You are on page 1of 13

LAPORAN STUDI KASUS

MANAJEMEN INDUSTRI MARITIM


(Studi Kasus Pada Objek Wisata Bahari)

Dosen Pengajar : Hanok Mandaku, ST., MT.


Disusun Oleh:
Kelompok 7
Monika Maitale 202172090
M. Fahmi Haupea 202172088
Aulia Latulumamina 202172080
Muwarda Mowal 202172036
Thedy Falensio Malawau 202172076

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan bentuk kegiatan yg relatif baru banyak pemerintah dan
sektorswasta yg hanya memiliki pengalaman terbatas untuk mengembangkannya,
perencanaan pariwisata memberikan pedoman untuk pengembangannya Pariwisata
cukup rumit, multisektoraldan bentuk aktivitas yg mencakup sektor pertanian, kelautan,
pengolahan, kehutanan, beragam fasilitas/infrastruktur dan jasa publik. Perencanaan sangat
mensyaratkan keterpaduan semua sektor ini dalam pengembangan pariwisata. Pada umumnya
pariwisata menawarkan produk yg mampu memberikan pengalaman bagi wisatawan, dan
pengalaman tersebut dihasilkan dari pemanfaatan fasilitas dan jasa atraksi.

Perencanaan sangat diperlukan agar pengembangan produk dan kebutuhan pasar


dapat sejalan. Pariwisata dapat memberikan keuntungan ekonomi secara langsung maupun
tidak langsung pada tingkat optimal, jika pengembangannya didasarkan pada perencanaan
yang matang. Alasan lain untuk mensyaratkan peran-serta masyarakat di dalam pembangunan
pariwisata adalah karena hanya dengan demikian kesadaran mereka untuk memelihara dan
menjaga kelangsungan hidup objek wisata dan keberhasilan pembangunan itu dapat di jamin.

Pemerintah dalam hal ini telah mencetuskan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting pariwisata dalam pembangunan
nasional. Pantai Natsepa misalnya dapat dipandang sebagai upaya untuk mendorong lebih
besar peran-serta masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pariwisata.

Pantai Netsepa merupakan salah satu Objek Wisata Alam yang terletak di Negeri Suli,
Kecamatan Salahutu dan merupakan tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan dikarenakan lokasinya yang dekat dengan pusat kota Ambon serta akses yang
mudah dengan jarak tempuh ± 30 menit. Selain itu memiliki keindahan alam pantai yang
masih alami dan sejuk serta memiliki taman bawah laut dan letaknya berada di Teluk Ambon
menjadi dayatarik tersendiri obyek wisata ini.

Tempat wisata Pantai Natsepa ini di bangun pada tahun 1996 sesudah PKI tetapi
masih dalam bentuk pribadi yang artinya yang mempunyai tanah tersebut di kelola untuk
pengasilanya secara pribadi. Dalam masa kontrak sekitar tahun 70-an kurang lebih 20 tahun
ia mengontrak dari yang punya pemilik setelah itu pariwisata Maluku Tengah mengambil
alih.
Dengan keindahan alam yang dimiliki Pantai Natsepa serta lokasi yang mudah
dijangkau sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai salah wisata unggulan, namum
keterbatasan anggaran pengelolaan baik masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta serta
keterbatasan sarana akomodasi penunjang lainnya merupakan salah satu faktor penyebap
tidak berkembangnya wisata ini.

1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan pada pembuatan laporan ini :

1. Mengidentifikasi permasalahan fasilitas-fasilitas yang ada pada objek wisata bahari


di Pantai Natsepa.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini yakni untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi peneliti terkait dengan pengembangan kepariwisataan dalam meningkatkan
kunjungan wisata pada umumnya dan khususnya pengembangan wisata Pantai Nestapa.
BAB II
HASIL PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Studi kasus Manajemen Industri Maritim ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22
November 2023 pada pukul 11:45 WIT, bertempat di Pantai Natsepa, Suli Maluku Tengah.

3.2 Identifikasi Sumber Daya

Tabel 3.2.1 Tabel Identifikasi Sumber Daya yang ada di Pantai Natsepa

No
Aspek yang diamati Deskripsi
.
1. Ekologi
Berada di wilayah pesisir, memiliki
a. Lokasi wisata infrastruktur yang cukup memadai, area yang
tenang dan luas
b. Keunggulan Tempat Wisata Lokasi luas dan strategis, memiliki pasir yang
halus dan putih, curamnya jauh dari daratan
pada dasar kaut
c. Pajak Penjual yang menjual rujak dan kelapamuda
dikenakan biaya pajak sebesar
Rp20.000,00/hari minggu (hari lain tidak
dikenakan biaya pajak)
2. Ekonomi
a. Pintu masuk Setiap kali masuk pengunjung harus
membayar:
- Rp5.000,00 per orang
- Rp15.000,00 per kendaraan motor
b. Gazebo Gazebo yang ada di Pantai Natsepa itu bebas
(free)/tidak berbayar
c. Kantin/Kedai Keunikan yang didapat dari pantai Natsepa
ini yaitu Rujak (rujak pada tiap-tiap kedai itu
memiliki ciri khas yang berbeda-beda) harga
rujak yaitu : Rp20.000,00, dan juga terdapat
minuman es kelapamuda Rp15.000,00.
d. Peralatan selam -
e. Fasilitas Toilet, ruang makan, ruang sholat.
3. Sosial
a. Infrastruktur Untuk kondisi ketersediaan infrastruktur
sangat baik.
b. Daya tarik Selain sebagai tempat rekreasi, wisata ini
juga memiliki keunikan cemilan seperti
Rujak pantai Natsepa (rujak pada tiap-tiap
kedai itu memiliki ciri khas yang berbeda-
beda).

3.3 Kegiatan wisata yang sesuai

Tabel 3.3.1 Tabel bentuk kegiatan wisata yang sesuai di Pantai Natsepa

Sesuai
No. Kegiatan wisata yang sesuai
Ya Tidak
1. Wisata Bahari
- Swimming ✔
- Snorkeling ✔
- Scuba Diving ✔
- Fishing/Mancing ✔
2. Wisata Alam ✔
BAB III

PEMBAHASAN

Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan


perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika
seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno dalam Yuliani, 2013: 453). Menurut
Soekadijo (2000) pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam
masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Dalam pengembangan srudi kasus ini ada tiga komponen yang dilihat, yaitu :

3.4.1 Aspek Ekologi

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Daniel Lainsaputy, kunjungan di lokasi


wisata Pantai Natsepa tidak menentu jumlahnya. Jumlah pengunjung akan padat pada hari-
hari libur yang menyebabkan wisata Pantai Natsepa menjadi ramai.

Ditinjau dari segi ekologi, Pantai Natsepa menjadi lokasi wisata dikarenakan lokasi
yang berada di wilayah pesisir, memiliki infrastruktur yang cukup memadai, area yang tenang
dan luas, memiliki pasir yang halus dan putih serta curamnya jauh dari daratan pada dasar
laut.

3.4.2 Aspek Ekonomi

Salah satu kegiatan yang paling diminati pengunjung di kawasan wisata Pantai
Natsepa adalah cemilan rujak khas wisata Natsepa, dimana hal ini akan mendatangkan
keuntungan bagi penjual-penjual pada lokasi wisata.

Dari segi ekonomi, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Daniel Lainsaputy,
jenis biaya masuk bagi pengunjung ada dua, yaitu biaya per-orangan dan biaya per-
kendaraan. Fasilitas gazebo yang ada berjumlah sekitar ± 20 unit yang ada di Pantai Natsepa
itu bebas (free)/tidak berbayar. Serta memiliki kantin/kedai yang menjual cemilan rujak khas
Natsepa dan es kelapamuda.

3.4.3 Aspek Sosial

Pengembangan studi kasus tidak hanya terlepas dari dua komponen saja (ekologi
maupun ekonomi). Akan tetapi, komponen yang tidak kalah penting adalah komponen sosial.
Hal ini karena, komponen sosial tidak bisa di hindarkan dalam studi kasus ini.
Kondisi infrastruktur di wisata Pantai Natsepa ini cukup baik dan memadai dengan
fasilitas-fasilitas yang kurang tersedia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penulisan laporan ini, yaitu kunjungan di lokasi wisata
Pantai Natsepa tidak menentu jumlahnya. Jumlah pengunjung akan padat pada hari-hari libur
yang menyebabkan wisata Pantai Natsepa menjadi ramai. Kondisi infrastruktur di wisata
Pantai Natsepa ini cukup baik dan memadai dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia. Fasilitas-
fasilitas ini bebas untuk digunakan oleh pengunjung di lokasi wisata tersebut. Jadi wisata
pantai natsepa tersebut tidak di saingi oleh wisata lainnya khususnya di pulau ambon yang
pertama yaitu suasana berbeda dengan wisata di latuhalat itu batu karangya terlalu banyak
dan juga di pantai tial dan juga di pantai liang dan kalau di lihat dari volume yang masuk dari
kota yang paling banyak di pantai natsepa karena suda terkenal alamnya keindahan alam dan
juga keunikan yang pertama yaitu citra rasa rujak natsepa dan juga sagu gula dan kuliner
kuliner local dia membangkitkan suasana yang bagus.

Kegunaan studi kasus Manajemen Industri Maritim ini adalah dapat mengetahui
komponen wisata secara ekologi, sosial dan ekonomi memberikan informasi bagi masyarakat
setempat untuk melestarikan lingkungan alam dan budaya.
LAPORAN STUDI KASUS
MANAJEMEN INDUSTRI MARITIM
(Studi Kasus Pada Berbagai Industri Perkapalan)

Dosen Pengajar : Hanok Mandaku, ST., MT.


Disusun Oleh:
Kelompok 7
Monika Maitale 202172090
M. Fahmi Haupea 202172088
Aulia Latulumamina 202172080
Muwarda Mowal 202172036
Thedy Falensio Malawau 202172076

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara indonesia juga merupakan negara archipelago (kepulauan) yangdari luas
kawasannya adalah lautan. Selain eksplorasi hasil laut kita bisa pula mengembangkan usaha
dalam bidang kelautan lainnya seperti bidangtransportasi laut, pertahanan laut dan pariwisata
laut. Pada implementasinyamasih ditemui banyak kekurangan yang membutuhkan perhatian
dari berbagai bidang, khususnya pemerintah dan swasta. Dalam bidangtransportasi laut
keberadaan kapal sangatlah penting karena kapal menjadialat utama untuk distribusi logistik
skala besar yang efektif dan murahkarena memiliki kapasitas angkut yang sangat besar.
Sebagian besar wilayahindonesia kapal juga merupakan alat transportasi utama antar pulau
atauangkutan sungai. Selain itu sektor pariwisata juga mendapat sumbangsih besar dari dunia
perkapalan untuk wisatawan lokal hingga wisata kapal pesiar (cruise ship).

Lunas kapal merupakan salah satu bagian dari kapal yang berada di bawah kapal
ketika dipermukaan air. Lunas kapal berfungsi untuk melindungi dasar kapal jika terjadi hal –
hal yang tidak diinginkan seperti pergeseran atau gesekan dasar perairan, selain itu lunas
kapal juga berfungsi untuk penyeimbangan kapal agar tidak oleng ketika berlayar.

Atas dasar itulah kami mahasiswa teknik industri universitas pattimura menjalankan
salah satu studi kasus Manajemen Industri Maritim yaitu untuk mengetahui permasalahan
pada lunas kapal digalangan maupun instansi lainnya yang ada hubungannya dengan
industri perkapalan.

1.2 Tujuan
Mengetahui permasalahan pada lunas kapal pada industri perkapalan di Perusahaan
PD PANCA KARYA.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pelaksanaan Studi Kasus
Waktu dan lokasi dilaksanakannya studi kasus adalah
Hari : Selasa
Tanggal : 21 November 2023
Waktu : 10.12 – 12.40 WIT
Tempat : Perusahaan PD PANCA KARYA
Kapal KMP Teluk Ambon
2.2 Pembahasan
Lunas kapal merupakan salah satu bagian dari kapal yang berada di bawah kapal
ketika dipermukaan air. Lunas kapal berfungsi untuk melindungi dasar kapal jika terjadi hal –
hal yang tidak diinginkan seperti pergeseran atau gesekan dasar perairan, selain itu lunas
kapal juga berfungsi untuk penyeimbangan kapal agar tidak oleng ketika berlayar.

Lunas kapal juga terbagi menjadi tiga jenis diantaranya yaitu lunas dasar, lunas tegak,
dan lunas lambung. Lunas dasar memiliki ketebalan kulang lebih 35% dari pada kulit kapal
lainnya. Lunas tegak memiliki panjang ukuran mengikuti sepanjang kapal dan tebalnya 5/8
lebih besar dari lunas dasar. Sedangkan kapal – kapal besar biasanya memiliki tunas
lambung, lunas lambung biasanya terdapat 1/4 – 1/3 dari panjang kapal bagian tengah.

Industri pelayaran yang kapalnya mengalami tabrakan, kandas dan bocor adalah hal
yang sering diucapkan dan terbiasa untuk mengatasinya. Namun bagi kita warga dan
masyarakat maritim Indonesia terkadang belum mengetahui apa yang harus kita lakukan bila
mana kapal kita mengalaminya.

Penerapan International Safety Management (ISM) Code adalah sangat penting dan
memegang kunci dalam menghadapi kejadian tersebut. “Ini dibuktikan apakah perusahaan
memiliki Document of Compliance (DOC) dan kapal memiliki Safety management
Certificate (SMC) yang diterbitkan oleh Pemerintah atau oleh Badan yang ditunjuk oleh
Pemerintah atas implementasi ISM Code atau tidak.
Dalam ISM Code, dikatakan bahwa kapten atau master kapal harus melaksanakan
latihan pengendalian apabila kapal mengalami kerusakan untuk memastikan bahwa seluruh
ABK terbiasa dengan kejadian sesuai dengan lokasi di kapal di mana mereka bekerja.

Pelatihan itu misalnya terkait pada pengenalan konstruksi lunas kapal termasuk sekat
kedap air, sistem dan tata cara mengisolasinya, lokasi dan pengoperasian semua bukaan-
bukaan di kapal. Penyimpanan dan penempatan peralatan pompa-pompa darurat dan sistem
pemompaan saat menyusun prosedur kapal tabrakan, kapal kandas dan kapal mengalami
kebocoran juga harus diketahui oleh para ABK. masyarakat maritim di kapal juga dapat
mengidentifikasi dan menggunakan beberapa tindakan berikut untuk membantu menentukan
tindakan yang tepat.

Di kapal juga harus tersedia dan dilengkapi sistem untuk dapat memastikan bahwa
pengawasan setiap saat dengan tanda-tanda adanya informasi kewaspadaan (alert), misalnya
berupa sirine atau lampu, dan lain sebagainya.

Kemudian, di kapal harus terbiasa mengetahui tata-cara mengidentifikasi bila ada air
laut masuk ke dalam kapal atau adanya kebocoran di konstruksi kapal.

Tindakan dan upaya teknis untuk mengurangi kebocoran di kapal yaitu Master dan
ABK di kapal segera mencari dan meminta bantuan kepada semua pihak terkait, serta dengan
melakukan tindakan emergency membuang air dari kapal, bila bisa dilakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harus selalu meningkatkan kewaspadaan setiap saat dan kapal harus dipasang alarm.
Di atas kapal disediakan stasiun darurat bagi ABK dan harus tersedia tempat berkumpul
(assembly stations) di kapal bagi para penumpang dan ABK. Hal itu agar segera dilakukan
tindakan penyelamatan untuk setiap orang dari daerah di kapal yang mengalami kebocoran.

You might also like