Professional Documents
Culture Documents
Makalah Autisme Kelompok1
Makalah Autisme Kelompok1
Penulis :
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
dan hidayahnya rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “ Pengertian Anak Autisme & Perspektif – persprktif Anak Autisme “
shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Rasullulah Muhammad SAW.
.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Materi Anak Autisme Pengembangan
dan manfaatnya untuk dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau autis adalah gangguan perkembangan
pada anak yang bersifat kompleks (Hasdianah, 2013). ASD ditandai dengan perilaku
stereotip dan mengalami kekurangan dalam komunikasi serta interaksi sosial
(American Psychiatris Association, 2013). Winarno (2013) berpendapat bahwa autis
dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan otak selama fetus, kerusakaan saat kelahiran, atau pada tahun
pertama kehidupannya.
Center For Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat pada
bulan Maret 2013 melaporkan, bahwa prevalensi autis meningkat menjadi 1:50 dalam
kurun waktu setahun terakhir. Hal tersebut bukan hanya terjadi di negara-negara maju
seperti Inggris, Australia, Jerman dan Amerika namun juga terjadi dinegara
berkembang seperti Indonesia. Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus
per 10 000 anak atau berkisar 0.15-0.20%. Jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per
tahun maka jumlah penyandang autis di Indonesia bertambah 0.15% atau 6.900 anak
per tahunnya (Mashabi & Tajudin, 2009).
Kejadian autisme tidak telepas dari peran asupan gizi yang dibutuhkan untuk
anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sati
(2009), zat gizi tertentu tidak hanya dibutukan untuk fungsi pertumbuhan, tetapi juga
untuk menunjang perbaikan kondisi dan gejala yang dialami anak ASD. Zatgizi tersebut
antara lain vitamin A, vitamin C, vitamin B6 magnesium, omega 3, dan kalsium. Selain
zat gizi yang dibutuhkan, penderita ASD juga memiliki beberapa pantangan terkait
dengan kondisinya. Pantangan tersebut menjadi salah satu dasar seluruh penderita ASD
menjalani diet GFCF.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Autisme ?
2. Bagaimana Proses Observasi Anak Autisme ?
3. Mengetahui Perspektif Perkembangan Anak Autisme ?
4. Mengetahui Perspektif Perilaku Anak Autisme ?
5. Mengetahui Perspektif Neurologis Anak Autisme ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Autisme ?
2. Bagaimana Proses Observasi Anak Autisme ?
3. Mengetahui Perspektif Perkembangan Anak Autisme ?
4. Mengetahui Perspektif Perilaku Anak Autisme ?
5. Mengetahui Perspektif Neurologis Anak Autisme ?
BAB III
Pembahasan hasil observasi anak autis harus dilakukan secara hati-hati dan profesional.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa membantu dalam pembahasan tersebut:
1. Analisis Data
Mulailah dengan menganalisis data hasil observasi dengan cermat. Identifikasi
pola perilaku yang mungkin menunjukkan tanda-tanda autisme, seperti kesulitan
dalam berkomunikasi, interaksi sosial yang terbatas, dan perilaku berulang.
2. Konsultasi dengan Ahli
Penting untuk berkonsultasi dengan psikolog atau spesialis autisme yang
berpengalaman dalam menganalisis hasil observasi. Mereka dapat memberikan
wawasan dan diagnosis yang akurat.
3. Komunikasi dengan Orang Tua
Terlibatlah dalam komunikasi terbuka dengan orang tua atau caregiver anak
autis. Bagikan hasil observasi dengan mereka dan berbicaralah tentang langkah
selanjutnya dalam mendukung perkembangan anak.
4. Rencana Perawatan
Setelah diagnosis autisme dibuat, buatlah rencana perawatan yang sesuai untuk
anak tersebut. Ini mungkin mencakup terapi perilaku, terapi bicara, atau berbagai
jenis terapi lainnya.
5. Dukungan Keluarga
Pastikan keluarga mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan yang mungkin timbul. Grup dukungan keluarga dan terapi keluarga dapat
membantu.
6. Pendidikan dan Terapi
Segera mulai program pendidikan dan terapi yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi,
dan adaptasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pemantauan Progres
Terus pantau perkembangan anak secara rutin. Reevaluasi hasil observasi dan
perubahan perilaku untuk memastikan bahwa rencana perawatan berjalan dengan
baik
Penting untuk diingat bahwa setiap anak dengan autisme unik, jadi pendekatan
perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Konsultasikan dengan profesional kesehatan dan pendidik yang berpengalaman dalam
autisme untuk panduan yang lebih spesifik.
C. PENGERTIAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME DARI BERBAGAI
SUDUT PANDANG
1. Gangguan sprektrum autis menurut DSM IV
Dalam Diagnostic and Statistics of Mental Disorders IV-Text Revison (DSM IV-
TR), gangguan Autisme dikategorikan sebagai gangguan yang pertama kali muncul
pada masa kanak, dimana secara khas anak akan mengalami gangguan perkembangan
pada 3 bidang, yaitu: gangguan sosial, komunikasi, dan perilaku dengan minat terbatas
dan berulang (American Psychiatric Asociation, 2000).
Karakteristik anak autis dalam perilaku dan pola bermain biasanya adalah
sebagai berikut:
Selain itu, Sugiarmin mengatakan beberapa gangguan dalam tingkah anak autis
seperti berikut:
Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan dan kekurangan.
Contoh perilaku yang berlebihan adalah adanya hiperaktivitas motorik, seperti
tidak bisa diam, jalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, melompat-
lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-ulang
suatu gerakan tertentu.
Contoh perilaku yang kekurangan adalah duduk diam, bengong dengan tatap
mata yang kosong, melakukan permainan yang sama/monoton dan kurang
variatif secara berulang-ulang, sering duduk diam terpukau oleh sesuatu hal,
misalnya bayangan dan benda yang berputar.Kadang-kadang ada kelekatan
pada benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet
atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Ini
menunjukkan anak autis cenderung berperilaku ritualistic.
3. PERSPEKTIF NEUROLOGI
Gangguan neurologi adalah penyakit pada sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Penyakit ini mempengaruhi banyak bagian di sistem saraf, seperti
otak, sumsum tulang belakang, saraf kranial, akar saraf, sambungan
neuromuskular, dan lainnya. Ada banyak jenis gangguan saraf, seperti strok dan
demensia.
Gangguan Neurologis dan Perkembangan:
Perkembangan sistem saraf anak merupakan proses yang kompleks dan
rumit. Berbagai faktor, seperti kecenderungan genetik, lingkungan prenatal, dan
pengalaman awal kehidupan, dapat mempengaruhi hasil neurologis. Beberapa
anak mungkin mengalami keterlambatan dalam bidang perkembangan seperti
motorik kasar dan halus, persepsi kognitif, bicara, bahasa, sosio emosional dan
keterampilan adaptif, karena berbagai sebab seperti faktor bawaan,
metabolisme, genetik, infektif, dan lingkungan. Keterlambatan perkembangan
adalah ketika anak Anda lambat mencapai satu atau lebih tahap perkembangan
dibandingkan teman sebayanya. Beberapa kelainan yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang pada anak adalah Cerebral Palsy, Sindrom Genetik,
Gangguan Spektrum Autisme, Gangguan Attention Deficit Hyperactivity,
Gangguan Belajar Spesifik, Disabilitas Intelektual, dan Gangguan Perilaku.
Deteksi dini keterlambatan perkembangan dan intervensi dini yang tepat
sangat penting untuk mengurangi gangguan fungsional, meminimalkan tingkat
kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Misalnya, kesulitan makan dapat
menyebabkan malnutrisi parah, dan gangguan motorik dapat menyebabkan
kontraktur dan kelainan bentuk tanpa terapi yang memadai, dan keterlambatan
identifikasi gangguan pendengaran yang menyebabkan buruknya hasil bicara
dan bahasa.
Memahami sistem saraf, perkembangan dan fungsinya, membantu
orang tua, pengasuh, dan profesional kesehatan untuk mendapatkan lebih
banyak pengetahuan tentang perkembangan anak, konsep mendorong
neuroplastisitas adaptif, dan pentingnya intervensi dini. Hal ini juga
menggarisbawahi pentingnya menyediakan lingkungan yang mengasuh dan
menstimulasi perkembangan otak yang sehat pada anak usia dini.
PEMERIKSAAN NEUROLOGI ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
anamnesis, pemeriksaan kesadaran, tanda rangsang meningeal dan pemeriksaan
nyeri.
1. anamnesa merupakan suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga
pasien dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk
memperoleh keterangan- keterangan tentang keluhan dan riwayat penyakit
yang diderita pasien. Tujuan dalam kegiatan anamnesa adalah untuk
memperoleh
2. PENGERTIAN Pemeriksaan kesadaran dengan pemeriksaan GCS adalah
pemeriksaan tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan skala coma
Glasgow
3. Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa nyeri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Autos” = Diri Sendiri “Isme”=
Kegiatan. Perkembangan yang abnormal atau masalah perkembangan pada interaksi sosial dan
komunikasi serta kegiatan dan minat yang terbatas dan berulang. "the presence of markedly
abnormal or impaired development in social interaction and communication and a markedly
restricted repertoire of activity and interests" (APA, DSM IV th rev, 2000).
Pembahasan hasil observasi anak autis harus dilakukan secara hati-hati dan profesional.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa membantu dalam pembahasan tersebut:
1. Analisis Data
2. Konsultasi dengan Ahli
3. Komunikasi dengan Orang Tua
4. Rencana Perawatan
5. Dukungan Keluarga
6. Pendidikan dan Terapi
7. Pemantauan Progres
Dalam Diagnostic and Statistics of Mental Disorders IV-Text Revison (DSM IV-TR),
gangguan Autisme dikategorikan sebagai gangguan yang pertama kali muncul pada masa
kanak, dimana secara khas anak akan mengalami gangguan perkembangan pada 3 bidang,
yaitu: gangguan sosial, komunikasi, dan perilaku dengan minat terbatas dan berulang
(American Psychiatric Asociation, 2000). Sedangkan dalam Diagnostic and Statistics of
Mental Disorders V (DSM V), autisme dijelaskan sebagai sekelompok gangguan
perkembangan yang berpengaruh hingga sepanjang hidup yang memiliki dasar penyebab
gangguan perkembangan di otak (neurodevelopmental).Ciri-ciri autism adalah Kurang dalam
berkomunikasi dan interaksi social. Memiliki Prilaku, Minat serta menjalani aktivitas yang
berulang-ulang dan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Setyaningsih, W. (2016). Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak
autisme di slb harmoni surakarta. Jurnal Kesehatan, 6(2).
Ferasinta, F. (2020). Perspektif Orangtua Terkait Kemandirian Anak Autis Pada Aspek Sosial. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(2), 102-106.
Nurfadhillah, S., Aqwal, S. M., Mediana, P. A., Akmalia, N. W., Utami, I., & Sofyan, R. W. I. (2021).
Pembelajaran Anak Autisme di SDN Larangan 5. BINTANG, 3(3), 507-516.
Mahardani, D. Y. (2016). Kemampuan komunikasi dalam berinteraksi sosial anak autis di sekolah dasar
negeri Bangunrejo 2. WIDIA ORTODIDAKTIKA, 5(6), 584-591.