Professional Documents
Culture Documents
Penunjukan : a. Peta.
1) Peta-peta Laut Indonesia di Wilayah Kogabwilhan I.
2) Peta Wilayah Operasi Kogabwilhan I.
b. Dasar.
1) Undang-Undang RI Nomor 23 PRP Tahun 1959 tentang
Keadaan Bahaya.
2) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tanggal 8
Januari 2002 tentang Pertahanan Negara.
3) Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tanggal 16
Oktober 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
4) Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencarian dan Pertolongan.
5) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 26
April 2017 tentang Bencana Alam.
6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 1960 tanggal
11 April 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan
Militer.
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2006 tentang
Pencarian dan Pertolongan (SAR) (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4658).
8) Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
9) Peraturan Presiden RI Nomor 83 Tahun 2005 tentang
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.
10) Keputusan Presiden RI Nomor 111 Tahun 2001 tanggal
12 Oktober 2001 tentang perubahan atas Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan
Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Penanganan
Pengungsi.
11) Peraturan Presiden RI Nomor 66 Tahun 2019 tentang
Struktur Organisasi TNI.
12) Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2001 tanggal 9
Januari 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.
RAHASIA
2
c. Dokumen.
1. Buku Kepanduan Bahari Jilid I dan Jilid II.
2. Almanak Nautika Tahun 2023.
3. Daftar Pasang Surut Tahun 2023.
4. Daftar Arus Pasang Surut Tahun 2023.
5. Kawat Navigasi (KN)/Berita Pelaut Indonesia (BPI)
terbaru.
6. Peta Cuaca Perairan Indonesia.
7. Informasi Gelombang Tinggi.
3
1. SITUASI.
a. Ancaman.
1) Ancaman Bencana Alam.
a) Konstelasi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan
lautan yang luas, garis pantai yang sangat panjang serta berada di
lingkaran api Pasifik atau cincin api Pasifik yang merupakan pertemuan
tiga lempeng tektonik dunia seperti Lempeng Indo-Austalia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik, khususnya Busur Sunda, menjadikan
wilayah Indonesia, termasuk wilayah kerja Kogabwilhan I merupakan
daerah yang rawan akan bencana alam seperti gempa bumi, letusan
gunung merapi dan juga tsunami. Beberapa potensi gempa megathrust
dengan perkiraan disertai tsunami yang tinggi juga mengintai di beberapa
wilayah. Peristiwa gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, gempa Nias
tahun 2005, anak Gunung Krakatau tahun 2018 yang menimbulkan
tsunami Banten dan sebagian Lampung serta berbagai bencana alam
gunung berapi, gempa dan tsunami yang terjadi jauh sebelumnya juga
menimbulkan kerusakan dan korban yang besar. Permasalahan yang
ditimbulkan oleh bencana alam tersebut tidak hanya kerugian yang cukup
besar, namun juga terkait berbagai permasalahan pada saat tanggap
darurat dan juga rekonstruksi dan rehabilitasi. Apabila tidak dilaksanakan
langkah-langkah yang yang sistematis, terukur dan komprehensif, maka
potensi bertambahnya jumlah korban dan berkembangnya berbagai
permasalahan akan timbul pasca terjadinya bencana alam, khususnya
apabila terdapat daerah-daerah yang terisolir (putusnya jalur transportasi,
komunikasi, aliran listrik, dll, yang ditimbulkan sesaat setelah terjadinya
bencana.
b) Potensi bencana alam megathrust di wilayah kerja Kogabwilhan I
cukup banyak. Mulai dari paling barat yaitu Aceh-Andaman dengan
potensi gempa 9,2 SR, Nias-Simeulue dengan potensi gempa 8,9 SR,
Batu dengan potensi gempa 8,2 SR, Mentawai-Siberut dengan potensi
gempa 8,7 SR, Mentawai-Pagai dengan potensi gempa 8,9 SR, Enggano
dengan potensi gempa 8,8 SR, Selat Sunda-Banten dengan potensi
gempa 8,8 SR dan juga Jawa Barat dengan potensi gempa 8,8 SR. Posisi
potensi bencana alam yang secara umum berada di sepanjang pantai
Barat Sumatera dan Selatan Jawa yang berhadapan dengan Samudera
Hindia dengan karakteristik perairan laut yang sering terjadi gelombang
tinggi dan siklon juga memerlukan pertimbangan tertentu dalam proses
penanggulangan bencana alam terutama melalui laut. Berbagai upaya
untuk mitigasi juga dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia melalui
kementerian/lembaga terkait seperti membuat peta mitigasi bencana,
sistem peringatan dini dan lainnya untuk meminimalisir jumlah korban
apabila terjadi bencana. Namun demikian apabila bencana alam tersebut
mengakibatkan terputusnya jalur transportasi, komunikasi, aliran listrik
dan lain-lain yang mengakibatkan daerah tersebut terisolir, maka proses
4
c. Praanggapan.
a. Kotamaops TNI Kewilayahan belum memiliki aset, peralatan, tenaga ahli
dan keahlian di bidang pengumpulan data Hidro-Oseanografi dalam membantu
menyelesaikan permasalahan kontinjensi.
b. Situasi dan kondisi di daerah pelibatan dapat mendukung operasional
wahana survei KRI/KAL, perahu survei (perahu perum), dan penggunaan
peralatan survei secara optimal untuk mendukung akurasi data Hidro-
Oseanografi.
3. PELAKSANAAN.
a. Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami.
1) Konsep Operasi.
a) Manuver. Melaksanakan pelibatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi untuk membantu mengatasi kontinjensi sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah
6
b) Bantuan.
(1) Pengamanan.
(a) Selama di pangkalan awal Jakarta. Pengamanan
didukung oleh satuan pengamanan Pushidrosal dan instansi
militer setempat.
(b) Selama di daerah pelibatan. Pengamanan didukung oleh
unsur pengamanan pasukan kawan.
(2) Intelijen. Informasi intelijen didukung oleh Komando Atas
serta pasukan kawan sesuai dengan situasi yang berkembang.
(3) Teritorial. Komando kewilayahan yang berada di daerah
pelibatan siap mendukung pelaksanaan tugas.
2) Tahapan Operasi.
a) Perencanaan.
(1) Mempelajari tugas, sasaran dan tujuan operasi.
(2) Mengumpulkan keterangan, data awal dan informasi terkait
kegiatan operasi.
(3) Merencanakan jadwal kegiatan operasi yang dituangkan
kedalam dokumen rencana terinci.
(4) Merencanakan alustsista, dukungan logistik dan personel yang
akan dilibatkan dalam kegiatan operasi.
(5) Merencanakan pergeseran personel dan material Satgas di
pangkalan awal.
b) Persiapan.
(1) Menerima perintah/permintaan pelibatan dari Kotamaops TNI
Wilayah yang berada di wilayah Kogabwilhan I.
(2) Melaksanakan koordinasi dengan pemegang kodal tentang
pelibatan unsur Pushidrosal.
(3) Menyiapkan konsep kegiatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi beserta data pendukung yang diperlukan dalam rangka
tugas pelibatan.
(4) Menyiapkan Alutsista, personel dan peralatan yang terdiri dari
KRI/KAL, Unit Survei Tanggap Segera (USTS), Tim Pemetaan dan
Tim Bantu sesuai dengan permintaan.
(5) Mengeluarkan surat perintah kepada satuan bawah dalam
rangka pelibatan.
(6) Satuan bawah yang ditunjuk melaksanakan tugas-tugas
eselon pendahuluan sesuai permintaan dari Penerima BKO.
7
c) Pelaksanaan.
(1) Satuan Tugas/Unit Tugas dan unsur eselon susulan bergerak
dari pangkalan awal menuju pangkalan aju/daerah pelibatan yang
ditentukan (apabila jarak tempuh memungkinkan untuk
melaksanakan pendekatan langsung tanpa harus bekal ulang) atau
melaksanakan linla menuju pangkalan terdekat untuk melaksanakan
bekal ulang sesuai prioritas kebutuhan.
(2) Melaksanakan pengumpulan data melalui survei dan
pemetaan Hidro-Oseanografi sekala detail dengan cepat Rapid
Environmental Assessment (REA) sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran operasi yaitu:
(a) Pengecekan alur pendekat pelayaran yang aman dari
bahaya navigasi maupun sedimentasi akibat bencana alam.
(b) Pengecekan kedalaman aman pada fasilitas sandar
(dermaga) di lokasi bencana.
(c) Pengecekan daerah labuh jangkar yang aman di lokasi
bencana.
(d) Penyiapan pantai pendaratan (beaching) bagi kapal-kapal
pembawa bantuan.
(e) Penilaian kerusakan yang terjadi di fasilitas infrastruktur
maritim maupun di pesisir dan resiko yang ditimbulkan
bencana di lokasi yang diperlukan oleh kapal-kapal pembawa
bantuan.
(f) Investigasi locus di bawah air yang diduga penyebab
bencana (tsunami).
(g) Menyebarluaskan informasi penting terkait keselamatan
navigasi pelayaran dari hasil pengumpulan data kepada
Komando Atas, Komando Samping, satuan kewilayahan dan
instansi terkait.
(h) Melaksanakan pengolahan data hasil survei dan
pemetaan Hidro-Oseanografi hingga pembuatan lembar lukis.
(i) Melaksanakan pengolahan data lanjutan hingga
pembuatan peta/oleat sesuai permintaan.
(j) Membuat dan mengirim prediksi kondisi meteorologi dan
oseanografi di lokasi bencana secara periodik kepada
Komando Atas, Komando Samping dan satuan kewilayahan.
d) Pengakhiran.
(1) Menerima perintah pengakhiran pelibatan dari Komando Atas.
(2) Kembali ke pangkalan awal setelah menerima perintah
pengakhiran pelibatan.
(3) Melaksanakan konsolidasi dan evaluasi.
(4) Menyusun laporan pelaksanaan kepada Komando Atas.
8
b) Material/Alutsista.
(1) 1 KRI BHO Kelas Rigel.
(2) 1 KRI Pollux – 935.
(3) 1 KAL HO.
(4) 1 unit perahu survei (perahu perum).
(5) 1 paket peralatan Unit Survei Tanggap Segera (USTS).
(6) 1 paket perlengkapan Tim Pemetaan.
(7) 1 paket perlengkapan Tim Bantu.
(8) 2 unit Truk.
5) Tugas-tugas.
c) Tim Pemetaan.
(1) Melaksanakan pengolahan data Hidro-Oseanografi dari
KRI/KAL dan USTS.
10
1) Konsep Operasi.
a) Manuver. Melaksanakan pelibatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi untuk membantu pencarian dan pertolongan terhadap
kecelakaan pelayaran dan penerbangan di perairan sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah
Kogabwilhan I dengan mengirimkan Satuan Tugas Survei dan Pemetaan
Pushidrosal.
b) Bantuan.
(1) Pengamanan.
(a) Selama di pangkalan awal Jakarta. Pengamanan
didukung oleh satuan pengamanan Pushidrosal dan instansi
militer setempat.
(b) Selama di daerah pelibatan. Pengamanan didukung
oleh unsur pengamanan pasukan kawan.
(2) Intelijen. Informasi intelijen didukung oleh Komando Atas
serta pasukan kawan sesuai dengan situasi yang berkembang.
(3) Teritorial. Komando kewilayahan yang berada di daerah
pelibatan siap mendukung pelaksanaan tugas.
2) Tahapan Operasi.
a) Perencanaan.
(1) Mempelajari tugas, sasaran dan tujuan operasi.
(2) Mengumpulkan keterangan, data awal dan informasi terkait
kegiatan operasi.
(3) Merencanakan jadwal kegiatan operasi yang dituangkan
kedalam dokumen rencana terinci.
(4) Merencanakan alustsista, dukungan logistik dan personel yang
akan dilibatkan dalam kegiatan operasi.
(5) Merencanakan pergeseran personel dan material Satgas di
pangkalan awal.
11
b) Persiapan.
(1) Menerima perintah/permintaan pelibatan dari Kotamaops TNI
Kewiilayahan yang berada di wilayah Kogabwilhan I.
(2) Melaksanakan koordinasi dengan pemegang kodal tentang
pelibatan Satgas/UT Pushidrosal.
(3) Menyiapkan konsep kegiatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi beserta data pendukung yang diperlukan dalam rangka
tugas pelibatan.
(4) Mengeluarkan surat perintah kepada satuan bawah dalam
rangka pelibatan.
(5) Menyiapkan data dan informasi awal, Alutsista, dukungan
logistik dan personel yang terdiri dari KRI/KAL, Unit Survei Tanggap
Segera (USTS), Tim Pemetaan dan Tim Bantu serta peralatan survei
yang akan digunakan, dengan detil kegiatan sebagai berikut :
(a) Mengkonfirmasi data awal kejadian, posisi dan waktu
terjadinya musibah pelayaran dan musibah penerbangan di
wilayah perairan Kogabwilhan I.
(b) Menyediakan data batimetri dan citra satelit di area SAR.
(c) Menyediakan pemodelan oseanografi dan prakiraan
cuaca di area SAR, melaksanakan pemodelan drifting object
berdasarkan data kejadian musibah yang tersedia dengan
tujuan untuk menentukan posisi duga objek bawah air sebagai
fungsi waktu. Secara sederhana, penentuan posisi duga objek
bawah air dalam kejadian musibah dapat menggunakan
konsep farthest on circle (FOC).
(d) Menyediakan informasi nautika terbaru, khususnya yang
terkait dengan data peta kabel, pipa bawah laut dan pelabuhan
serta mempublikasikan Kegiatan Operasi SAR melalui Berita
Pelaut Indonesia.
(e) Pemilihan dan penetapan Pola Pencarian (under water
search patterns) secara tepat, efektif dan efisien yang akan
digunakan oleh Satgas/UT/Tim pelaksana di dalam
pelaksanaan kegiatan operasi.
(f) Menyiapkan peralatan komunikasi yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran dalam kegiatan operasi.
(6) Menyiapkan satuan bawah yang ditunjuk dalam melaksanakan
tugas-tugas eselon pendahuluan, eselon susulan dan tim lainnya
sesuai permintaan dari Penerima BKO.
c) Pelaksanaan.
(1) Satuan Tugas/Unit Tugas dan unsur eselon susulan bergerak
dari pangkalan awal menuju pangkalan aju/daerah pelibatan yang
ditentukan.
(2) Broadcast prediksi cuaca, dan memperhatikan perkembangan
cuaca, cuca ekstrim di lapangan melalui sarana yang ditetapkan.
(3) Tindakan yang dilaksanakan oleh unsur Pushidrosal jika target
operasi SAR diduga terdeteksi :
12
b) Material/Alutsista.
(1) 1 KRI BHO Kelas Rigel.
(2) 1 KRI Pollux – 935.
(3) 1 KAL HO.
(4) 1 unit perahu survei (perahu perum).
(5) 1 paket peralatan Unit Survei Tanggap Segera (USTS).
(6) 1 paket perlengkapan Tim Pemetaan.
(7) 1 paket perlengkapan Tim Bantu.
(8) 2 unit Truk.
5) Tugas-tugas.
a) Satuan Tugas/Unit Tugas.
(1) Melaksanakan koordinasi dengan Komando Samping, satuan
kewilayahan dan instansi terkait.
(2) Menggelar Pos Komando.
(3) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap
KRI/KAL, USTS, Unsur Pemetaan dan Unit Bantu yang berada di
bawah komando dan kendalinya.
(4) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisis data.
(5) Melaksanakan penyajian informasi Hidro-Oseanografi di
lapangan (recognise geo-information picture) berupa peta maupun
oleat dalam bentuk kertas maupun elektronik berdasarkan data
terkini guna keperluan pengambilan keputusan oleh Komando Atas.
(6) Menyebarluaskan informasi penting terkait keselamatan
pelayaran dan navigasi dari hasil pengumpulan data kepada
Komando Atas, Komando Samping, satuan kewilayahan dan
instansi terkait.
(7) Mengirim prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di lokasi
bencana secara periodik kepada Komando Atas, Komando
Samping dan satuan kewilayahan.
(8) Memberikan rekomendasi kepada Komando Atas sesuai data
dan informasi terkini yang diperoleh.
(9) Melaksanakan evaluasi kegiatan.
(10) Melaporkan pelaksanaan tugas pelibatan kepada Komando
Atas.
c) Tim Pemetaan.
(1) Melaksanakan pengolahan data Hidro-Oseanografi dari
KRI/KAL dan USTS. Pengolahan data dilakukan secara langsung di
lapangan oleh Tim Pemetaan dan di Pushidrosal, sehingga data
dapat digunakan dengan benar.
(2) Melaksanakan kontrol kualitas dan analisa data hidro-
oseanografi.
(3) Melaksanakan pembuatan lembar lukis hingga pembuatan peta
sesuai permintaan.
(4) Membuat prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di lokasi
bencana secara periodik kepada Dansatgas/Dan UT.
(5) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan dan
situasi kepada Dansatgas/Dan UT.
d) Tim Bantu. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan untuk
mendukung kelancaran kegiatan Satgas/UT.
15
a. Administrasi.
1) Material dan pelayanan. Dukungan material, alat dan peralatan
disesuaikan dengan tugas dan kemampuan yang dimiliki satuan.
2) Personel. Kekuatan personel yang dilibatkan disesuaikan dengan
kebutuhan dan merupakan organik satuan.
3) Administrasi surat menyurat sesuai ketentuan Minu TNI/TNI AL.
b. Logistik.
1) Dukungan anggaran dan logistik disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku/diatur khusus oleh Mabes TNI dan disalurkan melalui Penerima BKO.
2) Apabila permintaan bersifat siaga (standby), maka dukungan logistik
masih menjadi tanggung jawab satuan awal.
3) Kebutuhan logistik pergeseran Alutsista, personel dan perlengkapan ke
daerah pelibatan di dukung Penerima BKO.
4) Dukungan bekal awal dan bekal ulang unsur pelaksana diatur sesuai
prosedur yang berlaku dan menjadi tanggung jawab Mabes TNI yang akan
disalurkan melalui Penerima BKO.
5) Dukungan angkutan oleh Mabes TNI melalui Penerima BKO sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6) Untuk kecepatan gerak/mobilisasi unsur yang diperbantukan dapat
menggunakan logistik satuan awal, selanjutnya diajukan penggantian kepada
Penerima BKO secara berjenjang sesuai ketentuan yang berlaku.
7) Dukungan kesehatan menjadi tanggung jawab Penerima BKO, dengan
menggunakan fasilitas kesehatan TNI/TNI AL/Polri/Pemda/Swasta yang ada di
sekitar daerah pelibatan.
16
a. Komando.
1) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah secara
terpusat berada pada Panglima TNI.
2) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala nasional di daerah berada pada
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
3) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala daerah berada pada Panglima Kotamaops
TNI Kewilayahan.
5) Komando Taktis.
a) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala nasional berada pada Dansatgas Kogasgab/Dansatgas
PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
b) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.
6) Pos Komando.
a) Pos Komando Utama berada di Markas Kogas Penanggulangan
Akibat Bencana.
b) Pos Komando Cadangan berada di Markas Satgas.
c) Pos Komando Taktis berada di Markas UT/ditentukan kemudian.
b. Kendali.
1) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala nasional tanggung jawab
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
2) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala daerah berada pada Pangkotamaops
TNI Kewilayahan.
17
RAHASIA
c. Komunikasi.
1) Alat.
a) Radio. Komunikasi radio digunakan sebagai komunikasi utama
antar unsur laut, unsur udara dan unsur Lantamal/Lanal. Alokasi frekuensi
radio dan prosedur komunikasi sesuai alokasi dan Proskom TNI/TNI AL.
b) Telepon. Komunikasi telepon digunakan untuk jalur komunikasi
voice utama berita komando antar satuan dan berita koordinasi dengan
satuan samping.
c) E-mail. Fasilitas email digunakan sebagai komunikasi data
cadangan untuk kebutuhan koordinasi antar markas komando dan markas
komando dengan satuan samping dengan klasifikasi berita terbuka.
d) Faksimili. Fasilitas faksimili digunakan sebagai komunikasi data
utama untuk koordinasi antar satuan dan dengan satuan samping khusus
berita surat dengan derajat kilat/segera.
e) Komunikasi Satelit. Fasilitas ini diselenggarakan sebagai
komunikasi cadangan jika hubungan komunikasi tersebut di atas tidak
terlaksana atau sesuai kebutuhan terutama pada daerah yang terkendala
akses komunikasi.
Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
3. Susunan Tugas
4. Peta Daerah Operasi
5. Logistik
6. Aturan Pelibatan/ROE
7. Daftar Distribusi
_____________________________________________
RAHASIA
INTELIJEN
a. Isu Global.
4. LAIN – LAIN.
a. Instruksi tentang Perlakuan Terhadap Dokumen.
1) Laksanakan pengamanan dokumen serta terapkan pemberlakuan
dokumen sesuai klasifikasinya.
25
d. Organisasi.
1) Tim Intelijen dipimpin oleh seorang Dantim dengan pangkat minimal
Mayor berkualifikasi intelijen
2) Tim Intelijen terdiri dari Unit pengamanan, Unit penyelidikan, Unit
Penggalangan dan Unit Matsus/Inteltek.
e. Administrasi.
1) Selama pelaksanaan tugas agar laksanakan pelaporan sesuai dengan
administrasi intelijen, baik laporan yang bersifat periodik maupun non periodik.
2) Setiap laporan agar dilengkapi dengan foto dan/atau video dokumentasi.
3) Laksanakan laporan secepatnya terhadap setiap kejadian
penting/menonjol dengan format Laporan Informasi, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan laporan perkembangan dan/atau laporan atensi atau
laporan khusus, sesuai dengan kebutuhan.
1. PERSONEL.
a. Pemeliharaan kekuatan.
1) Kekuatan personel yang dilibatkan dalam operasi ini sesuai alokasi
kekuatan personel.
2) Laporan situasi kekuatan personel sesuai prosedur yang berlaku.
3) Tenaga pengganti diselenggarakan oleh Satgas/UT/Tim yang
bersangkutan, sesuai prosedur yang berlaku dan dilaporkan kepada Satuan
Awal dan Penerima BKO.
4) Permintaan penambahan personel diajukan kepada Komando Atas sesuai
ketentuan.
b. Perawatan kesehatan dan evakuasi.
1) Perawatan kesehatan.
27
a. Eselon Pendahuluan.
1) Perlengkapan Tim Survei Tanggap Segera.
a) MBES : 1 set
b) SBES : 1 set
c) GPS Geodetik : 3 set
d) TSC GPS Survei : 1 set
e) Current Meter : 1 set
f) Tide Gauge : 1 set
g) VHF Radio Handled : 3 unit
h) Satelite Telephone : 1 unit
i) ASV Z-Boat : 1 set
j) Drone Mapping Rotary Wing : 1 set
k) Laptop ADL dan Lahta : 3 set
l) Satcom IP + Compact : 1 unit
m) Teropong Binocular : 2 unit
n) Teropong Malam : 1 unit
o) Kamera : 1 unit
p) Solar Cell lapangan 1000 Watt : 1 set
28
2) Perlengkapan Perorangan
1) Perlengkapan perorangan : 16 set
2) Senter headlamp : 16 set
3) Masker : 16 dos
4) Sarung tangan : 16 set
5) Velbed : 16 set
6) Jas Hujan : 16 set
7) Swim vest /life jacket : 16 set
b. Eselon Susulan.
1) Satgas/UT.
a) MBES (cadangan) : 1 set
b) Side Scan Sonar : 1 set
c) Magnetometer : 1 set
d) Sub Bottom Profiler : 1 set
e) AWS Portable : 1 set
f) ROV portable : 1 set
g) USBL portable : 1 set
h) VHF Radio handheld : 3 unit
i) Satelite Telephone : 1 unit
j) Satcom IP + Compact : 1 unit
k) Proyektor + layar : 1 set
l) TV 40” + standing bracket : 2 set
m) Emergency Lamp : 5 set
n) Laptop kerja + laptop server : 3 unit
o) Sistem LAN 16-portRAHASIA : 1 set
3) Tim Pemetaan.
a) Laptop pengolahan Hidrografi : 1 unit
b) Laptop pengolahan Oseanografi : 1 unit
c) Laptop pengolahan Meteorologi : 1 unit
d) Laptop pengolahan Geofisika : 1 unit
e) Laptop pengolahan Geospasial : 1 unit
f) Laptop pengolahan Kartografi : 1 unit
4) Tim Bantu.
- Sesuai kebutuhan penugasan.
Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
29
RAHASIA
SUSUNAN TUGAS
1. ORGANISASI TUGAS.
a. Eselon Pendahuluan.
1 Tim Unit Survei Tanggap Segera.
b. Eselon Susulan.
1) Satgas/UT.
2) Unsur Laut.
30
3) Tim Pemetaan.
a) Hidrografi.
b) Oseanografi.
c) Meteorologi.
d) Kartografi.
e) Geofisika
f) Geospasial
4) Tim Bantu.
a) Kesehatan.
b) Penerangan.
c) Komlek.
d) Penyelam.
e) Pemeliharan.
f) Hukum
a. Eselon Pendahuluan.
1 USTS
31
b. Eselon Susulan.
1. PPRC PB TNI.
UT “HALONG”
2. Kogasgab PB TNI.
32
SATGAS HIDROS
3. Satgas PB TNI.
33
UT. HIDROS
2 KRI BHO
1 KAL HO
1 USTS
1 Tim Pemetaan
1 Tim Bantu
RAHASIA
34
UT SAR UT DETEKSI
1 KRI BHO
1 KAL HO
1 USTS
1 Tim Pemetaan
1 Tim Bantu
Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
RAHASIA
RAHASIA
35
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran D Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
________________________________
Keterangan :
1. Mako Kogabwilhan I berada di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
2. Kogabwilhan I meliputi:
a. Wilayah Darat: Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
b. Wilayah Laut: Perairan di sekitar Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Banten dan ALKI I.
c. Wilayah Udara: wilayah di atas Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung,
Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan ALKI I beserta perairan di
sekitarnya.
Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
LOGISTIK
a. Perbekalan.
1) Kebutuhan pembekalan awal seluruh unsur-unsur menjadi tugas dan
tanggung jawab departemen/angkatan/satuan/instansi pembina masing-masing.
2) Kebutuhan suku cadang untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin, didukung
oleh satuan awal.
3) Menggunakan bekal rutin, sedangkan intensitas kegiatan didukung
berdasarkan jarak dan lama operasi.
4) Kebutuhan pembekalan ulang unsur-unsur yang terlibat dalam operasi,
sesuai dengan ketentuan yang ada didukung oleh Pemerintah melalui Mabes
TNI yang disalurkan kepada Penerima BKO.
5) Pengajuan pembekalan.
a) Kebutuhan BMP, UM, dan dukungan operasi (uang saku operasi)
didukung oleh Mabes TNI melalui Penerima BKO.
b) Satgas/UT/unsur melaporkan kebutuhan bekal dan kondisi teknis
kepada Penerima BKO sesuai ceklis, kondisi teknis dan kesiapan operasi.
c) Bekal ulang logistik cair dan bahan basah unsur dapat dipenuhi di
pangkalan terdekat dan atau BCM sesuai situasi dan kebutuhan.
d) Selesai melaksanakan bekal ulang, Dan Unsur melaporkan kepada
Penerima BKO tempat, tanggal, jam, jumlah dan jenis bekul.
e) Selanjutnya Penerima BKO mengajukan dukungan kepada Mabes TNI
sesuai jumlah, meliputi:
(1) Jumlah personel.
(2) Jumlah penggunaan BBM unsur operasi.
b. Angkutan.
1) Pemindahan personel dan material unsur yang terlibat di dalam eselon
pendahuluan dilaksanakan secara cepat menggunakan angkutan organik TNI
dari pangkalan awal/terdekat.
2) Pemindahan personel dan material unsur yang terlibat di dalam eselon
susulan dilaksanakan menggunakan KRI BHO/KAL HO atau angkutan organik
TNI lainnya dari pangkalan awal/terdekat, dibantu oleh unsur-unsur laut dan
udara yang beroperasi.
3) Dalam keadaan darurat, pemindahan yang tidak dapat didukung oleh
angkutan TNI/organik agar dilaporkan kepada Penerima BKO dan atau satuan
awal.
RAHASIA
RAHASIA
38
4) Pemeliharaan dan perbaikan Alsurta baik di KRI, KAL, dan USTS yang tidak
dapat dilaksanakan oleh Tim Pemeliharaan yang tergabung dalam Tim Bantu
dilaporkan kepada Komando Atas/satuan awal sesuai prosedur meliputi jenis
kerusakan, suku cadang dan pihak pelaksana yang mengerjakan dengan
tembusan Penerima BKO.
Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
RAHASIA
RAHASIA
39
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran E-1 Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023.
___________________________________
KEBUTUHAN LOGCA
Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran E-2 Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
________________________________
KEBUTUHAN ANGGARAN
* TR Panglima TNI no. STR//266/2020 18 Desember 2020 (Komponen & Indeks Giat Opslat TNI TA.2021 - Giat Ops Rutin Integratif)
Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
ATURAN PELIBATAN
(RULES OF ENGAGEMENT)
Penunjukan : 1. Peta.
a. Peta-peta Laut Indonesia di Wilayah Kogabwilhan I.
b. Peta Wilayah Operasi Kogabwilhan I.
2. Dasar.
a. Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa.
b. San Remo Handbook On Rules Of Engagement.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 tahun 1946
tentang Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).
d. Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985 tentang ratifikasi
konvensi hukum laut (UNCLOS 1982).
e. Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan
Militer.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
g. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Peradilan
Hak Asasi Manusia.
h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
i. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial.
j. Peraturan Panglima TNI Nomor 43 tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Panglima TNI Nomor 48 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Panglima TNI Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia.
k. Nota Kesepahaman (MOU) TNI dan POLRI Nomor
B/2/2018 tanggal 23 Januari 2018 tentang pelibatan aparat TNI
dalam fungsi Kepolisian yang ditandatangani oleh Panglima TNI
dan Kapolri pada tanggal 23 Januari 2018.
RAHASIA
42
1. KEADAAN :
a. Umum. Kerawanan atau ancaman lanjutan di daerah operasi yang sering
terjadi dan perlu diantisipasi pasca terjadinya bencana alam yang dahsyat yaitu
penjarahan atau pencurian pertokoan/perkantoran/gudang/perumahan yang tidak
dihuni, penghadangan yang disertai dengan penjarahan/perampasan barang secara
paksa terhadap sarana transportasi yang lewat, konfliks sosial atau keributan antara
masyarakat yang mengharapkan bantuan dan tindakan anarkhis lainnya yang
disebabkan karena masyarakat di daerah terdampak bencana menginginkan bantuan
secepatnya guna memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Minimnya ketersediaan
berbagai barang kebutuhan pokok yang berbanding terbalik dengan jumlah masyarakat
yang membutuhkan, terindikasi memicu permasalahan tersebut.
Demikian halnya pada kejadian kecelakaan kapal laut atau pesawat udara yang
jatuh di laut, juga terdapat potensi kerawanan atau ancaman. Investigasi untuk
mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan sarana transportasi tersebut
dimungkinkan menjadikan pihak-pihak tertentu yang tidak ingin terungkapnya
kebenaran di balik kejadian tersebut dimungkinkan berharap dan/atau berupaya untuk
menghilangkan barang bukti yang dapat mendukung investigasi.
Kedua jenis ancaman atau kerawanan tersebut sangat dimungkinkan akan terjadi
dan dihadapi oleh Satgas Pushidrosal saat berada di daerah operasi. Untuk itu
diperlukan pedoman dan payung hukum bagi para prajurit di lapangan agar tidak ragu-
ragu dalam bertindak serta menghindarkan terjadinya permasalahan hukum
dikarenakan kesalahan prosedur dalam mengatasi permasalahan tersebut.
b. Ancaman.
1) Ancaman bencana alam dan tsunami. Beberapa kejadian faktual di
beberapa wilayah di Indonesia saat terjadi bencana alam adalah permasalahan
sosial pasca terjadinya bencana. Permasalahan sosial tersebut berupa tindak
kejahatan pencurian harta benda di rumah-rumah yang ditinggalkan penduduk,
penjarahan toko-toko, supermarket, SPBU, gudang-gudang penyimpanan
barang/logistik bahkan penghadangan terhadap kendaraan-kendaraan yang lewat
termasuk kendaraan pengangkut bantuan untuk korban pengungsi akibat bencana
alam. Pasca bencana gempa bumi Nias tahun 2002 Mabes Polri mencatat terjadi
9 kejadian penjarahan dengan sasaran pertokoan. Pada saat pasca bencana alam
gempa bumi dan tsunami yang disertai likuifaksi di Palu/Donggala pada tahun
2018, terdapat 168 orang yang diamankan Polda Sulteng dan 123 orang
diantaranya ditetapkan sebagai tersangka pelaku penjarahan dan pencurian.
Penjarahan terhadap SPBU dan mobil tangki pengangkut bahan bakar pun terjadi.
Penghadangan dan penjarahan terhadap mobil-mobil yang lewat bahkan mobil
pengangkut bantuan kemanusiaan pun tidak luput dari aksi tersebut.
Permasalahan sosial tersebut juga terjadi pada saat bencana alam meletusnya
gunung Semeru pada tahun 2021 lalu dimana terdapat banyak laporan
masyarakat yang kehilangan harta benda baik berupa uang, sertifikat
rumah/tanah, hewan ternak dan perabotan rumah tangga. Permasalahan sosial
tersebut kemudian berkembang menjadi amuk massa setelah mengetahui pelaku.
43
3. PELAKSANAAN.
membela diri sendiri, orang lain atau satuan/Alutsista dari ancaman yang
mengakibatkan luka parah, kematian dan kerusakan.
b) Penggunaan kekerasan baik dengan tangan kosong ataupun dengan
senjata dilaksanakan dengan prinsip proporsionalitas dan menghindari
kerugian atau kerusakan ikutan secara berlebihan yang dapat
meningkatkan eskalasi massa.
c) Penggunaan kekerasan tidak menimbulkan penderitaan yang
berlebihan dan memberikan jaminan perlindungan bagi mereka yang sudah
menyerah, luka dan sakit.
d) Pembelaan diri dimana prajurit tidak memiliki kesempatan untuk
menghindar dari ancaman kehilangan nyawa, dapat menggunakan senjata
untuk melumpuhkan pelaku.
e) Pembelaan diri dimana prajurit masih memiliki kesempatan untuk
menghindari kekerasan, maka dilakukan secara bertahap sesuai dengan
eskalasi ancaman, dimulai dengan memberikan peringatan secara verbal,
menggunakan kekerasan tangan kosong, tembakan peringatan,
menggunakan senjata tumpul serta menggunakan senjata dan amunisi
sesuai tahapan dan eskalasi ancaman serta atas perintah (granat asap,
amunisi hampa, amunisi karet dan amunisi tajam).
sesuai tahapan dan eskalasi ancaman serta atas perintah (granat asap,
amunisi hampa, amunisi karet dan amunisi tajam).
4) Peran Komandan.
a) Komandan lapangan memegang komando dan kendali taktis dalam
penggunaan kekuatan di lapangan.
b) Komandan lapangan harus dapat menilai perkembangan situasi dan
kondisi dan mengambil keputusan di saat terjadi kondisi kritis.
c) Komandan lapangan melaporkan setiap kegiatan dan/atau kejadian
penting kepada Komando Atas sesuai rantai komando secara hierarki.
5) Kartu Saku ROE.
a) Kartu Saku ROE dibagikan kepada setiap prajurit di lapangan
b) Kartu Saku ROE agar dibaca, dipelajari dan dipedomani oleh para
prajurit.
c) Komandan lapangan wajib memastikan bawah setiap prajurit yang
dipimpinnya membawa dan memahami isi Kartu Saku ROE.
c. Rules of Engagement.
1) Menghadapi niat permusuhan (Hostile intent)
a) Melakukan pemantauan dan memberikan imbauan kepada pelaku
agar menaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib.
b) Mendokumentasi dalam bentuk foto dan video.
c) Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawa.
d) Menyampaikan kepada pelaku bahwa perbuatannya dapat
membahayakan keselamatan.
e) Menyampaikan kepada pelaku agar tidak menggunakan kekerasan
dalam menyelesaikan permasalahan.
f) Melaporkan kepada pimpinan dan satuan kepolisian terdekat dengan
menggunakan alat komunikasi.
2) Tindakan peringatan.
46
d. Penggunaan kekerasan.
1) Menggunakan kekerasan dilakukan apabila peringatan secara verbal tidak
digubris oleh pelaku dan pelaku terus berupaya melakukan tindakan yang
membahayakan jiwa dan raga prajurit.
2) Prajurit dapat menembak setiap orang yang melakukan ancaman
mematikan terhadap prajurit, pasukan, penduduk sipil atau harta benda yang
berada di bawah perlindungan prajurit.
3) Prajurit dapat menembak setiap orang yang mencoba merampas senjata,
amunisi dan perlengkapan prajurit.
4) Prajurit dapat menggunakan kekerasan secara minimum terhadap setiap
orang yang melakukan tindak kejahatan atau berencana melakukan kejahatan
yang dapat menyebabkan luka serius dimana tidak ada pilihan lain untuk
mencegah tindakan tersebut.
5) Tindakan kekerasan dilakukan dengan proporsional.
6) Tindakan kekerasan hanya dilakukan terhadap sasaran terpilih yang
mengancam jiwa raga prajurit/masyarakat.
7) Pelaku dan alat bukti segera diserahkan kepada kepolisian setempat untuk
diproses menurut hukum yang berlaku.
8) Laksanakan perekaman video terhadap situasi sejak awal kejadian hingga
perkembangan kejadian secara terus menerus.
h. Sistem pelaporan.
1) Pelaporan dilaksanakan sejak awal kejadian dan dilaporkan
PKSP/secepatnya kepada Komandan di lapangan untuk diteruskan secara
berjenjang kepada Komando Atas yang berisikan minimal SIABIDIBA (siapa,
melakukan apa, kapan/bilamana, dimana dan bagaimana/dengan cara apa hal
tersebut dilakukan) dengan dilengkapi dokumentasi foto dan video.
2) Membuat dan mengirimkan laporan perkembangan kepada Komando Atas
dengan dilengkapi dokumentasi foto, video dan data-data pendukung.
3) Melaporkan pelaksanaan tugas ke komando atas pada kesempatan
pertama.
4) Pelaporan agar menggunakan format sistem pelaporan dinas di lingkungan
TNI/TNI AL.
5) Melaporan dapat menggunakan jaringan komunikasi yang tergelar atau
menggunakan sarana komunikasi yang ada.
a. Komando.
1) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah secara
terpusat berada pada Panglima TNI.
2) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala nasional di daerah berada pada
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
3) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala daerah berada pada Panglima Kotamaops TNI
Kewilayahan.
4) Komando operasional sebelum BKO pelibatan berada pada Komandan
Pushidrosal.
5) Komando Taktis.
a) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala nasional berada pada Dansatgas Kogasgab/Dansatgas
PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
b) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.
6) Pos Komando.
a) Pos Komando Utama berada di Markas Kogas Penanggulangan.
b) Pos Komando Cadangan berada di Markas Satgas.
c) Pos Komando Taktis berada di Markas UT/ditentukan kemudian.
b. Kendali.
RAHASIA
c. Komunikasi.
1) Alat.
a) Radio. Komunikasi radio digunakan sebagai komunikasi utama
antar unsur laut, unsur udara dan unsur Lantamal/Lanal. Alokasi frekuensi
radio dan prosedur komunikasi sesuai alokasi dan Proskom TNI/TNI AL.
b) Telepon. Komunikasi telepon digunakan untuk jalur komunikasi
voice utama berita komando antar satuan dan berita koordinasi dengan
satuan samping.
c) E-mail. Fasilitas email digunakan sebagai komunikasi data
cadangan untuk kebutuhan koordinasi antar markas komando dan markas
komando dengan satuan samping dengan klasifikasi berita terbuka.
d) Faksimili. Fasilitas faksimili digunakan sebagai komunikasi data
utama untuk koordinasi antar satuan dan dengan satuan samping khusus
berita surat dengan derajat kilat/segera).
e) Komunikasi Satelit. Fasilitas ini diselenggarakan sebagai
komunikasi cadangan jika hubungan komunikasi tersebut di atas tidak
terlaksana atau sesuai kebutuhan terutama pada daerah yang kesulitan
akses komunikasi.
2) Prosedur. Sesuai dengan Protap, Insop dan Instap Komlek TNI secara
terpadu dan terintegrasi.
Komandan Pushidrosal,
Nurhidayat
Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum
51
RAHASIA
DAFTAR DISTRIBUSI
A. Mabes TNI
1 Panglima TNI 1 1
2 Asops Panglima TNI 1 2
B. Mabes AL
3 Kasal 1 3
4 Asops Kasal 1 4
C. Kotamaops TNI
5 Pangkogabwilhan I 1 5
6 Arsip 2 6-7
Komandan Pushidrosal,
Nurhidayat
Laksamana Madya TNI