Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 9 Hoax - S1SI07B
Kelompok 9 Hoax - S1SI07B
a. Kepada pelaku penyebar berita bohong hoax adalah mencakup setiap orang baik pelaku
maupun membagikan.
b. Sebuah bentuk kesengajaan yang tanpa hak menyebarluaskan berita bohong dan menyesatkan
orang lain, serta juga terbukti melakukan perbuatan tindak pidana yang telah diancamkan pasal
tersebut yang dimaksud disini adalah sesuatu kesalahan yang sengaja dibuat.
c. Melawan hukum disini menjelaskan perbuatan yang tidak memiliki hak. Tidak memiliki hak disini
yang dimaksud adalah tindakan yang menyebabkan perlawanan hukum.
d. Seseorang yang telah dengan sengaja membagikan berita yang tidak sesuai dengan fakta.
Maka disama artikan dengan perbuatan menyebarkan
2. Peraturan Berkaitan dengan Penyebaran Berita Hoax
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
1) Pasal 311 KUHP: “jika yang melakukan suatu kejahatan pencemaran baik itu
pencemaran tertulis diperbolehkan untuk membuktikan terlebih dahulu apa yang
dituduhkan itu benar, tidak membuktikan, dan tuduhan apa yang diketahui
dilakukan bertentangan, maka dia diancam dengan penjara pidana paling lama
empat tahun karena melakukan fitnah.”
Task Name
2) Pasal 378 KUHP: “barang siapa yang dengan maksud dan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiri atau menguntungkan orang lain secara melawan
Task Name
hukum, dengan menggunakan nama palsu atau martabat palsunya, kemudian
dilakukan juga dengan tipu muslihat, ataupun dengan serangkaian kebohongan,
Task Name
sehinggan menyebabkan orang lain untuk menggerakan atau menyerahkan
sesuatu hal kepadany atau juga dapat agar orang tersebut memberikan hutangnya
maupun menghapuskan piutangnya maka dipidana penjara paling lama empat
tahun dengan berdasarkan ancaman karena penipuan.
b. Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14 ayat (1)
dan (2) dan Pasal 15.
1) Ayat 1: “barangsiapa, dengan sengaja menyiarkan suatu berita bohong, dan dengan
sengaja menciptakan kegaduhan dikalangan masyarakat, maka dikenakan ancaman
pidana dengan hukuman penjara setinggi-tingginya atau maksimal sepuluh tahun.”
2) Ayat 2 “barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan suatu berita yang
Task Name
dapat menciptakan kegaduhan dikalangan rakyat, sedangkan ia patut menduga dan
menyangka bahwa berita itu adalah bohong, maka dikenakan ancaman penjara setinggi-
Task
tingginya tiga Name
tahun.”
3) Pasal 15 “barang siapa dengan sengaja menyebarkan kabar tidak benar/tidak sesuai
Taskberlebihanalaupun
ataupun kabar Name dirinya mengetahui dan paham ataupun paling tidak
patut menduga tentang kabar tersebut, sehinggan dapat menyebabkan kegaduhan di
kalangan masyarakat maka dikenakan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
c. UU No. 19 Tahun 2016 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik
1) Pasal 27 ayat (3): “setiap orang yang dengan sengaja, dan tanpa memiliki hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.”
Task Name
2) Pasal 28 ayat (1) dan (2): Ayat 1 “setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa memiliki
hak menyebar
Taskluaskan
Name berita bohong dan menyesatkan yang kemudian mengakibatkan
kerugian bagi konsumen dalam transaksi elektornik.”. Ayat 2 “setiap orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan dan menyebarkan informasi yang bertujuan untuk
Task Name
menimbulkan rasa kebencian atau pemusuhan berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antar golongan kepada individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu.
1. 3. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penipuan berita
Hoax Berdasarkan Pendekatan Viktimologi
Perlindungan memiliki suatu pengertian yaitu perbuatan dengan maksud yaitu melindungi dan
memberi pertolongan kepada seseorang. mengenai kebijakan hukumnya yang berkaitan
dengan tindak pidana penipuan yang dilakukan secara transaksi jual beli di internet,
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan ini kebijakan yang dapat diterapkan dan
dikenakanTask
terhadap
Namepelaku adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan UU ITE.
Dalam KUHP sendiri pasal yang khusus mengatur mengenai perkara tindak pidana penipuan
terdapat di dalam Pasal 378 KUHP. Sedangkan dalam Undang-undang ITE, pasal yang telah
Task dengan
mengatur terkait Namesuatu perkara tindak pidana penipuan khususnya di internet, di atur di
dalam Pasal 28 ayat 1 Ancaman pidana dan dapat dikenakan terhadap pelaku adalah denda
Task
paling banyak Name
satu miliar dan/atau pidana penjaran paling lama 6 (enam) tahun sebagai mana
yang telah disebutkan dalam Pasal 45 ayat (2) mengenai UU ITE, perihal tentang ketentuan
pidana yang diambil dari pasal 28 ayat (1) mengenai UU ITE.
Review
Jurnal ini sangat relevan dengan perkembangan teknologi saat ini. Bagi
pengguna media sosial sudah seharusnya kita bijak dalam mengolah berita
sebelum disebarkan. Jangan sampai berita hoax kita terima mentah-mentah
Task
tanpa Name
disaring terlebih dahulu. Dengan adanya makalah ini kita mengetahui
tentang pasal-pasal yang berada dalam UU ITE sehingga dapat menjadi
wawasan bagi kita untuk bijak bersosial media tanpa menyebarkan berita hoax.
Task Name
THANK YOU
JURNAL HUKUM MEDIA BHAKTI, Vol.3, No.1, Juni 2019, pp. 8~17
ISSN: 2580-3298 (cetak) 2580-7277 (online)
DOI: 10.32501/jhmb.v3i1.35 8
1
Dewi Ayu Pranesti, 2Ridwan Arifin
1,2
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
e-mail: ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id
Abstrak
Berbagai kasus penyebaran berita palsu dan bohong (fake news and hoax) di Indonesia telah menjadi
permasalahan yang sangat serius. Bukan hanya berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan, namun
pada perlindungan hukum terhadap masyarakat dan penegakan hukum. Pada kasus-kasus penyebaran fake
news and hoax, undang-undang beserta perangkat penegakan hukum lebih fokus kepada pelaku kejahatan,
sementara korban (victim) dalam kasus tersebut tidak banyak mendapatkan porsi yang lebih. Tulisan ini
mendiskusikan tentang pengaturan terkait berita palsu atau berita hoax dan penerapan sanksi terhadap
pelaku tindak pidana penyebaran berita hoax terhadap beberapa pihak yang juga ikut terkait
penyebarluasan berita bohong. Tulisan ini juga fokus kepada upaya perlindungan terhadap korban
dalam berbagai kasus penyebaran berita hoax di media sosial di Indonesia. Penelitian ini menganalisis
berbagai kasus terjadi di Indonesia yang diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun online.
Sehingga, metode dalam penelitian ini menggunakan studi empiris dan kepustakaan. Penelitian ini
menegaskan bahwa dasar pengaturan atas penyebaraluasan berita palsu (hoax) telah diatur dan
dit et apkan ke UU No. 19 Tahun 2016 pasal 28 ayat 1 dan ayat 2. Kemudian dari Undang-Undang itu
ada juga peraturan lain yang membahas tentang penyebarluasan berita hoax yang kemudian dijelaskan ke
dalam UU No. 1 Tahun 1946 (UU Peraturan Hukum Pidana) pasal 14 dan Pasal 15, juga dalam pasal 311
dan pasal 378 KUHP, serta Pasal 27 ayat 3 UU No. 19 Tahun 2016 (UU ITE). Perlindungan korban
dalam kasus ini dapat ditemukan pada berbagai aturan perundang-undangan, diantaranya PP No. 44
Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan korban; dan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Korban, Berita Hoax, Media Sosial, Penegakan Hukum
dapat mengambil inti dari berita yang yang digunakan menyangkut hal
dikemukakan tadi. Hal tersebut tentunya komunikasi dan beberapa aspek etis
karena ada dukungan dari berbagai digunakan yang dalam ilmu
macam format dari berita yang mana komunikasi, khususnya yang
terdapat beberapa situs tersebut berhubungan dengan komunikasi massa
menyampaikan dengan menarik yang meliputi beberapa aspek etis.
sehingga menciptakan keingintahuan Misal ketika kita menulis berita kita
pembaca mengenai hal tersebut harus adil dan tidak memihak antara satu
walaupun pada kenytaannya data yang dengan yang lain serta menerapkan etika
ada tidak sesuai dengan kepatutan dan kewajaaran kemudian
sebenarnya.(14,15) menerapkan etika kejujuran atau
Pemberitaan palsu yang banyak obyektivitas berdasarkan fakta. Di dalam
tersebar ini pun kebanyakan juga telah berkomunikasi Aspek kejujuran atau
diolah oleh beberapa oknum dengan obyektivitas inilah yang dijadikan
sedemikian rupa agar dapat menarik sebagai etika yang di dasarkan pada data
minat pembaca yang membaca berita dan fakta yang ada. Faktualisasi disinilah
tersebut. Para netizan pun atau yang dijadikan kunci dari etika
pengguna internet juga turut serta dalam kejujuran. Maka disini diperlukan
menyampaikan komentarnya di kolom kejujuran dalam menulis dan
komentar untuk membahas suatu berita melaporkan. Dengan maksud adalah
dengan beranggapan bahwa komentar supaya informasi tersebut teruji
atau opini mereka dapat meluruskan kebenarannya dan diakui integritas dan
berita tersebut. Padahal jika diamati kredibilitasnya.(18)
sebenarnya belum tentu komentar apa Sementara itu, kasus-kasus berita
yang mereka sampaikan itu dapat hoax tersebut selain memiliki aspek
dimengerti orang lain atau pembaca kejahatan (pelaku kejahatan), juga
lain, sehingga tidak menutup memiliki aspek korban kejahatan.
kemungkinan ketika semakin banyak Korban dalam berbagai kasus berita
yang ikut berkomentar dan hoax di Indonesia belum mendapatkan
mengomentari berita itu sendiri maupun perhatian yang lebih, padahal ini
lewat argumen orang lain. Maka dari menjadi hal yang penting dalam
itu, berita hoax justru lebih populer penegakan hukum di Indonesia.(19)
sehingga bisa saja bahkan menutupi Perlindungan hukum terhadap
keberadaan berita aslinya. Wabah hoax korban sebetulnya sudah diatur dalam
sendiri sekarang telah menjadi masalah berbagai peraturan perundang-
nasional maupun internasional yang undangan, diantaranya Kitab Undang-
dapat menyebabkan perpecahan atau Undang Hukum Pidana; Undang-
disintegrasi, instabilitas politik dan Undang No. 1 Tahun 1946 tentang
gangguan keamanan nasional yang Peraturan Hukum Pidana; Undang-
menghambat pembangunan.(16,17) Undang No. 19 Tahun 2016 tentang
Pada dasarnya ketika berkomunikasi Informasi dan Transaksi Elektronik;
kita perlu menggunakan etika Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
komunikasi dengan baik dan benar. 2008 tentang Pemberian Kompensasi,
Begitupula ketika kita menyebarkan Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan
suatu berita kita haruslah melihat korban; dan Undang-Undang No. 13
berdasarkan informasi yang benar dan Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
sesuai fakta yang ada. Di dalam ilmu dan Korban.
komunikasi ada sebuah istilah fairness
Namun, aturan-aturan tersebut tidak ada dalam penelitian ini diperoleh dari
secara jelas dan spesifik memberikan berbagai penelitian sebelumnya yang
aturan perlindungan hukum terhadap berkaitan dengan perlindungan korban
korban kasus berita hoax media sosial di berita hoax di Indonesia.(23–25)
Indonesia. Padahal, upaya penegakan
hukum dan kepastian hukum menjadi D. PEMBAHASAN
salah satu bagian penting bagi sebuah
negara demokrasi dan negara hukum 1. Analisis Hukum Pidana
seperti Indonesia.(20–22) Terhadap Pelaku Penyebaran
Berita Hoax
B. PERMASALAHAN
Hoax merupakan suatu berita atau
Berdasarkan latar belakang tersebut, pernyataan mengenai informasi yang
maka permasalahan dalam tulisan ini tidak valid atau palsu yang sengaja
meliputi, bagaimanakah analisis hukum disebarluaskan agar membuat keadaan
pidana terhadap pelaku penyebaran menjadi heboh serta data informasi yang
berita hoax di Indonesia, aturan hukum digunakan bukanlah data yang valid.
apa saja yang berkaitan dengan Namun juga ada yang dengan sengaja
penyebara berita hoax di Indonesia, dan berita hoax tersebut dibuat untuk
bagaimana perlindungan korban membuat seseorang itu berfikir tentang
penyebaran berita hoax di Indonesia. suatu hal yang bisa saja menjadikan
pemikiran tersebut sesat karena
C. METODE pengaruh dari opini-opini yang
dikembangkan. Sebelum ada media
Penelitian ini merupakan penelitian sosial seperti instagram, facebook,
gabungan antara studi normatif dan twitter, path, whatsapp bahkan blog.
empiris. Kajian hukum dan analisis Berita hoax disebarluaskan melewati
peraturan perundang-undangan e-mail dan pesan singkat, yaitu Short
digunakan dalam penelitian ini. Adapun Message Services (SMS).
undang-undang yang digunakan dalam Berdasarkan hasil dari penelitian
penelitian ini yakni: (a) Kitab Undang- Masyarakat Telematika Indonesia
Undang Hukum Pidana; (b) Undang- (2017), jenis hoax yang sering diterima
Undang No. 1 Tahun 1946 tentang oleh masyarakat adalah dalam bidang
Peraturan Hukum Pidana; (c) Undang- sosial politik, pilkada, pemerintah dan
Undang No. 19 Tahun 2016 tentang juga SARA. Dalam penelitian ini yang
Informasi dan Transaksi Elektronik; (d) mana kasus-kasus dalam bentuk
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun informasi atau berita dan juga gambar
2008 tentang Pemberian Kompensasi, hoax yang berhubungan dengan
Restitusi, dan Bantuan kepada saksi dan penyelenggaraan pemerintah dan
korban; dan (e) Undang-Undang No. 13 Presiden. Oleh karenanya, hoax
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi memiliki dimensi penegakan hukum
dan Korban. yang kompleks karena akan sangat
Studi empiris dalam penelitian berkaitan dengan hukum pidana, hukum
bukan untuk mencari data-data primer, dan teknologi, dan bahkan hak asasi
melainkan data-data yang diperoleh data- manusia.(26)
data sekunder dari berbagai sumber baik Penjelasan mengenai Tindak pidana
media cetak maupun online. Adapun sendiri merupakan sebuah pengertian
kasus-kasus dan pendapat pakar yang yang yuridis, beda lagi dengan istilah
DAFTAR PUSTAKA
1. Krisnawati E. Penggunaan Internet oleh http://dx.doi.org/10.30818/jpkm.2018.2
Kalangan Remaja di Kabupaten 030104
Semarang. Cakrawala J Penelit Sos. 8. Arifin R, Muhtada D. Penal Policy and
2015;4(2):319–150. the Complexity of Criminal Law
2. Arnani M, Galih B, editor. 10 Hoaks Enforcement. J Indones Leg Stud
yang Paling Berdampak di Masyarakat [Internet]. 2019;4(1):1–6. Tersedia
[Internet]. 2018. Tersedia pada: pada: https://doi.org/10.15294/jils.
https://nasional.kompas.com/read/2018/ v4i01.30189
12/19/15131571/10-hoaks-sepanjang- 9. Muthia F., Arifin R. Kajian Hukum
2018-yang-paling-berdampak-di- Pidana Pada Kasus Kejahatan
masyarakat Mayantara (Cybercrime) dalam Perkara
3. Allcott H, Gentzkow M. Social Media Pencemaran Nama Baik di Indonesia.
and Fake News in the 2016 Election. J RESAM J Huk [Internet].
Econ Perspect. 2016;31(2):211–236. 2019;5(1):21–39. Tersedia pada:
4. Carr CT, Rebecca HA. Social Media: https://doi.org/10.32661/resam.v5i1.18
Defining, Developing, and Divining. Atl 10. Putri KD., Arifin R. Tinjauan Teoritis
J Commun. 2015;23(2015):46–65. Keadilan dan Kepastian dalam Hukum
5. Kietzmann JH, K H, P MI, S SB. Social di Indonesia (The Theoretical Review of
Media Get Serious! Understanding the Justice and Legal Certainty in
Functional Building Blocks of Social Indonesia). Mimb YUSTITIA.
Media. Bus Horiz. 2012;1(54):241–251. 2018;2(2):142–158.
6. Strini A. Haox dan Banalitas Kejahatan 11. Arifin R, Rasdi, Alkadri R. Tinjauan
(Studi Pustaka tentang Fenomena Hoax Atas Permasalahan Penegakan Hukum
dan Keterkaitan dengan Banalitas dan Pemenuhan Hak dalam Konteks
Kejahatan). Transformasi [Internet]. Universalime dan Relativisme Hak
2017;32(2017):76–167. Tersedia pada: Asasi Manusia di Indonesia. J Ilm Huk
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Tra Leg [Internet]. 2018;26(1):17–39.
nsformasi/article/view/1798/1599 Tersedia pada: https://doi.org/10.22219/
7. Juditha C. Hoax Communication jihl.v26i1.6612.g5770
Interactivity in Social Media and 12. Wijayanto I, Arifin R. Our Children
Anticipation (Interaksi Komunikasi from Cyberporn!: Pedoman untuk
Hoax di Media Sosial serta Orang Tua dalam Menyikapi
Antisipasinya). J Pekommas [Internet]. Perkembangan Teknologi bagi Kasus
2018;3(1):31–44. Tersedia pada: Cyberporn Anak-anak. Semarang: