Professional Documents
Culture Documents
Barasa, 2018
Barasa, 2018
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan : Lubuklinggau
iii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
ABSTRAK
Dampak yang ditimbulkan apabila kondisi hipertermia pada demam tifoid tidak
segera ditangani adalah dehidrasi, pengobatan pada pasien demam tifoid
diantaranya adalah dengan cara pemberian antibiotika dan antipiretik. Selain
pemberian antipiretik, dapat juga dilakukan tindakan water tepid sponge. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan demam tifoid setelah dilakukan kompres hangat water tepid sponge untuk
menurunkan suhu tubuh. Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus
dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penatalaksanaan untuk
menurunkan suhu tubuh pada subjek I hanya menggunakan intervensi pemberian
obat antipieretik saja sedangkan pada subjek II intervensi yang diberikan dengan
pemberian water tepid sponge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya
penurunan suhu tubuh pada subjek I dan pada subjek II setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Intervensi water tepid sponge dapat digunakan sebagai
alternatif non farmakologi dalam menurunkan suhu tubuh anak yang menderita
hipertermia.
iv
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF PALEMBANG
NURSING STUDY PROGRAM OF LUBUKLINGGAU
ABSTRACT
The impact caused if the hyperthermia condition in typhoid fever is not treated
immediately is dehydration, treatment in typhoid fever patients including by
giving antibiotics and antipyretics. In addition to antipyretic administration, water
tepid sponge can also be done. The purpose of this study was to obtain an
overview of nursing care in pediatric patients with typhoid fever after a warm
compress of water tepid sponge to reduce body temperature. This research method
uses case study design using nursing care approaches namely assessment, nursing
diagnosis, intervention, implementation and evaluation. Management to reduce
body temperature in subject I only used interipieretic drug administration
interventions, whereas in subject II intervention was given with water tepid
sponge. The results showed that there was a decrease in body temperature in
subject I and in subject II after nursing intervention. Water tepid sponge
intervention can be used as a non-pharmacological alternative in reducing the
body temperature of a child suffering from hyperthermia.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
PERSEMBAHAN :
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat
waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terima kasih dan
1). Ibu Drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes, selaku Direktur Politeknik
2). Bapak dr. H. Mast Idris Usman, selaku Direktur Rumah Sakit Siti Aisyah
3). Bapak Budi Santoso, Ns, M.Kep, Sp.Kom, selaku Ketua Jurusan
4). Bapak H. Jhon Feri S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Prodi Keperawatan
5). Ibu Ns. Eva Oktaviani, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku pembimbing I KTI ini
vi
bimbingan serta masukan kepada penulis selama proses penyusunan Karya
6). Ibu Hj. Susmini, SKM, M.Kes, selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah ini
7). Bapak Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep, M.Kep selaku penguji II dalam
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran
kepada penulis.
pendidikan.
9). Kedua orang tuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan
10). Teman-teman se almamater yang tercinta yang telah banyak membantu saya
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka
kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah saya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan
ilmu keperawatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 8
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................. 8
viii
D . Konsep dasar Water tepid sponge .......................................... 31
1. Pengertian.......................................................................... 31
E Asuhan Keperawatan ............................................................. 34
1. Pengkajian . ....................................................................... 34
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan. .................................. 38
3. Intervensi keperawatan. .................................................... 39
4. Implementasi. .................................................................... 45
5. Evaluasi. ............................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
penyakit tidak menular, dan penyakit kronis. Saat ini berbagai Negara di
dunia, seperti Asia, Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin dan Kepulauan
atau yang padat populasinya namun tak terurus saluran limbahnya (Kelly,
2009).
makanan dan minuman yang tercemar oleh tinja (Anggraini, 2016). Demam
tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan
1
2
34 juta, dan anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid,
walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa, hampir semua
daerah endemik, kejadian demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
menurut umur dan merata pada umur dewasa, akan tetapi prevalensi demam
tifoid banyak ditemukan pada umur (5–14 tahun) sebesar 1,9% dan paling
rendah pada bayi sebesar 0,8%. Prevalensi demam tifoid menurut tempat
(Rikesdas, 2012).
rumah sakit dr. Sobirin dalam 3 tahun terakhir angka kejadian demam tifoid
atau tifoid fever pada anak masih cukup tinggi, pada tahun 2015 jumlah
pasien demam tifoid sebanyak 360 orang (40,0%) dengan angka kematian 7
orang, tahun 2016 jumlah pasien demam tifoid sebanyak 295 orang (32,7%)
dengan kematian berjumlah 11 orang, dan pada tahun 2017 jumlah pasien
demam tifoid berjumlah 245 orang (27,3%) dengan jumlah angka kematian
3
berjumlah 5 orang. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa angka kejadian
demam tifoid pada anak tahun 2017 sudah terjadi penutunan namun angka
kematian masih ada, hal ini menandakan bahwa masih demam tifoid masih
perlu mendapatkan perhatian yang serius (Data rumah sakit dr. Sobirin
Penyakit tifoid atau yang sering dikenal dengan penyakit typus ini
kematian jika tidak segera ditangani. Penanganan awal dari gejala penyakit
typus yang berupa gejala peningkatan suhu tubuh atau hipertermia sangat
farmakologis yaitu seperti memberikan baju yang tipis pada anak, menyuruh
4
anak untuk banyak minum air putih, istirahat, dan memberikan water tepid
Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja,
besar (Hartini, 2012). Menurut Suprapti (2008), water tepid sponge efektif
dalam mengurangi suhu tubuh pada anak dengan hipertermia dan juga
membantu dalam mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Hal ini juga
anak yang mengalami febris atau demam setelah dilakukan water tepid
Febris atau demam yang disebabkan oleh tifoid yang berarti suhu
tubuh diatas batas normal biasa, dapat di sebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
tifoid mengacu pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi
atau peradangan sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel-sel darah putih
tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal dengan sebagai pirogen
endogen yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi. Demam adalah
keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 0C atau lebih. Ada juga
5
yang mengambil batasan lebih dari 37,8 °C. Sedangkan bila suhu tubuh
lebih dari 40.0 °C disebut demam tinggi atau hiperpireksia (Julia, 2010).
dihasilkan dikurangi panas yang hilang merupakan apa yang disebut dengan
suhu tubuh (Potter & Perry, 2010). Suhu tubuh merupakan tanda atau suatu
hipertermia.
rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat
(berperan dalam perbaikan fungsi otak), dan pada keadaan tertentu dapat
serta kejang. Keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu inti tubuh
mencapai 400 C, pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan
Sedangkan yang mendapat terapi tepid sponge saja rata-rata penurunan suhu
38,5oC dengan standar deviasi 0,4oC. Nilai rata-rata setelah diberikan tepid
sponge sebesar 37,1oC dengan standar deviasi 0,5oC, sehingga diketahui ada
penurunan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,4oC setelah diberikan tepid
sponge.
sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas bahwa penerapan Water Tepid
Sponge pada anak dengan demam tifoid jarang dilakukan, padahal angka
terjadi adalah peningkatan suhu tubuh dan sangat berbahaya bagi anak-anak
yaitu dengan Water Tepid Sponge. Hal ini membuat peneliti ingin
Water Tepid Sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam
B. Rumusan Masalah
Musi Rawas dan dampak dari demam tifoid yaitu terjadinya peningkatan
7
suhu tubuh yang sangat berbahaya bagi anak dan dapat menyebabkan
kematian, dan penerapan Water Tepid Sponge juga masih jarang dilakukan
di rumah sakit, berdasarkan hal ini maka rumusan masalah dalam studi kasus
water tepid sponge dengan demam tifoid di RSUD dr. Sobirin Kabupaten
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tahun 2018.
tepid sponge pada pasien anak dengan demam tifoid di RSUD dr.
sponge.
D. Manfaat Penulisan
atau demam tifoid dan manfaat dari pemberian water tepid sponge
untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam tifoid karena
masyarakat.
water tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam
tifoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
manifestasi klinis dari adanya infeksi akut pada usus halus yang
(Mubarak H, 2009).
2011).
Typhi.
10
11
2. Etiologi
berada dalam air, es, debu, sampah kering, yang bila organisme ini
Kumalasari, 2013).
ekonomi, sistem imunitas, dan ada atau tidaknya alergi (Muttaqin dan
Kumalasari, 2013).
bersih dimana salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari
12
bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli)
memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam,
2010).
3. Patofisiologi Tifoid
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
MK: Hipertermia
organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam
hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba (Patriani, 2014).
hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
2014).
anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/160 atau lebih
17
pasti. Sample urine dan feces dua kali berturut-turut digunakan untuk
pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila
selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri
Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti
(Sodikin, 2011).
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
perinefritis.
2008).
20
(Mansjoer, 2008).
Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi
(Adsense, 2008).
2. Surface temperatur
Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda,
normal tradisional untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC (98,6 F), tetapi
oral pagi hari rata-rata adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C.
oral pagi hari sebesar 36,3 – 37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki
secara ketat pada 32ºC. suhu rectum dapat mencerminkan suhu pusat
jumlah sedikit dari udara panas yang berdekatan pada tubuh. Udara
panas ini meningkat dan diganti dengan udara dingin dan orang
dan dari mukosa mulut serta dari kulit. Kehilangan air yang terus
menerus dan tidak tampak ini disebut kehilangan air yang tidak
kira 10% dari produksi panas basal. Pada saat suhu tubuh meningkat,
1. Hipertermia
disebabkan oleh masalah sistem saraf pusat (SSP) dan tidak berespon
2. Hipotermia
27°C).
1. Umur
lebih labil dari pada dewasa sampai masa puber. Beberapa orang tua,
thermoregulasi.
24
2. Diurnal Variation
3. Latihan
4. Hormon
saat ovulasi menaikkan suhu tubuh berkisar 0,3ºc sampai 0,6ºc diatas
5. Stres
6. Lingkungan
suhu seseorang. Jika suhu diukur didalam kamar yang sangat panas
dan suhu tubuh tidak dapat dirubah oleh konveksi, konduksi atau
perubahan suhu tubuh setiap 24 jam dan batas-batas normal yang dapat
25
diterima adalah suhu 36 hingga 37,5 0C. Suhu diatas atau dibawah
yaitu :
3. Rektal – suhu rektal lebih tinggi satu derajat daripada suhu oral
Pengukuran suhu aksila atau pangkal paha lebih rendah 1ºF (0,6ºC) dari
suhu oral.
1. Definisi Anak
dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/ toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).
26
Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar
(Hidayat, 2009).
kasus.
2. Atraumatic Care
pada anak.
3. Manajemen Kasus
individu yang unik. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik
yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh
1. Pemberi perawatan
3. Pencegahan penyakit
4. Pendidikan
5. Konseling
kesehatan.
6. Kolaborasi
keperawatan.
8. Peneliti
1. Pengertian
tubuh
dengan air hangat. Telah dikenal dua macam cara kompres kulit, yaitu
water tepid sponge dan kompres hangat. Namun kompres hangat telah
suhu tubuh 2 jam sekali selama 24 jam. Selang 2 jam setelah pemberian
water tepid sponge suhu tubuh pasien diukur kembali dan hasilnya suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus
panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi
sponge dilakukan hingga suhu tubuh mendekati normal. Hal ini sesuai
1. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
mengganggu aktivitas.
c. Riwayat kesehatan
35
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda vital :
c. Kepala
d. Wajah
e. Mata
f. Hidung
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
g. Mulut
berbicara.
h. Leher
i. Thoraks
j. Abdomen
k. Genitalia
l. Integumen
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
m. Ekstremitas atas
3. Pemeriksaan penunjang
c. USG : abdomen
2. Diagnosis Keperawatan
2008).
typhosa.
3. Intervensi Keperawatan
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini
(Nursalam, 2008).
TABEL 2.1
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM TIFOID
10
40 11
pemasukan yang kurang, Fluid balance yang akurat didalam tubuh bayi.
output yang berlebihan muntah Hydration 2. Monitor status hidrasi 2.Untuk mengetahui setiap perubahan
Dengan criteria: (kelembaban membrane yang terjadi.
a.Mempertahankan urine output sesuai mukosa)
dengan usia dan BB.
b. TTV normal 3. Monitor vital sign. 3.Untuk mengetahui keadaan umum
Nadi : 20-30 x/m pasien
RR : 70-110 x/m
T : 36,50C-37,50C 4. Dorong masukan oral pada 4.Untuk memenuhi kebutuhan intake
c. Tidak ada tanda dehidrasi pasien yang adekuat
-Turgor elastik
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Untuk mempercepat proses
- Mukosa lembab
cairan intravena penyembuhan pasien
- Intake adekuat
4 Risiko gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi terpenuhi NIC :
nutrisi kurang dari kebutuhan NOC : Nutrition
tubuh berhubungan dengan Nutrional status management
intake yang tidak adekuat. 1. Jelaskan pentingnya makanan 1.Dapat memotivasi klien dalam
Dengan kriteria : untuk proses penyembuhan. pemenuhan kebutuhan nutrisi
a.terjadi peningkatan berat badan
b. klien dapat menghabiskan porsi yg 2.Observasi pemasukan makanan
disediakan klien 2.Untuk mengukur intake makanan
c. Tidak ada tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat 3.Kaji makanan yang disukai dan
badan yang berarti yang tidak disukai klien. 3.Makanan kesukaan dapat meningkatkan
masukan nutrisi yang adekuat
4. Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan klien 4. Dapat memberikan informasi pada
42 13
4. Implementasi
Kenney, 2009).
5. Evaluasi
F. Kerangka Konsep
Dilakukan kombinasi
Klien dengan Hipertermia pemberian antipiretik dan
Demam Tifoid water tepid sponge
Evaluasi perubahan
suhu tubuh
Bagan 2.1
Kerangka konsep pemberian water tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh
dengan anak demam tipoid
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan
satu responden yang dilakukan intervensi water tepid sponge dan satu
responden lain yang tidak dilakukan intervensi water tepid sponge, dua-
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien anak dengan
2. Pasien yang didiagnosis secara medis demam tifoid dengan suhu tubuh
45
46
C. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini adalah menurunkan suhu tubuh pada
D. Definisi Operasional
Lubuklinggau
selama 5 menit.
G. Analisa Data
2012).
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan (%), dan
H. Penyajian Data
Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau
hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan tabel.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Dr. Sobirin saat ini berjumlah 368
orang dengan perincian 196 orang merupakan tenaga Pegawai Negeri Sipil
dari berbagai disiplin ilmu dan sisanya 172 orang adalah tenaga non PNS
(Purna bakti, honor, dan tenaga sukarela). Lebih dari seperempat tenaga
PNS yang ada merupakan tenaga medis yang terdiri dari atas berbagai
berbagai spesialis lainnya. Tenaga medis yang ada didukung oleh 50%
2. Fasilitas Pelayanan
a. Rawat Jalan
berencana.
50
51
c. Pelayanan PPATRS
Nusa Indah, Kenanga, Melati, ICU, Asoka, Mawar, Teratai, dan VIP.
Ruang anak rumah sakit dr. Sobirin diberi nama ruang Melati, yang
terdiri dari ruang kelas 3 dengan jumlah tempat tidur ada 6 bed, suhu
ruangan terasa panas karena tidak menggunakan AC, hanya ada 1 kipas
angin. Sedangkan kelas 2 ada 4 tempat tidur, suhu ruangan juga terasa
panas karena tidak ada AC hanya ada 2 buah kipas angin, Di ruang Melati
buah.
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subjek studi kasus yaitu.
Subyek I dan Subyek II. Kedua subyek ini sudah sesuai dengan kriteria
Subjek I
agama Islam, pendidikan TK, alamat Jl. Pegadaian Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau. An. R masuk rumah sakit pada tanggal 1 Juni 2018 Pukul
panas, mual, muntah, menggigil sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
H 1/160 positif.
Subyek II
laki, agama Islam, pendidikan TK, alamat Desa Sawa Belau Tebing
Tinggi. An. S masuk rumah sakit pada tanggal 6 Juni 2018 Pukul 07.00
mual, muntah, sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Diagnosa medis
a. Hasil pengkajian
pengkajian awal terhadap subyek dapat dilihat seperti pada tabel 4.1
dibawah ini :
53
TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN AWAL DUA ORANG SUBYEK
mengalami keluhan demam, panas, mual, muntah, menggigil, nyeri diperut, suhu
39,5 0C, dan kesadaran compos mentis, hasil labor positif tifoid. Sedangkan
subjek II An. S dengan keluhan demam, panas, mual, muntah, nyeri diperut, suhu
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
No Klien Diagnosa
1. Subjek I 1. Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi
kuman salmonella typhosa.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi dan
gejala terkait penyakit.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan yang kurang, output yang
berlebihan muntah
2. Subjek II 1. Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi
kuman salmonella typhosa.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi dan
gejala terkait penyakit.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemasukan yang kurang, output yang
berlebihan muntah
68
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua subjek setelah
1. Pengkajian
oleh penulis pada dua orang subjek maka didapatkan hasil yaitu pada
subjek I dengan An. R masuk rumah sakit pada tanggal 1 Juni 2018 Pukul
09.00 WIB dengan keluhan demam, panas, mual, muntah, menggigil sejak
typhi H 1/160 positif. Subyek II An. S masuk rumah sakit pada tanggal 6
Juni 2018 Pukul 07.00 WIB dengan keluhan demam, panas, mual, muntah,
Hasil ini sesuai dengan teori menurut Patriani (2014) gejala klinik
demam tifoid pada anak secara garis besar antara lain: demam lebih dari
merata menurut umur dan merata pada umur dewasa, akan tetapi
sebesar 1,9% (Rikesdes, 2012). Pada studi kasus ini usia kedua subjek
adalah 5 tahun yang sesuai dengan hasil laporan Riskesdes (2012) yang
usia tersebut.
sakit Dr. M. Djamil Padang, didapatkan hasil yaitu pada sampel yang
menderita demam tifoid setelah dilakukan tes widal dengan titer antibodi
sebanyak 47,80% 1/320, dan sebanyak 45,63% 1/640. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu titer O
2. Diagnosis Keperawatan
muntah
typhosa.
masalah yang dihadapi oleh kedua subjek sama yaitu demam dan panas.
pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila
2014).
Hal ini terjadi karena pada subjek I dan subjek II, keduanya
3. Perencanaan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh kedua subjek yang sesuai dengan
kuman salmonella typhosa adalah Monitor suhu 4-6 jam. Monitor warna
dan suhu kulit. Monitor penurunan tingkat kesadaran. Lakukan water tepid
sponge pada daerah axila, lipat paha dan temporal. Tingkatkan sirkulasi
ini dilakukan untuk mengurangi suhu tubuh yang dialami oleh kedua
subjek.
suhu tubuh hanya dilakukan pemberian obat antipieretik saja tidak diberi
water tepid spong. Tetapi tujuan yang ditetapkan adalah sama yaitu untuk
water tepid sponge efektif dalam mengurangi suhu tubuh pada anak
dengan hipertermia dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit dan
pengaruh penurunan suhu tubuh anak yang mengalami febris atau demam
4. Implementasi
Pada tahap implementasi hasil yang didapat oleh peneliti yaitu pada
sesuai dengan kondisi dan situasi serta menggunakan sarana yang tersedia
catatan perawatan.
Hasil penelitian ini sesuai teori yang mengatakan kompres air hangat
atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar atau
73
2011).
menyuruh anak untuk banyak minum air putih, istirahat, dan memberikan
5. Evaluasi
dapat teratasi secara penuh dan masalah yang dialami oleh kedua subjek
dapat berkurang bahkan hilang pada hari ke tiga. Evaluasi akhir yang
hari berturut-turut. Pada hari pertama suhu tubuh subjek I yaitu 39,50C,
74
setelah dilakukan pemberian water tepid sponge maka suhu tubuh pada
subjek I turun menjadi 38,80C. Pada hari kedua suhu tubuh subjek I yaitu
38,70C, setelah dilakukan pemberian water tepid sponge maka suhu tubuh
pada subjek I kembali turun menjadi 38,1 0C. Dan pada hari ketiga suhu
sponge maka suhu tubuh pada subjek I kembali turun menjadi 36,5 0C, dan
suhu tubuh subjek I sudah normal dan subjek sudah diperbolehkan untuk
pulang.
Pada subyek II, juga terjadi penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
hari berturut-turut. Pada hari pertama suhu tubuh subjek II yaitu 39,4 0C,
setelah dilakukan pemberian obat antipieretik saja maka suhu tubuh pada
subjek II turun menjadi 39,10C. Pada hari kedua suhu tubuh subjek II yaitu
tubuh pada subjek II kembali turun menjadi 38,2 0C. Dan pada hari ketiga
antipieretik saja maka suhu tubuh pada subjek II kembali turun menjadi
37,20C.
penurunan suhu tubuh pada kedua subjek, pada subjek I yang diberi
antipiretik saja maka juga terjadi penurunan suhu tubuh tetapi agak lambat,
hal ini dibuktikan setelah dilakukan intervensi dalam tiga hari berturut-
turut suhu tubuh hanya turun dari 39,40C turun menjadi 37,20C.
pada daerah axilaris lebih efektif karena banyak terdapat pembuluh darah
besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin. Sesuai dengan teori
dari tubuh ke kulit, hingga delapan kali lipat lebih banyak, sehingga suhu
dengan hasil yaitu rata-rata penurunan suhu tubuh pada anak hipertermia
dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapat terapi tepid sponge saja
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
76
Arieswati (2016) yaitu tentang pemberian water tepid sponge pada anak
suhu tubuh pasien. Didapatkan hasil yaitu terjadinya penurunan suhu tubuh
memonitor suhu tubuh 2 jam sekali selama 24 jam. Selang 2 jam setelah
pemberian water tepid sponge suhu tubuh pasien diukur kembali dan
selama 20 menit lalu diukur suhu tubuhnya, prosedur water tepid sponge
dilakukan hingga suhu tubuh mendekati normal. Hal ini sesuai dengan
water tepid sponge pada anak yang mengalami hipertermia sangat efektif
A. Kesimpulan
Setelah Penulis melakukan studi kasus pada dua orang subjek yaitu An.
R dengan pemberian water tepid sponge dan An. S dengan pemberian obat
antipieretik untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam tifoid,
Salmonella Typhosa
subjek I dengan pemberian antipieretik dan water tepid sponge dan pada
water tepid sponge dan pada subjek II di beri antipiretik saja selama 3
menit.
77
78
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, diharapkan saran ini
ruangan rumah sakit umum daerah dr. Sobirin dalam memberikan asuhan
sponge..
Lubuklinggau
tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam tifoid.
79
Adsense. 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC
Arieswati ERD, 2016. Pemberian water tepid sponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada asuhan keperawatan An.Y dengan hipertermia di ruang
anggrek rumah sakit umum daerah kota Salatiga. KTI Prodi DIII
Keperawatan STIKES Kusuma Husada, Surakarta
Bartolomeus, & Dagoon. W & Davis C.P .2012. Pengaruh Kompres Tepid
Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-
10 Tahun Yang Mengalami Hipertermi. Jurnal Kesehatan volume 2 no
5.
Carpenito, 2010, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC
Chistensen, P.J, & Kenney, J.W. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model
Konseptual, Edisi 4 Penerjemah : Yuyun Yuningsih & Yasmin Asih.
EGC. Jakarta
Julia Klaartje Kadang, SpA 2010. Metode Tepat Mengatasi Demam. Berita
Ilmu Keperawatan Vol. 1. No. 1. Juni 2010, 97-100.
Kelly. 2009. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarok & Komaruddin, 2009. Buku ajar keperawatan penyakit dalam. Jakarta:
EGC
Potter dan Perry, 2008. Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Rumah sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas. 2017. Data rekam medik rumah
sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas. 2017
Wong, Dona L, Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra., S, 2002. Maternal child
nursing care 2nd edition. Jakarta: Santa Luis, Mosby Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Adsense. 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC
Arieswati ERD, 2016. Pemberian water tepid sponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada asuhan keperawatan An.Y dengan hipertermia di ruang
anggrek rumah sakit umum daerah kota Salatiga. KTI Prodi DIII
Keperawatan STIKES Kusuma Husada, Surakarta
Bartolomeus, & Dagoon. W & Davis C.P .2012. Pengaruh Kompres Tepid
Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-
10 Tahun Yang Mengalami Hipertermi. http://portalgaruda.ac.id/
diunduh tanggal 17 Februari 2018
Carpenito, 2010, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC
Chistensen, P.J, & Kenney, J.W. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model
Konseptual, Edisi 4 Penerjemah : Yuyun Yuningsih & Yasmin Asih.
EGC. Jakarta
46
47
Julia Klaartje Kadang, SpA 2010. Metode Tepat Mengatasi Demam. Berita
Ilmu Keperawatan Vol. 1. No. 1. Juni 2010, 97-100.
Kelly. 2009. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarok dkk, 2009. Buku ajar keperawatan penyakit dalam. Jakarta: EGC
Potter dan Perry, 2008. Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Rumah sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas. 2017. Data rekam medik rumah
sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas. 2017
48
Wong, Dona L, Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra., S, 2002. Maternal child
nursing care 2nd edition. Jakarta: Santa Luis, Mosby Inc.
49
7. Termometer air
B. Prosedur Kerja :
1. Tahap persiapan
baskom untuk tempat air hangat (35oC), lap mandi/ wash lap
35oC-37oC.
d. Mencuci tangan,
2. Tahap orientasi
3. Tahap kerja
d. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu
wash lap atau lap mandi. Letakkan lap mandi di dahi, aksila,
arah jantung,
m. Merapikan klien.
4. Tahap terminasi
d. Mencuci tangan,
1. Persiapan alat
c. Bengkok
d. Sarung Tangan
2. Pelaksanaan
b. Cuci tangan
menggunakan tissu
di atas dada
i. Catat hasil
LEMBAR CEKLIST
PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA PASIEN DEMAM TIFOID
Inisial Pasien :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
Jl. Stadion Bumi Silampari Kel. Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur Telp/fax: 0733 451036 kode
pos 31626
LEMBAR KONSULTASI
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp.Kep,An Ns. Indah Dewi Ridawati, S.Kep, M.Kep
NIP. 19851010 201012 2003 NIP. 19880127 201801 2001
55
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
Nama Ibu :
Umur Ibu :
Nama anak :
Umur anak :
Alamat :
Saya tahu bahwa keterangan yang akan saya berikan ini besar manfaatnya
dan dapat memberikan masukan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak khususnya
mana mestinya.
Responden,
( )
LEMBAR CEKLIST
PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA PASIEN DEMAM TIFOID
Inisial Pasien :
Ruangan :
Diagnosa :
Pembimbing I Pembimbing II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang
7. Termometer air
B. Prosedur Kerja :
1. Tahap persiapan
tubuh, baskom untuk tempat air hangat (35oC), lap mandi/ wash lap
c. Mencuci tangan,
2. Tahap orientasi
dan keluarga,
3. Tahap kerja
a. Membaca tasmiyah,
e. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
lap atau lap mandi. Letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan lipatan
k. Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah tindakan tepid water
n. Merapikan klien.
4. Tahap terminasi
c. Mencuci tangan,
1. Persiapan alat
a. Termometer
c. Bengkok
d. Sarung Tangan
g. Tiga buah botol : 1. Botol pertama berisi larutan sabun, 2. Botol kedua
2. Pelaksanaan
b. Cuci tangan
tissu
g. Turunkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi di
atas dada
i. Catat hasil
k. Cuci dengan air sabun, disenfektan, bilas dengan air bersih, dan
keringkan