You are on page 1of 17

BAB IX

TEKNIK STABILISASI LERENG BATUAN

9.1 Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa diharapkan dapt menjelaskan dengan benar dan mampu
mengaplikasi teknik stabilisasi yang harus dilakukan jika terdapat lereng
tambang yang tidak stabil.

9.2 Pendahuluan
Tingkat ketidak-stabilan lereng diharapkan tidak mempengaruhi dalam
penggalian masa batuan, apakah lereng yang akan digunakan sebagai lereng
tambang, untuk pembuatan jalan atau bagian dari proyek konstruksi. Menurut
Call and Savely, 1990, ketika penyelidikan stabiltas lereng mengindikasikan
kemungkinan keterdapatan longsor, ada beberapa pilihan yang tersedia :
Tinggalkan lokasi yang tidak stabil
Lanjutkan penambangan tanpa merubah perencanaan awal
Bongkar bidang longsoran dengan pengupasan pada bidang tersebut
Memperbaiki lereng secara sebagian-sebagian
Areal yang tidak stabil tidak ditambang
Melakukan penguatan pada daerah yang tidak stabil
Mengeringkan air pada daerah yang tidak stabil

Tiga prinsip umum dari mekanika lereng yang harus dijaga jika lereng
pada lereng yang tidak stabil, yaitu :
1. Longsoran lereng tidak akan terjadi secara spontan. Gaya-gaya penyebab
longsor akan mengalami perubahan yang signifikan yang mempengaruhi
masa batuan sehingga menjadikan batuan idak stabil.
2. Longsoran yang terjadi akan mengarah pada kondisi kesetimbangan baru.
Sebuah longsoran lereng terjadi karena adanya kondisi lereng yang tidak

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-111


seimbang sehingga gaya penyebab longsor bertambah dan menjadi lebih
besar dari gaya-gaya yang menahan longsor.
3. Longsoran lereng tidak akan terjadi tanpa adanya peringatan. Yang paling
utama dari longsoran, adanya pergerakan masa batuan yang terukur dan
perkembangan rekahan tarik yang intensif, sehingga indikasi akan terjadinya
longsor dapat di ketahui sejak dini.

Untuk keperluan evaluasi dan pemilihan teknik stabilisasi, hal paling


utama dipertimbangkan adalah tingkat urgensinya. Jika lereng telah mulai
bergerak, harus segera diambil tindakan .

9.3 Tujuan Penguatan


Tujuan dari penguatan adalah untuk memperbaiki kestabilan lereng dan
meminimkan potensial bahaya yang timbul. Masalah penguatan tambang
terbuka ini timbul sejak saat desain sampai pasa saat operasional. Jika masalah
ketidakstabilan ini sudah didesain sejak awal, karena potensial ketidakstabilan
lereng sudah diidentifkasi sejak awal, maka pelaksanaan penguatan harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah didesain sejak awal (Gambar
9.1).
Tetapi sering kali tambang yang sudah didesain aman, sering kali dalam
pelaksanaannya di lapangan, ada daerah-daerah yang harus diperkuat. Hal ini
disebabkan munculnya bidang lemah yang tidak teridentifikasi pada saat desain
(gambar 9.2). Dengan demikian peranan geotechnical engineer yang paham
masalah geologi dalam mengidentifikasi zone-zone lemah dalam operasional
harian tambang sangat penting.
Dengan diketahuinya zone lemah sejak awal maka upaya penguatan yang
harus dilakukan untuk mencegah ketidakstabilan lereng yang lebih besar segera
dapat dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan yang ada. Antisipasi dini
penguatan ini akan dapat meningkatkan produktifitas tambang karena tidak
terganggunya jadwal produksi dan K3.

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-112


Gambar 9.1
Penguatan dengan cable bolt yang sudah didesain sejak awal

Gambar 9.2
Ketidakstabilan yang dikontrol oleh bidang lemah
(longsoran baji di kaki slope).

Pemulihan kestabilan lereng dapat dilakukan dengan cara :


1. Pembersihan batu lepas
2. Identifikasi bidang lemah
3. Blast control
4. Dewatering
5. Artifical support
6. Mengubah kelandaian lereng atau tinggi

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-113


Pembersihan batu lepas dapat mencegah bahaya tejadinya kecelakaan akibat
jauhnya batu (Gambar 9.3). Pemakaian bench yang cukup lebar (1 m) dapat
mencegah jatuhnya batuan ke daerah kerja.

Identifikasi zone lemah merupakan tugas rutin yang harus mendapat perhatian
selama proses penambangan berlangsung sering kali zone lemah ini bukan
diakibatkan oleh kondisi geologi tapi leh prosedur kerja yang tidak benar
(Gambar 9.4). Zone tersebut harus diawasi secara periodic kemungkinan adanya
tension crack dan tanda-tanda ketidakstabilan.

Blast control seperti presplit blasting atau smooth blasting akan mampu
mempertahankan kekuatan bidang lemah dekat permukaan terutama pada
individual slope. Biasanya pekerjaan ini dilakukan pada final slope (Gambar 9.5).

Gambar 9.3
Batuan yang menggantung yang harus dibersihkan

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-114


Gambar 9.4
Zone lemah akibat undercut

Gambar 9.5
Peledakan yang terkontrol pada final slope

Dewatering, artificial support dan mengubah kelandaian lereng atau tinggi


merupakan usaha penguatan untuk meningkatkan kestabilan lereng.
Usaha penguatan pada dasarnya dilakukan dengan cara memperkecil gaya
penggerak yang menyebabkan longsoran dan memperbesar gaya atau momen
gaya yang melawan gaya atau momen gaya penyebab longsoran.

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-115


9.3.1 Memperkecil gaya penggerak
Usaha memperkecil gaya penggerak untuk mencegah longsoran dapat
dilakukan dengan cara melakukan pelandaian lereng atau mengurangi tinggi
lereng. Usaha pelandaian lereng yang tidak menggangu desain kelandaian
individual bench adalah dengan cara membangun alternating bench width atau
interramp (Gambar 9.6) sehingga over all slope akan turun. Alternative lain
dengan cara mengubah ketinggian individual bench terutama untuk batuan
lunak.
Usaha lain untuk memperkecil gaya penggerak dilakukan dengan cara
mengurangi tekanan air ke dalam slope. Usaha ini dapat dilakukan dengan :
1. Mencegah masuknya air dapat dilakukan slope baik melalui tension crack
maupun infiltrasi (Gambar 9.7)
2. Mengurangi tekanan air tanah dengan cara dewatering baik dengan
horizontal drainage (Gambar 17), pumping maupun gallery.

Gambar 9.6
Alternating bench width atau inter-ramp untuk mengurangi kelandaian

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-116


Gambar 9.7
Usaha mengurangi infiltrasi dengan rumput (atas) dan catch drain (bawah)

Gambar 9.8
Pembuatan horizontal drainage.

9.3.2 Memperbesar gaya atau momen gaya penahan longsor


Usaha ini merupakan artificial stabilization. Usaha ini terbukti merupakan
usaha yang efektif untuk memperbaiki slope stability jika dilakukan dengan tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. Gambar 18 memperlihatkan ilustrasi
penguatan. Usaha penguatan buatan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain :

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-117


Gambar 9.9
Ilustrasi penguatan

Counter weight atau Butteresses pada bagian kaki lereng, yaitu dengan cara
menimbun tanah atau beton pada kaki lereng dimana akan berfungsi sebagai
pemberat (Gambar 9.10). Cara ini banyak dipakai untuk memantapkan lereng
yang tidak tinggi.

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-118


Tiang pancang pada kaki slope, metode ini hamper mirip dengan counter
weight hanya saja dibuat suatu penahan dari besi atau beton untuk menahan
beban lereng (Gambar 9.11).

Wire mesh dan sprayed concrete


Metode ini dibuat terutama untuk mencegah batuan jatuh dan pelapukan yang
akan menggangu kestabilan lereng secara keseluruhan (Gambar 9.12). Untuk
mengurangi tekanan air pada daerah yang dibeton harus dibuat lubang
pengering.

Dentition
Metode ini dilakukan secara spot dibidang lemah untuk mencegah patahnya
batuan diatasnya yang relative lebih kuat.

Mechanical support
Mechanical support ini dapat dilakukan dengan cara bolt (Gambar 9.13) dan
cable bolt (Gambar 9.14). Cara penguatannya dapat dilakukan secara aktif dan
pasif.

Gambar 9.10
Counter weight pada lereng yang tidak stabil

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-119


Gambar 9.11
Pancang beton pada kaki slope

Gambar 9.12
Wire mesh digabung dengan sprayed concrete

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-120


Pemasangan Rock bolt Cable bolt yang sudah terpasang

Split set

Anchored rock bolt Typical Cable bolt yang belum terpasang


Gambar 9.13 Rock bolt Gambar 9.14 Cable bolt

9.3.3 Pengamanan Dari Jatuhan Batuan


Pengamanan di sekitar jalur produksi dari jatuhan batuan merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian agar produksi tidak terganggu. Pengamanan
dapat dilakukan dengan memasang canopy di sekitar jalur yang potensial dari
batuan jatuh (Gambar 9.15).

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-121


Usaha lain dengan memasang wire mesh yang diperkuat dengan anchor
sehingga batuan jatuh dapat ditahan, sering kali wire mesh ini ditanami dengan
rumput atau tumbuhan agar mempunyai estetika yang lebih baik disekitar lereng
(Gambar 9.16).
Sering kali pada dasar sisi lereng yang potensi akan batuan jatuh dibuat parit
yang diisi dengan batu split untuk meredam agar batu tersebut tidak meloncat
(Gambar 9.17)

Gambar 9.15
Canopy penahan jatuhan batuan

Wire mesh dan anchor Penanaman rumput pada wire mesh

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-122


Pagar wire mesh
Gambar 9.16
Wire mesh protection

Gambar 9.17
Pembuatan parit yang diisi dengan batu split

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-123


9.4 Tugas dan Latihan
Pilihlah a, b, c, atau d untuk jawaban yang paling tepat menurut anda !
1. Prinsip umum yang harus dijaga dari mekanika lereng jika batuan
berada pada kondisi lereng yang tidak stabil yaitu :
a. Longsoran lereng tidak akan terjadi secara spontan
b. Longsoran yang terjadi akan mengarah pada kondisi kesetimbangan
baru
c. Longsoran lereng tidak akan terjadi tanpa adanya peringatan
d. Jawaban a, b, dan c benar

2. Alasan paling tepat dilakukannya penguatan adalah :


a. Meningkatkan produksi tambang
b. Kemunculan bidang lemah yang tidak teridentifikasi pada saat desain
c. Memperkecil daya penggerak yang menyebabkan longsor pada
lereng
d. Menjaga keamanan lereng

3. Tujuan dilakukannya penguatan pada lereng yang tidak stabil adalah :


a. Memperbaiki kestabilan lereng
b. Meminimalkan potensi bahaya yang akan timbul
c. Memperbaiki kestabilan lereng dan meminimalkan potensi bahaya
yang akan timbul
d. Menjaga keamanan lereng

4. Pemulihan kestabilan lereng dapat dilakukan dengan beberapa cara


yaitu :
a. Pembersihan batu lepas, blast control, dan dewatering
b. Identifikasi bidang lemah dan perubahan kelandaian lereng
c. Artificial support
d. Jawaban a, b, dan c benar

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-124


5. Cara yang paling efektif dilakukan untuk memperkecil gaya penggerak
yang menyebabkan longsoran pada lereng adalah :
a. Melandaikan lereng
b. Mengubah ketinggian individual bench pada batuan lunak
c. Mengubah tekanan air yang masuk ke dalam slope
d. Dewatering

6. Yang tergolong sebagai Artificial stabilization adalah :


a. Counter weight dan buttereses
b. Wire mesh, sprayed concrete, dan rock anchor
c. Dentition dan cable bolt
d. Rock bolt

7. Cara pengamanan yang paling baik pada jalur produksi dari jatuhan
batuan adalah :
a. Pemasangan canopy pada jalur potensial jatuhan batuan
b. Pemasangan wire mesh
c. Pembuatan parit yang diisi batu split
d. Jawaban a, b, dan c benar

8. Langkah paling utama yang harus dilakukan jika hasil penyelidikan


lereng diindikasikan longsor?
a. Bongkar bidang longsoran dengan pengupasan pada bidang tersebut
b. Mengeringkan air pada daerah yang tidak stabil
c. Lanjutkan penambangan tanpa merubah perencanaan awal
d. Melakukan penguatan pada daerah yang tidak stabil

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-125


9.4 Daftar Pustaka
1. E. Hoek & J.W. Bray, Rock Slope Engineering , Revised Third
Edition, The Institution of Mining and Metallurgy, London, 1981.
2. Kliche, Charles A. Rock Slope Stability , Society for Mining,
Metallurgy and Exploration, USA, 1951.
3. Suratha, Gde., Geologi Teknik dan PIT Design , Kursus
Perencanaan Tambang, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung, 1994.
4. Sulistianto, Budi, Dr. Ir., Analisis Kemantapan Lereng Batuan ,
Kursus Singkat, Geoteknik Terapan Untuk Tambang Terbuka,
Departemen Teknik Pertambangan, ITB, 2002.

Teknik Stabilisasi Lereng Batuan-126


This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.

You might also like