You are on page 1of 5

Nama : Listy Rismawati

Nim : 1600009005
Prodi : PPKn
Tugas Studi Masyarakat Indonesia

1. kriteria-kriteria apa yang di gunakan untuk penggolongan partai politik?


Perbedaan-perbedaan suku, bangsa, agama, regional dan pelapisan
sosial secara analitis dapat di bicarakan sendiri-sendiri, akan tetapi dalam
kenyataan semuanya jalin-menjalin menjadi suatu kebulatan yang kompleks,
serta menjadi dasar bagi terjadinya berbagai “kelompok semu”, yang di dalam
konteks pengertian populer dapat di di sebut “golongan” yang akan menjadi
sumber dari mana anggota-anggota “kelompok kepentingan” terutama
direkrut. Timbulnya kematangan kondisi-kondisi teknis, politis dan sosial
sejak permulaan abad ke-20, dan terutma sesudah kemerdekaan, telah berhasil
mengubah kelompok-kelompok semu tersebut menjadi berbagai kelompok
kepentingan, masing-masing dengan salah satu atau beberapa kelompok semu
sebagai sumber dari mana anggota-anggotanya terutama di angkat. Salah satu
kelompok kepentingan yang bersifat khusus sifatnya adalah apa yang kita
kenal sebagai partai politik
2. Bagaimana pertumbuhan partai politik di sekitar tahun lima puluhan?
Menurut hasil pemilihan umum taun 1955 Masyumi adalah partai
terbesar sesudah PNI, dan Partai Nahdatul Ulama yang merupakan partai
paling besar nomor tiga sesudah mMasyumi. Pertumbuhan partai tersebut
melampaui serangkaian proses kristaisasi yang cukup panjang. Pada tahun
1943 , atas prakarsa pemerintah penjelajah jepang, beberapa organisasi
keagamaan termasuk Muhammadiyah dan Nahdatul ulama bergabung ke
dalam suatu organisasi masa dengan nama “Masyumi” (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia) pada permulaan revolusi, organisasi masa tersebut
mengubah dirinya menjadi suatu partai politik yang berdiri diatas landasan
organisasi-organisasi keagamaan dengan Muhammadiyah dan Nahdatul ulama
sebagai dua di antara anggota-anggotanya yang paling besar. Persaingan lama
antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama segera terlihat perwujudannya di
dalam tubuh Masyumi. Persaingan tersebut, pada hakikatnya, memiliki
dasarnya di dalam latar belakang sosial kultural di antara para pendukung
Muhammadiyah dan Nahdatul ulama . Sebagaimana kita ketahui kebanyakan
anggota Muhammadiyah adalah pendukung gerakan modernisme islam yang
seringkali di hubungkaan dengan ajaran Muhammad Abduh dari Universitas
Al-Azhar di Cairo pada akhir abad ke-19. Sekalipun pusat organisasi
Muhammadiyah berada di Jawa, namun basis penduduknya terutama berasal
dari Sumatra, Sulawesi selatan, Jawa Barat, dan daerah-daerah sepanjang
pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur yang di kenal bersifat komplotan,
kekotaan dan suka berdagang, yang terbentuk dalam waktu berabad-abad
lamanya melalui kontak kebudayaan dan perdgangan. Kebanyakan para
anggota Nahdatul Ulama adalah berasal dari daerah-daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan kepercayaan yang banyak di pengaruhi oleh kepercayaan
yang berasal dari agama Hindu dan kepercayaan kejawen yang telah hidup
sejak jauh sebelum masuknya agama Hindu ke pulau Jawa. Masyumi sendiri
sangat mengharapkan dari banyak umat Islam di daerah-daerah pedesaan,
justru dari kegiatan pemimpin Nahdatul Ulama. Barangkali oleh karena
menyadari hal inilah, maka lemahnya kedudukan para pemimpin Nahdatul
Ulama di dalam proses pengambilan keputusan-keputusan partai telah
mengkibatkan hubungan mereka dengan pemimpin Muhammadiyh senantasa
menglami ketegangan-ketegangan. Konflik antara Muhammadiyah dan
NahdatulUlama itu pada akhirny terpaksa harus di akhiri dengan keluarnya
Nahdatul Ulam a dari partai Masyumi, ketika pada tanggal 30 agustus 1952
Nahdatul Ulama bersama-sama dengan PSII, perti dan sebuah organisasi
islam yang berpusat di Pare-Pare (Sulawesi) mendirikan Liga Muslimin
Indonesia. Tanggal 30 Agustus 1952 itu sendiri kemudian di kenal dengan
tanggal berdirinya Nahdatul Ulama sebagai suatu partai politik.

3. a.) sebutkan partai-partai besar hasil pemilu tahun 1955!


Partai besar hasil pemilu pada tahun 1955 adalah Partai Nasional
Indonesia, Partai Masyumi, Partai Nahdatul Ulama.
b.) partai politik apa yang terbesar?
Partai terbesar hasil pemilu pada tahun 1955 adalah Partai Nasional
Indonesia

4. kemukakan sejarah panjang partai masyumi!


Pada tahun 1943 , atas prakarsa pemerintah penjelajah jepang,
beberapa organisasi keagamaan termasuk Muhammadiyah dan Nahdatul
ulama bergabung ke dalam suatu organisasi masa dengan nama “Masyumi”
(Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada permulaan revolusi, organisasi
masa tersebut mengubah dirinya menjadi suatu partai politik yang berdiri
diatas landasan organisasi-organisasi keagamaan dengan Muhammadiyah dan
Nahdatul ulama sebagai dua di antara anggota-anggotanya yang paling besar.
Persaingan lama antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama segera terlihat
perwujudannya di dalam tubuh Masyumi. Persaingan tersebut, pada
hakikatnya, memiliki dasarnya di dalam latar belakang sosial kultural di
antara para pendukung Muhammadiyah dan Nahdatul ulama . Sebagaimana
kita ketahui kebanyakan anggota Muhammadiyah adalah pendukung gerakan
modernisme islam yang seringkali di hubungkaan dengan ajaran Muhammad
Abduh dari Universitas Al-Azhar di Cairo pada akhir abad ke-19. Sekalipun
pusat organisasi Muhammadiyah berada di Jawa, namun basis penduduknya
terutama berasal dari Sumatra, Sulawesi selatan, Jawa Barat, dan daerah-
daerah sepanjang pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur yang di kenal
bersifat komplotan, kekotaan dan suka berdagang, yang terbentuk dalam
waktu berabad-abad lamanya melalui kontak kebudayaan dan perdgangan.
Kebanyakan para anggota Nahdatul Ulama adalah berasal dari daerah-daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan kepercayaan yang banyak di pengaruhi
oleh kepercayaan yang berasal dari agama Hindu dan kepercayaan kejawen
yang telah hidup sejak jauh sebelum masuknya agama Hindu ke pulau Jawa.
Masyumi sendiri sangat mengharapkan dari banyak umat Islam di daerah-
daerah pedesaan, justru dari kegiatan pemimpin Nahdatul Ulama. Barangkali
oleh karena menyadari hal inilah, maka lemahnya kedudukan para pemimpin
Nahdatul Ulama di dalam proses pengambilan keputusan-keputusan partai
telah mengkibatkan hubungan mereka dengan pemimpin Muhammadiyh
senantasa menglami ketegangan-ketegangan. Konflik antara Muhammadiyah
dan NahdatulUlama itu pada akhirny terpaksa harus di akhiri dengan
keluarnya Nahdatul Ulam a dari partai Masyumi, ketika pada tanggal 30
agustus 1952 Nahdatul Ulama bersama-sama dengan PSII, perti dan sebuah
organisasi islam yang berpusat di Pare-Pare (Sulawesi) mendirikan Liga
Muslimin Indonesia. Tanggal 30 Agustus 1952 itu sendiri kemudian di kenal
dengan tanggal berdirinya Nahdatul Ulama sebagai suatu partai politik.
5. siapa masa pendukung utama masyumi?
Massa pendukung Masyumi bersal dari pendukung Muhammadiyah
(Sumatera, Sulawesi,selatan, jawa barat daerah sepanjang pantai utara Jawa
Tengah dan Jawa Timur) dan pendukung Nahdatul Ulama ( Jawa Tengah dn
Jawa Timur)
6. partai apa yang terbesar ke empat? Dan siapa masa pendukungnya?
Partai Komunis Indonesia, PKI memperoleh dukungan sangat kuat
terutama dari golongan Islam non-santri di daerah-daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Lebih dari PNI, maka PKI memiliki basis massanya terutama di dalam
lapisan masyarakat desa di kedua daerah tersebut.
7. apa persamaan dan perbedaan masa pendukung PKI di banding partai
NU?
Persamaan masa pendukung PKI dan Nahdtul Ulama adalah
popolaritasnya di daerah pedesaan di pulai Jawa.
Perbedaannya Nahdatul Ulama para anggotanya berasal dari daerah-daerah
pedesaan Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan kepercayaan yang banyak di
pengaruhi oleh kepercayaan yang berasal dri agama Hindu dan kepercayaan
kejawen yang telah hidup sejak jauh sebelum masuknya agama Hindu ke
Indonesia. Sedangkan para anggota PKI adalah orang-orang lapisan bawah
masyarakat desa di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. apa sumber terjadi konfik politik menurut Herbert faith?
Sumber konflik yang terjadi pada tahun 1950-an terletak dalam perbedaan
kepentingan ekonomi antara jawa dan luar Jawa. Rasionalisasi apa yang
berkembang kala itu bisa lahir sebagai akibat dari meningkatnya perasaan
kedaerahan disertai dengan kemungkinan stagnasi yang di alami suatu daerah
dapat saja mendorong masyarakat ke arah orientasi sempit sehingga
mengurangikontak dengan pihak di luarnya .

You might also like