You are on page 1of 8

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI–2 SKP

Sklerosis Multipel: Diagnosis dan Tatalaksana


Jimmy Christianto Suryo
RSU Permata Husada, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Sklerosis multipel adalah lesi multipel sistem saraf pusat akibat rusaknya selubung mielin yang membungkus akson. Penyakit ini termasuk
penyakit neurodegeneratif bersifat progresif dan relaps, sering mengenai wanita dewasa muda, memerlukan penanganan komprehensif dan
sistematis. Penyebab penyakit belum diketahui pasti, diduga berkaitan dengan faktor infeksi virus atau proses autoimun atau genetik. Manifestasi
klinisnya bervariasi. Kriteria diagnosis terbaru didasarkan pada Kriteria McDonald tahun 2017. Tatalaksana mencegah relaps dan progresivitas
menggunakan corticosteroid, imunosupresan, imunomodulator, plasmapheresis (pertukaran plasma), atau DMAMS (Disease-Modifying Agent for
Multiple Sclerosis), atau stem cell therapy. Prognosis tergantung komplikasi, progresivitas penyakit, dan pilihan terapi.

Kata kunci: Neurodegeneratif, sklerosis multipel, tatalaksana

ABSTRACT
Multiple sclerosis is multiple lesions of the central nervous system due to damage to the axons’ myelin sheaths. This neurodegenerative disease
is progressive and relapsing, often affecting young adult women, requiring comprehensive and systematic management. It is thought to
be related to viral infection factors or autoimmune or genetic processes. The clinical manifestations are not typical depending on the brain
lesion and disease progression. The latest diagnosis criteria are based on the 2017 McDonald Criteria. Management are to prevent relapse
and progression using corticosteroids, immunosuppressants, immunomodulators, plasmapharesis (plasma exchange), or DMAMS (Disease-
Modifying Agent For Multiple Sclerosis), or stem cell therapy. Prognosis depends on the complications, disease progression, and appropriate
treatment options. Jimmy Christianto Suryo. Multiple Sclerosis: Diagnosis and Management

Keywords: Management, multiple sclerosis, neurodegenerative

PENDAHULUAN adalah penyakit neurodegeneratif susunan dan sebagian besar didominasi oleh kulit
Sklerosis multipel (multiple sclerosis/MS) saraf pusat yang ditandai dengan inflamasi putih (Caucasian) atau keturunan Eropa.1,5,12
adalah penyakit autoimun neurodegeneratif kronik yang menyebabkan lesi demielinisasi Negara dengan tingkat penghasilan tinggi
yang mengenai sistem saraf pusat. Kelainan multipel.2,5 Proses penyakit ini bersifat memiliki prevalensi MS lebih tinggi dibanding
pada MS ditandai dengan inflamasi kronis, autoimun dan mengenai substansia alba negara berkembang atau negara dengan
demielinisasi, gliosis, dan kematian neuron. susunan saraf pusat, bersifat relaps dan sosioekonomi menengah ke bawah.5
Perjalanan penyakit dapat bersifat relapsing- progresif. Secara histologis terdapat infiltrasi
remitting atau progresif. MS umumnya perivaskuler monosit dan limfosit di sekeliling Onset penyakit bervariasi antara usia 15 dan
mengenai pasien usia produktif (30-40 tahun) lesi dan menimbulkan area indurasi multipel 45 tahun dengan median 29 tahun; 5-10 %
dengan prevalensi 30 kasus per 100.000 pada otak, sehingga dinamai sklerosis memiliki onset sebelum usia 15 tahun dan
populasi. Penyebab pasti MS belum diketahui. multipel.6 dua pertiga kasus terjadi pada wanita. MS
Faktor yang berhubungan dengan penyakit menurunkan harapan hidup setelah onset
ini adalah faktor genetik (HLA DRB1) dan faktor EPIDEMIOLOGI sekitar 10-15%; setengah penderitanya
lingkungan, seperti infeksi virus Epstein-Barr, Sklerosis multipel umumnya mengenai bertahan 30 tahun atau lebih sejak onset.4
defisiensi vitamin D, dan kebiasaan merokok.2,4 dewasa muda (18-50 tahun), wanita lebih
sering (perbandingan wanita : pria adalah MS pernah ditemukan pada usia di bawah 18
DEFINISI 1,6-2:1). Di seluruh dunia, diperkirakan lebih tahun, sekitar 2-5% rata-rata usia saat onset
Sklerosis multipel (multiple sclerosis/MS) dari 1 juta orang menderita penyakit ini adalah 14 tahun. Insidens tahunan penyakit
Alamat Korespondensi Jimmychristianto05@gmail.com
email:

296 CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

ini pada anak bervariasi antara 0,07 hingga


2,9 setiap 100.000 anak. Rasio jenis kelamin
perempuan berbanding laki-laki pada anak
sekitar usia pubertas adalah 4-5:1, rasio ini
mendekati 1:1 pada populasi anak yang
berusia lebih muda.11

ETIOLOGI
Etiologi pasti MS belum diketahui. Hipotesis
yang paling banyak dikemukakan adalah
etiologi autoimun yang hanya menyerang
sistem saraf pusat dan tidak mengenai
sistem saraf perifer.4,7 Beberapa faktor risiko
yang disebutkan berperan seperti genetik,
defisiensi vitamin D, tempat tinggal jauh dari
zona khatulistiwa (paparan sinar matahari),
riwayat obesitas, infeksi virus Epstein-Barr, dan
merokok.4,12,15 Beberapa pencetus antara lain
kehamilan, infeksi disertai demam persisten,
stres emosional, dan cedera atau trauma.6,11
Faktor genetik yang berkontribusi adalah
perubahan antigen leukosit manusia (human
leukocyte antigen/ HLA) DRB1.4,12

PATOFISIOLOGI Gambar 1. Perbedaan antara saraf normal dan saraf pada penderita sklerosis multipel
Patofisiologi MS didahului dengan (Sumber: https://health.howstuffworks.com/diseases-conditions/musculoskeletal/multiple-sclerosis1.htm
pembentukan lesi awal berupa infiltrat
mononuklear dengan cuffing di sekitar
pembuluh darah vena dan infiltrasi di sekitar
substansi alba. Proses peradangan tersebut
menyebabkan disfungsi sawar darah otak.4

Tanda patologis khas MS adalah demielinisasi


saraf. Demielinisasi saraf terjadi melalui
mekanisme aktivasi sel T reaktif mielin
dari sirkulasi perifer yang dapat masuk ke
otak karena disfungsi sawar darah otak.4,12
Peradangan jaringan substansia alba dan
grisea di SSP karena infiltrasi sel imun fokal
dan sitokinnya adalah penyebab kerusakan
pada MS.4

Proses infiltrasi sel imun dan sitokin pada


sklerosis multipel dapat dijelaskan sebagai
berikut: Aktivasi sel T dan respons imun
adaptif terjadi setelah ada antigen yang
dikenali oleh antigen-presenting cells (APC)
atau sel B. Pathogen-associated molecules
berikatan dengan reseptor pada APC dan
memproduksi sitokin seperti interleukin (IL)-
4, IL-12, IL-23 yang menginduksi diferensiasi
sel T (CD4+) menjadi T helper (Th)-1, Th-2
dan Th-17. Th-1 dan Th-17 berperan penting
dalam proses inflamasi sklerosis multipel.
Gambar 2. Jenis-jenis sklerosis multipel
Sel Th-1 dapat mensekresi sitokin interferon (Sumber: http://msinvincibles.org/types-of-multiple-sclerosis.html)
gamma dan tumor necrosis factor alpha

CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021 297


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

yang merupakan sitokin proinflamasi yang menjadi 5 jenis: tulang belakang.4 Karena CIS biasanya
dapat menekan diferensiasi Th-2. Th-17 1. RRMS (Relapsing Remitting Multiple merupakan ekspresi klinis MS paling
juga memproduksi sitokin proinflamasi, Sclerosis) awal, penelitian pada pasien CIS dapat
yakni IL-17, IL-21, IL-22, IL-26. Inflamasi yang Pada jenis ini, terdapat fase relaps dan memberikan wawasan baru tentang
terjadi menyebabkan penyebaran epitope remisi, dapat berkembang menjadi SPMS. perubahan patologis awal dan mekanisme
antigen dan mengumpulnya sel-sel inflamasi, Kira-kira 65-80% penderita MS bermula patogenetik yang mungkin memengaruhi
seperti limfosit, makrofag, dan astrosit. Sel- dari jenis ini sebagai tipe umum. Penderita perjalanan penyakit..4,12,14
sel inflamasi inilah yang ditemukan pada RRMS mengalami rentetan serangan
lesi sklerosis multipel. Lesi paling sering atau gejala diikuti hilangnya gejala DIAGNOSIS
ditemukan di periventrikular substansia alba, (remisi) secara penuh atau sebagian, bisa Kriteria diagnostik McDonald16
nervus optikus, dan medulla spinalis.4,7,9 berlangsung berminggu-minggu sampai menggabungkan bukti penyebaran MRI
bertahun-tahun sebelum terjadi serangan dalam waktu dan ruang untuk diagnosis
Mikroglia pada lesi yang teraktivasi akhirnya berikutnya (kambuh). 6,7,11-13 MS. Diagnosis MS ditetapkan berdasarkan
melepaskan radikal bebas, nitrit oksida gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
(hasil konversi nitrogliserin), dan protease, 2. PPMS (Primary Progressive Multiple penunjang.1,5,6 Gejala klinis MS bervariasi
menyebabkan kerusakan jaringan (termasuk Sclerosis) tergantung lesi otak, dan tergantung relaps
mielin) yang kemudian menyisakan jaringan Pada jenis ini, perjalanan penyakit bersifat dan remisi atau progresivitas penyakit. Gejala
parut yang terdiri dari astrosit, sel inflamasi, progresif tanpa diselingi fase remisi sama klinisnya meliputi:6,7,8,10,12,14
akson yang mengalami demielinisasi sekali. Kemunduran berangsur-angsur 1. Gangguan penglihatan, meliputi
membentuk plak sklerosis multipel.4,9 terjadi terus menerus. Kira-kira 10-20% penurunan tajam penglihatan pada 1
penderita mengalaami jenis ini.6,7,11-13 mata disetai nyeri pada pergerakan mata,
Selain sel T CD4+, pada lesi juga dapat Sering terjadi keadaan paraparesis spastik penglihatan ganda (diplopia), neuritis
ditemukan sel T CD8+ yang dapat yang progresif lambat, diikuti sindrom optik, gerak mata tidak terkontrol, dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas hemiplegi atau serebelar.13 kebutaan (jarang terjadi).
vaskular, kerusakan sel glia dan kematian 2. Gangguan keseimbangan dan
oligodendrosit. Berkurangnya oligodendrosit 3. RPMS (Relapsing Progressive Multiple koordinasi, meliputi hilangnya
mengganggu proses perbaikan selubung Sclerosis) keseimbangan tubuh, tremor,
mielin yang rusak. Gangguan sintesis sel Jenis ini mirip RRMS, tetapi pada fase ketidakstabilan berjalan (ataxia), vertigo,
mielin dan pembentukan selubung mielin eksaserbasi akut atau di antara kedua fase kekakuan anggota gerak, gangguan
juga terganggu akibat adanya Fas Ligand terjadi perburukan neurologis. Kondisi koordinasi, kelemahan anggota gerak
(FasL) yang diproduksi oleh limfosit.4,7,9 ini jarang. Terjadi kemunduran terus- (paraparesis, tetraparesis).
menerus dengan serangan-serangan 3. Gangguan tonus otot, meliputi kekakuan
Respons imun humoral yang terjadi ditandai sporadis.6,7,11-13 otot sehingga mengganggu proses
dengan dominasi sel B di lesi aktif. Pada lesi berjalan.
sklerosis multipel juga dapat ditemukan sel 4. SPMS (Secondary Progressive Multiple 4. Gangguan sensoris, meliputi perasaan
prekursor oligodendrosit yang lebih banyak Sclerosis) baal, seperti ditusuk-tusuk jarum, kebas
dibandingkan di jaringan normal, namun Pada jenis ini, hampir 70% penderita MS (paresthesia), perasaan seperti terbakar,
sel tersebut gagal berdiferensiasi menjadi mengalami kekambuhan dan perbaikan nyeri di wajah (neuralgia trigeminal)
oligodendrosit matur. Pada beberapa lesi yang hilang timbul dan diikuti dengan 5. Gangguan kemampuan berbicara,
dapat terjadi remyelinasi parsial membentuk bentuk perkembangan gejala yang meliputi gangguan berbicara seperti
shadow plaques. Evolusi lesi dan kerusakan mengarah pada perburukan neurologis menggumam, perubahan ritme bicara,
jaringan sistem saraf pusat diikuti dengan progresif disertai kekambuhan terus- sulit menelan (disfagia).
proliferasi astrosit yang menyebabkan menerus.7,12,14 Sekitar 50% penderita RRMS 6. Keletihan berlebihan
gliosis.4,7,9 mengalami jenis ini dalam 10 tahun.6,7,11-13 7. Gangguan berkemih dan defekasi,
seperti sering buang air kecil atau tidak
Kerusakan mielin mengganggu kecepatan 5. CIS (Clinically Isolated Syndrome) bisa sama sekali, konstipasi, dan kadang-
konduksi saraf menimbulkan gejala klinis. Di Sindrom terisolasi klinis (CIS) kadang diare.
awal fase penyakit, inflamasi dan demielinisasi menggambarkan onset klinis pertama 8. Gangguan seksual, meliputi impotensi,
mendominasi. Area saraf yang tidak terlindungi sklerosis multipel potensial. Istilah CIS kehilangan gairah seksual.
lambat laun akan mengalami kerusakan yang biasanya diterapkan pada orang dewasa 9. Gangguan sensitivitas terhadap panas
tidak dapat diperbaiki, sehingga di fase akhir muda dengan episode onset akut atau atau dingin.
penyakit dapat diamati kerusakan akson dan subakut, yang mencapai puncaknya 10. Gangguan kognitif dan emosi, meliputi
berkurangnya neuron.4,9 cukup cepat dalam 2-3 minggu.4,6 Pada kehilangan memori jangka pendek,
85% orang dewasa muda dengan MS, kehilangan kemampuan berkonsentrasi,
KLINIS onset terjadi dengan CIS akut pada penilaian, dan penalaran.
Menurut perjalanan klinisnya, MS dibagi saraf optik, batang otak, atau sumsum

298 CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan ditemukan di: (1). Substansia albaperiventrikuler proton (PD/Proton Density), (C). Pemulihan
tajam penglihatan, nyeri pada pergerakan menjulur menuju corpus callosum, disebut inversi cairan yang dilemahkan (FLAIR/ Fluid
mata, dan penurunan visus; pada Dawson fingers; (2). Substansia alba Attenuated Inversion Recovery), (D). Gambar
pemeriksaan sensoris dan motoris didapatkan jukstakortikal; (3). Corpus callosum; (4). Nervus T1 setelah pemberian gadolinium (Gd) yang
gangguan sensoris dan motoris, gangguan optikus (dengan gadolinium enhancement menunjukkan peningkatan lesi.6,7,13 Pencitraan
keseimbangan, dan Lhermitte sign.5,10,113 pada neuritis optik); (5). Struktur infratentorial T2 dan Proton Density (PD) (Gambar 6 A
(Gambar 3, 4, dan 5). (pons, pedunculus cerebellar, dan cerebellum); dan B) bisa mengidentifikasi lesi MS sebagai
(6). Medulla spinalis.12 fokus sinyal tinggi terhadap latar belakang
Kriteria Diagnosis sinyal rendah subtansia alba. Namun, lesi
Beberapa kriteria diagnosis telah Gambaran MRI pada penderita MS dapat periventrikuler sering tidak dapat dibedakan
dikembangkan sejak tahun 1950 untuk ditunjukkan dalam Gambar 6. Gambar ini dari cairan CSF (Cerebrospinal Fluid) yang
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas menjelaskan penderita MS relaps yang berdekatan. Kontras bisa ditingkatkan dengan
diagnosis. Kriteria McDonald pertama kali kambuh menunjukkan beberapa lesi PD karena sinyal CSF lebih rendah.6,7,13 FLAIR
dikembangkan tahun 2001 dan terakhir periventrikuler: (A). Gambar T2, (B). Kepadatan (Gambar 6 C) unggul untuk deteksi lesi
direvisi pada tahun 2017.10,14,15 Kriteria
McDonald digunakan untuk membantu
diagnosis berdasarkan gejala klinis dan juga
hasil pemeriksaan penunjang laboratorium
serta pencitraan.

Pada revisi 2017, dilakukan pembagian


untuk mempercepat diagnosis tanpa risiko
spesifisitas. Penderita CIS dapat didiagnosis
sebagai MS jika MRI menunjukkan diseminasi
dalam ruang (DIS). DIT dapat diganti dengan
pemeriksaan uji laboratorium dengan pita
oligoklonal; adanya lesi simtomatik dan
asimtomatik dapat dipertimbangkan untuk
menunjukkan DIS dan DIT; lesi kortikal juga
dapat digunakan untuk menunjukkan DIS;
juga untuk lesi kortikal dan asimptomatik PPMS
dapat digunakan dalam diagnosis.7,8,10,14,15
Gambar 3. Manifestasi sklerosis multipel (manifestasi visual)
Pemeriksaan MRI lebih bisa menunjukkan lesi (Sumber: https://neupsykey.com/multiple-sclerosis-3/)
homogen dan plak atau kelainan yang lebih
jelas karena CT scan kadang menunjukkan
variasi normal. Pada pemeriksaan MRI
didapatkan:11
„ DIS (Disseminated lesion in Space) tampak
pada potongan T2 setidaknya 2 dari 4 area
khas MS(periventrikuler, jukstakortikal,
infratentorial, dan medulla spinalis)
„ Tidak perlu kontras pada CT-scan jika
terdapat gejala batang otak atau medulla
spinalis.
„ DIT (Disseminated in Time) dapat
ditegakkan apabila: (1). Terdapat lesi baru
pada potongan T2 atau lesi baru yang
menyangat pasca-pemberian kontras
gadolinium pada MRI saat pemantauan,
dibandingkan MRI sebelumnya, tanpa
memperhitungkan saat pelaksanaan MRI
awal; (2). Terdapat lesi baru asimtomatik,
baik menyangat maupun tidak, pasca-
pemberian kontras gadolinium kapan saja. Gambar 4. Manifestasi sklerosis multipel (manifestasi motorik dan keseimbangan)
Gambaran MRI penderita MS secara khas (Sumber: https://neupsykey.com/multiple-sclerosis-3/)

CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021 299


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

kortikal atau jukstakortikal. Oleh karena itu, „ Analisis cairan serebrospinal (LCS/ 1. Gangguan Vaskular: Cerebral autosomal
FLAIR umum digunakan untuk skrining MS. Liquor Cerebrospinalis): digunakan untuk dominant arteriopathy with subcortical
Kelemahannya adalah deteksi lesi di fossa menyingkirkan diagnosis banding infeksi infarcts and leukoencephalopathy
posterior dan sumsum tulang belakang intrakranial. (CADASIL), vaskulitis, infark lakunar,
memiliki kualitas rendah, sedangkan PD dan „ Anti-HIV, ANA, ds DNA, profil ANA, anti- stroke ringan (terutama pada penderita
T2 lebih akurat.6,7,13 Gadolinium intravena SSA, anti-SSB, antibodi antiaquaporin diabetes melitus, atau hipertensi yang
bisa mendeteksi kerusakaan sawar darah 4 (untuk menyingkirkan kemungkinan peka terhadap MS), AVM (Arteriovenous
otak sehubungan dengan peradangan aktif. NMO. Malformation)
Lesi baru ditunjukkan dengan peningkatan „ Radiografi toraks 2. Infeksi: Tuberkulosis, sisteserkosis, sifilis,
kontras pada lesi (Gambar 6 D) dan biasanya „ Sputum BTA penyakit Lyme, AIDS, meningitis kronik,
bertahan selama rata-rata sebulan, dan „ VEP (Visual Evoked Potentials): pada MS neurosarkoidosis, arteritis
menjadi petanda progresivitas penyakit.6,7,13 dapat ditemukan pemanjangan latensi 3. Trauma: Cedera tulang belakang atau
VEP yang disebabkan demielinisasi nervus medulla spinalis, ruptur diskus spinalis
optikus. karena trauma kompresi.
4. Autoimun: NMO (Neuromyelitis
Pemeriksaan penunjang lain: Diagnosis Banding5,6,7,11,13 Optica), ADEM (Acute Disseminated
Encephalomyelitis), SLE (Systemic Lupus
Erythematosus), Sjogren Syndrome (SS),
Sarkoidosis, ALS (Amyotrophic Lateral
Sclerosis), Wegener’s Granulomatosis,
leukodystrophy
5. Metabolik toksik: Defisiensi vitamin B12,
Central Pontine Myelinolysis (CPM).
6. Idiopatik/ genetik: Degenerasi
spinoserebelar, Ataxia Friedreich, Arnold-
Chiary Malformation (ACM)
7. Neoplasma: CNS lymphoma, glioma,
paraneoplastic encephalomyelitis,
metastatic cord compression, syringomielia
8. Psikiatri: reaksi konversi, depresi, anxietas,
atau gangguan somatisasi.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada MS
meliputi kekakuan otot sampai atrofi otot,
Gambar 5. Manifestasi sklerosis multipel (kelumpuhan dan Lhermitte’s sign) kelumpuhan ireversibel, neuritis optik, depresi,
(Sumber: https://neupsykey.com/multiple-sclerosis-3/) syok neurogenik, gangguan berkemih sampai
gagal ginjal akut, kelainan fungsi seksual, dan
Tabel 1. Kriteria diagnosis McDonald 201716
sindrom parkinsonisme.6,11-13
Gejala Klinis Hasil Pemeriksaan Penunjang
≥2 serangan dengan gejala klinis sklerosis multipel (+), Hasil MRI (+) sesuai sklerosis multiple
TATALAKSANA
≥2 bukti objektif lesi pada sistem saraf pusat (SSP) yang
berkaitan dengan serangan Tatalaksana MS meliputi pengobatan
≥2 serangan, 1 lesi SSP Gambaran dissemination in space pada MRI (riwayat lesi simptomatik, latihan fisik, dan edukasi.
sebelumnya di lokasi yang berbeda) atau follow-up serangan
Medikasi yang sering dipakai untuk MS antara
berikutnya untuk melihat adanya lesi baru pada MRI
1 serangan (clinically isolated syndrome / CIS), ≥2 lesi SSP Dissemination in time pada MRI atau ditemukan cincin
lain corticosteroid, imunomodulator, dan
oligoklonal spesifik pada cairan serebrospinal imunosupresan.7,8,9,15 Terapi medikamentosa
1 serangan (CIS), 1 lesi SSP Dissemination in space pada MRI dan menunggu ditujukan untuk memodifikasi penyakit dan
serangan kedua + munculnya lesi di tempat yang baru
atau dissemination in time pada MRI dan serangan kedua
mengurangi gejala.
Gejala neurologis yang progresif Progresivitas penyakit selama 1 tahun dan dissemination in
space Disease Modifying Therapy
≥1 lesi pada T2 MRI pada area khas sklerosis multipel, ≥2 lesi
fokal di medula spinalis, cairan serebrospinal yang positif
Medikamentosa terutama untuk memodifikasi
penyakit (disease modifying therapy atau
Keterangan :
DMT). DMT menggunakan obat golongan
Dissemination in space adalah pada T2-weighted MRI tampak ≥1 lesi simtomatik atau asimtomatik pada ≥2
area khas MS, yakni korteks atau jukstakorteks, periventrikular, infratentorial, atau spinal
imunomodulator atau imunosupresan. DMT
yang tersedia sekarang efektif mengurangi
Dissemination in time adalah lesi baru pada T2-weighted MRI pada follow-up atau ditemukannya lesi yang
mengalami penyangatan ataupun tidak, saat diberi kontras gadolinium kapan saja eksaserbasi atau relaps untuk tipe relapsing-

300 CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

remitting, namun kurang efektif untuk


mencegah perubahan tipe menjadi progresif
dan untuk tipe lain.4,15

DMT lini pertama dapat digunakan untuk


pasien yang mengalami eksaserbasi atau
relaps dan paling tidak pernah mengalami
1 kali serangan dalam 2 tahun terakhir. DMT
lini pertama pilihan adalah interferon 1 alfa
beta dan glatiramer asetat dosis tinggi.
Pasien yang mengalami ≥2 serangan dalam
1 tahun terakhir dengan lesi aktif pada MRI
diterapi menggunakan DMT lini kedua
seperti fingolimod atau natalizumab atau
alemtuzumab untuk serangan dengan gejala
berat.5,10,15

Obat-obat berpotensi lain yang masih dalam


proses penelitian klinis, misalnya laquinimod,
teriflunomide, daclizumab, dimethyl fumarate,
dan rituximab.14

Simtomatik
Medikamentosa simtomatik dapat diberikan
untuk mengurangi gejala klinis seperti rasa
lelah berlebihan, spastisitas, gangguan
pencernaan dan berkemih, gangguan
kognitif, dan nyeri. Golongan obat yang dapat
diberikan antara lain:14
„ Corticosteroid seperti methylprednisolone,
dexametasone, dan prednisone untuk
mengurangi inflamasi dan mempercepat
penyembuhan pada eksaserbasi akut
„ Muscle relaxant seperti baclofen untuk
Gambar 6. Gambaran MRI penderita sklerosis multipel relaps
meredakan spastisitas
„ Penghambat neuromuskular seperti
Tabel 2. Daftar disease modifying therapy sklerosis multipel5,10,14,15
toksin botulinum untuk spastisitas
ekstremitas atas dan inkontinensia urin Nama Obat Dosis dan Rute Pemberian Indikasi
„ Benzodiazepine seperti diazepam untuk Interferon beta 1b 250 mcg subkutan per 2 hari selang Terapi lini pertama jenis relapsing-
spastisitas dan spasme otot seling remitting, progresif sekunder, clinically
isolated syndrome (CIS)
„ Obat antiinflamasi non-steroid
Interferon beta 1a 30 mcg intramuskular, 1 kali per Terapi lini pertama jenis relapsing-
seperti ibuprofen untuk mengurangi nyeri minggu ATAU 44 mcg subkutan, 3 kali remitting, CIS
„ Antikonvulsan seperti carbamazepine untuk per minggu

spastisitas, nyeri neuropatik, dan tremor Glatiramer acetate 20 mg subkutan per hari Terapi lini pertama jenis relapsing
remiting, CIS
Teriflunomide 14 mg oral per hari Terapi lini pertama jenis relapsing-
Corticosteroid merupakan salah satu obat remitting
yang sering dipakai dan relatif murah. Steroid Dimethyl fumarate 240 mg oral, 2 kali per hari Terapi lini pertama jenis relapsing-
remitting
umumnya dipakai pada fase relaps; beberapa
Fingolimod 0,5 mg oral per hari Terapi lini pertama atau kedua
penelitian menyebutkan bahwa steroid jenis relapsing-remitting
dapat dipakai pada fase kronik SPMS.6,9,16 Mitoxantrone 5-12 mg/m2 infus intravena per 3 bulan Terapi lini pertama jenis progressive-
Untuk eksaserbasi akut dapat diberikan relapsing, terapi lini kedua jenis relapsing-
remitting dan progresif sekunder
methylprednisolone intravena sebagai drug of
Natalizumab 300 mg intravena per 4 minggu Terapi lini kedua jenis relapsing-remitting
choice dengan dosis 160 mg intravena sekali
sehari selama 1 minggu, kemudian tapering off Alemtuzumbab 12 mg intravena per hari selama 5 hari, Terapi lini kedua atau ketiga
diikuti dengan 12 mg intravena selama jenis relapsing-remitting
(diturunkan) menjadi 64 mg intravena setiap 3 hari selang 1 tahun dari pemberian
hari selama 1 bulan.5,7-9 Terapi imunosupresan pertama

CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021 301


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

yang umum adalah cyclophosphamide 600 Dexamethasone, sering digunakan sebagai penglihatan dan visual evoked potential, serta
mg/m2 intravena selama 5 hari, selain itu bisa alternatif untuk mengatasi mielitis transversa terjadinya remielinisasi pada sampel hewan
digunakan mitoxantrone, methotrexate, atau akut atau ensefalitis diseminata akut; (3). DMT percobaan.3,11,14
azatriopin. (Disease-Modifying Therapy) (Tabel 2), obat-
obatan ini telah direkomendasikan untuk Rehabilitasi
Terapi simtomatik bisa untuk mengatasi MS relaps, dipercaya mampu menurunkan Fisioterapi bisa digunakan sebagai alternatif
kelelahan, spastisitas (baclofen atau diazepam), progresivitas dan relaps.4,9,13 untuk melemaskan otot, menguatkan otot,
spasme otot, dan depresi (fluoxetine, sertraline, dan melatih pasien untuk menggunakan alat
atau amitriptilin). Kelelahan bisa diatasi Terapi jangka panjang tergantung fase dan bantu secara tepat untuk mempermudah
dengan mengurangi aktivitas yang berlebihan jenis MS, antara lain: (1) CIS: IFN-β; (2). RRMS: aktivitas sehari-hari seperti berjalan, jika
dan bila mengganggu bisa diberi amantadine IFN-β 1a dan 1b, Glatiramer asetat merupakan ada kelemahan kaki ataupun gangguan
atau diazepam.5,9,12,13 campuran asam amino sintetik menyerupai koordinasi atau keseimbangan. Bisa diberikan
komponen protein dari mielin, bekerja obat pelemas otot seperti baklofen, tizanidin,
Untuk mengatasi relaps akut, menghalangi reaksi imun terhadap mielin, atau eperison HCl untuk mengatasi nyeri dan
direkomendasikan corticosteroid, yaitu Fingolimod; (3). SPMS: IFN-β 1a, mitoxantron ketegangan atau kekakuan otot.4.5.9
methylprednisolone 0,5 gram oral setiap hari (digunakan untuk mengobati defisit
selama 5 hari. Dapat dipertimbangkan dosis neurologis dan atau frekuensi kekambuhan); Rehabilitasi multidisiplin dapat membantu
1 gram/hari untuk 3-5 hari sebagai alternatif.4,9 (4). PPMS: Hingga saat ini belum ada obat mengurangi disabilitas dan memperbaiki
yang direkomendasikan.6,8,9,10-13 kualitas hidup pasien. Fisioterapi selama 8
Untuk keadaan relaps bisa digunakan obat- minggu dapat bermanfaat untuk gangguan
obatan seperti; (1). Plasmapheresis (pertukaran Terapi Stem Cell keseimbangan dan gait.5,7,8,9 Fisioterapi
plasma), ini pengobatan jangka pendek Terapi stem cell atau sel punca memiliki masa perawatan 3 minggu dilanjutkan
pada serangan berat yang tidak dapat potensi untuk MS tipe progresif.3,11 Beberapa dengan latihan di rumah minimal 15
menggunakan steroid atau bila steroid tidak penelitian menunjukkan keamanan terapi minggu dilaporkan efektif mengurangi
bisa diberikan karena kontraindikasi; (2). ini, perbaikan pada hasil pemeriksaan tajam disabilitas pasien. 5,7-9 Latihan motorik,

Tabel 3. Medikamentosa simtomatik untuk sklerosis multipel4,6,15


Golongan Nama Obat Dosis dan Rute Pemberian Indikasi
Corticosteroid Methylprednisolone 160 mg intravena per hari selama 1 minggu, dilanjutkan Untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat
64 mg intravena per 2 hari selang seling selama 1 bulan penyembuhan pada eksaserbasi akut
Dexamethasone 30 mg oral per hari selama 1 minggu, dilanjutkan 4-12 mg
per hari selama 1 bulan
Prednisone 1 mg/kg per hari
Muscle relaxant Baclofen 5 mg oral, 3 kali per hari. Setelah 3 hari dapat ditambahkan Mengatasi spastisitas
5 mg tiap dosis,dinaikkan bertahap hingga maksimal 20
mg, 3 kali per hari
Penghambat neuromuskular Toksin Botulinum Spastisitas: 75-400 unit intramuskular per 3 bulan Spastisitas ekstremitas atas, inkontinensia urin
Inkontinensia urin: 100 unit injeksi menggunakan
sistoskopi
Agonis alfa-2 adrenergik Tizanadine 2-36 mg oral per hari Spastisitas
Benzodiazepine Clonazepam 0,5-1 mg oral per hari, dapat ditingkatkan hingga 4-8 mg Spastisitas, nyeri neuropatik, tremor
per hari
Diazepam 5-60 mg oral dibagi dalam 3-4 dosis per hari Spastisitas, spasme otot
Obat anti-inflamasi non-steroid Ibuprofen 200-400 mg oral, tiap 4-6 jam Nyeri sekunder
Naproxen 500 mg oral dilanjutkan 250 mg tiap 6-8 jam atau 500 mg
tiap 12 jam
Diklofenac 50 mg oral per 8 jam
Antikonvulsan Gabapentin Nyeri neuropatik: 30 mg oral, 1-3 kali per hari Spastisitas, nyeri neuropatik, tremor
Tremor: 1200-1800 mg oral per hari
Carbamazepine 200-400 mg oral per 12 jam
Pregabalin 75-150 mg oral per 12 jam
Selective serotonin/nonepinephrine reuptake Duloxetine 60 mg oral per hari Nyeri neuropatik, depresi
inhibitor
Antispasmodik Tolerodine 2 mg oral per 12 jam Disfungsi berkemih
Oxybutinin 5 mg per oral, 2-3 kali per hari
Laksatif Docusate sodium, Psyllium, - Konstipasi
Methycellulose
Penghambat kanal kalium Dalfampridine 10 mg oral, 2 kali per hari Memperbaiki kemampuan berjalan
Stimulan Modafinil 200 mg oral, 1 kali di pagi hari Fatigue, narkolepsi
Methylphenidate 20-30 mg/hari oral, dosis terbagi setiap 8-12 jam
Dextroamphetamine 10 mg/hari oral, maksimal 60 mg/hari

302 CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

sensorik, dan keseimbangan selama 3 PROGNOSIS Prognosis penyakit MS dapat dikatakan


minggu juga dilaporkan dapat memperbaiki Prognosis sangat bervariasi, pada dasarnya sebagai berikut: ad vitam - dubia ad bonam, ad
keseimbangan dan gait pasien.5,7-9 Latihan bukan merupakan penyakit fatal, namun sanationam - dubia ad malam, ad functionam
untuk otot pernapasan (khususnya untuk komplikasi sekunder memiliki potensi fatal, - dubia ad bonam.4
inspirasi) selama minimal 10 minggu dapat seperti pneumonia aspirasi.6,12 Faktor yang
memperbaiki tekanan inspirasi maksimal.3,13 berhubungan dengan prognosis lebih SIMPULAN
buruk adalah jenis kelamin laki-laki, resolusi MS merupakan penyakit demielinisasi
Edukasi yang diberikan di antaranya; inkomplit setelah periode relaps, kelainan inflamatif yang menyerang susunan saraf
penjelasan sebelum penderita masuk sistem saraf eferen yang jelas, dan >9 lesi otak pusat, jenisnya sangat bervariasi tergantung
ke rumah sakit (rencana rawat, biaya, pada pemeriksaan MRI.13 jumlah lesi saraf dan progresivitas penyakit.
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan Diagnosis MS relatif sulit; ditegakkan dengan
pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, Tingkat relaps 30% dalam 1 tahun, 20% dalam kriteria McDonald revisi 2017 dan lesi khas
risiko dan komplikasi.); penjelasan mengenai 2 tahun, 20% dalam 5-9 tahun, dan 10% dalam pada pemeriksaan MRI. Pengobatan dini dan
penyakit MS, risiko dan komplikasi selama 10-30 tahun, 10% kasus perjalanannya selalu edukasi pada penderita bisa mempercepat
perawatan; penjelasan mengenai faktor progresif. Faktor prediksi prognosis baik antara proses remisi.
risiko dan pencegahan rekurensi; penjelasan lain; awitan awal (gejala muncul sebelum usia
program pemulangan pasien; dan penjelasan 40 tahun), awitan gejala sensorik, perjalanan
mengenai gejala MS dan apa yang harus klinis relapsing-remitting, dan jenis kelamin
dilakukan sebelum ke rumah sakit.4,6-8 wanita.4,5,6,12

DAFTAR PUSTAKA
1. Dobson. R, Giovannoni. G. Multiple sclerosis-a review. Eur J Neurol. 2019;26:27-38.
2. Filippi M, Preziosa P, Banwell BL, Barkhof F, Ciccarelli O, de Stefano N, et al. Assessment of lesions on magnetic resonance imaging in multiple sclerosis:practical
guidelines. Brain 2019;142:1858-75.
3. Geeta Shroff. A review on stem cell therapy for multiple sclerosis: special focus on human embryonic stem cells. US National Library of Medicine National Institutes
of Health [Internet]. 2018;11:1-11. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5813951/
4. Gossman W, Ehsan M, Xixis KL. Multiple sclerosis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019.
5. Haiga Y, Hamama DA, Frida M. Laporan kasus: Dua kasus multipel sklerosis dengan tipe yang berbeda di RSUP M.Djamil, Padang. Neurona. 2016;33(3):194-200.
6. Jafar Y. Tatalaksana multiple sclerosis. CDK 2017;44(3):180-3.
7. Kurniawan M, SuharjantiI, PinzonRT. et al. Multipel sklerosis. Buku acuan panduan praktik klinis neurologi. Jakarta: Perdossi; 2016 .p. 206-10.
8. Lindsay KW, Bone I, Fuller G, Callander R. Multiple sclerosis. Neurology and neurosurgery illustrated. 5th ed. London: Churchill Livingstone; 2010 .p. 520-8.
9. Mattle H, Mumethaler M. Multiple sclerosis. Fundamentals of neurology, an illustrated guide. New York: Thieme; 2017 .p. 237-45.
10. Montalban X, Gold R, Thompson AJ, Otero-Romero S, Amato MP, Chandraratna D, et al. Clinical guideline on the pharmacological treatment of people with multiple
sclerosis. MS Journal. 2018;24(2):96-120.
11. Omerhoca S, Akkas SY, Icen NK. Multiple sclerosis: Diagnosis and differential diagnosis. Noro Psikiyatr Ars. 2018;55(Suppl 1):1-9.
12. Polman CH, Reingold SC, Banwell B, et al. Clinical guideline of multiple sclerosis in adults: Management. NICE Guidelines [Internet]. 2014. Available from: www.nice.
org.uk/guidance/cg186.
13. Rizminardo F, Syaarief I, Lestari R, Handayani T. Multiple sklerosis pada anak. Jurnal kesehatan Andalas. 2018;7(4):76-82.
14. Simon RP, Aminoff MJ, Greenberg DA. Multiple sclerosis. A lange medical book of clinical neurology. 10th ed. USA: McGraw-Hill Education; 2015 .p. 235-9.
15. Thaera G, Wingerchuk DM. Therapies for multiple sclerosis in evidence-based neurology, management of neurological disorders. 2nd ed. Wiley Online Library; 2015
.p. 389-404.
16. Thompson AJ, Banwell BL, Barkhof F, Carroll WM, Coetzee T, Comi G, et al. Diagnosis of multiple sclerosis: 2017 revisions of the McDonald criteria. Lancet Neurol.
2018;17(2):162-73. doi:10.1016/s1474-4422(17)30470-2
17. Tsang BK, Mcdonell R. Focus neurology: Multiple sclerosis-Diagnosis, management and prognosis. Austral Fam Physician. 2011;40(12):948-54.

CDK Edisi CME-3/Vol.48 no.8, th.2021 303

You might also like