You are on page 1of 308
’ Vauglma Damat Pepe PO “Keteladanan Muhammad Adnan Arsal sebagai figur sentral masyarakat sangat dibutuhkan tidak hanya oleh daerah Poso, tetapi juga seluruh daerah di Indonesia.” Prof. K.H. Ma’aruf Amin (Wakil Presiden Republik Indonesia) MUHAMMAD ARSAL Pauglina Damas bee 0) (2) 8) (4) Sanksi Pelanggaran Pasal 113, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i un- tuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penja- ra paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100,000.000,00 (seratus juta rupiah). Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakuken pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf.c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h, untuk Penggunaan Secara Kornersial dip- idana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pi- dana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakuken pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g, untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat} tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar ru- piah) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana den- da paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). MUHAMMAD ADNAN ARSAL Pauglina ODamae Foro KHOIRUL ANAM Z @ KOMPAS GRAMEDIA Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Oleh: Khoirul Anam ©2021, Khoirul Anam Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI Jakarta, Juni 2021 Editor: M. Najih Arromadioni Desain sampul: Setiawan 721080376 ISBN 978-623-00-2666-9 Edisi Digital, 2021 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta isi di luar tanggung jawab Percetakan Haji Adnan adalah tokoh kunci umat muslim di Poso yang ketika konflik terjadi berada di garis depan melindungi umat muslim. Bagi banyak orang, sosoknya lebih dari sekadar guru agama atau kiai; ia adalah pelindung umat, khususnya muslim, baik di saat konflik maupun saat kondisi sudah membaik Saya menyambut baik hadirnya buku ini. Lebih dari sekadar catatan per- jalanan hidup seorang Haji Adnan Arsal, buku ini adalah memoar penting yang merangkum pemikiran-pemikiran besar sosok Haji Adnan, utamanya tentang perdamaian dan Islam yang rahmatan lil alamin. Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. Komandan Operasi Anti-Teror Polri di Poso, 2005—2007 Haji Adnan adalah tokoh perdamaian di Poso. Kalau tidak ada beliau, mungkin kami tidak akan mampu melakukan pendekatan humanis untuk menangani konflik di Poso. Datuk Komjen Pol. (Purn.) Drs. Gregorius “Gories” Mere Perintis Detasemen Khusus 88 (Anti Teror) Kepolisian Negara Republik Indonesia Haji Adnan Arsal adalah sahabat saya, guru saya, idola saya. Kondisi damai di Poso adalah atas bantuan Haji Adnan Arsal. Beliau tokoh yang didengar di Poso. Brigjen Pol (Purn.) Surya Darma Ali Mantan Kadensus 88 Bagi saya, Haji Adnan hanya melakukan yang seharusnya ia lakukan, yakni melindungi umat. Dan saya kagum dengan itu. Justru saya curiga dan ti- dak senang dengan orang-orang yang tidak jelas posisinya waktu itu. Pendeta Rinaldy Damanik Koordinator Crisis Center GKST, ‘Jenderal Pasukan Merah’ Lebih dari sekadar tokoh masyarakat dan agama, Haji Muhammad Adnan Arsal adalah orang tua untuk masyarakat Poso. Perjuangan dan ketekun- annya mendampingi masyarakat telah menjadikan Poso tertib dan indah seperti sekarang. Saya tak bisa menemukan kata yang tepat untuk meng- gambarkan betapa kami semua berutang banyak kepada beliau. Buku ini merangkum secara apik sejarah perjalanan hidup beliau, mulai dari masa perjuangan selama konflik, hingga ide-ide besarnya untuk perdamaian yang tak hanya aplikatif untuk Poso, tetapi juga Indonesia, dan bahkan du- nia internasional. Selamat membaca! Arfan PIS. Bupati Poso 2020 WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Oleh: Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI) Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. cola! row plate Yigsbuyl deny Leal! gill db woul erly fey tat baw le plang he pall cel pe I Olah mead cy Sebagai sebuah negara-bangsa, Indonesia dikaruniai Tuhan YME sebagai kawasan yang memiliki tingkat pluralitas yang cukup ting- gi. Di dalamnya terdapat agama, suku, budaya, etnis, bahasa, dan sumber daya alam yang sangat beragam. Pluralitas yang demikian tinggi tersebut sudah pasti membutuhkan kearifan dan kedewasa- an yang tinggi pula seiring dengan tekad bangsa Indonesia dalam mewujudkan situasi dan kondisi bangsanya yang damai dan sento- sa dalam upaya pembangunan nasional seutuhnya. Sejauh ini, Indonesia dinilai berhasil menjaga tingkat pluralitas tersebut untuk dikelola ke dalam suasana yang kondusif, rukun, dan damai. Spirit perdamaian tersebut tentu tidak terlepas dari peran khazanah agama yang ada di bumi nusantara Indonesia, yang dipraktikkan dan diimplementasikan oleh umat beragama masing-masing dengan prinsip-prinsip moderat (tawassuth) dan toleran (tasamuh). Dari dahulu hingga kini, kehidupan beragama di Indonesia sudah mengakar kuat. Nusantara terkenal sebagai bangsa yang menjun- jung tinggi perdamaian dan kerukunan. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak mudah melunturkan karakter dan kepribadiannya yang ramah, saling menerima, saling memberi, bekerja sama, dan toleransi. Kekuatan kultural inilah yang membuat Indonesia hingga saat ini mendapatkan pengakuan dunia internasional sebagai ka- wasan percontohan (role model) dalam penguatan toleransi dan mo- derasi di saat banyak kawasan di belahan dunia lain terkoyak dalam perang saudara dengan komponen bangsanya sendiri. Konflik bernuansa agama yang terjadi di Indonesia, termasuk di Poso, sebenarnya bukan dipicu oleh tendensi keagamaan, melain- kan identitas agama “dibajak” oleh motif-motif tertentu yang tidak menginginkan Indonesia rukun dan damai. Muncullah radikalisme, ekstremisme, terorisme, dan upaya penegakan negara khilafah de- ngan berbungkus agama agar ideologi-ideologi tersebut menda- patkan legitimasi di kalangan umat beragama yang belum mam- pu mencapai tingkat nalar dialogis dan menyadari secara dewasa bahwa perbedaan sebagai ketentuan Tuhan yang nyata adanya (sunnatullah). Sesungguhnya aktor-aktor yang bersembunyi di ba- lik ideologi-ideologi perusak tenun kebangsaan itu juga berupaya mendeligitimasi peran sentral agama di Indonesia dan telah men- coreng wajah agama Indonesia yang ramah dan damai. Saya sering menyatakan, ideologi-ideologi perusak tenun kebang- saan tersebut tidak hanya wajib ditolak oleh seluruh rakyat Indo- nesia, tetapi sesungguhnya sudah tertolak dengan sendirinya. Hal itu disebabkan ideologi-ideologi tersebut sudah menyalahi kesepa- katan nasional (mukhalafatul mistaq) bangsa Indonesia yang telah menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara dan kon- stitusinya di mana prinsip ketuhanan dan spirit agama telah tertan- cap kuat di dalam keduanya. viii | Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Dalam konteks mejaga dan mengawal Indonesia yang damai dan rukun itulah, maka keteladanan Muhammad Adnan Arsal seba- gai figur sentral masyarakat sangat dibutuhkan tidak hanya oleh daerah Poso, tetapi juga seluruh daerah di Indonesia. Pemerintah sangat bersyukur atas pengorbanan, kegigihan, dan keteladanan yang telah diabadikan oleh Muhammad Adnan Arsal dan juga to- koh masyarakat lainnya di seluruh Indonesia dalam menjaga kondi- si rukun dan damai dengan mengedepankan prinsip-prinsip dialog. Tanpa kehadiran dan kegigihan Muhammad Adnan Arsal, situasi dan kondisi Poso yang sempat luluh lantak oleh konflik, yang kini semakin kondusif, tidak akan terwujud. Semoga apa yang telah dibaktikan oleh Muhammad Adnan Arsal sebagai tokoh agama di Poso yang telah dengan sangat baik ditu- angkan dalam buku Muhammad Adnan Arsal: Panglima Damai Poso menjadi inspirasi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk senantiasa terus menjaga agama (himayatud din), umat (himaya- tul ummah), dan negara (himayatud daulah) dalam kondisi yang senantiasa rukun dan damai. Tanpa adanya kerukunan hidup ber- agama, tidak akan bisa terwujud kerukunan nasional sebagai mo- dal penting menuju Indonesia maju. Semoga Allah Swt. senantiasa membalas semua amal dan pengabdian Muhammad Adnan Arsal. Wallahul muwaffig ila aqwamith tharigq. Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Prof. K.H. Ma’aruf Amin KataPengantar ix KATA PENGANTAR Oleh: Sutami M. Idris (Ketua PCNU Poso) la Tak Pernah Pergi Di antara sekian banyak tokoh masyarakat yang ada di Poso, nama Haji Muhammad Adnan Arsal memiliki tempat tersendiri di hati warga. Bagi banyak warga Poso, Haji Adnan—begitu ia biasa disa- pa—adalah orang tua yang menghujani warga dengan perhatian, hal inilah yang menjadikannya begitu lekat dengan Poso. Keserius- annya mendampingi Poso telah teruji. Apa pun yang terjadi di wila- yah ini, ia tak pernah pergi. Saat Poso diporakporandakan oleh konflik komunal yang meng- gilas sejak 1998, Haji Adnan adalah sedikit dari tokoh masyarakat yang memilih, dan berani, untuk tetap bertahan. la tak lari, tak juga ia pergi demi menyelamatkan diri sendiri. Haji Adnan bertahan. la tampil sebagai tokoh yang memimpin warga muslim melawan ke- zaliman, tetapi ia terpaksa melakukan itu semua hanya demi satu tujuan saja, yakni menjaga agar Poso tetap aman dan nyaman se- perti sebelumnya. Bersama tokoh-tokoh lain, seperti Habib Saleh Alaydrus atau Habib Saleh Rotan dan H. Abdul Ghani T Israil, Haji Adnan mencurahkan seluruh perhatian dan kemampuannya demi melindungi warga Poso. Dan, ia tetap melakukan itu hingga kini. Hal inilah yang mem- buat sosok Haji Adnan begitu penting bagi masyarakat. Perjumpaan Pertama Pertemuan pertama saya dengan Haji Adnan terjadi pada 1991, saat itu saya masih menjadi santri di pesantren Al Khairaat Palu. Di pesantren yang sama, Haji Adnan memondokkan anak pertama- nya, Muhammad Amin Adnan. Saya cukup dekat dengan sosok ini, selain sama-sama berasal dari Poso, Amin adalah adik tingkat saya di Pondok Pesantren Al Khairaat. Haji Adnan rutin menjenguk anak pertamanya itu, saya pun kerap ikut menjumpai beliau. Biasanya, beliau akan berbagi kabar tentang suasana di kampung, sambil sesekali beliau membagikan pesan dan semangat kepada kami untuk tetap giat belajar. Belakangan saya tahu, beliau adalah tokoh agama dan mubalig di Poso, selain juga menjabat sebagai Kepala Seksi Pendais di Depag Kabupaten Poso. Sejak itu, saya perhatikan sepak terjang Haji Adnan tak pernah jauh dari kegiatan dakwah dan pendampingan keagamaan. Beliau te- kun mendampingi masyarakat belajar agama, maka tak heran, ba- nyak orang mengenalnya sebagai guru, yakni sosok yang tak pelit untuk berbagi ilmu. Beliau nyaris tak pernah menolak undangan atau permintaan untuk berceramah, beliau akan tetap semangat berbagi ilmu agama ke banyak orang tanpa pernah memikirkan soal bayaran; dibayar atau tidak, permintaan untuk berceramah tak pernah ditolak. Soal agama, Haji Adnan memang dikenal banyak orang seba- gai sosok yang tak hanya pandai mengajarkan, beliau juga piawai mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Beliau begitu dekat dengan masyarakat, sehingga apa pun yang beliau lakukan dapat langsung disaksikan, dan barangka- li, dijadikan percontohan. Saya menyaksikan Haji Adnan begitu serius dalam mengelola pen- didikan, secara lebih dekat saya melihat beliau memulainya dengan memastikan anak-anaknya mendapat pendidikan terbaik. Dua anaknya, Muhammad Amin Adnan dan Muhammad Jamil Adnan, dikirim ke Palu untuk belajar di pesantren Al Khairat. Saya yakin, sebagai seorang pecinta ilmu, hal terbaik yang bisa dilakukan oleh setiap orang tua adalah memberikan pendidikan yang paling baik untuk anak-anaknya, dan Haji Adnan melakukan itu. xij | Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Haji Adnan kemudian melanjutkan kiprahnya di bidang pendi- dikan dengan mendirikan Darud Da'wah wal Irsyad (DDI) di Poso yang tak hanya fokus di bidang pendidikan dan dakwah, tetapi juga pendampingan warga kurang mampu. Semua ini beliau lakukan jauh sebelum Poso dilanda konflik. Karenanya, ketika konflik tiba- tiba pecah dan bahkan sampai menimbulkan pertumpahan darah, kami semua kaget. Bagaimana ini bisa terjadi? apalagi warga Poso sudah lama digelimangi pendidikan (yang salah satu penggerak- nya adalah Haji Adnan), tetapi saat itu kami tak punya cukup waktu untuk memikirkan soal “kenapa”, konflik terjadi begitu cepat. Dicekik Konflik Di tengah kebingungan dan ketakutan itulah, sosok Haji Adnan muncul. la, sekali lagi, tak lari. Entah mendapat energi dan nyali dari mana, Haji Adnan melakukan berbagai cara untuk menyela- matkan warga. la bahkan akhirnya dijuluki sebagai sang Panglima, yang memimpin dan mengayomi warga apa pun garis takdir yang menimpa. Kegigihannya membangkitkan semangat warga Poso, khususnya yang beragama Islam, untuk tetap berjuang memper- tahankan hak menjadi salah satu kunci keberhasilan Poso mentas dari konflik yang begitu mencekik ini. Atas semua upayanya itu, ha- rus diakui, Haji Adnan adalah tokoh sentral bagi Poso. la selalu berada di garis depan dalam upaya mengakhiri berbagai upaya kerusuhan, ia lindungi warga, termasuk para korban dan ke- luarganya. Semangatnya tak pernah padam, ia terus mendorong warga muslim di Poso agar tak pernah ragu, apalagi takut, berjuang membela kebenaran. Namun, konflik di Poso nyatanya memang lebih pelik dari yang di- duga. Meski sudah tak ada lagi gerombolan warga yang berhadap- hadapan dengan masing-masing mengacungkan senjata, tetapi Poso masih belum reda sepenuhnya. Trauma dan dendam masa lalu masih menggelayut berat di benak sebagian warga, meski di waktu bersamaan, berbagai upaya penyelesaian konflik masih terus Kata Pengantar xiii dilakukan. Memang, ada beberapa hal yang belum selesai, tetapi Poso pasti bisa merajut damai. Warga NU Dalam sejarah NU di Poso, bersama H. Abdul Wahid Lamidji dan H. Haelani Umar, nama Haji Adnan tercatat sebagai Dewan Syuriah PCNU di pertengahan 1990-an. Saat ini, orang tua kita ini juga ter- libat aktif dalam berbagai kegiatan PCNU, termasuk menyiapkan pesantren NU pertama di Poso yang insyaallah akan mulai berope- rasi pada 2021. Akhirnya, saya ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi un- tuk Haji Adnan yang tak pernah lelah membersamai warga Poso, apa pun yang terjadi. Saya juga ingin mengajak Anda untuk mem- baca tuntas buku yang sudah berada di tangan Anda ini. Lebih dari sekadar catatan sejarah, buku ini menyajikan refleksi dan berbagai pelajaran penting yang bisa kita ambil dan amalkan. Semoga bermanfaat. Poso, Desember 2020 Sutami M. Idris Ketua PCNU Poso xiv | Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso KATA PENGANTAR Oleh: Ir. Fabian Amir Djafar, M.Si. Bismillahirrahmanirrahiim. Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memuji, me- mohon pertolongan, dan mohon keampunan. Kami berlindung kepada-Nya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalan-Nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad ada- lah hamba-Nya dan Rasul-Nya. “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam’. (QS. Ali ‘Imran : 102). Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik kepada hamba-hamba-Nya, sehingga mampu beraktivitas menampilkan karya yang monumental dan amal saleh yang bermanfaat bagi ke- hidupan sesama manusia. Selanjutnya salam dan selawat dihaturkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad sallallahu'alaihi wasallam sebagai utusan- Nya yang mencerahkan kehidupan, mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju cahaya iman yang terang benderang melalui risalah Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam dan beliau menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi umatnya. Perjalanan hidup seseorang selalu menarik untuk disimak. Bukan soal orang tersebut saat ditulis menjadi orang berpengaruh atau orang biasa saja. Namun, yang pasti ada hal-hal yang ingin dike- tahui kenapa seseorang itu menjadi apa, bagaimana ia melakoni- nya, dan apa saja prinsip hidup yang diyakini sehingga seseorang itu mampu menggapai sebuah prestasi yang tidak semua orang mampu mengapainya. K.H. Muhammad Adnan Arsal, S.Ag. adalah seorang tokoh yang ka- rismatik dan sangat sederhana penampilannya. Beliau adalah se- orang tokoh yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Kabupaten Poso dan Sulawesi Tengah pada umumnya. Beliau ada- lah seorang yang visioner, memiliki semangat juang membangun dan memajukan peradaban Poso yang pernah dilanda konflik hori- zontal (konflik agama), haruslah melalui pendidikan dan menegak- kan amar makruf nahi mungkar, sehingga generasi kedepan kelak memiliki ahlak yang mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan tek- nologi serta memiliki iman dan takwa yang istikamah. Pergumulan pemikiran merupakan suasana batin seorang pejuang sejati. Merumuskan persoalan mendasar umat serta memberi so- lusi merupakan bagian dari aktivitas perjuangannya. Bersungguh- sungguh, memiliki disiplin tinggi dan berkarakter kuat, disertai kerja keras berkesinambungan merupakan bentuk kehidupan pe- juang sejati. Bagi seorang muslim, unsur tersebut dibingkai dengan akhlak yang tinggi dan terpuji karena tujuan utama hidupnya ada- lah beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala K.H. Muhammad Adnan Arsal, S.Ag., sebelum konflik poso dikenal sebagai salah seorang yang memperkenalkan Metode Iqro’ yang disusun oleh K.H. As'ad Humam, beliau juga seorang penatar P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di Kabupaten Poso. Beliau juga aktif di kepengurusan Kerukunan Keluarga Su- lawesi Selatan (KKSS), sebuah organisasi paguyuban orang-orang Xvi | Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Sulawesi Selatan di perantauan, dan masih banyak lagi aktivitas lain yang bermanfaat bagi masyarakat. Kami mempunyai kedekatan emosional, kedekatan primordial, dan kedekatan spiritual (akidah), beliau selalu mengajarkan kepada kami untuk senantiasa memeli- hara ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Insaniyah, dan ukhuwah Wat- honiyah, melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Ketika konflik Poso terjadi, beberapa tokoh Muslim Poso yang berta- han di Poso, mendirikan Forum Silaturahim dan Perjuangan Ummat Islam (FSPUI) sebagai wadah pemersatu dan wadah perjuangan umat Islam, dan mengangkat K.H. Muhammad Adnan Arsal sebagai amir (pemimpin) dibantu oleh para pemuda untuk bersama-sama mempertahankan kondisi Poso yang sebagian besar telah porak- poranda dilanda konflik. Akar penyebab konflik adalah minuman keras, olehnya itu miras sangat ditentang oleh umat Islam Poso. Konflik ini berlangsung berjilid-jilid (jilid | sampai jilid V, penamaan oleh media massa), sampai akhirnya pemerintah mengambil sikap untuk menghentikan konflik ini dengan ditawarkan tiga opsi, yai- tu konflik dilanjutkan dan semakin banyak korban, konflik ditindak dengan keras (Darurat Sipil/Darurat Militer), atau konflik dihentikan dengan perundingan. Masyarakat Muslim Poso yang dipimpin K.H. Muhammad Adnan Arsal selaku Ketua FSPUI mengadakan pertemuan dengan mem- bahas opsi yang ditawarkan Pemerintah. Pertemuan dilaksanakan beberapa kali, mengingat banyaknya korban jiwa dan harta benda dari pihak muslim. Cukup alot setiap pertemuan yang dilaksanakan karena perbedaan persepsi dan akibat yang ditimbulkan jika opsi yang dipilih akan merugikan umat Islam Poso. Namun, K.H. Mu- hammad Adnan Arsal beserta pengurus FSPUI mampu meyakin- kan masyarakat muslim Poso bahwa opsi berundinglah yang terba- ik dari ketiga opsi yang ditawarkan Pemerintah. Difasilitasi oleh pemerintah pusat yang dimotori oleh H.M. Jusuf Kalla (Menko Kesra) dilaksanakanlah kesepakatan untuk menghen- tikan konflik di Poso yang dikenal dengan Deklarasi Malino. Terletak Kata Pengantar xvii di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang sejuk ditanda- tanganilah kesepakatan tersebut oleh kedua belah pihak yang ber- tikai (pihak muslim terdiri dari 25 orang dan dari pihak Kristen 23 orang) pada hari Kamis, 20 Desember 2001. Usai penandatanganan Deklarasi Malino, tidak serta merta mem- buat kondisi Poso aman dan damai. Masih difasilitasi oleh peme- rintah pusat, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, dan pemerin- tah daerah Kabupaten Poso dibentuklah Kelompok Kerja Deklarasi Malino (Pokja Deklama) yang terdiri dari Deklarator Malino, unsur pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah Kabu- paten Poso ditambah dari unsur tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan dari kedua belah pihak. Salah satu tugas Pokja Deklama adalah menyosialisasikan hasil Deklarasi Malino yang ter- diri dari 10 butir Deklarasi Malino. Seiring dengan upaya mengimplementasikan isi Deklarasi Malino, masih terjadi letupan-letupan di kedua belah pihak, masih ada kor- ban jiwa—ini menjadi tugas berat Pokja Deklama. Meskipun demi- kian, KH. Muhammad Adnan Arsal bersama FSPUI! dan umat Islam tetap berupaya sungguh-sungguh, terjun ke desa dan kota yang terdampak konflik menyampaikan isi Deklama dan memastikan umat Islam Poso bisa menepati Deklarasi Malino tersebut. Rentang waktu 2002 s.d. 2007, K.H. Muhammad Adnan Arsal ber- sama FSPUI tak kenal lelah memperjuangkan hak-hak umat Islam. Beberapa kali saya mendampingi beliau (kapasitas saya selaku Wa- kil Sekretaris FSPUI) menemui MUI Pusat, Tim Pengacara Muslim (TPM), dan Komnas HAM menyampaikan kondisi umat Islam Poso yang masih terzalimi, hingga pada puncaknya hari Senin, 22 Januari 2007, terjadi baku tembak antara umat Islam Poso dan aparat Ke- polisian (Densus 88) mengakibatkan 14 orang muslim meninggal dunia (insyaallah syahid). Umat Islam Poso melalui FSPUI, dipim- pin KH. Muhammad Adnan Arsal mengajukan protes kepada Polri dan disampaikan ke Komnas HAM agar peristiwa ini diusut tuntas, XViii Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso mengapa di tengah upaya rekonsiliasi konflik Poso masih jatuh kor- ban jiwa yang tidak sedikit di pihak umat Islam. Fighting spirit (semangat juang) yang dimiliki KH. Muhammad Ad- nan Arsal tidak pernah kendor hingga saat ini. Beliau tetap konsis- ten dalam penegakan amar makruf nahi mungkar yang diimple- mentasikannya dalam bentuk dakwah dan pendidikan. Beberapa tahun lalu bersamaan dengan upaya islah (rekonsiliasi), beliau men- dirikan Yayasan yang diberi nama Yayasan Wakaf Amanatul Ummah (YWAU) bergerak di bidang dakwah dan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam dan generasi muda Islam Poso. YWAU memiliki sekolah dan pondok pesantren mulai dari tingkat TK sampai dengan pondok pesantren setingkat SMA, juga memiliki pondok tahfiz quran, dan beberapa majelis tak- lin yang tersebar di Kabupaten Poso, Kabuapten Tojo Una-Una, dan Kabupaten Parigi Moutong. Saat ini, YWAU dipimpin oleh K.H. Mu- hammad Adnan Arsal, S.Ag. sebagai ketua yayasan. Dalam upaya mencerdaskan dan mencerahkan umat Islam Poso, K.H. Muhammad Adnan Arsal dan beberapa tokoh muslim Poso mendirikan Yayasan Ittihadul Ummah yang bekerja sama dengan Pondok Modern Gontor Darussalam untuk mendirikan Pondok Mo- dern Ittihadul Ummah Gontor di Poso yang merupakan cabang dari Pondok Modern Gontor Darussalam yang berpusat di Ponorogo, dan beliau secara mufakat dipilih menjadi Ketua Yayasan Ittihadul Ummah. Namun dalam perjalanannya, ketika akan dimulai pemba- ngunan Pondok Modern Gontor Darussalam Cabang 13 untuk putra dan Cabang 6 untuk putri yang dana pembangunannya dari Peme- rintah Pusat, posisi beliau dari ketua yayasan diganti dengan alasan yang sangat politis. Apakah beliau kecewa? sama sekali tidak, beli- au adalah orang yang berjiwa besar, beliau menerima dengan la- pang dada penggantian tersebut, posisi beliau di Yayasan Ittihadul Ummah dari ketua turun menjadi wakil ketua. Prinsip beliau adalah Pondok Modern Ittinadul Ummah Gontor Darussalam di Poso harus berdiri, meski pada awalnya banyak yang menentang. Alhamdulil- lah, atas izin Allah Subhanahu wa ta‘ala Pondok Modern Ittihadul Kata Pengantar xix Ummah Gontor Darussalam sudah berdiri di Desa Tokorondo Keca- matan Poso Pesisir, dengan area seluas 32 hektar. Peletakan batu pertama pondok ini dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 Mei 2007, dan dibuka secara resmi pada 20 Juli 2008 oleh Wakil Presiden RI H.M. Jusuf Kalla. Pondok ini diasuh oleh Ustaz DR. H. Cecep Sobar Rahmat, hingga saat ini telah beberapa kali menamatkan santrinya. Ucapan jazakumullah khairan katsiran kepada Bapak Khoirul Anam selaku penulis yang telah memberikan kehormatan kepada saya untuk menulis Kata Pengantar dalam buku Muhammad Aa- nan Arsal—Panglima Damai Poso. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Poso, khususnya umat Islam dan ge- nerasi muda Islam Poso. Billahittaufiq wal hidayah, Nashrun minallahi wa fathun goriib. XX Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso UCAPAN TERIMA KASIH Saya berutang beribu terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu seluruh proses pengerjaan hingga penerbitan buku ini, beberapa di antaranya adalah Gus Najih Arromadioni selaku kawan diskusi dan editor naskah ini, Pak Martin dan seluruh jajarannya, Ba- pak Arfan selaku Bupati Poso, keluarga besar Yayasan Wakaf Ama- natul Ummah Poso beserta ‘kumendan'-nya; Ustaz Hamzah, rekan- rekan NU di Poso; Ustaz Sutami Idris, Ustaz Ibrahim Ismail, Ustaz Asri Lakuntu, Ustaz Rajudin Ikhsan, dll., Budiman Maliki, Pendeta Ri- naldy Damanik, Ustaz Fabian Amir Djafar beserta istri; Ibu Hasnah, lbu Ruwaidah, Ustaz Ginanjar Sya’ban serta banyak lagi narasumber yang tak bisa saya sebut namanya satu per satu. Secara khusus, ucapan terima kasih saya haturkan untuk Haji Adnan Arsal beserta keluarga besarnya yang telah menyambut dan mem- perlakukan saya laiknya anak sendiri. Ucapan terima kasih juga saya tujukan untuk Wakil Presiden RI, Prof. K.H. Ma’ruf Amin yang telah berkenan mengulas dan memberi kata pengantar di buku kecil ini. Menteri Dalam Negeri RI, Jenderal Pol (Purn.) Prof. Drs. H. Muham- mad Tito Karnavian, M.A., Ph.D., Datuk Komjen Pol. (Purn.) Drs. Gre- gorius “Gories” Mere, dan Brigjen Pol (Purn.) Surya Darma Ali, teri- ma kasih untuk tambahan informasi dan bimbingan yang sangat berharga. Terakhir, ucapan terima kasih untuk partner in crime saya selama penelitian di Poso (Agustus-Desember 2020): Dewi Nurcahyani dan Nur Alam; pasangan diskusi selama pengolahan data: Nurul Inta- ni, Nunu, dan Nana; dan rekan-rekan di penerbitan, Mas Ekon, Mas Budi, Maggie, dan Mas Wawan. Semoga buku ini bermanfaat. Khoirul Anam DAFTAR ISI BAB 1: PADA MULANYA Menjadi Panglima Ambulans dari Tentena .... Semburat Pemerintah Pusat .... BAB 2: ABDI NEGARA Seperti Saudara .. Tak Mengetti .... Kaget .. BAB 3: ANAK DESA Pemburu IImu .... Menjadi Ketua HM .... Menjadi Kepala; Keluarga dan KUA ... BAB 4: TAK SEHARUSNYA BEGINI Bangkit dari Trauma ..... Dialog, Jika Sudah Mentok ..... Transformasi Konflik Poso .. Ganti Wajah + Pasukan Perang Retak Pertama: Laskar Jihad Vs JI dan KOMPAK .. 37 37 39 43 47 51 60 64 72 14 76 79 83 85 + Retak II: JI Vs Mujahidin KOMPAK ... Serangan Acak .... + Setelah JI... BAB 5: BUKAN PAHLAWAN Mengikuti Ulama .... Mediator Damai Tahu Batas .... Pejuang Pendidikan . + Rasional BAB 6: MALINO ..... Mulai Membaik ... MIT Mati Awal Bara ... Endapan Sebelum ‘98 .. Bersaudara walau Tak Sama .... Dari Malino untuk Poso.... Beda Rasa .. Menyiapkan ‘Pasukan’ + Bertolak ke Malino...... Duduk Bersama Menyusun Kesepakatan .. Tak Lagi Dipisah Hari-Hari Berat Sudah Menanti xiv Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso 87 90 92 95 96 99 100 106 no 13 6 120 + | Membentuk Pokja Malino .. Pokja Seusai Deklama: Tinggal Nama .. + Babak Baru Kekerasan Pasca-Deklama ... BAB 7: JIHAD TAK BOLEH JAHAT .... Jihad ... Jihad Masa Kini: Melawan Korupsi .. Teroris Bukan Jihadis BAB 8: DISANGKA RADIKAL Radikal dalam Berakal + Digerogoti Salafi Terlibat dalam Politik Blunder ISIS Berkawan dengan /khwan ..... Melindungi Teroris BAB 9: TAK ADA AMARAH DI PESANTREN AMANAH ..... Tak Baik Terus Fanatik Tak Mewajibkan Cadar ..... + Bandul Amanah Transparan .... Tantangan Amanah.... Daftar Isi 187 161 167 168 7 173 77 184 187 189 191 193 201 . 205 . 209 210 214 219 XXV BAB 10: SAYA NU ...... Bermula dari Golkar .. 225 + Mendirikan DDI .. 227 Berkhidmat di NU . 233 Ayam Beranak Itik Saya NU .. Mengasuh Pesantren .. Mengirim Santri ke Jakarta .... . 240 BAB 11: JIKA NANTI 245 Rekonsiliasi di Poso.... 245 + Peran Perempuan ..... 247 Pemolisian Paling Humanis .. Perdamaian Semu 255 Bertemu Gories Mere ... NKRI Luar Dalam ... 262 BIBLIOGRAFI 264 266 267 TENTANG PENULIS ossssscccsssssoseesanssssecnsnrocerensnsesooesnneseeoen KUMPULAN FOTO. xvi Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Pada Mulanya emori tentang konflik komunal an- tara warga Kristen dan muslim di Poso yang pecah sejak akhir De- sember 1998 telah menjadi luka yang tak mudah dihapus bekasnya dari warga bumi Sintuwu Maroso. Bayangan tentang mayat- mayat yang bergelimpangan, beberapa bah- kan ditemukan tanpa kepala, tentu sangat sulit untuk disingkirkan dari ingatan. Bagi sebagian orang, kenangan buruk itu diguna- kan sebagai pengingat, sekaligus pelajaran agar di hari depan tak salah memilih jalan. Namun bagi sebagian yang lain, kenang- an pahit itu justru dirawat untuk memantik konflik. | Sintuwu Maroso adalah semboyan hidup warga Poso. “Sintuwu” berarti persatuan, persekutuan, dan kebersamaan, sementara “Maroso” berarti kuat, tangguh (“roso” dalam bahasa Jawa). Jika disatukan, semboyan tersebut berarti persatu- an yang kuat. Meski berbeda-beda, masyarakat Poso akan terus bersatu, sebab persatuanlah yang membuat mereka kuat. Lebih lanjut tentang inisi- lakan merujuk ke https:/www.posokab.go.id/ Berbagai literatur dan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat di Poso menyebut bahwa konflik yang berlangsung selama berta- hun-tahun—dan tampaknya masih menyisakan percikan-percikan kecil hingga sekarang—bermula dari peristiwa kecil, yakni perkela- hian dua orang pemuda yang kebetulan beda agama. Siapa sangka, perkelahian yang melibatkan pemuda mabuk tersebut dapat seke- tika membuat fondasi kenyamanan Poso ambruk. Sama seperti kebanyakan warga Poso lainnya, Haji Adnan sangat menyesalkan pecahnya konflik di wilayah yang sebenarnya sangat indah itu. Tokoh muslim Poso yang sangat dihormati itu tak me- nyangka agama justru dijadikan senjata untuk membabat sesama- nya. Prinsip Haji Adnan sederhana, perbedaan adalah keniscayaan, maka tak seharusnya ia dijadikan pembenaran untuk menebar ke- bencian dan bahkan menggiring sesamanya ke liang kuburan. Dalam benaknya, Haji Adnan meyakini konflik yang menelan ribuan korban jiwa itu adalah puncak dari gesekan-gesekan kecil namun begitu mengakar yang telah terjadi jauh sebelumnya, entah apa. Beberapa pihak menyebut kerusuhan di Poso adalah buntut dari peristiwa politis pemilihan bupati. Hal ini terkait dengan tatanan pembagian kekuasaan birokratis antara penduduk asli yang bera- gama kristen dengan penduduk pendatang yang beragama Islam. Namun, tak sedikit pula yang menilai pemicu utama masalah di Poso jauh lebih besar. Mulai dari persaingan ekonomi antara war- ga pribumi dengan warga pendatang, utamanya yang berasal dari Jawa dan Bugis yang beragama Islam, lalu merembet pada kekha- watiran penduduk akibat ketidakpastian status dan kedudukan berbagai kelompok yang bersaing memperebutkan kekuasaan dan jabatan birokratis usai Soeharto dilengserkan. Hal ini masih diper- parah dengan lemahnya penegakan hukum sehingga mencipta- kan banyak celah untuk melakukan kekerasan? ? Laporan yang ditulis oleh Gerry van Klinken terbitan Routledge berjudul Commu- nal Violence and Democratization in Indonesia: Small Town War dan Tito Karnavian 2. Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Itu sebabnya, ulah ngawur pemuda mabuk ia anggap sebagai pe- micunya saja. Haji Adnan ingat, pemuda mabuk yang kebetulan Kristen itulah yang pertama kali melayangkan pukulan ke pemuda lain yang kebetulan muslim. Namun bukan itu sumbu permasa- lahan yang sesungguhnya. Haji Adnan mungkin tak punya banyak waktu untuk meneliti dan menganalisis sumber-sumber masalah yang dicurigainya lebih besar itu, tetapi jika diminta untuk menun- juk satu saja pemicu masalah, ia akan segera menunjuk minuman keras. Baginya, penyebab utama konflik berdarah di Poso adalah minum- an keras. Alkohol yang mengambang di dalam botol-botol beling itulah yang membuat Poso menjadi kawasan genting. Andai tak ada minuman keras, mungkin tak akan ada darah yang dipaksa mengalir deras. Begitu pikir Haji Adnan kala itu. Namun siapa sangka, konflik pecah begitu cepat. Bahkan terlalu ce- pat untuk disadari. Hanya berselang beberapa jam setelah perkela- hian ‘kecil’ antara pemuda yang kebetulan Kristen dan muslim itu terjadi, darah akhirnya muncrat juga, dan ini terjadi tepat di dalam tempat suci, tepatnya di masjid Darussalam di kampung Sayo. “Kala itu, warga muslim sedang menunggu waktu sahur. Saat itu- lah warga Nashara* dari Sayo datang dan membacok warga muslim yang sedang berjaga di dalam masjid,” kenang Haji Adnan. Warga muslim yang dibacok di dalam masjid itu adalah Anmad Rid- wan, pemuda 20 tahun yang sedang tidur di dalam masjid sambil menunggu waktu makan sahur. Pelaku pembacokan adalah tiga pemuda Kristen yang salah satunya bernama Roy Runtu Bisalemba. berjudul Indonesia Top Secret: Membongkar Konflik Poso bisa dijadikan rujukan un- tuk membedah konflik Poso, yang ternyata lebih kronis daripada kelihatannya. 3 Haji Adnan menggunakan istilah “nashara” untuk merujuk pada warga Kristen yang berbuat rusuh. Di banyak kesempatan lain, utamanya ketika berdiskusi tentang pro- ses bina damai bersama umat Kristen, Haji Adnan menyebut mereka sebagai “umat Kristen”, bukan “nashara” lagi Pada Mulanya = 3, Aksi pembacokan ini adalah buntut dari keributan kecil di malam sebelumnya. Sejak itulah, konflik di Poso mulai memasuki babak baru. Ini sudah bukan lagi soal pemuda mabuk yang bertingkah di luar kendali, te- tapi sudah merembet ke soal umat Kristen yang berani mengotori tempat suci. Sontak, kejadian ini membakar amarah sebagian war- ga muslim. Mereka hendak menuntut balas. Melihat gelagat yang kurang baik ini, beberapa warga segera men- cari Haji Adnan. Mereka minta arahan. Masyarakat tak ingin perma- salahan ini membesar, tetapi mereka juga tak terima warganya di- sakiti, apalagi di dalam tempat suci. “Saat itu hari Jumat. Sejak pagi hingga siang kami diminta untuk menenangkan umat. Ini hanya perkelahian anak-anak muda; murni kriminal.” Haji Adnan melakukan upaya maksimal untuk meredam amarah sebagian warga. la berusaha membuka dialog dengan warga un- tuk mendudukkan kembali akar persoalan. la jelaskan ke masyara- kat bahwa kejadian ini murni peristiwa kriminal, karenanya wajib dipasrahkan ke prosedur hukum. Upaya Haji Adnan menenangkan massa ternyata sia-sia. Warga sudah telanjur tersulut emosi. Mereka mencari Roy yang dituduh sebagai biang dari permasalahan ini. Usai salat Jumat, massa segera menggeruduk toko Lima yang di- sinyalir sebagai distributor minuman keras paling besar di Poso. Terlebih, beredar kabar Roy Runtu Bisalemba bersembunyi di situ pula. Namun, massa tak bisa masuk ke dalam toko. Mereka diha- lang-halangi warga lain. Massa lalu bergeser ke tempat-tempat lain yang dianggap mengganggu ibadah Ramadan umat muslim se- perti tempat biliar, panti pijat, toko minuman keras, rumah bordil, dil. Tempat-tempat tersebut dirusak, bahkan restoran Arisa sempat dibakar massa. Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, Haji Adnan kembali berbicara kepada perwakilan massa, ia jelaskan bahwa cara terbaik 4 Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menyerahkan se- penuhnya kepada hukum. la kemudian meminta kepada aparat ke- polisian di Polres Poso untuk menangkap pelaku pembacokan. Aparat pemerintah sebenarnya bertindak cepat saat itu. Di hari yang sama, Bupati Poso Arief Patanga menggelar rapat mendadak bersama tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tokoh agama un- tuk mencarikan jalan keluarnya. Namun, rapat ini tak membuahkan hasil yang maksimal, sebabnya, warga muslim dan Kristen sudah saling berhadap-hadapan dalam situasi tegang. Bagi warga muslim, hal paling pertama yang perlu dilakukan untuk menjaga ketertiban warga adalah menghentikan peredaran alko- hol di Poso. Karenanya, mereka menuntut agar toko-toko penjual minuman keras ditutup, terutama selama Ramadan. Tuntutan ini sempat ditentang warga Kristen yang telah bersiap mengadakan perayaan tahun baru. Namun, setelah pertemuan antara wakil- wakil pemerintah, petugas keamanan, dan tokoh agama dari kedua kubu, semua pihak sepakat untuk melarang penjualan minuman keras selama Ramadan. Kesepakatan ini tak hanya didasari oleh semangat untuk menghargai warga muslim yang tengah menja- lankan ibadah puasa, tetapi juga untuk meredam konflik di tengah warga. Kesepakatan ini lalu ditindaklanjuti dengan melakukan operasi ber- sama terhadap toko-toko penjual minuman keras yang melibatkan warga muslim dan Kristen. Operasi berjalan lancar, mereka bahkan berhasil masuk dan menyita puluhan truk miras siap edar yang di- simpan di gudang. Hasil temuan itu kemudian dibawa ke halaman depan gedung DPRD Poso untuk dimusnahkan. Malam harinya, sekitar pukul sembilan, Bupati kembali mengum- pulkan seluruh anggota Muspida beserta tokoh agama dari kelom- pok Kristen dan Islam. Pertemuan malam itu melahirkan kesepa- katan baru; seluruh warga yang diketahui berasal dari luar Poso akan dipulangkan malam itu juga ke wilayah asal mereka, antara lain Desa Sepe, Silanca, Tentena, dan Tokorondo. Pada Mulanya = 5 Bupati dan jajarannya juga turun langsung ke lokasi-lokasi yang di- tengarai menjadi tempat-tempat konsentrasi warga. Bupati ingin memastikan bahwa konflik sudah selesai, tak ada lagi upaya balas dendam. Di tempat-tempat itu pula, ketua MUI Poso kala itu, K.H. Abd. Salam Thahir bersama tokoh masyarakat Yahya Mangun ber- pelukan dengan pendeta sebagai simbol perdamaian. Haji Adnan dan beberapa warga sempat tenang untuk sementa- ra waktu. Mereka mengira urusan sudah selesai sebab petugas di Polres Poso sudah mengamankan pihak-pihak yang bertikai. Kese- pakatan tentang larangan penjualan minuman keras juga sudah dibuat, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Namun, perkiraan hanyalah tinggal perkiraan. Tak ada proses hu- kum yang dijalani para pelaku kekerasan. Mereka dilepaskan begitu saja. Seolah tak pernah terjadi apa-apa. Hal inilah yang kembali me- nyulut emosi warga. Beragam kabar miring menyebar di kalangan warga muslim, salah satu yang paling santer beredar adalah kabar bahwa orang-orang Kristen kebal hukum. Mereka tak akan tersen- tuh proses hukum meski berbagai pelanggaran telah dilakukan. Warga muslim pun segera melakukan konsolidasi. Hasilnya, mere- ka sepakat untuk tak membuang-buang waktu lagi. Warga muslim segera berkumpul dan menggelar protes atau unjuk rasa di kantor Polres; mereka turun tangan sendiri, sebab ini sudah soal hidup dan mati. Warga muslim lalu berpencar mencari para pelaku pemba- cokan yang dilepaskan petugas Polres. Sayangnya, kali ini warga muslim sudah tersulut emosi dan tak terkendali. Mereka datangi desa asal pelaku pembacokan untuk mencari para pelaku; tak ketemu. Kecewa, mereka bakar rumah para pelaku. Aksi membakar rumah ini rupanya membuka semacam kotak pandora. Warga muslim mengaku menemukan senjata api berupa pistol dan beberapa butir pelor di rumah para pelaku pembacokan. Hal ini se- gera menguatkan dugaan bahwa pelaku pembacokan—dan warga Kristen di Sayo pada umumnya—telah menyiapkan diri untuk me- nyerang warga muslim. 6 Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso Warga yang menemukan senjata api itu lantas secara beramai- ramai menyerahkan senjata temuan itu kepada petugas polisi. Mereka ingin menunjukkan bukti bahwa pelaku pembacokan me- mang telah bersiap untuk memancing keributan. Temuan lain yang diserahkan kepada polisi adalah alat renang. Temuan ini disinyalir sebagai bukti bahwa warga Kristen dari daerah itu telah bersiap me- nyeberangi sungai untuk membantu memerangi warga muslim. Saat kejadian pembakaran rumah oleh kelompok warga muslim, warga kampung kebanyakan sudah mengungsi ke daerah yang le- bih tinggi, Tentena namanya. Haji Adnan yang menyaksikan kejadi- an ini makin resah. la tentu kecewa dengan cara petugas di Polres menyelesaikan masalah. Melepaskan pelaku pembacokan tanpa proses hukum tentu melukai rasa keadilan warga. Namun begitu, konflik tak boleh pecah lagi. Maka ia segera menghubungi Bupati kala itu untuk mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh masya- rakat untuk bermusyawarah. “Saya minta Bupati untuk undang tokoh-tokoh agama dan masya- rakat untuk musyawarah di rumah jabatan; kita perlu bersepakat untuk jangan lagi saling menyerang.” Dalam pertemuan itu, Haji Adnan meminta kepada tokoh warga Kristen untuk mengendalikan kelompok muda yang disebutnya suka minum minuman keras. Beliau juga mengajak tokoh umat Is- lam untuk mengendalikan warganya; jangan lagi saling menyerang. Kesepakatan antara para tokoh yang hadir di rumah dinas Bupati itu pun dikuatkan dengan nota kesepakatan yang ditandatangani bersama. Nota itu lalu disosialisasikan kepada warganya masing- masing. Intinya, masalah selesai. Tak ada lagi serangan balasan. Se- mua warga kembali ke rumah masing-masing. Kondisi sudah aman. “Besok paginya, ternyata terjadi lagi penyerangan!” Haji Adnan ingat betul, orang-orang yang melakukan penyerangan itu berasal dari Tentena. Beliau segera menghubungi tokoh-tokoh Kristen yang kemarin ikut bersepakat untuk damai dan tak lagi Pada Mulanya menyerang. “Kami sudah sosialisasikan kesepakatan itu, tapi me- reka tak bisa dikendalikan,” demikian jawaban para tokoh yang dii- ngat Haji Adnan. Rupanya, orang-orang Kristen ini tak terima rumah-rumah mereka di Desa Sayo dan Lombogia dibakar. Mereka menuntut balas. Haji Adnan yang melihat kondisi sudah semakin genting, segera menghubungi Bupati. Beliau sampaikan bahwa keadaan sudah semakin gawat. Massa sudah tidak bisa dikendalikan. Beliau minta Bupati segera ambil tindakan pengamanan, yakni dengan meme- rintahkan personel TNI dan Polisi yang ada di Poso untuk menga- mankan daerah. Polisi dan TNI harus bisa mendorong mundur war- ga Kristen yang sudah tersulut emosinya itu. Sayang, upaya TNI dan Polisi tak maksimal. Warga Kristen yang sudah marah tetap bersikukuh untuk menyerang. Di tempat lain, warga muslim juga sudah mulai melakukan persiapan. Hingga akhirnya, perang saudara ini pun pecah. Poso terpaksa kembali ber- lumuran darah. Berbeda dengan keributan-keributan sebelumnya, kali ini warga tak hanya membawa senjata tajam, tetapi juga bom rakitan. “Itu aslinya bom ikan. Kita gunakan untuk menghalau warga Kris- ten yang sudah bersiap masuk ke kota untuk menyerang,” jelas Haji Adnan. Benar saja, bom ikan yang telah dimodifikasi itu sempat mengha- lau massa Kristen, tetapi hanya untuk sementara. Massa Kristen rupanya menyusun strategi baru untuk menyerang kawasan kota. Akibatnya, banyak korban berjatuhan. Beberapa warga terkena te- basan senjata tajam, sementara yang lain terkena panah atau sen- jata jenis lainnya. Di saat korban yang jatuh semakin banyak, aparat keamanan justru tampak kewalahan mengambil alih kendali. Pada kondisi inilah Haji Adnan merasa sudah tak ada lagi gunanya berkoordinasi dengan pemerintah, baik melalui Bupati maupun to- koh-tokoh yang disebut tadi. Terlambat sudah. Kesepakatan damai 8 Muhammad Adnan Arsal—Panglima Damai Poso yang telah dibuat antara kedua belah pihak nyatanya tak bisa membendung aksi anarkis sebagian warga. Haji Adnan ingin sekali bersikap seolah koordinasi dan berbagai upaya membuka dialog tak akan berarti. Apalagi, dalam situasi yang sudah parah seperti ini, warga ha- nya diberi dua kemungkinan; menyerang atau diserang. Namun nyatanya tak semudah itu, Haji Adnan tetap tak bisa meninggalkan pikiran warasnya; konflik tak bisa diselesaikan dengan pertikaian. Jalan damai harus ditempuh, apa pun cara dan risikonya. Konflik tak bisa diselesaikan dengan pertikaian. Jalan damai harus ditempuh, apa pun cara dan risikonya. Maka, alih-alih terjun dan terlibat dalam pertikaian, Haji Adnan menjalin komunikasi dengan Gubernur. la laporkan bahwa situasi di Poso sudah semakin tak terkendali. la juga meminta agar para tokoh masyarakat dipertemukan kembali. Salah satunya adalah ke- tua Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST). Pertemuan ini kembali dimaksudkan untuk menegaskan hasil keputusan bersama yang telah disepakati sebelumnya, yakni ketika bertemu di rumah dinas Bupati. Permintaan Haji Adnan segera dipenuhi, maka digelarlah pertemu- an dengan para tokoh masyarakat dan aparat pemerintahan se- tempat. Hasilnya, pihak-pihak yang bertemu kala itu sepakat untuk tak saling menyerang. Ini adalah kesepakatan kedua, menyepakati hal yang sama. “Rupanya, mereka yang datang ke pertemuan ini memang sudah sependapat dengan kita. Tetapi mereka tak punya kendali, teruta- ma terhadap Kristen yang akan menyerang warga muslim di Poso.” Haji Adnan menyebut satu nama yang diyakininya sebagai pemim- pin massa Kristen untuk menyerang massa muslim di Poso. Nama itu adalah Herman Parimo. Mantan tokoh Gerakan Pemuda Sula- wesi Tengah (GPST) itu disebutnya sebagai dalang dalam kerusuh- an berdarah di Poso yang terjadi hanya sehari setelah kesepakatan Pada Mulanya 9)

You might also like