Agus Sartono (2010:124)
hal ini sebagai dampak dari mengatakan bahwa ROE digunakan untuk
pengelolaan perusahaan secara baik mengukur kemampuan perusahaan
dan sehat yang pada gilirannya memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham. Dewi dkk. (2014:70) komisaris independen. Hasil penelitian
menyatakan pengukuran kemampuan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
manajemen dapat diukur melalui tiga yang signifikan antara komite audit,
dimensi yakni adalah: kepemilikan institusional, dan
1. Kemampuan memperoleh laba komisaris independen terhadap kinerja
bersih (Net Profit Margin) keuangan. Sedangkan tidak ditemukan
2. Kemampuan mengoptimalkan harta bahwa kepemilikan manajerial
(Total Assets Turn Over) mempunyai pengaruh terhadap kinerja
3. Kemampuan menggunakan sumber keuangan.
pembiayaan dari kreditur (financial c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
leverage multiplier) Samson dan Tarila (2014) yang
Berdasarkan gambaran dimensi menggunakan ukuran dewan, board
tersebut mengenai ROE, maka dapat composition (rasio direktur non
dirumuskan perhitungan ROE sebagai esekutif terhadap total direktur), dan
berikut: corporate governance disclosure index
sebagai indikator pengukuran good
Return On Equity = corporate governance dan Return on
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇 )
𝑥 100% Asset serta Return on Equity sebagai
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
(Brigham dan Houston, 2017:133) kinerja keuangannya menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang positif
antara seluruh variabel indikator good
2.2 Penelitian Terdahulu corporate governance terhadap
variabel kinerja keuangan yang diukur
Berikut adalah berbagai penelitian dengan Return on Asset dan Return on
terdahulu yang memiliki kaitan erat dengan Equity.
Dimensi Good Corporat Governanve d. Penelitian yang dilakukan oleh Laksana
terhadap Return On Equity (alat ukur) (2015) dengan indikator good
kinerja keuangan perusahaan: corporate governance yaitu jumlah
dewan direksi, proporsi dewan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Huang komisaris independen, kepemilikan
Chi-Jui (2010) dengan menggunakan manajerial sebagai mekanisme internal
ukuran dewan, jumlah direktur dan kepemilikan institusional sebagai
independen, proporsi saham yang mekanisme eksternal. Pengukuran
dimiliki oleh keluarga, dan jumlah kinerja keuangan diukur dengan Return
supervisory director. Pengukuran on Asset (ROA). Teknik analisis yang
kinerja perbankan diukur dengan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Return on Asset (ROA), menggunakan regresi liner berganda.
Return on Equity (ROE), dan Non Berdasarkan hasil analisis diketahui
Performin Loan (NPL). Hasil bahwa jumlah dewan direksi
penelitian menunjukkan bahwa ukuran berpengaruh secara positif terhadap
dewan, jumlah direktur independen, kinerja keuangan perusahaan,
dan saham yang dimiliki oleh keluarga kepemilikan manajerial berpengaruh
memiliki hubungan positif dengan secara negatif terhadap kinerja
kinerja perbankan. Sedangkan jumlah keuangan, sedangkan proporsi dewan
supervisory director memiliki komisaris independen dan kepemilikan
hubungan negatif terhadap kinerja institusional tidak berpengaruh secara
perbankan yang terdapat dii Taiwan. signifikan terhadap kinerja keuangan.
b. Rizky Arifani (2013) melakukan e. Yemima (2016) melakukan penelitian
penelitian yang bertujuan menguji dengan judul Pengaruh Mekanisme
pengaruh GCGterhadap kinerja Internal Good Corporate Governance
keuangan perusahaan yang diukur terhadap Profitabilitas pada
melalui ROE. GCG yang digunakan Perusahaan Pertambangan yang
adalah jumlah komite audit, proporsi Terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini
kepemilikan manajerial, proporsi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
kepemilikan institusional, dan proporsi signifikan dengan arah positif komite
audit terhadap profitabilitas, terdapat positif kepemilikan institusional
pengaruh tidak signifikan dengan arah terhadap profitabilitas dan terdapat
negatif kepemilikan manajerial pengaruh signifikan dengan arah
terhadap profitabilitas. Terdapat negatif komisaris independen terhadap
pengaruh tidak signifikan dengan arah profitabilitas.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.3 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa asumsi-asumsi yang
diperlukan untuk dilakukannya analisis regresi linear berganda terpenuhi. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heterokedastisitas.
4.3.1 Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual mengikuti distribusi
normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan analisis statistik dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Adapun hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel
4.6 dibawah:

Gambar 4.1 Distribusi Normal Pengujian Normalitas P-P Plot Regression

Tabel 4. 6 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual

N 80

Normal Mean .0000000


Parametersa
Std. Deviation 6.65224022

Most Extreme Absolute .076


Differences
Positive .076
Negative -.039

Kolmogorov-Smirnov Z .677

Asymp. Sig. (2-tailed) .750

Sumber: Ouput SPSS

Berdasarkan tabel diatas nilai Kolmogorov-Smirnov Z yang diperoleh sebesar 0.677 dengan nilai
Sig. sebesar 0.750 . Dengan taraf signifikasi 5% , nilai Sig. lebih besar dari tingkat signifikasi
sehingga residual dari model berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinieritas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (indenpenden). Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel
4.7.

Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF


Proporsi Komisaris
0.891 1.122
Independen

Kepemilikan Institusional 0.860 1.162

Kepemilikan Manajerial 0.987 1.013

Komite Audit 0.950 1.053

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF yang lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya
gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik heterokedastisitas antara
prediksi variabel dependen dengan variabel independen. Hasil dari uji heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut:
Gambar 4. 2 Grafik Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat titik-titik tidak ada pola yang jelas dan letaknya
menyebar diantar angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian, tidak terjadi heterokedastisitas.
Selain menggunakan grafik penelitian ini juga menggunkan uji Glejser supaya hasil dari uji
heteroskedastisitas lebih akurat. Uji Glejser dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan meregresikan nilai absolute residual (AbsRes) terhadap variabel
independen. Hasil dari Uji Glejser dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Hasil Uji Glejser
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients Sig.
B Std. Error Beta
Konstan 6.208 2.733 0.026

Dari tabel diatas terlihat bahwa semua nilai Sig. lebih besar dari nilai alpha (0.05). Hal ini
menunjukan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini, perhitungan statistik dengan analisis regresi linier berganda
menggunakan bantuan program komputer SPSS 16. Hasil dari analisis regresi linier berganda
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 9Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients

B Std. Error Beta


Konstan 15.474 4.371

Proporsi Komisaris
20.113 7.214 -0.289
Independen

Kepemilikan Institusional 42.852 8.663 0.522

Kepemilikan Manajerial 18.397 11.799 0.154


Komite Audit 1.484 0.705 -0.211

Sumber: Output SPSS


Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
𝑌 = 15.474 + 20.113𝑋1 + 42.852𝑋2 + 18.397𝑋3 + 1.484𝑋4
Dari model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. ROE akan meningkat untuk setiap tambahan X1 (Proporsi Komisaris Independen). Jadi
apabila Proporsi Komisaris Independen mengalami peningkatan, maka ROE akan
meningkat sebesar 20.113 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
2. ROE akan meningkat untuk setiap tambahan X2 (Kepemilikan Institusional). Jadi apabila
Kepemilikan Institusional mengalami peningkatan, maka ROE akan meningkat sebesar
42.852 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
3. ROE akan meningkat untuk setiap tambahan X3 (Kepemilikan Manjerial). Jadi apabila
Kepemilikan Manajerial mengalami peningkatan, maka ROE akan meningkat sebesar
18.397 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
4. ROE akan meningkat untuk setiap tambahan X1 (Komite Audit). Jadi apabila Komite
Audit mengalami peningkatan, maka ROE akan meningkat sebesar 1.484 satuan dengan
asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
4.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan bagian penting dalam penelitian, setelah data terkumpul
dan diolah. Uji hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis yang dibuat oleh peneliti.
4.6.1 Uji t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variabel terikat. Adapun hasil dari uji t dapat dilihat pada Tabel
4.14
Tabel 4. 12 Hasil dari Uji t
Variabel t hitung t tabel Sig. Keterangan

Proporsi Komisaris Independen 2.788 1.992 0.007 Signfikan

Kepemilikan Institusional 4.946 1.992 0.000 Signfikan

Kepemilikan Manajerial 1.559 1.992 0.123 Tidak Signfikan

Komite Audit 2.105 1.992 0.039 Signifikan

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Return Of Equity (ROE)
Hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh variabel Proporsi Komisaris Independen terhadap Return Of
Equity (ROE).
H1= Ada pengaruh variabel Proporsi Komisaris Independen terhadap Return Of Equity
(ROE).
Dasar Pengambilan Keputusan:
a. Tolak H0 apabila nilai t hitung>t tabel.
b. Terima H0 apabila nilai t hitung<t tabel.
Uji t antara X1 (Proporsi Komisaris Independen) dengan Y (ROE) menunjukkan t hitung
= 2.788. Sedangkan t tabel (α = 0.05; db residual = 75) adalah sebesar 1,992. Karena t
hitung > t tabel yaitu 2,788> 1,992 atau sig. t (0,007) < α = 0.05 maka pengaruh X1
(Proporsi Komisaris Independen) terhadap ROE adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini
berarti H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Proporsi Komisaris Independen
dapat mempengaruhi ROE secara signifikan.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Return Of Equity (ROE).
Hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh variabel Kepemilikan Institusional terhadap Return Of Equity
(ROE).
H1 = Ada pengaruh variabel Kepemilikan Institusional terhadap Return Of Equity (ROE).
Dasar Pengambilan Keputusan:
a. Tolak H0 apabila nilai t hitung>t tabel.
b. Terima H0 apabila nilai t hitung<t tabel.
Uji t antara X2 (Kepemilikan Institusional) dengan Y (ROE) menunjukkan t hitung =
4,946. Sedangkan t tabel (α = 0.05; db residual = 75) adalah sebesar 1,992. Karena t
hitung > t tabel yaitu 4,946> 1,992 atau sig. t (0,000) < α = 0.05 maka pengaruh X2
(Kepemilikan Institusional) terhadap ROE adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini
berarti H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional dapat
mempengaruhi ROE secara signifikan atau dengan kata lain bahwa meningkatkan
kepemilikan institusional maka ROE akan mengalami peningkatan secara nyata
karena peran pengawasan dari institusi diluar perusahaan mampu meminimalisir
asimetris informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen sehingga segala kegiatan
yang terjadi pada perusahaan mampu berjalan dengan baik dan optimal.

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Return Of Equity (ROE).


Hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh variabel Kepemilikan Manajerial terhadap Return Of Equity
(ROE).
H1= Ada pengaruh variabel Kepemilikan Manajerial terhadap Return Of Equity (ROE).
Dasar Pengambilan Keputusan:
a. Tolak H0 apabila nilai t hitung>t tabel.
b. Terima H0 apabila nilai t hitung<t tabel.
Uji t antara X3 (Kepemilikan Manajerial) dengan Y (ROE) menunjukkan t hitung =
1.559. Sedangkan t tabel (α = 0.05; db residual = 75) adalah sebesar 1,992. Karena t
hitung > t tabel yaitu 1.559< 1,992 atau sig. t (0,123) > α = 0.05 maka pengaruh X3
(Kepemilikan Manajerial) terhadap ROE adalah tidak signifikan pada alpha 5% Hal ini
berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
dapat mempengaruhi ROE secara signifikan.
4. Pengaruh Komite Audit Terhadap Return Of Equity (ROE).
Hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh variabel Komite Audit terhadap Return Of Equity (ROE).
H1= Ada pengaruh variabel Komite Audit terhadap Return Of Equity (ROE).
Dasar Pengambilan Keputusan:
a. Tolak H0 apabila nilai t hitung>t tabel.
b. Terima H0 apabila nilai t hitung<t tabel.
Uji t antara X4 (Komite Audit) dengan Y (ROE) menunjukkan t hitung = 2.105.
Sedangkan t tabel (α = 0.05; db residual = 75) adalah sebesar 1,992. Karena t hitung > t
tabel yaitu 2.105 > 1,992 atau sig. t (0,039) < α = 0.05 maka pengaruh X4 (Komite Audit)
terhadap ROE adalah signifikan pada alpha 5% Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi ROE secara signifikan.
4.7 Pembahasan Penelitian
4.7.1 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap ROE
Berdasarkan hasil pengujian variabel komisaris independen terhadap profitabilitas yang
diukur dengan ROE menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.007, hal tesebut menunjukkan
bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa dengan meningkatkan proporsi komisaris independen maka ROE
akan meningkat secara signifikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martsila dan Marianto (2013) dan Shabibah
(2017) menyatakan bahwa variabel Dewan Komisaris Independen memiliki pengaruh positif
terhadap ROE. Semakin banyak komposisi dewan komisaris independen di suatu perusahaan
maka akan mendorong dewan komisaris untuk bertindak secara objektif dan mampu
melindungi stakeholder perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung teori agensi yang menyatakan bahwa adanya komisaris
independen melindungi kepentingan stakeholder dalam meningkatkan pengawasan atas kinerja
manajemen secara maksimal. Hal ini disebabkan komisaris independen yang dibentuk oleh
perusahaan didasarkan pada aturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Peraturan Otoritas Jasa keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik menyatakan bahwa komposisi dari dewan
komisaris independen adalah wajib paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris. Hal ini dibuktikan melalui Tabel 4.3 statistik deskriptif yakni delapan dari enam
belas perusahaan memiliki jumlah komisaris independen di atas 30% selama kurun tahun
2013-2017 sehingga pengawasan atas kinerja manajemen perusahaan yang seharusnya
dilakukan oleh komisaris independen berjalan dengan maksimal.
4.7.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap ROE
Hasil Uji t variabel kepemilikan institusional terhadap ROE menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0.000, hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN yang diukur dengan ROE,
karena nilai signifikansi kepemilikan institusional lebih kecil dari 0.05. Selain itu, variabel
kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 9.059, sehingga
pengaruh variabel independen kepemilikan institusional terhadap ROE berpengaruh signifikan
ke arah positif. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN yang diukur
dengan ROE.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky (2013) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Reny dan
Priantinah (2012) yang menyatakan bahwa meningkatnya kepemilikan saham oleh investor
institusi menyebabkan tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan sistem GCG semakin besar
sehingga mampu mendorong peningkatan nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan.
Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arif (2013) yang
mengatakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan dapat berfungsi sebagai agen yang
melakukan monitoring kinerja perusahaan yang memungkinkan pengawasan lebih optimal
terhadap manajemen. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh pemilik institusional tersebut
diharapkan mampu membuat perusahaan lebih efisien dalam penggunaan aset sebagai sumber
daya perusahan dalam kegiatan operasionalnya.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemilik mayoritas perusahaan juga diharapkan mampu
meminimalisir kemungkinan konflik agensi (agency conflict).Sesuai dengan hasil penelitian ini
yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan karena ketika konflik agensi dapat diminimalisir, hal ini kemungkinan
mampu mengurangi biaya agensi (agency cost) yang ditimbulkan dan akhirnya berimplikasi
positif terhadap profitabilitas perusahaan.
4.7.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap ROE
Hasil Uji t variabel kepemilikan manajerial terhadap ROE menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0.123, hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN yang diukur dengan ROE, karena nilai signifikansi
0.123 lebih besar dari 0.05.
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya Laksana (2015),
yang menjelaskan bahwa perusahaan yang memberikan bagian sahamnya kepada manajer,
konflik kepentingan antara pemilik dan agen dapat terhindarkan, dengan berkurangnya konflik
kepentingan maka akan terjalin kesinambungan dalam perusahaan, selain itu apabila perusahaan
memberikan bagian sahamnya kepada manajemen maka mereka akan berusaha untuk
meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan laba perusahaan.
Hal ini dikarenakan belum banyak pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan
dengan jumlah yang cukup signifikan.Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pasar
tidak menggunakan informasi mengenai kepemilikan manajerial dalam melakukan penilaian
investasi.
Penerapan kepemilikan manajerial untuk membantu penyatuan kepentingan antara
manajer dan pemilik agar dapat memotivasi manajer dalam melakukan tindakan guna
meningkatkan kinerja perusahaan belum dapat berjalan efektif.Rendahnya saham yang dimiliki
oleh pihak manajemen perusahaan mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut
memiliki perusahaan karena tidak semua keuntungan dapat dinikmati oleh pihak manajemen
yang menyebabkan pihak manajemen kurang termotivasi dan kinerja manajemen rendah
sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
4.7.4 Pengaruh Komite Audit terhadap ROE
Hasil Ujit t variabel komite audit terhadap ROE menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0.039, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja keuangan BUMN yang diukur dengan ROE, karena nilai signifikan 0.039 lebih
kecil dari 0.05. Selain itu, variabel komite audit memiliki nilai regresi yang positif yaitu sebesar
1.484, sehingga pengaruh variabel komite audit terhadap ROE ialah signifikan dengan arah
positif. Hal ini berarti H1 diterima sedangkan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan BUMN yang diukur dengan
ROE.
Komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen dan diangkat secara
khusus serta memiliki pandangan antara lain yang terkait dengan sistem pengawasan internal
perusahaan. Komite Audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris.Oleh karena itu, semua
perusahaan manufaktur publik merupakan perusahaan milik masyarakat luas. Bahkan,
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari- hari di luar bursa efek juga terkena
kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah satu tugasnya berkaitan dengan audit
eksternal berhubungan dengan audit internal dan pengendalian internal (Shahibah, 2017).
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan pengertian Komite Audit ialah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab terhadap Dewan Komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Anggotanya paling sedikit berjumlah 3 orang
yang berasal dari dewan komisaris independen dan pihak luar perusahaan.
Hasil yang sejalan juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Shahibah (2017)
menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan. Adanya keberadaan komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja
perusahaan karena dapat meminimalisir kecurangan yang biasa dilakukan perusahaan pada
laporan keuangannya.
4.8 Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap profitabilitas yang
diproksikan dengan ROE pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan
variabel kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.
Implikasi dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Proporsi Komisaris Independen menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kinerja
keuangan melalui ROE. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pertambahan komisaris
independen akan meningkatkan ROE perusahaan secara signifikan. Dalam penelitian
ini pengaruh komisaris independen diukur dengan perbandingan komisaris
independen dengan jumlah keseluruhan dewan komisaris. Penambahan anggota
dewan komisaris independen telah memenuhi Peraturan Otoritas Jasa keuangan
tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang
mensyaratkan bahwa setidaknya 30% dari anggota dewan komisaris merupakan
komisaris independen. Peran pemerintah sebagai pemegang saham yang kuat di mana
anggota komisaris independen diangkat pada rapat umum pemegang saham mampu
menyebabkan kinerja komisaris independen yang maksimal pada kinerja keuangan
perusahaan.
2. Kepemilikan institusional menunjukkan hasil yang signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan yang diukur dengan ROE. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kenaikkan
jumlah kepemilikan institusional akan meningkatkan ROE secara nyata.
Badan/institusi dari luar perusahaan, selaku pemilik perusahaan dapat menjadi
controller atau pihak pengawas manajemen perusahaan agar bertindak sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Dengan terlaksananya fungsi controlling oleh pihak institusional,
akan membuat pihak institusional dan manejemen perusahaan bekerja sama guna
meminimalisir tindakan yang tidak semestinya dilakukan oleh manajemen perusahaan
itu sendiri yang akan berimplikasi terhadap profitabilitas perusahaan.
3. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Equity. Hal tersebut
terjadi apabila terdapat peningkatan jumlah saham pada manajemen akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan BUMN. Adanya kepemilikan saham oleh
manajemen mampu meningkatkan rasa sense of belonging oleh manajemen dan
manajemen yang memiliki saham di dalam perusahaan, namun kondisi manajerial di
Indonesia tidak memiliki saham perusahaan yang cukup signifikan, sehingga proporsi
kepemilikan manajerial dalam perusahaan masih sangat rendah, juga kita ketahui
bahwa seluruhperusahaan BUMN dikendalikan oleh pemerintah Indonesia dengan
kepemilikan saham >50%
4. Komite Audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan Return on Equity. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
komite audit akan menaikkan Return on Equity secara signifikan dan hal tersebut
dijelaskan bahwa perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI telah mengikuti peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai komite audit yang membantu Dewan Komisaris
dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Anggota komite audit paling
sedikit berjumlah 3 orang yang berasal dari dewan komisaris independen dan pihak
luar perusahaan.
3. KESIMPULAN DAN SARAN Independen yang dilakukan dan
A. Kesimpulan diungkapkan oleh perusahaan
maka semakin meningkatkan
Penelitian ini dilakukan untuk kinerja keuangan perusahaan. Hal
menganalisis pengaruh dimensi GCG ini mengindikasikan bahwa
terhadap kinerja keuangan perusahaan. proporsi komisaris independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mampu menjadi tolak ukur bagi
variabel Proporsi Komisaris Independen investor yang akan menanamkan
(X1), Kepemilikan Institusional (X2), modalnya, karena perusahaan yang
Kepemilkan Manajerial (X3), dan Komite mengungkapkan proporsi
Audit (X4), sedangkan variabel terikat komisaris dengan rasio proporsi
diukur dengan variabel Return On Equity komisaris independennya dianggap
(Y). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan mampu bertindak secara objektif
sebagai berikut: dan mampu melindungi
stakeholder perusahaan.
B. Proporsi Komisaris Independen
berpengaruh terhadap kinerja C. Kepemilikan Institusional
keuangan perusahaan BUMN yang mempengaruhi kinerja keuangan
terdaftar di BEI tahun 2013-2017. perusahaan BUMN yang terdaftar
Hasil ini menunjukkan bahwa di BEI tahun 2013-2017. Hasil ini
semakin besar Proporsi Komisaris menunjukkan bahwa semakin
besar rasio kepemilikan yang diharapkan dapat bermanfaat
institusional maka membuat bagi perusahaan maupun pihak-
kinerja keuangan perusahaan pihak lain sebagai berikut:
meningkat secara nyata Hal ini H.
disebabkan karena pihak I. 1. Bagi Perusahaan
institusional selaku pemilik J. Bagi perusahaan BUMN, yaitu
perusahaan dapat menjadi pihak manajemen dapat
controller terhadap manajemen memperhatikan implementasi good
perusahaan untuk mengawasi corporate governance di
tindakan-tindakan yang tidak perusahaannya, karena unsur good
seharusnya dilakukan oleh corporate governance di sektor
manajemen sehingga antara pihak BUMN dijadikan indikator dalam
manajemen dan institusional dapat penilaian kesehatan perusahaan,
bekerja sama guna sehingga perusahaan BUMN
mengembangkan perusahaan memiliki kewajiban dan memiliki
prioritas utama terhadap
D. Kepemilikan manajerial implementasi good corporate
berpengaruh tidak signifikan governance pada perusahaan
terhadap kinerja keuangan BUMN.
perusahaan BUMN yang terdaftar K. 2. Bagi Investor
di BEI tahun 2013-2017. L. Dengan adanya hubungan
Kepemilikan manajerial tidak yang positif dan signifikan pada
membuat kinerja keuangan proporsi komisaris independen,
perusahaan meningkat secara kepemilikan institusional, dan
signifikan, namun hanya kepemilikan manajerial dapat
mengalami perubahan yang kecil. dijadikan bahan pertimbangan
Hal ini dikarenakan belum banyak dalam mengambil keputusan
pihak manajemen yang memiliki dalam berinvestasi dalam
saham perusahaan dengan jumlah perusahaan BUMN. Investor dan
yang cukup signifikan. Hasil yang calon investor dapat memperoleh
tidak signifikan menunjukkan gambaran kinerja perusahaan
bahwa pasar tidak menggunakan BUMN dengan memperhatikan
informasi mengenai kepemilikan proporsi kepemilikan saham
manajerial dalam melakukan manajerial.
penilaian investasi. M. 3. Bagi peneliti selanjutnya
N. Bagi peneliti yang akan datang,
penelitian melalui penilaian dan
E. Komite audit berpengaruh pertimbangan dimensi good
terhadap kinerja keuangan corporate governance perlu
perusahaan BUMN yang terdaftar menambahkan lagi variabel yang
di BEI tahun 2013-2017. Menurut akan diteliti, sehingga penjelasan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang good corporate
pengertian Komite Audit ialah governance akan lebih menyuruh
komite yang dibentuk oleh dan dan lebih jelas lagi.
bertanggung jawab terhadap
Dewan Komisaris dalam DAFTAR PUSTAKA
membantu melaksanakan tugas
dan fungsi Dewan Komisaris. Agus, R. Sartono. 2010. Manajemen
Anggotanya paling sedikit Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi
berjumlah 3 orang yang berasal Keempat. Yogyakarta: BPFE.
dari dewan komisaris independen
dan pihak luar perusahaan. Anggiani, Sinta. 2011. Pengaruh
Karakteristik Komite Audit dan
F. Saran Mekanisme Good Corporate
G. Berdasarkan kesimpulan yang Governance terhadap Ketepatan
telah dikemukakan, beberapa saran Waktu Pelaporan Keuangan.
Skripsi, Universitas Islam Negeri Paper, University Laval Quebec
Syarif, Jakarta. City,Canada.
Arifani, Rizky. 2013. Pengaruh Good Darwis, H. 2009. Corporate Governance
Corporate Governance Terhadap Terhadap Kinerja Perusahaan.
Kinerja Keuangan Perusahaan Jurnal Keuangan dan Perbankan,
(Studi pada Perusahaan yang Vol. 13, pp. 418 - 430.
Tercatat di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi. Universitas Brawijaya. Dewi Utari, Ari Purwanti, dan Darsono
Malang. Prawironegoro. 2014. Manajemen
Keuangan Edisi Revisi. Jakarta:
Asian Development Bank. 2014. ASEAN Mitra Wacana Media.
Corporate Governance Scorecard:
Country Report and Assessment Daniri. 2005. Good Corporate Governance:
2013 – 2014. Filipina, Asian Konsep Dan Penerapannya dalam
Development Bank. Konteks Indonesia. Jakarta: PT Ray
Indonesia.
A.F. Stoner, James, Alfonsus Sirait. 1994.
Manajemen Jilid I Edisi Kedua Chi-Jui, Huang. 2010. Board, ownership and
(Revisi). Jakarta, Erlangga. performance of banks with dual
board system: evidence in Taiwan.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Journal of Management and
Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Organization, Vol. 16, pp. 219 -
Desember 2009 perihal 234
Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum FCGI. 2012. Peranan Dewan Komisaris
Syariah dan Unit Usaha Syariah. dan Komite Audit dalam
Pelaksanaan Corporate
Berle, A. G. M. 1932. The Modern Governance (Tata Kelola
Corporation and Private Property. Perusahaan
New York, Macmillan.
Bodie, Zvi, Alex Kane, Alan J. Marcus.
2006. Buku Investasi. Jakarta,
Salemba Empat
Boediono. 2005. 'Kualitas Laba: Studi
Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak
Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur'.
Simponsium Nasional Akuntansi
VIII, Solo 15-16 September 2005.
Brigham, F. Eugene dan Joel F. Houston.
2017. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi Kesebelas,
Terjemahan oleh Ali Akbar
Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.
Cardbury Report, 2014, Report of the
Committee on the Financial
Aspects of Corporate Governance.
Chtourou,S.M.,Jean B.,dan Lucie
C.2001.Corporate Governance and
Earnings Management. Working

You might also like