You are on page 1of 51

RAHASIA

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT


PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI
____________________________________________

RENCANA PELIBATAN PUSHIDROSAL


DALAM MENGHADAPI KONTINJENSI ANCAMAN NON MILITER DI WILAYAH
KOGABWILHAN I
TAHUN 2023

Penunjukan : a. Peta.
1) Peta-peta Laut Indonesia di Wilayah Kogabwilhan I.
2) Peta Wilayah Operasi Kogabwilhan I.

b. Dasar.
1) Undang-Undang RI Nomor 23 PRP Tahun 1959 tentang
Keadaan Bahaya.
2) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tanggal 8
Januari 2002 tentang Pertahanan Negara.
3) Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tanggal 16
Oktober 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
4) Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencarian dan Pertolongan.
5) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 26
April 2017 tentang Bencana Alam.
6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 1960 tanggal
11 April 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan
Militer.
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2006 tentang
Pencarian dan Pertolongan (SAR) (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4658).
8) Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
9) Peraturan Presiden RI Nomor 83 Tahun 2005 tentang
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.
10) Keputusan Presiden RI Nomor 111 Tahun 2001 tanggal
12 Oktober 2001 tentang perubahan atas Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan
Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Penanganan
Pengungsi.
11) Peraturan Presiden RI Nomor 66 Tahun 2019 tentang
Struktur Organisasi TNI.
12) Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2001 tanggal 9
Januari 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.

RAHASIA
2

13) Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 46 Tahun 2016


tanggal 30 Desember 2016 tentang Penggunaan Alutsista
pada Penyelenggaraan Tugas Perbantuan dalam Operasi
Militer Selain Perang.
14) Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 53 Tahun 2016
tanggal 30 Desember 2016 tentang Pedoman Pelibatan TNI
dalam rangka Pencarian dan Pertolongan
15) Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 131 Tahun
2003 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi di Daerah.
16) Surat Keputusan Pangab Nomor Skep/687/XII/1992
tanggal 7 Desember 1992 tentang Naskah Sementara Buku
Petunjuk Lapangan tentang Bhakti ABRI dalam
Penanggulangan Bencana.
17) Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/77/I/2011
tanggal 26 September 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemberian Bantuan TNI kepada Basarnas dalam rangka
Pencarian dan Pertolongan
18) Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/461/XII/2006
tanggal 21 Desember 2006 tentang Naskah Sementara
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan TNI Kepada Pemerintah
Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Alam.
19) Surat Keputusan Panglima TNI Nomor
Skep/1373/XII/2018 tanggal 18 Desember 2018 tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Operasi Membantu Menanggulangi
Akibat Bencana Alam, Pengungsian dan Pemberian Bantuan
Kemanusiaan.
20) Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1450/XII/2018
tanggal 18 Desember 2018 tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Operasi Dukungan Pencarian dan Penyelamatan (SAR) pada
Operasi Gabungan TNI.
21) Direktif Panglima TNI pada Lampiran Surat Perintah
Panglima TNI Nomor Sprin/2670/XII/2021 tanggal 15
Desember 2021 tentang Penyusunan Rentinkon dan Renlibat
Kotamaops TNI serta Balakpus TNI Tahun 2023.
22) Surat Perintah Komandan Pushidrosal Nomor
Sprin/9/I/2022 tanggal 3 Januari 2022 tentang perintah untuk
menyusun Renlibat Pushidrosal Tahun 2023.

c. Dokumen.
1. Buku Kepanduan Bahari Jilid I dan Jilid II.
2. Almanak Nautika Tahun 2023.
3. Daftar Pasang Surut Tahun 2023.
4. Daftar Arus Pasang Surut Tahun 2023.
5. Kawat Navigasi (KN)/Berita Pelaut Indonesia (BPI)
terbaru.
6. Peta Cuaca Perairan Indonesia.
7. Informasi Gelombang Tinggi.
3

8. Referensi dari IHO.


9. Referensi dari IMO dan WMO.

Daerah Waktu : WIB (GMT+7)


Susunan Tugas : Periksa Lampiran.

1. SITUASI.
a. Ancaman.
1) Ancaman Bencana Alam.
a) Konstelasi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan
lautan yang luas, garis pantai yang sangat panjang serta berada di
lingkaran api Pasifik atau cincin api Pasifik yang merupakan pertemuan
tiga lempeng tektonik dunia seperti Lempeng Indo-Austalia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik, khususnya Busur Sunda, menjadikan
wilayah Indonesia, termasuk wilayah kerja Kogabwilhan I merupakan
daerah yang rawan akan bencana alam seperti gempa bumi, letusan
gunung merapi dan juga tsunami. Beberapa potensi gempa megathrust
dengan perkiraan disertai tsunami yang tinggi juga mengintai di beberapa
wilayah. Peristiwa gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, gempa Nias
tahun 2005, anak Gunung Krakatau tahun 2018 yang menimbulkan
tsunami Banten dan sebagian Lampung serta berbagai bencana alam
gunung berapi, gempa dan tsunami yang terjadi jauh sebelumnya juga
menimbulkan kerusakan dan korban yang besar. Permasalahan yang
ditimbulkan oleh bencana alam tersebut tidak hanya kerugian yang cukup
besar, namun juga terkait berbagai permasalahan pada saat tanggap
darurat dan juga rekonstruksi dan rehabilitasi. Apabila tidak dilaksanakan
langkah-langkah yang yang sistematis, terukur dan komprehensif, maka
potensi bertambahnya jumlah korban dan berkembangnya berbagai
permasalahan akan timbul pasca terjadinya bencana alam, khususnya
apabila terdapat daerah-daerah yang terisolir (putusnya jalur transportasi,
komunikasi, aliran listrik, dll, yang ditimbulkan sesaat setelah terjadinya
bencana.
b) Potensi bencana alam megathrust di wilayah kerja Kogabwilhan I
cukup banyak. Mulai dari paling barat yaitu Aceh-Andaman dengan
potensi gempa 9,2 SR, Nias-Simeulue dengan potensi gempa 8,9 SR,
Batu dengan potensi gempa 8,2 SR, Mentawai-Siberut dengan potensi
gempa 8,7 SR, Mentawai-Pagai dengan potensi gempa 8,9 SR, Enggano
dengan potensi gempa 8,8 SR, Selat Sunda-Banten dengan potensi
gempa 8,8 SR dan juga Jawa Barat dengan potensi gempa 8,8 SR. Posisi
potensi bencana alam yang secara umum berada di sepanjang pantai
Barat Sumatera dan Selatan Jawa yang berhadapan dengan Samudera
Hindia dengan karakteristik perairan laut yang sering terjadi gelombang
tinggi dan siklon juga memerlukan pertimbangan tertentu dalam proses
penanggulangan bencana alam terutama melalui laut. Berbagai upaya
untuk mitigasi juga dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia melalui
kementerian/lembaga terkait seperti membuat peta mitigasi bencana,
sistem peringatan dini dan lainnya untuk meminimalisir jumlah korban
apabila terjadi bencana. Namun demikian apabila bencana alam tersebut
mengakibatkan terputusnya jalur transportasi, komunikasi, aliran listrik
dan lain-lain yang mengakibatkan daerah tersebut terisolir, maka proses
4

penanggulangan bencana alam memerlukan perencanaan dan


pertimbangan khusus untuk mencari solusi terhadap dampak yang
ditimbulkannya secara tanggap darurat maupun rekonstruksi dan
rehablitasi sehingga dampak negatif dari bencana alam tidak meluas.
Perairan Barat Sumetera dan Selatan Jawa yang memiliki karekter alam
yang sering terjadi gelombang tinggi dan siklon, indikasi terjadinya
perubahan kondisi dasar laut di daerah pesisir akibat bencana gempa dan
tsunami serta kondisi cuaca pada saat saat tertentu juga memerlukan
pertimbangan tersendiri, baik pada saat kegiatan lintas laut ke daerah
operasi maupun pada saat melaksanakan rangkaian kegiatan di wilayah
pesisir pada penyelenggaraan kegiatan penanggulangan bencana alam.
c) Terjadinya perubahan yang bersifat destruktif akibat bencana alam,
perlu dilakukan tindakan yang komprehensif secara cepat, tepat, efektif
dan efisien sehingga kondisi di daerah pelibatan dapat segera normal
kembali, antara lain pengecekan alur pendekat pelayaran yang aman dari
bahaya navigasi akibat bencana alam, pengecekan kedalaman aman di
fasilitas sandar (dermaga), pengecekan daerah labuh jangkar yang aman
pasca bencana, dan penyiapan pantai pendaratan (beaching) bagi kapal-
kapal laut yang akan mendistribusikan bantuan termasuk memberikan
penilaian kerusakan yang terjadi dan risiko yang ditimbulkan bencana di
lokasi yang diperlukan oleh kapal-kapal pembawa bantuan.
d) Ancaman bencana alam yang tidak dapat diprediksi kapan akan
terjadi, menjadikan tantangan tersendiri dalam mitigasi maupun pada saat
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Namun demikian, dengan
telah terindentifikasinya beberapa daerah yang memiliki potensi bencana
alam megathrust, kondisi dan karakteristik perairan serta cuaca di
wilayah-wilayah tersebut, maka akan dapat mendukung dalam menyusun
konsep operasi, kekuatan, Alutsista dan peralatan yang akan dilibatkan,
pembagian tugas-tugas satuan bawah yang terlibat serta dalam rangka
perencanaan kebutuhan logistik operasi.

2) Ancaman Kapal Tenggelam dan Pesawat Udara Jatuh di Perairan.


a) Konstelasi wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan serta
banyaknya aliran sungai menjadikan sarana transportasi di Indonesia
tidak hanya menggunakan sarana transportasi darat, melainkan juga
sarana transportasi laut dan udara yang yang cukup banyak untuk
menghubungkan antara wilayah-wilayah di berbagai pulau di Indonesia,
baik dalam wilayah NKRI maupun dari/ke luar negeri. Banyaknya
transportasi laut dan udara yang melintasi lautan juga berpotensi
terjadinya kecelakaan kapal laut maupun pesawat udara yang jatuh di
laut.
b) Dalam periode 1967-2021 tercatat telah terjadi 23 kali kecelakaan
pesawat udara di wilayah Kogabwilhan I, dimana rata-rata kecelakaan
terjadi per dua tahun bahkan dalam periode tertentu terdapat kejadian
kecelakaan pesawat udara setiap tahunnya. Dari 23 kejadian, 21% (5
kejadian) pesawat jatuh di laut atau mendarat darurat di sungai dimana
korban meninggal mencapai 586 korban, sedangkan di darat mencapai
547 korban jiwa meninggal. Untuk kecelakaan kapal laut pada periode
2007-2021 tercatat 7 kali kecelakaan dimana sebanyak 28% (2
kecelakaan) berupa kapal tenggelam dengan kecenderungan (trend) naik
dari tahun ke tahun.
5

c) Wilayah Kogabwilhan I merupakan wilayah yang sangat ramai untuk


penerbangan pesawat baik itu penerbangan domestik maupun luar
negeri. Demikian halnya dengan pelayaran kapal laut ataupun ASDP.
Lokasi kejadian menyebar di berbagai wilayah, faktor penyebab terjadinya
kecelakaan yang beragam dari mulai faktor manusia, kondisi alam/cuaca
dan kondisi pesawat/kapal laut, menjadikan kejadian kecelakaan tidak
dapat diprediksi baik waktu maupun lokasi kejadian. Walaupun demikian,
pendekatan peluang kejadian dapat menggunakan banyaknya frekuensi
penerbangan maupun pelayaran pada setiap rute masing-masing. Selat
Malaka, Selat Karimata dan Laut Jawa merupakan rute terpadat untuk
rute pelayaran maupun lintasan rute penerbangan. Perairan berupa
sungai di daerah yang terdapat bandara maupun pelabuhan seperti
sungai Musi dan danau Toba juga demikian, sehingga potensi terjadinya
kecelakaan dimungkinkan terjadi di wilayah tersebut.
d) Kecelakaan pesawat terbang yang jatuh di laut atau mendarat
darurat di sungai dan kemudian tenggelam serta kecelakaan kapal
tenggelam, selain membutuhkan pertolongan dengan segera untuk
mengindari banyaknya korban meninggal, juga membutuhkan pencarian
terhadap wahana yang tenggelam ataupun evakuasi jenazah korban. Hal
tersebut sangat diperlukan untuk kepentingan investigasi terkait penyebab
terjadinya kecelakaan. Pushidrosal dengan kemampuan personel,
Alutsista dan juga berbagai peralatan yang dimiliki, telah terbukti berulang
kali mampu mendeteksi dan menemukan wahana yang tenggelam berikut
berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk kepentingan investigasi
ataupun evakuasi jenazah korban kecelakaan.

b. Pasukan Kawan. Seluruh Kotamaops TNI Kewilayahan dan jajarannya di


Kogabwilhan I.

c. Praanggapan.
a. Kotamaops TNI Kewilayahan belum memiliki aset, peralatan, tenaga ahli
dan keahlian di bidang pengumpulan data Hidro-Oseanografi dalam membantu
menyelesaikan permasalahan kontinjensi.
b. Situasi dan kondisi di daerah pelibatan dapat mendukung operasional
wahana survei KRI/KAL, perahu survei (perahu perum), dan penggunaan
peralatan survei secara optimal untuk mendukung akurasi data Hidro-
Oseanografi.

2. TUGAS. Pushidrosal melaksanakan perbantuan dalam mengatasi Kontinjensi


dengan menyelenggarakan survei dan pemetaan Hidro-Oseanografi sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah Kogabwilhan I dalam
rangka mendukung tugas Kogabwilhan I.

3. PELAKSANAAN.
a. Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami.
1) Konsep Operasi.
a) Manuver. Melaksanakan pelibatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi untuk membantu mengatasi kontinjensi sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah
6

Kogabwilhan I dengan mengirimkan Satuan Tugas Survei dan Pemetaan


Pushidrosal.

b) Bantuan.
(1) Pengamanan.
(a) Selama di pangkalan awal Jakarta. Pengamanan
didukung oleh satuan pengamanan Pushidrosal dan instansi
militer setempat.
(b) Selama di daerah pelibatan. Pengamanan didukung oleh
unsur pengamanan pasukan kawan.
(2) Intelijen. Informasi intelijen didukung oleh Komando Atas
serta pasukan kawan sesuai dengan situasi yang berkembang.
(3) Teritorial. Komando kewilayahan yang berada di daerah
pelibatan siap mendukung pelaksanaan tugas.

2) Tahapan Operasi.
a) Perencanaan.
(1) Mempelajari tugas, sasaran dan tujuan operasi.
(2) Mengumpulkan keterangan, data awal dan informasi terkait
kegiatan operasi.
(3) Merencanakan jadwal kegiatan operasi yang dituangkan
kedalam dokumen rencana terinci.
(4) Merencanakan alustsista, dukungan logistik dan personel yang
akan dilibatkan dalam kegiatan operasi.
(5) Merencanakan pergeseran personel dan material Satgas di
pangkalan awal.

b) Persiapan.
(1) Menerima perintah/permintaan pelibatan dari Kotamaops TNI
Wilayah yang berada di wilayah Kogabwilhan I.
(2) Melaksanakan koordinasi dengan pemegang kodal tentang
pelibatan unsur Pushidrosal.
(3) Menyiapkan konsep kegiatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi beserta data pendukung yang diperlukan dalam rangka
tugas pelibatan.
(4) Menyiapkan Alutsista, personel dan peralatan yang terdiri dari
KRI/KAL, Unit Survei Tanggap Segera (USTS), Tim Pemetaan dan
Tim Bantu sesuai dengan permintaan.
(5) Mengeluarkan surat perintah kepada satuan bawah dalam
rangka pelibatan.
(6) Satuan bawah yang ditunjuk melaksanakan tugas-tugas
eselon pendahuluan sesuai permintaan dari Penerima BKO.
7

c) Pelaksanaan.
(1) Satuan Tugas/Unit Tugas dan unsur eselon susulan bergerak
dari pangkalan awal menuju pangkalan aju/daerah pelibatan yang
ditentukan (apabila jarak tempuh memungkinkan untuk
melaksanakan pendekatan langsung tanpa harus bekal ulang) atau
melaksanakan linla menuju pangkalan terdekat untuk melaksanakan
bekal ulang sesuai prioritas kebutuhan.
(2) Melaksanakan pengumpulan data melalui survei dan
pemetaan Hidro-Oseanografi sekala detail dengan cepat Rapid
Environmental Assessment (REA) sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran operasi yaitu:
(a) Pengecekan alur pendekat pelayaran yang aman dari
bahaya navigasi maupun sedimentasi akibat bencana alam.
(b) Pengecekan kedalaman aman pada fasilitas sandar
(dermaga) di lokasi bencana.
(c) Pengecekan daerah labuh jangkar yang aman di lokasi
bencana.
(d) Penyiapan pantai pendaratan (beaching) bagi kapal-kapal
pembawa bantuan.
(e) Penilaian kerusakan yang terjadi di fasilitas infrastruktur
maritim maupun di pesisir dan resiko yang ditimbulkan
bencana di lokasi yang diperlukan oleh kapal-kapal pembawa
bantuan.
(f) Investigasi locus di bawah air yang diduga penyebab
bencana (tsunami).
(g) Menyebarluaskan informasi penting terkait keselamatan
navigasi pelayaran dari hasil pengumpulan data kepada
Komando Atas, Komando Samping, satuan kewilayahan dan
instansi terkait.
(h) Melaksanakan pengolahan data hasil survei dan
pemetaan Hidro-Oseanografi hingga pembuatan lembar lukis.
(i) Melaksanakan pengolahan data lanjutan hingga
pembuatan peta/oleat sesuai permintaan.
(j) Membuat dan mengirim prediksi kondisi meteorologi dan
oseanografi di lokasi bencana secara periodik kepada
Komando Atas, Komando Samping dan satuan kewilayahan.

d) Pengakhiran.
(1) Menerima perintah pengakhiran pelibatan dari Komando Atas.
(2) Kembali ke pangkalan awal setelah menerima perintah
pengakhiran pelibatan.
(3) Melaksanakan konsolidasi dan evaluasi.
(4) Menyusun laporan pelaksanaan kepada Komando Atas.
8

3) Kekuatan yang Dilibatkan.

a) Personel. Jumlah personel keseluruhan sebanyak 172 orang,


terdiri dari :
(1) Satgas/UT : 12 orang
(2) Unsur Laut : 120 orang
(a) KRI BHO KELAS RIGEL : 47 orang
(b) KRI POLLUX – 935 : 37 orang
(c) KAL HO : 20 orang
(d) USTS : 16 orang

(3) Tim Pemetaan : 14 orang


(a) Hidrografi : 3 orang
(b) Oseanografi : 2 orang
(c) Meteorologi : 2 orang
(d) Geofisika : 3 orang
(e) Kartografi : 2 orang
(f) Geospasial : 2 orang

(4) Tim Bantu : 26 orang


(a) Tim Kesehatan : 5 orang
(b) Tim Penerangan : 4 orang
(c) Tim Komlek : 5 orang
(d) Tim Penyelam : 5 orang
(e) Tim Pemeliharaan : 5 orang
(f) Tim Hukum : 2 orang

b) Material/Alutsista.
(1) 1 KRI BHO Kelas Rigel.
(2) 1 KRI Pollux – 935.
(3) 1 KAL HO.
(4) 1 unit perahu survei (perahu perum).
(5) 1 paket peralatan Unit Survei Tanggap Segera (USTS).
(6) 1 paket perlengkapan Tim Pemetaan.
(7) 1 paket perlengkapan Tim Bantu.
(8) 2 unit Truk.

4) Kemampuan yang Dimiliki.


a) Personel. Personel yang ditunjuk memiliki kualifikasi dalam
pelaksanaan Survei Hidro-Oseanografi di daerah operasi, personel
pengolahan data di lapangan dan tingkat lanjutan, personel kartografi,
personel yang tergabung dalam tim bantuan Satgas/UT.
9

b) Material/Alutsista. Material/Alutsista berupa KRI BHO, KAL HO,


peralatan survei dan pemetaan, serta peralatan/material lainnya yang
dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan operasi.

5) Tugas-tugas.

a) Satuan Tugas/Unit Tugas.


(1) Melaksanakan koordinasi dengan Komando Samping, satuan
kewilayahan dan instansi terkait.
(2) Menggelar Pos Komando.
(3) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap
KRI/KAL, USTS, Unsur Pemetaan dan Unit Bantu yang berada di
bawah komando dan kendalinya.
(4) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data.
(5) Melaksanakan penyajian informasi Hidro-Oseanografi di
lapangan (recognise geo-information picture) berupa peta maupun
oleat dalam bentuk kertas maupun elektronik berdasarkan data
terkini guna keperluan pengambilan keputusan oleh Komando Atas.
(6) Menyebarluaskan informasi penting terkait keselamatan
navigasi pelayaran dari hasil pengumpulan data kepada Komando
Atas, Komando Samping, satuan kewilayahan dan instansi terkait.
(7) Mengirim prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di
lokasi bencana secara periodik kepada Komando Atas, Komando
Samping dan satuan kewilayahan.
(8) Memberikan rekomendasi kepada Komando Atas sesuai data
dan informasi terkini yang diperoleh.
(9) Melaksanakan evaluasi kegiatan.
(10) Melaporkan pelaksanaan tugas pelibatan kepada Komando
Atas.

b) KRI/KAL/Unit Survei Tanggap Segera (USTS).


(1) Melaksanakan pengumpulan data Hidro-Oseanografi terhadap
lokasi yang telah ditentukan.
(2) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan dan
situasi kepada Dansatgas/Dan UT.
(3) Melaksanakan SAR laut dan memberikan bantuan evakuasi
korban sesuai kemampuan jika diperlukan.

c) Tim Pemetaan.
(1) Melaksanakan pengolahan data Hidro-Oseanografi dari
KRI/KAL dan USTS.
10

(2) Melaksanakan kontrol kualitas dan analisa data Hidro-


Oseanografi.
(3) Melaksanakan pembuatan lembar lukis hingga pembuatan
peta sesuai permintaan.
(4) Membuat prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di
lokasi bencana secara periodik kepada Dansatgas/Dan UT.
(5) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan dan
situasi kepada Dansatgas/Dan UT.

d) Tim Bantu. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan untuk


mendukung kelancaran kegiatan Satgas/UT.

b. Pencarian dan Pertolongan Terhadap Kecelakaan Pelayaran dan


Penerbangan di Perairan.

1) Konsep Operasi.
a) Manuver. Melaksanakan pelibatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi untuk membantu pencarian dan pertolongan terhadap
kecelakaan pelayaran dan penerbangan di perairan sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah
Kogabwilhan I dengan mengirimkan Satuan Tugas Survei dan Pemetaan
Pushidrosal.
b) Bantuan.
(1) Pengamanan.
(a) Selama di pangkalan awal Jakarta. Pengamanan
didukung oleh satuan pengamanan Pushidrosal dan instansi
militer setempat.
(b) Selama di daerah pelibatan. Pengamanan didukung
oleh unsur pengamanan pasukan kawan.
(2) Intelijen. Informasi intelijen didukung oleh Komando Atas
serta pasukan kawan sesuai dengan situasi yang berkembang.
(3) Teritorial. Komando kewilayahan yang berada di daerah
pelibatan siap mendukung pelaksanaan tugas.

2) Tahapan Operasi.
a) Perencanaan.
(1) Mempelajari tugas, sasaran dan tujuan operasi.
(2) Mengumpulkan keterangan, data awal dan informasi terkait
kegiatan operasi.
(3) Merencanakan jadwal kegiatan operasi yang dituangkan
kedalam dokumen rencana terinci.
(4) Merencanakan alustsista, dukungan logistik dan personel yang
akan dilibatkan dalam kegiatan operasi.
(5) Merencanakan pergeseran personel dan material Satgas di
pangkalan awal.
11

b) Persiapan.
(1) Menerima perintah/permintaan pelibatan dari Kotamaops TNI
Kewiilayahan yang berada di wilayah Kogabwilhan I.
(2) Melaksanakan koordinasi dengan pemegang kodal tentang
pelibatan Satgas/UT Pushidrosal.
(3) Menyiapkan konsep kegiatan survei dan pemetaan Hidro-
Oseanografi beserta data pendukung yang diperlukan dalam rangka
tugas pelibatan.
(4) Mengeluarkan surat perintah kepada satuan bawah dalam
rangka pelibatan.
(5) Menyiapkan data dan informasi awal, Alutsista, dukungan
logistik dan personel yang terdiri dari KRI/KAL, Unit Survei Tanggap
Segera (USTS), Tim Pemetaan dan Tim Bantu serta peralatan survei
yang akan digunakan, dengan detil kegiatan sebagai berikut :
(a) Mengkonfirmasi data awal kejadian, posisi dan waktu
terjadinya musibah pelayaran dan musibah penerbangan di
wilayah perairan Kogabwilhan I.
(b) Menyediakan data batimetri dan citra satelit di area SAR.
(c) Menyediakan pemodelan oseanografi dan prakiraan
cuaca di area SAR, melaksanakan pemodelan drifting object
berdasarkan data kejadian musibah yang tersedia dengan
tujuan untuk menentukan posisi duga objek bawah air sebagai
fungsi waktu. Secara sederhana, penentuan posisi duga objek
bawah air dalam kejadian musibah dapat menggunakan
konsep farthest on circle (FOC).
(d) Menyediakan informasi nautika terbaru, khususnya yang
terkait dengan data peta kabel, pipa bawah laut dan pelabuhan
serta mempublikasikan Kegiatan Operasi SAR melalui Berita
Pelaut Indonesia.
(e) Pemilihan dan penetapan Pola Pencarian (under water
search patterns) secara tepat, efektif dan efisien yang akan
digunakan oleh Satgas/UT/Tim pelaksana di dalam
pelaksanaan kegiatan operasi.
(f) Menyiapkan peralatan komunikasi yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran dalam kegiatan operasi.
(6) Menyiapkan satuan bawah yang ditunjuk dalam melaksanakan
tugas-tugas eselon pendahuluan, eselon susulan dan tim lainnya
sesuai permintaan dari Penerima BKO.
c) Pelaksanaan.
(1) Satuan Tugas/Unit Tugas dan unsur eselon susulan bergerak
dari pangkalan awal menuju pangkalan aju/daerah pelibatan yang
ditentukan.
(2) Broadcast prediksi cuaca, dan memperhatikan perkembangan
cuaca, cuca ekstrim di lapangan melalui sarana yang ditetapkan.
(3) Tindakan yang dilaksanakan oleh unsur Pushidrosal jika target
operasi SAR diduga terdeteksi :
12

(a) Melaporkan ke Komando Atas.


(b) Melaksanakan investigasi.
(c) Memberikan tanda (marker) pada posisi target operasi
SAR diduga terdeteksi.
(d) Menurunkan tim penyelam untuk memeriksa secara
langsung.
(e) Menyiapkan wahana untuk mengamankan target operasi
SAR yang sesuai standar.
(4) Kegiatan SAR untuk prosedur penyelamatan kapal selam di
lingkungan TNI AL sesuai dengan Peraturan Kasal Nomor
Perkasal/27/IV/2008 tanggal 23 April 2008.
(5) Satgas/UT/Tim melaksanakan koordinasi dan komunikasi ketat
dengan kodalops/kodaltis di daerah operasi pencarian dan
pertolongan.
d) Pengakhiran.
(1) Menerima perintah pengakhiran pelibatan dari Komando Atas.
(2) Kembali ke pangkalan awal setelah menerima perintah
pengakhiran pelibatan.
(3) Melaksanakan konsolidasi dan evaluasi.
(4) Menyusun laporan pelaksanaan kepada Komando Atas.

3) Kekuatan yang Dilibatkan.


a) Personel. Jumlah personel keseluruhan 172 orang, terdiri dari :
(1) Satgas/UT : 12 orang
(2) Unsur Laut : 120 orang
(a) KRI BHO KELAS RIGEL : 47 orang
(b) KRI POLLUX – 935 : 37 orang
(c) KAL HO : 20 orang
(d) USTS : 16 orang

(3) Tim Pemetaan : 14 orang


(a) Hidrografi : 3 orang
(b) Oseanografi : 2 orang
(c) Meteorologi : 2 orang
(d) Geofisika : 3 orang
(e) Kartografi : 2 orang
(f) Geospasial : 2 orang

(4) Tim Bantu : 26 orang


(a) Tim Kesehatan : 5 orang
(b) Tim Penerangan : 4 orang
(c) Tim Komlek : 5 orang
(d) Tim Penyelam : 5 orang
(e) Tim Pemeliharaan : 5 orang
(f) Tim Hukum : 2 orang
13

b) Material/Alutsista.
(1) 1 KRI BHO Kelas Rigel.
(2) 1 KRI Pollux – 935.
(3) 1 KAL HO.
(4) 1 unit perahu survei (perahu perum).
(5) 1 paket peralatan Unit Survei Tanggap Segera (USTS).
(6) 1 paket perlengkapan Tim Pemetaan.
(7) 1 paket perlengkapan Tim Bantu.
(8) 2 unit Truk.

4) Kemampuan yang Dimiliki.


a) Personel. Personel yang ditunjuk memiliki kualifikasi dalam
pelaksanaan survei Hidro-Oseanografi di daerah operasi, personel
pengolahan data di lapangan dan tingkat lanjutan, personel kartografi,
personel yang tergabung dalam tim bantuan Satgas/UT.
b) Material/Alutsista. Material/Alutsista berupa KRI BHO, KAL HO,
peralatan survei dan pemetaan, serta peralatan/material lainnya yang
dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan operasi.

5) Tugas-tugas.
a) Satuan Tugas/Unit Tugas.
(1) Melaksanakan koordinasi dengan Komando Samping, satuan
kewilayahan dan instansi terkait.
(2) Menggelar Pos Komando.
(3) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap
KRI/KAL, USTS, Unsur Pemetaan dan Unit Bantu yang berada di
bawah komando dan kendalinya.
(4) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisis data.
(5) Melaksanakan penyajian informasi Hidro-Oseanografi di
lapangan (recognise geo-information picture) berupa peta maupun
oleat dalam bentuk kertas maupun elektronik berdasarkan data
terkini guna keperluan pengambilan keputusan oleh Komando Atas.
(6) Menyebarluaskan informasi penting terkait keselamatan
pelayaran dan navigasi dari hasil pengumpulan data kepada
Komando Atas, Komando Samping, satuan kewilayahan dan
instansi terkait.
(7) Mengirim prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di lokasi
bencana secara periodik kepada Komando Atas, Komando
Samping dan satuan kewilayahan.
(8) Memberikan rekomendasi kepada Komando Atas sesuai data
dan informasi terkini yang diperoleh.
(9) Melaksanakan evaluasi kegiatan.
(10) Melaporkan pelaksanaan tugas pelibatan kepada Komando
Atas.

b) KRI/KAL/Unit Survei Tanggap Segera (USTS).


14

(1) Melaksanakan pengumpulan data Hidro-Oseanografi pada


lokasi yang telah ditentukan.
(2) Pelaksanaan survei Hidrografi pendeteksian Objek bawah air
dalam Operasi SAR oleh KRI BHO Kelas Rigel:
(a) Pengoperasian Ultra Short Baseline Positioning System
(USBL) Transceiver untuk mendeteksi underwater emergency
Pingers atau Transponders.
(b) Pemeruman dengan metode dan peralatan Multibeam
Echosounder.
(c) Melaksanakan pencitraan dasar laut dengan
menggunakan Side Scan Sonar.
(d) Melaksanaan investigasi bawah air dengan menggunakan
ROV (Remotely Operated Vehicle) dan atau AUV (Autonomous
Underwater Vehicle).
(3) Pelaksanaan survei oseanografi dalam pendeteksian objek
bawah air untuk SAR:
(a) Mendirikan stasiun pasang surut dan Current Meter jika
memungkinkan.
(b) Jika pemasangan stasiun pasut dan Current Meter tidak
memungkinkan, gunakan data prediksi pasut dan arus pasut
dari stasiun terdekat.
(c) Melaksanakan pengikatan stasiun pasut terhadap titik
kontrol jika memungkinkan.
(4) Melaksanakan pengukuran arus laut menggunakan Acoustic
Doppler Current Profiler (ADCP).
(5) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan dan
situasi kepada Dansatgas/Dan UT.
(6) Melaksanakan SAR laut dan memberikan bantuan evakuasi
korban sesuai kemampuan jika diperlukan.

c) Tim Pemetaan.
(1) Melaksanakan pengolahan data Hidro-Oseanografi dari
KRI/KAL dan USTS. Pengolahan data dilakukan secara langsung di
lapangan oleh Tim Pemetaan dan di Pushidrosal, sehingga data
dapat digunakan dengan benar.
(2) Melaksanakan kontrol kualitas dan analisa data hidro-
oseanografi.
(3) Melaksanakan pembuatan lembar lukis hingga pembuatan peta
sesuai permintaan.
(4) Membuat prediksi kondisi meteorologi dan oseanografi di lokasi
bencana secara periodik kepada Dansatgas/Dan UT.
(5) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan dan
situasi kepada Dansatgas/Dan UT.
d) Tim Bantu. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan untuk
mendukung kelancaran kegiatan Satgas/UT.
15

c. Instruksi dan Koordinasi.


1) Sandi Pelibatan sesuai dengan Rentinkon Kogabwilhan I.
2) Laporkan kesiapan dan kondisi teknis Satgas/UT/unsur kepada Komando
Atas dan Penerima BKO pada kesempatan pertama, selanjutnya dilaksanakan
setiap hari pada pukul 07.00 WIB.
3) Adakan koordinasi dengan aparat TNI/Polri maupun instansi dan
pemerintah daerah setempat.
4) Pahami tugas-tugas yang dilaksanakan dalam rangka bantuan
kemanusiaan.
5) Utamakan keselamatan personel dan keamanan material/Alutsista.
6) Apabila pandemi Virus SarCov-2 belum dinyatakan berakhir, laksanakan
portap pencegahan penyebaran COVID-19 sesuai ketentuan yang berlaku.
7) Bila terjadi situasi darurat, laksanakan tindakan sesuai Aturan
Pelibatan/ROE.

4. ADMINISTRASI DAN LOGISTIK.

a. Administrasi.
1) Material dan pelayanan. Dukungan material, alat dan peralatan
disesuaikan dengan tugas dan kemampuan yang dimiliki satuan.
2) Personel. Kekuatan personel yang dilibatkan disesuaikan dengan
kebutuhan dan merupakan organik satuan.
3) Administrasi surat menyurat sesuai ketentuan Minu TNI/TNI AL.

b. Logistik.
1) Dukungan anggaran dan logistik disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku/diatur khusus oleh Mabes TNI dan disalurkan melalui Penerima BKO.
2) Apabila permintaan bersifat siaga (standby), maka dukungan logistik
masih menjadi tanggung jawab satuan awal.
3) Kebutuhan logistik pergeseran Alutsista, personel dan perlengkapan ke
daerah pelibatan di dukung Penerima BKO.
4) Dukungan bekal awal dan bekal ulang unsur pelaksana diatur sesuai
prosedur yang berlaku dan menjadi tanggung jawab Mabes TNI yang akan
disalurkan melalui Penerima BKO.
5) Dukungan angkutan oleh Mabes TNI melalui Penerima BKO sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6) Untuk kecepatan gerak/mobilisasi unsur yang diperbantukan dapat
menggunakan logistik satuan awal, selanjutnya diajukan penggantian kepada
Penerima BKO secara berjenjang sesuai ketentuan yang berlaku.
7) Dukungan kesehatan menjadi tanggung jawab Penerima BKO, dengan
menggunakan fasilitas kesehatan TNI/TNI AL/Polri/Pemda/Swasta yang ada di
sekitar daerah pelibatan.
16

8) Dukungan jasa dan fasilitas lainnya dilaksanakan oleh satuan yang


terlibat menggunakan organik satuan. Penambahan fasilitas jika dibutuhkan
diajukan sesuai prosedur yang berlaku.

5. KOMANDO, KENDALI DAN KOMUNIKASI.

a. Komando.
1) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah secara
terpusat berada pada Panglima TNI.
2) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala nasional di daerah berada pada
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
3) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala daerah berada pada Panglima Kotamaops
TNI Kewilayahan.

4) Komando operasional sebelum BKO pelibatan berada pada Komandan


Pushidrosal.

5) Komando Taktis.
a) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala nasional berada pada Dansatgas Kogasgab/Dansatgas
PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
b) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.

6) Pos Komando.
a) Pos Komando Utama berada di Markas Kogas Penanggulangan
Akibat Bencana.
b) Pos Komando Cadangan berada di Markas Satgas.
c) Pos Komando Taktis berada di Markas UT/ditentukan kemudian.

b. Kendali.
1) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala nasional tanggung jawab
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
2) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala daerah berada pada Pangkotamaops
TNI Kewilayahan.
17

3) Kendali taktis bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam


penanggulangan akibat bencana sekala nasional berada pada Dansatgas
Kogasgab/Dansatgas PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
4) Kendali taktis bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.

RAHASIA

c. Komunikasi.

1) Alat.
a) Radio. Komunikasi radio digunakan sebagai komunikasi utama
antar unsur laut, unsur udara dan unsur Lantamal/Lanal. Alokasi frekuensi
radio dan prosedur komunikasi sesuai alokasi dan Proskom TNI/TNI AL.
b) Telepon. Komunikasi telepon digunakan untuk jalur komunikasi
voice utama berita komando antar satuan dan berita koordinasi dengan
satuan samping.
c) E-mail. Fasilitas email digunakan sebagai komunikasi data
cadangan untuk kebutuhan koordinasi antar markas komando dan markas
komando dengan satuan samping dengan klasifikasi berita terbuka.
d) Faksimili. Fasilitas faksimili digunakan sebagai komunikasi data
utama untuk koordinasi antar satuan dan dengan satuan samping khusus
berita surat dengan derajat kilat/segera.
e) Komunikasi Satelit. Fasilitas ini diselenggarakan sebagai
komunikasi cadangan jika hubungan komunikasi tersebut di atas tidak
terlaksana atau sesuai kebutuhan terutama pada daerah yang terkendala
akses komunikasi.

2) Prosedur. Sesuai dengan Protap, Insop dan Instap Komlek TNI


secara terpadu dan terintegrasi.

Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Dyan Primana S., M.Sc. Nurhidayat


Laksamana Pertama TNI Laksamana Madya TNI

Lampiran : N JABATAN PARAF TANGGAL


O
1. Intelijen 1. Wadan
2. Kekuatan Personel dan Materiel 2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum
18

3. Susunan Tugas
4. Peta Daerah Operasi
5. Logistik
6. Aturan Pelibatan/ROE
7. Daftar Distribusi
_____________________________________________

RAHASIA

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran A Renlibat Pushidrosal


PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Dalam Mengatasi Kontinjensi di
Wilayah Kogabwilhan I Tahun 2023
_____________________________

INTELIJEN

1. RINGKASAN KEADAAN SITUASI.

a. Isu Global.

1) Perkembangan lingkungan strategis global yang sangat dinamis saat ini


sangat berdampak dan mempengaruhi pola dan bentuk ancaman yang semakin
kompleks dan multidimensional, baik ancaman militer, ancaman nirmiliter
maupun hibrida. Wabah Covid-19 yang sampai dengan saat ini belum mereda
bahkan terus terdapat varian-varian baru masih menjadi isu global. Perlombaan
senjata strategis atau senjata pemusnah massal, perang dagang atau perang
ekonomi yang diikuti perang mata uang, perkembangan teknologi dan revolusi
industri 5.0, permasalahan lingkungan hidup dan perubahan iklim, perlombaan
penguasaan antariksa dan teknologi satelit (satelit penginderaan jauh, satelit
komunikasi, satelit positioning/GNSS, satelit Sigint dll), konflik antar negara
(konflik di Timur Tengah seperti konflik Israel dan Palestina, Kelomok Houthy
Yaman dengan Arab Saudi, konflik Rusia dengan Ukraina dll) dan
permasalahan perbatasan antar negara, radikalisme dan terorisme global,
kejahatan transnasional serta perlombaan pencarian sumber daya alam terus
terjadi dan berimplikasi terhadap bentuk dan pola ancaman terhadap suatu
negara, termasuk Indonesia.
2) Berkembangnya dinamika lingkungan strategis global juga terindikasi
mengarah pada berkembangnya aliansi ataupun organisasi di seluruh dunia
yang dibentuk guna menghadapi berbagai ancaman dan/atau untuk
kepentingan bersama, baik itu untuk menghadapi ancaman yang berbentuk
ancaman militer, maupun ancaman berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya ataupun terkait lingkungan hidup dan bencana alam.
3) Di lain sisi, isu permasalahan lingkungan hidup dan bencana alam serta
peningkatan kecelakaan transportasi terutama transportasi udara dan
transportasi laut, selain merupakan selain merupakan ancaman bagi negara
19

bersangkutan, juga terindikasi dapat digunakan/dimanfaatkan oleh negara-


negara tertentu untuk memberikan tekanan kepada negara tersebut atau
dijadikan sarana dalam rangka kepentingan tertentu dan terindikasi tidak murni
untuk memberikan bantuan kepada negara yang tertimpa musibah bencana
alam dan/atau musibah kecelakaan.
b. Isu Regional.
1) Perkembangan lingkungan strategis regional juga perlu mendapatkan
perhatian dikarenakan juga berpengaruh terhadap peluang dan ancaman.
Sengketa di Laut China Selatan, program Belt Road Iniciative (BRI) China yang
kemudian berhadapan dengan Free and open Indo-Pacific (FOIB) yang
kemudian diikuti dengan terbentuknya aliansi Australia-Amerika-Inggris
(AUKUS) guna menghadapi China, meningkatnya aliansi QUAD (Jepang,
Amerika Serikat, India dan Australia) yang memiliki kepentingan di Kawasan
Asia - Pasifik, konflik China-Taiwan, permasalahan batas negara antara negara-
negara ASEAN maupun dengan negara lainnya di Kawasan yang belum
selesai, Singapura dan Filipina yang dalam tanda kutip menjadi pangkalan
logistik Amerika Serikat di Kawasan ASEAN, penempatan kekuatan militer
Amerika Serikat di Darwin Australia, negara-negara anggota Melanesian
Spearhead Group (MSG) yang gencar menyerang RI di forum internasional dan
mendukung kemerdekaan Papua dan Papua Barat, dan berbagai
permasalahan di kawasan juga turut berpengaruh terhadap stabilitas kawasan
dan juga berimplikasi pada perkembangan pola dan bentuk ancaman terhadap
suatu negara, termasuk Indonesia.
2) Indonesia dengan politik luar negeri bebas aktif, memiliki kekayaan alam
yang melimpah dan termasuk negara yang berpengaruh di kawasan, jumlah
penduduk yang besar serta letaknya yang sangat strategis, menjadikan
Indonesia sebagai satu sasaran perebutan pengaruh dan juga kepentingan-
kepentingan negara-negara asing. Aliansi QUAD (Jepang, Amerika Serikat,
India dan Australia) sesungguhnya digagas atau muncul sejak penggalangan
bantuan internasional untuk bencana tsunami di Indonesia dan Thailand tahun
2004 dan saat ini terbukti menjadi aliansi yang bertujuan untuk kepentingan
stabilitas kawasan Indo-Pasifik dalam hal ini untuk menghadapi kekuatan dan
pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
peristiwa bencana alam dan/atau peristiwa kecelakaan di suatu negara dapat
menjadi momentum bagi negara lain untuk masuk ke Kawasan ataupun suatu
negara untuk kepentingan tertentu.
3) Berkaitan dengan hal tersebut di atas, apabila terjadi suatu bencana alam
dan/atau kecelakaan besar, selain diperlukan kewaspadaan dan juga maka
upaya penanggulangan, juga diperlukan pertimbangan khusus apakah perlu
melibatkan bantuan negara asing atau tidak.
c. Isu Nasional.
1) Ideologi. Masih terdapatnya kelompok-kelompok radikal, kegiatan
terorisme serta kegiatan-kegiatan lainnya yang mengarah kepada penolakan
terhadap Pancasila sebagai ideologi negara di beberapa wilayah di Indonesia
mengindikasikan bahwa masih terdapat ancaman berdimensi Ideologi.
Perubahan metode/sasaran aksi teror menjadi lone wolf atau aksi tunggal,
20

selain sulit diantisipasi, juga terindikasi sebagai dampak dari perkembangan


konflik di Timur Tengah dan/atau pergerakan kelompok radikal/teroris di negara
lain yang mulai terdesak dan menyebar secara sporadis. Ancaman berdimensi
ideologi tidak hanya muncul dari radikal kanan namun juga radikal kiri, baik
yang dilaksanakan secara terang-terangan atau atau pun dengan cara
sembunyi-sembunyi dan halus dengan berbagai kegiatan yang disamarkan.
Upaya-upaya untuk mendirikan negara Islam atau upaya untuk
menyebarkan /menghidupkan kembali faham komunis di Indonesia pun masih
terus bergulir.
2) Politik. Politik indentitas yang berkembang sejak Pilkada Jakarta tahun
2017 lalu hingga kini masih terus terjadi. Isu-isu terkait agama, suku, ras,
golongan dll hingga saat ini nampak masih bergulir dan berpotensi
menimbulkan perpecahan anak bangsa. Negara Indonesia yang memiliki
kebhinekaan akan sangat rentan timbul perpecahan apabila politik identitas
terus bergulir. Berbagai aksi unjuk rasa atau demonstrasi juga masih terjadi di
Jakarta atau pun di beberapa wilayah di Indonesia. Dampak polarisasi pada
Pilpres 2019 yang menjadikan masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua pun
hingga saat ini masih terasa dimana masih terus bergulir perselisihan antara
kelompok masyarakat ataupun kekuatan politik. Di lain sisi, berbagai kegiatan
politik dalam rangka Pemilu 2024 pun saat ini juga mulai nampak dilakukan oleh
partai/tokoh politik.
3) Ekonomi. Pandemi Covid-19 yang belum berakhir, efek perang
dagang dan perang mata uang antara Amerika Serikat dengan China dan
kebijakan negara-negara eropa yang memboikot produk minyak sawit Indonesia
sangatlah mempengaruhi ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Perkembangan teknologi dan infomasi serta revolusi industri juga berdampak
besar bagi perekonomian Indonesia. Berkembangnya e-commerce di dunia dan
juga di Indonesia menjadikan perubahan sistim transaksi dan jual beli yang
kemudian berimplikasi cukup luas. Beberapa sektor usaha yang tidak mampu
mengantisipasi perubahan tersebut menjadi kolaps/hancur/bangkrut, termasuk
merosotnya sektor perbankan dan industri.
4) Sosial dan Budaya. Perkembangan teknologi informasi dan internet
yang menjadikan cepatnya arus informasi menyebar ke seluruh dunia dalam
waktu cepat juga berimbas pada permasalahan sosial budaya baik berdampak
positif maupun dampak negatif. Melalui jaringan internet dan peralatan
komunikasi smart phone, serbuan budaya dan pengaruh asing saat ini dapat
langsung menyasar kepada generasi muda bahkan kepada individu-individu
secara langsung seolah-olah tanpa terbendung. Perkembangan teknologi
informasi juga nampak mengubah perilaku-perilaku individu dalam
bersosialisasi dan berkomunikasi. Hal tersebut juga berimbas kepada metode
sistim pendidikan, ketenagakerjaan, sistim transportasi dan bidang-bidang
lainnya yang apabila tidak dapat diantisipasi akan berdampak meluas. Di sisi
lain, di saat ini di mana Indonesia menuju ke arah bonus demografi juga perlu
mendapatkan perhatian yang serius dikarenakan terdapat potensi yang sangat
besar baik dari sisi keuntungan ataupun kerawanan apabila salah dalam
menyikapinya.
21

5) Pertahanan dan Keamanan. Pada bidang pertahanan dan keamanan


pun demikian, perkembangan teknologi, revolusi industri, kemajuan sistem
telekomunikasi serta dinamika lingkungan strategis global dan regional juga
berdampak pada bidang pertahanan dan keamanan. Berbagai permasalahan
dalam pengadaan Alutsista TNI terkait kemungkinan embargo dll beberapa
waktu yang lalu menjadikan tuntutan akan kemandirian dalam pengadaan
Alutsista. Berkembangnya industri pertahanan Indonesia serta industri-industri
strategis lainnya, menjadikan Indonesia semakin diperhitungkan oleh negara-
negara lain. Di sisi lain, ancaman terhadap pertahanan dan keamanan juga saat
ini turut berkembang. Ancaman siber, kejahatan transnasional, penyalahgunaan
narkoba, kasus ujaran kebencian, penyebaran berita palsu (hoax) dan lain-lain
juga terus meningkat dan berkembang sementara permasalahan-permasalahan
terkait batas wilayah, KKSB di Papua, konflik komunal/horizontal dan berbagai
kegitan ilegal atau tindak kejahatan di laut juga masih terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia.
6) Bencana Alam. Indonesia yang terletak di wilayah lingkaran/cincin api
Pasifik menjadikan wilayah Indonesia sangat rawan terhadap bencana letusan
gunung merapi, gempa bumi dan juga tsunami. Bahkan sepanjang wilayah
Barat Sumatera, Selat Sunda, dan Selatan Jawa terdapat potensi bencana
alam gempa bumi megathrust. Kejadian bencana alam yang hingga saat ini
belum dapat diprediksi kapan persis terjadinya, menjadikan berbagai upaya
mitigasi perlu dilaksanakan. Selain itu, dari berbagai kejadian bencana alam
gempa bumi dan/atau tsunami besar yang terjadi, juga mengakibatkan
beberapa daerah terisolir. Terputusnya jalur transportasi, komunikasi dan juga
aliran listrik pasca terjadinya bencana, menjadikan sulitnya mendapatkan
informasi kondisi wilayah yang terkena bencana dalam waktu yang cepat.
Terputusnya jalur transportasi untuk menuju daerah bencana menjadikan
bertambahnya permasalahan dalam rangka tanggap darurat ataupun
rekonstruksi dan rehabilitasi. Keterlambatan dalam penanganan bencana dapat
berimplikasi pada meluasnya permasalahan sosial dan juga dapat menambah
jumlah korban.
7) Kecelakaan transportasi berupa kapal tenggelam dan pesawat udara
jatuh di Perairan. Pada periode 2007 – 2021 telah terjadi 143 kali
kecelakaan di laut dengan kecenderungan (trend) naik dari tahun ke tahun. Dari
143 kejadian, tercatat 20% diantaranya berupa kapal tenggelam. Sedangkan
untuk kecelakaan pesawat udara pada periode 1967-2021 tercatat telah terjadi
36 kali dimana apabila kejadian dirata-rata maka per dua tahun sekali terdapat
satu kejadian. Dari 36 kejadian, 25% di antaranya kecelakaan berupa pesawat
jatuh di laut atau mendarat darurat di sungai. Walaupun kejadian pesawat jatuh
di laut hanya 25% dari seluruh kejadian, korban meninggal yang diakibatkan
kejadian tersebut lebih dari 200% korban keseluruhan dari kecelakaan pesawat
yang jatuh di darat. Korban meninggal akibat kecelakaan pesawat jatuh di laut
mencapai 1.004 korban jiwa. Selain upaya menyelamatkan penumpang yang
mungkin masih bisa diselamatkan dari kejadian kecelakaan kapal laut dan
pesawat udara, hal lainnya yang juga penting dilakukan yaitu pencarian kapal
dan juga pesawat yang tenggelam, baik itu dalam rangka evakuasi jenazah
korban maupun dalam rangka kepentingan investigasi guna mengetahui
penyebab terjadinya kecelakaan. Untuk itu, upaya pencarian terhadap kapal
22

dan pesawat termasuk bagian-bagian ataupun beberapa peralatan yang


penting (seperti black box dll) merupakan hal yang sangat penting dilakukan.

2. UNSUR UTAMA KETERANGAN DAN PERSOALAN INTELIJEN LAINNYA.

a. Unsur Utama Keterangan.


1) Wilayah Kogabwilhan I terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi
bencana gempa bumi megathrust seperti Aceh-Andaman, Nias-Simeulue,
Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Enggano, Selat Sunda Banten dan
Selatan Jawa Barat. Jika benar:
a) Apakah terdapat daerah yang berpotensi terisolasi dari daerah
lainnya karena terputusnya jalur transportasi darat, laut dan udara ke
daerah tersebut? Jika ada, daerah mana saja? Jalur transportasi apakah
yang dimungkinkan cepat menuju daerah tersebut? Berapakah jumlah
penduduk di daerah-daerah terisolir tersebut?
b) Jalur darat/laut/udara mana sajakah yang dapat digunakan menuju
daerah-daerah terisolir tersebut, terutama daerah yang terkena dampak
bencana alam?
c) Apakah di daerah-daerah tersebut terdapat pantai yang dapat
digunakan untuk beaching kapal pengangkut pengangkut bantuan?
Apabila iya, dimana sajakah? Berapakah lebar masing-masing pantai?
Apakah terdapat jalan-jalan pendekat dari pantai tersebut?
d) Apakah terdapat pelabuhan dan dermaga di daerah-daerah terisolir
tersebut? Jika ada, berapa jumlahnya, berapa kedalaman alur dan
perairan di kolam pelabuhan dan dermaganya? Kapal jenis apa saja yang
bisa berlabuh? Berapa banyak kapal yang bisa berlabuh di masing-masing
dermaga?
2) Wilayah Kogabwilhan I terdapat beberapa perairan (laut dan sungai) yang
rawan terjadi kecelakaan kapal. Jika benar:
a) Dimana sajakah lokasi perairan tersebut?
b) Apa saja penyebab terjadinya kecelakaan?
c) Apakah kapal kecelakaan yang tenggelam dapat ditemukan? Jika
dapat ditemukan, bagaimana cara menemukan kapal yang tenggelam
tersebut? Peralatan apa yang digunakan?
d) Apakah kapal yang tenggelam sulit ditemukan? Jika iya, apa saja
faktor penyebabnya? Berapa jauh lokasinya dari daratan? Berapakah
kedalaman perairan tersebut? Apa saja kendala saat proses SAR?
3) Wilayah Kogabwilhan I terdapat beberapa perairan (laut dan sungai) yang
rawan terjadinya pesawat jatuh. Jika benar:
a) Dimana sajakah lokasi perairan tersebut?
b) Apakah terdapat pemukiman atau penduduk yang kemungkinan
dapat menyaksikan/melihat kejadian kecelakaan tersebut?
23

c) Apakah pesawat yang jatuh dan tenggelam kemungkinan dapat


ditemukan? Jika dapat ditemukan, bagaimana cara menemukan kapal
yang tenggelam tersebut? Peralatan apa yang digunakan?
d) Apakah pesawat yang jatuh dan tenggelam kemungkinan sulit
ditemukan? Jika iya, apa saja faktor penyebabnya? Berapa jauh lokasinya
dari daratan? Berapakah kedalaman perairan tersebut? Apa saja kendala
saat proses SAR?
b. Persoalan Intelijen Lainnya.
1) Apabila terjadi bencana alam, apakah masyarakat yang terdampak
bencana cenderung melakukan penjarahan/pencurian/penghadangan dan/atau
perbuatan lainnya yang serupa guna mendapatkan barang-barang
kebutuhannya? Jika iya:
a) Apa saja objek yang dijarah/curi/hadang dan barang apa saja yang
biasa mereka ambil?
b) Bagaimana dan waktu kapan saja mereka melakukannya?
c) Pelaralatan/persenjataan apa saja yang mereka gunakan saat
melakukan aksinya?
d) Daerah atau lokasi mana saja yang rawan berpotensi terjadi
penjarahan/pencurian/penghadangan tersebut?
2) Apabila terjadi kecelakaan kapal, apakah terdapat kerawanan
pencurian/penjarahan terhadap barang/muatan kapal yang terkena musibah
tersebut? Jika iya:
a) Barang apa saja yang biasa dicuri/dijarah?
b) Bagaimana modus operandi pelaku melakukannya?
c) Pelaralatan/persenjataan apa saja yang mereka gunakan saat
melakukan aksinya?
d) Daerah atau lokasi mana saja yang rawan berpotensi terjadi
pencurian/penjarahan tersebut?
3) Apabila terjadi kecelakaan pesawat jatuh di laut, apakah terdapat
kerawanan pencurian/penjarahan/pengambilan barang/muatan dari pesawat
yang terkena musibah tersebut? Jika iya:
a) Barang apa saja yang biasa dicuri/dijarah/diambil?
b) Bagaimana modus operandi pelaku melakukannya?
c) Pelaralatan/persenjataan apa saja yang mereka gunakan saat
melakukan aksinya?
d) Daerah atau lokasi mana saja yang rawan berpotensi terjadi
pencurian/penjarahan tersebut?
e) Siapa saja pihak yang kemungkinan melakukan perbuatan tersebut
dana pa motivasinya?
24

4) Apakah di daerah-daerah lokasi yang rawan bencana alam dan rawan


terjadinya kecelakaan kapal laut dan pesawat udara tersebut terdapat
kerawanan/ancaman lainnya? Jika iya:
a) Apa saja jenis kerawanan/ancaman tersebut?
b) Di mana saja lokasi kerawanan/ancaman tersebut?
c) Apa saja bahaya yang ditimbulkan dari kerawanan/ancaman
tersebut?
d) Bagaimana kerawanan/ancaman tersebut terjadi?
e) Apabila kerawanan/ancaman tersebut dilakukan oleh orang atau
sekelompok orang, siapa nama orang atau nama pemimpin kelompok
tersebut? Bagaimana mereka beroperasi (modus operansi)?
Peralatan/persenjataan apa yang mereka gunakan? Apa saja yang
menjadi target/sasaran dari aksi mereka?

3. PERINTAH DAN PERMINTAAN KETERANGAN.

a. Perintah Kepada Komando Bawah.


1) Laksanakan penyelidikan terhadap berbagai kerawanan/ancaman yang
terjadi dan mungkin terjadi di daerah operasi.
2) Laksanakan pengamanan terhadap personel, matetrial,
dokumen/infromasi/pemberitaan dan kegiatan selama operasi berlangsung.
3) Laksanakan penggalangan terhadap masyarakat di sekitar daerah operasi
sehingga berpihak dan bersedia mendukung/membantu dalam mewujudkan
keamanan dan kelancaran operasi yang dilaksanakan
4) Laksanakan koordinasi dengan aparat terkait di daerah operasi.
5) Laksanakan pengumpulan dan analisa intelijen taktis guna mendukung
keberhasilan operasi.
b. Permintaan Keterangan Kepada Komando Atas dan Samping.
1) Dukungan matsus intelijen untuk mendukung pelaksanaan tugas.
2) ADO untuk masing-masing daerah operasi, khususnya daerah yang
terjadi bencana alam dan/atau terdapat kecelakaan kapal atau pesawat udara.
3) Dukungan informasi intelijen taktis khususnya dari aparat intelijen di
daerah serta informasi perkembangan situasi secara terus menerus dari lokasi
yang terjadi bencana alam atau kecelakaan, sebelum maupun selama Satgas
berada di daerah operasi
4) Dukungan peta, baik peta darat dan peta laut khususnya daerah-daerah
yang terjadi bencana alam atau kecelakaan kapal laut atau pesawat udara.

4. LAIN – LAIN.
a. Instruksi tentang Perlakuan Terhadap Dokumen.
1) Laksanakan pengamanan dokumen serta terapkan pemberlakuan
dokumen sesuai klasifikasinya.
25

2) Hindari kebocoran dokumen yang bersifat rahasia ataupun sangat


rahasia.
3) Laksanakan pengamanan dokumen guna terhindar dari kerusakan,
kehilangan ataupun duplikasi tidak sesuai peruntukan/ketentuan.

b. Instruksi Tentang Pengamanan Berita, Informasi dan Kegiatan.


1) Laksanakan penyaringan terhadap awak media yang ikut bersama
satgas.
2) Laksanakan kerjasama dengan Tim Penerangan untuk melaksanakan
penyaringan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pihak media
kepada Komandan Satgas atau pejabat yang ditunjuk untuk memberikan
keterangan pers.
3) Bekerjasama dengan Tim Penerangan dalam menyiapkan press release
maupun press kit untuk kepentingan publikasi.
4) Laksanakan pengamanan guna mencegah personel Satgas memberikan
keterangan pers dan atau menyebarkan foto/video selain pejabat yang
diberikan kewenangan atau yang ditunjuk.
5) Memastikan agar pemberian keterangan pers hanya dilaksanakan oleh
pejabat yang diberikan kewenangan berdasarkan peraturan yang berlaku di
lingkungan TNI/TNI Angkatan Laut.
6) Laksanakan penyelidikan dan pengusutan apabila terjadi kebocoran
RAHASIA
informasi dan atau penyebaran informasi yang tidak sesuai ketentuan dan/atau
merugikan/merusak citra TNI/TNI Angkatan Laut.
c. Instruksi Penggunaan Peta dan Foto (Dokumen).
1) Penggunaan peta dan foto agar sesuai kebutuhan/kepentingan serta
hindarkan terjadinya kerusakan.
2) Laksanakan pengamanan terhadap peta dan foto yang bersifat rahasia.

d. Organisasi.
1) Tim Intelijen dipimpin oleh seorang Dantim dengan pangkat minimal
Mayor berkualifikasi intelijen
2) Tim Intelijen terdiri dari Unit pengamanan, Unit penyelidikan, Unit
Penggalangan dan Unit Matsus/Inteltek.

e. Administrasi.
1) Selama pelaksanaan tugas agar laksanakan pelaporan sesuai dengan
administrasi intelijen, baik laporan yang bersifat periodik maupun non periodik.
2) Setiap laporan agar dilengkapi dengan foto dan/atau video dokumentasi.
3) Laksanakan laporan secepatnya terhadap setiap kejadian
penting/menonjol dengan format Laporan Informasi, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan laporan perkembangan dan/atau laporan atensi atau
laporan khusus, sesuai dengan kebutuhan.

f. Koordinasi. Menjelaskan tentang koordinasi dan kerjasama dengan satuan


atas, bawah dan samping.
26

1) Laksanakan tugas bidang penyelidikan, pengamanan dan penggalangan


secara optimal dalam rangka mendukung keberhasilan tugas pokok Satgas.
2) Laksanakan koordinasi melekat dengan komando atas, sesama anggota
Tim Intelijen, satuan samping maupun satuan bawah.
3) Laksanakan koordinasi dan kerjasama dengan setiap Tim dan/atau unsur
yang terlibat dalam operasi.
4) Laksanakan koordinasi dan kerjasama dengan aparat intel satuan
samping dan aparat Polri setempat dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas.
5) Laksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penerangan dalam
rangka pengamanan dokumen/informasi dan pemberitaan.
Nyatakan Mengerti:
Sah
Aspamkersamtas Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Dr. Yanuar Handwiono, M.Sc. Nurhidayat


Kolonel Laut (E) NRP 9306/P Laksamana Madya TNI
NO JABATAN PARAF TANGGAL
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
RAHASIA
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran B Renlibat Pushidrosal


PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Dalam Mengatasi Kontinjensi di
____________________________________________ Wilayah Kogabwilhan I Tahun 2023
_____________________________
KEKUATAN PERSONEL DAN MATERIEL

1. PERSONEL.

a. Pemeliharaan kekuatan.
1) Kekuatan personel yang dilibatkan dalam operasi ini sesuai alokasi
kekuatan personel.
2) Laporan situasi kekuatan personel sesuai prosedur yang berlaku.
3) Tenaga pengganti diselenggarakan oleh Satgas/UT/Tim yang
bersangkutan, sesuai prosedur yang berlaku dan dilaporkan kepada Satuan
Awal dan Penerima BKO.
4) Permintaan penambahan personel diajukan kepada Komando Atas sesuai
ketentuan.
b. Perawatan kesehatan dan evakuasi.
1) Perawatan kesehatan.
27

a) Untuk pertolongan pertama dilaksanakan oleh tim kesehatan


Penerima BKO dan tim kesehatan organik.
b) Apabila tidak dapat diatasi, dapat dikirim ke Rumah Sakit baik
Rumkit TNI maupun RSU terdekat.
2) Pemeriksaan kesehatan rutin/periodik untuk pencegahan penyebaran
COVID-19 dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Evakuasi korban dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkut
organik TNI yang tersedia. Evakuasi cepat mengoptimalkan penggunaan pesud
yang berada di bawah kendali Penerima BKO.
c. Pembinaan personel.
1) Tidak ada izin cuti selama operasi, kecuali dalam hal khusus dapat
diberikan sesuai situasi dan kondisi.
2) Pembinaan hukum disiplin dan tata tertib menjadi tanggung jawab
Komandan unsur.
3) Pembinaan moril menjadi tanggung jawab unsur masing-masing.
d. Perlakuan terhadap tersangka.
1) Laksanakan koordinasi dengan POM TNI bila personel militer dan dengan
Polri bila melibatkan masyarakat sipil.
2) Periksa paspor/visa/Dahsuskim bila ada orang asing.
3) Bagi orang asing tanpa paspor/visa tidak boleh meninggalkan lokasi
penangkapan.
4) Bila perlu diadakan penahanan, hubungi Imigrasi dan Kejaksaan dan
Kepolisian setempat.
5) Diisolasi dari kemungkinan kontak dengan masyarakat luar/setempat.
6) Penuhi hak-hak tersangka dan hindari pelanggaran HAM.
2. MATERIEL.

a. Eselon Pendahuluan.
1) Perlengkapan Tim Survei Tanggap Segera.
a) MBES : 1 set
b) SBES : 1 set
c) GPS Geodetik : 3 set
d) TSC GPS Survei : 1 set
e) Current Meter : 1 set
f) Tide Gauge : 1 set
g) VHF Radio Handled : 3 unit
h) Satelite Telephone : 1 unit
i) ASV Z-Boat : 1 set
j) Drone Mapping Rotary Wing : 1 set
k) Laptop ADL dan Lahta : 3 set
l) Satcom IP + Compact : 1 unit
m) Teropong Binocular : 2 unit
n) Teropong Malam : 1 unit
o) Kamera : 1 unit
p) Solar Cell lapangan 1000 Watt : 1 set
28

q) Genset 3 KVA : 1 unit


r) ATK : 1 paket

2) Perlengkapan Perorangan
1) Perlengkapan perorangan : 16 set
2) Senter headlamp : 16 set
3) Masker : 16 dos
4) Sarung tangan : 16 set
5) Velbed : 16 set
6) Jas Hujan : 16 set
7) Swim vest /life jacket : 16 set

b. Eselon Susulan.
1) Satgas/UT.
a) MBES (cadangan) : 1 set
b) Side Scan Sonar : 1 set
c) Magnetometer : 1 set
d) Sub Bottom Profiler : 1 set
e) AWS Portable : 1 set
f) ROV portable : 1 set
g) USBL portable : 1 set
h) VHF Radio handheld : 3 unit
i) Satelite Telephone : 1 unit
j) Satcom IP + Compact : 1 unit
k) Proyektor + layar : 1 set
l) TV 40” + standing bracket : 2 set
m) Emergency Lamp : 5 set
n) Laptop kerja + laptop server : 3 unit
o) Sistem LAN 16-portRAHASIA : 1 set

2) KRI BHO/KAL HO.


Peralatan/perlengkapan organik yang ada.

3) Tim Pemetaan.
a) Laptop pengolahan Hidrografi : 1 unit
b) Laptop pengolahan Oseanografi : 1 unit
c) Laptop pengolahan Meteorologi : 1 unit
d) Laptop pengolahan Geofisika : 1 unit
e) Laptop pengolahan Geospasial : 1 unit
f) Laptop pengolahan Kartografi : 1 unit

4) Tim Bantu.
- Sesuai kebutuhan penugasan.

Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,
29

Andi Djaswadi, S.T. Nurhidayat


Kolonel Laut (T) NRP 10111/P Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum

RAHASIA

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran C Renlibat Pushidrosal Dalam


PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
________________________________

SUSUNAN TUGAS

Daerah Waktu : Sesuai Rencana Induk.

1. ORGANISASI TUGAS.

a. Eselon Pendahuluan.
1 Tim Unit Survei Tanggap Segera.

b. Eselon Susulan.
1) Satgas/UT.
2) Unsur Laut.
30

a) 1 KRI BHO Kelas Rigel.


b) 1 KRI Pollux – 935.
c) 1 KAL HO.

3) Tim Pemetaan.
a) Hidrografi.
b) Oseanografi.
c) Meteorologi.
d) Kartografi.
e) Geofisika
f) Geospasial

4) Tim Bantu.
a) Kesehatan.
b) Penerangan.
c) Komlek.
d) Penyelam.
e) Pemeliharan.
f) Hukum

2. STRUKTUR ORGANISASI TUGAS.

a. Eselon Pendahuluan.

1 USTS
31

b. Eselon Susulan.

1. PPRC PB TNI.

UT “HALONG”

1 KRI BHO Kelas Rigel


1 KRI Pollux – 935
1 KAL HO
1 Tim Pemetaan
1 Tim Bantu

2. Kogasgab PB TNI.
32

SATGAS HIDROS

UT Laut UT Pemetaan UT Bantu

2 KRI BHO - Kesehatan


1 KAL HO - Hidrografi - Penerangan
1 USTS - Oseanografi - Komlek
- Meteorologi - Penyelam
- Geofisika - Pemeliharaan
- Kartografi - Hukum
- Geospasial

3. Satgas PB TNI.
33

UT. HIDROS

2 KRI BHO
1 KAL HO
1 USTS
1 Tim Pemetaan
1 Tim Bantu
RAHASIA
34

4. Satgas SAR Laut

KOTAMA OPS TNI WILAYAH

SATGAS SAR LAUT

UT SAR UT DETEKSI

1 KRI BHO
1 KAL HO
1 USTS
1 Tim Pemetaan
1 Tim Bantu

Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Dyan Primana S., M.Sc. Nurhidayat


Laksamana Pertama TNI Laksamana Madya TNI

N JABATAN PARAF TANGGAL


O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum

RAHASIA
RAHASIA
35
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran D Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
________________________________

PETA DAERAH OPERASI

Daerah Waktu : Sesuai Rencana Induk.

Keterangan :
1. Mako Kogabwilhan I berada di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
2. Kogabwilhan I meliputi:
a. Wilayah Darat: Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
b. Wilayah Laut: Perairan di sekitar Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Banten dan ALKI I.
c. Wilayah Udara: wilayah di atas Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka-Belitung,
Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan ALKI I beserta perairan di
sekitarnya.

Nyatakan mengerti:
Sah
Asopssurta Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Dyan Primana S., M.Sc. Nurhidayat


Laksamana Pertama TNI Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum
RAHASIA
36
37
RAHASIA
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran E Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
______________________________
_

LOGISTIK

Daerah Waktu : Sesuai Rencana Induk.

a. Perbekalan.
1) Kebutuhan pembekalan awal seluruh unsur-unsur menjadi tugas dan
tanggung jawab departemen/angkatan/satuan/instansi pembina masing-masing.
2) Kebutuhan suku cadang untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin, didukung
oleh satuan awal.
3) Menggunakan bekal rutin, sedangkan intensitas kegiatan didukung
berdasarkan jarak dan lama operasi.
4) Kebutuhan pembekalan ulang unsur-unsur yang terlibat dalam operasi,
sesuai dengan ketentuan yang ada didukung oleh Pemerintah melalui Mabes
TNI yang disalurkan kepada Penerima BKO.
5) Pengajuan pembekalan.
a) Kebutuhan BMP, UM, dan dukungan operasi (uang saku operasi)
didukung oleh Mabes TNI melalui Penerima BKO.
b) Satgas/UT/unsur melaporkan kebutuhan bekal dan kondisi teknis
kepada Penerima BKO sesuai ceklis, kondisi teknis dan kesiapan operasi.
c) Bekal ulang logistik cair dan bahan basah unsur dapat dipenuhi di
pangkalan terdekat dan atau BCM sesuai situasi dan kebutuhan.
d) Selesai melaksanakan bekal ulang, Dan Unsur melaporkan kepada
Penerima BKO tempat, tanggal, jam, jumlah dan jenis bekul.
e) Selanjutnya Penerima BKO mengajukan dukungan kepada Mabes TNI
sesuai jumlah, meliputi:
(1) Jumlah personel.
(2) Jumlah penggunaan BBM unsur operasi.

b. Angkutan.
1) Pemindahan personel dan material unsur yang terlibat di dalam eselon
pendahuluan dilaksanakan secara cepat menggunakan angkutan organik TNI
dari pangkalan awal/terdekat.
2) Pemindahan personel dan material unsur yang terlibat di dalam eselon
susulan dilaksanakan menggunakan KRI BHO/KAL HO atau angkutan organik
TNI lainnya dari pangkalan awal/terdekat, dibantu oleh unsur-unsur laut dan
udara yang beroperasi.
3) Dalam keadaan darurat, pemindahan yang tidak dapat didukung oleh
angkutan TNI/organik agar dilaporkan kepada Penerima BKO dan atau satuan
awal.

RAHASIA
RAHASIA
38

c. Pemeliharaan dan Perbaikan Material/Peralatan.

1) Pemeliharaan dan Perbaikan (Harkan) rutin material/peralatan unsur


KRI/KAL sesuai petunjuk/prosedur dilakukan oleh ABK masing-masing unsur
dan dapat dibantu oleh Fasharkan di pangkalan terdekat.

2) Pengajuan dan pelaksanaan perbaikan darurat material/peralatan unsur


KRI/KAL yang tidak bisa dikerjakan ABK, dilaporkan kepada Komando
Atas/satuan awal sesuai prosedur meliputi jenis kerusakan, suku cadang dan
fasharkan yang mengerjakan dengan tembusan Penerima BKO.

3) Pemeliharaan dan perbaikan Alsurta baik di KRI, KAL, dan USTS


dilaksanakan oleh Tim Pemeliharaan yang tergabung dalam Tim Bantu.

4) Pemeliharaan dan perbaikan Alsurta baik di KRI, KAL, dan USTS yang tidak
dapat dilaksanakan oleh Tim Pemeliharaan yang tergabung dalam Tim Bantu
dilaporkan kepada Komando Atas/satuan awal sesuai prosedur meliputi jenis
kerusakan, suku cadang dan pihak pelaksana yang mengerjakan dengan
tembusan Penerima BKO.

Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Andi Djaswadi, S.T. Nurhidayat


Kolonel Laut (T) NRP 10111/P Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum

RAHASIA
RAHASIA
39

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran E-1 Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023.
___________________________________

KEBUTUHAN LOGCA

Daerah Waktu : Sesuai Rencana Induk.

KEBUTUHAN BMP ( dalam liter )


JUMLAH
GOL & HSD ML MT-88 AT
NO HARI KEGIATAN
TYPE ALUT/ALPAL JML KONSUMSI PER HARI KONSUMSI PER HARI GANTI KONSUMSI PER HARI
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
JML LAYAR GODAR LAYAR/OPS GODAR LAYAR GODAR OLI LAYAR GODAR
1 KRI BHO Kelas RGL 1 15 5 1 12,648 1,560 197,520 63 9 1,500 2,490 200 5,000 5,000 100,000
2 KRI BHO Pollux 1 15 5 1 29,160 960 442,200 60 9 1,500 2,445 100 5,000 5,000 100,000
3 KAL HO 1 12 8 1 3,696 288 46,656 20 8 500 804 200 300 300 6,000
4 Perahu Perum 1 15 - 1 100 - 1,500 5 - 200 275 - - - -
5 Sekoci Karet 3 15 - 3 - - - - - 40 40 400 - - -
6 Truk 2 20 - 2 60 - 2,400 - - 80 80 - - - -
7 Genset 3 KVA 2 20 2 1,200

JUMLAH TOTAL 690,276 6,134 2,100 206,000

Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

N JABATAN PARAF TANGGAL


O
Andi Djaswadi, S.T Nurhidayat
1. Wadan
Kolonel Laut (T) NRP 10111/P 2. Asopssurta Laksamana Madya TNI
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum
RAHASIA
RAHASIA
40

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran E-2 Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
________________________________
KEBUTUHAN ANGGARAN

Daerah Waktu : Sesuai Rencana Induk.

WAKTU (HARI) DANA PENAMBAH


U.MAKAN U.SAKU KODAL
KOMPONEN KUAT TAKTIS DAYA TAHAN JUMLAH
LAYAR/OPS LEGO/ SANDAR
40,000 25,000 3,000 2,000 5,000

SATGAS / UT 12 20 9,600,000 6,000,000 720,000 480,000 1,200,000 18,000,000


KRI BHO KELAS RIGEL 47 15 5 37,600,000 23,500,000 2,820,000 1,880,000 4,700,000 70,500,000
KRI BHO POLLUX 37 15 5 29,600,000 18,500,000 2,220,000 1,480,000 3,700,000 55,500,000
KAL HO 20 12 8 16,000,000 10,000,000 1,200,000 800,000 2,000,000 30,000,000
USTS 16 20 12,800,000 8,000,000 960,000 640,000 1,600,000 24,000,000
TIM PEMETAAN 14 20 11,200,000 7,000,000 840,000 560,000 1,400,000 21,000,000
TIM BANTU 26 20 20,800,000 13,000,000 1,560,000 1,040,000 2,600,000 39,000,000
172 140 137,600,000 86,000,000 10,320,000 6,880,000 17,200,000 258,000,000

* TR Panglima TNI no. STR//266/2020 18 Desember 2020 (Komponen & Indeks Giat Opslat TNI TA.2021 - Giat Ops Rutin Integratif)

Nyatakan mengerti:
Sah
Aslog Danpushidrosal, Komandan Pushidrosal,

Andi Djaswadi, S.T. Nurhidayat


Kolonel Laut (T) NRP 10111/P Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
RAHASIA
5. Katim Pokja
6. Kasetum
RAHASIA
41
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran F Renlibat Pushidrosal Dalam
PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
_______________________________

ATURAN PELIBATAN
(RULES OF ENGAGEMENT)

Penunjukan : 1. Peta.
a. Peta-peta Laut Indonesia di Wilayah Kogabwilhan I.
b. Peta Wilayah Operasi Kogabwilhan I.

2. Dasar.
a. Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa.
b. San Remo Handbook On Rules Of Engagement.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 tahun 1946
tentang Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).
d. Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985 tentang ratifikasi
konvensi hukum laut (UNCLOS 1982).
e. Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan
Militer.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
g. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Peradilan
Hak Asasi Manusia.
h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
i. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial.
j. Peraturan Panglima TNI Nomor 43 tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Panglima TNI Nomor 48 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Panglima TNI Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia.
k. Nota Kesepahaman (MOU) TNI dan POLRI Nomor
B/2/2018 tanggal 23 Januari 2018 tentang pelibatan aparat TNI
dalam fungsi Kepolisian yang ditandatangani oleh Panglima TNI
dan Kapolri pada tanggal 23 Januari 2018.

RAHASIA
42

Daerah Waktu : WIB (GMT+7)

Susunan Tugas : Periksa Lampiran

1. KEADAAN :
a. Umum. Kerawanan atau ancaman lanjutan di daerah operasi yang sering
terjadi dan perlu diantisipasi pasca terjadinya bencana alam yang dahsyat yaitu
penjarahan atau pencurian pertokoan/perkantoran/gudang/perumahan yang tidak
dihuni, penghadangan yang disertai dengan penjarahan/perampasan barang secara
paksa terhadap sarana transportasi yang lewat, konfliks sosial atau keributan antara
masyarakat yang mengharapkan bantuan dan tindakan anarkhis lainnya yang
disebabkan karena masyarakat di daerah terdampak bencana menginginkan bantuan
secepatnya guna memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Minimnya ketersediaan
berbagai barang kebutuhan pokok yang berbanding terbalik dengan jumlah masyarakat
yang membutuhkan, terindikasi memicu permasalahan tersebut.
Demikian halnya pada kejadian kecelakaan kapal laut atau pesawat udara yang
jatuh di laut, juga terdapat potensi kerawanan atau ancaman. Investigasi untuk
mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan sarana transportasi tersebut
dimungkinkan menjadikan pihak-pihak tertentu yang tidak ingin terungkapnya
kebenaran di balik kejadian tersebut dimungkinkan berharap dan/atau berupaya untuk
menghilangkan barang bukti yang dapat mendukung investigasi.
Kedua jenis ancaman atau kerawanan tersebut sangat dimungkinkan akan terjadi
dan dihadapi oleh Satgas Pushidrosal saat berada di daerah operasi. Untuk itu
diperlukan pedoman dan payung hukum bagi para prajurit di lapangan agar tidak ragu-
ragu dalam bertindak serta menghindarkan terjadinya permasalahan hukum
dikarenakan kesalahan prosedur dalam mengatasi permasalahan tersebut.

b. Ancaman.
1) Ancaman bencana alam dan tsunami. Beberapa kejadian faktual di
beberapa wilayah di Indonesia saat terjadi bencana alam adalah permasalahan
sosial pasca terjadinya bencana. Permasalahan sosial tersebut berupa tindak
kejahatan pencurian harta benda di rumah-rumah yang ditinggalkan penduduk,
penjarahan toko-toko, supermarket, SPBU, gudang-gudang penyimpanan
barang/logistik bahkan penghadangan terhadap kendaraan-kendaraan yang lewat
termasuk kendaraan pengangkut bantuan untuk korban pengungsi akibat bencana
alam. Pasca bencana gempa bumi Nias tahun 2002 Mabes Polri mencatat terjadi
9 kejadian penjarahan dengan sasaran pertokoan. Pada saat pasca bencana alam
gempa bumi dan tsunami yang disertai likuifaksi di Palu/Donggala pada tahun
2018, terdapat 168 orang yang diamankan Polda Sulteng dan 123 orang
diantaranya ditetapkan sebagai tersangka pelaku penjarahan dan pencurian.
Penjarahan terhadap SPBU dan mobil tangki pengangkut bahan bakar pun terjadi.
Penghadangan dan penjarahan terhadap mobil-mobil yang lewat bahkan mobil
pengangkut bantuan kemanusiaan pun tidak luput dari aksi tersebut.
Permasalahan sosial tersebut juga terjadi pada saat bencana alam meletusnya
gunung Semeru pada tahun 2021 lalu dimana terdapat banyak laporan
masyarakat yang kehilangan harta benda baik berupa uang, sertifikat
rumah/tanah, hewan ternak dan perabotan rumah tangga. Permasalahan sosial
tersebut kemudian berkembang menjadi amuk massa setelah mengetahui pelaku.
43

Potensi-potensi permasalahan sosial berupa tindak kejahatan tersebut sangat


memungkinkan akan kembali terjadi di daerah-daerah yang terdampak gempa,
apalagi bencana yang terjadi adalah bencana alam megathrust. Untuk itu, satuan-
satuan yang ditugaskan ke daerah operasi, selain melaksanakan tugas pokoknya
juga perlu mengantisipasi dan mewaspadai hal tersebut, termasuk diperlukannya
berbagai payung hukum atau aturan pelibatan agar para prajurit di lapangan tidak
ragu-ragu dalam bertindak dan juga menghindarkan mereka dari permasalahan
hukum di kemudian hari.
2) Ancaman Kapal Tenggelam dan Pesawat Udara Jatuh di Perairan. Selain
mencari dan menyelamatkan penumpang, hal yang juga penting untuk dilakukan
apabila terjadi kecelakaan kapal maupun pesawat udara adalah investigasi dalam
rangka untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan dan juga evakuasi
jenazah korban. Pada kasus kecelakaan kapal tenggelam dan/atau pesawat udara
jatuh di laut/sungai, proses investigasi akan menjadi sangat sulit dikarenakan
kapal/pesawat udara berada di dasar laut sehingga tingkat kesulitan semakin
tinggi untuk pencarian maupun pengangkatan/evakuasi.
Penyebab terjadinya kecelakaan akan sangat sulit terungkap apabila
minim/tidak adanya korban selamat yang dapat dijadikan saksi serta tidak
ditemukannya kapal/pesawat udara yang tenggelam beserta peralatan/instrumen
yang dibutuhkan untuk mendukung investigasi. Faktor alam berupa kondisi
perairan dan cuaca dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan, apalagi
apabila terdapat pihak-pihak yang terindikasi berupaya untuk menutupi atau
mencegah ditemukannya kapal/pesawat udara yang tenggelam ataupun instrumen
yang dibutuhkan (esperti black box pada pesawat). Untuk itu berbagai potensi
upaya-upaya untuk menghilangkan dan/atau mencegah ditemukannya barang
bukti tersebut perlu diantisipasi. Proses perencanaan yang matang dan juga
pengawasan dan pengamanan saat kegiatan di lapangan sangat diperlukan untuk
mencegah hal tersebut terjadi.

c. Pasukan Kawan. Seluruh Kotamaops TNI Kewilayahan dan jajarannya di


Kogabwilhan I.

2. TUGAS POKOK. Pushidrosal melaksanakan perbantuan mengatasi Kontinjensi


dengan menyelenggarakan survei dan pemetaan Hidro-Oseanografi sesuai permintaan
mulai hari “H” jam “J” selama periode waktu tahun 2023 di wilayah Kogabwilhan I,
dalam rangka mendukung tugas Kogabwilhan I.

3. PELAKSANAAN.

a. Konsep Operasi Umum TNI.


1) Perintah komando atas. Sesuai dengan ROE induk.
2) Ketentuan membela diri.
a) Penggunaan kekerasan untuk membela diri digunakan dalam keadaan
terpaksa yang mengancam secara nyata dan langsung, silakukan untuk
44

membela diri sendiri, orang lain atau satuan/Alutsista dari ancaman yang
mengakibatkan luka parah, kematian dan kerusakan.
b) Penggunaan kekerasan baik dengan tangan kosong ataupun dengan
senjata dilaksanakan dengan prinsip proporsionalitas dan menghindari
kerugian atau kerusakan ikutan secara berlebihan yang dapat
meningkatkan eskalasi massa.
c) Penggunaan kekerasan tidak menimbulkan penderitaan yang
berlebihan dan memberikan jaminan perlindungan bagi mereka yang sudah
menyerah, luka dan sakit.
d) Pembelaan diri dimana prajurit tidak memiliki kesempatan untuk
menghindar dari ancaman kehilangan nyawa, dapat menggunakan senjata
untuk melumpuhkan pelaku.
e) Pembelaan diri dimana prajurit masih memiliki kesempatan untuk
menghindari kekerasan, maka dilakukan secara bertahap sesuai dengan
eskalasi ancaman, dimulai dengan memberikan peringatan secara verbal,
menggunakan kekerasan tangan kosong, tembakan peringatan,
menggunakan senjata tumpul serta menggunakan senjata dan amunisi
sesuai tahapan dan eskalasi ancaman serta atas perintah (granat asap,
amunisi hampa, amunisi karet dan amunisi tajam).

3) Ketentuan mempertahankan diri.


a) Utamakan tindakan preventif dari pada represif.
b) Penggunaan kekerasan untuk mempertahankan diri digunakan dalam
keadaan terpaksa yang mengancam secara nyata dan langsung, silakukan
untuk membela diri sendiri, orang lain atau satuan/Alutsista dari ancaman
yang mengakibatkan luka parah, kematian dan kerusakan.
c) Penggunaan kekerasan baik dengan tangan kosong ataupun dengan
senjata dilaksanakan dengan prinsip proporsionalitas dan menghindari
kerugian atau kerusakan ikutan secara berlebihan yang dapat
meningkatkan eskalasi massa.
d) Penggunaan kekerasan tidak menimbulkan penderitaan yang
berlebihan dan memberikan jaminan perlindungan bagi mereka yang sudah
menyerah, luka dan sakit.
e) Pembelaan diri dimana prajurit tidak memiliki kesempatan untuk
menghindar dari ancaman kehilangan nyawa, dapat menggunakan senjata
untuk melumpuhkan pelaku.
f) Pembelaan diri dimana prajurit masih memiliki kesempatan untuk
menghindari kekerasan, maka dilakukan secara bertahap sesuai dengan
eskalasi ancaman, dimulai dengan memberikan peringatan secara verbal,
menggunakan kekerasan tangan kosong, tembakan peringatan,
menggunakan senjata tumpul serta menggunakan senjata dan amunisi
45

sesuai tahapan dan eskalasi ancaman serta atas perintah (granat asap,
amunisi hampa, amunisi karet dan amunisi tajam).

4) Peran Komandan.
a) Komandan lapangan memegang komando dan kendali taktis dalam
penggunaan kekuatan di lapangan.
b) Komandan lapangan harus dapat menilai perkembangan situasi dan
kondisi dan mengambil keputusan di saat terjadi kondisi kritis.
c) Komandan lapangan melaporkan setiap kegiatan dan/atau kejadian
penting kepada Komando Atas sesuai rantai komando secara hierarki.
5) Kartu Saku ROE.
a) Kartu Saku ROE dibagikan kepada setiap prajurit di lapangan
b) Kartu Saku ROE agar dibaca, dipelajari dan dipedomani oleh para
prajurit.
c) Komandan lapangan wajib memastikan bawah setiap prajurit yang
dipimpinnya membawa dan memahami isi Kartu Saku ROE.

b. Aturan perlindungan bagi setiap prajurit.


1) Pedomani hukum militer, Humaniter dan HAM selama pelaksanaan operasi.
2) Laksanakan koordinasi dengan satuan/instansi terkait jika terjadi
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penduduk sipil.
3) Penghormatan terhadap budaya dan adat kebiasaan setempat, dan lain-lain
sesuai kondisi daerah operasi
4) Hormati adat istiadat/budaya dan adat kebiasaan masyarakat setempat.

c. Rules of Engagement.
1) Menghadapi niat permusuhan (Hostile intent)
a) Melakukan pemantauan dan memberikan imbauan kepada pelaku
agar menaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib.
b) Mendokumentasi dalam bentuk foto dan video.
c) Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawa.
d) Menyampaikan kepada pelaku bahwa perbuatannya dapat
membahayakan keselamatan.
e) Menyampaikan kepada pelaku agar tidak menggunakan kekerasan
dalam menyelesaikan permasalahan.
f) Melaporkan kepada pimpinan dan satuan kepolisian terdekat dengan
menggunakan alat komunikasi.
2) Tindakan peringatan.
46

a) Memberikan peringatan verbal dengan bahasa yang bisa dimengerti


oleh pelaku agar pelaku menghentikan tindakannya.
b) Pemberian peringatan tidak dilakukan sendirian, namun harus dalam
bentuk tim atau kelompok dengan mempertimbang jumlah/kekuatan massa.
c) Terus melakukan pemantauan dan perkembangan situasi dan
melaporkan kepada Pimpinan dan satuan TNI/Polri terdekat untuk meminta
bantuan perkuatan.
d) Terus melakukan perekaman video terhadap situasi yang
berkembang.
3) Ketentuan Tembakan Peringatan.
a) Tembakan peringatan diberikan apabila peringatan verbal tidak
digubris pelaku dan pelaku terus melakukan pembuatannya yang dapat
membahayakan keselamatan nyawa atau keamanan barang/harta
benda/materiil/peralatan.
b) Tembakan peringatan diberikan apabila pelaku dalam jumlah banyak
dan cenderung tidak terkendali.
c) Tembakan peringatan diarahkan ke atas ke arah yang aman.
d) Tembakan peringatan disertai dengan petugas lainnya yang siaga
untuk melakukan tembakan melumpuhkan.
e) Tembakan peringatan diberikan berulang kali sampai dengan massa
menghentikan kegiatan yang mengancam keselamatan nyawa atau
keamanan barang/harta benda/materiil/peralatan.
f) Terus melakukan perekaman video terhadap situasi yang
berkembang.
4) Ketentuan tembakan melumpuhkan
a) Tembakan melumpuhkan dilakukan apabila terdapat ancaman secara
nyata dan langsung terhadap petugas dan mengancam jiwa raga prajurit.
b) Tembakan melumpuhkan dilakukan apabila ancaman ditujukan
kepada terhadap satuan.
c) Tembakan melumpuhkan dilakukan apabila ancaman ditujukan
kepada Alutsista.
d) Tembakan melumpuhkan dilakukan apabila ancaman ditujukan untuk
merebut senjata, amunisi dan perlengkapan prajurit.
e) Tembakan melumpuhkan dilakukan apabila prajurit yang terancam
masih memiliki kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
f) Apabila pelaku masih melakukan tindakannya yang mengancam
keselamatan jiwa dan raga prajurit, maka tembakan melumpuhkan
diarahkan ke bagian tubuh yang tidak mematikan.
47

g) Apabila pelaku masih melakukan tindakannya, gunakan bentuk


kekerasan lain yang tujuannya melumpuhkan.
h) Terus melakukan perekaman video terhadap kejadian yang
berkembang.

d. Penggunaan kekerasan.
1) Menggunakan kekerasan dilakukan apabila peringatan secara verbal tidak
digubris oleh pelaku dan pelaku terus berupaya melakukan tindakan yang
membahayakan jiwa dan raga prajurit.
2) Prajurit dapat menembak setiap orang yang melakukan ancaman
mematikan terhadap prajurit, pasukan, penduduk sipil atau harta benda yang
berada di bawah perlindungan prajurit.
3) Prajurit dapat menembak setiap orang yang mencoba merampas senjata,
amunisi dan perlengkapan prajurit.
4) Prajurit dapat menggunakan kekerasan secara minimum terhadap setiap
orang yang melakukan tindak kejahatan atau berencana melakukan kejahatan
yang dapat menyebabkan luka serius dimana tidak ada pilihan lain untuk
mencegah tindakan tersebut.
5) Tindakan kekerasan dilakukan dengan proporsional.
6) Tindakan kekerasan hanya dilakukan terhadap sasaran terpilih yang
mengancam jiwa raga prajurit/masyarakat.
7) Pelaku dan alat bukti segera diserahkan kepada kepolisian setempat untuk
diproses menurut hukum yang berlaku.
8) Laksanakan perekaman video terhadap situasi sejak awal kejadian hingga
perkembangan kejadian secara terus menerus.

e. Pembatasan dan larangan.


1) Memproses penyelesaian pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit sesuai
prosedur hukum yang berlaku.
2) Lakukan proses hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
dalam rangka pembinaan satuan dan penegakan hukum.
3) Setiap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh prajurit harus dilaporkan
secara hirarkis ke komando atas.
4) Melakukan pelanggaran terhadap norma agama, budaya, susila dan adat
istiadat masyarakat setempat di daerah operasi.
5) Melakukan penganiayaan terhadap orang-orang yang ditangkap atau
ditahan.

f. Pembatasan penggunaan senjata.


48

1) Penggunaan senjata api yang mematikan dibolehkan hanya apabila sama


sekali tidak dapat dihindari untuk melindungi kehidupan manusia.
2) Dilakukan karena terpaksa untuk membela diri atau orang lain karena ada
ancaman serangan yang melawan hukum terhadap kehormatan, harta benda
sendiri maupun orang lain.
3) Dilakukan tetap dalam kendali dan diarahkan dengan tujuan agar pelaku
kejahatan tersebut menyerah secepatnya.
4) Dilakukan tidak berlebihan, menghindari kerugian baik fisik maupun
materiel.

g. Perlindungan terhadap penduduk sipil.


1) Lakukan pemeriksaan dan identifikasi terhadap pengungsi.
2) Arahkan pengungsi ke tempat penampungan sementara.
3) Lindungi pengungsi di titik-titik kumpul perbatasan.
4) Dilarang melakukan penjarahan terhadap harta benda milik pengungsi.
5) Laksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah dan aparat setempat
yang terkait terkait masalah pengungsi.

h. Sistem pelaporan.
1) Pelaporan dilaksanakan sejak awal kejadian dan dilaporkan
PKSP/secepatnya kepada Komandan di lapangan untuk diteruskan secara
berjenjang kepada Komando Atas yang berisikan minimal SIABIDIBA (siapa,
melakukan apa, kapan/bilamana, dimana dan bagaimana/dengan cara apa hal
tersebut dilakukan) dengan dilengkapi dokumentasi foto dan video.
2) Membuat dan mengirimkan laporan perkembangan kepada Komando Atas
dengan dilengkapi dokumentasi foto, video dan data-data pendukung.
3) Melaporkan pelaksanaan tugas ke komando atas pada kesempatan
pertama.
4) Pelaporan agar menggunakan format sistem pelaporan dinas di lingkungan
TNI/TNI AL.
5) Melaporan dapat menggunakan jaringan komunikasi yang tergelar atau
menggunakan sarana komunikasi yang ada.

4. DUKUNGAN HUKUM OLEH PERWIRA HUKUM.


a. Perwira hukum mengkaji atau meneliti semua kebijakan, perencanaan, perintah,
penentuan sasaran dan prosedur terkait dengan operasi pelibatan penanggulangan
bencana alam untuk menjamin konsistensi terhadap hukum nasional maupun hukum
internasional.
49

b. Perwira hukum memberikan pendapat/nasihat secara langsung kepada


komandan dan staf apabila situasi taktis memungkinkan. Perwira hukum juga
memberikan pendapat/nasihat mengenai persoalan yang berkait dengan Rules of
Engagment (ROE).
c. Setiap pelanggaran hukum harus segera dilaporkan kepada komandan yang
bersangkutan.

5. KOMANDO, KENDALI DAN KOMUNIKASI.

a. Komando.
1) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah secara
terpusat berada pada Panglima TNI.
2) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala nasional di daerah berada pada
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
3) Komando operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan bencana sekala daerah berada pada Panglima Kotamaops TNI
Kewilayahan.
4) Komando operasional sebelum BKO pelibatan berada pada Komandan
Pushidrosal.
5) Komando Taktis.
a) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala nasional berada pada Dansatgas Kogasgab/Dansatgas
PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
b) Bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.
6) Pos Komando.
a) Pos Komando Utama berada di Markas Kogas Penanggulangan.
b) Pos Komando Cadangan berada di Markas Satgas.
c) Pos Komando Taktis berada di Markas UT/ditentukan kemudian.

b. Kendali.

1) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam


penanggulangan akibat bencana sekala Nasional tanggung jawab
Pangkogasgab/Dan PPRCB TNI/Dansatgas TNI/Dan Tim Penilai.
2) Kendali operasional bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala daerah berada pada Pangkotamaops
TNI Kewilayahan.
3) Kendali taktis bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala Nasional berada pada Dansatgas
Kogasgab/Dansatgas PPRCB TNI/Dan UT Satgas TNI/Dan Unit Tim Penilai.
4) Kendali taktis bantuan TNI kepada pemerintah daerah dalam
penanggulangan akibat bencana sekala daerah berada pada Dansatgas.
50

RAHASIA

c. Komunikasi.

1) Alat.
a) Radio. Komunikasi radio digunakan sebagai komunikasi utama
antar unsur laut, unsur udara dan unsur Lantamal/Lanal. Alokasi frekuensi
radio dan prosedur komunikasi sesuai alokasi dan Proskom TNI/TNI AL.
b) Telepon. Komunikasi telepon digunakan untuk jalur komunikasi
voice utama berita komando antar satuan dan berita koordinasi dengan
satuan samping.
c) E-mail. Fasilitas email digunakan sebagai komunikasi data
cadangan untuk kebutuhan koordinasi antar markas komando dan markas
komando dengan satuan samping dengan klasifikasi berita terbuka.
d) Faksimili. Fasilitas faksimili digunakan sebagai komunikasi data
utama untuk koordinasi antar satuan dan dengan satuan samping khusus
berita surat dengan derajat kilat/segera).
e) Komunikasi Satelit. Fasilitas ini diselenggarakan sebagai
komunikasi cadangan jika hubungan komunikasi tersebut di atas tidak
terlaksana atau sesuai kebutuhan terutama pada daerah yang kesulitan
akses komunikasi.

2) Prosedur. Sesuai dengan Protap, Insop dan Instap Komlek TNI secara
terpadu dan terintegrasi.

Komandan Pushidrosal,

Nurhidayat
Laksamana Madya TNI
N JABATAN PARAF TANGGAL
O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum
51

RAHASIA

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT Lampiran G Renlibat Pushidrosal Dalam


PUSAT HIDRO-OSEANOGRAFI Mengatasi Kontinjensi di Wilayah
Kogabwilhan I Tahun 2023
______________________________

DAFTAR DISTRIBUSI

NO DISTRIBUSI JUMLAH COPY KE


1 2 3 4

A. Mabes TNI
1 Panglima TNI 1 1
2 Asops Panglima TNI 1 2

B. Mabes AL
3 Kasal 1 3
4 Asops Kasal 1 4

C. Kotamaops TNI
5 Pangkogabwilhan I 1 5
6 Arsip 2 6-7

Komandan Pushidrosal,

Nurhidayat
Laksamana Madya TNI

N JABATAN PARAF TANGGAL


O
1. Wadan
2. Asopssurta
3. Aspamkersamtas
4. Aslog
5. Katim Pokja
6. Kasetum

You might also like