You are on page 1of 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Transformator Arus (CT)


Trafo arus (CT) adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur
besaran arus beban listrik pada instalasi tenaga listrik di sisi primer (TET,
TT, TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi besaran arus
besar ke besaran arus yang lebih kecil secara presisi dengan tujuan
pengukuran dan proteksi. Terdapat dua standarisasi yaitu IEC 60044-1 (BS
EN 6044-1) dan IEC C57.13 (ANSI).
Kumparan primer yang mengalir arus I1, maka akan menghasilkan
gaya gerak magnet sebesar N1I1 pada kumparan. Hasil dari gaya gerak
magnet menimbulkan fluks pada inti, kemudian fluks tersebut
membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder. Bila
terminal kumparan sekunder tertutup, maka akan mengalir arus I 1 pada
kumparan sekunder, sehingga menimbulkan gaya gerak magnet sebesar
N2I2. Berdasarkan penggunaan trafo arus, biasanya dipasang burden atau
beban, sehingga berlaku persamaan:
N1I1 = N2I2.................................................................................................................................................(1.1)
Dimana:
N1 : Jumlah belitan kumparan primer
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus Kumparan Primer
I2 : Arus Kumparan Sekunder

Gambar 3. 1 Rangkaian Current Transformator


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

3.1.1. Fungsi Trafo Arus


Berdasarkan penggunaannya, trafo arus dibagi menjadi dua
fungsi, yaitu untuk trafo arus metering dan trafo arus proteksi.
1. Trafo Arus Pengukuran
Trafo arus jenis ini umumnya memiliki keterlitian yang tinggi
pada daerah kerjanya dengan tingkat kejenuhan sampai dengan
5%- 120% arus rating tergantung dari kelasnya, hal ini untuk
mengamankan meter atau alat pengukuran pada saat gangguan.
Tingkat saturasi CT metering relative lebih rendah dibandingkan
CT proteksi.
2. Trafo Arus Proteksi
Trafo jenis ini memiliki keterlitian yang lebih besar
dibandingkan CT measurement saat terjadi gangguan dimana arus
yang mengalir beberapa kali dari arus pengenal dan tingkat
saturasi yang cukup tinggi. Penggunaan trafo arus proteksi
biasanya digunakan untuk relay beban lebih, relay diferensial,
relay daya, relay jarak, serta relay arus lebih (OCR dan GFR).

Gambar 3. 2 Kurva Saturasi/ Kejenuhan CT


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
3.1.2. Komponen Trafo Arus
1. Tipe Cincin (ring) dan Tipe Cor-coran Cast Resin (mounded cast
resin)
Terdapat 3 bagian, yaitu terminal utama (1), terminal
sekunder (2), dan kumparan sekunder (3). Penggunaan tipe ini
biasanya kubikel feeder tegangan 20 KV (TM) dan jenis isolasi
yang digunakan adalah cast resin.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Gambar 3. 3 Komponen CT Tipe Cincin


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
2. Tipe Tangki
Jenis isolasi jenis ini menggunakan minyak. Biasanya
penggunaan CT jenis berada pada jaringan TT/ TET dan dipasang
di luar ruangan. Tedapat sembilan komponen CT tipe tangki,
diantaranya:
 Bagian atas trafo arus (1)
 Peredam perlawanan pemuaian minyak (2)
 Terminal Utama (3)
 Clamps (4)
 Inti kumparan dengan primary winding dan main insulation
(5)
 Inti dengan secondary windings (6)
 Tanki (7)
 Tempat Terminal (8)
 Plat untuk grounding (9)

Gambar 3. 4 Komponen CT Tipe Tank


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

3.1.3. Jenis Trafo Arus


Trafo arus terbagi menjadi berbagai tipe, berikut jenis trafo arus.
1. Jenis trafo arus menurut tipe konstruksi dan pasangannya
A. Tipe Konstruksi
 Tipe cincin
 Tipe mounded cast resin (cor-coran resin)
 Tipe tanki minyak
 Tipe trafo arus bushing
B. Tipe Pasangan
 Pasangan dalam (indoor)
 Pasangan luar (outdoor)
2. Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi belitan primer
A. Sisi Primer Batang (Bar Primary)

Gambar 3. 5 Bar Primary


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
B. Sisi Tipe Belitan (wound Primary)

Gambar 3. 6 Wound Primary


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

3. Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti


A. Trafo Arus dengan Inti Besi
Current Transformator (CT) yang berinti besi adalah
trafo yang banyak digunakan pada arus dibawah nilai
nominal, terdapat kencenderungan kesalahan dan CT akan
mengalami saturasi jika mendapatkan arus yang beberapa kali
nilai nominal (lebih besar).
B. Trafo Arus Tanpa Inti Besi
Current Transformator (CT) tanpa inti besi tidak
memiliki titik jenuh dan rugi histerisis, transformasi dari sisi
primer ke sisi sekunder bersifat linier di seluruh range
measurement, contohnya coil Rogowski.
4. Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi
Berdasarkan jenis isolasi, trafo arus jenis isolasi terdiri dari
empat kelompok, yaitu:
A. Trafo Arus Kering
Penggunaan trafo arus jenis ini biasanya pada TR dan
dipasangkan dalam ruangan (indoor).
B. Trafo Arus Cast Resin
Pengunaan trafo arus jenis ini biasanya pada TM dan
dipasangkan dalam ruangan (indoor), contohnya trafo arus
tipe cincin pada kubikel feeder 20 kV.
C. Trafo Arus Isolasi Minyak
Pengunaan isolasi minyak biasanya pada TT dan
dipasang di luar ruangan (outdoor), contohnya pada trafo arus
tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.
D. Trafo Arus Isolasi SF6/ Coumpound
Penggunaan isolasi gas SF6 biasanya pada TT dan
dipasang di luar ruangan (outdoor), contohnya pada trafo arus
tipe top-core.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

5. Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan


Trafo arus jenis ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
A. Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan (Outdoor)
Trafo arus jenis ini diharuskan memiliki konstruksi fisik
yang kokoh dan memiliki isolasi yang handal, biasanya
penggunaan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal
dan bahan keramik untuk isolator eksternal.

Gambar 3. 7 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
B. Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan (Indoor)
Trafo arus jenis ini memilki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan trafo arus pasang luar ruangan, serta
menggunakan isolator dari bahan resin.

Gambar 3. 8 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
6. Jenis trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder
A. Trafo Arus dengan Inti Tunggal
Berfungsi apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi,
yaitu pengkuran atau proteksi. Contoh trafo arus inti tunggal
adalah 150-300/ 5 A.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

B. Trafo Arus dengan Inti Banyak


Trafo arus ini dirancang untuk kebutuhan sistem dengan
dua tujuan yaitu pengukuran dan proteksi.
 Trafo Arus Dua Inti
Penandaan sisi primer (P1-P2), penandaan sekunder
inti ke-1 untuk pengukuran (1S1-1S2), dan penandaan
sekunder inti ke-2 untuk proteksi OCR (2S1-2S2).

Gambar 3. 9 Trafo Arus dengan 2 Inti


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
 Trafo Arus Empat Inti
Penandaan sisi primer (P1-P2), penandaan sekunder
inti ke-1 untuk proteksi rel (1S1-1S2), penandaan
sekunder inti ke-2 untuk relay jarak (2S1-2S2),
penandaan sekunder inti ke-3 untuk proteksi OCR (3S 1-
3S2), dan penandaan sekunder inti ke-4 untuk
pengukuran (4S1-4S2).

Gambar 3. 10 Trafo Arus dengan 4 Inti


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
7. Jenis trafo arus berdasarkan pengenal
Current Transformator (CT) memiliki dua pengenal, yaitu
sisi primer dan sekunder. Pengenal sisi primer biasanya adalah
150, 200, 300, dsb. Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah
1 dan 5 A. Trafo jenis ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

A. Trafo Arus dengan Dua Pengenal Primer


 Primer Seri
Pada penggunaan CT 800-1600/ 1 A, apabila
penggunaan rangkaian seri pada sisi primer maka
mendapatkan rasio CT 800/1 A.

Gambar 3. 11 CT Hubung Seri Sisi Primer


(Sumber : PT. PLN Persero
PDM/PGI/02:2014)
 Primer Paralel
Pada penggunaan CT 800-1600/ 1 A, apabila
penggunaan rangkaian paralel pada sisi primer maka
akan mendapatkan rasio CT 1600A.

Gambar 3. 12 CT Hubung Paralel Sisi Primer


(Sumber : PT. PLN Persero
PDM/PGI/02:2014)
B. Trafo Arus Multi Rasio/ sekunder tap
 Trafo Arus dengan 2 Tap
Dalam penggunaan spesifikasi trafo arus 300-600/ 5
A, maka tap-1 (S1-S2) bernilai 300/ 5 A dan tap-2 (S1-
S3) bernilai 600/ 5 A.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Gambar 3. 13 CT Sekunder 2 Tap


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
 Trafo Arus dengan 3 Tap
Dalam penggunaan spesifikasi trafo arus 150-300-
600/ 5 A, maka tap-1 (S1-S2) bernilai 150/ 5 A, tap-2 (S1-
S3) bernilai 300/ 5 A, dan tap-3 (S1-S4) bernilai 600/ 5 A.

Gambar 3. 14 CT Sekunder 3 Tap


(Sumber : PT. PLN Persero
3.2. Rating Trafo Arus PDM/PGI/02:2014)

Rating trafo arus biasanya terletak pada nameplate seperti data lainnya,
meliputi rated burden, rated current, instantaneous rated current, dan
sebagainya. Ketelitian trafo dinyatakan dari tingkat kesalahan, semakin kecil
kesalahan CT maka semakin tinggi akurasi fungsionalnya, begitupun
sebaliknya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Gambar 3. 15 Nameplate CT
(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
3.2.1. Pengenal Beban (Rated Burden)
Rated burden adalah pengenal beban CT dimana akurasi trafo arus
masih dapat dicapai dan dinyatakan dalam satuan VoltAmpere (VA).
3.2.2. Pengenal Arus Kontinyu (Continuous Rated Current)
Continuous rated current adalah arus primer maksimum yang
diizinkan atau diperbolehkan mengalir secara kontinyu. Contohnya
adalah 300/1 A.
3.2.3. Pengenal Arus Sesaat (Instantaneous Rated Current)
Instantaneous rated current adalah arus primer maksimum dalam
nilai rms yang diizinkan atau diperbolehkan mengalir dalam kurun
waktu tertentu dengan sisi sekunder CT terhubung singkat sesuai
dengan nameplate.
3.2.4. Pengenal Arus Dinamik (Dynamic Rated Current)
Dynamic rated current adalah perbandingan arus puncak primer
maksimum CT (Ipeak) berbanding dengan arus nominal primer trafo
arus (Irated).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

3.3. Ketelitian Akurasi Trafo Arus


Ketelitian CT meliputi tingkat kesalahan trafo arus. Parameter handal
akurasi trafo arus adalah semakin kecil kesalahan CT, maka semakin tinggi
tingkat akurasinya.
3.3.1. Batas Ketelitian Arus Primer
Accuracy limit primary current adalah batasan kesalahan Iprimer
minimum dimana kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih
kecil dari 5% atau 10% ketika sisi sekunder dibebani rated current.
3.3.2. Faktor Batas Ketelitian (ALF)
Accuraacy limit factor (ALF) atau biasa disebut faktor saturasi
inti adalah batasan perbandingan Iprimer dengan Irated dimana
kesalahan komposit dari trafo harus sama atau lebih kecil 5% atau
10% ketika sisi sekunder pada yang dibebani rated current.
3.4. Kelas Ketelitian Trafo Arus Metering
Trafo arus metering memiliki ketelitian atau presisi yang tinggi untuk
daerah measurement sampai dengan 1,2 kali nominalnya. Daerah kerja trafo
arus metering diantara 0,1 – 1,2 x I N current transformator. Kelas ketelitian
ini direpresentasikan dalam presentase kesalahan rasio measurement baik
untuk arus maupun pergeseran sudut fase. Berikut batas kesalahan trafo arus
metering.
Tabel 3. 1 Batas Kesalahan Trafo Arus Metering

(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)


Rasio error maximum yang dilakukan untuk pengukuran sebesar
+0,20%. Berikut tabel penyajian rasio kesalahan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Tabel 3. 2 Batas Kesalahan Transformator Arus Metering Kelas S

(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)


3.5. Kelas Ketelitian Trafo Arus Proteksi
3.5.1. Kelas P
Trafo arus memiliki batas ketelitian berdasarkan kesalahan
komposit yang telah ditentukan dalam keadaan steady state Iprimer
simetris. Error pada kelas P maksimal bernilai + 1,00%. Pada
nameplate, terdapat spesifikasi CT, contoh spesifikasi CT kelas P
adalah 5P20, dimana 5P melambangkan kelas proteksi dengan
kesalahan komposit 5% pada pengenal batas akurasi dan 20
merepresentasikan batas kelilitan trafo arus sampai dengan 20 kali
arus pengenal.
Tabel 3. 3 Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi

(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)


3.5.2. Kelas PX, PR, TPS, TPX, TPY, TPZ
Kelas ini merupakan trafo arus proteksi dengan sirkit tanpa celah
udara serta memiliki tipikal konstanta waktu sekunder. Berikut
pengelompokan kelas trafo proteksi.
A. Kelas PX
Trafo arus proteksi yang diharuskan memiliki kebocoran
reaktansi rendah dan informasi khusus seperti rasio, tegangan
knee point, arus eksitasi maksimum, dan secondary circuit
resistance (Rct).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

B. Kelas PR
Memiliki nilai remanensi lebih rendah dibandingkan dengan
trafo kelas P.
C. Kelas TPS
Trafo arus proteksi yang memiliki kebocoran fluksi rendah
dimana kerjanya ditentukan oleh knee point (kurva magnetisasi),
arus magnetisasi, serta tahanan belitan sekunder. Tidak terdapat
Batasan untuk remanensi fluksi. Trafo jenis ini tidak memiliki
celah udara sehingga kebocoran fluksi menjadi kecil dan menurut
British Standart 3938 trafo ini memiliki kesesuaian dengan kelas
X serta direkomendasikan untuk relay differensial.
D. Kelas TPX
Trafo arus proteksi yang memiliki batasan ketelitian
berdasarkan kesalahan komposit yang ditentukan selama siklus
kerja transien dan tidak memiliki batasan untuk remanensi fluksi.
Trafo arus TPX tidak memiliki celah udara dengan konstanta
waktu lebih lama dari 5 detik, umumya berkisar 5 – 20 second.
Trafo jenis ini memiliki tingkat presisi tinggi dan arus magnetisasi
rendah.
E. Kelas TPY
Trafo jenis ini mempunyai batas ketelitian berlandaskan
kesalahan nilai maksimum sesaat selama siklus kerja transien.
Remanensi fluksi tidak melebihi 10% dari nilai saturasi. Trafo ini
memiliki celah udara pada inti dengan konstanta waktu 0,2 – 0,5
detik.
F. Kelas TPZ
Trafo arus kelas TPZ memiliki batas ketelitian yang telah
ditentukan dengan dasar kesalahan nilai maksimum saat
komponen bolak-balik selama energize tunggal dengan nilai dc
offset yang maksimum pada konstanta waktu rangkaian sekunder
tertutup. Trafo jenis ini memiliki celah udara besar pada inti
dengan konstanta waktu 60ms + 10%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

3.6. Kesalahan Trafo Arus


3.6.1. Kesalahan Perbandingan/ Transformasi
Kesalahan perbandingan/ transformasi berlandaskan IEC-6044-1
edisi 1.2 tahun 2003 adalah kesalahan besaran arus dikarenakan
terjadinya perbedaan rasio pengenal CT dengan rasio aktual,
dinyatakan pada persamaan berikut.
((𝐼𝐾𝑛 𝑥 𝐼𝑆)−𝐼𝑃)
ε= 100%...............................................................(1.2)
𝐼𝑃

Dimana:
ε : Kesalahan rasio trafo arus (%)
IKn : pengenal rasio trafo arus
IP : Arus primer aktual trafo arus (A)
IS : arus sekunder aktual trafo arus (A)
3.6.2. Kesalahan Sudut Fasa
Kesalahan ini merupakan pergeseran fasa antara arus primer dan
arus sekunder. Kesalahan sudut fasa akan berakibat pada pengukuran
yang berhubungan dengan arus dan tegangan (VAR, VA), pengukuran
energi, dan relay arah. Kesalahan sudut terbagi menjadi dua, yaitu:

Bernilai positif (+) jika IS leading IP

Bernilai negative (-) jika IS lagging IP

Gambar 3. 16 Kesalahan Sudut Fasa CT


(Sumber: PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
3.7. Eksitasi (Knee Point)
Knee Point adalah titik jenuh ketika CT melakukan eksitasi tegangan.
Current Transformator (CT) memiliki kurva magnetisasi antara tegangan
dan arus dengan dapat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu unsaturated zone,
intermediate zone, dan saturated zone.
Nilai saturasi inti dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑉𝑆 = 𝐼𝐹 𝑥 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇 𝑥 (𝑅𝑟𝑒𝑓 + 𝑅𝑚𝑒𝑎𝑠).......................................................(1.3)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Dimana :
VS : Kejenuhan inti pada sisi sekunder CT (V)
IF : Arus Maksimum (A)
Rref : Tahanan refrensi (Ω)
Rmeas : Tahanan terukur (Ω)
3.8. Shutdown Testing/ Measurement
Pengujian yang dilakukan saat peralatan dalam keadaan padam.
Biasanya, pelaksanaan pengujian ini dilakukan saat maintenance maupun
pada saat investigasi ketidaknormalan.
3.8.1. Tahanan Isolasi
Insulation resistance test dilakukan untuk mengetahui kualitas
tahanan isolasi pada trafo arus baik antar belitan maupun antara
belitan dan pentanahan. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memberikan Vdc kepada object isolasi yang akan diukur resistansinya
yaitu 5 kV (primer) dan 500 V (sekunder). Pengukuran arus bocor
yang melewati isolasi dapat menghasilkan nilai tahanan isolasi dalam
satuan mega ohm atau giga ohm. Pengujian ini dilakukan selama 60
detik.
3.8.2. Rasio
Penguian ini dilakukan untuk membandingkan nilai rasio hasil
pengukuran dengan nilai yang berada pada nameplate.

Gambar 3. 17 Pengujian Rasio dengan Metode Tegangan


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
Pada sisi sekunder diinjeksikan tegangan. Rasio belitan mendekati
sama dengan rasio tegangan dengan membandingkan tegangan sisi
primer dan sekunder.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Gambar 3. 18 Pengujian Rasio dengan Metode Arus


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
Pengujian ini dengan menginjeksikan arus, dilakukan dengan
mengatur power supply serta mencatat arus pada sisi sekunder kedua
CT. Rasio dari CT adalah sama dengan rasio dari CT refrensi yang
dikalikan dengan arus sisi sekunder CT, berikut persamaannya:
𝐼𝑅.....................................................................................................................................................
𝑁 =𝑁 (1.4)
𝑇 𝑅𝐼
𝑇
Dimana :
NT : Rasio CT yang
diuji NR : Rasio CT
refrensi IR : Arus CT
Refrensi
IT : Arus nominal CT yang diuji
3.8.3. Pengujian Eksitasi atau Knee Point
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui karakterisik eksitasi
trafo arus dalam bentuk kurva magnetisasi hubungan antara arus
eksitasi dan tegangan rms yang diterapkan pada sisi sekunder CT
dalam kondisi sisi primer open circuit. Tegangan knee point dari CT
tidak dalam kondisi saturasi jika arus primer sama dengan arus
hubung singkat tertinggi.

Gambar 3. 19 Karakteristik Eksitasi


(Sumber : PT. PLN Persero PDM/PGI/02:2014)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

3.8.4. Tahanan Pentanahan


Pengujian ini dilakukan untuk mengukur besar resistansi
pentanahan dengan menggunakan alat uji tahanan pentanahan. Nilai
tahanan harus ideal dan memenuhi syarat dengan rentang besaran
resistansi 0 atau ≤ 1 Ω. Nilai pentanahan ini dapat mempengaruhi
keamanan personil terhadap bahaya tegangan sentuh, sehingga ketika
terjadi gangguan perlu pembumian tegangan dan arus kedalam tanah
untuk mempetahankan keandalan alat.
3.9. Peralatan Pengujian/ Individual Test
3.9.1. Megger MIT515
Alat ini digunakan untuk mengukur atau mengetahui efektifitas
isolasi listrik suatu produk. Konsep pengukuran alat ini adalah
Resistansi isolasi didefinisikan sebagai tegangan uji DC dibagi dengan
arus total yang mengalir dalam isolator. Arus total memiliki empat
komponen; arus kapasitif, arus absorpsi, arus konduktansi dan arus
bocor. Dalam kasus insulasi kering, arus konduktansi dapat diabaikan
dan arus bocor mungkin rendah, dalam hal ini arus absorpsi akan
mendominasi arus total yang diukur.

Gambar 3. 20 Cara Kerja Pengukuran Megger MIT515


(Sumber : Manual Book)
3.9.2. CT Analyzer Omicron
CT Analyzer dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan
kalibrasi otomatis transformator arus fluks kebocoran rendah (yaitu,
CT
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

dengan inti tanpa celah) di laboratorium serta utilitas di lokasi.


Pengujian CT dengan inti yang bercelah juga dimungkinkan dengan
akurasi terbatas. Tes berikut dapat dilakukan dengan menggunakan
CT Analyzer:
• Pengukuran beban
• Pengukuran sisa magnetisme CT
• Pengukuran resistansi lilitan CT
• Pengukuran karakteristik eksitasi CT menurut IEC 60044-1, IEC
60044-6 (TPS, TPX, TPY, TPZ) dan IEEE C57.13.
• Pengukuran rasio CT dengan pertimbangan beban terhubung
• Pengukuran fase dan polaritas CT
• Penentuan faktor pembatas akurasi, faktor keamanan instrumen,
konstanta waktu sekunder, faktor arus hubung singkat simetris,
faktor dimensi transien, faktor remanen, tegangan/arus titik lutut,
kelas, induktansi jenuh, dan induktansi tak jenuh.

Gambar 3. 21 CT Analyzer Omicron


(Sumber : Dokumen Pribadi)
3.9.3. Kyoritsu 4105A
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari
grounding. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui besaran tanah
sebagai sistem proteksi atau pengaman dalam instalasi listrik gardu
induk. Resistansi grounding adalah total resistansi konduktor
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

pentanahan, dimana resistansi kontak konduktor pentanahan dan arde,


serta resistansi tanah. Berikut spesifikasi dari Kyoritsu 4105A.
Tabel 3. 4 Spesifikasi Pengukuran dan Akurasi

(Sumber : Manual Book)


Prinsip kerja alat ini dengan melakukan pengukuran tahanan
tanah dengan metode drop voltage, yaitu suatu cara untuk
mendapatkan nilai tahanan tanah Rx dengan menerapkan arus konstan
(I) AC antara benda pengukuran E (elektroda pembumian) dan C
(elektroda arus), dan mencari beda potensial V antara E dan P
(elektroda potensial).

Gambar 3. 22 Prinsip Pengukuran Resistansi Grounding


(Sumber : Manual Book)
Resistansi tanah berbeda dengan tahanan biasa karena memilki
karakteristik sebagai berikut:
a. Tindakan Polarisasi
Sifat tanah seperti elektrolit, dimana menunjukan aksi
polarisasi sehingga arus DC menghasilkan GGL pada arah yang
berlawanan. Hal itu menyebabkan pengukuran yang akurat susah
untuk didapatkan, sehingga upaya pengukuran dilakukan dengan
gelombang sinus mencapai 1 kHz.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

b. Pengaturan Pengukuran Khusus


Resistansi antara elektroda pentanahan dan tanah disebut
resistansi pentanahan. Pengukuran ini memiliki banyak variabel
salah satunya adalah resistivitas tanah yang relative rendah,
sehingga terjadi penurunan tegangan di dekat elektroda tempat
arus digunakan untuk membuat pengukuran mengalir. Upaya
pengukuran secara akurat nilai resistansi dari masing-masing
elektroda pentanahan (Elektroda E (Earthing), Elektroda S
(Potential), dan elektroda H (Current), dengan jarak per elektroda
5-10 m.
c. Adanya Gangguan
Pengukuran resistansi tanah tergantung dari kelembapan tanah,
keasaman tanah, mineral tanah, serta kontur tanah. Potensi arde
yang disebabkan oleh kebocoran arus dari perangkat yang
terhubung elektroda pentanahan ditempatkan pada sinyal yang
dideteksi penguji tahanan tanah yang dapat mempengaruhi nilai
ukur.

Gambar 3. 23 Kyoritsu 4105A


(Sumber : Dokumen Pribadi)

You might also like