You are on page 1of 20

TUGAS KELOMPOK PANCASILA

PERLINDUNGAN KORBAN DALAM


KASUS PENYEBARAN BERITA HOAX
DI MEDIA SOSIAL DI INDONESIA

Jurnal Tema Hoax


Anggota
Dimas Putra Nugroho 2311103054
Shofiyatun
Task Name Indhah A 2311103058
Galih Dika Ramadhan 2311103086
Rahmat Saifudin 2311103091
Task Name
Kelas S1-SI-07-B
Pendahuluan
Berbagai kasus penyebaran berita palsu dan bohong (fake news and hoax) di
Indonesia telah menjadi permasalahan yang sangat serius. Adapun Berita hoax
disini yang dimaksud adalah berita yang buat berdasarkan pada realitas yang
tidak sesungguhnya bahkan mungkin ditambah-tambahi atau diputarbalikan.
Bukan hanya berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan, namun pada
perlindungan hukum terhadap masyarakat dan penegakan hukum. Pada kasus-
kasus penyebaran fake news and hoax, undang-undang beserta perangkat
penegakan hukum lebih fokus kepada pelaku kejahatan, sementara korban
(victim) dalam kasus tersebut tidak banyak mendapatkan porsi yang lebih.
Pembahasan
1. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penyebaran Berita Hoax

Berdasarkan hasil dari penelitian Masyarakat Telematika Indonesia (2017),


jenis hoax yang sering diterima oleh masyarakat adalah dalam bidang sosial
politik, pilkada, pemerintah dan juga SARA. Dalam penelitian ini yang mana
Task Name
kasus-kasus dalam bentuk informasi atau berita dan juga gambar hoax yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintah dan Presiden. Oleh
Task Name
karenanya, hoax memiliki dimensi penegakan hukum yang kompleks karena
akan sangat berkaitan dengan hukum pidana, hukum dan teknologi, dan
bahkan Task Name
hak asasi manusia.
suatu pelanggaran tindak pidana yang melanggar pasal 28 ayat 1 Undang-Undang No 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), sebagaimana ditegaskan oleh
Hamzah (2014), Bassar (2016), Reid (1997), dan Rosita & Hari (2016) menjelaskan tentang
penyebaran berita hoax atau kabar bohong: “Setiap orang yang apabila dengan sengaja dan tanpa
mempunyai hak untuk menyebar luaskan berita bohong dan menyesatkan seseorang yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.”Sehingga pasal 28 ayat (1)
memenuhi unsur:

a. Kepada pelaku penyebar berita bohong hoax adalah mencakup setiap orang baik pelaku
maupun membagikan.
b. Sebuah bentuk kesengajaan yang tanpa hak menyebarluaskan berita bohong dan menyesatkan
orang lain, serta juga terbukti melakukan perbuatan tindak pidana yang telah diancamkan pasal
tersebut yang dimaksud disini adalah sesuatu kesalahan yang sengaja dibuat.
c. Melawan hukum disini menjelaskan perbuatan yang tidak memiliki hak. Tidak memiliki hak disini
yang dimaksud adalah tindakan yang menyebabkan perlawanan hukum.
d. Seseorang yang telah dengan sengaja membagikan berita yang tidak sesuai dengan fakta.
Maka disama artikan dengan perbuatan menyebarkan
2. Peraturan Berkaitan dengan Penyebaran Berita Hoax
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
1) Pasal 311 KUHP: “jika yang melakukan suatu kejahatan pencemaran baik itu
pencemaran tertulis diperbolehkan untuk membuktikan terlebih dahulu apa yang
dituduhkan itu benar, tidak membuktikan, dan tuduhan apa yang diketahui
dilakukan bertentangan, maka dia diancam dengan penjara pidana paling lama
empat tahun karena melakukan fitnah.”
Task Name
2) Pasal 378 KUHP: “barang siapa yang dengan maksud dan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiri atau menguntungkan orang lain secara melawan
Task Name
hukum, dengan menggunakan nama palsu atau martabat palsunya, kemudian
dilakukan juga dengan tipu muslihat, ataupun dengan serangkaian kebohongan,
Task Name
sehinggan menyebabkan orang lain untuk menggerakan atau menyerahkan
sesuatu hal kepadany atau juga dapat agar orang tersebut memberikan hutangnya
maupun menghapuskan piutangnya maka dipidana penjara paling lama empat
tahun dengan berdasarkan ancaman karena penipuan.
b. Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14 ayat (1)
dan (2) dan Pasal 15.

1) Ayat 1: “barangsiapa, dengan sengaja menyiarkan suatu berita bohong, dan dengan
sengaja menciptakan kegaduhan dikalangan masyarakat, maka dikenakan ancaman
pidana dengan hukuman penjara setinggi-tingginya atau maksimal sepuluh tahun.”
2) Ayat 2 “barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan suatu berita yang
Task Name
dapat menciptakan kegaduhan dikalangan rakyat, sedangkan ia patut menduga dan
menyangka bahwa berita itu adalah bohong, maka dikenakan ancaman penjara setinggi-
Task
tingginya tiga Name
tahun.”
3) Pasal 15 “barang siapa dengan sengaja menyebarkan kabar tidak benar/tidak sesuai
Taskberlebihanalaupun
ataupun kabar Name dirinya mengetahui dan paham ataupun paling tidak
patut menduga tentang kabar tersebut, sehinggan dapat menyebabkan kegaduhan di
kalangan masyarakat maka dikenakan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
c. UU No. 19 Tahun 2016 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik

1) Pasal 27 ayat (3): “setiap orang yang dengan sengaja, dan tanpa memiliki hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.”
Task Name
2) Pasal 28 ayat (1) dan (2): Ayat 1 “setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa memiliki
hak menyebar
Taskluaskan
Name berita bohong dan menyesatkan yang kemudian mengakibatkan
kerugian bagi konsumen dalam transaksi elektornik.”. Ayat 2 “setiap orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan dan menyebarkan informasi yang bertujuan untuk
Task Name
menimbulkan rasa kebencian atau pemusuhan berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antar golongan kepada individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu.
1. 3. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penipuan berita
Hoax Berdasarkan Pendekatan Viktimologi

Perlindungan memiliki suatu pengertian yaitu perbuatan dengan maksud yaitu melindungi dan
memberi pertolongan kepada seseorang. mengenai kebijakan hukumnya yang berkaitan
dengan tindak pidana penipuan yang dilakukan secara transaksi jual beli di internet,
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan ini kebijakan yang dapat diterapkan dan
dikenakanTask
terhadap
Namepelaku adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan UU ITE.
Dalam KUHP sendiri pasal yang khusus mengatur mengenai perkara tindak pidana penipuan
terdapat di dalam Pasal 378 KUHP. Sedangkan dalam Undang-undang ITE, pasal yang telah
Task dengan
mengatur terkait Namesuatu perkara tindak pidana penipuan khususnya di internet, di atur di
dalam Pasal 28 ayat 1 Ancaman pidana dan dapat dikenakan terhadap pelaku adalah denda
Task
paling banyak Name
satu miliar dan/atau pidana penjaran paling lama 6 (enam) tahun sebagai mana
yang telah disebutkan dalam Pasal 45 ayat (2) mengenai UU ITE, perihal tentang ketentuan
pidana yang diambil dari pasal 28 ayat (1) mengenai UU ITE.
Review
Jurnal ini sangat relevan dengan perkembangan teknologi saat ini. Bagi
pengguna media sosial sudah seharusnya kita bijak dalam mengolah berita
sebelum disebarkan. Jangan sampai berita hoax kita terima mentah-mentah
Task
tanpa Name
disaring terlebih dahulu. Dengan adanya makalah ini kita mengetahui
tentang pasal-pasal yang berada dalam UU ITE sehingga dapat menjadi
wawasan bagi kita untuk bijak bersosial media tanpa menyebarkan berita hoax.

Task Name

THANK YOU
JURNAL HUKUM MEDIA BHAKTI, Vol.3, No.1, Juni 2019, pp. 8~17
ISSN: 2580-3298 (cetak) 2580-7277 (online)
DOI: 10.32501/jhmb.v3i1.35  8

PERLINDUNGAN KORBAN DALAM KASUS PENYEBARAN


BERITA HOAX DI MEDIA SOSIAL DI INDONESIA

1
Dewi Ayu Pranesti, 2Ridwan Arifin
1,2
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
e-mail: ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id

Abstrak
Berbagai kasus penyebaran berita palsu dan bohong (fake news and hoax) di Indonesia telah menjadi
permasalahan yang sangat serius. Bukan hanya berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan, namun
pada perlindungan hukum terhadap masyarakat dan penegakan hukum. Pada kasus-kasus penyebaran fake
news and hoax, undang-undang beserta perangkat penegakan hukum lebih fokus kepada pelaku kejahatan,
sementara korban (victim) dalam kasus tersebut tidak banyak mendapatkan porsi yang lebih. Tulisan ini
mendiskusikan tentang pengaturan terkait berita palsu atau berita hoax dan penerapan sanksi terhadap
pelaku tindak pidana penyebaran berita hoax terhadap beberapa pihak yang juga ikut terkait
penyebarluasan berita bohong. Tulisan ini juga fokus kepada upaya perlindungan terhadap korban
dalam berbagai kasus penyebaran berita hoax di media sosial di Indonesia. Penelitian ini menganalisis
berbagai kasus terjadi di Indonesia yang diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun online.
Sehingga, metode dalam penelitian ini menggunakan studi empiris dan kepustakaan. Penelitian ini
menegaskan bahwa dasar pengaturan atas penyebaraluasan berita palsu (hoax) telah diatur dan
dit et apkan ke UU No. 19 Tahun 2016 pasal 28 ayat 1 dan ayat 2. Kemudian dari Undang-Undang itu
ada juga peraturan lain yang membahas tentang penyebarluasan berita hoax yang kemudian dijelaskan ke
dalam UU No. 1 Tahun 1946 (UU Peraturan Hukum Pidana) pasal 14 dan Pasal 15, juga dalam pasal 311
dan pasal 378 KUHP, serta Pasal 27 ayat 3 UU No. 19 Tahun 2016 (UU ITE). Perlindungan korban
dalam kasus ini dapat ditemukan pada berbagai aturan perundang-undangan, diantaranya PP No. 44
Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan korban; dan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Korban, Berita Hoax, Media Sosial, Penegakan Hukum

A. PENDAHULUAN perbedaan. Maka ketika ada sesuatu


yang dapat digunakan secara bebas di
Perkembangan internet pada masa suatu negara sudah pasti hal tersebut
kini sudah sangat pesat mengingat setiap menjadi pelanggaran hukum bagi
orang sekarang dapat mengakses internet negara.(1)
dengan mudah, ditambah Perkembangan internet dengan
berkembangnya beraneka ragam keterbukaan informasi tersebut
smartphone menyebabkan penggunanya memberikan banyak dampak di
dengan mudah untuk mengakses. masyarakat, salah satunya dampak
Penggunan internet mulai orang dewasa negatif. Dampak negatif tersebut seperti
hingga anak kecil sudah dikenalkan banyaknya tersebar berita palsu dan
internet. Media internet merupakan bohong di masyarakat. Keberadaan
media yang tidak mengenal batas dan berita-berita palsu dan bohong tersebut
waktu. Baik itu batas wilayah maupun bukan hanya meresahkan namun juga
batas lainnya. Berkaitan dengan hal menimbulkan berbagai konflik dan
tersebut tentunya memberikan dampak tindak kejahatan di masyarakat.
baik dan dampak buruk bagi pengguna Sepanjang 2018, terdapat tidak kurang
sosial media. Mengingat bahwa setiap dari 10 berita hoax yang berdampak pada
aturan mengenai perilaku yang dipakai masyarakat, mulai dari berita soal
masing-masing negara terdapat bencana alam, kasus penganiayaan,

Diterima 07 Januari 2019; Direvisi 17 Mei 2019; Disetujui 20 Mei 2019


JHMB ISSN: 2580-3298  9

penculikan anak, hingga peredaran 3. Masyarakat Indonesia memiliki


makanan beracun.(2) sifat dasar suka berbincang
Maraknya berita hoax di era sehingga ketika mendapatkan
globalisasi saat ini berita tidak terlepas informasi begitu saja di bagikan
dari pola konsumsi masyarakat terhadap tanpa ada verifikasi terlebih
media online dan perkembangan dahulu.
informasi teknologi itu sendiri.
Ketidaksesimbangan informasi dan Beberapa penelitian sebelumnya
kebenaran data menjadi salah satu mengungkapkan bahwa dengan semakin
pemicu maraknya penyebaran brita banyaknya berita hoax yang muncul
hoax, bahkan sikap fanatisme terhadap dan beredar sekarang tentunya akan
tokoh atau golongan tertentu menimbulkan dampat negatif di
menjadikan masyarakat mudah terjebak kalangan masyarakat diantaranya:(7–13)
dalam berbagai kasus penyebaran berita 1. Berita Hoax akan membuat
hoax.(3–5) Adapun Berita hoax disini masyarakat yang membacanya
yang dimaksud adalah berita yang buat menjadi emosi.
berdasarkan pada realitas yang tidak 2. Menimbulkan berbagai opini
sesungguhnya bahkan mungkin negatif yang muncul pikiran
ditambah-tambahi atau diputarbalikan. masyarakat sehingga menyebabkan
Sehingga banyak sekali kasus yang disentegrasi bangsa.
sebenarnya tidak benar sedang terjadi 3. Memberi dampak provokasi dan
namun dibuat menjadi berita agar agitasi negatif.
banyak khalayak yang tertarik untuk 4. Menimbulkan berbagai kebencian,
membacanya. Mungkin sudah tidak kemarahan, dan berbagai hasutan
asing lagi ketika kita melihat bahkan kepada orang banyak agar
mendengar berita hoax yang banyak berbuat huru-hara, pemberontakan,
tersebar di berbagai media baik media dan sebagainya.
cetak, media online dan broadcast
message.(6) Maka dari itu sebagai Sehingga masyarakat sekarang ini
masyarakat yang modern dan tinggal di dapat dengan mudah membuat dan
era globalisasi ini kita harus dan wajib menulis sebuah berita di suatu situs,
pandai dalam menggali informasi yang blog maupun di akun media lainnya
kita temukan dan tidak mudah untuk yang mereka miliki dan jika dikaji dari
menyebarluaskan berita yang ada substansi yang mereka buat dapat lebih
sebelum kita mengetahui ke aslian berita bagus bahkan dari berita yang ada di
tersebut. Adapun beberapa faktor sosial media sekarang. Akan tetapi ada
penyebab yang menyebabkan cepatnya beberapa kendala mengenai hal tersebut
beredar berita hoax adalah sebagai yaitu kurangnya pemahaman dan
berikut: pengetahuan masyarakat untuk mencari
1. Masyarakat Indonesia saat ini tahu suatu kebenaran berita yang ada
dinilai belum bisa berdemokrasi sehingga menyebabkan penyebaran
secara sehat. kabar hoax itu berjalan dengan cepat.
2. Kebanyakan dari masyarakat tidak Sehingga minat membaca masyarakat
terbiasa menyimpan suatu data secara umum menjadi minim sekali
sehingga ketika mereka berbicara apalagi meluangkan waktunya hanya
tanpa di dukung dengan data yang untuk sekedar membaca, maka dari itu
ada. pandangan mereka hanya dengan
membaca judul atau paragraf mereka

Perlindungan Korban Dalam Kasus Penyebaran… (Dewi A.P., Ridwan A.)


10  ISSN: 2580-3298

dapat mengambil inti dari berita yang yang digunakan menyangkut hal
dikemukakan tadi. Hal tersebut tentunya komunikasi dan beberapa aspek etis
karena ada dukungan dari berbagai digunakan yang dalam ilmu
macam format dari berita yang mana komunikasi, khususnya yang
terdapat beberapa situs tersebut berhubungan dengan komunikasi massa
menyampaikan dengan menarik yang meliputi beberapa aspek etis.
sehingga menciptakan keingintahuan Misal ketika kita menulis berita kita
pembaca mengenai hal tersebut harus adil dan tidak memihak antara satu
walaupun pada kenytaannya data yang dengan yang lain serta menerapkan etika
ada tidak sesuai dengan kepatutan dan kewajaaran kemudian
sebenarnya.(14,15) menerapkan etika kejujuran atau
Pemberitaan palsu yang banyak obyektivitas berdasarkan fakta. Di dalam
tersebar ini pun kebanyakan juga telah berkomunikasi Aspek kejujuran atau
diolah oleh beberapa oknum dengan obyektivitas inilah yang dijadikan
sedemikian rupa agar dapat menarik sebagai etika yang di dasarkan pada data
minat pembaca yang membaca berita dan fakta yang ada. Faktualisasi disinilah
tersebut. Para netizan pun atau yang dijadikan kunci dari etika
pengguna internet juga turut serta dalam kejujuran. Maka disini diperlukan
menyampaikan komentarnya di kolom kejujuran dalam menulis dan
komentar untuk membahas suatu berita melaporkan. Dengan maksud adalah
dengan beranggapan bahwa komentar supaya informasi tersebut teruji
atau opini mereka dapat meluruskan kebenarannya dan diakui integritas dan
berita tersebut. Padahal jika diamati kredibilitasnya.(18)
sebenarnya belum tentu komentar apa Sementara itu, kasus-kasus berita
yang mereka sampaikan itu dapat hoax tersebut selain memiliki aspek
dimengerti orang lain atau pembaca kejahatan (pelaku kejahatan), juga
lain, sehingga tidak menutup memiliki aspek korban kejahatan.
kemungkinan ketika semakin banyak Korban dalam berbagai kasus berita
yang ikut berkomentar dan hoax di Indonesia belum mendapatkan
mengomentari berita itu sendiri maupun perhatian yang lebih, padahal ini
lewat argumen orang lain. Maka dari menjadi hal yang penting dalam
itu, berita hoax justru lebih populer penegakan hukum di Indonesia.(19)
sehingga bisa saja bahkan menutupi Perlindungan hukum terhadap
keberadaan berita aslinya. Wabah hoax korban sebetulnya sudah diatur dalam
sendiri sekarang telah menjadi masalah berbagai peraturan perundang-
nasional maupun internasional yang undangan, diantaranya Kitab Undang-
dapat menyebabkan perpecahan atau Undang Hukum Pidana; Undang-
disintegrasi, instabilitas politik dan Undang No. 1 Tahun 1946 tentang
gangguan keamanan nasional yang Peraturan Hukum Pidana; Undang-
menghambat pembangunan.(16,17) Undang No. 19 Tahun 2016 tentang
Pada dasarnya ketika berkomunikasi Informasi dan Transaksi Elektronik;
kita perlu menggunakan etika Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
komunikasi dengan baik dan benar. 2008 tentang Pemberian Kompensasi,
Begitupula ketika kita menyebarkan Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan
suatu berita kita haruslah melihat korban; dan Undang-Undang No. 13
berdasarkan informasi yang benar dan Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
sesuai fakta yang ada. Di dalam ilmu dan Korban.
komunikasi ada sebuah istilah fairness

JHMB Vol. 3, No. 1, Juni 2019 : 8-17


JHMB ISSN: 2580-3298  11

Namun, aturan-aturan tersebut tidak ada dalam penelitian ini diperoleh dari
secara jelas dan spesifik memberikan berbagai penelitian sebelumnya yang
aturan perlindungan hukum terhadap berkaitan dengan perlindungan korban
korban kasus berita hoax media sosial di berita hoax di Indonesia.(23–25)
Indonesia. Padahal, upaya penegakan
hukum dan kepastian hukum menjadi D. PEMBAHASAN
salah satu bagian penting bagi sebuah
negara demokrasi dan negara hukum 1. Analisis Hukum Pidana
seperti Indonesia.(20–22) Terhadap Pelaku Penyebaran
Berita Hoax
B. PERMASALAHAN
Hoax merupakan suatu berita atau
Berdasarkan latar belakang tersebut, pernyataan mengenai informasi yang
maka permasalahan dalam tulisan ini tidak valid atau palsu yang sengaja
meliputi, bagaimanakah analisis hukum disebarluaskan agar membuat keadaan
pidana terhadap pelaku penyebaran menjadi heboh serta data informasi yang
berita hoax di Indonesia, aturan hukum digunakan bukanlah data yang valid.
apa saja yang berkaitan dengan Namun juga ada yang dengan sengaja
penyebara berita hoax di Indonesia, dan berita hoax tersebut dibuat untuk
bagaimana perlindungan korban membuat seseorang itu berfikir tentang
penyebaran berita hoax di Indonesia. suatu hal yang bisa saja menjadikan
pemikiran tersebut sesat karena
C. METODE pengaruh dari opini-opini yang
dikembangkan. Sebelum ada media
Penelitian ini merupakan penelitian sosial seperti instagram, facebook,
gabungan antara studi normatif dan twitter, path, whatsapp bahkan blog.
empiris. Kajian hukum dan analisis Berita hoax disebarluaskan melewati
peraturan perundang-undangan e-mail dan pesan singkat, yaitu Short
digunakan dalam penelitian ini. Adapun Message Services (SMS).
undang-undang yang digunakan dalam Berdasarkan hasil dari penelitian
penelitian ini yakni: (a) Kitab Undang- Masyarakat Telematika Indonesia
Undang Hukum Pidana; (b) Undang- (2017), jenis hoax yang sering diterima
Undang No. 1 Tahun 1946 tentang oleh masyarakat adalah dalam bidang
Peraturan Hukum Pidana; (c) Undang- sosial politik, pilkada, pemerintah dan
Undang No. 19 Tahun 2016 tentang juga SARA. Dalam penelitian ini yang
Informasi dan Transaksi Elektronik; (d) mana kasus-kasus dalam bentuk
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun informasi atau berita dan juga gambar
2008 tentang Pemberian Kompensasi, hoax yang berhubungan dengan
Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan penyelenggaraan pemerintah dan
korban; dan (e) Undang-Undang No. 13 Presiden. Oleh karenanya, hoax
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi memiliki dimensi penegakan hukum
dan Korban. yang kompleks karena akan sangat
Studi empiris dalam penelitian berkaitan dengan hukum pidana, hukum
bukan untuk mencari data-data primer, dan teknologi, dan bahkan hak asasi
melainkan data-data yang diperoleh data- manusia.(26)
data sekunder dari berbagai sumber baik Penjelasan mengenai Tindak pidana
media cetak maupun online. Adapun sendiri merupakan sebuah pengertian
kasus-kasus dan pendapat pakar yang yang yuridis, beda lagi dengan istilah

Perlindungan Korban Dalam Kasus Penyebaran… (Dewi A.P., Ridwan A.)


12  ISSN: 2580-3298

lain seperti perbuatan yang c. Melawan hukum disini


menimbulkan sebuah kejahatan. Tindak menjelaskan perbuatan yang tidak
kejahatan merupakan salah satu bentuk memiliki hak. Tidak memiliki hak
tingkah laku yang hanya melanggar disini yang dimaksud adalah
undang-undang hukum pidana. Secara tindakan yang menyebabkan
penjelasan mengenai yuridis formal. perlawanan hukum.
Maka barang siapa bagi yang melanggar d. Seseorang yang telah dengan
undang-undang tersebut akan dikenakan sengaja membagikan berita yang
pidana. dari situlah maka dapat ditarik tidak sesuai dengan fakta. Maka
kesimpulan bahwa sebuah perbuatan disama artikan dengan perbuatan
yang dilarang oleh undang-undang menyebarkan.
harus di hindari. Dan setiap peraturan
mengenai larangan-larangan yang Objek berita palsu disini sama saja
dibuat wajib ditaati oleh semua warga dengan sebuah berita bohong karena
negara yang bertempat tinggal di negara sama-sama mengandung pengertian
tersebut baik itu yang telah diatur di tidak lengkap, tidak memenuhi unsur,
dalam peraturan di tingkat nasional dan tidak valid. Kerugian yang disini
maupun peraturan daerah.(15,16,27) bukan saja dalam bentuk uang akan
Oleh karena suatu pelanggaran tetapi juga misal timbul rasa cemas,
tindak pidana yang melanggar pasal 28 malu dan hilangnya rasa untuk bahagian
ayat 1 Undang-Undang No 11 Tahun dan sebagainya. Unsur yang terakhir ini
2008 Tentang Informasi dan Transaksi maka menjadi syarat bahwa berita
Elektronik (UU ITE), sebagaimana bohong yang dikeluarkan haruslah
ditegaskan oleh Hamzah (2014), Bassar mengakibatkan suatu kerugian bagi
(2016), Reid (1997), dan Rosita & Hari konsumen. Artinya jika berita tersebut
(2016) menjelaskan tentang penyebaran tidak terjadi kerugian konsumen di
berita hoax atau kabar bohong: dalam transaksi elektronik maka jelas
“Setiap orang yang apabila dengan tidak dapat dilakukan proses
sengaja dan tanpa mempunyai hak pemidanaan, yang dimaksud disini
untuk menyebar luaskan berita bohong adalah yang mengakibatkan kerugian
dan menyesatkan seseorang yang para konsumen dalam Transaksi
mengakibatkan kerugian konsumen elektroniknya.(28,30)
dalam transaksi elektronik.”(16,28,29)
Sehingga pasal 28 ayat (1) memenuhi 2. Peraturan Berkaian dengan
unsur: Penyebaran Berita Hoax
a. Kepada pelaku penyebar berita
bohong hoax adalah mencakup Berita hoax yang dapat
setiap orang baik pelaku maupun menyebabkan kegaduhan dan
membagikan. disintegrasi diatur dalam Undang-
b. Sebuah bentuk kesengajaan yang Undang Nomor 1 Tahun 1946 mengenai
tanpa hak menyebarluaskan berita Hukum Pidana. Di dalam Pasal 14
bohong dan menyesatkan orang Undang-Undang a quo mejelaskan dan
lain, serta juga terbukti melakukan menegaskan: ayat 1 “Barangsiapa,
perbuatan tindak pidana yang telah dengan sengaja menyiarkan berita atau
diancamkan pasal tersebut yang pemberitahuan bohong, dan
dimaksud disini adalah sesuatu menyebarkan kegaduhan di kalangan
kesalahan yang sengaja dibuat. masyarakat, akan dihukum dengan
hukuman penjara setinggi-tingginya

JHMB Vol. 3, No. 1, Juni 2019 : 8-17


JHMB ISSN: 2580-3298  13

maksimal sepuluh tahun”. Ayat 2 tertentu berdasarkan atas suku, agama,


“Barangsiapa mengeluarkan ras, dan antargolonganrasa kebencian
pemberitaan yang dapat menyebabkan atau permusuhan tertentu.
kegaduhan di kalangan masyarakat, Namun pada pasal ini sebenarnya
sedangkan dia layak menyangka bahwa tidak memuat unsur perbuatan
berita atau pemberitahuan yang kebohongan. Hanya saja, ketika
disebarkan itu bersifat bohong, maka dikaitkan dengan peristiwa hukumnya
dikenakan hukuman penjara setinggi- seringkali perbuatan yang dilakukan
tingginya tiga tahun. dengan sengaja untuk menyebarkan
Adapun nilai pembeda yang informasi yang tujuannya untuk
memebedakan dari adanya dua menimbulkan atau membuat kebencian,
ketentuan diatas, yaitu pada ayat konten dan informasi yang
pertama menjelaskan perbuatan yang disebarkanpun biasanya tidak
berkaitan tentang penyebaran berita berdasarkan kebenaran atau sifatnya
bohong akan menimbulkan suatu merupakan berita hoax. Maka dari itu
kegaduhan karena disebabkan untuk melawan dan memberantas berita
kesengajaan sebagai maksud atau hoax dan mencegah apabila terjadi
kepastian yang nyata. Dalam artian meluasnya dampak negatif hoax,
pelaku telah jelas-jelas memiliki pemerintah pada dasarnya telah
kehendak, kemauan dan pengetahuan memiliki dan menyediakan paying
kalau perbuatan menyebarkan berita hukum yang memadai. Berikut ini
hoax itu akan me-nimbulkan suatu dijelaskan beberapa penjabaran singkat
kegaduhan. Sedangkan pada ayat dan penjelasan mengenai pasal-pasal di
keduanya, merupakan perbuatan sebagai dalam Undang-Undang yang mengatur
kesengajaan akan kemungkinan, bahwa tentang berita hoax:
kepadanya patut mengetahui atau patut a. Kitab Undang-Undang Hukum
menduga kalau dari pada perbuatan Pidana (KUHP)(31)
menyebarkan berita kebohongan akan 1) Pasal 311 KUHP: “jika yang
menimbulkan kegaduhan. Soal melakukan suatu kejahatan
kekaburan makna me-ngenai apa yang pencemaran baik itu pencemaran
dimaksud “kegaduhan” dalam pasal a tertulis diperbolehkan untuk
quo, telah dijelaskan dalam ketentuan membuktikan terlebih dahulu apa
bahwa, kegaduhan adalah lebih hebat yang dituduhkan itu benar, tidak
maknanya dari pada kegelisahan dan membuktikan, dan tuduhan apa
sesuatu yang dapat menggoncangkan yang diketahui dilakukan
hati penduduk yang jumlahnya tidak bertentangan, maka dia diancam
sedikit. Kemudian, penyebaran berita dengan penjara pidana paling
bohong yang dapat menimbulkan dan lama empat tahun karena
menyebabkan kebencian terhadap suatu melakukan fitnah.”
golongan tertentu, ketentuannya telah 2) Pasal 378 KUHP: “barang siapa
diatur dan ditetapkan ke dalam Pasal 28 yang dengan maksud dan tujuan
ayat 2 mengenai Undang-Undang untuk menguntungkan diri
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU sendiri atau menguntungkan orang
ITE) yang pada intinya: “Setiap orang lain secara melawan hukum,
yang dengan cara sengaja dan tanpa dengan menggunakan nama
memiliki hak menyebarkan informasi palsu atau martabat palsunya,
yang bertujuan untuk menimbulkan kemudian dilakukan juga dengan
individu atau kelompk masyarakat tipu muslihat, ataupun dengan

Perlindungan Korban Dalam Kasus Penyebaran… (Dewi A.P., Ridwan A.)


14  ISSN: 2580-3298

serangkaian kebohongan, 1) Pasal 27 ayat (3): “setiap orang


sehinggan menyebabkan orang ya n g dengan sengaja, dan tanpa
lain untuk menggerakan atau memiliki hak mendistribusikan
menyerahkan sesuatu hal dan/atau mentransmisikan
kepadany atau juga dapat agar dan/atau membuat dapat
orang tersebut memberikan diaksesnya Informasi Elektronik
hutangnya maupun menghapuskan dan/atau Dokumen Elektronik
piutangnya maka dipidana penjara yang memiliki muatan penghinaan
paling lama empat tahun dengan dan/atau pencemaran nama baik.”
berdasarkan ancaman karena 2) Pasal 28 ayat (1) dan (2): Ayat 1
penipuan. “setiap orang yang dengan
b. Undang-Undang No.1 Tahun 1946 sengaja dan tanpa memiliki hak
tentang Peraturan Hukum Pidana menyebar luaskan berita bohong
Pasal 14 ayat (1) dan (2) dan Pasal dan menyesatkan yang kemudian
15. mengakibatkan kerugian bagi
1) Ayat 1: “barangsiapa, dengan konsumen dalam transaksi
sengaja menyiarkan suatu berita elektornik.”. Ayat 2 “setiap orang
bohong, dan dengan sengaja yang dengan sengaja dan tanpa
menciptakan kegaduhan hak melakukan dan menyebarkan
dikalangan masyarakat, maka informasi yang bertujuan untuk
dikenakan ancaman pidana menimbulkan rasa kebencian
dengan hukuman penjara atau pemusuhan berdasarkan
setinggi-tingginya atau maksimal atas suku, agama, ras, dan antar
sepuluh tahun.” golongan kepada individu
2) Ayat 2 “barang siapa dan/atau kelompok masyarakat
menyiarkan suatu berita atau tertentu.
mengeluarkan suatu berita yang
dapat menciptakan kegaduhan 3. Perlindungan Hukum Terhadap
dikalangan rakyat, sedangkan ia Korban Penipuan berita Hoax
patut menduga dan menyangka Berdasarkan Pendekatan
bahwa berita itu adalah bohong, Viktimologi
maka dikenakan ancaman
penjara setinggi-tingginya tiga Perlindungan memiliki suatu
tahun.” pengertian yaitu perbuatan dengan
3) Pasal 15 “barang siapa dengan maksud yaitu melindungi dan memberi
sengaja menyebarkan kabar tidak pertolongan kepada seseorang. Istilah
benar/tidak sesuai ataupun kabar hukumnya sendiri ada bermacam-
berlebihanalaupun dirinya macam. Yang pertama recht yaitu
mengetahui dan paham ataupun berasal dari kata rechtum yang
paling tidak patut menduga memiliki arti bimbingan, tuntutan atau
tentang kabar tersebut, sehinggan pemerintahan. Sedangkan untuk ius
dapat menyebabkan kegaduhan di berasal dari kata iubre yang memiliki
kalangan masyarakat maka arti mengatur atau memerintah. Kata
dikenakan hukuman penjara mengatur atau memerintah ini
maksimal 2 tahun. mengandung dan berdasar pada
c. UU No. 19 Tahun 2016 mengenai kewibawaan.(20)
Informasi dan Transaksi Elektronik

JHMB Vol. 3, No. 1, Juni 2019 : 8-17


JHMB ISSN: 2580-3298  15

Sehingga, perlindungan hukum penipuan khususnya di internet, di atur


dapat dimaknai sebagai segala upaya di dalam Pasal 28 ayat 1 Ancaman
yang dilakukan secara sadar pidana dan dapat dikenakan terhadap
berdasarkan akal dan pikiran oleh pelaku adalah denda paling banyak satu
setiap orang maupun lembaga miliar dan/atau pidana penjaran paling
pemerintahan dan swasta yang lama 6 (enam) tahun sebagai mana
bertujuan untuk mengusahakan yang telah disebutkan dalam Pasal 45
pengamanan di setiap lapisan, ayat (2) mengenai UU ITE, perihal
penguasaan dan juga pemenuhan tentang ketentuan pidana yang diambil
kesejahteraan hidup berkelanjutan dari pasal 28 ayat (1) mengenai UU
sesuai dengan hak-hak asasi yang telah ITE.
ada. Kemudian untuk penipuan di Dimensi korban dalam kasus
internet sendiri memilik bahasa lain penyebaran berita hoax dapat dilihat
yaitu penipuan yang dilakukan secara dari berbagai aspek dan aturan
online. Jadi pada prinsipnya sama perundang-undangan. Misalnya, dalam
dengan penipuan yang bersifat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014
konvensional, hanya saja yang tentang Perlindungan Saksi dan Korban
membedakan dari keduanya yaitu bahwa yang dikatakan sebagai korban
sarana perbuatannya yang menggunakan adalah mereka yang mengalami
sistem-sistem elektronik seperti penderitaan fisik, mental, dan/atau
handphone, komputer, internet dan kerugian ekonomi yang diakibatkan
perangkat komunikasi lain. Sehingga oleh suatu tindak pidana (Pasal 1).
jika dianalisis secara hukum penipuan Maka dalam kasus penyebaran berita
yang dilakukan di internet atau bisa hoax, orang-orang yang dianggap
juga disebut penipuan secara online sebagai korban haruslah mengalami
dapat diberlakukan sama halnya dengan akibat langsung dari tindak pidana
delik konvensional. tersebut baik itu berupa akibat fisik,
Sedangkan mengenai kebijakan mental atau kerugian finansial ekonomi.
hukumnya yang berkaitan dengan Akibat fisik, berarti si korban
tindak pidana penipuan yang dilakukan mengalami derita fisik dari penyebaran
secara transaksi jual beli di internet, berita hoax tersebut, misalnya perlakuan
khususnya dalam hal yang berkaitan diskriminatif, ancaman, atau bahkan
dengan ini kebijakan yang dapat penganiayaan yang menyebabkan
diterapkan dan dikenakan terhadap terluka atau bahkan hilangnya nyawa
pelaku adalah Kitab Undang-undang akibat dari berita hoax tersebut. Namun
Hukum Pidana (KUHP) dan UU ITE dalam kerugian ini, pelaku tindak
sebagaimana telah dijabarkan dalam pidana penyebaran berita hoax dapat
peraturan perundang-undangan yang dimintai pertanggungjawaban
telah berlaku di indonesia terkait dalam pidananya hanya dalam kasus
tindak pidana tersebut, masing-masing penyebaran berita tersebut, bukan
telah diatur dalam satu pasal. Dalam ancaman ataupun penganiyaan terhadap
KUHP sendiri pasal yang khusus korban. Sehigga hal ini menghadirkan
mengatur mengenai perkara tindak permasalahan dan perdebatan yang
pidana penipuan terdapat di dalam Pasal kompleks dalam pemidanaan itu
378 KUHP. sendiri.(32)
Sedangkan dalam Undang-undang
ITE, pasal yang telah mengatur terkait
dengan suatu perkara tindak pidana

Perlindungan Korban Dalam Kasus Penyebaran… (Dewi A.P., Ridwan A.)


16  ISSN: 2580-3298

E. PENUTUP ini sebelumnya telah dijelaskan di dalam


UU No 11 Tahun 2008 sekarang ini
Semakin berkembang pesatnya telah berubah kedalam UU No 19
teknologi di era digital sekarang, maka Tahun 2016 pasal 28 Ayat 1 dan Ayat
semakin bermunculan permasalahan dan 2. Dan juga terdapat pula aturan
kejahatan baru yang dilakukan lewat penyebaran berita hoax atau palsu
sosial media. Salah satunya mengenai lainnya yang juga dijelaskan kedalam
pemostingan dan pembagian berita palsu UU No 1 Tahun 1946 Pasal 14 dan
di media sosial. Terdapat peraturan yang Pasal 15. Yang mana khususnya,
mengatur bukan saja untuk pembuat pelaku yang menyebarkan berita hoax
berita palsu akan tetapi juga mereka dapat dikenakan pasal lainnya yang
yang memposting dan membagikan terdapat hubungan dengan
berita tersebut ke kalangan masyarakat penyebarluasan berita atau
lewat sosial media. Maka dari itu pemberitahuan yang bersifat palsu yakni
dibentuklah dasar pemberaturan Pasal 27 Ayat 3 UU No 19 Tahun 2016
mengenai penyebaran dan pembagian Mengenai ITE, dan juga pasal lain di
berita palsu. Hal yang berkaitan dengan KUHP yaitu pasal 378 dan pasal 311.

DAFTAR PUSTAKA
1. Krisnawati E. Penggunaan Internet oleh http://dx.doi.org/10.30818/jpkm.2018.2
Kalangan Remaja di Kabupaten 030104
Semarang. Cakrawala J Penelit Sos. 8. Arifin R, Muhtada D. Penal Policy and
2015;4(2):319–150. the Complexity of Criminal Law
2. Arnani M, Galih B, editor. 10 Hoaks Enforcement. J Indones Leg Stud
yang Paling Berdampak di Masyarakat [Internet]. 2019;4(1):1–6. Tersedia
[Internet]. 2018. Tersedia pada: pada: https://doi.org/10.15294/jils.
https://nasional.kompas.com/read/2018/ v4i01.30189
12/19/15131571/10-hoaks-sepanjang- 9. Muthia F., Arifin R. Kajian Hukum
2018-yang-paling-berdampak-di- Pidana Pada Kasus Kejahatan
masyarakat Mayantara (Cybercrime) dalam Perkara
3. Allcott H, Gentzkow M. Social Media Pencemaran Nama Baik di Indonesia.
and Fake News in the 2016 Election. J RESAM J Huk [Internet].
Econ Perspect. 2016;31(2):211–236. 2019;5(1):21–39. Tersedia pada:
4. Carr CT, Rebecca HA. Social Media: https://doi.org/10.32661/resam.v5i1.18
Defining, Developing, and Divining. Atl 10. Putri KD., Arifin R. Tinjauan Teoritis
J Commun. 2015;23(2015):46–65. Keadilan dan Kepastian dalam Hukum
5. Kietzmann JH, K H, P MI, S SB. Social di Indonesia (The Theoretical Review of
Media Get Serious! Understanding the Justice and Legal Certainty in
Functional Building Blocks of Social Indonesia). Mimb YUSTITIA.
Media. Bus Horiz. 2012;1(54):241–251. 2018;2(2):142–158.
6. Strini A. Haox dan Banalitas Kejahatan 11. Arifin R, Rasdi, Alkadri R. Tinjauan
(Studi Pustaka tentang Fenomena Hoax Atas Permasalahan Penegakan Hukum
dan Keterkaitan dengan Banalitas dan Pemenuhan Hak dalam Konteks
Kejahatan). Transformasi [Internet]. Universalime dan Relativisme Hak
2017;32(2017):76–167. Tersedia pada: Asasi Manusia di Indonesia. J Ilm Huk
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Tra Leg [Internet]. 2018;26(1):17–39.
nsformasi/article/view/1798/1599 Tersedia pada: https://doi.org/10.22219/
7. Juditha C. Hoax Communication jihl.v26i1.6612.g5770
Interactivity in Social Media and 12. Wijayanto I, Arifin R. Our Children
Anticipation (Interaksi Komunikasi from Cyberporn!: Pedoman untuk
Hoax di Media Sosial serta Orang Tua dalam Menyikapi
Antisipasinya). J Pekommas [Internet]. Perkembangan Teknologi bagi Kasus
2018;3(1):31–44. Tersedia pada: Cyberporn Anak-anak. Semarang:

JHMB Vol. 3, No. 1, Juni 2019 : 8-17


JHMB ISSN: 2580-3298  17

BPFH UNNES; 2018. Indones J Int Law. 2006;3(2):212–241.


13. Widyawati A, Arifin R. Modul Gerakan 23. Hasbiansyah O. Pendekatan
Anti Perundungan Anak. Semarang: Fenomenologi: Pengantar Praktik
BPFH UNNES; 2018. Penelitian dalam Ilmu Sosial dan
14. Asril S. Hukum Internet Dan Komunikasi. J Mediat. 2008;9(1):160–
Pengenalan Mengenai Masalah Hukum 172.
di Cyberspace. Bandung: PT. Citra 24. Mamudji S. Penelitian Hukum Normatif
Aditya Bakti; 2017. dan Sebuah Tinjauan Singkat. Jakarta:
15. Ferdian A. Tindak Pidana Informasi Rajawali; 2015.
Transaksi Elektronik. Malang: Media 25. Arifin R, Waspiah, Latifiani. D.
Nusa; 2015. Penulisan Karya Ilmiah untuk
16. Hamzah A. Aspek-aspek Pidana di Mahasiswa Hukum. Semarang: BPFH
Bidang Komputer. Jakarta: Sinar UNNES; 2018.
Grafika; 26. Indonesia MT. Survei Wabah Hoax
17. Howard PEN, Rainie L, Jones S. Days Nasional. In 2017. Tersedia pada:
and Nights on the Internet: The Impact https://mastel.id/hasil-survey-wabah-
of a Diffusing: The Impact of a hoax-nasional-2017/
Diffusing Technology. Am Behav Sci. 27. Bassar S. Tindak-Tindak Pidana
2001;45(3):383–404. Tertentu. Bandung: Remadja Karya;
18. Iswoko K. Kebijakan Pemerintah 2016.
Menangkal Penyebaran Berita Palsu 28. Reid TS. Crime and Criminology.
atau „Hoax.‟ J Muara Ilmu Sos Madison, WI: Brown & Benchmark;
Humaniora, dan Seni. 2017;1(1):13–23. 1997.
19. Bhayangkara, Sami C. Ini 6 Informasi 29. Rosita L, Sasangka H. Hukum
Hoax yang Fenomenal hingga Telan Pembuktian dalam Perkara Pidana.
Korban Jiwa. OKENEWS [Internet]. Bandung: Mandar Maju; 2016.
Tersedia pada: https://news.okezone. 30. Febriansyah F. Konsep Pembentukan
com/read/2018/03/28/337/1879324/ini- Peraturan Perundang-Undangan di
6-informasi-hoax-yang-fenomenal- Indonesia. Perspektif. 2016;21(3):220–
hingga-telan-korban-jiwa 229.
20. Faiz P. Teori Keadilan Jhon Rawls. J 31. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Konstitusi. 2009;6(1):131–146. 32. Pomounda I. Perlindungan Hukum bagi
21. Hikmah M. Mahkamah Konstitusi dan Korban Penipuan Melalui Media
Penegakan Hakim dan HAM di Elektronik (Suatu Pendekatan
Indonesia. J Huk dan Pembang. Viktimologi). J Ilmu Huk Leg Opin.
2005;35(2):128–142. 2015;4(3):1–9.
22. Juwana H. Penegakan Hukum dalam
Kajian Law and Development: Problem
and Fundamen Bagi Solusi di Indonesia.

Perlindungan Korban Dalam Kasus Penyebaran… (Dewi A.P., Ridwan A.)

You might also like